Você está na página 1de 12

Analisis Kontrastif

1. Tujuan analisis Kontrastif

Analisis Kontrastif muncul pada saat pengajaran bahasa kedua mengalami berbagai
masalah. Masalah tersebut antara lain kesulitan belajar dari kesalahan berbahasa yang dialami
oleh siswa dalam mempelajari bahasa kedua. Masalah tersebut meinimbulkan masalah lain
seperti pereneanaan pengajaran bahasa, penyusunan bahan pengajaran. penyusunan tata
bahasa paedagogis, metode pengajaran bahasa, dan penataan kelas belajar bahasa kedua.
Tujuan utama analisis kontrastif adalah mengatasi berbagai masalah yang dihadapi
oleh guru dan yag dialami oleh siswa dalam proses belajar mengajar bahasa kedua. Implikasi
analisis Kontrastif dalam proses belajar mengajar bahasa kedua terlihat pada hal-hal berikut
ini.
1. Penyusunan meteri pengajaranbahasa kedua di susun berdasarkan butir-butir yang berbeda
antara struktur bahasa ibu siswa dan struktur bahasa kedua yang akan dipelajari oleh
siswa.
2. Penyusunan tata bahasa paedagogis didasarkan pada aliran linguistik tertentu. Lingustik
struktural sangat mendominasi analisis kontrastif.
3. Penataan kelas belajar bahasa kedua dilaksanakan secara terpadu. Bahasa ibu siswa
digunakan sebagai bahasa pengantar dalam pcngajaran bahasa kedua. Penggunaan bahasa
ibu siswa dikurangi secara berangsur-angsur sejalan dengan tingkat pemahaman siswa
terhadap bahasa kedua.
4. Penyajian bahan pengajaran bahasa kedua dilaksanakan secara Iangsung dengan cara-cara
berikut:
I) Menunjukkan persamaan dan perbedaan antara struktur bahasa ibu siswa dengan
struktur bahasa kedua yang akan dipelajari oleh siswa.
2) Menunjukkan butir-butir bahasa ibu siswa yang mungkin mendatangkan kesulitan
belajar dan kesalahan dalam bahasa kedua
3) Menganjurkan cara-cara mengatasi interlerensi bahasa ibu terhadap bahasa kedua yang
akan dipelajari oleh siswa.
4) Memberikan latihan yang intensif pada batir-butir yang berbeda antara bahasa ibu
dengan bahasa kedua yang akan dipelajari oleh siswa.

