Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Tim Penyusun:
Nenny Kurnia
Farida
Rijal Arslan
Yoga Aditya Herlambang
Elda Wediana
Daftar Isi
Perkembangan Ekonomi
Syariah Nasional
40
Conclusion
68
Perkembangan Ekonomi 4
Perkembangan
Ekonomi Syariah Nasional
peta industri keuangan syariah
Sistem
keuangan
Syariah
di
Indonesia yang terdiri dari Bank
Syariah,
Asuransi
Syariah,
Multifinance Syariah, Penjaminan
Syariah, Pasar Modal,
dan
lembaga keuangan syariah lainnya
merupakan suatu kesatuan yang
saling
berkaitan
dalam
mempengaruhi
pertumbuhan
industri keuangan Syariah di
Indonesia.
Saling
keterkaitan
industri
keuangan
syariah
ini
dapat
terlihat dari kondisi ketika bank
syariah dengan pemain yang ada
dan selalu bertambah serta
kondisi pasar yang kompetitif akan
mempengaruhi
tingkat
penghimpunan dana pihak ketiga
(DPK) dan pembiayaan yang
diberikan. Dari sisi DPK, ketika
DPK yang banyak terhimpun dan
membuat bank kelebihan
1. Bank Syariah
Perkembangan
(BPR),
POJK
tentang
kewajiban penyediaan modal
minimum (KPMM) perbankan
syariah dan POJK tentang
kualitas aset bank umum
syariah dan unit usaha
syariah.
1. Bank Syariah
Perkembangan
1. Bank Syariah
Perkembangan
terkait
dengan
Layanan
Syariah (Office Channeling).
Penambahan jumlah jaringan
1. Bank Syariah
Perkembangan
1. Bank Syariah
Perkembangan
Komposisi
pembiayaan
bank
syariah
terjadi
perubahan
komposisi
penggunaan akad pada Juni
2014 dibandingkan dengan
1 tahun sebelumnya (Juni
2013). Penggunaan akad
Qardh
mengalami
penurunan
dikarenakan
menurunnya aktifitas gadai
emas di Bank Syariah.
1. Bank Syariah
Perkembangan
banyak
disalurkan
adalah
murabahah.
Sedangkan
Pembiayaan Modal Kerja pada
Bank Syariah
1. Bank Syariah
Perkembangan
Pembiayaan terbesar terdapat di provinsi DKI Jakarta sebesar 40,98% (atau Rp 77,1
triliun) dari total pembiayaan. Untuk di pulau Jawa, sebaran pembiayaan hampir
merata sekitar (Rp. 510 triliun), kecuali di provinsi D.I. Yogyakarta.
Di pulau Sumatera, sebagian besar, sebaran pembiayaan (Rp 15 triliun), kecuali
Bangka Belitung (Rp 302 miliar), Bengkulu (Rp 804 miliar) dan Sumatera Utara (Rp
7,7 triliun). Pulau Kalimantan memiliki sebaran pembiayaan (Rp 1-5 triliun), kecuali
di provinsi Kalimantan Tengah (Rp 645 miliar). Di pulau Sulawesi, sebaran
pembiayaan terbesar dimiliki oleh Sulawesi Selatan (Rp 4,9 triliun), sementara
daerah lainnya bervariasi (Rp 500 miliar 1 triliun) dan (<Rp 5 miliar). Berikut
adalah sebaran pembiayaan perbankan di setiap provinsi di Indonesia:
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Provinsi
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Sumatera Selatan
Bangka Belitung
Jambi
Bengkulu
Riau
Kepulauan Riau
Lampung
DKI Jakarta
Jawa Barat
Total Prosentase
Rp 3.007 1,60%
Rp 7.667 4,08%
Rp 3.739 1,99%
Rp 4.192 2,23%
Rp 302 0,16%
Rp 2.047 1,09%
Rp 804 0,43%
Rp 3.397 1,81%
Rp 2.163 1,15%
Rp 2.357 1,25%
Rp 77.077 40,98%
Rp 22.855 12,15%
No
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Provinsi
Banten
Jawa Tengah
D.I Yogyakarta
Jawa Timur
Bali
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan
Sulawesi Utara
Gorontalo
Total Prosentase
Rp 5.587 2,97%
Rp 10.842 5,77%
Rp 2.122 1,13%
Rp 17.425 9,27%
Rp 1.328 0,71%
Rp 2.480 1,32%
Rp 645 0,34%
Rp 3.889 2,07%
Rp 2.791 1,48%
Rp 523 0,28%
Rp 353 0,19%
No
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Provinsi
Sulawesi Barat
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
Maluku
Maluku Utara
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Irian Jaya Barat
Papua
Lainnya
1. Bank Syariah
Perkembangan
syariah sampai Juni 2014 justru mengalami penurunan dan baru mencapai 4.36% dari
perbankan nasional. Hal tersebut juga terjadi terhadap presentase pertumbuhan DPK
bank syariah sampai Juni 2014 yang hanya sebesar 2.14%, meskipun masih tersisa 1
semester untuk bank syariah meningkatkan growth DPK nya, namun diperkirakan
tidak akan mencapai pertumbuhan DPK di tahun sebelumnya.
