Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Riwayat Pendidikan
1. Magang Pembenihan Kerapu Tikus : Balai Budidaya Air Payau Situbondo (Agustus 2001)
3. Magang Pembenihan Udang Windu : Balai Budidaya Air Payau Jepara (Juli – Agustus 2002)
4. Magang Pembenihan Udang Galah : Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi (15 Juli – 04 Agustus 2003)
5. International Symposium On Ecology And Health Safety Aspects Of Genetically Modified Agricultural Products (Brawijaya University,
Malang 20 May 2002)
6. Pelatihan Pengukuran Kualitas Air (Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya 11 – 12 Mei 2002)
7. Pelatihan Best Management Practices Budidaya Udang Vanamei (BBAP Situbondo, 4 – 9 Juni 2007)
Riwayat Organisasi
1. Presiden Junior Achievement International (JAI) Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Periode 2003 – 2004
2. KaDiv Litbang Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Periode 2003 - 2004
3. Ketua Forum Pemberdayaan Mahasiswa dan Masyarakat Perikanan (FPMMP) Periode 2004 – 2005
4. Koordinator Asisten Laboratorium Budidaya Perairan Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Periode 2004 - 2005
1. Gynogenesis, Menciptakan Koi Seperti Indukan (Tabloid IndoFish Edisi 15/Oktober 2004)
3. Skripsi : Pengaruh Umur Bibit dan Frekuensi Perendaman ZPT Agrogibb Yang Berbeda Terhadap Laju
Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Dengan Menggunakan Metode Rakit Apung (2005)
4. Tesis : Perancangan Klaster Aquabisnis Rumput Laut Eucheuma cottonii di Kabupaten Lombok Timur (2009)
Head Office : Perumahan Puncang Hijau Blok R-06 Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat NTB
Telp. (0370) 634234 – HP. 08175774979
Email : zahraainoorrahman@yahoo.co.uk
Instansi : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi NTB – Jl. Udayana No. 3 Mataram
PENGARUH UMUR BIBIT DAN FREKUENSI PERENDAMAN ZAT
PENGATUR TUMBUH (ZPT) AGROGIBB YANG BERBEDA
TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT (Eucheuma
cottonii) DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAKIT
OLEH :
FUAD ANDHIKA RAHMAN
0001080237 – 085
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERIKANAN
MALANG
2004
PENGARUH UMUR BIBIT DAN FREKUENSI PERENDAMAN
AGROGIBB YANG BERBEDA TERHADAP LAJU
PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DENGAN
MENGGUNAKAN METODE RAKIT
OLEH :
FUAD ANDHIKA RAHMAN
0001080237 – 085
MENGETAHUI, MENYETUJUI,
KETUA JURUSAN MSP DOSEN PEMBIMBING I
DOSEN PEMBIMBING II
1 PENDAHULUAN
pada bidang budidaya dimana tujuan utamanya adalah peningkatan produksi guna
pemenuhan kebutuhan protein masyarakat serta peningkatan devisa negara. Titik berat
budidaya perikanan terletak pada pemanfaatan perairan laut secara maksimal melalui
dihasilkan, terutama komoditas berorientasi ekspor seperti rumput laut (Sediadi et.al.,
2000).
sumberdaya wilayah pesisir dan wilayah laut sepanjang 12 mil yang diukur dari garis
Salah satu usaha untuk memanfaatkan lahan perairan adalah dengan melakukan
pembudidayaan rumput laut, yang merupakan komoditi perairan non ikan yang terbukti
mampu memberikan kesejahteraan terhadap petani dan nelayan. Rumput laut dinilai
berbagai kegiatan industri seperti kosmetik, makanan, minuman, cat, tekstil dan lain-
lain. Selain itu rumput laut juga merupakan komoditi yang teknologi produksinya
relatif murah dan sederhana, memiliki daya serap pasar yang tinggi serta mudah dalam
Sampai saat ini rumput laut yang bisa tumbuh di perairan Indonesia tercatat
kurang lebih 555 jenis. Dari seluruh jenis hasil ekspedisi tersebut hanya 55 jenis yang
2
telah digunakan secara tradisional sebagai pangan, obat dan keperluan lain. Penelitian
lebih lanjut menunjukkan bahwa diantara 55 jenis tersebut hanya beberapa jenis tertentu
yang sampai sekarang mempunyai nilai ekonomis penting, yakni jenis-jenis yang
termasuk ke dalam kelas Rhodophyceae atau alga merah. Tiga marga penting dari alga
tersebut yaitu Eucheuma, Gracillaria dan Gelidium, sejak lama menjadi komoditi ekspor
Permintaan luar negeri terhadap rumput laut Indonesia pada tahun 1990 tercatat
sebesar 10.779 ton dengan nilai (FOB) US $ 7,16 juta dan terus meningkat hingga
mencapai 28.104 ton pada tahun 1995 dengan nilai (FOB) US $ 21,30 juta. Jumlah
ekspor ini turun pada periode tahun 1996-1998 dengan laju penurunan mencapai 50%
(Anonymous, 2004). Volume ekspor rumput laut kering Indonesia sendiri pada akhir
tersebut adalah produksi rumput laut yang sering mengalami kegagalan terutama yang
lokasi, metode budidaya, manajemen produksi, pemilihan dan pengadaan bibit, musim
berkaitan dengan metode budidaya rumput laut. Salah satunya adalah dengan
mempercepat saat panen. Adapun salah satu cara yang dapat ditempuh untuk
penggunaan umur bibit yang sesuai serta pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dengan
fragmentasi. Untuk jenis Eucheuma cottonii, pembiakan secara stek sebagai bibit lebih
produktif untuk dilakukan (Aslan, 1998). Umur bibit sendiri merupakan salah satu faktor
Kriteria bibit rumput laut yang baik menurut Sunaryat (2001) antara lain :
hormon tumbuh berupa giberellin (GA3). Giberellin sudah lama dipergunakan untuk
1983).
laju pertumbuhan yang maksimal pada budidaya rumput laut Eucheuma cottonii
(Saputra, 2004). Dilanjutkan oleh Iswahyudi (2004), dengan lama perendaman Agrogibb
pengaruh penggunaan umur bibit dan frekuensi perendaman Zat Pengatur Tumbuh
(ZPT) Agrogibb yang berbeda terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cotonii
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan umur bibit
dan frekuensi perendaman Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Agrogibb yang berbeda
terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii, serta mengetahui kombinasi
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi pihak-pihak
Eucheuma cottonii.
1.5 Hipotesis
H0 : Diduga bahwa penggunaan umur bibit dan frekuensi pemberian ZPT Agrogibb
Eucheuma cottonii.
