Você está na página 1de 113

KONSULTAN PERIKANAN

BUDIDAYA, PENANGANAN PASCA PANEN & PENGOLAHAN

FUAD ANDHIKA RAHMAN, S.Pi, M.Sc

Riwayat Pendidikan

1. SDN 8 Mataram (1988 - 1994)

2. SMPN 1 Mataram (1994 – 1997)

3. SMAN 1 Mataram (1997 – 2000)

4. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya (2000 – 2005)

5. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada (2007 – 2009)

Riwayat Magang dan Pelatihan

1. Magang Pembenihan Kerapu Tikus : Balai Budidaya Air Payau Situbondo (Agustus 2001)

2. Magang Pengalengan Ikan : PT Blambangan Muncar Banyuwangi (Februari – Maret 2002)

3. Magang Pembenihan Udang Windu : Balai Budidaya Air Payau Jepara (Juli – Agustus 2002)

4. Magang Pembenihan Udang Galah : Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi (15 Juli – 04 Agustus 2003)

5. International Symposium On Ecology And Health Safety Aspects Of Genetically Modified Agricultural Products (Brawijaya University,
Malang 20 May 2002)
6. Pelatihan Pengukuran Kualitas Air (Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya 11 – 12 Mei 2002)

7. Pelatihan Best Management Practices Budidaya Udang Vanamei (BBAP Situbondo, 4 – 9 Juni 2007)

Riwayat Organisasi

1. Presiden Junior Achievement International (JAI) Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Periode 2003 – 2004

2. KaDiv Litbang Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Periode 2003 - 2004

3. Ketua Forum Pemberdayaan Mahasiswa dan Masyarakat Perikanan (FPMMP) Periode 2004 – 2005

4. Koordinator Asisten Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Periode 2004 - 2005

Riwayat Publikasi dan Karya Tulis

1. Gynogenesis, Menciptakan Koi Seperti Indukan (Tabloid IndoFish Edisi 15/Oktober 2004)

2. Mengantisipasi Saat Virus Mewabah (Tabloid IndoFish Edisi18/Januari 2005)

3. Skripsi : Pengaruh Umur Bibit dan Frekuensi Perendaman ZPT Agrogibb Yang Berbeda Terhadap Laju
Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Dengan Menggunakan Metode Rakit Apung (2005)
4. Tesis : Perancangan Klaster Aquabisnis Rumput Laut Eucheuma cottonii di Kabupaten Lombok Timur (2009)

Head Office : Perumahan Puncang Hijau Blok R-06 Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat NTB
Telp. (0370) 634234 – HP. 08175774979
Email : zahraainoorrahman@yahoo.co.uk
Instansi : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB – Jl. Udayana No. 3 Mataram
PENGARUH UMUR BIBIT DAN FREKUENSI PERENDAMAN ZAT
PENGATUR TUMBUH (ZPT) AGROGIBB YANG BERBEDA
TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT (Eucheuma
cottonii) DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAKIT

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


BUDIDAYA PERAIRAN

OLEH :
FUAD ANDHIKA RAHMAN
0001080237 – 085

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERIKANAN
MALANG
2004
PENGARUH UMUR BIBIT DAN FREKUENSI PERENDAMAN
AGROGIBB YANG BERBEDA TERHADAP LAJU
PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DENGAN
MENGGUNAKAN METODE RAKIT

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana


di Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang

OLEH :
FUAD ANDHIKA RAHMAN
0001080237 – 085

MENGETAHUI, MENYETUJUI,
KETUA JURUSAN MSP DOSEN PEMBIMBING I

Ir. ABDUL QOID, MS Ir. MAHENO SRI WIDODO, MS


Tanggal : Tanggal :

DOSEN PEMBIMBING II

Ir. M. RASYID FADHOLI, MS


Tanggal :
1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengembangan perikanan di Indonesia pada masa mendatang lebih difokuskan

pada bidang budidaya dimana tujuan utamanya adalah peningkatan produksi guna

pemenuhan kebutuhan protein masyarakat serta peningkatan devisa negara. Titik berat

budidaya perikanan terletak pada pemanfaatan perairan laut secara maksimal melalui

intensifikasi dan ekstensifikasi lahan budidaya serta diversifikasi komoditas yang

dihasilkan, terutama komoditas berorientasi ekspor seperti rumput laut (Sediadi et.al.,

2000).

Lahirnya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah telah memberi

peluang kepada Pemerintah Tingkat Propinsi untuk lebih mengoptimalkan potensi

sumberdaya wilayah pesisir dan wilayah laut sepanjang 12 mil yang diukur dari garis

pantai (Trisakti et.al., 2003).

Salah satu usaha untuk memanfaatkan lahan perairan adalah dengan melakukan

pembudidayaan rumput laut, yang merupakan komoditi perairan non ikan yang terbukti

mampu memberikan kesejahteraan terhadap petani dan nelayan. Rumput laut dinilai

ekonomis karena bahan yang terkandung didalamnya dapat dimanfaatkan untuk

berbagai kegiatan industri seperti kosmetik, makanan, minuman, cat, tekstil dan lain-

lain. Selain itu rumput laut juga merupakan komoditi yang teknologi produksinya

relatif murah dan sederhana, memiliki daya serap pasar yang tinggi serta mudah dalam

pelaksanaan pasca panen (Meiyana et.al., 2001).

Sampai saat ini rumput laut yang bisa tumbuh di perairan Indonesia tercatat

kurang lebih 555 jenis. Dari seluruh jenis hasil ekspedisi tersebut hanya 55 jenis yang
2

telah digunakan secara tradisional sebagai pangan, obat dan keperluan lain. Penelitian

lebih lanjut menunjukkan bahwa diantara 55 jenis tersebut hanya beberapa jenis tertentu

yang sampai sekarang mempunyai nilai ekonomis penting, yakni jenis-jenis yang

termasuk ke dalam kelas Rhodophyceae atau alga merah. Tiga marga penting dari alga

tersebut yaitu Eucheuma, Gracillaria dan Gelidium, sejak lama menjadi komoditi ekspor

Indonesia (Mubarak, 1990).

Permintaan luar negeri terhadap rumput laut Indonesia pada tahun 1990 tercatat

sebesar 10.779 ton dengan nilai (FOB) US $ 7,16 juta dan terus meningkat hingga

mencapai 28.104 ton pada tahun 1995 dengan nilai (FOB) US $ 21,30 juta. Jumlah

ekspor ini turun pada periode tahun 1996-1998 dengan laju penurunan mencapai 50%

(Anonymous, 2004). Volume ekspor rumput laut kering Indonesia sendiri pada akhir

tahun 2000 hanya mencapai 2.648,71 ton/tahun (Djazuli 2002).

Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya penurunan volume ekspor

tersebut adalah produksi rumput laut yang sering mengalami kegagalan terutama yang

disebabkan oleh kurangnya pemahaman mengenai aspek-aspek teknis seperti pemilihan

lokasi, metode budidaya, manajemen produksi, pemilihan dan pengadaan bibit, musim

serta tata letak (Sunaryat et.al., 2001).

Atas dasar permasalahan tersebut maka perlu dilakukan adanya perbaikan

berkaitan dengan metode budidaya rumput laut. Salah satunya adalah dengan

memaksimalkan laju pertumbuhan rumput laut sehingga nantinya diharapkan dapat

mempercepat saat panen. Adapun salah satu cara yang dapat ditempuh untuk

meningkatkan laju pertumbuhan rumput laut Euheuma cottonii yaitu melalui

penggunaan umur bibit yang sesuai serta pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dengan

frekuensi yang tepat.


3

1.2 Perumusan Masalah

Reproduksi secara stek (vegetatif) sering disebut pula reproduksi secara

fragmentasi. Untuk jenis Eucheuma cottonii, pembiakan secara stek sebagai bibit lebih

produktif untuk dilakukan (Aslan, 1998). Umur bibit sendiri merupakan salah satu faktor

internal yang mempengaruhi laju pertumbuhan rumput laut (Mubarak, 1990).

Kriteria bibit rumput laut yang baik menurut Sunaryat (2001) antara lain :

1. Bercabang banyak dan rimbun

2. Tidak terdapat bercak merah dan tidak terkelupas

3. Warna cerah (spesifik)

4. Umur antara 25-35 hari

Agrogibb pada dasarnya merupakan zat pengatur tumbuh yang mengandung

hormon tumbuh berupa giberellin (GA3). Giberellin sudah lama dipergunakan untuk

meningkatkan produksi tanaman budidaya, seperti pengendalian pembungaan serta

penggalakan pertumbuhan dan produktivitas (Gardner, 1991). Giberellin juga diketahui

mempengaruhi panjang batang sehingga mendorong pertumbuhan tanaman (Heddy,

1983).

Penggunaan Agrogibb dengan dosis 0,0549 ml/l ternyata mampu memberikan

laju pertumbuhan yang maksimal pada budidaya rumput laut Eucheuma cottonii

(Saputra, 2004). Dilanjutkan oleh Iswahyudi (2004), dengan lama perendaman Agrogibb

selama 2,5 jam juga memberikan laju pertumbuhan yang serupa.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan adanya penelitian tentang

pengaruh penggunaan umur bibit dan frekuensi perendaman Zat Pengatur Tumbuh

(ZPT) Agrogibb yang berbeda terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cotonii

dengan menggunakan metode rakit.


4

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan umur bibit

dan frekuensi perendaman Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Agrogibb yang berbeda

terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii, serta mengetahui kombinasi

keduanya yang memberikan laju pertumbuhan maksimal.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi pihak-pihak

yang memerlukannya sebagai upaya untuk meningkatkan produksi rumput laut

Eucheuma cottonii.

1.5 Hipotesis

H0 : Diduga bahwa penggunaan umur bibit dan frekuensi pemberian ZPT Agrogibb

yang berbeda tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan rumput laut

Eucheuma cottonii.

H1 : Diduga bahwa penggunaan umur bibit dan frekuensi pemberian ZPT Agrogibb

yang berbeda berpengaruh terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma

cottonii.

1.6 Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Pantai Serewe, Kecamatan Keruak, Kabupaten

Lombok Timur NTB pada bulan Januari sampai Maret 2005.


5

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumput Laut (Eucheuma cottonii)

2.1.1 Taksonomi dan Morfologi

Menurut Meiyana et.al. (2001), taksonomi dari Eucheuma cottonii dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

Phylum : Rhodophyta

Kelas : Rhodophyceae

Sub Kelas : Florideophycidae

Ordo : Gigartinales

Family : Soliericeae

Genus : Eucheuma

Species : Eucheuma cottonii Lin

Rumput laut (seaweed) termasuk salah satu anggota alga yang merupakan

tumbuhan berklorofil. Rumput laut terdiri dari satu atau banyak sel, berbentuk koloni,

hidupnya bersifat bentik di daerah perairan yang dangkal, berpasir, berlumpur atau

berpasir dan berlumpur, daerah pasang surut, jernih dan biasanya menempel pada karang

mati, potongan kerang dan subtrat yang keras lainnya, baik terbentuk secara alamiah

atau buatan (artificial). Alga mempunyai bentuk bermacam-macam seperti benang atau

tumbuhan tinggi. Alga bersifat autotrof, yaitu dapat hidup sendiri tanpa tergantung

makhluk lain. Proses pertumbuhan rumput laut sendiri sangat tergantung pada intensitas

sinar matahari untuk melakukan proses respirasi maupun fotosintesis (Sediadi, 2000).

Dari segi morfologinya, rumput laut tidak memperlihatkan adanya perbedaan

antara akar, batang dan daun. Secara keseluruhan tanaman ini mempunyai morfologi
6

yang mirip walaupun sebenarnya disebabkan karena thallus yang mempunyai beragam

bentuk, diantaranya bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong dan rambut

dan sebagainya. Thallus ini ada yang tersusun uniselluler (satu sel) atau multiselluler

(banyak sel), percabangan thallus ada yang dichotomus (bercabang dua terus menerus),

pectinate (berderet searah pada satu sisi thallus utama), pinnate (bercabang dua-dua pada

sepanjang thallus utama secara berselang-seling), ferticillate (cabangnya berpusat

melingkari sumbu utama) dan ada juga yang bentuknya sederhana dan tidak bercabang.

Sifat substansi thallus juga beraneka ragam yaitu ada yang lunak seperti gelatin

(gelatinous), koraks mengandung zat kapur (calcareous), lunak seperti tulang rawan

(cartilagenous), berserabut (spongius) dan sebagainya (Aslan, 1998).

Menurut Hidayat (2000) dalam Meiyana et.al. (2001), rumput laut jenis

Eucheuma sp tergolong dalam kelas Rhodophyceae (alga merah). Ciri-ciri umum antara

lain : terdapat tonjolan-tonjolan (nodule) dan duri (spines), thalus berbentuk silindris

atau pipih, bercabang-cabang tidak teratur, berwarna hijau kemerahan bila hidup dan

bila kering berwarna kuning kecoklatan.

Menurut Sulistyo (1987), rumput laut terbagi atas empat kelas yaitu :

1. Chlorophyceae

Umumnya berwarna hijau karena sel-selnya mengandung khlorofil a dan b serta

sedikit karoten. Tumbuh di daerah pasang surut yang sering mengalami kekeringan,

daerah dangkal dengan penetrasi cahaya matahari tinggi hingga ke dasar.

2. Phaeophyceae

Tumbuhan berwarna kuning kecoklatan karena sel-selnya banyak mengandung

klorofil a dan c. Tumbuh pada daerah pasang surut yang lebih dalam dari daerah

tumbuh Chlorophyceae.
7

3. Rhodophyceae

Berwarna merah, coklat, nila, hijau. Sel-selnya banyak mengandung fikoeritrin.

4. Cyanophyceae

Umumnya berwarna ungu. Sel-selnya terdiri dari pigmen fikosianin. Mudah tumbuh

pada daerah yang lembab.

2.1.2 Ekologi dan Daerah Penyebaran

Umumnya rumput laut banyak dijumpai di daerah yang mempunyai perairan

agak dangkal (ketinggian air pada surut terendah ± 60 cm). Kondisi dasar perairan yang

sangat disukai rumput laut adalah berpasir, berlumpur atau campuran antara pasir dan

lumpur. Banyak pula rumput laut yang dapat tumbuh dengan cara menempel pada batu

karang yang telah mati, kerang maupun benda-benda yang mengandung kapur. Kondisi

perairan yang cocok bagi pertumbuhan rumput laut adalah perairan yang jernih dengan

ombak dan arus yang tidak terlalu besar (Afrianto dan Liviawaty, 1993).

Rumput laut Eucheuma cottonii mempunyai habitat yang khas, yaitu daerah yang

memperoleh aliran air laut yang tetap dan mempunyai variasi suhu harian yang kecil.

Alga jenis ini tumbuh mengelompok dengan beberapa jenis rumput laut lainnya.

Pengelompokan ini tampaknya sangat penting dan saling menguntungkan, diantaranya

dalam hal penyebaran spora (Aslan, 1991).

Rumput laut jenis Eucheuma cottonii Lin berasal dari perairan Sabah (Malaysia)

dan Kepulauan Sulu (Filipina). Kemudian dikembangkan ke berbagai negara sebagai

tanaman budidaya. Penyebarannya hampir merata di seluruh Indonesia khususnya di

daerah Lampung, Maluku, dan Selat Alas Sumba (Meiyana, 2001). Untuk lebih jelasnya

mengenai daerah-daerah penyebaran rumput laut kelas Rhodophyceae di Indonesia

tertera pada tabel 1 berikut.


8

Tabel 1. Daerah Penyebaran Rumput Laut Kelas Rhodophyceae di Indonesia (Sumber :


Tim Penulis Penebar Swadaya, 2001).

Jenis Lokasi
Acanthophora sp. Kep. Kangean, Lombok, Sumatera Utara, Kep. Seribu,
Dobo, Bawean.
Corallopsis minor Bali
Eucheuma cottonii Bali, Maluku, Sulawesi Tengah, Selat Alas, Sumba
Eucheuma edule Kep. Seribu, Jawa Tengah, Bali, Madura, Sumatera
Utara, Riau, Sulawesi, Maluku, Lombok, P. Komodo
Eucheuma muricatum Seram, P. Komodo, Bali, Sulawesi, Kep. Seribu
Eucheuma spinosum Sumatera Utara, Riau, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Tengah, Kep. Seribu, Maluku, Jawa Tengah, Bali, NTT,
NTB
Eucheuma striatum Kep. Seribu
Gelidiopsis rigida Lingga
Gelidium sp. Jawa, Ambon, Riau, Sumatera Utara, Bali, NTB, NTT
Gracillaria coronopifolia Sumatera Utara, Jawa Tengah
Gracillaria lichenoides Bangka, Maluku, NTB
Gracillaria sp. Pantai Selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sulawesi, Kep. Seribu, Kep. Tukang Besi, Bali, NTT
Gracillaria taenoides Bangka
Gymnogongrus javanicus Bangka
Hypnea cerviorni Riau, Jawa Tengah, NTT, Maluku, Bali
Hypnea sp. Kalimantan, Jawa, Bali, Maluku, NTT, NTB
Sarcodia montegneana Lombok

2.1.3 Pertumbuhan dan Perkembangan Rumput Laut

Menurut Anonymous dalam http://www.lablink.co.id (2004) dinyatakan bahwa

pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran sel atau organisme yang berlangsung

secara kuantitatif atau terukur. Sementara perkembangan (diferensiasi) adalah proses

menuju kedewasaan pada organisme, merupakan perubahan dari keadaan sejumlah sel

membentuk organ-organ yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda. Terdapat

dua macam pertumbuhan yaitu :

1. Pertumbuhan primer

Merupakan hasil pembelahan sel-sel jaringan meristem primer. Berlangsung

pada embrio, bagian ujung-ujung tumbuhan seperti akar dan batang. Daerah
9

pertumbuhan pada akar dan batang dibedakan menjadi 3 (tiga) yakni daerah

pembelahan, daerah pemanjangan dan daerah diferensiasi.

2. Pertumbuhan sekunder

Merupakan aktivitas sel-sel meristem sekunder yaitu kambium dan kambium

gabus. Pertumbuhan ini dijumpai pada tumbuhan dikotil, gymnospermae dan

menyebabkan membesarnya ukuran (diameter) tumbuhan.

Pertumbuhan rumput laut terjadi karena rumput laut melakukan proses respirasi

dan fotosintesis. Pertumbuhan rumput laut dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang

bersifat internal maupun eksternal. Faktor internal yang berpengaruh terhadap

pertumbuhan antara lain jenis, bagian thallus dan umur, sedangkan faktor eksternal yang

berpengaruh antara lain keadaan lingkungan fisika dan kimia yang dapat berubah

menurut ruang dan waktu, penanganan bibit, perawatan tanaman dan metode budidaya.

Laju pertumbuhan yang dianggap menguntungkan adalah diatas 3% pertambahan berat

per hari (Mubarak, 1990).

2.1.4 Reproduksi Rumput Laut

Meiyana et.al., (2001) menjelaskan, reproduksi pada rumput laut dapat terjadi

melalui dua cara yaitu :

1. Reproduksi Generatif

Rumput laut dapat berkembangbiak secara generatif atau kawin. Pada peristiwa

perbanyakan secara generatif rumput laut yang diploid (2n) menghasilkan spora yang

haploid (n). Spora ini kemudian menjadi dua jenis rumput laut yaitu jantan dan betina

yang masing-masing bersifat haploid (n) yang tidak mempunyai alat gerak.