2. Aspek-aspek Analisis Kontrastif


Aspek analisis kontrastif terdiri atas aspek linguistik dan aspek psikologis. Aspek
linguistik analisis Kontrastif berkaitan dengan perbandingan struktur dua bahasa untuk
menemukan perbedaan-perbedaannya.
Membandingkan dua bahasa yang serumpun atau berdekatan memang terasa mudah.
Hal ini disebahkan oleh adanya kategori yang berisifat umum dalam dua bahasa
bersangkutan. Akan tetapi, bila kita membandingkan dua bahasa yang tidak serumpun, maka
akan terasa ada masalah karena tidak adanya kategori yang bersifat umum.
Penggunaan linguistik struktural dalam mengidentifikasi perbedaan antara dua bahasa
sering mengundang kesangsian. Namun, dalam mengatasi hal tersebut. hal tersebut.
Chomsky mengusulkan penggunaan tata bahasa generatif sebagai landasan bagi pelaksanaan
perbedaan dua bahasa.
Oleh karena itu, dalam membandingkan kedua struktur bahasa tersebut digunakan
teori struktural. Walaupun teori tersebut dianggap kurang sempurna sebagai perbandingan
dua bahasa dalam kenyataan, justru linguistic structural inilah yang mendominasi analisis
kontrastif.
Berdasarkan fakta di atas, maka dapat diungkapkan melalui kegiatan analisis
kontrastif mengenai perbandingan struktur dua bahasa, sebagai berikut:
1. Tidak ada perbedaan antara aspek tertentu dalam dua bahasa
2. Adanya fenomena konvergen
3. Tidak adanya sistem tertentu dalam bahasa pertama pada bahasa kedua
4. Adanya perbedaan distribusi antara keduanya
5. Tidak ada persamaan antara dua bahasa tersebut.
6. Adanya fenomena divergen
Sementara itu, aspek psikologis analisis kontrastif berkaitan dengan langkah kedua,
ketiga dan keempat prosedur kerja analisis kontrastif. Adapun dasar psikologi anlisis
kontrastif ada dua, yakni belajar asosiasi dan teori stimulus respon.
Istilah assosialive learining atau belajar secara asosiatif terjadi apabila ada hubungan
koneksi, atau asosiasi antara dua hal atau benda. Adapun beberapa asosiasi dalam analisis
kontrastif, yakni:
I. Asosiasi kontak atau huhungan
2. Asosiasi kesamaan
3. Asosiasi kontras
Teori stimulus respon berdasarkan psikologi behaviorisme. Ada dua hal penting yang
menjadi inti teori belajar ilmu jiwa tingkah laku ini, yakni kebisaan (habit) dan kesalahan
(error).
Pengertian tingkah laku dapat dijelaskan melalui aksi dan reaksi atau stimulus dan
respon. Apabila hubungan antara stimulus dan respon sudah bersifat mapan, maka huhungan
antara keduanya disebut habit atau kebisaan.
Adapun ciri-ciri kebiasaan, yaitu:
I. Observabel atau dapat diamati
2. Kebiasaan itu dapat terjadi secara spontan atau tanpa disadari.
3. Kebisaan itu sukar dihilangkan, kecuali jika lingkungannya diubah.
Cara terjadinya hubungan antara stimulus dan respons menurut Watson, salah seorang
penganut aliran psikologi klasik bahwa stimulus mendatangkan respon. Hubungan antara
stimulus, respons, dan penguatan dapat digambarkan sebagai berikut. Stimulus adalah suatu
rangsangan yang menuntut aksi. Reaksi adalah perilaku yang timbul sebagai reaksi seseorang
terhadap suatu aksi. Penguatan adalah suatu stimulus yang baru mengikuti terjadinya suatu
respons.

B. Metode Analisis Kontrastif


Analisis Kontrastif adalah suatu konsep yang berfungsi sebagai sarana
mengefisienkan dan mengefektifkan pembelajaran bahasa. Analisis kontrastif mempunyai
langkah-langkah tertentu yang dikenal dengan istilah metode analisis kontrastif. Langkah-
langkah kerja pada metode analisis kontrastif itu sudah tersirat atau sudah terbayang dalam
definisi kontrastif berikutnya.
Analisis Kontrastif adalah satu prosedur kerja yang mempunyai empat Iangkah kerja
ini membandingkan struktur bahasa pertama dan bahasa kedua, memprediksi kesulilan
belajar dan kesalahan berbahasa, memilih bahan pengajaran, dan menentukan cara penyajian
bahan secara tepat dalam rangka mengefisienkan dan mengefektifkan bahasa kedua.
Berdasarkan definisi analisis kontrastif tersebut di atas dapat diidentifikasikan empat
langkah kerja pada metode analisis kontrastif yakni:
1. Langkah pertama, membandingkan struktur bahasa ibu siswa dengan bahasa kedua, yang
akan dipelajari oleh siswa. Melalui perbandingan itu dapat diidentifikasi perbedaan antara
struktur bahasa ibu dengan bahasa kedua
2. Langkah kedua, berdasarkan perbedaan struktur antara bahasa ibu dan bahasa kedua, guru
dapat memprediksi kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa yang mungkin dialami dan
diperbuat oleh siswa dalam belajar bahasa kedua.
3. Langkah ketiga, kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa yang telah diprediksi untuk
dijadikan sebagai landasan dalam memilih bahan menyusun bahan dan menentukan
pemahaman bahan pengajaran.
4. Langkah keempat, guru memilih cara-cara penyajian bahasa seperti:
1) peniruan
2) pengulangan
3) latihan runtun
4) penguatan
Metode atau langkah-langkah kerja analisis kontrastif sekaligus melukiskan daerah
cakupan analisis kontrastif. Langkah pertama, berkaitan dengan perbandingan struktur dua
bahasa.Ini menunjukkan bahwa analisis kontrastif berkaitan erat dengan linguistik. Langkah
kedua, ketiga, dan keempat berkaitan dengan kesulitan belajar. kesaIahan berbahasa,
pemiilihan dan penyusunan bahan, serta cara penyajian bahan pengajaran bahasa kedua. Ini
membuktikan bahwa analisis kontrastif berkaitan erat dengan psikologi belajar.
Landasan kerja analisis kontrastif ada dua yakni teori linguistik dan teori psikologi.
langkah-langkah kerja analisis kontrastif yang dijabarkan dari kedua landasan itu
menggambarkan dengan jelas daerah cakupan analisis kontrastif. Cakupan pertama dengan
perbandingan dua bahasa, yakni bahasa ibu siswa dengan bahasa kedua yang akan dipelajari
oleh siswa.
Perbandingan ini dapat dilakukan pada setiap sistem bahasa sepeti sistem fonologi,
sistem morfologi, sistem sintaksis, sistem semantik, atau sistern pemkaian bahasa. Cakupan
kedua berkaitan dengan memprediksi kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa yang
mungkin dihadapi oleh siswa dalam belajar bahasa kedua. Hal ini didasarkan pada perbedaan
bahasa ibu dan bahasa kedua. Cakupan ketiga berkaitan dengan bahan pengajaran,
pemilihannya, penyusunannya, dan penekanannya.
Dasar penyusunan bahan pengajaran ini adalah kesulitan belajar dan kesalahan
berbahasa yang dialami oleh siswa. Cakupan keempat berkaitan dengan cara penyajian bahan
pengajaran bahasa. Ada empat cara penyajian bahan pengajaran bahasa yang dianut oleh
analisis kontrastif, yakni peniruan, pengulangan, latihan runtin. dan penguatan.