H1 : Diduga bahwa penggunaan umur bibit dan frekuensi pemberian ZPT Agrogibb
cottonii.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Phylum : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Family : Soliericeae
Genus : Eucheuma
Rumput laut (seaweed) termasuk salah satu anggota alga yang merupakan
tumbuhan berklorofil. Rumput laut terdiri dari satu atau banyak sel, berbentuk koloni,
hidupnya bersifat bentik di daerah perairan yang dangkal, berpasir, berlumpur atau
berpasir dan berlumpur, daerah pasang surut, jernih dan biasanya menempel pada karang
mati, potongan kerang dan subtrat yang keras lainnya, baik terbentuk secara alamiah
atau buatan (artificial). Alga mempunyai bentuk bermacam-macam seperti benang atau
tumbuhan tinggi. Alga bersifat autotrof, yaitu dapat hidup sendiri tanpa tergantung
makhluk lain. Proses pertumbuhan rumput laut sendiri sangat tergantung pada intensitas
sinar matahari untuk melakukan proses respirasi maupun fotosintesis (Sediadi, 2000).
antara akar, batang dan daun. Secara keseluruhan tanaman ini mempunyai morfologi
6
yang mirip walaupun sebenarnya disebabkan karena thallus yang mempunyai beragam
bentuk, diantaranya bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong dan rambut
dan sebagainya. Thallus ini ada yang tersusun uniselluler (satu sel) atau multiselluler
(banyak sel), percabangan thallus ada yang dichotomus (bercabang dua terus menerus),
pectinate (berderet searah pada satu sisi thallus utama), pinnate (bercabang dua-dua pada
melingkari sumbu utama) dan ada juga yang bentuknya sederhana dan tidak bercabang.
Sifat substansi thallus juga beraneka ragam yaitu ada yang lunak seperti gelatin
(gelatinous), koraks mengandung zat kapur (calcareous), lunak seperti tulang rawan
Menurut Hidayat (2000) dalam Meiyana et.al. (2001), rumput laut jenis
Eucheuma sp tergolong dalam kelas Rhodophyceae (alga merah). Ciri-ciri umum antara
lain : terdapat tonjolan-tonjolan (nodule) dan duri (spines), thalus berbentuk silindris
atau pipih, bercabang-cabang tidak teratur, berwarna hijau kemerahan bila hidup dan
Menurut Sulistyo (1987), rumput laut terbagi atas empat kelas yaitu :
1. Chlorophyceae
sedikit karoten. Tumbuh di daerah pasang surut yang sering mengalami kekeringan,
2. Phaeophyceae
klorofil a dan c. Tumbuh pada daerah pasang surut yang lebih dalam dari daerah
tumbuh Chlorophyceae.
7
3. Rhodophyceae
4. Cyanophyceae
Umumnya berwarna ungu. Sel-selnya terdiri dari pigmen fikosianin. Mudah tumbuh
agak dangkal (ketinggian air pada surut terendah ± 60 cm). Kondisi dasar perairan yang
sangat disukai rumput laut adalah berpasir, berlumpur atau campuran antara pasir dan
lumpur. Banyak pula rumput laut yang dapat tumbuh dengan cara menempel pada batu
karang yang telah mati, kerang maupun benda-benda yang mengandung kapur. Kondisi
perairan yang cocok bagi pertumbuhan rumput laut adalah perairan yang jernih dengan
ombak dan arus yang tidak terlalu besar (Afrianto dan Liviawaty, 1993).
Rumput laut Eucheuma cottonii mempunyai habitat yang khas, yaitu daerah yang
memperoleh aliran air laut yang tetap dan mempunyai variasi suhu harian yang kecil.
Alga jenis ini tumbuh mengelompok dengan beberapa jenis rumput laut lainnya.
Rumput laut jenis Eucheuma cottonii Lin berasal dari perairan Sabah (Malaysia)
daerah Lampung, Maluku, dan Selat Alas Sumba (Meiyana, 2001). Untuk lebih jelasnya
Jenis Lokasi
Acanthophora sp. Kep. Kangean, Lombok, Sumatera Utara, Kep. Seribu,
Dobo, Bawean.
Corallopsis minor Bali
Eucheuma cottonii Bali, Maluku, Sulawesi Tengah, Selat Alas, Sumba
Eucheuma edule Kep. Seribu, Jawa Tengah, Bali, Madura, Sumatera
Utara, Riau, Sulawesi, Maluku, Lombok, P. Komodo
Eucheuma muricatum Seram, P. Komodo, Bali, Sulawesi, Kep. Seribu
Eucheuma spinosum Sumatera Utara, Riau, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Tengah, Kep. Seribu, Maluku, Jawa Tengah, Bali, NTT,
NTB
Eucheuma striatum Kep. Seribu
Gelidiopsis rigida Lingga
Gelidium sp. Jawa, Ambon, Riau, Sumatera Utara, Bali, NTB, NTT
Gracillaria coronopifolia Sumatera Utara, Jawa Tengah
Gracillaria lichenoides Bangka, Maluku, NTB
Gracillaria sp. Pantai Selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sulawesi, Kep. Seribu, Kep. Tukang Besi, Bali, NTT
Gracillaria taenoides Bangka
Gymnogongrus javanicus Bangka
Hypnea cerviorni Riau, Jawa Tengah, NTT, Maluku, Bali
Hypnea sp. Kalimantan, Jawa, Bali, Maluku, NTT, NTB
Sarcodia montegneana Lombok
menuju kedewasaan pada organisme, merupakan perubahan dari keadaan sejumlah sel
membentuk organ-organ yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda. Terdapat
1. Pertumbuhan primer
pada embrio, bagian ujung-ujung tumbuhan seperti akar dan batang. Daerah
9
pertumbuhan pada akar dan batang dibedakan menjadi 3 (tiga) yakni daerah
2. Pertumbuhan sekunder
Pertumbuhan rumput laut terjadi karena rumput laut melakukan proses respirasi
dan fotosintesis. Pertumbuhan rumput laut dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang
pertumbuhan antara lain jenis, bagian thallus dan umur, sedangkan faktor eksternal yang
berpengaruh antara lain keadaan lingkungan fisika dan kimia yang dapat berubah
menurut ruang dan waktu, penanganan bibit, perawatan tanaman dan metode budidaya.
Meiyana et.al., (2001) menjelaskan, reproduksi pada rumput laut dapat terjadi
1. Reproduksi Generatif
Rumput laut dapat berkembangbiak secara generatif atau kawin. Pada peristiwa
perbanyakan secara generatif rumput laut yang diploid (2n) menghasilkan spora yang
haploid (n). Spora ini kemudian menjadi dua jenis rumput laut yaitu jantan dan betina
yang masing-masing bersifat haploid (n) yang tidak mempunyai alat gerak.