Selanjutnya rumput laut jantan akan menghasilkan sperma dan rumput laut betina akan

menghasilkan sel telur. Apabila kondisi lingkungan memenuhi syarat akan


10

menghasilkan suatu perkawinan dengan terbentuknya zygot yang akan tumbuh

menjadi tanaman rumput laut.

2. Reproduksi Vegetatif

Proses perbanyakan secara vegetatif berlangsung tanpa melalui perkawinan,

setiap bagian rumput laut yang dipotong akan tumbuh menjadi rumput laut muda yang

mempunyai sifat seperti induknya, atau perkembangbiakannya bisa dilakukan dengan

cara stek dari cabang-cabang rumput laut dengan syarat potongan rumput laut tersebut

merupakan thallus muda, masih segar, berwarna cerah dan mempunyai percabangan

yang banyak, tidak tercampur lumut atau kotoran, serta bebas atau terhindar dari

penyakit.

Reproduksi secara stek (vegetatif) sering disebut pula reproduksi fragmentasi.

Untuk jenis Eucheuma cottonii, pembiakan secara stek sebagai bibit lebih produktif

untuk dilakukan (Aslan, 1998). Bibit yang umum dipergunakan pada metode stek adalah

yang masih muda (ujung tanaman) karena terdiri dari sel dan jaringan yang baik untuk

pertumbuhan yang optimal (Tim Penulis PS, 2001).

Dasar dari metode stek pada dasarnya identik dengan kultur jaringan pada

tanaman. Sel tanaman mempunyai sifat totipotensi yaitu kemampuan sel untuk tumbuh

dan berkembang membentuk tanaman lengkap dalam medium yang sesuai. Bagian

tanaman yang diambil (inokulum) dapat diambil dari jaringan tanaman dewasa yang

mengandung jaringan meristem (Kartha, 1975 dalam Nirmala, 2003).

2.1.5 Kandungan dan Manfaat

Rumput laut mengandung agar-agar, karaginan dan alginat. Agar-agar adalah

asam sulfanik yaitu ester dari galakto linier yang diperoleh dari ekstrak ganggang,

sedangkan karagenan adalah senyawa polisakarida yang tersusun dari unit D-galaktosa
11

dan L-galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1-4 glikosidik.

Setiap unit galaktosa mengikat gugusan sulfat. Berdasarkan strukturnya karagenan

dibagi menjadi tiga jenis yaitu Kappa, iota dan lamda karagenan. Kapa karagenan

tersusun dari (1 - >3) D-galaktosa-4 sulfat dan (1 - >4) 3,6 anhydro-D-galaktosa. Iota

karagenan mengandung 4-sulfat ester pada setiap residu D-galaktosa dan gugusan 2

sulfat ester pada setiap gugusan 3,6 anhydro-D-galaktosa. Sedangkan lamda karagenan

memiliki sebuah residu disulphated (1-4) D-galaktosa (Akbar et.al., 2001). Rumput laut

juga mengandung beberapa mineral seperti yang tertera dalam tabel 2 berikut.

Tabel 2. Jenis dan Kandungan Mineral Pada Rumput Laut


Jenis Mineral Kandungan Dalam % Berat Kering
Ganggang Merah Ganggang Coklat
Klor 1,5 – 3,5 9,8 – 15,0
Kalium 1,0 – 2,2 6,4 – 7,8
Magnesium 0,3 – 1,0 1,0 – 1,9
Belerang 0,5 – 1,8 0,7 – 2,1
Silikon 0,2 – 0,3 0,5 – 0,6
Fosfor 0,2 – 0,3 0,3 – 0,6
Kalsium 0,4 – 1,5 0,2 – 0,6
Besi 0,1 – 0,15 0,1 – 0,2
Iodium 0,1 – 0,15 0,1 – 0,8
Bron 0,005 0,03 – 0,14
Natrium 1,0 – 7,9 2,6 – 3,8

Suptijah (2002) menjelaskan lebih lanjut bahwa, pemberian nama karaginan

didasarkan atas persentase kandungan ester sulfatnya. Pada jenis Kappa mengandung

ester sulfat 25-30%, Iota 28-35% dan lambda 32 –39%. Karaginan juga mempunyai

sifat larut dalam air panas (70oC), air dingin, susu dan larutan gula sehingga sering

digunakan sebagai pengental/penstabil pada berbagai minuman atau makanan.

Karaginan dapat membentuk gel dengan baik sehingga banyak digunakan sebagai

penggel dan thichemen.


12

Soegiarto (1987) menjelaskan bahwa enzim di dalam sistem pencernaan manusia

secara umum kurang mampu untuk menguraikan karbohidrat yang ada. Sehingga

manfaat rumput laut yang sebenarnya adalah bukan sebagai bahan makanan manusia,

tetapi sebagai bahan tambahan industri makanan, obat-obatan dan kosmetik serta untuk

tambahan pakan ternak. Dilanjutkan oleh Sunarmi (1989), agar dan karaginan serta algin

banyak digunakan sebagai stabilisator dan pengental pada industri makanan, media

kultur pada mikrobiologi, pengemulsi pada industri kosmetik, farmasi dan kedokteran

serta bahan tambahan untuk industri kertas dan tekstil.

2.2 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)

Menurut Heddy (1983), faktor pertumbuhan merupakan bahan-bahan yang

dibutuhkan oleh sel tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup tetapi bahan-

bahan tersebut tidak diproduksi oleh sel itu sendiri, melainkan didatangkan dari luar sel.

Ditinjau dari asalnya, faktor pertumbuhan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Pengatur tumbuh (growth regulator) yaitu senyawa-senyawa yang datang dari

luar tumbuhan, biasanya berupa vitamin dan mineral

2. Hormon yaitu senyawa yang dihasilkan dalam tubuh tumbuhan, yang paling

utama berupa grup senyawa auxin, giberellin dan kinin.

Giberellin secara alamiah terdapat pada berbagai jaringan tumbuhan. Selain

terlibat dalam pertumbuhan batang, giberellin juga merupakan perangsang utama pada

pertumbuhan akar, tunas, kecambah dan bunga. Pemberian giberellin dalam dosis rendah

diketahui juga mampu merangsang pertumbuhan tanaman kerdil, dalam arti

menanggulangi sifat penurunan bawaan (Kimball, 1983).


13

Giberellin sebagai hormon tumbuhan pada tanaman sangat berpengaruh terhadap

sifat genetic (genetic dwarfism), pembungaan, penyinaran, pathenocarpy, mobilisasi

karbohidrat dan aspek fisiologi lainnya. Giberellin mempunyai peran dalam mendukung

perpanjangan sel, pembentukan enzym protease sehingga membebaskan tryptophan

sebagai bentuk awal auxin, menstimulasi sintesis ribonukleas, meningkatkan aktivitas

kambium dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesis protein. Mekanisme

lain menjelaskan bahwa giberellin mendukung terbentuknya enzym α-amylase sehingga

meningkatkan kandungan gula melalui hidrolisa pati/amilum dan secara otomatis

meningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, sel memiliki kecenderungan untuk

berkembang. Selain itu, gula yang dihasilkan dapat ditranslokasikan ke tunas/embrio

sebagai sumber energi pada tahap awal pertumbuhan (Anonymous dalam

http://www.google.com, 2004). Mekanisme giberellin dalam mendorong pertumbuhan

disajikan pada gambar 1.

Gambar 1. Mekanisme Giberellin Dalam Mendorong Pertumbuhan Pada Embrio Biji


(Sumber : http://www.google.com/Biology123/Chapter 35, 2004).

Menurut Widyastuti dan Tjokrokusumo (2004), saat ini telah banyak ditemukan

senyawa-senyawa sintetik yang mempunyai pengaruh fisiologis yang serupa dengan

hormon tanaman. Semua hormon tanaman sintetik atau senyawa sintetik yang

mempunyai sifat fisiologis dan biokimia yang serupa dengan hormon tanaman disebut

Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Hormon tanaman dan ZPT pada umumnya mendorong
14

terjadinya suatu pertumbuhan dan perkembangan. Perbedaan diantara senyawa hormon

tanaman dan ZPT antara lain sebagai berikut :

1. Fitohormon atau hormon tanaman adalah senyawa organik bukan nutrisi yang

aktif dalam jumlah kecil (< 1mM) yang disintesis pada bagian tertentu, pada

umumnya ditranslokasikan ke bagian lain tanaman dimana senyawa tersebut

menghasilkan suatu tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis.

2. Zat Pengatur Tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam kon-

sentrasi rendah (< 1 mM) mendorong, menghambat atau secara kualitatif

mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

3. Inhibitor adalah senyawa organik yang menghambat pertumbuhan secara umum

dan tidak ada selang konsentrasi yang dapat mendorong pertumbuhan.

Gambar 2. Struktur Kimia Asam Giberellin

2.3 Sistem Transportasi Pada Tumbuhan

2.3.1 Dinding dan Membran Sel

Sel tumbuhan dibatasi oleh dua lapis pembatas yang sangat berbeda komposisi

dan strukturnya yaitu dinding sel dan membran sel. Dinding sel tersusun dari dua lapis

senyawa selulosa dan diantara keduanya terdapat rongga yang dinamakan lamela tengah

yang berisi zat-zat penguat seperti lignin, chitine, pektin dan suberine. Oleh karena itu,

dinding sel dapat memberi kekakuan dan bentuk pada sel. Pada dinding sel juga terdapat

celah yang disebut plasmodesmata yang berfungsi sebagai saluran sel dan dapat dilalui
15

oleh molekul dengan berat 1000 dalton seperti hormon. Membran sel tersusun dari

senyawa lipoprotein yaitu gabungan dari senyawa lemak khususnya fosfolipid dan

protein. Membran sel terdiri dari dua lapis fosfolipid. Lapis pertama dengan asam lemak

(bagian ekor) mengarah kedalam dan bersifat hidrofobik (non polar) sedangkan lapis

kedua dengan protein (bagian kepala) bersifat hidrofilik (polar) dan mengarah keluar.

Oleh karena itu membran sel bersifat selektif permeabel yang berarti hanya dapat

dilewati oleh molekul tertentu saja. Fungsi dari membran sel adalah mengatur

transportasi zat yang masuk dan keluar dari sel (Anonymous dalam

hhtp://www.lablink.co.id, 2001).

Gambar 3. Struktur Penyusun Lipoprotein Pada Membran Sel

2.3.2 Transpor Pasif

Proses transportasi pada membran sel tumbuhan baik pasif maupun aktif

dipengaruhi oleh polaritas molekul yang akan diserap, perbedaan konsentrasi, suhu,

fluiditas inti hidrofobik maupun aktivitas protein pengangkutnya. Air, gas maupun

molekul hidrofobik (polar) seperti hormon dapat melewati membran secara transpor

pasif. Ion dan molekul polar yang tidak bermuatan harus dibantu oleh protein

pengangkut untuk dapat melalui membran sehingga prosesnya disebut difusi terbantu

(Anonymous dalam http://www.omega.ilce.edu, 2001).


16

Pada dasarnya transpor pasif hampir sama dengan difusi biasa, yaitu berlangsung

dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Perbedaan terletak pada adanya

senyawa yang terdapat dalam membran yang berfungsi mengikat molekul kemudian

diangkut ke pihak lain dan dilepaskan lagi dalam benuk senyawa semula. Senyawa yang

mengangkut zat yang berdifusi dinamakan pengangkut, biasanya berupa protein yang

bekerja secara spesifik dengan memiliki bagian khas untuk berikatan dengan zat yang

diangkut (Poedjiadi, 1994).

Lebih lanjut diterangkan oleh Poedjiadi (1994), terdapat beberapa karakteristik

pada proses transpor pasif diantaranya :

1. Proses transport pasif memperlihatkan adanya kecepatan maksimum pada

konsentrasi tertentu. Ini berarti bahwa pada konsentrasi yang lebih besar lagi,

kecepatan awal difusi tidak bertambah besar. Sedangkan pada difusi biasa,

kecepatan difusi awal bertambah besar apabila konsentrasi diperbesar. Pada

konsentrasi yang sama, kecepatan awal transport pasif lebih besar daripada difusi

biasa. Kecepatan difusi maksimum terdapat pada konsentrasi besar, karena

pengangkut sudah jenuh sehingga tidak mungkin menampung atau mengikat

senyawa lagi.

2. Proses difusi atau transpor pasif ini mempunyai kekhasan bagi zat yang

berdifusi. Sebagai contoh : sel eritrosit beberapa vertebrata mempunyai sistem

transpor melalui membran yang dapat mempermudah atau mempercepat

masuknya D-glukosa atau monosakarida yang strukurnya mirip glukosa, tetapi

tidak mempunyai aktivitas semacam itu terhadap D-fruktosa atau suatu

disakarida laktosa. Kekhasan lain bersifat kekhasan ruang. Sebagai contoh :

sistem transpor pada membran sel hewan lebih aktif terhadap L-asam amino
17

daripada isomer D-asam amino. Dengan adanya karakteristik ini, dikemukakan

anggapan bahwa pada molekul pengangkut terdapat bagian yang khas untuk

berikatan dengan zat yang diangkut berdifusi. Hal ini analog dengan

pembentukan kompleks enzim-substrat.

Gambar 4. Kinetika Sistem Transpor Melalui Membran Sel

3. Transpor pasif dapat dihambat secara khas. Apabila terdapat zat yang strukturnya

mirip dengan zat yang berdifusi, maka ada kemungkinan terjadi hambatan. Zat

yang menghambat dapat membentuk ikatan dengan molekul pengangkut

sehingga bagian yang khas terpakai oleh inhibitor. Dengan demikian tidak terjadi

ikatan antara zat yang berdifusi dengan molekul pengangkut.

2.3.3 Transpor Aktif

Transpor aktif berlangsung dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.

Perpindahan zat yang bertentangan dengan gradien konsentrasi menggunakan energi

yang diperoleh dari dalam sel yang berasal dari molekul ATP. Energi ini diperlukan oleh

protein pengangkut untuk bekerja. Contoh dari transpor aktif adalah pertukaran ion (ion

exchange) antara Na+ dan K+ yang berperan dalam menjaga keseimbangan tekanan

turgor sel (Anonymous dalam http://www.omega.ilce.edu, 2001).

Menurut Poedjiadi (1994), terdapat beberapa kemungkinan mekanisme transpor

yang terjadi diantaranya :


18

1. Zat (A) masuk ke dalam membran dari luar, kemudian didalam membran terjadi

proses kimia seperti fosforilasi, tetapi kembali seperti keadaan semula (A) pada

waktu masuk ke dalam sel. Reaksi fosforilasi melibatkan ATP sebagai sumber

energi dan gugus fosfat yang diikat pada molekul A akan dilepas lagi sebagai

gugus fosfat anorganik seperti ditunjukkan pada gambar 7.

Gambar 5. Mekanisme Transpor Aktif Tipe Pertama

2. Ada molekul X yang berfungsi sebagai pengakut zat A. Sebelum berikatan

dengan molekul A, zat X mengalami perubahan konformasi menjadi Xo.

Perubahan ini menggunakan energi dari ATP yang berubah menjadi ADP.

Setelah terjadi Xo maka zat A yang masuk ke dalam membran sel bergabung

dengan Xo membentuk komplek AXo. Setelah melalui membran sel maka zat A

dilepaskan dari kompleks AXo dan masuk ke dalam sel, sedangkan bentuk Xo

berubah lagi menjadi X. Demikian seterusnya X akan menjadi Xo dengan

menggunakan energi.

Gambar 6. Mekanisme Transpor Aktif Tipe Kedua


19

3. Proses transpor aktif glukosa melalui membran bakteri menunjukkan bahwa gula

setelah berada di bagian dalam sel diubah menjadi derivat fosfat atau

glukosafosfat. Yang berperan sebagai perantara dalam hal ini adalah suatu

protein dengan bobot molekul rendah dan yang mengandung histidin (HPr). Zat

ini tahan terhadap panas, tidak mengandung karbohidrat dan fosfat. Reaksi yang

dikemukakan adalah sebagai berikut :

Gambar 7. Mekanisme Transpor Aktif Tipe Ketiga

Dari reaksi tersebut tampak bahwa HPr tidak berperan sebagai pengangkut. Pada

tepi luar membran sel, glukosa membentuk kompleks dengan enzim II (EII glukosa).

Pada tepi bagian dalam membran terjadi reaksi dengan P-HPr dan membentuk glukosa-

6-fosfat yang tidak dapat keluar dari dalam sel.

2.4 Budidaya Rumput Laut Eucheuma cottonii Dengan Metode Rakit

Sistem budidaya rumput laut Eucheuma cottonii terdiri dari tiga sistem yaitu

sistem dasar, sistem lepas dasar dan sistem apung. Metode rakit merupakan salah satu

bagian dari sistem apung. Metode ini sering disebut metode rakit kotak, dibentuk dari
20

empat buah bambu yang dirakit sehingga berbentuk persegi panjang dengan ukuran 2,5-

4 x 5-7 m (Sunaryat, 2001).

Metode rakit cocok diterapkan untuk lokasi dengan kedalaman waktu surut lebih

dari 60 cm. Cara ini digunakan bila tidak terdapat perairan yang memenuhi syarat untuk

metode lepas dasar. Metode ini juga sering digunakan sebagai perbanyakan bibit

tanaman (Tim Penulis PS, 2001).


21

3 MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Materi Penelitian

3.1.1 Bahan

 Rumput Laut (Eucheuma cottonii)

 Air laut

 Aquades

 Agrogibb

3.1.2 Alat

 Bambu diameter 8-12 cm

 Bambu penyiku berdiameter 5-10 cm

 Gergaji

 Parang

 Terpal

 Perahu

 Dayung

 Sarung tangan

 Penggaruk rumput laut

 Karung

 Tali ris diameter 4 mm

 Tali bambu diameter 6 mm

 Tali jangkar diameter 12-15 mm

 Tali rafia

 Termometer
22

 Kertas pH

 Kaca pembesar

 Kertas saring

 Oven

 Kertas aluminium

 Desikator

 Timbangan sartorius

 Refraktometer

 Secchi disk

 Botol aqua

 Timbangan

 Jangkar/pemberat beton

 Stopwatch

 Meteran kain

 Penggaris

 Beaker Glass

 Kain Lap

 Pipet tetes

3.2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yang

pada dasarnya mengadakan percobaan untuk melihat hasil. Hasil percobaan akan

menegaskan bagaimana kedudukan kausal antara variabel-variabel yang diselidiki.


23

Teknik pengambilan data adalah pengamatan secara langsung. Adapun pengambilan

data dimaksudkan dalam rangka pengujian hipotesis (Yitnosumarto, 1993).

Tujuan dari penelitian eksperimen adalah menyelidiki ada tidaknya hubungan

sebab akibat dengan cara mengabaikan perlakuan tertentu pada kelompok eksperimen

(Nazir, 1988). Teknik pengambilan data dilakukan secara pengamatan. Data diperoleh

melalui pengamatan terhadap laju pertumbuhan Eucheuma cottonii dengan melakukan

pengukuran berat, volume dan penghitungan jumlah thallus.

