Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
kepercayaan pada tahun 1967, saat opini politik negara diarahkan kepada
pemberantasan PKI. Baik kaum muslimin maupun kaum gerejani sepakat untuk
memilih salah satu diantara lima agama resmi yang telah diakui di Indonesia. Dari
dekrit ini, lahir polemik baru yang hingga kini masih kita rasakan dampaknya:
bersaing dengan kaum Nasrani, karena kaum Muslimin terlalu ekstrem dalam
bahwa arsitektur masjid di Indonesia terlalu berbau Arab, ia kurang akrab dengan
partai Islam berhasil melarang perkawinan dengan cara yang diyakini oleh
penganut aliran kepercayaan, namun pada tahun 1975, Menteri Dalam Negeri
kantor catatan sipil. Dan pada tahun 1984, ketika pemerintah menerapkan "asas
nusantara.
1
Kementrian Agama, dalam berkompromi, hanya mampu menempatkan
kementrian Agama. Sementara pada tataran teologis, dari debat di muka, dapat
dibaca posisi 'aliran kepercayaan' dalam agama Islam. Menurut pandangan para
yang masih dalam bentuknya yang primitif. KH. Bishri Syansuri, Rais Am NU,
dalam sidang parlemen meminta agar aliran kepercayaan tidak diakui secara
pemungutan suara, partai Islam (PPP), dipimpin langsung oleh KH. Bishri,
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam ajaran Islam, aliran kepercayaan tidak
kepercayaan demikian ini adalah sah-sah saja. Dalam ajaran Islam, sebagaimana
dijelaskan al Qur an, telah ditentukan "tidak ada paksaan dalam agama". Adapun
sikap dakwah (praksis) para ulama dapat dikelompokkan dalam dua kategori.
Pertama sikap purifikasi dan kedua adalah islamisasi. Sikap pertama cenderung
menolak sama sekali terhadap budaya kejawen (misalnya) dan sikap kedua
(islamisasi) terlebih dahulu. Tentu saja, kedua sikap ini ditempuh setelah
2
menetapkan kepercayaan Kaharingan sebagai agama. Ketika itu Gus mengatakan,
harus dipastikan dulu apakah Kaharingan itu agama ataukah sekedar aliran
kepercayaan.
Barangkali banyak diantara generasi muda kita yang saat ini tidak paham
betul apa itu "Aliran Kepercayaan". Oleh karena itu, saya terdorong menuliskan
Tuhan Yang Maha Esa" itu ternyata nama lain dari apa yang dahulu dikenal
Menurut apa yang bisa kita ketahui baik dari pihak "aliran kepercayaan"
sepenuhnya kepada ajaran agama-agama yang ada. Dengan kata lain, dalam
paham "aliran kepercayaan" tidak berpegang ataupun tidak menganut pada suatu
suatu kondisi bagi para penganjur suatu gerakan "aliran kepercayaan" untuk
Tuhan" sesuai dengan pendapat dan pengalaman hidupnya sendiri. Hal ini
kepercayaan kepada Tuhan YME" itu ternyata tidak mempunyai guru dan ajaran
3
Ajaran satu gerakan "aliran kepercayaan" yang satu akhirnya berbeda
bahkan jauh bebrbeda dengan lainnya. Ada yang karena penganjurnya pernah
yang mirip tasawuf atau tarekat dalam lslam. Ada pula "aliran kepercayaan" yang
Hindu dan Budha. Ada pula "aliran kepercayaan'' yang mengajarkan animisme
dan tahyul. Ada pula yang akhirnya tenggelam dalam bentuk pemujaan seks, yang
Hak", dan bahkan ada yang menamakan diri "Agama Pancasila". Yang disebut
mengangkat lima dasar negara kita menjadi agama atau dasar kepercayaan
seseorang. Tetapi sebagaimana ajaran yang tidak berpijak pada dasar yang kuat,
Melihat struktur dan kondisi ajaran yang tidak mempunyai pembakuan itu,
4
jumlah gerakannya mengingat struktur dan ajarannya tentu bisa bertambah atau
membangun suatu gerakan baru. Di lain pihak, gerakan lama bisa lenyap dan
yang punya cukup kharisma untuk meneruskan ajarannya. Disamping itu, tentu
saja terdapat gerakan "aliran kepercayaan" yang kecil-kecil dan tidak terorganisir
atau Katholik itu, tidak seluruh penduduknya merupakan jemaat gereja yang setia.