C. Aspek-Aspek Analisis Kontrastif


Langkah pertama pada analisis kontrastif berkaitan dengan linguistik. Sedangkan
langkah kedua, ketiga, dan keempat berkaitan dengan psikologi khususnya teori belajar.
Karena itu pakar pengajaran bahasa menyatakan bahwa analisis kontrastif mempunyai dua
aspek, yakni, aspek Iinguistik dan aspek psikologi.
Aspek linguistik analisis kontrastif berkaitan dengan perbandingan struktur dua
bahasa untuk menemukan perbedaan—perbedaan. Model tata bahasa yang biasa digunakaa
adalah model tata bahasa struktural. Linguistik struktural menekankan pada pendekripian
bahasa secara renik, kategori yang berbeda, isitilahnya ilmiah, dan disusun secara induktif.
Penggunaan linguistik struktural dalam mengidentifikasi perbedaan antara dua
bahasa, lebih—lcbih antara dua bahasa yang tidak serumpun. sering mengundang kesangsian.
Bagaimana mungkin melaksanakan perbandingan yang efektif kalau dalam bahasa tidak
terdapat kategori yang bersifat umum. Untuk mengatasi hal itu Chomsky mengusulkan
penggunaan tata bahasa generatif sebagai landasan bagi pelaksaksanan perbedaan dua bahasa.
Teori kesemestaan bahasa yang dianut oleh linguistik generatif menyatakan bahwa semua
bahasa mempunyai kesamaan paling sedikit kesamaan dalaim bidang teori. Kesamaan dalam
bidang teori ini dapat digunakan sebagai dasar perbandingan antar dua bahasa.
Jika kita bertanya, hal-hal apa yang mungkin diungkap melalui kegialan analisis
-kontrastif atau perbandingan struktur dan bahasa? Melalui perbandingan struktur dua bahasa
banyak hal yang mungkin dapat diungkapkan seperti hal-hal berikut ini:

1. Tiada perbedaan
Sistem atau aspek tertentu dalam dua bahasa tidak ada perbedaan sama sekali. Misalnya
konsonan /1, m, n/ diucapkan sama baik dalam bahasa Indonesia maupun dalam bahasa
Inggris.

2. Fenomena konvergen
Dua butir atau lebih dalam babasa pertama menjadi satu butir dalam bahasa kedua. Misalnya,
kata-kata padi, beras, nasi dalam bahasa Indonesia menjadi satu kata bahasa Inggris yakni
rice.