Selanjutnya rumput laut jantan akan menghasilkan sperma dan rumput laut betina akan
2. Reproduksi Vegetatif
setiap bagian rumput laut yang dipotong akan tumbuh menjadi rumput laut muda yang
cara stek dari cabang-cabang rumput laut dengan syarat potongan rumput laut tersebut
merupakan thallus muda, masih segar, berwarna cerah dan mempunyai percabangan
yang banyak, tidak tercampur lumut atau kotoran, serta bebas atau terhindar dari
penyakit.
Untuk jenis Eucheuma cottonii, pembiakan secara stek sebagai bibit lebih produktif
untuk dilakukan (Aslan, 1998). Bibit yang umum dipergunakan pada metode stek adalah
yang masih muda (ujung tanaman) karena terdiri dari sel dan jaringan yang baik untuk
Dasar dari metode stek pada dasarnya identik dengan kultur jaringan pada
tanaman. Sel tanaman mempunyai sifat totipotensi yaitu kemampuan sel untuk tumbuh
dan berkembang membentuk tanaman lengkap dalam medium yang sesuai. Bagian
tanaman yang diambil (inokulum) dapat diambil dari jaringan tanaman dewasa yang
asam sulfanik yaitu ester dari galakto linier yang diperoleh dari ekstrak ganggang,
sedangkan karagenan adalah senyawa polisakarida yang tersusun dari unit D-galaktosa
11
dan L-galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa yang dihubungkan oleh ikatan 1-4 glikosidik.
dibagi menjadi tiga jenis yaitu Kappa, iota dan lamda karagenan. Kapa karagenan
tersusun dari (1 - >3) D-galaktosa-4 sulfat dan (1 - >4) 3,6 anhydro-D-galaktosa. Iota
karagenan mengandung 4-sulfat ester pada setiap residu D-galaktosa dan gugusan 2
sulfat ester pada setiap gugusan 3,6 anhydro-D-galaktosa. Sedangkan lamda karagenan
memiliki sebuah residu disulphated (1-4) D-galaktosa (Akbar et.al., 2001). Rumput laut
juga mengandung beberapa mineral seperti yang tertera dalam tabel 2 berikut.
didasarkan atas persentase kandungan ester sulfatnya. Pada jenis Kappa mengandung
ester sulfat 25-30%, Iota 28-35% dan lambda 32 –39%. Karaginan juga mempunyai
sifat larut dalam air panas (70oC), air dingin, susu dan larutan gula sehingga sering
Karaginan dapat membentuk gel dengan baik sehingga banyak digunakan sebagai
secara umum kurang mampu untuk menguraikan karbohidrat yang ada. Sehingga
manfaat rumput laut yang sebenarnya adalah bukan sebagai bahan makanan manusia,
tetapi sebagai bahan tambahan industri makanan, obat-obatan dan kosmetik serta untuk
tambahan pakan ternak. Dilanjutkan oleh Sunarmi (1989), agar dan karaginan serta algin
banyak digunakan sebagai stabilisator dan pengental pada industri makanan, media
kultur pada mikrobiologi, pengemulsi pada industri kosmetik, farmasi dan kedokteran
dibutuhkan oleh sel tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup tetapi bahan-
bahan tersebut tidak diproduksi oleh sel itu sendiri, melainkan didatangkan dari luar sel.
Ditinjau dari asalnya, faktor pertumbuhan dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
2. Hormon yaitu senyawa yang dihasilkan dalam tubuh tumbuhan, yang paling
terlibat dalam pertumbuhan batang, giberellin juga merupakan perangsang utama pada
pertumbuhan akar, tunas, kecambah dan bunga. Pemberian giberellin dalam dosis rendah
karbohidrat dan aspek fisiologi lainnya. Giberellin mempunyai peran dalam mendukung
kambium dan mendukung pembentukan RNA baru serta sintesis protein. Mekanisme
Menurut Widyastuti dan Tjokrokusumo (2004), saat ini telah banyak ditemukan
hormon tanaman. Semua hormon tanaman sintetik atau senyawa sintetik yang
mempunyai sifat fisiologis dan biokimia yang serupa dengan hormon tanaman disebut
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Hormon tanaman dan ZPT pada umumnya mendorong
14
1. Fitohormon atau hormon tanaman adalah senyawa organik bukan nutrisi yang
aktif dalam jumlah kecil (< 1mM) yang disintesis pada bagian tertentu, pada
2. Zat Pengatur Tumbuh adalah senyawa organik bukan nutrisi yang dalam kon-
Sel tumbuhan dibatasi oleh dua lapis pembatas yang sangat berbeda komposisi
dan strukturnya yaitu dinding sel dan membran sel. Dinding sel tersusun dari dua lapis
senyawa selulosa dan diantara keduanya terdapat rongga yang dinamakan lamela tengah
yang berisi zat-zat penguat seperti lignin, chitine, pektin dan suberine. Oleh karena itu,
dinding sel dapat memberi kekakuan dan bentuk pada sel. Pada dinding sel juga terdapat
celah yang disebut plasmodesmata yang berfungsi sebagai saluran sel dan dapat dilalui
15
oleh molekul dengan berat 1000 dalton seperti hormon. Membran sel tersusun dari
senyawa lipoprotein yaitu gabungan dari senyawa lemak khususnya fosfolipid dan
protein. Membran sel terdiri dari dua lapis fosfolipid. Lapis pertama dengan asam lemak
(bagian ekor) mengarah kedalam dan bersifat hidrofobik (non polar) sedangkan lapis
kedua dengan protein (bagian kepala) bersifat hidrofilik (polar) dan mengarah keluar.
Oleh karena itu membran sel bersifat selektif permeabel yang berarti hanya dapat
dilewati oleh molekul tertentu saja. Fungsi dari membran sel adalah mengatur
transportasi zat yang masuk dan keluar dari sel (Anonymous dalam
hhtp://www.lablink.co.id, 2001).