Bahkan sekarang ini terdapat sejumlah besar penduduk yang walaupun tercatat
Kekosongan rohani yang ditinggalkan oleh gereja ini, akhirnya diisi oleh
bahwa negara itu mengakui agama tersebut telah membawa pengaruh yang positif
5
bagi warga-negaranya, baik ajarannya maupun way of life daripada penganutnya.
Bagi suatu negara yang demokratis adalah sulit mensejajarkan suatu ajaran
penganutnya.
"Aliran Kepercayaan" bisa berarti ajaran tahyul, bisa ajaran moral, bisa juga
"ajaran seribu muka" yang berbeda satu dengan lainnya, bergantung dari siapa
kehidupan spiritual atau dengan perkataan lain masyarakat dianjurkan untuk hidup
"semau gue" meninggalkan tatanan hidup beragama yang telah membuktikan diri
pembodohan terhadap tata-nilai budaya dan spiritual dari masyarakat. Itu semua
Dengan meneliti sejarah, maka agama Hindu, Budha, Kristen, Katholik, dan
Islam, diakui oleh semua pihak telah atau pernah menghasilkan suatu peradaban
dan suatu tatanan moral yang berpengaruh luas di masyarakat. Semua agama
6
besar itu telah dan pernah menjadi pendorong besar bagi kemajuan peradaban
dunia. Posisi agama-agama itu bukanlah didapatkan dengan cara "semau gue''
agama-agama besar itu muncul tokoh-tokoh sejarah yang telah memberikan suatu
Kita mengenal adanya nama "aliran kepercayaan kepada Tuhan YME" itu
baru pada tahun 1977, yang kita ketahui adalah nama baru dari "alairan
kebatinan". Ketika Indonesia baru saja merdeka dan UUD 1945 sedang disusun
oleh pendiri negara kita, mereka tidak mengenal istilah "aliran kepercayaan". Jelas
Pada UUD 1945 terdapat hanya satu bab mengenai agama, apabila memang
yang bernama "kepercayaan" itu mempunyai arti tersendiri di luar agama, tentulah
pada Bab XI tidak disebut Agama saja melainkan disebut Agama dan
7
ALIRAN KEBATINAN
khususnya Jawa. Akibatnya, masih banyak aliran kebatinan yang mampu bertahan
kebatinan yang masih bertahan hingga saat ini. Selain aliran kebatinan yang
tersebut, di beberapa daerah juga banyak berkembang aliran kebatinan lain yang
jumlah dan pengikutnya beragam. Kebatinan berhubungan erat dengan soal batin
manusia yang merupakan soal dalam, yang sangat subjektif dan sangat individual.
atau menolak.
Aliran kebatinan ini muncul pada tahun 1927 yang dipelopori oleh Mei
Kartawinata. Mei Kartawinata adalah seorang keturunan dari Raja Majapahit yang
Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Dibanding dengan aliran kebatinan pada
8
kebatinan Perjalanan mempunyai pedoman hidup sejarah diri dan dalam
kehidupan bernegara yang harus sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945 dan
tidak boleh menyimpang dari dua dasar tersebut. Kedua, aliran kebatinan
kebatinan Pangestu memakai kitab Sasangko Jati, dan Sapto Darmo menggunakan
adalah kitab yang ditulis oleh Tuhan. Kebatinan "Perjalanan" berkembang pesat di
Ponorogo. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) Mendeskripsikan
Ponorogo.
9
dan melaporkan tentang buah pikiran, sikap tindak dan perilaku manusia yang
menyangkut agama atau religi dalam kenyataan yang implisit. Sedangkan data
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Kemurnian ajaran Aliran
yang keliru tentang aliran kebatinan tersebut. (2) Pengajaran yang dilakukan
ajaran yang dirasa efektif dan efisien dan tetap dipertahankan hingga sekarang.
"Perjalanan" mengarah kepada pembentukan moral yang menjadi watak khas dan
dapat penulis ajukan adalah sebagai berikut (1) Untuk menjaga eksistensinya,
10
pendidikan dan pengajaran. (2) Peneliti lain sebaiknya menghubungi para
informan yang telah dijadikan subjek penelitian ini. Sebagai masukan untuk fokus
penelitian dengan sudut pandang yang lain, peneliti dapat menyertakan tentang
praktek ajaran Aliran Kebatinan "Perjalanan" dalam kehidupan sehari hari, baik
11
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pesantrenvirtual.com/tanya/035.shtml
http://nurulhuda.wordpress.com/2006/11/28/aliran-kepercayaan-
agama-budaya/
http://www.scribd.com/doc/17484403/Aliran-Kebatinan-Di-Indonesia
http://www.mail-archive.com/media-
dakwah@yahoogroups.com/msg10707.html
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/sejarah/article/view/1386
12