Komposisi dana pihak ketiga (DPK) perbankan
syariah maupun perbankan secara nasional masih
didominasi oleh Produk Deposito, yaitu sebesar 62%
dan 43%. Sedangkan produk Low Cost Fund yaitu
produk Giro di Bank Syariah hanya sebesar 8%, jauh
lebih kecil dibandingkan produk Giro di Perbankan
Nasional sebesar 24%. Produk Low Cost Fund
lainnya yakni Tabungan, Bank Syariah juga memiliki
presentase yang lebih kecil, hanya sebesar 30%
(tabungan wadiah 6% dan tabungan mudharabah
24%) jika dibandingkan dengan produk Tabungan di
Perbankan Nasional sebesar 33%. Produk Tabungan
Mudharabah juga masih lebih diminati oleh nasabah
bank syariah dibandingkan dengan produk
Tabungan wadiah, meskipun rata-rata syariah tidak
mengambil biaya administrasi dari tabungan
wadiah, namun bagi hasil (mudharabah) tetap
menjadi pilihan utama bagi nasabah bank syariah.
Grafik 1.10. Komposisi DPK Perbankan Syariah
Sumber: Statistik OJK (Juni 2014), KCI Analysis
1. Bank Syariah
Perkembangan
Tabungan
1,168,786
1,883,875
2,711,374
3,600,205
4,315,582
5,790,058
7,869,475
10,231,194
12,187,397
12,896,014
Deposito
61,003
74,078
91,714
114,739
150,348
186,400
224,217
317,864
356,422
352,481
Total Rekening
1,255,889
1,992,452
2,845,829
3,766,067
4,537,565
6,053,658
8,187,428
10,847,862
12,724,187
13,430,904
Penambahan
Total
Jumlah
Rekening
meningkat tajam pada tahun 2010 2013.
DPK
1. Bank Syariah
Perkembangan
DPK terbesar terdapat di provinsi DKI Jakarta sebesar 49,44% dari total DPK (Rp. 91.7 triliun).
Untuk di pulau Jawa, sebaran DPK hampir merata, yaitu (Rp 15 triliun) dan (>Rp. 10 triliun).
Di pulau Sumatera, provinsi Sumatera Utara memiliki penyebaran DPK terbesar (Rp. 6,2
triliun), sementara provinsi lainnya (Rp. 15 triliun) kecuali Bengkulu & Bangka Belitung (<Rp.
5 miliar). Pulau Kalimantan penyebaran DPK terbesar di provinsi Kalimantan Timur (Rp. 3,6
triliun). Di pulau Sulawesi, rata-rata sebaran DPK adalah (Rp. 500 miliar -1 triliun), kecuali
Sulawesi Selatan (Rp. 2,8 triliun) dan Sulawesi barat (Rp. 99 miliar). Berikut adalah sebaran
pembiayaan perbankan di setiap provinsi di Indonesia:
1. Bank Syariah
Perkembangan
Grafik 1.12. Perkembangan Kinerja Funsi Intermediasi dan Pengelolaan Kualitas Aktiva
Sumber: Statistik OJK (Juni 2014), KCI Analysis
FUNGSI INTERMEDIASI
Dengan
rata-rata
FDR
perbankan
syariah
yang
selalu di atas 96%, maka
fungsi
intermediasi
di
perbankan syariah lebih
tinggi
dari
di
bank
konvesional (LDR 60% 90%).
Sehingga fungsi perbankan
sebagai
lembaga
intermediasi
benar-benar
telah
diaplikasikan
di
perbankan syariah.
Tahun
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Juni 2014
FDR
LDR
NPF
NPL
97.75%
59.66%
2.82%
7.56%
98.90%
61.56%
4.75%
6.07%
99.76%
66.32%
4.05%
4.07%
103.65%
74.58%
3.95%
3.20%
89.70%
72.88%
4.01%
3.31%
89.67%
75.21%
3.02%
2.56%
88.94%
78.77%
2.52%
2.17%
100.00%
83.58%
2.22%
1.87%
100.32%
89.70%
2.62%
1.77%
95.50%
90.25%
3.49%
2.16%
Tabel 1.10. Kinerja Intermediasi dan
Pengelolaan Kualitas Aktiva
Sumber: Statistik OJK (Juni 2014), KCI Analysis
dikarenakan
imbas
yang
masih dirasakan akibat krisis
ekonomi tahun 1998, namun
setelah itu bank konvensional
kembali pada jalurnya dengan
NPL yang terus menurun
setiap tahunnya, sedangkan
di bank syariah masih cukup
stabil di kisaran 2%-3%.
1. Bank Syariah
Perkembangan
KINERJA EFISIENSI
PROFITABILITAS
Tingkat profitabilitas perbankan syariah (ROA
berkisar 1.35%-2.14%) masih lebih rendah
dibandingkan dengan perbankan konvensional,
dengan ROA pada kisaran 2.33%2.08%. Sempat
meningkat pada tahun 2012, ROA perbankan
syariah kembali mengalami penurunan pada
tahun berikutnya, dan sampai Juni 2014 ROA
bank syariah hanya sebesar 1.09%, dimana hal ini
2. Asuransi Syariah
Perkembangan Ekonomi 17
Sejak
berdirinya
asuransi
Syariah pertama di Indonesia,
Asuransi Takaful Keluarga dan
Asuransi Takaful Umum di
tahun 1994, saat sampai
dengan tahun 2014 jumlah
asuransi Syariah di Indonesia
telah bertambah menjadi 48
(empat
puluh
delapan)
industri.
