Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
A. PENDAHULUAN
Berdasarkan sejarah Nabi Muhammad, sistem pendidikan maupun evaluasi
yang ada di zaman itu, para guru/pembelajar mungkin akan menyatakan bahwa
sistem pendidikan maupun evaluasinya tidak serumit di zaman ini. Bisa dikatakan
model pendidikan di zaman tersebut tidaklah istimewa 1, demikian dengan sistem
evaluasinya. Namun hasil pendidikan yang dilaksanakan di zaman tersebut
memiliki catatan gemilang yang tak dapat dilupakan dalam rekam jejak perjalanan
sejarah manusia. Sistem pembelajaran dan evaluasi di zaman ini telah mengalami
berbagai perkembangan hingga dapat dikatakan lebih bervariatif dan juga lebih
canggih dibandingkan di zaman Nabi Muhammad SAW.
Suatu program kegiatan khususnya dalam penyelenggaraan pendidikan
memerlukan evaluasi sebagai suatu tindakan pengumpulan data mengenai suatu
program tersebut. Informasi yang diperoleh dari upaya pengumpulan data tersebut
berguna untuk pengambilan keputusan. Bentuk keputusan itu diantaranya adalah
masukan perbaikan program, penyempurnaan kegiatan program lanjutan,
menghentikan suatu program, perluasan program, atau pun tindakan
menyebarluaskan gagasan yang mendasari suatu program.2
1
Ahmad Tafsir, Prof. Dr. “Filsafat Pendidikan Islami”, PT. Remaja Rosdakaya, Bandung, Cet. 2, 2006,
h.228
2
Djuju Sudjana, M.Ed., P.hD., Prof., “Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah”, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2008, h.21.
1
2
Hal tersebut diatas, sesuai dengan anjuran yang tercantum pada QS.59:183;
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (al-
Hasr : 18).
Ayat di atas memberikan perintah kepada orang beriman agar bertakwa dan
memperhatikan/merenungkan/memikirkan/memutuskan4 () setiap
diri terhadap apa yang telah dilakukan ( ). Apa yang telah dilakukan
berupa rekam peristiwa disebut data. Berdasarkan data tersebut, diperoleh
penilaian yang memunculkan keputusan untuk esok yang lebih baik () . Hal
ini memberikan isyarat perlu adanya evaluasi apa yang telah dikerjakan. Akhirnya
tindakan ini
3
Departemen Agama RI, “ Al-Qur’an dan Terjemahannya Al Aliy “, CV. Diponegoro, Bandung, 2005.
Cet. ke 5, h. 437.
4
A.W. Munawwir, “Kamus Al-Munawwir Arab – Indonesia, Terlengkap”, Pustaka Progresif, Surabaya
2002. Cet. ke 25, h.1433.
5
Anastasi. Anne and Urbina, Susana. “Psicoholological Testing. (Seventh Edition)”. New Jersey:
Prentice-Hall, Inc. 1997. h.184.
3
(2) sangat relevan bagi penyusunan tes informal dan lokal seperti tes yang
disiapkan guru untuk siswa di kelas,
(3) mendukung penulisan butir soal yang efektif,
(4) secara materi dapat memperbaiki tes di kelas,
(5) meningkatkan validitas soal dan reliabilitas
Makalah ini disajikan untuk membahas bagaimana analisis butir soal itu dapat
dilakukan. Berbagai bentuk analisis butir soal yang dapat dilakukan oleh widya
iswara/pembelajar/guru.
4
B. PEMBAHASAN
Analisis butir soal dilakukan untuk mengetahui berfungsi tidaknya sebuah
soal. Secara umum analisis butir soal dilakukan dengan dua cara, yakni cara
kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif sering disebut dengan pencarian
validitas logis (logical validity)6 . Adapun analisis butir soal secara kuantitatif
sering disebut validitas empiris (empirical validity).
Jenis analisis butir soal dibedakan menjadi dua, yakni analisis tingkat
kesukaran butir soal dan analisis daya pembeda7. Analisis tingkat kesukaran butir
soal dimaksudkan untuk mengkaji soal – soal mana yang termasuk mudah, sedang
dan sukar. Analisis daya pembeda dimaksudkan untuk kemampuan butir – butir
soal dalam membedakan siswa yang termasuk ke dalam kategori lemah atau
rendah, dan siswa yang memiliki kategori kuat atau tinggi prestasinya.
Tes adalah salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang
secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang melalui stimulus ataupun
pertanyaan8. Pertanyaan – pertanyaan dalam tes tersebut dikaji sehingga diperoleh
perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas memadai9. Hasil tes yang ada
digunakan untuk tahap berikutnya, yaitu analisis tingkat kesulitan/kesukaran soal
dan tingkat pembeda.