3.3 Rancangan Penelitian

Adapun perlakuan dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak

Kelompok (RAK) Faktorial yang mempunyai model sebagai berikut :

Y = µ + R + α + β + α,β + ε

Dimana : Y = nilai pengamatan

µ = nilai rata-rata harapan

R = pengaruh kelompok

α = pengaruh faktor perlakuan I

β = pengaruh faktor perlakuan II

α,β = pengaruh interaksi faktor perlakuan I dan II

ε = galat percobaan

Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial pada penelitian ini terdiri dari dua

faktor perlakuan dan tiga kelompok. Faktor perlakuan tersebut meliputi :

Faktor Perlakuan I (Penggunaan umur bibit yang berbeda)

A = umur bibit 20 hari C = umur bibit 30 hari E = umur bibit 40 hari

B = umur bibit 25 hari D = umur bibit 35 hari


24

Faktor Perlakuan II (Penggunaan frekuensi perendaman Agrogibb yang berbeda)

K = Kontrol (Tanpa Perendaman) c = 3 kali (Minggu 0, 1 dan 2)

a = 1 kali (Minggu 0) d = 4 kali (Minggu 0, 1, 2 dan 3)

b = 2 kali (Minggu 0 dan 1)

Jumlah perlakuan sebanyak 25 kombinasi, yang kemudian diacak pada tiga

kelompok yang berfungsi sebagai ulangan seperti tertera pada gambar 8.

Gambar 8. Denah Penelitian


Untuk mengetahui pengaruh perlakuan (variabel bebas) terhadap respon

parameter yang diukur (variabel tak bebas) digunakan analisa keragaman uji F. Apabila

nilai F berbeda sangat nyata dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Untuk

perlakuan yang memberikan respon terbaik pada taraf 0,05 dengan derajat kepercayaan

95%. Untuk mengetahui hubungan antara perlakuan dengan hasil yang dipengaruhi,

digunakan analisa regresi yang bertujuan untuk menentukan sifat dan fungsi regresi yang

memberikan keterangan mengenai pengaruh perlakuan yang terbaik pada respon

(Gaspersz, 1991).
25

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Persiapan Penelitian

A. Pembuatan Rakit

Menurut Sunaryat et.al. (2001), metode rakit sudah banyak dikembangkan

dilapangan. Metode ini lebih sederhana dan mudah untuk diterapkan di perairan

yang memiliki kedalaman waktu surut terendah lebih dari 60 cm sampai perairan

agak dalam. Proses pembuatan rakit dapat adalah sebagai berikut :

• Disiapkan potongan bambu berdiameter 8-12 cm dengan panjang 5 dan 3,5 meter

serta potongan bambu penyiku berdiameter 5-10 cm. Disiapkan pula tali pengikat

bambu berdiameter 6 mm, tali ris berdiameter 4 mm, tali jangkar berdiameter 12-

15 mm serta jangkar dari karung yang diisi pasir.

• Potongan-potongan bambu dilubangi untuk memasang pantek selanjutnya

dilakukan pengikatan. Untuk memperkuat rakit disetiap sudut dipasang siku dari

potongan bambu.

• Potongan-potongan bambu dirangkai dan diikat hingga menjadi empat persegi

panjang dengan posisi bambu untuk dipasang tali ris berada dibagian bawah agar

thallus agak tenggelam pada saat ditanam. Pada bagian tengah rakit juga

dipasangi bambu pada sisi bambu rakit yang tenggelam sebagai penyeimbang.

• Jangkar dipasang pada sisi bambu yang tenggelam serta bambu bagian tengah

dengan panjang tali jangkar antara 2,5-3 kali kedalaman perairan. Kemudian

rakit ditarik pada posisi lokasi yang diinginkan dengan menggunakan perahu

motor.
26

• Penempatan rakit dilakukan dengan memperhatikan kepentingan aktivitas lain

seperti jalur lalu lintas nelayan maupun lahan rakit milik petani yang lain.

B. Pembuatan Stok Bibit Rumput Laut Eucheuma cottonii

• Rumput laut untuk keperluan pembibitan ditanam pada rakit dengan jarak tanam

25 cm dan jarak antar tali ris 20 cm..

• Rumput laut ditanam dengan menggunakan perhitungan waktu sesuai dengan

umur yang diinginkan, sehingga diharapkan dapat ditanam secara serentak pada

hari ke-40. Untuk lebih jelasnya disajikan pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Waktu Tanam Rumput Laut Untuk Keperluan Pembibitan


No Umur Bibit Yang Diinginkan (Hari) Waktu Tanam (Hari)
1. 40 H0
2. 35 H+5
3. 30 H+10
4. 25 H+15
5. 20 H+20

3.4.2 Pelaksanaan Penelitian

A. Perendaman Bibit Dengan ZPT Agrogibb

• Bibit rumput laut dipisahkan sesuai dengan kombinasi perlakuan kemudian

ditimbang seberat 60 gram sebagai berat bibit awal (W0).

• Bibit kemudian direndam dalam larutan ZPT Agrogibb dengan dosis 0,0549 ml/l

selama 2,5 jam sesuai dengan perlakuan masing-masing yaitu 1 kali, 2 kali, 3

kali dan 4 kali.

• Penimbangan berat bibit total dilakukan untuk menentukan volume perendaman,

yakni menggunakan perbandingan rasio 1 liter : 100 gram bibit. Interval untuk

perlakuan perendaman adalah 1 minggu dengan asumsi bahwa usia tanam

rumput laut selama 30 hari.


27

• Perendaman dilakukan di dalam lambung perahu untuk semua perlakuan dengan

waktu perendaman dilakukan pada pagi hari untuk mencegah terjadinya fluktuasi

suhu yang tinggi.

B. Penanaman Bibit

• Bibit rumput laut dipisahkan menurut kombinasi perlakuan dan diberi kode

sebagai penanda.

• Kotoran, lumut dan teritip yang menempel pada rakit dibersihkan terlebih dahulu

dengan menggunakan parang. Bibit rumput laut kemudian ditanam pada rakit

dengan jarak tanam 25 cm dan jarak antar tali ris 20 cm.

• Kotoran dan lumut yang menempel pada rumput laut dibersihkan setiap hari

dengan menggoyang secara teratur dan perlahan didalam air.

C. Pengamatan Laju Pertumbuhan

• Pengamatan terhadap pertambahan berat dilakukan setiap minggu dengan cara

menimbang berat rumput laut beserta tali kemudian dikurangi berat tali.

Pengamatan berat sekaligus dilakukan untuk menentukan volume dan dosis

perendaman Agrogibb.

• Pengamatan terhadap volume rumput laut Eucheuma cottonii dilakukan pada

awal, tengah dan akhir penelitian dengan menggunakan sampling sebanyak 30%

untuk setiap kombinasi perlakuan kemudian dirata-rata.

D. Pengamatan Jumlah Tunas

• Pengamatan terhadap jumlah tunas dengan menggunakan sampling sebanyak

30% untuk setiap kombinasi perlakuan kemudian dirata-rata. Penghitungan

jumlah tunas dilakukan pada awal dan akhir penelitian.


28

3.5 Parameter Uji

3.5.1 Parameter Utama

A. Variabel Berat

Menurut Sunaryat et.al. (2001), untuk mengetahui pertumbuhan rumput laut

yang ditanam dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


1/ n

(
α = Wn Wo ) - 1 x 100 %

Dimana : α = Laju pertumbuhan (%/hari)

Wn = Berat rata-rata akhir (gr)

W0 = Berat tanaman mula-mula (gr)

n = Waktu pengujian (hari)

B. Variabel Volume

Pertumbuhan rumput laut yang ditanam dapat dihitung melalui pertambahan

volume dengan menggunakan rumus sebagai berikut :


1/ n

(
α = Vn Vo ) - 1 x 100 %

Dimana : α = Laju pertumbuhan (%/hari)

Vn = Volume rata-rata akhir (ml)

V0 = Volume tanaman mula-mula (ml)

n = Waktu pengujian (hari)

C. Jumlah Tunas

Jumlah tunas dihitung dengan melakukan sampling sebanyak 30% dari setiap

perlakuan kemudian dihitung jumlah tunas rata-rata.


29

3.5.2 Parameter Penunjang

A. Derajat Keasaman (pH)

• Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH paper yaitu dengan cara

mencelupkan pH paper kedalam air sampel hingga terjadi perubahan warna

kemudian dibandingkan dengan standar warna pada kotak pH paper.

B. Kecerahan Air

• Pengukuran kecerahan air dilakukan dengan menggunakan secchi disk (piringan

secchi). Piringan secchi diturunkan secara perlahan kedalam air hingga didapat

batas tidak nampak dari permukaan (H0) kemudian diangkat kembali hingga

didapat batas pertama kali tampak (H1). Hasil kemudian dirata-rata untuk

mendapatkan angka kecerahan total.

C. Salinitas

• Pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan refraktometer, yaitu

dengan cara meneteskan air sampel pada membran refraktometer kemudian

diteropong menghadap sinar hingga didapatkan nilai salinitas yang tertera pada

skala.

D. Suhu

• Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan termometer, yaitu dengan cara

mencelupkan termometer kedalam air sampel kemudian melihat angka yang

tertera pada skala termometer.

E. Kecepatan Arus

• Pengukuran kecepatan arus dilakukan dengan menggunakan botol aqua yang

diikatkan pada tali rafia dengan panjang tertentu kemudian dihanyutkan


30

mengikuti arah arus hingga mencapai suatu jarak pada waktu tertentu. Kecepatan

dinyatakan dalam satuan m/dtk.

F. Total Suspended Solid (TSS)

Cara pengukuran Total Suspended Solid menurut Greenberg et.al. (1990) adalah

sebagai berikut :

• Kertas saring dicuci dengan 20 ml aquadest sebanyak 3 kali dan dikeringkan

dalam oven dengan suhu 103-1050C selama 1 jam kemudian disimpan dalam

desikator agar suhu dan beratnya seimbang.

• Proses diatas diulangi kembali hingga didapatkan berat kertas saring konstan

atau hingga berat yang hilang mencapai kurang dari 0,5 mg pada beberapa kali

penimbangan. Berat kertas saring sebelum digunakan ditimbang kembali sebagai

berat awal (B).

• Kertas saring dibasahi dengan aquadest secukupnya. Air sampel sebanyak 1 liter

(C) dilewatkan pada kertas saring. Kertas saring dan residunya (A) dikeringkan

dalam oven pada suhu 103-1050C selama 1 jam kemudian didinginkan dalam

desikator hingga suhu dan beratnya stabil. Proses tersebut diulangi hingga

didapatkan berat kertas saring dan residu konstan atau kehilangan berat pada

kertas saring dan residu mencapai kurang dari 4% dari berat sebelumnya.

• Dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus :

TSS (mg/L) =
( A − B )x1000
C
Dimana : TSS = Total Suspended Solid (mg/L)
A = Berat kertas saring dan residu kering (mg)
B = Berat kertas saring awal (mg)
C = Volume air sampel (ml)
31

4 HASIL PENELITIAN

4.1 Pembuatan Stok Bibit Rumput Laut Eucheuma cottonii

Bibit yang digunakan dalam penelitian berasal dari lokasi setempat dan diperoleh

dari hasil berkebun (patok dasar). Penanaman lanjutan untuk memperoleh umur bibit

yang berbeda serta perbanyakan stok dilakukan pada media rakit berukuran 10x10 m

sebanyak 1 buah dengan interval penanaman 5 hari untuk setiap perlakuan. Total waktu

penanaman mencapai 40 hari.

Jumlah bibit yang dipergunakan untuk setiap perlakuan sebesar 30 kg sehingga

jumlah total mencapai 1,5 kw. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 25 cm dan

jarak antar tali ris 20 cm seperti ditunjukkan pada gambar 9.

Gambar 9. Sketsa Penanaman Lanjutan Untuk Pembuatan Umur Bibit Yang Berbeda
dan Perbanyakan Stok

Secara umum bibit yang dihasilkan dengan media rakit mempunyai bentuk

thallus yang relatif besar dibandingkan dengan bibit dari hasil berkebun (patok dasar).

Bentuk thallus terbesar didapatkan pada umur 40 hari dan semakin mengecil seiring

penurunan umur. Warna thallus didominasi kuning kecoklatan sementara tekstur agak

rapuh dan mudah patah. Tunas terlihat sebagai tonjolan berwarna putih dan tersebar

secara merata di sepanjang thallus.


32

4.2 Perendaman Bibit Rumput Laut Eucheuma cottonii Dengan ZPT Agrogibb

Perendaman bibit rumput laut menggunakan ZPT Agrogibb dengan dosis 0.0549

ml/liter selama 2,5 jam. Rasio berat yang digunakan adalah 1 liter : 100 gram. Penentuan

dosis disesuaikan dengan berat bibit rumput laut dan volume perendaman seperti tertera

pada tabel 4 berikut.

Tabel 4. Penentuan Dosis Agrogibb Berdasarkan Rasio Berat

No. Perlakuan Berat Bibit Volume Perendaman Dosis Agrogibb


(Gram) (Liter) (ml)
1. Perendaman 1 54.000 540 29,6460
2. Perendaman II 48.775,05 487,7510 26,7775
3. Perendaman III 31.166,90 311,6690 17,1106
4. Perendaman IV 9.275,05 92,7510 5,0920
TOTAL 78,6261

Pertumbuhan suatu tanaman meliputi tumbuh dan berkembang (diferensiasi) dari

sel-sel atau jaringan. Proses tumbuh dan diferensiasi terdiri dari pembentukan atau

penambahan massa sel yang belum berdiferensiasi maupun regenerasi dari massa sel

yang belum berdiferensiasi tersebut menjadi jaringan lengkap (Winata, 1992 dalam

Nirmala, 2004 ). Hal ini berarti bahwa semakin besar suatu tanaman maka semakin besar

pula massa sel penyusunnya. Oleh karena itu perhitungan rasio berat dalam perendaman

bibit menggunakan ZPT Agrogibb merupakan penyesuaian terhadap massa sel yang

terlibat dalam aktifitas transportasi hormon ke dalam sel tumbuhan. Transportasi yang

dimaksud dalam hal ini berupa proses transpor melalui dinding dan membran sel

tumbuhan.

Pengamatan yang dilakukan pasca perendaman menunjukkan bahwa warna

thallus mengalami perubahan dari semula kuning kecoklatan menjadi coklat kehitaman.

Menurut Soegiarto (1978), perubahan warna dapat terjadi karena pengaruh lingkungan
33

yang berubah, dimana perubahan tersebut merupakan modifikasi dari bentuk dan sifat

luar (fenotip).

4.3 Penanaman Bibit Rumput Laut Eucheuma cottonii

Bibit rumput laut yang telah direndam kemudian ditanam pada media rakit secara

serentak dengan jarak tanam 25 cm dan jarak antar tali ris 20 cm seperti ditunjukkan

pada gambar 10.

Gambar 10. Penanaman Bibit Rumput Laut Eucheuma cottonii Pada Media Rakit

Jarak tanam berhubungan dengan lalu lintas pergerakan air yang membawa unsur

hara sehingga proses fotosintesis yang diperlukan untuk pertumbuhan rumput laut dapat

berlangsung. Selain itu pergerakan air yang lancar juga mencegah adanya fluktuasi yang

besar terhadap salinitas maupun suhu air. Jarak tanam yang ideal tidak boleh kurang dari

20 cm (Afrianto dan Liviawaty, 1993).

Dilanjutkan oleh Harjadi (1990) bahwa jarak tanam berpengaruh terhadap ruang

tumbuh, cahaya yang diterima, tingkat persaingan untuk memperoleh zat makanan baik

makro maupun mikro serta faktor-faktor pertumbuhan lainnya sehingga jarak tanam juga

mempengaruhi ukuran baik seluruh tanaman maupun bagian-bagian tanaman.


34

4.4 Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii

4.4.1 Variabel Berat

Dari hasil pengukuran berat rumput laut yang dilakukan setiap minggu sekali

selama 30 hari masa tanam (Lampiran 1 dan 2), didapatkan nilai rata-rata dari laju

pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii seperti ditunjukkan pada tabel 5.

Tabel 5. Data Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Variabel
Berat (%)
Umur Frekuensi Perendaman Total Rata-rata
K a b c d
A 17.8819 28.5858 19.9317 28.9563 22.6177 117.9734 7.8649
B 20.5360 30.2717 29.5086 30.6033 30.9716 141.8912 9.4594
C 25.6982 25.6591 10.0859 25.9219 23.2645 110.6296 7.7115
D 16.9761 18.0002 17.7128 22.3464 17.0713 92.1068 6.1405
E 21.6751 11.1814 18.7104 16.2766 15.6295 83.4730 7.6248
Total 102.7673 113.6982 95.9494 124.1045 109.5546 546.074
Rata 6.8512 7.6331 6.4447 8.3511 7.3781

Dari hasil perhitungan statistik (Lampiran 5) didapatkan daftar sidik ragam

seperti yang ditunjukkan dalam tabel 6.

Tabel 6. Daftar Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii
Berdasarkan Variabel Berat

Sumber Keragaman db JK KT F hit F5% F1%


Kelompok 2 65.5017 32.7509 11.6684** 3.19 5.08
Perlakuan Kombinasi 24 187.1775 7.7991 -
a. Faktor Perlakuan I 4 90.5310 22.6328 8.0636** 2.56 3.74
b. Faktor Perlakuan II 4 42.5270 10.6318 3.7879** 2.56 3.74
c. Interaksi I dan II 16 54.1195 3.3825 1.2051ns 1.86 2.40
Acak 48 134.7265 2.8068
Total 74 387.4057

Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa F hitung untuk kelompok, perlakuan

umur dan frekuensi perendaman lebih besar dibandingkan dengan F1% dan F5%,

sehingga didapatkan hasil highly significant yang artinya perbedaan lokasi penanaman,
35

perbedaan umur serta frekuensi perendaman rumput laut memberikan pengaruh yang

sangat nyata terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottoni.

Karena kelompok, perlakuan umur dan frekuensi perendaman memberikan hasil

berbeda sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT seperti terdapat pada tabel 7 dan

8 dan 9 berikut.

Tabel 7. Daftar Uji BNT Untuk Pengamatan Pengaruh Kelompok Terhadap Laju
Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Variabel Berat

Rata-rata III=6.8671 I=7.1179 II=8.9869 Notasi


III=6.8671 - - - a
I=7.1179 0.2508ns - - a
II=8.9869 2.1198** 1.8690** - b

Tabel 8. Daftar Uji BNT Untuk Pengamatan Pengaruh Perlakuan Umur Yang Berbeda
Terhadap Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan
Variabel Berat

Rata-rata D=6.1405 E=7.6248 C=7.7115 A=7.8649 B=9.4594 Notasi


D=6.1405 - - - - - a
E=7.6248 1.4843ns - - - - ab
C=7.7115 1.5710* 0.0867ns - - - bc
A=7.8649 1.7244* 0.2401ns 0.1534ns - - c
B=9.4594 3.3189** 1.8346* 1.7479* 1.5945* - d

Tabel 9. Daftar Uji BNT Untuk Pengamatan Pengaruh Perlakuan Frekuensi Perendaman
Yang Berbeda Terhadap Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii
Berdasarkan Variabel Berat

Rata-rata b=6.4447 K=6.8512 d=7.3781 a=7.6331 c=8.3511 Notasi


b=6.4447 - - - - - a
K=6.8512 0.4065ns - - - - a
d=7.3781 0.9334ns 0.5269ns - - - a
a=7.6331 1.1884ns 0.7819ns 0.2550ns - - a
c=8.3511 1.9064* 1.4999ns 0.9730ns 0.7180ns - b

4.4.2 Variabel Volume

Dari hasil pengukuran berat rumput laut yang dilakukan pada awal, tengah dan

akhir penelitian selama 30 hari masa tanam (Lampiran 9 dan 10), didapatkan nilai rata-
36

rata dari laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii seperti ditunjukkan pada tabel

10 berikut.