2. Asuransi Syariah
Perkembangan Ekonomi 18
2. Asuransi Syariah
Perkembangan Ekonomi 19
Grafik 2.5.
Kontribusi Bruto
Asuransi Nasional
Indonesia Tahun
2009 - 2013
(dalam Rp miliar)
Sumber : Data
OJK, AASI
(Desember 2013)
2. Asuransi Syariah
Perkembangan Ekonomi 20
Grafik 2.6. Investasi Asuransi Syariah Indonesia Tahun 2009 Maret 2014 (dalam Rp Miliar)
Sumber : Data OJK, AASI (Maret 2014)
Perkembangan Ekonomi 21
Sumber: Islamic Finance Development Report 2014 ICDI & Thompson Reuters
Perkembangan Ekonomi 22
Sumber: Islamic Finance Development Report 2014 ICDI & Thompson Reuters
Perkembangan Ekonomi 23
Sukuk Global
Malaysia tetap menjadi pasar terbesar penerbitan sukuk pada tahun 2013 yang
menguasai 68,8% dari total emisi. Arab Saudi dan Uni Emirat Arab berada pada urutan
ke 2 (dua) dan ke 3 (tiga) pada tahun yang sama dengan volume emisi $ 14,7 miliar dan
$ 7,1 miliar yang mewakili masing-masing 40,5% dan 16,8%.
Grafik 2: Emisi Sukuk Berdasarkan Domisili hingga 2013 (dalam jumlah USD milyar)
Perkembangan Ekonomi 24
Perkembangan Ekonomi 25
Perkembangan
Perjalanan pasar modal syariah diinisiasi pada
tahun 1997 sejak diterbitkan untuk pertama
kalinya Reksadana syariah oleh PT Danareksa
Investment. Hingga 17 (tujuh belas) tahun sejak
dimulainya, pasar modal syariah telah mengalami
berbagai perkembangan dari berbagai sisi.
Perkembangan ini dapat dilihat dari dukungan
regulator melalui peraturan, berbagai jenis produk
syariah dari instrument pasar modal yang dibuat
pelaku industri , trend positif pertumbuhan
instrumen
pasar
modal
syariah, dan penerbitan fatwa
oleh Dewan Syariah Nasional
(DSN). Hal ini menunjukkan
bahwa pasar modal syariah di
Indonesia juga berkembang
dan diminati seperti industri
keuangan syariah lainnya.
Instrument-instrument
tersebut
adalah
saham
syariah, sukuk, dan reksa
dana syariah.
Perkembangan Ekonomi 26
Saham Syariah
Screening Daftar Efek Syariah (DES)
Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia
tidak dapat dilepaskan dari kinerja saham syariah.
Hal ini karena konsep saham sendiri tidak
bertentangan dengan nilai syariah Islam dan ini
menyebabkan banyak saham yang ada di Indonesia
dikategorikan sebagai saham syariah. Agar dapat
masuk dalam kategori saham syariah, saham yang
sudah ada harus melalui screening dari Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) dan Dewan Syariah Nasional
(DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ini termuat
dalam Peraturan Bapepam-LK No. II.K.I tentang
Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah, yaitu
Efek yang dapat dimuat dalam Daftar Efek Syariah
yang ditetapkan oleh Bapepam dan LK meliputi:
Efek berupa saham termasuk Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu (HMETD) syariah dan Waran
syariah yang diterbitkan oleh Emiten atau
Perusahaan Publik yang menyatakan bahwa
kegiatan usaha serta cara pengelolaan usahanya
dilakukan berdasarkan prinsip syariah sebagaimana
tertuang dalam anggaran dasar;
Efek berupa saham termasuk Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu (HMETD) syariah dan Waran
syariah yang diterbitkan oleh Emiten atau
Perusahaan Publik yang tidak menyatakan bahwa
kegiatan usaha serta cara pengelolaan usahanya
dilakukan berdasarkan prinsip syariah, sepanjang
Emiten atau Perusahaan Publik tersebut tidak
melakukan kegiatan usaha sebagai berikut:
1. perjudian dan permainan yang tergolong judi;
2. perdagangan yang dilarang menurut syariah,
antara lain:
perdagangan yang tidak disertai dengan
penyerahan barang/jasa;
perdagangan
dengan
penawaran/permintaan palsu;
3. jasa keuangan ribawi, antara lain:
bank berbasis bunga;
perusahaan pembiayaan berbasis bunga;
4. jual beli risiko yang mengandung unsur
ketidakpastian (gharar) dan/atau judi (maisir),
antara lain asuransi konvensional;
5. memproduksi,
mendistribusikan,
memperdagangkan,
dan/atau menyediakan
antara lain:
barang atau jasa haram
zatnya (haram lidzatihi);
barang atau jasa haram
bukan karena zatnya
(haram lighairihi) yang
ditetapkan oleh DSNMUI;
barang atau jasa yang
merusak moral
dan/atau bersifat
mudarat;
6. melakukan transaksi yang
mengandung unsur suap
(risywah); dan
memenuhi rasio-rasio
keuangan sebagai berikut:
total utang yang
berbasis bunga
dibandingkan dengan
total asset tidak lebih
dari 45% (empat puluh
lima per seratus); atau
total pendapatan
bunga dan pendapatan
tidak halal lainnya
dibandingkan dengan
total pendapatan usaha
(revenue) dan
pendapatan lain-lain
tidak lebih dari 10%
(sepuluh per seratus);
dan
Efek Syariah lainnya.
