Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
WAKTU
DOSEN
SUB TOPIK
Penyebab
REFERENSI
1. Cunningham, F.Gary et.al. Obstetri William Edisi 21 vol 1 dan 2. Jakarta :
EGC; 2006.
2. POGI- JNPKKR.Buku Acuan Pelayanan Obstetri Neonatal dan Emergensi
Dasar. Jakarta : Depkes RI; 2005
3. Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Jilid I, Jakarta : EGC;1998
4. Saifuddin, Abdul Bari dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta:JNPKKR-POGI; 2001
5. Saifuddin, Abdul Bari dkk. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta: YBPSP-MNH PROGRAM; 2002.
6. Manuaba IBG. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan
Bidan. EGC. Jakarta. 1998.
7. Llewellyn-Jones Derek. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :
Hipokrates. 2001.
8. Saefudin AB, dkk. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : YBP-SP. 2002
9. Mochtar R. Sinopsis Obstetri Jilid 1. EGC. Jakarta; 1998
10. Varney H. Buku Saku Bidan. EGC. Jakarta;2000
Patologi Kebidanan
Perdarahan Postpartum 2
PERDARAHAN POSTPARTUM
PERDARAHAN POSTPARTUM
A. Pengertian
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah
persalinan berlangsung dengan jumlah darah > 500 cc.
B. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan post partum adalah :
- Grandemultipara
- Jarak perasalinan pendek kurang dari 2 tahun
- Persalinan yang dilakukan dengan tindakan : pertolongan kala uri sebelum
waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun, persalinan dengan tindakan
paksa persalinan dengan narkosa.
C. Klasifikasi
Perdarahan postpartum dibagi menjadi perdarahan postpartum primer dan
sekunder :
1. Perdarahan postpartum primer
Perdarahan postpartum primer terjadi dalam 24 jam pertama, penyebab
utamanya Perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri retensio plasenta,
sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2. Perdarahan postpartum sekunder
Perdarahan postpartum sekunder terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab
utama perdarahan postpartum sekunder adalah robekan jalan lahir dan sisa
plasenta atau membran. (Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & KB, hal.
295).
1. Atonia Uteri
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri. Perdarahan postpartum
Patologi Kebidanan
Perdarahan Postpartum 3
dengan penyebab uteri tidak terlalu banyak dijumpai karena penerimaan gerakan
keluarga berencana makin meningkat (Manuaba & APN).
Penatalaksanaan perdarahan karena atonia uteri
Peranan bidan dalam menghadapi perdarahan post partum karena atonia uteri
1. Meningkatkan upaya preventif:
Meningkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana
sehingga memperkecil jumlah grandemultipara dan memperpanjangjarak
hamil
Patologi Kebidanan
Perdarahan Postpartum 4
Patologi Kebidanan
Perdarahan Postpartum 5
Teknik KBI
1. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut
masukkan tangan (dengan cara menyatukan kelima ujung jari) ke intraktus
dan ke dalam vagina itu.
2. Periksa vagina & serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada
kavum uteri mungkin uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh.
3. Letakkan kepalan tangan pada fornik anterior tekan dinding anteror uteri
sementara telapak tangan lain pada abdomen, menekan dengan kuat dinding
belakang uterus ke arah kepalan tangan dalam.
Patologi Kebidanan
Perdarahan Postpartum 6
- Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga
untuk melakukan kompresi bimanual eksternal (KBE, Gambar 5-4)
kemudian teruskan dengan langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri
selanjutnya. Minta tolong keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.
Alasan: Atonia uteri seringkali bisa diatasi dengan KBl, jika KBl tidak
berhasil dalam waktu 5 menit diperlukan tindakan-tindakan lain.
6. Berikan 0,2 mg ergometrin IM (jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan
hipertensi)
Alasan: Ergometrin yang diberikan, akan meningkatkan tekanan darah lebih
tinggi dari kondisi normal.
7. Menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infus dan
berikan 500 ml larutan Ringer Laktat yang mengandung 20 unit oksitosin.
Alasan: Jarum dengan diameter besar, memungkinkan pemberian cairan IV
secara cepat, dan dapat langsung digunakan jika ibu membutuhkan transfusi
darah. Oksitosin IV akan dengan cepat merangsang kontraksi uterus. Ringer
Laktat akan membantu mengganti volume cairan yang hiking selama
perdarahan.
8. Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI.
Alasan: KBI yang digunakan bersama dengan ergometrin dan oksitosin
dapat membantu membuat uterus-berkontraksi
9. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu sampai 2 menit, segera lakukan
rujukan Berarti ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan
perawatan gawat-darurat di fasilitas kesehatan yang dapat melakukan
tindakan pembedahan dan transfusi darah.
10. Dampingi ibu ke tempat rujukan. Teruskan melakukan KBI hingga ibu tiba di
tempat rujukan. Teruskan pemberian cairan IV hingga ibu tiba di fasilitas
rujukan:
a. Infus 500 ml yang pertama dan habiskan dalam waktu 10 menit.
b. Kemudian berikan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga
jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 liter, dan kemudian berikan
125 ml/jam.