Tabel 10. Data Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan
Variabel Volume (%)
Umur Frekuensi Perendaman Total Rata-rata
K a b c d
A 7.8743 23.7411 7.3085 18.1067 9.4498 66.4804 5.9840
B 6.3462 24.2549 20.6032 18.4620 26.5209 96.1872 7.2586
C 19.8310 16.9930 0.0000 20.2003 15.2000 72.2243 5.3216
D 14.8725 13.9512 14.9585 9.7162 13.0696 66.568 5.6931
E 15.5803 3.0907 17.0297 9.9910 13.4468 59.1385 5.1359
Total 64.5043 82.0309 59.8999 76.4762 77.6871 360.598
Rata 5.9047 5.8808 3.9933 5.7553 6.8847

Dari hasil perhitungan statistik (Lampiran 13) didapatkan daftar sidik ragam

seperti yang ditunjukkan dalam tabel 11.

Tabel 11. Daftar Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii
Berdasarkan Variabel Volume

db JK KT F hit F5% F1%


Kelompok 2 0.8530 0.4265 0.0879ns 3.19 5.08
Perlakuan Kombinasi 24 99.2586 - - - -
a. Faktor Perlakuan I 4 32.9895 8.2474 1.6999ns 2.56 3.74
b. Faktor Perlakuan II 4 11.3135 2.8284 0.5830ns 2.56 3.74
c. Interaksi I dan II 16 54.9556 3.4347 0.7079ns 1.86 2.40
Acak 48 232.8866 4.8518
Total 74 332.9982

Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa F hitung untuk kelompok, faktor

perlakuan I, faktor perlakuan II maupun interaksi faktor I dan II lebih kecil

dibandingkan dengan F1% dan F5%, sehingga didapatkan hasil non significant yang

artinya perbedaan lokasi penanaman rumput laut, perlakuan umur bibit, perlakuan

frekuensi perendaman maupun interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang

nyata terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii.


37

4.5 Jumlah Tunas Rumput Laut Eucheuma cottonii

Dari hasil pengukuran jumlah tunas rumput laut yang dilakukan pada awal dan

akhir penelitian selama 30 hari masa tanam (Lampiran 14), didapatkan nilai rata-rata

dari jumlah tunas rumput laut Eucheuma cottonii seperti ditunjukkan pada tabel 12.

Tabel 12. Data Jumlah Tunas Rumput Laut Eucheuma cottonii

Umur Frekuensi Perendaman Total Rata-rata


a b c d K
A 8.6891 7.5110 8.1282 7.6544 7.8017 39.7844 2.6523
B 8.6049 8.1530 7.3723 7.9278 7.6443 39.7023 2.6468
C 8.1509 7.4162 4.9077 5.4141 7.9692 33.8581 2.2572
D 8.0566 7.6598 7.7547 7.7621 7.4959 38.7291 2.5819
E 7.3615 5.4415 7.7429 7.3582 7.4716 35.3757 2.3584
Total 40.8630 36.1815 35.9058 36.1166 38.3827 187.4496
Rata 2.7242 2.4121 2.3937 2.4078 2.5588

Dari hasil perhitungan statistik (Lampiran 17) didapatkan daftar sidik ragam

seperti yang ditunjukkan dalam tabel 13.

Tabel 13. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tunas Rumput Laut Eucheuma cottonii

Sumber Keragaman db JK KT F hit F5% F1%


Kelompok 2 1.5025 0.7513 2.1853ns 3.19 5.08
Perlakuan Kombinasi 24 6.7727 0.2822 - - -
a. Faktor Perlakuan I 4 1.9570 0.4893 1.4232ns 2.56 3.74
b. Faktor Perlakuan II 4 1.2188 0.3047 0.8863ns 2.56 3.74
c. Interaksi I dan II 16 3.5969 0.2248 0.6539ns 1.86 2.40
Acak 48 16.5025 0.3438
Total 74 24.7777

Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa F hitung untuk kelompok, faktor

perlakuan I, faktor perlakuan II maupun interaksi faktor I dan II lebih kecil

dibandingkan dengan F1% dan F5%, sehingga didapatkan hasil non significant yang

artinya perbedaan lokasi penanaman rumput laut, perlakuan umur bibit, perlakuan
38

frekuensi perendaman maupun interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh yang

nyata terhadap jumlah tunas rumput laut Eucheuma cottonii.

4.6 Pengaruh Umur Bibit dan Frekuensi Perendaman ZPT Agrogibb Terhadap
Laju Pertumbuhan (Variabel Berat)

Secara umum, laju pertumbuhan rumput laut pada penelitian ini mengalami

kenaikan secara signifikan pada hari pertama hingga hari ke-14. Memasuki hari ke-15

laju pertumbuhan mengalami penurunan hingga mencapai kematian pada hari ke-30.

Untuk lebih jelasnya disajikan pada gambar 11 berikut.

6.0000

5.0000

4.0000

3.0000
Laju Pertumbuhan (%)

2.0000

1.0000

0.0000

-1.0000

-2.0000

-3.0000

-4.0000

-5.0000
A B C D E K1 K2 K3 K4 K5
H7 H14 H21 H30

Gambar 11. Grafik Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii


Berdasarkan Waktu Pengamatan.

Dari hasil uji beda nyata terkecil didapatkan bahwa laju pertumbuhan terbaik

didapatkan pada perlakuan umur 25 hari disusul dengan umur 20, 30, 35 dan 40 hari.

Pada gambar 11 terlihat bahwa pola hubungan yang terbentuk antara perlakuan umur
39

yang berbeda terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii adalah

persamaan kubik dengan persamaan Y = 10.7138 + 0.0369x - 0.0337x2 + 0.0007x3.

Laju pertumbuhan maksimum sebesar % didapatkan pada perlakuan umur seperti

terlihat pada gambar 12 berikut.


2

0
Laju Pertumbuhan (%)

20 25 30 35 40
-1

-2

-3

-4

-5
Y = 10.7138 + 0.0369x - 0.0337x2 + 0.0007x3
-6
r = 0.4162
-7

-8
Umur Bibit

Gambar 12. Grafik Persamaan Kubik Hubungan Antara Perlakuan Umur dan Laju
Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii.

Perlakuan umur 25 hari memberikan laju pertumbuhan terbaik dikarenakan pada

perlakuan umur tersebut jaringan meristem primer yang tersedia lebih banyak sehingga

mampu mengadakan pembelahan sel secara optimal. Menurut Anonymous dalam

http://www.lablink.co.id (2004), sel-sel jaringan meristem primer banyak ditemui pada

embrio, bagian ujung-ujung muda dari tumbuhan seperti batang atau thallus pada

rumput laut. Berdasarkan aktifitasnya, daerah pertumbuhan pada pertumbuhan primer

meliputi :

1. Daerah pembelahan, merupakan daerah yang sel-selnya aktif membelah secara

mitosis (meristematik).

2. Daerah pemanjangan, merupakan daerah yang berada di belakang daerah

pembelahan.
40

3. Daerah diferensiasi, merupakan bagian paling belakang dari daerah pertumbuhan

dan merupakan daerah yang mengalami diferensiasi yaitu daerah yang sel-selnya

mengalami perubahan membentuk jaringan dan organ yang mempunyai struktur

dan fungsi berbeda.

Kendati demikian, rata-rata laju pertumbuhan dari seluruh perlakuan yang

dihasilkan dari penelitian ini masih berada dibawah ambang batas yang dianggap

menguntungkan yaitu 3% (Mubarak, 1990). Hal tersebut terutama disebabkan oleh

faktor eksternal, yang terlihat dari nilai koefisien determinasi (r) sebesar 0.4162.

Faktor eksternal yang berperan terutama kecepatan arus yang rendah serta

adanya parasit berupa lumut sehingga berdampak pada rontoknya thallus. Pada hari ke-

26 hingga hari ke-30 banyak ditemui rumput laut yang mati, ditandai dengan perubahan

warna dari coklat kekuningan menjadi putih serta bentuk thallus yang layu (tekanan

turgor hilang).

Gambar 13. Bentuk Thallus Yang Mengalami Kematian

Dari hasil uji beda nyata terkecil didapatkan bahwa frekuensi perendaman

terbaik didapatkan pada perlakuan perendaman 3 kali. Pada gambar 14 terlihat bahwa

pola hubungan yang terbentuk antara perlakuan umur yang berbeda terhadap laju

pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii adalah persamaan kuartik dengan


41

persamaan Y = 1.4227 + 2.7150x - 3.7534x2 + 1.5830x3 - 0.2027 x4. Laju pertumbuhan

maksimum sebesar % didapatkan pada perlakuan seperti terlihat pada gambar 14

berikut.

2.5

Laju Pertumbuhan (%)


2

1.5

1
Y = 1.4227 + 2.7150x - 3.7534x2 + 1.5830x3 - 0.2027 x4
r = 0.3980
0.5

0
K a b c d
Frekuensi Perendaman

Gambar 14. Grafik Persamaan Kuartik Hubungan Antara Frekuensi Perendaman dan
Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii.

Frekuensi perendaman ZPT Agrogibb memberikan pengaruh yang sangat nyata

terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii. Hal tersebut dapat ditinjau

dari beberapa aspek diantaranya :

1. Konsentrasi ZPT Agrogibb secara eksogen pada perendaman pertama belum

mencapai kecepatan transpor pasif maksimum sehingga penambahan ZPT

Agrogibb lebih lanjut pada perendaman berikutnya belum mempengaruhi tingkat

kejenuhan pengangkut pada membran sel (Poedjiadi, 2004).

2. Kondisi sintesis karbohidrat yang rendah akibat fotosintesis yang terhambat

terutama memasuki hari ke-15 (memasuki perlakuan perendaman ketiga), diduga

mengakibatkan terjadinya penurunan konsentrasi glukosa di dalam sel. Hal ini

mengakibatkan terjadi pengikatan protein reseptor pada bagian promotor DNA

sehingga sintesis mRNA sebagai pengkode terbentuknya enzim digesti

khususnya α-amilase berlangsung. Pemberian ZPT Agrogibb secara eksogen


42

pada perendaman ketiga (perlakuan c) berperan dalam menunjang pembentukan

mRNA pengkode enzim α-amylase yang berperan dalam hidrolisis cadangan

makanan (pati) menjadi senyawa karbohidrat sederhana (Anonymous dalam

http://www.google.com/Biology 123/Chapter 35, 2004).

Proses enzimatik hidrolisis cadangan makanan bermula dari pembentukan

protein Myb sebagai bentuk respon sel terhadap adanya hormon giberellin. Adanya

protein Myb menyebabkan terjadinya pengikatan protein reseptor pada bagian promotor

DNA yang mengkode enzim α-amilase sehingga aktivitas transkripsi RNA berlangsung.

RNA yang dihasilkan (m-RNA) berperan dalam proses translasi asam amino pada

ribosom hingga menyebabkan terbentuk protein spesifik sesuai kode yang diberikan

pada m-RNA (enzim α-amilase). Adapun proses pengikatan dan pelepasan protein pada

promotor DNA sangat erat kaitannya dengan konsentrasi glukosa dalam sel dimana

glukosa berperan sebagai faktor pembatas. Dengan katan lain konsentrasi glukosa

menentukan kapan dimulai dan diakhirinya proses sintesis enzim (Paul, 1992).

Gambar 15. Mekanisme Giberellin Dalam Sintesis mRNA α-amilase


(Sumber : http://www. google.com/Biology123/Chapter 35, 2004)

Proses hidrolisis cadangan makanan (pati) memberikan bentuk respon berupa

perpanjangan pada batang (stem elongation) akibat tercukupinya nutrisi, sehingga pada

akhirnya akan menaikkan berat akhir tanaman. Hal tersebut identik dengan peningkatan
43

jumlah tandan (fruit set) pada tanaman berbuah ataupun percepatan panen (Anonymous

dalam http://www.google.com, 2004).

Interaksi antara perlakuan umur dan frekuensi perendaman secara statistik tidak

berbeda nyata. Kendati demikian, bibit rumput laut yang direndam tetap memiliki laju

pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan kontrol seperti disajikan dalam gambar 15.

0
20 25 30 35 40

-2

-4

-6

-8
Umur B ibit

P e rla kua n Umur Kont rol

Gambar 16. Grafik Perbandingan Antara Perlakuan dan Kontrol

Dari hasil perhitungan (Lampiran 8) didapatkan persamaan garis singgung antara

perlakuan umur dengan kontrol pada titik. Artinya hwa bibit rumput laut yang direndam

dengan ZPT Agrogibb memiliki waktu panen lebih cepat hari dibandingkan kontrol.

4.7 Pengaruh Umur Bibit dan Frekuensi Perendaman ZPT Agrogibb Terhadap
Laju Pertumbuhan (Variabel Volume)

Volume adalah besar ruang tiga dimensi yang dimiliki oleh suatu benda. Volume

dapat diukur melalui penggunaan tabung berisi air (tabung limpah). Apabila sebuah

benda dibenamkan ke dalam tabung berisi air maka benda tersebut akan menggeser air

sebesar volume benda itu sendiri. Yang berpengaruh besar dalam proses tersebut adalah

luas permukaan benda yang menekan air (Godman, 1996).


44

Aktivitas pembesaran volume thallus diatur sepenuhnya oleh pertumbuhan

sekunder yakni aktivitas dari jaringan-jaringan meristem sekunder, dalam hal ini

aktivitas kambium dan kambium gabus (Anonymous dalam http://www.lablink.co.id,

2004).

Secara umum, laju pertumbuhan rumput laut pada variabel volume mengalami

penurunan seperti tertera pada gambar 17 berikut.

5.8000

5.0000

4.2000

3.4000
Laju Pertumbuhan (%)

2.6000

1.8000

1.0000

0.2000

-0.6000

-1.4000

-2.2000

-3.0000

-3.8000

-4.6000

-5.4000

-6.2000

-7.0000

Aa Ab Ac Ad Ba Bb Bc Bd Ca Cb Cc Cd Da Db Dc Dd
Ea Eb Ec Ed K1 K2 K3 K4 K5

H15 H30

Gambar 17. Grafik Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii


Berdasarkan Waktu Pengamatan.

Dari hasil uji beda nyata terkecil didapatkan bahwa perlakuan umur, frekuensi

perendaman ZPT Agrogibb maupun interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh

yang nyata terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii berdasarkan

variabel volume. Hal tersebut mengindikasikan beberapa hal :

1. Pola pertumbuhan yang digambarkan dengan pertambahan ruang tiga dimensi

(volume) relatif sama untuk semua perlakuan dan kombinasinya.

2. Pola pertumbuhan yang terjadi lebih terkonsentrasi pada pertambahan berat

(gravimetrik) dibandingkan pertambahan volume (volumetrik). Hal ini berarti

bahwa rumput laut cenderung mengalami perpanjangan thallus (stem elongation)


45

dibandingkan pembesaran volume (stem enlargement). Dinyatakan oleh

Anonymous dalam http://www.rusnahbuah.or.id (2004), bahwa giberellin

berpengaruh lebih besar terhadap proses pemanjangan batang dibandingkan

dengan auxin. Giberellin biasanya terkonsentrasi pada jaringan meristem yang

berisi sel-sel muda yang aktif membelah sementara konsentrasi auxin tertinggi

justru terdapat pada bagian pucuk terendah (basal) dari tanaman.

3. Pemberian giberellin mampu meningkatkan jumlah auxin secara tidak langsung

melalui sintesis enzim proteolitik yang akan membebaskan triptofan sebagai

bahan dasar penyusun auxin (Anonymous dalam http://www.google.com, 2004).

Apabila dilihat dari pola pertumbuhan yang dihasilkan maka diduga bahwa

nisbah giberellin dalam sel rumput laut lebih tinggi dibandingan auxin.

4. Pola pertumbuhan berat (gravimetrik) menyebabkan terjadinya penambahan

jumlah massa sel penyusun thallus sehingga meningkatkan nilai kerapatan sel

yang dnyatakan dengan massa per satuan volume (Godman, 1996). Hal ini

berarti bahwa perlakuan umur 25 hari memiliki kerapatan sel yang lebih tinggi

dibandingkan dengan perlakuan umur lainnya.

4.8 Pengaruh Umur Bibit dan Frekuensi Perendaman ZPT Agrogibb Terhadap
Jumlah Tunas

Menurut Godman (1996), tunas adalah suatu struktur kecil menonjol pada batang

yang nantinya akan berkembang menjadi daun atau benda dengan fungsi tertentu.

Merupakan suatu bentuk pertumbuhan menyerupai diri sel induknya dan menjadi sel

baru. Dilanjutkan oleh Nirmala (2004), tunas pada dasarnya merupakan massa sel yang

dinamakan kalus yang telah mengalami regenerasi. Tunas yang tumbuh ke arah samping
46

dinamakan tunas lateral dan biasanya terjadi karena adanya faktor penghambat untuk

tumbuh ke arah atas, biasanya disebabkan oleh adanya pemotongan/stek. Fenomena ini

disebut apical dominance.

Dari hasil uji beda nyata terkecil didapatkan bahwa perlakuan umur, frekuensi

perendaman ZPT Agrogibb maupun interaksi keduanya tidak memberikan pengaruh

yang nyata terhadap pertambahan jumlah tunas rumput laut Eucheuma cottonii. Dari

grafik pada gambar 18 terlihat bahwa jumlah rata-rata tunas selama pengamatan

mengalami penurunan.

1600.0000

1400.0000

1200.0000
Jumlah Tunas

1000.0000

800.0000

600.0000

400.0000

200.0000

0.0000
Aa Ab Ac Ad Ba Bb Bc Bd Ca Cb Cc Cd Da
Db Dc Dd Ea Eb Ec Ed K1 K2 K3 K4 K5
Waktu Pengamatan
H0 H30

Gambar 18. Grafik Laju Pertambahan Tunas Rumput Laut Eucheuma cottonii
Berdasarkan Waktu Pengamatan

Pemberian giberellin mampu mendorong terbentuknya enzym proteolitik yang

akan membebaskan triptofan sebagai bahan dasar penyusun auxin. Giberellin dan auxin

memberikan respon yang berlainan dalam pembentukan tunas. Auxin cenderung

menghambat pembentukan tunas sementara giberellin justru memacu terbentuknya tunas

baru. Proses ini sangat tergantung pada nisbah/perbandingan antara keduanya.

Mekanisme antagonistik antara giberellin dan auxin terjadi karena adanya kompetisi

pada pengikatan tempat di DNA terutama di sekitar gen yang berfungsi dalam
47

pengaturan tunas (Anonymous dalam http://www.google.com, 2004). Meskipun nisbah

auxin lebih rendah dari giberellin namun diduga dalam konsentrasi yang rendah tersebut

telah cukup untuk menyebabkan terjadinya respon penghambatan pembentukan tunas

baru pada rumput laut.

4.9 Kualitas Air

4.9.1 Derajat Keasaman (pH)

Dari hasil penelitian didapatkan nilai pH rata-rata berkisar antara 6.67-7.67

sehingga cenderung mendekati basa. Menurut Soeseno (1985) bahwa perairan yang

bersifat basa dapat lebih cepat mendorong proses pembongkaran bahan organik menjadi

garam mineral seperti amonia, nitrat dan fosfat yang akan digunakan oleh tumbuhan air

sebagai makanan. pH ideal untuk menunjang pertumbuhan rumput berkisar antara 7.3-

8.2 (Tim Penulis PS, 2000).

4.9.2 Kecerahan

Kecerahan merupakan tingkat kejernihan perairan dimana cahaya matahari masih

dapat menembus ke dalam perairan sampai pada kedalaman tertentu. Dalam budidaya

rumput laut Eucheuma cottonii, kecerahan merupakan salah satu faktor yang penting

bagi pertumbuhan rumput laut karena cahaya matahari yang dibutuhkan dapat diserap

dengan baik jika kondisi perairan jernih. Tetapi apabila kondisi perairan keruh akan

sangat mengganggu pertumbuhan rumput laut karena penetrasi cahaya matahari yang

dibutuhkan untuk fotosintesis menjadi terganggu (Afrianto dan Liviawaty, 1993). Dari

hasil pengukuran didapatkan nilai kecerahan rata-rata berkisar antara 292-322 cm


48

sehingga penetrasi cahaya matahari dianggap masih layak untuk berlangsungnya proses

fotosintesis.