Proses transportasi pada membran sel tumbuhan baik pasif maupun aktif
dipengaruhi oleh polaritas molekul yang akan diserap, perbedaan konsentrasi, suhu,
fluiditas inti hidrofobik maupun aktivitas protein pengangkutnya. Air, gas maupun
molekul hidrofobik (polar) seperti hormon dapat melewati membran secara transpor
pasif. Ion dan molekul polar yang tidak bermuatan harus dibantu oleh protein
pengangkut untuk dapat melalui membran sehingga prosesnya disebut difusi terbantu
Pada dasarnya transpor pasif hampir sama dengan difusi biasa, yaitu berlangsung
dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Perbedaan terletak pada adanya
senyawa yang terdapat dalam membran yang berfungsi mengikat molekul kemudian
diangkut ke pihak lain dan dilepaskan lagi dalam benuk senyawa semula. Senyawa yang
mengangkut zat yang berdifusi dinamakan pengangkut, biasanya berupa protein yang
bekerja secara spesifik dengan memiliki bagian khas untuk berikatan dengan zat yang
konsentrasi tertentu. Ini berarti bahwa pada konsentrasi yang lebih besar lagi,
kecepatan awal difusi tidak bertambah besar. Sedangkan pada difusi biasa,
konsentrasi yang sama, kecepatan awal transport pasif lebih besar daripada difusi
senyawa lagi.
2. Proses difusi atau transpor pasif ini mempunyai kekhasan bagi zat yang
sistem transpor pada membran sel hewan lebih aktif terhadap L-asam amino
17
anggapan bahwa pada molekul pengangkut terdapat bagian yang khas untuk
berikatan dengan zat yang diangkut berdifusi. Hal ini analog dengan
3. Transpor pasif dapat dihambat secara khas. Apabila terdapat zat yang strukturnya
mirip dengan zat yang berdifusi, maka ada kemungkinan terjadi hambatan. Zat
sehingga bagian yang khas terpakai oleh inhibitor. Dengan demikian tidak terjadi
yang diperoleh dari dalam sel yang berasal dari molekul ATP. Energi ini diperlukan oleh
protein pengangkut untuk bekerja. Contoh dari transpor aktif adalah pertukaran ion (ion
exchange) antara Na+ dan K+ yang berperan dalam menjaga keseimbangan tekanan
1. Zat (A) masuk ke dalam membran dari luar, kemudian didalam membran terjadi
proses kimia seperti fosforilasi, tetapi kembali seperti keadaan semula (A) pada
waktu masuk ke dalam sel. Reaksi fosforilasi melibatkan ATP sebagai sumber
energi dan gugus fosfat yang diikat pada molekul A akan dilepas lagi sebagai
Perubahan ini menggunakan energi dari ATP yang berubah menjadi ADP.
Setelah terjadi Xo maka zat A yang masuk ke dalam membran sel bergabung
dengan Xo membentuk komplek AXo. Setelah melalui membran sel maka zat A
dilepaskan dari kompleks AXo dan masuk ke dalam sel, sedangkan bentuk Xo
menggunakan energi.
3. Proses transpor aktif glukosa melalui membran bakteri menunjukkan bahwa gula
setelah berada di bagian dalam sel diubah menjadi derivat fosfat atau
glukosafosfat. Yang berperan sebagai perantara dalam hal ini adalah suatu
protein dengan bobot molekul rendah dan yang mengandung histidin (HPr). Zat
ini tahan terhadap panas, tidak mengandung karbohidrat dan fosfat. Reaksi yang
Dari reaksi tersebut tampak bahwa HPr tidak berperan sebagai pengangkut. Pada
tepi luar membran sel, glukosa membentuk kompleks dengan enzim II (EII glukosa).
Pada tepi bagian dalam membran terjadi reaksi dengan P-HPr dan membentuk glukosa-
Sistem budidaya rumput laut Eucheuma cottonii terdiri dari tiga sistem yaitu
sistem dasar, sistem lepas dasar dan sistem apung. Metode rakit merupakan salah satu
bagian dari sistem apung. Metode ini sering disebut metode rakit kotak, dibentuk dari
20
empat buah bambu yang dirakit sehingga berbentuk persegi panjang dengan ukuran 2,5-
Metode rakit cocok diterapkan untuk lokasi dengan kedalaman waktu surut lebih
dari 60 cm. Cara ini digunakan bila tidak terdapat perairan yang memenuhi syarat untuk
metode lepas dasar. Metode ini juga sering digunakan sebagai perbanyakan bibit
3.1.1 Bahan
Air laut
Aquades
Agrogibb
3.1.2 Alat
Gergaji
Parang
Terpal
Perahu
Dayung
Sarung tangan
Karung
Tali rafia
Termometer
22
Kertas pH
Kaca pembesar
Kertas saring
Oven
Kertas aluminium
Desikator
Timbangan sartorius
Refraktometer
Secchi disk
Botol aqua
Timbangan
Jangkar/pemberat beton
Stopwatch
Meteran kain
Penggaris
Beaker Glass
Kain Lap
Pipet tetes
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yang
pada dasarnya mengadakan percobaan untuk melihat hasil. Hasil percobaan akan
sebab akibat dengan cara mengabaikan perlakuan tertentu pada kelompok eksperimen
(Nazir, 1988). Teknik pengambilan data dilakukan secara pengamatan. Data diperoleh
Y = µ + R + α + β + α,β + ε
R = pengaruh kelompok
ε = galat percobaan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial pada penelitian ini terdiri dari dua
parameter yang diukur (variabel tak bebas) digunakan analisa keragaman uji F. Apabila
nilai F berbeda sangat nyata dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil). Untuk
perlakuan yang memberikan respon terbaik pada taraf 0,05 dengan derajat kepercayaan
95%. Untuk mengetahui hubungan antara perlakuan dengan hasil yang dipengaruhi,
digunakan analisa regresi yang bertujuan untuk menentukan sifat dan fungsi regresi yang
(Gaspersz, 1991).
25
A. Pembuatan Rakit
dilapangan. Metode ini lebih sederhana dan mudah untuk diterapkan di perairan
yang memiliki kedalaman waktu surut terendah lebih dari 60 cm sampai perairan
• Disiapkan potongan bambu berdiameter 8-12 cm dengan panjang 5 dan 3,5 meter
serta potongan bambu penyiku berdiameter 5-10 cm. Disiapkan pula tali pengikat
bambu berdiameter 6 mm, tali ris berdiameter 4 mm, tali jangkar berdiameter 12-
dilakukan pengikatan. Untuk memperkuat rakit disetiap sudut dipasang siku dari
potongan bambu.
panjang dengan posisi bambu untuk dipasang tali ris berada dibagian bawah agar
thallus agak tenggelam pada saat ditanam. Pada bagian tengah rakit juga
dipasangi bambu pada sisi bambu rakit yang tenggelam sebagai penyeimbang.
• Jangkar dipasang pada sisi bambu yang tenggelam serta bambu bagian tengah
dengan panjang tali jangkar antara 2,5-3 kali kedalaman perairan. Kemudian
rakit ditarik pada posisi lokasi yang diinginkan dengan menggunakan perahu
motor.
26
seperti jalur lalu lintas nelayan maupun lahan rakit milik petani yang lain.