Perkembangan Ekonomi 27
Grafik 1: Perkembangan Saham Syariah sejak tahun 2009 hingga Agustus 2014
Perkembangan Ekonomi 28
Adapun penurunan jumlah saham syariah pada Periode I 2014 didominasi oleh faktor
eliminasi karena tidak memenuhi kriteria saham syariah.
Pada periode ini terdapat 34 saham yang keluar dari DES dan 32 saham baru yang masuk.
SAHAM YANG KELUAR DES
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
PT Singleterra Tbk.
13
PT Berlina Tbk.
14
26
PT Sri Rejeki Isman Tbk.
27
PT Tanah Laut Tbk.
28
PT Wijaya Karya Beton Tbk.
Saham yang masuk DES secara insidentil (IPO)
29
PT Link Net Tbk
30
PT Chitose Internasional Tbk
31
PT Sitara Propertindo Tbk
32
PT Mitrabara Adiperdana Tbk
Perkembangan Ekonomi 29
Jika dibandingkan
dengan tahun
sebelumnya, maka
tidak ada pergerakan
angka yang dapat
dikatakan signifikan.
Sektor perdagangan,
jasa dan investasi
adalah sektor yang
masih mendominasi
saham syariah pada
tahun 2014
sebagaimana halnya
tahun 2013 dan
menyusul sektor
lainnya dengan
prosentase di bawah
20%.
2014
26.96%
16.3%
15.36%
9.72%
9.09%
8.78%
9.09%
4.08%
0.63%
2013
27,22%
16,46%
15,19%
9,81%
9,18%
8,86%
8,54%
4,11%
0,63%
Perkembangan Ekonomi 30
Pertumbuhan Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dan Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)
Kapitalisasi pasar Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) hingga Agustus 2014 tercatat sebesar Rp.
5.108,52 ribu triliun. Angka tersebut disumbang
oleh kapitalisasi pasar Indeks Saham Syariah (ISSI)
sebesar 58,6%. Ini menunjukkan bahwa dari sudut
pandang nilai rupiah yang dibentuk oleh kapitalisasi
pasar, IHSG unggul di atas ISSI karena merupakan
nilai dari keseluruhan saham termasuk saham
syariah. Namun jika dilihat dari sisi pertumbuhan,
secara keseluruhan sejak diluncurkan,
maka
nilai
pertumbuhan
market cap ISSI ada di atas
pertumbuhan
market
cap
IHSG.
Kapitalisasi pasar ISSI tumbuh
dengan nilai pertumbuhan di
atas IHSG pada tahun 2012
dan
2013,
serta
nilai
pertumbuhan di bawah IHSG
pada tahun 2014.
Grafik 3: Perbandingan
Kapitalisasi Pasar Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) dan Indeks
Saham Gabungan (IHSG) sejak
tahun 2009 hingga Agustus 2014
serta Pertumbuhannya
karena
saham
yang
mendominasi
pergerakan
IHSG berasal dari sektor
perbankan yang tidak masuk
dalam DES karena rasio
pendapatan
bunga
yang
melebihi 45% dari total
pendapatan.
Perkembangan Ekonomi 31
Source: IDX
*Data per 29 Agustus 2014
mencapai
25%
sehingga
pertumbuhan sebesar 25,97%
dapat berpengaruh hingga
6,49% terhadap IHSG.
Perkembangan Ekonomi 32
Pertumbuhan
JII
yang
meningkat
20,59%
pada
Agustus 2014 dibanding tahun
2013 menjadi sebesar Rp
2.016 triliun, setara dengan
39,47% dari total kapitalisasi
pasar saham.
Sukuk
Sukuk Korporasi
Sejak Januari hingga Agustus 2014, terdapat satu
Sukuk Korporasi berkelanjutan yang memperoleh
pernyataan aktif oleh Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) yaitu Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I
Tahap I Bank BII Tahun 2014 dengan nilai emisi
penerbitan sebesar Rp 300,00 miliar. Pada periode
yang sama, terdapat 4 Sukuk Korporasi jatuh
tempo yaitu:
Sukuk Ijarah PLN III Tahun 2009 seri A;
Sukuk Mudharabah Berkelanjutan Adira Dinamika
Multi Finance I Tahun 2013 Seri A;
Sukuk Ijarah Matahari Putra Prima II Tahun 2009
Seri B;
Sukuk Ijarah Indosat II Tahun 2007 dengan total
nilai Rp 895,0 miliar.
Disamping itu, terdapat tiga Sukuk korporasi yang
mengalami restrukturisasi yaitu Sukuk
Perkembangan Ekonomi 33
Jika
dilihat
dari
nilai
nominal,
proporsi
Sukuk
Korporasi outstanding pada
Agustus 2014 mencapai 3,11%
dari total nilai Obligasi
Korporasi
dan
Sukuk
Korporasi
outstanding
sebesar Rp 218,5 triliun.