4.9.3 Salinitas

Air laut adalah air murni yang didalamnya terlarut berbagai zat padat dan gas.

Banyaknya zat terlarut disebut salinitas. Menurut Rahardjo (1982), salinitas

didefinisikan sebagai jumlah (gram) zat-zat yang larut dalam satu kilogram air laut,

dengan anggapan bahwa semua karbonat telah diubah menjadi oksida-oksidanya, brom

dan iodium digantikan chlor dan semua bahan organik telah dioksidasi dengan

sempurna.

Menurut Aslan (1998), rumput laut Eucheuma cottonii bersifat euryhalin, hidup

dan tumbuh pada perairan dengan kisaran salinitas yang lebar antara 30-37 promil.

Dilanjutkan oleh Herianti dan Parwati (1988), pada kondisi salinitas yang tinggi air

bersifat hipertonik terhadap sel sehingga menyebabkan terjadinya plasmolisis yaitu

protoplas yang kehilangan air dan menyusut volumenya sehingga terlepas dari dinding

sel. Dari hasil pengamatan didapatkan nilai kisaran rata-rata salinitas antara 31-33

promil.

4.9.4 Suhu

Suhu air meskipun tidak bersifat mematikan namun dapat menghambat

pertumbuhan rumput laut. Perbedaan suhu yang terlalu besar antara siang dan malam

hari dapat mempengaruhi pertumbuhan. Hal ini sering ditemui pada perairan yang

terlalu dangkal (Afrianto dan Liviawaty, 1993).

Menurut Aslan (1998), rumput laut Eucheuma cottonii tumbuh dengan baik pada

kisaran suhu antara 26-33oC tetapi terhambat pada kombinasi suhu rendah dan intensitas
49

cahaya tinggi. Adapun pengamatan suhu selama penelitian berlangsung menunjukkan

rata-rata kisaran 29.67-30oC sehingga dianggap masih layak untuk pertumbuhan rumput

laut.

4.9.5 Kecepatan Arus

Arus adalah gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal massa air.

Sistem arus laut dihasilkan oleh daerah angin yang berbeda satu sama lain dan di

masing-masing daerah ini angin secara terus menerus bertiup dengan arah yang tidak

berubah-ubah (Nybakken, 1985).

Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa kecepatan arus rata-rata berkisar antara

11.82-19.98 cm/detik. Hal ini mengindikasikan kondisi yang kurang layak untuk

pertumbuhan rumput laut. Menurut Afrianto dan Liviawaty (1993), kecepatan arus yang

dianggap baik untuk pertumbuhan rumput laut berkisar antara 20-40 cm/detik. Arus

yang baik akan membawa nutrisi bagi tumbuhan sehingga kesempatan untuk penyerapan

nutrisi dan proses fotosintesis tidak terganggu. Arus yang kurang dari kisaran tersebut

berpotensi memunculkan lumut yang beradaptasi pada kondisi arus tenang.

4.9.6 Total Suspended Solid (TSS)

Kekeruhan adalah suatu ukuran biasan cahaya didalam air yang disebabkan oleh

partikel-partikel koloid dan suspensi yang terkandung. Kekeruhan mempengaruhi

penetrasi cahaya matahari sehingga dapat membatasi proses fotosintesa dan

produktivitas primer perairan (Wirawan, 1995).

Dari hasil pengamatan didapatkan nilai rata-rata Total Suspended Solid berkisar

antara
50
51

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari data hasil penelitian, hasil perhitungan data dan hasil analisa data penelitian,

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Umur bibit yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap laju pertumbuhan

rumput laut Eucheuma cottonii berdasarkan variabel pertambahan berat.

Hubungan yang dihasilkan berupa grafik kubik dengan persamaan Y = 10.7138 +

0.0369x - 0.0337x2 + 0.0007x3 dengan Y maksimal sebesar 5.5202 pada

perlakuan umur 16.0476 hari.

2. Dari hasil analisa regresi antara perlakuan kontrol umur dengan laju

pertumbuhan rumput laut berdasarkan variabel berat didapat hubungan berupa

grafik kubik dengan persamaan Y = 7.8629 + 0.0352x - 0.0314x2 + 0.0007x3

dengan Y maksimal sebesar 3.7092% pada perlakuan umur 14.9524 hari.

3. Perlakuan umur yang direndam dengan ZPT Agrogibb menghasilkan laju

pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol sehingga dapat

mempercepat pemanenan.

4. Frekuensi perendaman ZPT Agrogibb yang berbeda berpengaruh sangat nyata

terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii berdasarkan variabel

pertambahan berat. Hubungan yang dihasilkan berupa grafik kuartik dengan

persamaan Y = 1.4227 + 2.7150x - 3.7534x2 + 1.5830x3 - 0.2027 x4 dengan Y

maksimal sebesar pada perlakuan frekuensi perendaman.


52

5. Perlakuan umur bibit, frekuensi perendaman ZPT Agrogibb serta interaksi

keduanya tidak berpengaruh terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma

cottonii berdasarkan variabel pertambahan volume.

6. Pola pertumbuhan yang terjadi akibat perendaman ZPT Agrogibb lebih

terkonsentrasi pada pertambahan panjang dibandingkan pertambahan volume

thallus

7. Perlakuan umur bibit, frekuensi perendaman ZPT Agrogibb serta interaksi

keduanya tidak berpengaruh terhadap laju pertambahan tunas rumput laut

Eucheuma cottonii.

8. Kualitas air selama penelitian berupa pH (6.67-7.67), kecerahan (292-322),

salinitas (31-33 promil) dan suhu (29.67-30oC) masih layak untuk pertumbuhan

rumput laut Eucheuma cottonii. Sedangkan kecepatan arus (11.82-19.98

cm/detik) tidak layak untuk pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii.

5.2 Saran

1. Faktor lingkungan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan rumput laut

Eucheuma cottonii sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan pada kondisi

lingkungan yang berbeda.

2. Umur bibit dan frekuensi perendaman yang disarankan untuk memberikan hasil

pertumbuhan yang maksimal adalah 16.0476 hari dan .


53

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E. dan E, Liviawaty. 1993. Budidaya Rumput Laut dan Cara


Pengolahannya. Penerbit Bhratara. Jakarta. 58 hal.

Akbar, S., B. Kurnia dan Istiqomah. 2001. Biologi Rumput Laut. Petunjuk Teknis No.
8. Balai Budidaya Laut Lampung. Lampung. Hal 9-12

Anonymous. 2001. Permeabilitas Membran Sel. http://www.omega.ilce.edu.

Anonymous. 2004. Anatomi Sel Tumbuhan. http://www.lablink.co.id

Anonymous. 2004. Hormon Tumbuhan. http;//www.google.com.

Anonymous. 2004. Pembungaan dan Pembuahan Di Luar Musim Pada Mangga.


http://www.rusnahbuah.or.id

Anonymous. 2004. Permintaan Hasil Rumput Laut. http:\\www.bi.go.id.

Anonymous. 2004. Pertumbuhan Pada Tumbuhan. http://www.lablink.co.id.

Anonymous. 2004. Seeds Plants And Hormone. http;//www.google.com/Biology


123/Chapter 35

Aslan. 1991. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut dan Kerang Darah. Dinas
Perikanan Propinsi Tingkat I Jawa Barat. 12 hal.

Aslan, L.M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 97 hal.

Djazuli, N. 2002. Penanganan dan Pengolahan Produk Perikanan Budidaya Dalam


Menghadapi Pasar Global : Peluang dan Tantangan. Makalah Pengantar
Falsafah Sains Program Pasca Sarjana/S3 IPB. Bogor. 15 hal.

Gardner, F. P. Pearce, R. B and R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.


Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 428 hal.

Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Armico. Bandung. 472 hal.

Godman, A. 1996. Kamus Sains Bergambar. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.


331 hal.

Greenberg, A.E., R.R. Trussell and L.S. Clesceri. 1990. Standart Methods For The
Examination Of Water And Wastewater. Sixteen Edition. American Public
Health Association. 1268 hal.
54

Harjadi, S. 1989. Pengantar Agronomi. PT Gramedia. Jakarta. Hal 124-125.

Heddy, S. 1983. Hormon Pertumbuhan. Universitas Brawijaya Malang Fakultas


Pertanian. Malang. 39 hal.

Herianti, I. dan M.D. Parwati. 1988. Pengaruh Media Kultur Pada Pertumbuhan
Populasi Dunaleila sp. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No.44. Balai Penelitian
Perikanan Laut. Balai Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. 93 hal.

Iswahyudi. 2004. Pengaruh Lama Perendaman Agrogibb Terhadap Laju


Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma cottonii). Skripsi. Fakultas Perikanan
Universitas Brawijaya. Malang.

Kimball, J. W. 1983. Biologi. Edisi Kelima Terjemahan. Penerbit Erlangga. Jakarta. 755
hal.

Meiyana, M., Evalawati dan A. Prihaningrum. 2001. Biologi Rumput Laut. Petunjuk
Teknis No. 8. Balai Budidaya Laut Lampung. Lampung. Hal 3-7.

Mubarak, H. et.al. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Departemen Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta. 93 hal.

Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. PT Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nirmala, R. 2003. Pengaruh 2,4 D Dan Kombinasi NAA Dengan Kinetin Terhadap
Pertumbuhan Dan Perkecambahan Kalus Tomat (Lycopersicon esculentum
MILL) Varietas Kemir. http;//www.google.com/search

Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia.


Jakarta. 459 hal.

Poedjiadi, A. 1994. Dasar Dasar Biokimia. UI Press. Jakarta. 472 hal.

Rahardjo, S. 1982. Oseanografi Perikanan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Jakarta 143 hal.

Saputra, I. H. 2004. Pengaruh Pemberian Agrogibb Dengan Dosis Yang Berbeda


Terhadap Laju Pertumbuhan Rumput Laut (Eucheuma cottonii). Skripsi.
Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.

Sediadi, A. dan U. Budiharjo. 2000. Proyek Sistem Informasi Iptek Nasional Guna
Menunjang Pembangunan. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI.
Jakarta. 20 hal.

Soegiarto, A. 1978. Rumput Laut (Algae). Lembaga Oceanologi Nasional – Lembaga


Ilmu Pengetahuan Indonesia (LON-LIPI). Jakarta.
55

Soelistyo. 1987. Rumput Laut (Algae) Manfaat, Potensi dan Usaha Budidayanya.
Lembaga Oceanologi Nasional. LIPI. Jakarta. 89 hal.

Soeseno, S. 1985. Budidaya Ikan dan Udang Dalam Tambak. PT Gramedia. Jakarta.
51 hal.

Sunarmi, P. 1989. Budidaya Rumput Laut. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya.


Malang.

Sunaryat, N. Runtuboy dan T.W. Aditya. 2001. Biologi Rumput Laut. Petunjuk Teknis
No. 8. Balai Budidaya Laut Lampung. Lampung. Hal 19-22.

Suptijah, P. 2002. Rumput Laut : Prospek Dan Tantangannya. Makalah Pengantar


Falsafah Sains Program Pasca Sarjana/S3 IPB. Bogor. 7 hal.

Tim CoData Indonesia. 2004. Daftar Jenis Alga Merah. http:\\www.iptek.net.id.


Jakarta.

Tim Penulis PS. 2001. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar
Swadaya. Jakarta. 99 hal.

Trisakti, B., U. Hadi dan J. Sari. 2003. Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh Untuk
Pengembangan Perikanan dan Pariwisata Wilayah Pesisir Nusa Tenggara
Barat. Unit Instalasi Lingkungan dan Cuaca PPPTPJ. Jakarta.

Widyastuti, N. dan Tjokrokusumo, D. 2004. Peranan Beberapa Zat Pengatur


Tumbuh (ZPT) Tanaman Pada Kultur In Vitro. Jurnal Sains dan Tekhnologi
V3.n5.08. http://www.iptek.net.id

Wirawan, I. 1995. Limnology. Jurusan Perikanan Universitas DR. Soetomo. Surabaya.


156 hal.

Yitnosumarto. 1993. Perencanaan Analisis dan Interpretasinya. Program MIPA.


Univers itas Brawijaya. Malang. 299 hal.
56

Lampiran 1. Data Rata-rata Pertambahan Berat Tiap Minggu Rumput Laut Eucheuma
cottonii (Gram) Setiap Minggu Selama 30 Hari Masa Tanam

Perlakuan Pengamatan
I II III
Aa 84.1650 104.5825 87.9175
Ab 69.5850 93.3350 85.0025
Ac 88.3325 100.0000 94.1675
Ad 72.5000 93.7500 76.6675
Ba 73.7500 109.5850 120.4150
Bb 93.3350 98.3325 98.3350
Bc 86.8325 100.0025 96.2525
Bd 87.5800 103.7500 109.5825
Ca 76.2500 96.2500 77.9150
Cb 64.5850 83.7500 67.9150
Cc 77.9150 87.9150 76.6675
Cd 70.8325 82.9175 81.6675
Da 68.3325 90.4150 70.8325
Db 72.5000 81.6675 61.6675
Dc 79.5850 82.6675 76.6675
Dd 81.2525 86.6675 68.3325
Ea 65.0025 75.8325 50.8350
Eb 78.7500 73.3325 55.0000
Ec 72.5000 82.4200 67.5000
Ed 58.3325 67.7525 66.6675
K1 82.9175 77.0825 79.1675
K2 78.3325 77.0825 84.1675
K3 76.0 85.4150 81.2475
K4 72.5000 74.1675 65.8325
K5 70.9175 71.2525 65.0000
57

Lampiran 2. Data Rata-rata Laju Pertumbuhan Tiap Minggu (Berdasarkan Variabel


Berat) Rumput Laut Eucheuma cottonii Selama 30 Hari Masa Tanam (%)

Perlakuan Pengamatan
I II III
Aa 2.2723 3.6381 2.4042
Ab 0.7657 3.1481 0.6690
Ac 2.5163 3.5150 2.4596
Ad 1.0164 2.7851 1.5816
Ba 1.5765 3.7881 4.2068
Bb 2.9373 2.9794 2.8392
Bc 2.1586 4.2423 3.1777
Bd 2.5102 3.6395 3.5482
Ca 1.7112 3.2096 1.8522
Cb -0.6147 1.8987 0.1428
Cc 1.6920 2.4603 2.6808
Cd 0.7472 3.2988 1.8612
Da 1.0762 2.5263 0.2560
Db 1.0701 1.8512 0.4758
Dc 1.7634 2.2337 1.1366
Dd 0.9056 2.3384 0.2411
Ea 0.4606 1.6101 -1.8714
Eb 1.7709 1.4163 0.5436
Ec -0.3686 2.0977 1.9124
Ed -1.1372 1.8137 1.8842
K1 2.2077 1.9978 0.0447
K2 1.7141 1.5990 1.0032
K3 1.8190 2.3760 2.4905
K4 1.2027 0.3781 1.5512
K5 1.3839 2.4121 1.0870
58

Lampiran 3. Uji Sifat Heterogenitas Varians Untuk Perbaikan Penyimpangan


Data Melalui Transformasi Berdasarkan Prinsip ANOVA

Rentang/Selisih Data Max-Min 3.5

2.5

1.5

0.5

0
0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000 3.0000 3.5000

Rata-rata Data

Dari grafik diatas didapat kesimpulan sebagai berikut :

1. Data memiliki heterogenitas varians yang disebabkan oleh adanya hubungan

fungsional antara varians dengan rerata perlakuan ; Y = f(x) yang ditunjukkan

oleh pola distribusi binomial ataupun disebabkan oleh faktor lain (tidak adanya

hubungan antara varians dengan rerata perlakuan).

2. Data memiliki sifat multiplikatif artinya pengaruh dari kombinasi perlakuan tidak

tetap pada kelompok dan pengaruh kelompok tidak tetap pada kombinasi

perlakuan.

Sehingga perlu dilakukan transformasi untuk memperbaiki data berbentuk persen

seperti diatas yang mempunyai penyimpangan dari sifat-sifat asumsi dasar ANOVA.

Bentuk transformasi yang ideal untuk data diatas adalah transformasi arcsin.
59

Lampiran 4. Transformasi ArcSin√Persentase Dari Data Rata-rata Laju Pertumbuhan


Tiap Minggu Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Pengamatan
Selama 30 Hari Masa Tanam (Variabel Berat)

Perlakuan Pengamatan
I II III
Aa 8.6699 10.9959 8.9200
Ab 5.0201 10.2200 4.6916
Ac 9.1273 10.8060 9.0230
Ad 5.7862 9.6068 7.2247
Ba 7.2130 11.2231 11.8356
Bb 9.8684 9.9396 9.7006
Bc 8.4486 11.8862 10.2685
Bd 9.1161 10.9980 10.8575
Ca 7.5166 10.3205 7.8220
Cb 0.0001 7.9202 2.1657
Cc 7.4740 9.0243 9.4236
Cd 4.9589 10.4645 7.8411
Da 5.9546 9.1456 2.900
Db 5.9376 7.8199 3.9553
Dc 7.6310 8.5954 6.1200
Dd 5.4607 8.7961 2.8145
Ea 3.8915 7.2899 0.0011
Eb 7.6473 6.8349 4.2282
Ec 0.0000 8.3277 7.9489
Ed 0.0004 7.7398 7.8897
K1 8.5448 8.1256 1.2115
K2 7.5230 7.2646 5.7484
K3 7.7511 8.8671 9.0800
K4 6.2962 3.5253 7.1546
K5 6.7559 8.9347 5.9845
60

Lampiran 5. Perhitungan Statistik (Berdasarkan Variabel Berat) Dari Data Laju


Pertumbuhan Tiap Minggu Rumput Laut Eucheuma cottonii

Umur Frekuensi Kelompok Total Rata-rata


Perendaman I II III
A K 8.5448 8.1256 1.2115 17.8819 5.9606
a 8.6699 10.9959 8.9200 28.5858 9.5286
b 5.0201 10.2200 4.6916 19.9317 6.6439
c 9.1273 10.8060 9.0230 28.9563 9.6521
d 5.7862 9.6068 7.2247 22.6177 7.5392
B K 7.5230 7.2646 5.7484 20.5360 6.8453
a 7.2130 11.2231 11.8356 30.2717 10.0906
b 9.8684 9.9396 9.7006 29.5086 9.8362
c 8.4486 11.8862 10.2685 30.6033 10.2011
d 9.1161 10.9980 10.8575 30.9716 10.3239
C K 7.7511 8.8671 9.0800 25.6982 8.5661
a 7.5166 10.3205 7.8220 25.6591 8.5530
b - 7.9202 2.1657 10.0859 5.0430
c 7.4740 9.0243 9.4236 25.9219 8.6406
d 4.9589 10.4645 7.8411 23.2645 7.7548
D K 6.2962 3.5253 7.1546 16.9761 5.6587
a 5.9546 9.1456 2.900 18.0002 6.0001
b 5.9376 7.8199 3.9553 17.7128 5.9043
c 7.6310 8.5954 6.1200 22.3464 7.4488
d 5.4607 8.7961 2.8145 17.0713 5.6904
E K 6.7559 8.9347 5.9845 21.6751 7.2250
a 3.8915 7.2899 - 11.1814 3.7271
b 7.6473 6.8349 4.2282 18.7104 6.2368
c - 8.3277 7.9489 16.2766 8.1383
d - 7.7398 7.8897 15.6295 7.8148
Total 156.5928 224.6717 164.8095 546.0740
Rata-rata 7.1179 8.9869 6.8671