• Rumput laut untuk keperluan pembibitan ditanam pada rakit dengan jarak tanam
umur yang diinginkan, sehingga diharapkan dapat ditanam secara serentak pada
• Bibit kemudian direndam dalam larutan ZPT Agrogibb dengan dosis 0,0549 ml/l
selama 2,5 jam sesuai dengan perlakuan masing-masing yaitu 1 kali, 2 kali, 3
yakni menggunakan perbandingan rasio 1 liter : 100 gram bibit. Interval untuk
waktu perendaman dilakukan pada pagi hari untuk mencegah terjadinya fluktuasi
B. Penanaman Bibit
• Bibit rumput laut dipisahkan menurut kombinasi perlakuan dan diberi kode
sebagai penanda.
• Kotoran, lumut dan teritip yang menempel pada rakit dibersihkan terlebih dahulu
dengan menggunakan parang. Bibit rumput laut kemudian ditanam pada rakit
• Kotoran dan lumut yang menempel pada rumput laut dibersihkan setiap hari
menimbang berat rumput laut beserta tali kemudian dikurangi berat tali.
perendaman Agrogibb.
awal, tengah dan akhir penelitian dengan menggunakan sampling sebanyak 30%
A. Variabel Berat
(
α = Wn Wo ) - 1 x 100 %
B. Variabel Volume
(
α = Vn Vo ) - 1 x 100 %
C. Jumlah Tunas
Jumlah tunas dihitung dengan melakukan sampling sebanyak 30% dari setiap
B. Kecerahan Air
secchi). Piringan secchi diturunkan secara perlahan kedalam air hingga didapat
batas tidak nampak dari permukaan (H0) kemudian diangkat kembali hingga
didapat batas pertama kali tampak (H1). Hasil kemudian dirata-rata untuk
C. Salinitas
diteropong menghadap sinar hingga didapatkan nilai salinitas yang tertera pada
skala.
D. Suhu
E. Kecepatan Arus
mengikuti arah arus hingga mencapai suatu jarak pada waktu tertentu. Kecepatan
Cara pengukuran Total Suspended Solid menurut Greenberg et.al. (1990) adalah
sebagai berikut :
dalam oven dengan suhu 103-1050C selama 1 jam kemudian disimpan dalam
• Proses diatas diulangi kembali hingga didapatkan berat kertas saring konstan
atau hingga berat yang hilang mencapai kurang dari 0,5 mg pada beberapa kali
• Kertas saring dibasahi dengan aquadest secukupnya. Air sampel sebanyak 1 liter
(C) dilewatkan pada kertas saring. Kertas saring dan residunya (A) dikeringkan
dalam oven pada suhu 103-1050C selama 1 jam kemudian didinginkan dalam
desikator hingga suhu dan beratnya stabil. Proses tersebut diulangi hingga
didapatkan berat kertas saring dan residu konstan atau kehilangan berat pada
kertas saring dan residu mencapai kurang dari 4% dari berat sebelumnya.
TSS (mg/L) =
( A − B )x1000
C
Dimana : TSS = Total Suspended Solid (mg/L)
A = Berat kertas saring dan residu kering (mg)
B = Berat kertas saring awal (mg)
C = Volume air sampel (ml)
31
4 HASIL PENELITIAN
Bibit yang digunakan dalam penelitian berasal dari lokasi setempat dan diperoleh
dari hasil berkebun (patok dasar). Penanaman lanjutan untuk memperoleh umur bibit
yang berbeda serta perbanyakan stok dilakukan pada media rakit berukuran 10x10 m
sebanyak 1 buah dengan interval penanaman 5 hari untuk setiap perlakuan. Total waktu
jumlah total mencapai 1,5 kw. Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 25 cm dan
Gambar 9. Sketsa Penanaman Lanjutan Untuk Pembuatan Umur Bibit Yang Berbeda
dan Perbanyakan Stok
Secara umum bibit yang dihasilkan dengan media rakit mempunyai bentuk
thallus yang relatif besar dibandingkan dengan bibit dari hasil berkebun (patok dasar).
Bentuk thallus terbesar didapatkan pada umur 40 hari dan semakin mengecil seiring
penurunan umur. Warna thallus didominasi kuning kecoklatan sementara tekstur agak
rapuh dan mudah patah. Tunas terlihat sebagai tonjolan berwarna putih dan tersebar
4.2 Perendaman Bibit Rumput Laut Eucheuma cottonii Dengan ZPT Agrogibb
Perendaman bibit rumput laut menggunakan ZPT Agrogibb dengan dosis 0.0549
ml/liter selama 2,5 jam. Rasio berat yang digunakan adalah 1 liter : 100 gram. Penentuan
dosis disesuaikan dengan berat bibit rumput laut dan volume perendaman seperti tertera
sel-sel atau jaringan. Proses tumbuh dan diferensiasi terdiri dari pembentukan atau
penambahan massa sel yang belum berdiferensiasi maupun regenerasi dari massa sel
yang belum berdiferensiasi tersebut menjadi jaringan lengkap (Winata, 1992 dalam
Nirmala, 2004 ). Hal ini berarti bahwa semakin besar suatu tanaman maka semakin besar
pula massa sel penyusunnya. Oleh karena itu perhitungan rasio berat dalam perendaman
bibit menggunakan ZPT Agrogibb merupakan penyesuaian terhadap massa sel yang
terlibat dalam aktifitas transportasi hormon ke dalam sel tumbuhan. Transportasi yang
dimaksud dalam hal ini berupa proses transpor melalui dinding dan membran sel
tumbuhan.
thallus mengalami perubahan dari semula kuning kecoklatan menjadi coklat kehitaman.
Menurut Soegiarto (1978), perubahan warna dapat terjadi karena pengaruh lingkungan
33
yang berubah, dimana perubahan tersebut merupakan modifikasi dari bentuk dan sifat
luar (fenotip).