Perkembangan Ekonomi 34
Sukuk Negara
Sukuk Negara, atau lebih dikenal dengan Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN) merupakan salah
satu alternatif pembiayaan belanja Negara. SBSN
diatur tersendiri dalam Undang-undang No. 19
tahun 2008. Setidaknya, ada 6 (enam) seri sukuk
yang diterbitkan oleh Negara yakni:
1. Sukuk Negara Ritel (SR) yang diterbitkan
khusus bagi investor individu warga Negara
Indonesia;
2. Sukuk Negara Indonesia (SNI) yang merupakan
SBSN yang diterbitkan dalam denominasi
valuta asing (US Dollar) dan ditujuka untuk
investor asing;
3.
4.
5.
6.
Surat Perbendaharaan
Negara Syariah (SPN-S);
Islamic Fixed Rate (IFR);
Project Based Sukuk
(PBS);
Sukuk Dana Haji (SDHI)
merupakan penempatan
Dana Haji dan Dana Abadi
Umat berdasarkan
kesepakatan Kementrian
Agama dan Kementrian
Keuangan yang tidak
diperjual belikan.
Grafik 9: Proporsi Jumlah Outstanding SBSN Hingga Agustus 2014 (Nilai Outstanding dalam Rp Trilyun)
Perkembangan Ekonomi 35
Grafik 10: Grafik Pertumbuhan dan Jumlah Sukuk Negara (SBSN) Outstanding)
Perkembangan Ekonomi 36
Reksadana Syariah
Selama kurun waktu Januari sampai dengan
Agustus 2014 terdapat penerbitan 10 Reksa Dana
Syariah yang memperoleh Pernyataan Efektif dari
OJK yaitu:
1. Millenium Equity Syariah
2. CIMB-Principal Balanced Growth Syariah
3. Insight Terproteksi Syariah I
4. Insight Terproteksi Syariah II
5. CIMB-Principal Islamic Sukuk III Syariah
6. Danareksa Syariah Saham
7. HPAM Syariah Ekuitas
8. Terproteksi Mandiri Syariah Seri 12
9. Simas Syariah Berkembang
10. Simas Syariah Unggulan.
11. Sementara itu, pada periode yang sama
terdapat 9 Reksa Dana Syariah memperoleh
Pernyataan Efektif Pembubaran dari OJK
yaitu:
Grafik 12: Perkembangan Reksa Dana Syariah
sejak 2009 hingga Agustus 2014
Perkembangan Ekonomi 37
Fatwa
Perkembangan fatwa yang berkaitan dengan pasar modal syariah Indonesia dimulai
sejak tahun 2001 sebagai respon DSN setelah tahun 1997 reksadana syariah untuk
pertama kalinya dikeluarkan oleh Dana Reksa.
Perkembangan Ekonomi 38
Investor
Index Financial Literacy
Sederhananya, financial literacy dapat dikatakan
sebagai
pengetahuan
tentang
bagaimana
bertransaksi dengan lembaga-lembaga keuangan,
termasuk juga pasar modal.
Sederhananya, financial literacy dapat dikatakan
Perkembangan Ekonomi 39
Menghasilkan
sebuah
kesimpulan bahwa orang
Indonesia yang mengerti dan
menggunakan
reksadana
didominasi
oleh
orang
dengan pekerjaan formal dan
pensiunan, pada rata-rata
umur 26 sampai 50 tahun,
dengan pengeluaran lebih
dari $ 175 per bulan,
berpendidikan minimal strata
satu
dan
tinggal
di
perkotaan.
profesi
penunjang
pasar
modal
Indonesia
hingga
Agustus 2014 antara lain
sebagaimana yang tertera
dalam table.
Jasa/Layanan Syariah
Perusahaan efek yang melakukan penjaminan emisi sukuk
korporasi
Manajer Investasi yang mengelola reksa dana syariah
Pihak Penerbit DES
Bank Kustodian yang telah memperoleh rekomendari DSN-MUI
untuk memberikan layanan syariah
Wali Amanat yang terlibat dalam perwaliamanatan penerbitan
sukuk korpporasi
Perusahaan Efek yang memiliki layanan online trading syariah
Jumlah
21
29
1
11
6
8
Persaingan Industri
Peta Persaingan
Industri Syariah di Indonesia
40
1. Bank Syariah
Peta Persaingan
1. Bank Syariah
Peta Persaingan
1. Bank Syariah
Peta Persaingan
Sedangkan
Bank
Victoria
Syariah, pada tahun 2013
mengalami kenaikan pembiayaan sebesar Rp. 383 miliar.
Berdasarkan pencapaian tersebut, maka Bank Panin Syariah
merupakan Top New Financing
Market Gainer untuk kategori
Bank Umum Syariah Buku 1.
1. Bank Syariah
Peta Persaingan
1. Bank Syariah
Peta Persaingan
1. Bank Syariah
Peta Persaingan
1. Bank Syariah
Peta Persaingan
1. Bank Syariah
Peta Persaingan
1. Bank Syariah
Peta Persaingan
1. Bank Syariah
Peta Persaingan
1. Bank Syariah
Peta Persaingan
2. Asuransi Syariah
Persaingan Industri
52
Rp 10
triliun
Rp 12,8
triliun
Grafik 2.8. Market Share Aset Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah 2013
Sumber: Laporan Keuangan 2013, Analisis KCI
2. Asuransi Syariah
Persaingan Industri
53
Rp 5,4
miliar
Rp 7,2
miliar
2. Asuransi Syariah
Persaingan Industri
54
Grafik 2.12. Efisiensi Pengelolaan Dana Tabarru Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah 2013
Sumber : Laporan Keuangan 2013, Analisis KCI
Kinerja perusahaan asuransi jiwa Syariah dalam mengelola dana tabarru di tahun 2013 ini
terlihat kurang optimal. Hal ini dapat ditunjukkan dengan hanya 6 asuransi jiwa yang meraih
surplus di tahun tersebut, sementara asuransi jiwa lain mengalami defisit. Surplus terbesar
diraih oleh Asuransi Jiwa Mega Life dengan (15,41%), diikuti oleh Asuransi Takaful Keluarga
(12,95%), dan BNI Life (12,06%).