(G ) 2 (546.0740)2
Faktor Koreksi (FK) = = = 4199.9551
n 21 * 3 + 2 * 4
2 2 2 2
JK Total = (8.669) + (10.9959) + (8.9200
- ) + ........ + (5.9845) - FK

= 4587.3608 - 4199.9551

= 387.4057
2 2 2 2
JK Perl. Kombinasi = 28.5858 + 19.9317 + ... + 10.0859 + ... + 21.6751 - FK
3 3 2 3
= 4387.1326 - 4199.9551 = 187.1775
61

Lampiran 5. (Lanjutan)
156.59282 224.67172 164.80952
JK Kelompok = + + - FK
22 25 24
= 4265.4568 - 4199.9551 = 65.5017

Data Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii


Umur Frekuensi Perendaman Total Rata-rata
K a b c d
A 17.8819 28.5858 19.9317 28.9563 22.6177 117.9734 7.8649
B 20.5360 30.2717 29.5086 30.6033 30.9716 141.8912 9.4594
C 25.6982 25.6591 10.0859 25.9219 23.2645 110.6296 7.7115
D 16.9761 18.0002 17.7128 22.3464 17.0713 92.1068 6.1405
E 21.6751 11.1814 18.7104 16.2766 15.6295 83.4730 7.6248
Total 102.7673 113.6982 95.9494 124.1045 109.5546 546.074
Rata 6.8512 7.6331 6.4447 8.3511 7.3781

JK Faktor Perlakuan Umur

= 117.97342 141.89122 110.6296 2 92.10682 83.47302 - FK


+ + + +
15 15 14 15 12
= 4290.4861 - 4199.9551

= 90.531

JK Faktor Perlakuan Frekuensi Perendaman

= 102.76732 113.69822 95.94942 124.10452 109.55462 - FK


+ + + +
15 14 14 14 14
= 4242.4821 - 4199.9551

= 42.5270

JK Interaksi = 187.1775 - 90.531 - 42.5270

= 54.1195

JK Acak = 387.4057 - 65.5017 - 187.1775

= 134.7265
62

Lampiran 5. (Lanjutan)

Tabel Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F hit F5% F1%


Kelompok 2 65.5017 32.7509 11.6684** 3.19 5.08
Perlakuan Kombinasi 24 187.1775 7.7991 -
a. Faktor Perlakuan I 4 90.5310 22.6328 8.0636** 2.56 3.74
b. Faktor Perlakuan II 4 42.5270 10.6318 3.7879** 2.56 3.74
c. Interaksi I dan II 16 54.1195 3.3825 1.2051ns 1.86 2.40
Acak 48 134.7265 2.8068
Total 74 387.4057

Kelompok Berbeda Sangat Nyata


1 1 1 1 1 1
SED = KTAcak( + + ) = 2.8068( + + ) = 0.5973
rI rII rIII 22 25 24
BNT 5% = t tabel 5% (db.48) * SED = 1.9600 * 0.5973 = 1.1707

BNT 1% = t tabel 1% (db.48) * SED = 2.5760 * 0.5973 = 1.5386

Tabel BNT Kelompok

Rata-rata III=6.8671 I=7.1179 II=8.9869 Notasi


III=6.8671 - - - a
I=7.1179 0.2508ns - - a
II=8.9869 2.1198** 1.8690** - b

Kelompok terbaik : II – I/III

Perlakuan I (Umur) Berbeda Sangat Nyata


Perlakuan A-B, A-D, B-D

SED = 2KTAcak( 1 + 1 ) = 2 * 2.8068( 1 + 1 ) = 0.7485


15 15 15 15
BNT 5% = t tabel 5% (db.48) * SED = 1.9600 * 0.7485 = 1.4671

BNT 1% = t tabel 1% (db.48) * SED = 2.5760 * 0.7485 = 1.9281

Perlakuan A-C, B-C, C-D

SED = 1 1 = 1 1 = 0.7752
2KTAcak( + ) 2 * 2.8068( + )
15 14 15 14

BNT 5% = t tabel 5% (db.48) * SED = 1.9600 * 0.7752 = 1.5194


63

Lampiran 5. (Lanjutan)

BNT 1% = t tabel 1% (db.48) * SED = 2.5760 * 0.7752 = 1.9970

Perlakuan A-E, B-E, D-E

SED = 1 1 = 1 1 = 0.8420
2KTAcak( + ) 2 * 2.8068( + )
15 12 15 12

BNT 5% = t tabel 5% (db.48) * SED = 1.9600 * 0.8420 = 1.6503

BNT 1% = t tabel 1% (db.48) * SED = 2.5760 * 0.8420 = 2.1690

Perlakuan C-E

SED = 1 1 = 1 1 = 0.8688
2KTAcak( + ) 2 * 2.8068( + )
14 12 14 12

BNT 5% = t tabel 5% (db.48) * SED = 1.9600 * 0.8688 = 1.7028

BNT 1% = t tabel 1% (db.48) * SED = 2.5760 * 0.8688 = 2.2380

Tabel BNT Faktor I (Umur)

Rata-rata D=6.1405 E=7.6248 C=7.7115 A=7.8649 B=9.4594 Notasi


D=6.1405 - - - - - a
E=7.6248 1.4843ns - - - - ab
C=7.7115 1.5710* 0.0867ns - - - bc
A=7.8649 1.7244* 0.2401ns 0.1534ns - - c
B=9.4594 3.3189** 1.8346* 1.7479* 1.5945* - d

Perlakuan terbaik : B – A – C – E - D

Perlakuan II (Frekuensi Perendaman ZPT Agrogibb) Berbeda Sangat Nyata

Perlakuan K-a, K-b, K-c, K-d

SED = 2KTAcak( 1 + 1 ) = 2 * 2.8068( 1 + 1 ) = 0.7752


15 14 15 14
BNT 5% = t tabel 5% (db.48) * SED = 1.9600 * 0.7752 = 1.5194

BNT 1% = t tabel 1% (db.48) * SED = 2.5760 * 0.7752 = 1.9970

Perlakuan a-b, a-c, a-d, b-c, b-d, c-d

SED = 1 1 = 1 1 = 0.8019
2KTAcak( + ) 2 * 2.8068( + )
14 14 14 14
64

Lampiran 5. (Lanjutan)

BNT 5% = t tabel 5% (db.48) * SED = 1.9600 * 0.8019 = 1.5717

BNT 1% = t tabel 1% (db.48) * SED = 2.5760 * 0.8019 = 2.0657

Tabel BNT Faktor II (Frekuensi Perendaman)

Rata-rata b=6.4447 K=6.8512 d=7.3781 a=7.6331 c=8.3511 Notasi


b=6.4447 - - - - - a
K=6.8512 0.4065ns - - - - a
d=7.3781 0.9334ns 0.5269ns - - - a
a=7.6331 1.1884ns 0.7819ns 0.2550ns - - a
c=8.3511 1.9064* 1.4999ns 0.9730ns 0.7180ns - b

Perlakuan terbaik : c – a/d/K/b


65

Lampiran 6. Uji Polinomial Orthogonal Perlakuan Umur (Variabel Berat)

Perlakuan Data (Ti) Pembanding (Ci)


Linier Kuadratik Kubik Kuartik
A 117.9734 -2 +2 -1 +1
B 141.8912 -1 -1 +2 -4
C 110.6296 0 -2 0 +6
D 92.1068 +1 -1 -2 -4
E 83.4730 +2 +2 +1 +1
Q = ∑CiTi -118.7852 -52.3644 65.0684 -70.7680
K.r = (∑Ci)2 *r*LII 150 210 150 1050
JK = Q2/K*r 94.0662 13.0573 28.2260 4.7696

JK Total Regresi = 700.5952

Sidik Ragam Regresi

Sumber Keragaman db JK KT F hit. F5% F1%


1. Perlakuan 4 - - - - -
- Linier 1 94.0662 94.0662 33.5137** 4.04 7.19
- Kuadratik 1 13.0573 13.0573 4.6520* 4.04 7.19
- Kubik 1 28.2260 28.2260 10.0563** 4.04 7.19
- Kuartik 1 4.7696 4.7696 1.6993ns 4.04 7.19
2. Acak 48 134.7265 2.8068
3. Total 74 387.4057

Regresi Linier
Tabel Regresi

X Y X2 X3 X4 XY X2Y
20 1.8725 400 8000 160000 37.4500 749
25 2.7010 625 15625 390625 67.5250 1688.1250
30 1.8006 900 27000 810000 54.0180 1620.5400
35 1.1442 1225 42875 1500625 40.0470 1401.6450
40 1.7605 1600 64000 2560000 70.4200 2816.8000
150 9.2788 4750 157500 5421250 269.4600 8276.1100

Bentuk Persamaan : Y = a + bx

∑Y = na + b∑X

∑XY = a∑X + b∑X2

9.2788 = 5a + 150b (1) …………………. x 30

269.4600 = 150a + 4750b (2)


66

Lampiran 6. (Lanjutan)

Dari (1) dan (2)

278.3640 = 4500b

269.4600 = 4750b -

8.9040 = -250b

b = -0.0356 ……………………(3)

Nilai (3) dimasukkan ke persamaan (1)

9.2788 = 5a + 150 (-0.0356)

a = 2.9242

Persamaan Linier : Y = 2.9242 - 0.0356x

Nilai X Nilai Y
20 2.2122
25 2.0342
30 1.8562
35 1.6782
40 1.5002
94.0662
R2 = = 0.4111
94.0662 + 134.7265
r = √0.4111 = 0.6412

Regresi Kubik

Bentuk Persamaan : Y = a + bx + cx2 + dx3

X Y X2 X3 X4 X5 X6 XY X2Y X3Y
20 1.8725 400 8000 160000 3200000 64000000 37.4500 749 14980
25 2.7010 625 15625 390625 9765625 244140625 67.5250 1688.1250 42203.125
30 1.8006 900 27000 810000 24300000 729000000 54.0180 1620.5400 48616.2
35 1.1442 1225 42875 1500625 52521875 1838265625 40.0470 1401.6450 49057.575
40 1.7605 1600 64000 2560000 102400000 4096000000 70.4200 2816.8000 112672
150 9.2788 4750 157500 5421250 192187500.0000 6971406250.0000 269.4600 8276.1100 267528.9

∑Y = na + b∑X + c∑X2 + d∑X3

∑XY = a∑X + b∑X2 + c∑X3 + d∑X4

∑X2Y = a∑X2 + b∑X3 + c∑X4 + d∑X5


67

Lampiran 6. (Lanjutan)

∑X3Y = a∑X3 + b∑X4 + c∑X5 + d∑X6

9.2788 = 5a + 150b + 4750c + 157500d (1) …………………. x 30

269.4600 = 150a + 4750b + 157500c + 5421250d (2)………………..... x 4750

8276.1100 = 4750a + 157500b + 5421250c + 192187500d (3) ...………….

267528.9 = 157500a + 5421250b + 192187500c + 6971406250d (4) ……...

Dari (1) dan (2)

278.3640 = 4500b + 142500c + 4725000d

269.4600 = 4750b + 157500c + 5421250d -

8.9040 = -250b - 15000c – 696250d ………..(5)

Dari (2) dan (3)

1279935 = 22562500b + 748125000c + 25750937500d

1241416.5 = 23625000b + 813187500c + 28828125000d -

38518.5 = -1062500b - 65062500c - 3077187500d …………(6)

Dari (5) dan (6)

8.9040 = -250b - 15000c – 696250d ……….. x 4250

38518.5 = -1062500b - 65062500c - 3077187500d

didapatkan

37842 = -63750000c - 2959062500d

9629625 = -16265625000c - 769296875000d -

-9591783 = 16201875000c + 766337812500d …… (7)

Dari (3) dan (4)

8276.1100 = 4750a + 157500b + 5421250c + 192187500d ….. x 157500

267528.9 = 157500a + 5421250b + 192187500c + 6971406250d …… x 4750


68

Lampiran 6. (Lanjutan)

didapatkan

1303487325 = 24806250000b + 853846875000c + 30269531250000d

1270762275 = 25750937500b + 912890625000c + 33114179687500d -

32725050 = -944687500b - 59043750000c - 2844648437500d ….. (8)

Dari (5) dan (8)

8.9040 = -250b - 15000c – 696250d …………. x 3778750

32725050 = -944687500b - 59043750000c - 2844648437500d

Didapatkan

33645990 = -56681250000c - 2630954687500d

32725050 = -14760937500000c - 711162109375000d -

920940 = 14704256250000c + 708531154687500d …… (9)

Dari (7) dan (9)

-9591783 = 16201875000c + 766337812500d ……. x 1470425625000

920940 = 14704256250000c + 708531154687500d … x 16201875000

didapatkan

-141040035126393750000 = 11268427569064453125000000d

14920954762500000 = 11479533201852539062500000d -

-141025114171631250000 = -211105632788085937500000d

d = 0.0007

Dari (7)

-9591783 = 16201875000c + 766337812500 (0.0007)

c = -0.0337
69

Lampiran 6. (Lanjutan)

Nilai c dan d dimasukkan ke persamaan (1) dan (2)

59.1038 = 5a + 150b …….. x 30

1782.335 = 150a + 4750b -

didapatkan

1773.114 = 4500b

1782.335 = 4750b -

-9.221 = - 250b

b = 0.0369

Dari (1)

9.2788 = 5a + 150 (0.0369) + 4750 (-0.0337) + 157500 (0.0007)

a = 10.7138

Persamaan : Y = a + bx + cx2 + dx3

Y = 10.7138 + 0.0369x - 0.0337x2 + 0.0007x3

Nilai X Nilai Y
20 -7.1420
25 1.5113
30 0.3908
35 0.7353
40 -7.644

Titik optimum pada Y’ = 0

0 = 0.0369 - 0.0674x + 0.0021x2

x =

dimasukkan ke dalam persamaan ; didapatkan nilai Y =

Titik maksimum didapatkan pada Y’’ = 0

0 = -0.0674 + 0.0042x
70

Lampiran 6. (Lanjutan)

x = 16.0476

dimasukkan ke dalam persamaan ; didapatkan nilai Y = 5.5202


28.2260
R2 = = 0.1732
28.2260 + 134.7265
r = √0.1732 = 0.4162
71

Lampiran 7. Uji Polinomial Orthogonal Perlakuan Frekuensi Perendaman ZPT


Agrogibb (Variabel Berat)

Perlakuan Data (Ti) Pembanding (Ci)


Linier Kuadratik Kubik Kuartik
K 102.7673 -2 +2 -1 +1
a 113.6982 -1 -1 +2 -4
b 95.9494 0 -2 0 +6
c 124.1045 +1 -1 -2 -4
d 109.5546 +2 +2 +1 +1
Q = ∑CiTi 23.9809 -5.0577 -14.0253 -163.1925
K.r = (∑Ci)2 *r*LI 150 210 150 1050
JK = Q2/K*r 3.8339 0.12181 1.3114 25.3636

JK Total Regresi = 30.6307

Sidik Ragam Regresi

Sumber Keragaman db JK KT F hit. F5% F1%


1. Perlakuan 4 - - - - -
- Linier 1 3.8339 3.8339 1.3659ns 4.04 7.19
- Kuadratik 1 0.12181 0.12181 0.0434ns 4.04 7.19
- Kubik 1 1.3114 1.3114 0.4672ns 4.04 7.19
- Kuartik 1 25.3636 25.3636 9.0365** 4.04 7.19
2. Acak 48 134.7265 2.8068
3. Total 74 387.4057

Tabel Regresi

X Y X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 XY X2Y X3Y X4Y


0 1.4230 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 1.7644 1 1 1 1 1 1 1 1.7644 1.7644 1.7644 1.7644
2 1.2599 4 8 16 32 64 128 256 2.5198 5.0396 10.0792 20.1584
3 2.1094 9 27 81 243 729 2187 6561 6.3282 18.9846 56.9538 170.8614
4 1.6491 16 64 256 1024 4096 16384 65536 6.5964 26.3856 105.5424 422.1696
10 8.2058 30 100 354 1300 4890 18700 72354 17.2088 52.1742 174.3398 614.9538

Bentuk Persamaan : Y = a + bx + cx2 + dx3 + ex4

∑Y = na + b∑X + c∑X2 + d∑X3 + e∑X4

∑XY = a∑X + b∑X2 + c∑X3 + d∑X4 + e∑X5

∑X2Y = a∑X2 + b∑X3 + c∑X4 + d∑X5 + e∑X6

∑X3Y = a∑X3 + b∑X4 + c∑X5 + d∑X6 + e∑X7

∑X4Y = a∑X4 + b∑X5 + c∑X6 + d∑X7 + e∑X8


72

Lampiran 7. (Lanjutan)

8.2058 = 5a + 10b + 30c + 100d + 354e (1) …………………. x 2

17.2088 = 10a + 30b + 100c + 354d + 1300e (2)………………..... x 3

52.1742 = 30a + 100b + 354c + 1300d + 4890e (3)

174.3398 = 100a + 354b + 1300c + 4890d + 18700e (4)

614.9538 = 354a + 1300b + 4890c + 18700d + 72354e (5)

Dari (1) dan (2)

16.4116 = 20b + 60c + 200d + 708e

17.2088 = 30b + 100c + 354d + 1300e -

-0.7972 = -10b – 40c – 154d – 592e ……. (6)

Dari (2) dan (3)

51.6264 = 90b + 300c + 1062d + 3900e

52.1742 = 100b + 354c + 1300d + 4890e -

-0.5478 = -10b – 54c – 238d – 990e ……. (7)

Dari (6) dan (7)

-0.7972 = -10b – 40c – 154d – 592e

-0.5478 = -10b – 54c – 238d – 990e -

-0.2494 = 14c + 84d + 398e …………...... (8)

Dari (3) dan (4)

52.1742 = 30a + 100b + 354c + 1300d + 4890e ….. x 10

174.3398 = 100a + 354b + 1300c + 4890d + 18700e … x 3

didapat

521.7420 = 1000b + 3540c + 13000d + 48900e

523.0194 = 1062b + 3900c + 14670d + 56100e -


73

Lampiran 7. (Lanjutan)

-1.2774 = -62b – 360c – 1670d – 7200e ……(9)

Dari (4) dan (5)

174.3398 = 100a + 354b + 1300c + 4890d + 18700e ….. x 354

614.9538 = 354a + 1300b + 4890c + 18700d + 72354e ... x 100

didapat

61716.2892 = 125316b + 460200c + 1731060d + 6619800e

61495.3800 = 130000b + 489000c + 1870000d + 7235400e -

220.9092 = -4684b – 28800c – 138940d - 615600e ….. (10)

Dari (9) dan (10)

-1.2774 = -62b – 360c – 1670d – 7200e …… x 2342

220.9092 = -4684b – 28800c – 138940d - 615600e ….. x 31

didapat

-2991.6708 = -843120c – 3911140d – 16862400e

6848.1852 = -892800c – 4307140d – 19083600e -

-9839.856 = 49680c + 396000d + 2221200e ….. (11)

Dari (8) dan (11)

-0.2494 = 14c + 84d + 398e ……. x 24840

-9839.856 = 49680c + 396000d + 2221200e …. x 7

didapat

-6195.096 = 2086560d + 9886320e

-68878.992 = 2772000d + 15548400e -

62683.896 = -685440d - 5662080e ……………………….. (12)


74

Lampiran 7. (Lanjutan)