Bibit rumput laut yang telah direndam kemudian ditanam pada media rakit secara
serentak dengan jarak tanam 25 cm dan jarak antar tali ris 20 cm seperti ditunjukkan
Gambar 10. Penanaman Bibit Rumput Laut Eucheuma cottonii Pada Media Rakit
Jarak tanam berhubungan dengan lalu lintas pergerakan air yang membawa unsur
hara sehingga proses fotosintesis yang diperlukan untuk pertumbuhan rumput laut dapat
berlangsung. Selain itu pergerakan air yang lancar juga mencegah adanya fluktuasi yang
besar terhadap salinitas maupun suhu air. Jarak tanam yang ideal tidak boleh kurang dari
Dilanjutkan oleh Harjadi (1990) bahwa jarak tanam berpengaruh terhadap ruang
tumbuh, cahaya yang diterima, tingkat persaingan untuk memperoleh zat makanan baik
makro maupun mikro serta faktor-faktor pertumbuhan lainnya sehingga jarak tanam juga
Dari hasil pengukuran berat rumput laut yang dilakukan setiap minggu sekali
selama 30 hari masa tanam (Lampiran 1 dan 2), didapatkan nilai rata-rata dari laju
Tabel 5. Data Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Variabel
Berat (%)
Umur Frekuensi Perendaman Total Rata-rata
K a b c d
A 17.8819 28.5858 19.9317 28.9563 22.6177 117.9734 7.8649
B 20.5360 30.2717 29.5086 30.6033 30.9716 141.8912 9.4594
C 25.6982 25.6591 10.0859 25.9219 23.2645 110.6296 7.7115
D 16.9761 18.0002 17.7128 22.3464 17.0713 92.1068 6.1405
E 21.6751 11.1814 18.7104 16.2766 15.6295 83.4730 7.6248
Total 102.7673 113.6982 95.9494 124.1045 109.5546 546.074
Rata 6.8512 7.6331 6.4447 8.3511 7.3781
Tabel 6. Daftar Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii
Berdasarkan Variabel Berat
umur dan frekuensi perendaman lebih besar dibandingkan dengan F1% dan F5%,
sehingga didapatkan hasil highly significant yang artinya perbedaan lokasi penanaman,
35
perbedaan umur serta frekuensi perendaman rumput laut memberikan pengaruh yang
berbeda sangat nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT seperti terdapat pada tabel 7 dan
8 dan 9 berikut.
Tabel 7. Daftar Uji BNT Untuk Pengamatan Pengaruh Kelompok Terhadap Laju
Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Variabel Berat
Tabel 8. Daftar Uji BNT Untuk Pengamatan Pengaruh Perlakuan Umur Yang Berbeda
Terhadap Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan
Variabel Berat
Tabel 9. Daftar Uji BNT Untuk Pengamatan Pengaruh Perlakuan Frekuensi Perendaman
Yang Berbeda Terhadap Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii
Berdasarkan Variabel Berat
Dari hasil pengukuran berat rumput laut yang dilakukan pada awal, tengah dan
akhir penelitian selama 30 hari masa tanam (Lampiran 9 dan 10), didapatkan nilai rata-
36
rata dari laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii seperti ditunjukkan pada tabel
10 berikut.
Tabel 10. Data Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan
Variabel Volume (%)
Umur Frekuensi Perendaman Total Rata-rata
K a b c d
A 7.8743 23.7411 7.3085 18.1067 9.4498 66.4804 5.9840
B 6.3462 24.2549 20.6032 18.4620 26.5209 96.1872 7.2586
C 19.8310 16.9930 0.0000 20.2003 15.2000 72.2243 5.3216
D 14.8725 13.9512 14.9585 9.7162 13.0696 66.568 5.6931
E 15.5803 3.0907 17.0297 9.9910 13.4468 59.1385 5.1359
Total 64.5043 82.0309 59.8999 76.4762 77.6871 360.598
Rata 5.9047 5.8808 3.9933 5.7553 6.8847
Dari hasil perhitungan statistik (Lampiran 13) didapatkan daftar sidik ragam
Tabel 11. Daftar Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii
Berdasarkan Variabel Volume
dibandingkan dengan F1% dan F5%, sehingga didapatkan hasil non significant yang
artinya perbedaan lokasi penanaman rumput laut, perlakuan umur bibit, perlakuan
Dari hasil pengukuran jumlah tunas rumput laut yang dilakukan pada awal dan
akhir penelitian selama 30 hari masa tanam (Lampiran 14), didapatkan nilai rata-rata
dari jumlah tunas rumput laut Eucheuma cottonii seperti ditunjukkan pada tabel 12.
Dari hasil perhitungan statistik (Lampiran 17) didapatkan daftar sidik ragam
Tabel 13. Daftar Sidik Ragam Jumlah Tunas Rumput Laut Eucheuma cottonii
dibandingkan dengan F1% dan F5%, sehingga didapatkan hasil non significant yang
artinya perbedaan lokasi penanaman rumput laut, perlakuan umur bibit, perlakuan
38
4.6 Pengaruh Umur Bibit dan Frekuensi Perendaman ZPT Agrogibb Terhadap
Laju Pertumbuhan (Variabel Berat)
Secara umum, laju pertumbuhan rumput laut pada penelitian ini mengalami
kenaikan secara signifikan pada hari pertama hingga hari ke-14. Memasuki hari ke-15
laju pertumbuhan mengalami penurunan hingga mencapai kematian pada hari ke-30.
6.0000
5.0000
4.0000
3.0000
Laju Pertumbuhan (%)
2.0000
1.0000
0.0000
-1.0000
-2.0000
-3.0000
-4.0000
-5.0000
A B C D E K1 K2 K3 K4 K5
H7 H14 H21 H30
Dari hasil uji beda nyata terkecil didapatkan bahwa laju pertumbuhan terbaik
didapatkan pada perlakuan umur 25 hari disusul dengan umur 20, 30, 35 dan 40 hari.
Pada gambar 11 terlihat bahwa pola hubungan yang terbentuk antara perlakuan umur
39
yang berbeda terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii adalah
0
Laju Pertumbuhan (%)
20 25 30 35 40
-1
-2
-3
-4
-5
Y = 10.7138 + 0.0369x - 0.0337x2 + 0.0007x3
-6
r = 0.4162
-7
-8
Umur Bibit
Gambar 12. Grafik Persamaan Kubik Hubungan Antara Perlakuan Umur dan Laju
Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii.
perlakuan umur tersebut jaringan meristem primer yang tersedia lebih banyak sehingga
embrio, bagian ujung-ujung muda dari tumbuhan seperti batang atau thallus pada
meliputi :
mitosis (meristematik).
pembelahan.
40
dan merupakan daerah yang mengalami diferensiasi yaitu daerah yang sel-selnya
dihasilkan dari penelitian ini masih berada dibawah ambang batas yang dianggap
faktor eksternal, yang terlihat dari nilai koefisien determinasi (r) sebesar 0.4162.
Faktor eksternal yang berperan terutama kecepatan arus yang rendah serta
adanya parasit berupa lumut sehingga berdampak pada rontoknya thallus. Pada hari ke-
26 hingga hari ke-30 banyak ditemui rumput laut yang mati, ditandai dengan perubahan
warna dari coklat kekuningan menjadi putih serta bentuk thallus yang layu (tekanan
turgor hilang).