3. Ketidakadaan
Butir atau sistem tertentu dalam bahasa pertama tidak terdapat atan tidak ada dalam bahasa
kedua atau sebaliknya. Misalnya sistem penjamakan dengan penanda -s atau -es dalam
bahasa lnggris tidak ada dalam bahasa Indonesia. Sebaliknya, sistem penjamakan dengan
pengulangan kata dalam bahasa Indonesia (meja-meja, kuda-kuda, ikan-ikan) tidak ada dalam
bahasa Inggris.

4. Beda distribusi
Butir tertentu dalam bahasa pertama berbeda dengan distribusi dengan butir yang sama dalam
bahasa kedua. Misalnya fonem /Ingi/ dalam bahasa Indonesia dapat menduduki posisi awal,
tengah dan akhir kata.
ngeri, nganga, ngarai
bangsa, bangku, tangkai
terbang, sayang, magang
Dalam bahasa lnggris fonern /ng/ hanya terdapat pada tengah dan akhir kata:
lingo, language, lingustik
sing, slang, along

5. Tiadapersamaan
Butir tertentu dalam bahasa pertama tidak mempunyai persamaan-persamaan dalam bahasa
kedua. Misalnya, predikat kata sifat dan kata benda dalam bahasa Indonesia tidak terdapat
dalam bahasa Inggris.
Bahasa Indonesia Bahasa Inggris
Dia kaya He is rich
Dia guru He is a teacher

6. Fenomena divergers
Satu butir tertentu dalam bahasa pertama menjadi dua butir dalam bahasa kedua. Kata
we dalam bahasa Inggris menjadi kita atau kami dalam bahasa Indonesia. Aspek psikologi
analisis kontrastif berkatan dengan langkah kedua, ketiga, dan keempat prosedur kerja
analisis kontrastif. Langkah kedua, berdasarkan perbedaan struktur bahasa pertama dan
bahasa kedua yang akan dipelajari siswa diprediksi kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa
yang mungkin dihadapi atau dialami oleh siswa dalam belajar bahasa kedua. Langkah ketiga
berdasarkan kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa itu disusun bahan pengajaran bahasa
kedua yang lebih tepat susunannya, urutannya, dan penekanannva.
Langkah keempat, bahan pengajaran itu disajikan dengan cara-cara tertentu, misalnya
melalui cara peniruan, pengulangan, latihan runtun, dan penguatan. Dasar psikologi analisis
kontrastif ada dua, yakni asosiasioinisme dan leon stimulus-respon.
Istilah associative learning atau belajar secara asosiaif berarti apabila terjadi huhungan
kontak, koneksi, atau asosiasi. antara dua hal atau henda. Sebagai contoh mari kita perhatikan
asosiasi seperti berikut ini:

1. Asosiasi kontak hubungan


Apabila seseorang mendengar kata meja maka yang bersangkutan teringat atau berpikir
kepada kata kursi, karena kedua kata itu sering digunakan bersama-sama atau
berpasangan.
Contoh lain:
sendok - garpu
kopi - susu
kerja - lembur
Peristiwa belajar seperti contoh di atas dikenal dengan istilah associatton by contiquity
atau asosiasi kontak atau asosiasi huhungan.
2. Asosiasi kesamaan (association by sitnularuty)
Apabila seseorang mendengar kata sulit maka yang bersangkutan segera teringat atau
berpikir kata sukar karena kedua kata itu bersinonim.
Contoh lain:
kitab - buku
pandai - pintar
mati - meninggal
Peristiwa belajar seperti contoh di atas dikenal dengan istilah acsoczuiion by simularuty
atau asosiasi kesamaan
3. Asosiasi kontras
Apabila seseorang mendengar kata atas maka yang bersangkutan segera teringat atau
berpikir kata bawah karena kedua kata itu mempunyai makna yang berlawanan.
Contob lain:
susah - senang
malas - rajin
muda - tua
Peristiwa belajar seperti contoh di atas dikenal dengan istilah ussociation by contrast atau
assosiasi kontras atau asosiasi berlawaran.
D. Cakupan Metode Kontrastif
Berdasarkan definisi Analisis kontrastif tersebut di atas dapat diidentifikasikan empat
langkah kerja pada metode analisis kontrastif yaitu:
1. Membandingkan struktur dua bahasa
2. Memprediksi kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa
3. Memilih bahan pengajaran
4. Memilih cara penyajian bahan pengajaran
Landasan kerja analisis kontrastif ada dua yakni teoi linguistic dan teori psikologi.
langkah-langkah kerja analisis kontrastif yang dijabarkan dari kedua landasan itu
menggambarkan dengan jelas daerah cakupan analisis kontrastif. Cakupan itu terbagi atas
empat bagian yaitu:
1. Cakupan pertama berkaitan dengan perbandingan bahasa, yakni bahasa ibu siswa dengan
bahasa kedua yang akan dipelajari oleh siswa
2. Cakupan kedua berkaitan dengan memprediksi kesulitan beIajar dan kesalahan berbahasa
yang mungkin dihadapi oleh siswa dalam belajar bahasa kedua.
3. Cakupan ketiga berkaitan dengan bahan pengajaran, pemilihannya. penyusunannya, dan
penekanannya. Dasar penyuunan bahan ini adalah kesulitan belajar dan kesalahan
berbahasa yang dialami oleh siswa.
Dalam bahasa Inggris sendiri kata error mempunyai sinonim, antara lain: mistakes
dan goofs. Demikian pula halnya dalam bahasa Indonesia, di samping kata kesalahan kita pun
mengenal kata kekeliruan dan kegalatan. Ada pakar yang membuat kategori kesalahan
berbahasa, antara lain: interference like gcofs (kesalahan yang mencerminkan struktur bahasa
ibu atau bahasa asli dan yang tidak terdapat pada data pemerolehan bahasa pertama (PBJ)
yang berasal dan bahasa sasaran), LI developmen goofs (Kesabahan yang tidak merefleksikan
bahasa pertama (B1) dan juga tidak terdapat pada data PB1 bahasa sasaran).
Pengajaran bahasa dapat bersifat informal dan bersifat formal. Pengajaran bahasa
yang bersifat informal bisanya terjadi di lingkungan keluarga di rumah atau dalam pergaulan
dengan tetangga dekat, teman sepermainan, atau dalam pergaulan antar-etnik. Pengajaran
bahasa yang bersifat formal berlangsung di sekolah. Pengajaran bahasa yang bersifat informal
biasa disebut dengan istilah pengajaran bahasa secara alamiah sedang pengajaran bahasa
yang bersifat formal disebut dengan istilah pengajaran bahasa secara ilmiah.(Tarigan dan
Tarigan. 1988).
Baik pengajaran bahasa yang bersifat informal maupun pengajaran bahasa yang
bersifat formal berkaitan dengan pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa pertama dan
pemerolehan bahasa kedua (PB2). Pemerolehan bahasa pertama berkaitan erat dengan gaya
daya upaya seseorang dalam menguasai bahasa ibunya. Misalnya anak-anak yang bahasa
ibunya bahasa Makassar, bahasa Bugis. bahasa Mandar, bahasa Toraja. Atau bahasa Batak
menguasai bahasa ibu itu melalui kegiatan pengajaran bahasa yang bersifat informal.
Setelah anak-anak itu masuk sekolah pemerolehan bahasa itu dapat dilakukan melalui
jalur kegiatan pengajaran bahasa yang bersifat formal. Pemmerolehan bahasa kedua biasanya
berlangsung setelah seseorang menguasai bahasa pertama atau bahasa ibunya. Kegiatan
pemerolehan bahasa kedua ini umunmya berlangsung melalui pengajaran bahasa yang
bersifat formal yang herlangsung di sekolah. Misalnya murid SD yang berbahasa ibunya
bahasa Aceh, Makassar, atau Bugis mempelajari bahasa Indonesia, atau siswa SLTP bahasa
ibunya bahasa Sunda, Jawa, Bali, dan lain-lain; mempelajari bahasa Inggris. perolehan