Patologi Kebidanan
Perdarahan Postpartum 7
c. Jika cairan IV tidak cukup, infuskan botol kedua berisi 500 ml cairan
dengan tetesan lambat dan berikan cairan secara oral untuk asupan cairan
tambahan.
2. Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen (dibelakang korpus uteri),
usahakan memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.
3. Lakukan gerakan saling merapatkan kedua tangan untuk melakukan kompresi
pembuluh darah di dinding uterus dengan cara menekan uterus di antara
kedua tangan tersebut. (Pusdiknakes, Asuhan Persalinan Normal)
2.Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam
setelah persalinan bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta
berulang (habitual retentio plasenta). Plasenta harus dikeluarkan karena dapat
menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat
terjadi plasenta inkar-serata, dapat terjadi polip plasenta, dan terjadi degenerasi
ganas korio karsinoma.
Patologi Kebidanan
Perdarahan Postpartum 8
Patologi Kebidanan
Perdarahan Postpartum 9
Patologi Kebidanan
Perdarahan Postpartum 10
Plasenta manual
Persiapan plasenta manual:
Peralatan sarung tangan steril.
Desinfektan untuk genitalia eksterna.
Teknik:
Sebaiknya dengan narkosa, untuk mengurangi sakit dan menghindari
syok.
Tangan kiri melebarkan genitalia eksterna, tangan kanan dimasukkan
secara obsteris sarnpai mencapai tepi plasenta dengan menelusuri tali
pusat
Tepi palsenta dilepaskan dengan bagian luar tangan kanan sedangkan
tangan kiri menahan fundus uteri sehingga tidak terdorong ke atas.
Setelah seluruh plasenta dapat dilepaskan, maka tangan dikeluarkan
bersama dengan plasenta.
Dilakukan eksplorasi untuk mencari sisa plasenta atau membrannya.
Kontraksi uterus ditimbulkan dengan memberikan uterotonika.
Perdarahan diobservasi.
Patologi Kebidanan
Perdarahan Postpartum 11
Patologi Kebidanan
Perdarahan Postpartum 12
Patologi Kebidanan
Perdarahan Postpartum 13
3.Inversio Uteri
Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri masuk ke dalam kavum
uteri, dapat secara mendadak atau terjadi perlahan. Selain dari pada itu
pertolongan persalinan yang makin banyak dilakukan tenaga terlatih maka terjadi
inversio uteri pun makin berkurang.
Kejadian inversio uteri sebagian besar disebabkan kurang legeartisnya
pertolongan persalinan saat melakukan persalinan plasenta secara crede, dengan
otot rahim belum berkontraksi dengan baik.
Untuk menegakkan kemungkinan terjadi inversio uteri dapat dilakukan
pemeriksaan palpasi pada fundus uteri yang menghilang dari abdomen pada
pemeriksaan dalam dapat dijumpai fundus uteri di kanalis servikalis bahkan
bersama dengan plasenta yang belum lepas.
Patologi Kebidanan
Perdarahan Postpartum 14
Patologi Kebidanan
Perdarahan Postpartum 15
Patologi Kebidanan
Perdarahan Postpartum 16
Perdarahan karena robekan jalan lahir banyak dijumpai para pertolongan persalinan
oleh dukun karena tampa dijahit. Pertolongan persalinan dengan sesiko rendah
mempunyai komplikasi ringan sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu
maupun perinatal.
Patologi Kebidanan
Perdarahan Postpartum 17
Gambar Beberapa jenis episiotomi, yang menggambarkan otot lantai pelvis yang
dilibat oleh masing-masing jenis. A. episiotomi median, B, episiotomi lateral, C.
episiotomi mediolateral, D, insisi Schruchardt.
Patologi Kebidanan
Perdarahan Postpartum 18
Gambar Reparasi laserasi tingkat tiga (I). Sudut atas luka vagina dipegang dengan
benang traksi. Tepi luka dinding rektum anterior kembali dengan jahitan submukosa.
Benang yang kuat menarik puntung otot sfingter ke arah depan dan menyatukannya
di anterior deretan jahitan rektum.
Reparasi laserasi tingkat tiga (II). Jahitan dinding rektum dan sfingter diikat. Otot
lantai pelvis dibentuk dengan masing-masing jahitan.
Patologi Kebidanan
Perdarahan Postpartum 19
Tahap penjahitan:
Ujung tepi robekan dipegang dengan elis klamp dan diadaptasikan
Jahit robekan serviks secara simpul, sehingga perdarahan berhenti secara
sempurna.
Patologi Kebidanan
Perdarahan Postpartum 20
EVALUASI
4. Keadaan dimana fundus uteri masuk ke dalam kavum uteri, dapat secara
mendadak atau terjadi perlahan, merupakan:
a. Perdarahan postpartum
b. atonia uteri
c. inersia uteri
d. Inversio uteri
jawab D
Patologi Kebidanan
Perdarahan Postpartum 21
Patologi Kebidanan