Industri Asuransi Jiwa Syariah Indonesia memiliki tingkat profitabilitas yang cukup baik di tahun
2013. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan total investasi dan hasil investasi dari
laporan keuangan masing-masing industri asuransi jiwa Syariah di tahun tersebut.
Berdasarkan data laporan keuangan 2013, Asuransi Jiwa Syariah Al Amin memperoleh tingkat
Sumber : Laporan Keuangan 2013, Analisis KCI
profitabilitas yang paling tinggi (3,32%), disusul oleh Great Eastern (3,10%), dan Allianz Life
(2,21%).
2. Asuransi Syariah
Persaingan Industri
55
Grafik 2.14.
Kinerja Asuransi
Jiwa Syariah 2013
(Aset >150 miliar)
Sumber: Laporan
Keuangan 2013,
Analisis KCI
Mayoritas asuransi jiwa Syariah dengan aset lebih dari Rp 150 milyar memiliki kinerja
yang Prudent dalam pengelolaan risiko. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rasio Prudent
Risk Management yang berada dibawah rata-rata, kecuali Asuransi Jiwa Syariah Al Amin
dan Asuransi jiwa Syariah Amanah Jiwa Giri Artha.
Kinerja Profitable Investment yang ditunjukkan oleh rasio hasil investasi terhadap total
investasi pada tahun 2013 menunjukkan hasil yang cukup baik, yaitu mencapai rata-rata
1,03%.
Perusahaan asuransi jiwa Syariah yang memiliki profitabilitas tinggi dan ditunjang oleh
pengelolaan risiko yang baik adalah Asuransi Allianz Life Indonesia, Prudential Life
Assurance, Asuransi Takaful Keluarga, dan BNI Life Insurance.
2. Asuransi Syariah
Persaingan Industri
Sumber:
Laporan
Keuangan
2013,
Analisis KCI
Sebagian besar asuransi jiwa Syariah dengan aset kurang dari Rp 150 milyar memiliki
kinerja yang Prudent dalam pengelolaan risiko. Perusahaan asuransi jiwa tersebut adalah
Great Eastern Life Indonesia, AXA Mandiri Financial Services, Asuransi Bringin Jiwa
Sejahtera, Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, dan Sun Life Financial Indonesia.
Kinerja Profitable Investment yang ditunjukkan oleh rasio hasil investasi terhadap total
investasi pada tahun 2013 juga menunjukkan hasil yang cukup baik, yaitu mencapai ratarata 0,63%.
Perusahaan asuransi jiwa Syariah yang memiliki profitabilitas tinggi dan ditunjang oleh
pengelolaan risiko yang baik adalah Great Eastern Life Indonesia, AXA Mandiri Financial
Services, dan Asuransi Bringin Jiwa Sejahtera.
56
2. Asuransi Syariah
Persaingan Industri
57
Grafik 2.16. Market Share Aset Perusahaan Asuransi Umum Syariah 2013
Sumber: Laporan Keuangan 2013, Analisis KCI
Grafik 2.17. Market Gainer Aset Perusahaan Asuransi Umum Syariah 2013
Sumber: Laporan Keuangan 2013, Analisis KCI
Islamic Finance Outlook
2015
2. Asuransi Syariah
Persaingan Industri
58
Rp 1,42
miliar
Rp 1,31
miliar
Grafik 2.18. Market Share Kontribusi Bruto Perusahaan Asuransi Umum Syariah 2013
Grafik 2.19. Market Gainer Kontribusi Bruto Asuransi Umum Syariah 2013
Sumber : Laporan Keuangan 2013, Analisis KCI
2. Asuransi Syariah
Persaingan Industri
Grafik 2.20. Efisiensi Pengelolaan Dana Tabarru Perusahaan Asuransi Umum Syariah 2013
Sumber : Laporan Keuangan 2013, Analisis KCI
Kinerja perusahaan asuransi umum Syariah dalam mengelola dana tabarru di tahun
2013 ini terlihat kurang optimal. Hal ini dapat ditunjukkan dengan masih terdapat 7
asuransi umum yang meraih defisit di tahun tersebut. Meskipun demikian, asuransi
umum Syariah yang mendapat surplus masih tetap dominan. Surplus terbesar diraih
oleh Asuransi umum full fledge Syariah, yaitu Jaya Proteksi Takaful (35,85%) dan
Asuransi Takaful Umum (35,15%). Asuransi Tripakarta menyusul di peringkat ketiga
dengan tingkat efisiensi sebesar 29%.
59
2. Asuransi Syariah
Persaingan Industri
60
Grafik 2.21.