1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif berupa penelaahan soal yang ditinjau dari segi teknis
bahasa penulisan soal, materi yang ditanyakan, kelayakan pengetahuan yang
ditanyakan, dan editorial tata letak soal. Semua itu dapat dicover dalam
perangkat pembelajaran guru (pembelajar/widya iswara/instruktur) yang
disebut dengan kisi – kisi penulisan butir soal.
6
Sumarna Surapranata, DR., “Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Intrepetasi Hasil Tes”, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung Cet. III, Desember 2006, h.1
7
Nana Sudjana, “Penilaian Hasil Proses Belajar–Mengajar “, h. 135.
8
Djemari Mardapi, “Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi”, Makalah yang disampaikan pada penataran
evaluasi pembelajaran Matematika SLTP untuk guru inti Matematika di MGMP SLTP Tanggal 8 – 23
November 1999, di PPPG Matematika Yogyakarta, h.2.
9
Nana Sudjana, “Penilaian Hasil Proses Belajar–Mengajar “, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Cet. Ke
11, 2008, h. 135.
5
proporsi yang besarnya berkisar 0,00 - 1,00. Semakin besar indeks tingkat
kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal
itu. Suatu soal memiliki TK= 0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yang
menjawab benar dan bila memiliki TK= 1,00 artinya bahwa siswa
menjawab benar. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk
setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik
pada butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal
itu. Rumus ini dipergunakan untuk soal obyektif. Rumusnya adalah seperti
berikut ini10 ;
Bila suatu butir soal termasuk kategori sukar, maka prediksi terhadap
informasi ini adalah seperti berikut:
1) Butir soal itu "mungkin" salah kunci jawaban.
2) Butir soal itu mempunyai 2 atau lebih jawaban yang benar.
3) Materi yang ditanyakan belum diajarkan atau belum tuntas
pembelajarannya, sehingga kompetensi minimum yang harus dikuasai
siswa belum tercapai.
4) Materi yang diukur tidak cocok ditanyakan dengan menggunakan bentuk
soal yang diberikan (misalnya meringkas cerita atau mengarang
ditanyakan dalam bentuk pilihan ganda).
5) Pernyataan atau kalimat soal terlalu kompleks dan panjang.
8
Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk pilihan ganda adalah dengan
menggunakan rumus berikut ini.
BA−BB 2(BA−BB)
DP = 1 DP =
2
N atau N
X b− X s Y b−Y s nb.ns
rpbis = √ pq rbis = .
SD dan
SD un √ n2 −n
Xb, Yb adalah rata-rata skor warga belajar/siswa yang menjawab benar
Xs, Ys adalah rata-rata skor warga belajar siswa yang menjawab salah
SDt adalah simpangan baku skor total
nb dan n, adalah jumlah siswa yang menjawab benar dan jumlah siswa
yang menjawab salah, serta nb + n, = n.
p adalah proporsi jawaban benar terhadap semua jawaban siswa
q adalah I –p
U adalah ordinat kurva normal.
Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk uraian adalah dengan
menggunakan rumus berikut ini.
12
Millman, Jason and Greene, Jennifer.”The Spesification and Development of Tests of
Achiievement and Ability” in Robert L. Lin (Editor). “Educational Measurement, Third Edition”.
Phoenix: American Council on Education, Series on Higher Education Oryx Press. 1993. h. 359-
360.
10
13
Crocker, L. & Algina, J. (1986). Introduction to Classical and Modern Test, Theory_. New York: Holt,
Rinehart and Winston, Inc. h. 315.
11
Adapun kelebihan korelasi biserial adalah: (1) cenderung lebih stabil dari
sampel ke sampel, (2) penilaian lebih akurat tentang bagaimana soal dapat
diharapkan untuk membedakan pada beberapa perbedaan point di skala
abilitas, (3) value rbis yang sederhana lebih langsung berhubungan dengan
indikator diskriminasi ICC.
3,0045
r pbis = √(0,433333 )(0,566666)
3 ,0954
=(0,9706338) (0,4955355)
= 0,4809835
= 0,48 (Artinya butir soal nomor 5 diterima/baik)
Di samping menggunakan kriteria di atas, untuk. menentukan diterima
tidaknya (signifikansi) suatu butir dapat ditentukan dengan menggunakan tabel
Z bila n >_ 30 dengan menggunakan rumus Z= r 4 N-1 atau tabel t bila n < 30
dengan rumus t = r (N2)I(1-r2) (Bruning dan Kintz, 1987: 179-180). Contoh
untuk data di atas digunakan tabel Z.
Z=r √ N −1
Z = 0,48 30-1
Z = 2,58
Dalam tabel Z dapat diketahui untuk α = 0,05 dengan 2 sisi (2 tailed), Z
kritiknya adalah ±1,96 dan Z=2,58 probabilitasnya ("area di atas Z" atau
"bidang tersempit") = 0,0049. Caranya adalah lihat Tabel Z.