Dari (6) dan (9)

-0.7972 = -10b – 40c – 154d – 592e ……. x 31

-1.2774 = -62b – 360c – 1670d – 7200e …… x 5

didapat

-24.7132 = -1240c – 4774d – 18352e

-6.387 = -1800c – 8350d – 36000e -

-18.3262 = 560c + 3576d + 17648e …. (13)

Dari (11) dan (13)

-9839.856 = 49680c + 396000d + 2221200e …… x 7

-18.3262 = 560c + 3576d + 17648e ……….. x 621

didapat

-68878.992 = 2772000d + 15548400e

-11380.5702 = 2220696d + 10959408e -

-57498.4218 = 551304d + 4588992e …… (14)

Dari (12) dan (14)

62683.896 = -685440d - 5662080e ……. x 68913

-57498.4218 = 551304d + 4588992e …… x -85680

didapat

4319735325.048 = - 390190919040e

4926464779.824 = - 393184834560e -

-606729454.776 = 2993915520e

e = -0.2027
75

Lampiran 7. (Lanjutan)

Dari (12) didapatkan

62683.896 = -685440d – 5662080 (-0.2027)

d = 1.5830

Dari (11) didapatkan

-9839.856 = 49680c + 396000 (1.5830) + 2221200 (-0.2027)

c = -3.7534

Dari (6) didapatkan

-0.7972 = -10b – 40 (-3.7534) – 154 (1.5830) – 592 (-0.2027)

b = 2.7150

Dari (1) didapatkan

8.2058 = 5a + 10 (2.7150) + 30 (-3.7534) + 100 (1.5830) + 354 (-0.2027)

a = 1.4227

Bentuk Persamaan : Y = a + bx + cx2 + dx3 + ex4

Y = 1.4227 + 2.7150x - 3.7534x2 + 1.5830x3 - 0.2027 x4

Nilai X Nilai Y
0 1.4227
1 1.7646
2 1.2599
3 2.1094
4 1.6491

R2 = 25.3636 = 0.1584
25.3636 + 134.7265
r = √0.1584 = 0.3980

Titik optimum pada Y’ = 0

0 = 2.7150 - 7.5068x + 4.7490x2 - 0.8108 x3

x =
76

Lampiran 7. (Lanjutan)

dimasukkan ke dalam persamaan ; didapatkan nilai Y =

Titik maksimum didapatkan pada Y’’ = 0

0 = -7.5068 + 9.498x - 2.4324x2

x =

dimasukkan ke dalam persamaan ; didapatkan nilai Y =


77

Lampiran 8. Uji Polinomial Orthogonal Kontrol (Variabel Berat)

Perlakuan Data (Ti) Pembanding (Ci)


Linier Kuadratik Kubik Kuartik
K 17.8819 -2 +2 -1 +1
a 20.5360 -1 -1 +2 -4
b 25.6982 0 -2 0 +6
c 16.9761 +1 -1 -2 -4
d 21.6751 +2 +2 +1 +1
Q = ∑CiTi 4.0265 -9.7945 10.9130 43.6978
K.r = (∑Ci)2 3 14 3 70
JK = Q2/K*r 5.4042 6.8523 39.6979 27.2785

JK Total Regresi = 79.2329

Sidik Ragam Regresi

Sumber Keragaman db JK KT F hit. F5% F1%


1. Perlakuan 4 - - - - -
- Linier 1 5.4042 5.4042 1.9254ns 4.04 7.19
- Kuadratik 1 6.8523 6.8523 2.4413ns 4.04 7.19
- Kubik 1 39.6979 39.6979 14.1435** 4.04 7.19
- Kuartik 1 27.2785 27.2785 9.7187** 4.04 7.19
2. Acak 48 134.7265 2.8068
3. Total 74 387.4057

Regresi Kubik

Bentuk Persamaan : Y = a + bx + cx2 + dx3

X Y X2 X3 X4 X5 X6 XY X2Y X3Y
20 1.0784 400 8000 160000 3200000 64000000 21.5680 431.3600 8627.2000
25 1.42060 625 15625 390625 9765625 244140625 35.5150 887.8750 22196.8750
30 2.2186 900 27000 810000 24300000 729000000 66.5580 1996.7400 59902.2000
35 0.9722 1225 42875 1500625 52521875 1838265625 34.0270 1190.9450 41683.0750
40 1.5817 1600 64000 2560000 102400000 4096000000 63.2680 2530.7200 101228.8000
150 7.2715 4750 157500 5421250 192187500.0000 6971406250.0000 220.9360 7037.6400 233638.1500

∑Y = na + b∑X + c∑X2 + d∑X3

∑XY = a∑X + b∑X2 + c∑X3 + d∑X4

∑X2Y = a∑X2 + b∑X3 + c∑X4 + d∑X5

∑X3Y = a∑X3 + b∑X4 + c∑X5 + d∑X6

7.2715 = 5a + 150b + 4750c + 157500d (1) …………………. x 30


78

Lampiran 8. (Lanjutan)

220.9360 = 150a + 4750b + 157500c + 5421250d (2)………………..... x 4750

7037.6400 = 4750a + 157500b + 5421250c + 192187500d (3) ...………….

233638.1500 = 157500a + 5421250b + 192187500c + 6971406250d (4) ……...

Dari (1) dan (2)

218.145 = 4500b + 142500c + 4725000d

220.9360 = 4750b + 157500c + 5421250d -

-2.791 = -250b - 15000c – 696250d ………..(5)

Dari (2) dan (3)

1049446 = 22562500b + 748125000c + 25750937500d

7037.6400 = 23625000b + 813187500c + 28828125000d -

1042408.36 = -1062500b - 65062500c - 3077187500d …………(6)

Dari (5) dan (6)

-2.791 = -250b - 15000c – 696250d ……….. x 4250

1042408.36 = -1062500b - 65062500c - 3077187500d

didapatkan

-11861.75 = -63750000c - 2959062500d

1042408.36 = -16265625000c - 769296875000d -

-1054270.11 = 16201875000c + 766337812500d …… (7)

Dari (3) dan (4)

7037.6400 = 4750a + 157500b + 5421250c + 192187500d ….. x 157500

233638.1500 = 157500a + 5421250b + 192187500c + 6971406250d …… x 4750


79

Lampiran 8. (Lanjutan)

didapatkan

1108428300 = 24806250000b + 853846875000c + 30269531250000d

1109781212.5 = 25750937500b + 912890625000c + 33114179687500d -

-1352912.5 = -944687500b - 59043750000c - 2844648437500d ….. (8)

Dari (5) dan (8)

-2.791 = -250b - 15000c – 696250d …………. x 3778750

-1352912.5 = -944687500b - 59043750000c - 2844648437500d

Didapatkan

-10546491.25 = -56681250000c - 2630954687500d

-1352912.5 = -14760937500000c - 711162109375000d -

-9193578.75 = 14704256250000c + 708531154687500d …… (9)

Dari (7) dan (9)

-1054270.11 = 16201875000c + 766337812500d ……. x 1470425625000

-9193578.75 = 14704256250000c + 708531154687500d … x 16201875000

didapatkan

-1550225785415568750 = 11268427569064453125000000d

-148953213710156250 = 11479533201852539062500000d -

-1401272571705412500 = -211105632788085937500000d

d = 6.6378

Dari (7)

-1054270.11 = 16201875000c + 766337812500 (6.6378)

c = -313.9635
80

Lampiran 8. (Lanjutan)

Nilai c dan d dimasukkan ke persamaan (1) dan (2)

445880.3965 = 5a + 150b …….. x 30

13464298.936 = 150a + 4750b

didapatkan

13376411.895 = 4500b

13464306.811 = 4750b -

-87894.916 = - 250b

b = 351.5797

Dari (1)

7.2715 = 5a + 150 (351.5797) + 4750(-313.9635) + 157500 (6.6378)

a = 78628.6883

Persamaan : Y = a + bx + cx2 + dx3

Y = 78628.6883 + 351.5797x - 313.9635x2 + 6.6378x3

Y = 7.8629 + 0.0352 x - 0.0314x2 + 0.0007x3

Nilai X Nilai Y
20 1.6069
25 0.0554
30 -0.4411
35 0.6424
40 3.8309

Titik optimum pada Y’ = 0

0 = 0.0352 - 0.0628x + 0.0021x2

x =

dimasukkan ke dalam persamaan ; didapatkan nilai Y =

Titik maksimum didapatkan pada Y’’ = 0


81

Lampiran 8. (Lanjutan)

0 = -0.0628 + 0.0042x

x = 14.9524

dimasukkan ke dalam persamaan ; didapatkan nilai Y = 3.7092


39.6979
R2 = = 0.2276
39.6979 + 134.7265
r = √0.2276 = 0.4771
82

Lampiran 9. Data Rata-rata Pertambahan Volume Rumput Laut Eucheuma cottonii


(ml) Berdasarkan Pengamatan Pada Awal, Tengah dan Akhir Penelitian
Selama 30 Hari Masa Tanam

Perlakuan Pengamatan
I II III
Aa 70.0000 95.0000 60.0000
Ab 47.5000 72.5000 40.0000
Ac 75.0000 70.0000 55.0000
Ad 47.5000 67.5000 50.0000
Ba 10.0000 20.0000 35.0000
Bb 25.0000 27.5000 12.5000
Bc 45.0000 37.5000 25.0000
Bd 57.5000 80.0000 30.0000
Ca 25.0000 27.5000 10.0000
Cb 8.0000 25.0000 8.0000
Cc 12.5000 22.5000 10.0000
Cd 17.5000 10.0000 12.5000
Da 10.0000 25.0000 27.5000
Db 32.5000 20.0000 12.5000
Dc 12.5000 20.0000 15.0000
Dd 12.5000 30.0000 22.5000
Ea 22.5000 25.0000 10.0000
Eb 20.0000 10.0000 7.5000
Ec 18.0000 20.0000 20.0000
Ed 8.0000 7.5000 15.0000
K1 65.0000 55.0000 40.0000
K2 30.0000 20.0000 15.0000
K3 12.5000 17.5000 12.5000
K4 15.0000 8.0000 15.0000
K5 20.0000 17.5000 7.5000
83

Lampiran 10. Data Rata-Rata Laju Pertumbuhan (Berdasarkan Variabel Volume)


Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Pengamatan Pada Awal,
Tengah dan Akhir Penelitian Selama 30 Hari Masa Tanam (%)

Perlakuan Pengamatan
I II III
Aa 1.8971 2.9943 1.0423
Ab -1.2887 1.6183 -2.3230
Ac 1.8755 1.8558 0.1762
Ad -0.8101 1.8166 0.0884
Ba 0.2288 3.8315 3.1512
Bb 1.2240 1.8888 1.2240
Bc 0.1082 3.1512 1.2240
Bd 2.0983 2.6361 2.3659
Ca 1.2240 1.8888 0.2288
Cb -2.3230 -0.6123 -2.3230
Cc 1.2240 0.7597 2.3659
Cd -0.8870 2.3659 1.2240
Da 0.2288 1.3707 0.6118
Db 1.5923 0.2288 0.7498
Dc 1.3707 0.2726 -0.0648
Dd 1.3707 1.2218 -1.0192
Ea -0.3691 0.2907 -1.7977
Eb 1.7330 0.2288 1.3707
Ec -2.8497 0.2288 1.5923
Ed -2.3230 1.3707 1.3707
K1 1.5923 0.0119 -2.5589
K2 1.2218 -0.3561 -0.0648
K3 1.2240 1.0618 1.7330
K4 2.0093 -2.3230 1.3707
K5 0.2288 1.1348 1.3707
84

Lampiran 11. Uji Sifat Heterogenitas Varians Untuk Perbaikan Penyimpangan


Data Melalui Transformasi Berdasarkan Prinsip ANOVA

4.5

4
Rentang/Selisih Data Max-Min

3.5

2.5

1.5

0.5

0
-1.5000 -1.0000 -0.5000 0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000 3.0000

Rata-rata Data

Dari grafik diatas didapat kesimpulan sebagai berikut :

3. Data memiliki heterogenitas varians yang disebabkan oleh adanya hubungan

fungsional antara varians dengan rerata perlakuan ; Y = f(x) yang ditunjukkan

oleh pola distribusi binomial ataupun disebabkan oleh faktor lain (tidak adanya

hubungan antara varians dengan rerata perlakuan).

4. Data memiliki sifat multiplikatif artinya pengaruh dari kombinasi perlakuan tidak

tetap pada kelompok dan pengaruh kelompok tidak tetap pada kombinasi

perlakuan.

Sehingga perlu dilakukan transformasi untuk memperbaiki data berbentuk persen

seperti diatas yang mempunyai penyimpangan dari sifat-sifat asumsi dasar ANOVA.

Bentuk transformasi yang ideal untuk data diatas adalah transformasi arcsin.
85

Lampiran 12. Transformasi ArcSin√Persentase Dari Data Rata-rata Laju Pertumbuhan


Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Pengamatan Pada Awal,
Tengah dan Akhir Penelitian Selama 30 Hari Masa Tanam (Variabel
Volume)

Perlakuan Pengamatan
I II III
Aa 7.9168 9.9646 5.8597
Ab - 7.3085 -
Ac 7.8713 7.8296 2.4058
Ad - 7.7460 1.7038
Ba 2.7417 11.2881 10.2251
Bb 6.3519 7.8994 6.3519
Bc 1.8850 10.2251 6.3519
Bd 8.3289 9.3439 8.8481
Ca 6.3519 7.8994 2.7417
Cb - - -
Cc 6.3519 5.0003 8.8481
Cd - 8.8481 6.3519
Da 2.7417 6.7234 4.4861
Db 7.2493 2.7417 4.9675
Dc 6.7234 2.9928 -
Dd 6.7234 6.3462 -
Ea - 3.0907 -
Eb 7.5646 2.7417 6.7234
Ec - 2.7417 7.2493
Ed - 6.7234 6.7234
K1 7.2493 0.6250 -
K2 6.3462 - -
K3 6.3519 5.9145 7.5646
K4 8.1491 - 6.7234
K5 2.7417 6.1152 6.7234
86

Lampiran 13. Perhitungan Statistik (Berdasarkan Variabel Volume) Dari Data Laju
Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Pengamatan
Pada Awal, Tengah dan Akhir Penelitian Selama 30 Hari Masa Tanam

Umur Frekuensi Kelompok Total Rata-rata


Perendaman I II III
A K 7.2493 0.6250 - 7.8743 3.9372
a 7.9168 9.9646 5.8597 23.7411 7.9137
b - 7.3085 - 7.3085 7.3085
c 7.8713 7.8296 2.4058 18.1067 6.0356
d - 7.7460 1.7038 9.4498 4.7249
B K 6.3462 - - 6.3462 6.3462
a 2.7417 11.2881 10.2251 24.2549 8.0850
b 6.3519 7.8994 6.3519 20.6032 6.8677
c 1.8850 10.2251 6.3519 18.4620 6.1540
d 8.3289 9.3439 8.8481 26.5209 8.8403
C K 6.3519 5.9145 7.5646 19.8310 6.6103
a 6.3519 7.8994 2.7417 16.9930 5.6643
b - - - 0.0000 0.0000
c 6.3519 5.0003 8.8481 20.2003 6.7334
d - 8.8481 6.3519 15.2000 7.6000
D K 8.1491 - 6.7234 14.8725 7.4363
a 2.7417 6.7234 4.4861 13.9512 4.6504
b 7.2493 2.7417 4.9675 14.9585 4.9862
c 6.7234 2.9928 - 9.7162 4.8581
d 6.7234 6.3462 - 13.0696 6.5348
E K 2.7417 6.1152 6.7234 15.5803 5.1934
a - 3.0907 - 3.0907 3.0907
b 7.5646 2.7417 6.7234 17.0297 5.6766
c - 2.7417 7.2493 9.9910 4.9955
d - 6.7234 6.7234 13.4468 6.7234
Total 109.6400 140.1093 110.8491 360.5984
Rata-rata 6.0911 6.3686 6.1583

(G ) 2 (360.5984)2
Faktor Koreksi (FK) = n = = 2241.9173
3 *13 + 2 * 8 + 1 * 3
JK Total = (7.2493)2 + (0.6250)2 + (7.9168)2 + ........ + (6.7234)2 - FK

= 2574.9155 - 2241.9173

= 332.9982
2 2 2 2
JK Perl. Kombinasi = 7.8743 + 23.7411 + 7.3085 + .... + 13.4468 - FK
2 3 1 2
= 2341.1759 - 2241.9173 = 99.2586
87

Lampiran 13. (Lanjutan)


2
JK Kelompok = (109.6400) + 140.1093 + 110.8491 - FK
2 2

18 22 18
= 2242.7703 - 2241.9173 = 0.8530

Data Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii


Umur Frekuensi Perendaman Total Rata-rata
K a b c d
A 7.8743 23.7411 7.3085 18.1067 9.4498 66.4804 5.9840
B 6.3462 24.2549 20.6032 18.4620 26.5209 96.1872 7.2586
C 19.8310 16.9930 0.0000 20.2003 15.2000 72.2243 5.3216
D 14.8725 13.9512 14.9585 9.7162 13.0696 66.568 5.6931
E 15.5803 3.0907 17.0297 9.9910 13.4468 59.1385 5.1359
Total 64.5043 82.0309 59.8999 76.4762 77.6871 360.598
Rata 5.9047 5.8808 3.9933 5.7553 6.8847

JK Faktor Perlakuan Umur


2
= (66.4804) + 96.1872 + 72.2243 + 66.5680 + 59.1385 - FK
2 2 2 2

11 13 11 12 11
= 2274.9068 - 2241.9173

= 32.9895

JK Faktor Perlakuan Frekuensi Perendaman

= 64.50432 82.03092 59.89992 76.47622 77.68712 - FK


+ + + +
11 13 10 13 11
= 2253.2308 - 2241.9173

= 11.3135

JK Interaksi = 99.2586 - 32.9895 - 11.3135

= 54.9556

JK Acak = 332.9982 - 99.2586 - 0.8530

= 232.8866
88

Lampiran 13. (Lanjutan)

Tabel Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F hit F5% F1%


Kelompok 2 0.8530 0.4265 0.0879ns 3.19 5.08
Perlakuan Kombinasi 24 99.2586 - - - -
a. Faktor Perlakuan I 4 32.9895 8.2474 1.6999ns 2.56 3.74
b. Faktor Perlakuan II 4 11.3135 2.8284 0.5830ns 2.56 3.74
c. Interaksi I dan II 16 54.9556 3.4347 0.7079ns 1.86 2.40
Acak 48 232.8866 4.8518
Total 74 332.9982
89

Lampiran 14. Data Rata-rata Jumlah Tunas Rumput Laut Eucheuma cottonii
Berdasarkan Pengamatan Pada Awal dan Akhir Penelitian Selama 30
Hari Masa Tanam

Perlakuan Kelompok
I II III
Aa 910.0000 870.0000 617.5000
Ab 377.5000 285.0000 301.5000
Ac 402.5000 697.5000 478.5000
Ad 288.0000 747.5000 209.6150
Ba 605.0000 760.5700 875.0000
Bb 500.0000 660.0000 431.0000
Bc 158.1300 360.0000 414.0000
Bd 562.5000 315.0000 478.0000
Ca 760.0000 425.5100 437.6900
Cb 487.5000 117.5400 455.0000
Cc 360.7200 311.3100 0.7200
Cd 512.5000 0.7500 675.0000
Da 270.5400 738.0000 570.5700
Db 572.5000 332.5000 240.0000
Dc 495.6600 840.0000 136.5100
Dd 780.0000 460.6000 160.9600
Ea 225.5400 440.0000 231.6300
Eb 760.0000 449.0000 0.8100
Ec 429.0000 614.0000 210.0000
Ed 150.9000 420.0000 360.0000
K1 526.5000 286.5000 420.0000
K2 333.0000 356.0000 372.0000
K3 667.5000 443.0000 315.0000
K4 657.5000 346.5000 137.5000
K5 635.0000 278.5000 167.5000
90

Lampiran 15. Uji Sifat Heterogenitas Varians Untuk Perbaikan Penyimpangan


Data Melalui Transformasi Berdasarkan Prinsip ANOVA

800

700

600
Rentang/Selisih Data Max-Min

500

400

300

200

100

0
0.0000 100.0000 200.0000 300.0000 400.0000 500.0000 600.0000 700.0000 800.0000 900.0000 1000.0000
Rata-rata Data

Dari grafik diatas didapat kesimpulan sebagai berikut :

5. Data memiliki heterogenitas varians yang disebabkan oleh adanya hubungan

fungsional antara varians dengan rerata perlakuan ; Y = f(x) yang ditunjukkan

oleh pola distribusi binomial ataupun disebabkan oleh faktor lain (tidak adanya

hubungan antara varians dengan rerata perlakuan).