Kinerja Asuransi
Umum Syariah
2013 (Aset >100
miliar)
Sumber: Laporan
Keuangan 2013,
Analisis KCI
Sebagian asuransi Umum Syariah dengan aset lebih dari Rp 100 milyar memiliki kinerja
yang kurang Prudent dalam pengelolaan risiko. Hal ini dapat ditunjukkan dengan hanya 4
perusahaan yang memiliki rasio Prudent Risk Management diatas rata-rata, yaitu
Asuransi Takaful Umum, Asuransi Tripakarta, Jaya Proteksi Takaful, dan Asuransi
Bangun Askrida.
Kinerja Profitable Investment yang ditunjukkan oleh rasio hasil investasi terhadap total
investasi pada tahun 2013 menunjukkan hasil yang cukup baik, yaitu mencapai rata-rata
2,01%.
Perusahaan asuransi umum Syariah yang memiliki profitabilitas tinggi dan ditunjang oleh
pengelolaan risiko yang baik adalah Asuransi Bangun Askrida dan Jaya Proteksi Takaful.
2. Asuransi Syariah
Persaingan Industri
Sumber:
Laporan
Keuangan
2013,
Analisis KCI
Sebagian asuransi umum Syariah dengan aset kurang dari Rp 100 milyar juga memiliki
kinerja yang kurang Prudent dalam pengelolaan risiko. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
hanya 4 perusahaan yang memiliki rasio Prudent Risk Management diatas rata-rata, yaitu
Asuransi Parolamas, Asuransi Ramayana, Allianz Utama Indonesia, dan Asuransi Bringin
Sejahtera Artamakmur.
Kinerja Profitable Investment yang ditunjukkan oleh rasio hasil investasi terhadap total
investasi pada tahun 2013 juga menunjukkan hasil yang cukup baik, yaitu mencapai ratarata 1,26%.
Perusahaan asuransi umum Syariah yang memiliki profitabilitas tinggi dan ditunjang oleh
pengelolaan risiko yang baik adalah Asuransi Parolamas, dan Asuransi Ramayana.
61
2. Asuransi Syariah
Persaingan Industri
62
Reasuransi Syariah
ASET REASURANSI SYARIAH
Menurut data Otoritas
Jasa keuangan (OJK) dan
Asosiasi Asuransi Syariah
Indonesia (AASI), Aset
Reasuransi Syariah tahun
2013 meningkat menjadi
Rp 725 miliar atau
mengalami peningkatan
sebesar 29% dari tahun
sebelumnya.
Meskipun terus
bertambah, namun tingkat
pertumbuhan aset
reasuransi ini lebih kecil
daripada tingkat
pertumbuhan di tahun
2012, yaitu 33%.
2. Asuransi Syariah
Persaingan Industri
63
Reasuransi Syariah
KONTRIBUSI BRUTO REASURANSI SYARIAH
2. Asuransi Syariah
Persaingan Industri
Grafik 2.27. Efisiensi Pengelolaan Dana Tabarru & Tingkat Profitabilitas Perusahaan
Reasuransi Syariah 2013
Sumber : Laporan Keuangan 2013, Analisis KCI
64
2. Asuransi Syariah
Persaingan Industri
65
Reasuransi Syariah
MAPPING KINERJA REASURANSI
Mapping kinerja Industri Reasuransi Syariah dapat dilihat dengan membandingkan tingkat
profitabilitas (Profitable Investment) dengan tingkat pengelolaan risiko (Prudent Risk
Management).
Grafik 2.28.
Kinerja Reasuransi
Syariah 2013
Sumber: Laporan
Keuangan 2013,
Analisis KCI
Sebagian besar reasuransi Syariah memiliki kinerja yang Prudent dalam pengelolaan
risiko. Hal ini ditunjukkan dengan 2 perusahaan reasuransi yang memiliki rasio Prudent
Risk Management diatas rata-rata, yaitu Reasuransi Internasional Indonesia (Reindo) dan
Reasuransi nasional Indonesia (Nasre).
Kinerja Profitable Investment yang ditunjukkan oleh rasio hasil investasi terhadap total
investasi pada tahun 2013 juga menunjukkan hasil yang cukup baik, yaitu mencapai ratarata 3,25%.
Perusahaan asuransi umum Syariah yang memiliki profitabilitas tinggi dan ditunjang oleh
pengelolaan risiko yang baik adalah Reasuransi Internasional Indonesia (Reindo).
Persaingan Industri
66
Persaingan Industri
67
IDR melemah
Inflasi meningkat
Pertumbuhan Kredit
menurun
CONSLUSION
Conclusion
BANK SYARIAH
ASURANSI SYARIAH
PASAR MODAL
SYARIAH
68
1. Bank Syariah
Conclusion
PROPERTI
Perlambatan perekonomian di Indonesia dapat
dilihat dari sektor-sektor bisnis yang juga
mengalami perlambatan. Salah satu sektor yang
diperkirakan akan mengalami perlambatan pada
tahun 2015 adalah sektor bisnis properti, baik
hunian tapak maupun hunian susun.
Perlambatan yang terjadi dapat disebabkan oleh 2
(dua) hal yang cukup berpengaruh signifikan yaitu
kenaikan dari biaya bahan baku bangunan yang
mencapai lebih dari 30% dan upah tenaga kerja
yang juga naik lebih dari 20%. Melihat perlambatan
ini, perbankan syariah tidak disarankan untuk
hanya berfokus pada sektor ini, yang selama ini
sangat diminati oleh hampir seluruh perbankan
syariah baik BUS maupun UUS dan lebih melihat
pada sektor ritel.