Dari hasil uji beda nyata terkecil didapatkan bahwa frekuensi perendaman
terbaik didapatkan pada perlakuan perendaman 3 kali. Pada gambar 14 terlihat bahwa
pola hubungan yang terbentuk antara perlakuan umur yang berbeda terhadap laju
berikut.
2.5
1.5
1
Y = 1.4227 + 2.7150x - 3.7534x2 + 1.5830x3 - 0.2027 x4
r = 0.3980
0.5
0
K a b c d
Frekuensi Perendaman
Gambar 14. Grafik Persamaan Kuartik Hubungan Antara Frekuensi Perendaman dan
Laju Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii.
terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii. Hal tersebut dapat ditinjau
protein Myb sebagai bentuk respon sel terhadap adanya hormon giberellin. Adanya
protein Myb menyebabkan terjadinya pengikatan protein reseptor pada bagian promotor
DNA yang mengkode enzim α-amilase sehingga aktivitas transkripsi RNA berlangsung.
RNA yang dihasilkan (m-RNA) berperan dalam proses translasi asam amino pada
ribosom hingga menyebabkan terbentuk protein spesifik sesuai kode yang diberikan
pada m-RNA (enzim α-amilase). Adapun proses pengikatan dan pelepasan protein pada
promotor DNA sangat erat kaitannya dengan konsentrasi glukosa dalam sel dimana
glukosa berperan sebagai faktor pembatas. Dengan katan lain konsentrasi glukosa
menentukan kapan dimulai dan diakhirinya proses sintesis enzim (Paul, 1992).
perpanjangan pada batang (stem elongation) akibat tercukupinya nutrisi, sehingga pada
akhirnya akan menaikkan berat akhir tanaman. Hal tersebut identik dengan peningkatan
43
jumlah tandan (fruit set) pada tanaman berbuah ataupun percepatan panen (Anonymous
Interaksi antara perlakuan umur dan frekuensi perendaman secara statistik tidak
berbeda nyata. Kendati demikian, bibit rumput laut yang direndam tetap memiliki laju
pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan kontrol seperti disajikan dalam gambar 15.
0
20 25 30 35 40
-2
-4
-6
-8
Umur B ibit
perlakuan umur dengan kontrol pada titik. Artinya hwa bibit rumput laut yang direndam
dengan ZPT Agrogibb memiliki waktu panen lebih cepat hari dibandingkan kontrol.
4.7 Pengaruh Umur Bibit dan Frekuensi Perendaman ZPT Agrogibb Terhadap
Laju Pertumbuhan (Variabel Volume)
Volume adalah besar ruang tiga dimensi yang dimiliki oleh suatu benda. Volume
dapat diukur melalui penggunaan tabung berisi air (tabung limpah). Apabila sebuah
benda dibenamkan ke dalam tabung berisi air maka benda tersebut akan menggeser air
sebesar volume benda itu sendiri. Yang berpengaruh besar dalam proses tersebut adalah
sekunder yakni aktivitas dari jaringan-jaringan meristem sekunder, dalam hal ini
2004).
Secara umum, laju pertumbuhan rumput laut pada variabel volume mengalami
5.8000
5.0000
4.2000
3.4000
Laju Pertumbuhan (%)
2.6000
1.8000
1.0000
0.2000
-0.6000
-1.4000
-2.2000
-3.0000
-3.8000
-4.6000
-5.4000
-6.2000
-7.0000
Aa Ab Ac Ad Ba Bb Bc Bd Ca Cb Cc Cd Da Db Dc Dd
Ea Eb Ec Ed K1 K2 K3 K4 K5
H15 H30
Dari hasil uji beda nyata terkecil didapatkan bahwa perlakuan umur, frekuensi
yang nyata terhadap laju pertumbuhan rumput laut Eucheuma cottonii berdasarkan
berisi sel-sel muda yang aktif membelah sementara konsentrasi auxin tertinggi
Apabila dilihat dari pola pertumbuhan yang dihasilkan maka diduga bahwa
nisbah giberellin dalam sel rumput laut lebih tinggi dibandingan auxin.
jumlah massa sel penyusun thallus sehingga meningkatkan nilai kerapatan sel
yang dnyatakan dengan massa per satuan volume (Godman, 1996). Hal ini
berarti bahwa perlakuan umur 25 hari memiliki kerapatan sel yang lebih tinggi
4.8 Pengaruh Umur Bibit dan Frekuensi Perendaman ZPT Agrogibb Terhadap
Jumlah Tunas
Menurut Godman (1996), tunas adalah suatu struktur kecil menonjol pada batang
yang nantinya akan berkembang menjadi daun atau benda dengan fungsi tertentu.
Merupakan suatu bentuk pertumbuhan menyerupai diri sel induknya dan menjadi sel
baru. Dilanjutkan oleh Nirmala (2004), tunas pada dasarnya merupakan massa sel yang
dinamakan kalus yang telah mengalami regenerasi. Tunas yang tumbuh ke arah samping
46
dinamakan tunas lateral dan biasanya terjadi karena adanya faktor penghambat untuk
tumbuh ke arah atas, biasanya disebabkan oleh adanya pemotongan/stek. Fenomena ini
Dari hasil uji beda nyata terkecil didapatkan bahwa perlakuan umur, frekuensi
yang nyata terhadap pertambahan jumlah tunas rumput laut Eucheuma cottonii. Dari
grafik pada gambar 18 terlihat bahwa jumlah rata-rata tunas selama pengamatan
mengalami penurunan.
1600.0000
1400.0000
1200.0000
Jumlah Tunas
1000.0000
800.0000
600.0000
400.0000
200.0000
0.0000
Aa Ab Ac Ad Ba Bb Bc Bd Ca Cb Cc Cd Da
Db Dc Dd Ea Eb Ec Ed K1 K2 K3 K4 K5
Waktu Pengamatan
H0 H30
Gambar 18. Grafik Laju Pertambahan Tunas Rumput Laut Eucheuma cottonii
Berdasarkan Waktu Pengamatan
akan membebaskan triptofan sebagai bahan dasar penyusun auxin. Giberellin dan auxin
Mekanisme antagonistik antara giberellin dan auxin terjadi karena adanya kompetisi
pada pengikatan tempat di DNA terutama di sekitar gen yang berfungsi dalam
47
auxin lebih rendah dari giberellin namun diduga dalam konsentrasi yang rendah tersebut
sehingga cenderung mendekati basa. Menurut Soeseno (1985) bahwa perairan yang
bersifat basa dapat lebih cepat mendorong proses pembongkaran bahan organik menjadi
garam mineral seperti amonia, nitrat dan fosfat yang akan digunakan oleh tumbuhan air
sebagai makanan. pH ideal untuk menunjang pertumbuhan rumput berkisar antara 7.3-
4.9.2 Kecerahan
dapat menembus ke dalam perairan sampai pada kedalaman tertentu. Dalam budidaya
rumput laut Eucheuma cottonii, kecerahan merupakan salah satu faktor yang penting
bagi pertumbuhan rumput laut karena cahaya matahari yang dibutuhkan dapat diserap
dengan baik jika kondisi perairan jernih. Tetapi apabila kondisi perairan keruh akan
sangat mengganggu pertumbuhan rumput laut karena penetrasi cahaya matahari yang
dibutuhkan untuk fotosintesis menjadi terganggu (Afrianto dan Liviawaty, 1993). Dari
sehingga penetrasi cahaya matahari dianggap masih layak untuk berlangsungnya proses
fotosintesis.