6. Data memiliki sifat multiplikatif artinya pengaruh dari kombinasi perlakuan tidak

tetap pada kelompok dan pengaruh kelompok tidak tetap pada kombinasi

perlakuan.

Sehingga perlu dilakukan transformasi untuk memperbaiki data diatas yang

mempunyai penyimpangan dari sifat-sifat asumsi dasar ANOVA. Bentuk transformasi

yang ideal untuk data diatas adalah transformasi logaritma.


91

Lampiran 16. Transformasi Logaritma Dari Data Jumlah Tunas Rumput Laut
Eucheuma cottonii Berdasarkan Pengamatan Pada Awal dan Akhir
Penelitian Selama 30 Hari Masa Tanam

Perlakuan Pengamatan
I II III
Aa 2.9590 2.9395 2.7906
Ab 2.5769 2.4548 2.4793
Ac 2.6048 2.8435 2.6799
Ad 2.4594 2.8736 2.3214
Ba 2.7818 2.8811 2.9420
Bb 2.6990 2.8195 2.6345
Bc 2.1990 2.5563 2.6170
Bd 2.7501 2.4983 2.6794
Ca 2.8808 2.6289 2.6412
Cb 2.6880 2.0702 2.6580
Cc 2.5572 2.4932 -0.1427
Cd 2.7097 -0.1249 2.8293
Da 2.4322 2.8681 2.7563
Db 2.7578 2.5218 2.3802
Dc 2.6952 2.9243 2.1352
Dd 2.8921 2.6633 2.2067
Ea 2.3532 2.6435 2.3648
Eb 2.8808 2.6522 -0.0915
Ec 2.6325 2.7882 2.3222
Ed 2.1787 2.6232 2.5563
K1 2.7214 2.4571 2.6232
K2 2.5224 2.5514 2.5705
K3 2.8245 2.6464 2.4983
K4 2.8179 2.5397 2.1383
K5 2.8028 2.4448 2.2240
92

Lampiran 17. Perhitungan Statistik Dari Data Rata-rata Jumlah Tunas Rumput Laut
Eucheuma cottonii Berdasarkan Pengamatan Pada Awal dan Akhir
Penelitian Selama 30 Hari Masa Tanam

Umur Frekuensi Kelompok Total Rata-rata


Perendaman I II III
A a 2.9590 2.9395 2.7906 8.6891 2.8964
b 2.5769 2.4548 2.4793 7.5110 2.5037
c 2.6048 2.8435 2.6799 8.1282 2.7094
d 2.4594 2.8736 2.3214 7.6544 2.5515
K 2.7214 2.4571 2.6232 7.8017 2.6006
B a 2.7818 2.8811 2.9420 8.6049 2.8683
b 2.6990 2.8195 2.6345 8.1530 2.7177
c 2.1990 2.5563 2.6170 7.3723 2.4574
d 2.7501 2.4983 2.6794 7.9278 2.6426
K 2.5224 2.5514 2.5705 7.6443 2.5481
C a 2.8808 2.6289 2.6412 8.1509 2.7170
b 2.6880 2.0702 2.6580 7.4162 2.4721
c 2.5572 2.4932 -0.1427 4.9077 1.6359
d 2.7097 -0.1249 2.8293 5.4141 1.8047
K 2.8245 2.6464 2.4983 7.9692 2.6564
D a 2.4322 2.8681 2.7563 8.0566 2.6855
b 2.7578 2.5218 2.3802 7.6598 2.5533
c 2.6952 2.9243 2.1352 7.7547 2.5849
d 2.8921 2.6633 2.2067 7.7621 2.5874
K 2.8179 2.5397 2.1383 7.4959 2.4986
E a 2.3532 2.6435 2.3648 7.3615 2.4538
b 2.8808 2.6522 -0.0915 5.4415 1.8138
c 2.6325 2.7882 2.3222 7.7429 2.5810
d 2.1787 2.6232 2.5563 7.3582 2.4527
K 2.8028 2.4448 2.2240 7.4716 2.4905
Total 66.3772 63.2580 57.8144 187.4496
Rata-rata 2.6551 2.5303 2.3126
(G ) 2 (187.4496) 2
Faktor Koreksi (FK) = = = 468.4980
n 5 x 5x 3
JK Total = (2.9590)2 + (2.9395)2 + ....... + (2.2240)2 - FK

= 493.2757 - 468.4980

= 24.7777
2 2 2
JK Perl. Kombinasi = (8.6891) + (7.5110) + .... + (7.4716) - FK
3
= 475.2707 - 468.4980 = 6.7727
93

Lampiran 17. (Lanjutan)


2 2 2
JK Kelompok = (66.3772) + (63.2580) + (57.8144) - 468.4980
25
= 470.0005 - 468.4980

= 1.5025

Data Jumlah Tunas Rata-rata Rumput Laut Eucheuma cottonii


Umur Frekuensi Perendaman Total Rata-rata
a b c d K
A 8.6891 7.5110 8.1282 7.6544 7.8017 39.7844 2.6523
B 8.6049 8.1530 7.3723 7.9278 7.6443 39.7023 2.6468
C 8.1509 7.4162 4.9077 5.4141 7.9692 33.8581 2.2572
D 8.0566 7.6598 7.7547 7.7621 7.4959 38.7291 2.5819
E 7.3615 5.4415 7.7429 7.3582 7.4716 35.3757 2.3584
Total 40.8630 36.1815 35.9058 36.1166 38.3827 187.4496
Rata 2.7242 2.4121 2.3937 2.4078 2.5588

JK Faktor Perlakuan Umur

= (39.7844)2 + (39.7023)2 + (33.8581) + (38.7291)..... + (35.3757)2 - FK


15
= 470.4550 - 468.4980

= 1.9570

JK Faktor Perlakuan Frekuensi Perendaman

= (40.8630)2 + (36.1815)2 + (35.9058)2 + (36.1166)2 + (38.3827) - FK


15
= 469.7168 - 468.4980

= 1.2188

JK Interaksi = 6.7727 - 1.9570 - 1.2188

= 3.5969

JK Acak = 24.7777 - 6.7727 - 1.5025

= 16.5025
94

Lampiran 17. (Lanjutan)

Tabel Sidik Ragam


Sumber Keragaman db JK KT F hit F5% F1%
Kelompok 2 1.5025 0.7513 2.1853ns 3.19 5.08
Perlakuan Kombinasi 24 6.7727 0.2822 - - -
a. Faktor Perlakuan I 4 1.9570 0.4893 1.4232ns 2.56 3.74
b. Faktor Perlakuan II 4 1.2188 0.3047 0.8863ns 2.56 3.74
c. Interaksi I dan II 16 3.5969 0.2248 0.6539ns 1.86 2.40
Acak 48 16.5025 0.3438
Total 74 24.7777
95

Lampiran 18. Pembuatan dan Penempatan Rakit

Pembuatan Rakit

Kelompok I Kelompok II

Kelompok III
Penempatan Rakit
96

Lampiran 19. Perendaman, Penanaman dan Penimbangan Berat Rumput Laut


Eucheuma cottonii

Perendaman Rumput Laut

Penanaman Rumput Laut

Penimbangan Berat Rumput Laut


97

Lampiran 20. Pemanenan Rumput Laut Eucheuma cottonii

Pengangkutan Menggunakan Perahu

Pemisahan Rumput Laut Dari Tali Ris


98

Lampiran 21. Alat dan Bahan

Alat Pengukuran Kualitas Air

Alat Pengukuran Berat, Volume dan Jumlah Tunas

Keseluruhan Alat dan Bahan Yang Dipergunakan Selama Penelitian


99

Lampiran 22. Cara Pembuatan Rakit


100

Lampiran 23. Peta Sebaran Kecerahan Di Wilayah Perairan Nusa Tenggara Barat
(Trisakti et.al., 2003).
101

Lampiran 24. Jenis Jenis Rumput Laut Kelas Rhodophyceae Yang Termasuk
Ekonomis Penting (Sumber : http:\\www.iptek.net.id, 2004)

Eucheuma edule Koetzing Eucheuma edule

Eucheuma serra Eucheuma alvarezii

Eucheuma denticulatum (a) Eucheuma denticulatum (b)


102

Lampiran 24. (Lanjutan)

Kappaphycus cottonii (a) Kappaphycus cottonii (b)

Kappaphycus striatum Gracilaria arcuata Zanardini

Gracilaria coronopofilia Gracilaria eucheumoides (a)


103

Lampiran 24. (Lanjutan)

Gracilaria eucheumoides (b) Gracilaria foliifera

Hypnea asperi Bory Hypnea cervicornis

Hypnea cornuta Gelidium latifolium


104

Lampiran 25. Hasil Pengamatan Laju Pertumbuhan Dari Percobaan Rumput Laut
Dengan Metode Rakit Pada Beberapa Lokasi Di Indonesia (Sumber :
Tim Penulis PS, 2001)

Nama Jenis Tempat Laju Sumber


Penanaman Pertumbuhan
(%/hari)
Eucheuma spinosum P. Ari 2,08 – 3,71 Sulistijo et.al. 1978
P. Aru 2,38 Mubarak. 1978
P. Bali 4,34 Atmadja. 1981
Batu Nampar 5,4 – 8 Sulistijo. 1984
Eucheuma edule P. Pari 4,2 Sulistijo. 1978
Eucheuma serra P. Bali 1,38 Atmadja. 1981
Gracilaria P. Bari 1,22 Sulistijo et.al. 1978
lichenoides
P. Bali 3,00 Sulistijo et.al. 1984
Gracilaria P. Pari 0,99 Sulistijo et.al. 1978
converfoides
Gracilaria gigas P. Bali 1,14 Sulistijo et.al. 1984
(tambak)
P. Sumbawa 5,08 Djalaluddin et.al. 1984
Bonteng 5,63 Djalaluddin et.al. 1984
105

Lampiran 26. Persyaratan Umum Lokasi Budidaya Rumput Laut (Sediadi, 2000)

No Persyaratan Teknis Keterangan


1. Keterlindungan Lokasi harus terlindung untuk menghindari
kerusakan fisik rumput laut dari terpaan angin
dan gelombang yang besar.
2. Dasar Perairan Dasar perairan yang paling baik bagi
pertumbuhan rumput laut (Eucheuma spp.)
adalah dasar perairan yang stabil yang terdiri
dari potongan karang mati bercampur dengan
pasir karang, adanya sea grass. Ini
menunjukkan adanya gerakan air yang baik.
3. Kedalaman Air Berkisar antara 30-50 cm pada surut terendah,
supaya rumput laut tidak mengalami kekeringan
karena terkena sinar matahari secara langsung
dan masih memperoleh penetrasi sinar matahari
pada waktu pasang. Kedalaman maksimal
adalah setinggi orang berdiri dengan
mengangkat tangannya.
4. Salinitas Salinitas perairan yang tinggi dengan kisaran
28-34 ppt dengan nilai optimum 32 ppt. Untuk
itu hindari lokasi dari sekitar muara sungai.
5. Suhu Air Suhu perairan berkisar 27-30 o C. Untuk itu
harus diperhatikan keadaan musim yang terjadi.
6. Kecerahan Kondisi yang ideal dengan angka transparansi
sekitar 1,5 m.
7. Keasaman (pH) Kisaran pH antara 6-9. Nilai optimal
diharapkan pada kisaran 7,5-8,0. Perubahan pH
akan mempengaruhi keseimbangan kandungan
karbon dioksida (CO2) yang secara umum dapat
membahayakan kehidupan biota laut dari
tingkat produktivitas primer perairan.
8. Angin & Arus Kecepatan arus yang dianggap baik berkisar
antara 20-40 cm/detik.
106

Lampiran 27. Data pH Perairan

Hari Kelompok Total Rata-rata


I II III
1 7 8 7 22 7.33
2 7 7 7 21 7.00
3 8 7 7 22 7.33
4 8 8 7 23 7.67
5 7 7 7 21 7.00
6 7 8 7 22 7.33
7 6 7 7 20 6.67
8 8 7 7 22 7.33
9 8 8 7 23 7.67
10 7 8 7 22 7.33
11 7 7 7 21 7.00
12 7 7 7 21 7.00
13 8 7 7 22 7.33
14 7 7 7 21 7.00
15 7 8 8 23 7.67
16 7 7 6 20 6.67
17 7 7 7 21 7.00
18 8 7 7 22 7.33
19 7 7 8 22 7.33
20 7 7 6 20 6.67
21 6 7 7 20 6.67
22 7 7 7 21 7.00
23 7 7 7 21 7.00
24 7 7 8 22 7.33
25 8 8 7 23 7.67
26 7 6 7 20 6.67
27 8 8 7 23 7.67
28 8 7 6 21 7.00
29 7 7 8 22 7.33
30 7 7 7 21 7.00
107

Lampiran 28. Data Kecerahan Air Perairan

Hari Kelompok Total Rata-rata


I II III
1 1.90 3.95 2.90 8.75 2.92
2 2.15 3.90 2.55 8.60 2.87
3 2.02 3.55 3.10 8.67 2.89
4 2.15 3.45 2.82 8.42 2.81
5 1.86 3.45 2.65 7.96 2.65
6 1.76 3.75 3.04 8.55 2.85
7 2.20 4.45 3.00 9.65 3.22
8 2.14 4.05 3.15 9.34 3.11
9 1.85 3.85 2.85 8.55 2.85
10 1.90 3.75 3.15 8.80 2.93
11 2.00 4.05 3.05 9.10 3.03
12 2.15 4.00 2.90 9.05 3.02
13 1.75 3.75 3.00 8.50 2.83
14 1.88 3.80 2.85 8.53 2.84
15 1.75 4.05 2.86 8.66 2.89
16 1.60 4.15 3.00 8.75 2.92
17 2.25 3.85 2.75 8.85 2.95
18 2.20 3.90 3.20 9.30 3.10
19 1.22 4.00 3.15 8.37 2.79
20 1.90 3.86 3.25 9.01 3.00
21 2.00 4.06 2.65 8.71 2.90
22 1.65 4.00 3.20 8.85 2.95
23 1.72 3.85 3.15 8.72 2.91
24 1.86 4.05 2.98 8.89 2.96
25 2.05 4.25 2.78 9.08 3.03
26 1.90 4.40 3.00 9.30 3.10
27 1.95 3.85 2.75 8.55 2.85
28 2.05 4.05 2.80 8.90 2.97
29 2.10 3.75 2.85 8.70 2.90
30 1.90 4.25 3.00 9.15 3.05
108

Lampiran 29. Data Salinitas Perairan

Hari Kelompok Total Rata-rata


I II III
1 32 34 33 99 33.00
2 32 34 32 98 32.67
3 31 32 34 97 32.33
4 30 33 34 97 32.33
5 32 34 32 98 32.67
6 31 34 32 97 32.33
7 30 34 32 96 32.00
8 32 31 34 97 32.33
9 32 32 33 97 32.33
10 30 34 34 98 32.67
11 31 33 33 97 32.33
12 33 33 33 99 33.00
13 30 32 32 94 31.33
14 32 32 32 96 32.00
15 31 32 33 96 32.00
16 30 32 33 95 31.67
17 30 30 33 93 31.00
18 30 32 34 96 32.00
19 32 34 34 100 33.33
20 32 33 31 96 32.00
21 31 33 32 96 32.00
22 30 31 32 93 31.00
23 32 31 33 96 32.00
24 33 31 34 98 32.67
25 33 31 34 98 32.67
26 32 32 34 98 32.67
27 32 31 32 95 31.67
28 31 31 34 96 32.00
29 31 32 34 97 32.33
30 30 33 34 97 32.33
109

Lampiran 30. Data Suhu Perairan

Hari Kelompok Total Rata-rata


I II III
1 29 30 30 89 29.67
2 30 31 29 90 30.00
3 32 32 31 95 31.67
4 29 30 32 91 30.33
5 30 31 31 92 30.67
6 32 30 31 93 31.00
7 30 31 31 92 30.67
8 30 30 30 90 30.00
9 29 32 31 92 30.67
10 30 30 32 92 30.67
11 32 32 31 95 31.67
12 31 31 32 94 31.33
13 32 30 31 93 31.00
14 32 30 31 93 31.00
15 31 31 32 94 31.33
16 29 30 31 90 30.00
17 30 31 32 93 31.00
18 32 32 31 95 31.67
19 29 30 31 90 30.00
20 32 31 31 94 31.33
21 30 31 31 92 30.67
22 32 32 31 95 31.67
23 31 31 32 94 31.33
24 32 32 31 95 31.67
25 31 31 31 93 31.00
26 30 32 30 92 30.67
27 30 31 31 92 30.67
28 32 31 31 94 31.33
29 30 31 32 93 31.00
30 30 30 31 91 30.33
110

Lampiran 31. Data Kecepatan Arus Perairan

Hari Kelompok Total Rata-rata


I II III
1 18.90 21.25 19.80 59.95 19.98
2 18.00 20.25 19.75 58 19.33
3 18.70 19.00 19.25 56.95 18.98
4 18.00 18.25 18.75 55 18.33
5 18.25 18.00 17.75 54 18.00
6 18.75 17.30 18.00 54.05 18.02
7 17.25 18.25 18.00 53.5 17.83
8 16.10 17.25 15.00 48.35 16.12
9 17.25 18.00 17.45 52.7 17.57
10 15.70 16.25 17.00 48.95 16.32
11 16.00 16.45 14.80 47.25 15.75
12 16.70 15.75 15.80 48.25 16.08
13 15.75 15.00 15.30 46.05 15.35
14 14.25 15.00 14.75 44 14.67
15 12.30 12.00 11.75 36.05 12.02
16 12.30 11.45 11.70 35.45 11.82
17 13.45 12.75 11.80 38 12.67
18 12.50 11.50 11.75 35.75 11.92
19 11.25 12.50 13.75 37.5 12.50
20 11.90 12.75 13.00 37.65 12.55
21 12.75 11.90 12.80 37.45 12.48
22 13.20 12.75 11.80 37.75 12.58
23 15.45 13.25 18.75 47.45 15.82
24 12.15 13.00 11.75 36.9 12.30
25 13.40 13.25 14.60 41.25 13.75
26 14.50 13.25 14.75 42.5 14.17
27 14.45 12.25 13.00 39.7 13.23
28 15.30 17.20 13.45 45.95 15.32
29 12.45 12.70 13.60 38.75 12.92
30 12.50 13.75 20.10 46.35 15.45

Você também pode gostar