4. Analisis Butir Memanfaatkan kalkulator
Analisis butir soal dengan kalkulator maksudnya adalah penelaahan butir soal
secara kuantitatif yang penghitungannya menggunakan bantuan kalkulator.
Kalkulator yang digunakan di dalam menganalisis data adalah kalkulator
scientifics atau kalkulator statistik, misalnya seperti CASIO fx - 3600P. Setiap
kalkulator, khususnya kalkulator statistik, cara pengoperasiannya tergantung
pada versinya masing-masing. Setiap versi memiliki ciri khusus dalam
pengoperasiannya. Oleh karena itu, apabila para guru membeli kalkulator
statistik pada versi terbaru, bacalah buku manualnya. Karena semua petunjuk
pengoperasionalnya ada di dalamnya.
13
Sebagai pengenalan awal dalam buku ini, kalkulator yang digunakan untuk
memberi penjelasan adalah menggunakan kalkulator "lama" yaitu CASIO fx-
3600P. Adapun penggunaannya ada 4 aspek yang perlu diperhatikan, yaitu: (1)
pembersihan data, (2) fungsi SD, (3) fungsi LR, (4) teknik merandom data.
a. Pembersihan Data
Sebelum kalkulator digunakan untuk menganalisis data sebaiknya
data yang berada di dalam kalkulator perlu dibersihkan terlebih dahulu.
Maksudnya agar hasil analisisnya tidak tercemari dengan data-data atau
angka yang sudah digunakan di dalam kalkulator.
Cara pembersihannya adalah tekan tombol ON, INV, AC. Apabila
masih belum bersih, tekanlah tombol MR, M+. Apabila masih belum
bersih, tekanlah tombol MODE, . , INV, AC.
b. Fungsi SD
Fungsi SD merupakan perhitungan yang berhubungan dengan
standard deviasi. Sebelum memulai memasukkan data, munculkanlah kata
SD pada layar kalkulator. Caranya adalah dengan menekan tombol
MODE, 3. Setelah di layar kalkulator muncul SD, maka langkah
selanjutnya adalah memulai memasukkan data.
Caranya adalah memasukkan hanya skor siswa (55, 54, 51, 55, 53;
tidak perlu memasukkan "nomor/nama siswa") seperti berikut.
c. Fungsi LR
Tekan
No. Siswa Skor X Skor Y Tekan tombol
tombol
1. A 55 [(... 75 RUN
2. B 52 [(... 60 RUN
3. C 54 [(... 66 RUN
4. D 53 [(... 80 RUN
5. E 53 [(… 85 RUN
6. F 54 [(... 70 RUN
(Tampak di layar kalkulator 70.)
15
Tampak di layar
Menghitung Tekan tombol
kalkulator
- Mean X INV, 1 53.5
- SD sampel X INV, 3 1.0488088
- SD populasi X INV, 2 0.9574271
- Mean Y INV, 4 72.66666
- SD sampel Y INV, 6 9.201449
- SD populasi Y INV, 5 8.399735
- Korelasi XY INV, 9 0.165793
- A Constant in regression INV, 7 -5.1515
- B Regression coefficients INV, 8 1.4545
- Y K OUT, 6 23334
- XY K OUT, I 17179
- SX1 K OUT, 2 321
- ZX K OUT, 3 6
- Tn K OUT, 4 32106
V
- Y' K OUT, 5 436
tombol INV dan tanda titik lagi dan seterusnya sampai selesai jumlah butir
soalnya.
C. PENUTUP
Analisis butir soal dapat dilakukan dengan cara kualitatif dan kuantitatif.
Adapun analisis butir soal secara kualitatif membahas masalah bahasa penulisan
soal, materi yang ditanyakan, kelayakan pengetahuan yang ditanyakan, dan
editorial tata letak soal. Adapun analisis kuantitatif menggunakan analisis tingkat
kesukaran soal, dan analisis daya beda.
Analisis butir soal bertujuan untuk memperoleh kualitas soal yang baik
sehingga dapat memperoleh gambaran prestasi siswa secara sebenarnya. Analisis
butir soal dapat dilakukan dengan dua cara yaitu analisis tingkat kesukaran soal,
dan analisis daya pembeda.
Analisis tingkat kesukaran soal bertujuan untuk membedakan tingkat
kesukaran soal menjadi mudah, sedang dan sulit. Adapun analisis daya pembeda
digunakan untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang
berkemampuan rendah.
Kedua analisis diatas dapat menggunakan kalkulator sebagai alat bantu
maupun alat bantu yang lain.
17
DAFTAR PUSTAKA