bahasa kedua juga dapat berlangsung melalui pengajaran bahasa yang bersifat informal,
misalnya pemandu wisata di pusat wisata yang banya dikunjungi wisata asing terpaksa
berkomuinikasi dalam bahasa asing.
Pengajaran bahasa secara alamiah disebut pemerolehan bahasa (language acquisition)
dan pengajaran bahasa secara Ilmiah disebut pembelajaran bahasa (language learning). Dari
segi nama dan sifatnya kedua istilah itu dapat dikatakan berbeda. Pengajaran bahasa secara
alamiah disebut pemerolehan bahasa, tdak berencana, tidak disengaja, dan tidak disadari.
Sedangkan pengajaran bahasa disebut pembelajaran berdasarkan perencanaan yang matang,
disengaja, dan disadari.
Pemerolehan bahasa kedua menyebabkan individu atau kelompok individu dapat
menggunakan dua bahasa atau lebih sebagai sarana berkomuinikasi secara bergantian. Orang
yang dapat menggunakan dua bahasa atau lebih sebagai sarana berkomunikasi secara
bergantian inilah yang dikategorikan sebagai dwibahasawan. Perlu disadari bahwa pengertian
kedwibahasaan itu tidak bersifat mutlak atan ekstrim, hitarn atau putih. Pengertian merentang
dan ujung yang paling sempurna, sedang, kurang sempurna sampai ujung paling sempurna.
Orang yang bisa menggunakan dua bahasa atau lebih secara bergantian untuk tujuan
yang berbeda pada hakikatnya merupakan agen pengontak dua bahasa. Semakin besar jumlah
orang yang seperti ini semakin intensif pula kontak antara dua bahasa yang mereka gunakan.
Kontak ini menimbulkan saling pengaruh, yang memanifestasinya menjelma ke dalam
penerapan kaidah bahasa pertama (BI) di dalam penggunaa bahasa kedua (B2).
Keadaan sebaliknya pun dapat terjadi di dalam pemakaian system B2 pada saat
menggunakan B1. Salah satu dampak negatif dan praktik penggunaan dua behasa secara
bergantian adalah terjadinya kekacauan pemakaian bahasa, yang lebih dikenal dengan istilah
interferensi. Anak-anak yang berbahasa ibu bahasa Perancis, bahasa Jerman, bahasa Belanda,
bahasa Indonesia, bahasa Hindu, bahasa Cina, dan sebagainya. Secara tidak sadar
menggunakan sistem bahasa ibunya apabila mereka menggunakan bahasa Inggris. Orang
Sunda dalam berbahasa Indonesia sering mengucapkan foneim /f/ dan /v/ menjadi /p/.
misalnya kata-kata pasif diucapkan aktip. Begitu pula orang Jawa sering dengar
menggunakan struktur kalimat bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia. Misalnya: Rumah Ali
besar sendiri. Orang Toba sering mengucapkan fonem /e/ atau pepet menjadi /é/ atau taling.
Kata-kata beberapa, diucapkan menjadi bébérapa.
Kontak bahasa yang terjadi dalam diri dwibahasawan wenyebabkan saling pengaruh
antara B1 dan B2. Saling pengaruh ini dapat terjadi pada seiap unsur bahasa. seperti fonologi,
morfologi, dan sintaksis. Penggunaan sistem bahasa terhenti pada bahasa lainnya disebut
transfer. Bila sistem yang digunakan itu bersaman maka transfer itu disebut transfer positif.
Sebaliknya, bila sistem yang digunakan itu berlainan atau bertentangan disebut transfer
negatif.
Transfer negatif menyebabkan timbulnya kesulitan dalam pengajaran B2 dan
sekaligus merupakan salah satu kesalahan berbahasa. Transfer negative lebih dikenal dengan
istilah interferensi. Interferensi dapat diartikan sebagai penggunaan sistem B1 dalam
menggunakan B2, sedangkan sistem tersebut tidak sama dalam bahasa itu: Data kesalahan
berbahasa. yang diperkuat oleh siswa dalam proses belajar mengajar dianalisis oleh guru.
Diklasifikasi jenis kesalahan itu berdasarkan tataran linguistik seperti tataran fonologi,
morfologi, frasa, klausa, kalimat, wacana. dan semantik.
Kedwibahasaan adalah hasil dan pemerolehan bahasa. Kedwibahasaan meinimbulkan
interferensi. Interferensi merupakan salah satu faktor penyebab kesalahan berbahasa.
Kesalahan berbahasa itu sendiri merupakan umpan balik bagi pengajaranb, pemendekan
bahasa, kedwibahasaan, dan interferensi.
Kelima hal itu, saling berkaitan lungsllng atau tidak Iangsung. Pengajarin bahasa
nenghasilkan PB1 dan PB2. Situasi pertama secara alamiah. Sang pengajar terjun langsung ke
dalam situasi praktik berbahasa. Situasi kedua secara alamiah, sang pelajar belajar basa pada
lembaga formal atau sekolah. Pemerolehan bahasa pertama adalah segala kegiatan seseorang
dalam rangka menguasai bahasa ibu. Pemerolehan bahasa kedua adalah proses yang disadari
atau tidak dalam rangka menguasai bahasa kedua setelah bahasa ibunya. Pengertian
kedwibahasaan tidak bersifat mutlak, tetapi relative (kira-kira satau kurang lebih)