Hunian Tapak:
Perlambatan disebabkan karena berhentinya
subsidi dari pemerintah pada tahun 2015 terkait
1. Bank Syariah
Conclusion
FINANCE
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)
bersubsidi akibat realokasi subsidi memang akan
membawa pengaruh positif terutama dapat
meringankan defisitnya neraca negara. Namun
tidak dapat dipungkiri hal tersebut tetap akan
memberikan dampak negatif terhadap hampir
semua
sektor,
termasuk
perbankan,
baik
perbankan konvensional maupun perbankan
syariah. Hal yang cukup signifikan dari efek
kenaikan bahan bakar minyak (BBM) adalah
kemungkinan akan ikut meningkatnya tingkat NPL
perbankan konvensional maupun NPF perbankan
syariah. Kenaikan NPF perbankan pada tahun 2015
diperkirakan akan mencapai angka yang cukup
fantastis yaitu mencapai angka 8% - 11%. Sehingga
sektor perbankan harus bersiap dan melakukan
beberapa langkah yang mungkin dapat menurunkan
risiko NPF yang sangat besar di tahun 2015 ini.
1. Bank Syariah
Conclusion
2. Asuransi Syariah
Conclusion
ISSUES
Perkembangan industri asuransi di Indonesia tidaklah lepas dari campur tangan
pemerintah sebagai regulator dan pemberi kebijakan. Dengan dukungan dari pemerintah,
diyakini bahwa Usaha Perasuransian di Indonesia akan semakin tumbuh dan berkembang.
Ada beberapa hal krusial terkait perkembangan asuransi Syariah di Indonesia di tahun
2015, antara lain:
1.
72
2. Asuransi Syariah
Conclusion
ISSUES
3. Pengembangan Asuransi Mikro Syariah
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bekerjasama dengan Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia
(AASI), Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) dan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia
(AAUI) telah menyusun Grand Design pengembangan asuransi mikro Syariah di
indonesia.
OJK juga mendorong para industri asuransi Syariah di Indonesia untuk mengembangkan
produk Asuransi Mikro Syariah yang ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan
rendah. Apabila produk asuransi mikro Syariah ini berhasil dikembangkan dan berhasil
menarik minat masyarakat Indonesia (khususnya masyarakat berpenghasilan rendah)
untuk berasuransi, maka diperkirakan pangsa pasar asuransi Syariah di Indonesia akan
meningkat di tahun-tahun mendatang. Masyarakat Indonesia pun semakin banyak yang
dapat menikmati manfaat dari asuransi syariah.
73
2. Asuransi Syariah
Conclusion
74
PREDICTION
1.
2.
Kenaikan BBM sebesar 30% mengakibatkan kenaikan inflasi di tahun 2015, yang
diperkirakan mencapai 6,8%-7,3%. Hal ini juga akan membawa dampak negatif
kepada bisnis asuransi, sehingga disarankan kepada asuransi Syariah untuk lebih
berfokus kepada produk asuransi mikro. Produk asuransi mikro yang memiliki target
masyarakat berpenghasilan rendah diharapkan dapat lebih menjangkau masyarakat
umum di Indonesia. Apabila produk-produk Asuransi tersebut dapat dikembangkan
dengan baik, maka diperkirakan market share Asuransi Syariah pada tahun 2015
mendatang akan mencapai atau berada diatas 5%.
3.
Kemunculan BPJS sempat membuat pendapatan premi Asuransi jiwa Syariah menjadi
stagnan di tahun 2014, dikarenakan banyak masyarakat menengah yang beralih ke
BPJS. Dengan melakukan skema Coordination of Benefit (COB) antara BPJS dan
Asuransi jiwa syariah, maka lini usaha asuransi jiwa syariah dapat lebih ditingkatkan.
Bila skema COB ini dapat berjalan dengan baik sesuai dengan mekanisme yang jelas,
maka pertumbuhan Asuransi jiwa Syariah di tahun 2015 akan meningkat.
4.
Pesimis
Moderat
Optimis
17%
21%
26%
Conclusion
75
perbankan
syariah
dalam
mendapatkan pendanaan baik
salah satu caranya adalah
melalui
penerbitan
sukuk
dengan
sekuritisasi
pembiayaan.
Reksadana Syariah Masih akan
Bertumbuh pada 2015
Walaupun
pertumbuhan
reksadana
syariah
hingga
Agustus 2014 ytd tidak begitu
tinggi yakni sekitar 1,3%,
namun
tren
pertumbuhan
reksadana syariah yang terus
mengalami pertumbuhan positif
hingga
Agustus
2014
ini
diperkirakan
akan
terus
berlanjut
hingga
2015.
Raksadana saham diperkirakan
tetap
menjadi
reksadana
syariah
dengan
kontribusi
terbesar dibanding reksadana
lainnya.
Selain
itu,
pertumbuhan IHSG dan ISSI
yang tumbuh secara signifikan
dibanding tahun 2013 membuat
investor optimis bahwa pasar
saham akan terus tumbuh
positif dan berdampak pada
pertumbuhan
reksadana.
Namun Fed rate harus cukup
diwaspadai
karena
dimungkinkan dapat membawa
dampak
negative
bagi
pertumbuhan
reksadana
Indonesia.
76