E. Hipotesis Analisis Kontrastif


Ada dua hipotesis analisis Kontrastif. Hipotesis pertama adalah strong from hypotesis
atau hipotesis bentuk kuat. Hipotesis kedua bernama weak form hypotesis hipotesis berbentuk
lemah.
Hipotesis bentuk kuat menyatakan bahwa semua kesalahan berbahasa dalam bahasa
kedua dapat diramalkan dengan mengidentifikasi perbedaan struktur bahasa pertama dan
bahasa kedua yang dipelajari oleh siswa. Hipotesis bentuk kuat ini didasarkan kepada lima
asumsi berikut.
1. Penyebab utama kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa dalam mempelajari bahasa
2. Kesulitan belajar itu disebabkan oleh perbedaan struktur bahasa ibu dan bahasa kedua yang
dipelajari oleh siswa.
3. Semakin besar perbedaan antara bahasa ibu dan bahasa kedua diperlukan. untuk
memprediksi kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa yang akan terjadi dalam belajar
bahasa kedua.
4. Perbedaan struktur bahasa pertama dan bahasa kedua diperlukan untuk memprediksi
kesulitan belajar dan kesalahan berbahasa yang akan terjadi dalam belajar bahasa kedua.
5. Bahan pengajaran bahasa kedua ditekankan pada perbedaan bahasa pertama dan kedua
yang disusun berdasarkan analisis kontrastif.
Hipotesis bentuk lemah menyatakan bahwa tidak semua kesalahan berbahasa disebabkan
oleh interferensi. Dalam hipotesis bentuk lemah tersirat asumsi bahwa berikut kesalahan
berbahasa disebabkan oleh berbagai faktor. Peranan bahasa pertama tidak besar dalam
mempelajari bahasa kedua. Analisis kontrastif dan analisis kesalahan berbahasa saling
melengkapi. Analisis kesalahan berbahasa mengidentifikasi kesalahan bahasa yang dibuat
oleh siswa. Kemudian analisis kontrastif menetapkan kesalahan mana yang termasuk
kesalahan dalam kategori yang disebabkan oleh perbedaan bahasa pertama dan bahasa kedua.
Apa rasional hipotesis analisis kontrastif? Penguat atau rasional hipotesis analisis
kontrastif adalah hal-hal berikut. Pertama, pengalaman guru, yang menggambarkan kesalahan
berbahasa yang dibuat oleh siswa dengan tekanan bahasa ibu terhadap bahasa kedua yang
dipelajari oleh siswa. Kedua, kontak bahasa, yang menggambarkan pengaruh bahasa pertama
terhadap bahasa kedua atau sebaliknya pengaruh bahasa kedua terhadap bahasa pertama.
Ketiga, teori belajar, yang menggambarkan transfer positif dan transfer negative dalam
belajar bahasa kedua.

Daftar Pustaka

Bloom, J.P. & John Gumperz. 1971. Social meaning in linguistikls structure: code
Switching. Stanford University Press: California.
Burt, M.K. 1975. Error Analysis in the Adult EFL Classroom. Dalam Tesol Quarterly 9: 53-
63
Chomsky, N. 1965. Aspecht of the theory of sibtax. Camridge Ma: MIT Press.
Ellias, Rod. 1984. Classroom Second language Development. Oxford: Pergamon Press.

Você também pode gostar