4.9.3 Salinitas
Air laut adalah air murni yang didalamnya terlarut berbagai zat padat dan gas.
didefinisikan sebagai jumlah (gram) zat-zat yang larut dalam satu kilogram air laut,
dengan anggapan bahwa semua karbonat telah diubah menjadi oksida-oksidanya, brom
dan iodium digantikan chlor dan semua bahan organik telah dioksidasi dengan
sempurna.
Menurut Aslan (1998), rumput laut Eucheuma cottonii bersifat euryhalin, hidup
dan tumbuh pada perairan dengan kisaran salinitas yang lebar antara 30-37 promil.
Dilanjutkan oleh Herianti dan Parwati (1988), pada kondisi salinitas yang tinggi air
protoplas yang kehilangan air dan menyusut volumenya sehingga terlepas dari dinding
sel. Dari hasil pengamatan didapatkan nilai kisaran rata-rata salinitas antara 31-33
promil.
4.9.4 Suhu
pertumbuhan rumput laut. Perbedaan suhu yang terlalu besar antara siang dan malam
hari dapat mempengaruhi pertumbuhan. Hal ini sering ditemui pada perairan yang
Menurut Aslan (1998), rumput laut Eucheuma cottonii tumbuh dengan baik pada
kisaran suhu antara 26-33oC tetapi terhambat pada kombinasi suhu rendah dan intensitas
49
rata-rata kisaran 29.67-30oC sehingga dianggap masih layak untuk pertumbuhan rumput
laut.
Arus adalah gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal massa air.
Sistem arus laut dihasilkan oleh daerah angin yang berbeda satu sama lain dan di
masing-masing daerah ini angin secara terus menerus bertiup dengan arah yang tidak
Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa kecepatan arus rata-rata berkisar antara
11.82-19.98 cm/detik. Hal ini mengindikasikan kondisi yang kurang layak untuk
pertumbuhan rumput laut. Menurut Afrianto dan Liviawaty (1993), kecepatan arus yang
dianggap baik untuk pertumbuhan rumput laut berkisar antara 20-40 cm/detik. Arus
yang baik akan membawa nutrisi bagi tumbuhan sehingga kesempatan untuk penyerapan
nutrisi dan proses fotosintesis tidak terganggu. Arus yang kurang dari kisaran tersebut
Kekeruhan adalah suatu ukuran biasan cahaya didalam air yang disebabkan oleh
Dari hasil pengamatan didapatkan nilai rata-rata Total Suspended Solid berkisar
antara
50
51
5.1 Kesimpulan
Dari data hasil penelitian, hasil perhitungan data dan hasil analisa data penelitian,
1. Umur bibit yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap laju pertumbuhan
2. Dari hasil analisa regresi antara perlakuan kontrol umur dengan laju
mempercepat pemanenan.
thallus
Eucheuma cottonii.
salinitas (31-33 promil) dan suhu (29.67-30oC) masih layak untuk pertumbuhan
5.2 Saran
2. Umur bibit dan frekuensi perendaman yang disarankan untuk memberikan hasil
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, S., B. Kurnia dan Istiqomah. 2001. Biologi Rumput Laut. Petunjuk Teknis No.
8. Balai Budidaya Laut Lampung. Lampung. Hal 9-12
Aslan. 1991. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut dan Kerang Darah. Dinas
Perikanan Propinsi Tingkat I Jawa Barat. 12 hal.
Aslan, L.M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. 97 hal.
Greenberg, A.E., R.R. Trussell and L.S. Clesceri. 1990. Standart Methods For The
Examination Of Water And Wastewater. Sixteen Edition. American Public
Health Association. 1268 hal.
54
Herianti, I. dan M.D. Parwati. 1988. Pengaruh Media Kultur Pada Pertumbuhan
Populasi Dunaleila sp. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No.44. Balai Penelitian
Perikanan Laut. Balai Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. 93 hal.
Kimball, J. W. 1983. Biologi. Edisi Kelima Terjemahan. Penerbit Erlangga. Jakarta. 755
hal.
Meiyana, M., Evalawati dan A. Prihaningrum. 2001. Biologi Rumput Laut. Petunjuk
Teknis No. 8. Balai Budidaya Laut Lampung. Lampung. Hal 3-7.
Mubarak, H. et.al. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Departemen Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta. 93 hal.
Nirmala, R. 2003. Pengaruh 2,4 D Dan Kombinasi NAA Dengan Kinetin Terhadap
Pertumbuhan Dan Perkecambahan Kalus Tomat (Lycopersicon esculentum
MILL) Varietas Kemir. http;//www.google.com/search
Sediadi, A. dan U. Budiharjo. 2000. Proyek Sistem Informasi Iptek Nasional Guna
Menunjang Pembangunan. Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI.
Jakarta. 20 hal.
Soelistyo. 1987. Rumput Laut (Algae) Manfaat, Potensi dan Usaha Budidayanya.
Lembaga Oceanologi Nasional. LIPI. Jakarta. 89 hal.
Soeseno, S. 1985. Budidaya Ikan dan Udang Dalam Tambak. PT Gramedia. Jakarta.
51 hal.
Sunaryat, N. Runtuboy dan T.W. Aditya. 2001. Biologi Rumput Laut. Petunjuk Teknis
No. 8. Balai Budidaya Laut Lampung. Lampung. Hal 19-22.
Tim Penulis PS. 2001. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar
Swadaya. Jakarta. 99 hal.
Trisakti, B., U. Hadi dan J. Sari. 2003. Pemanfaatan Data Penginderaan Jauh Untuk
Pengembangan Perikanan dan Pariwisata Wilayah Pesisir Nusa Tenggara
Barat. Unit Instalasi Lingkungan dan Cuaca PPPTPJ. Jakarta.
Lampiran 1. Data Rata-rata Pertambahan Berat Tiap Minggu Rumput Laut Eucheuma
cottonii (Gram) Setiap Minggu Selama 30 Hari Masa Tanam
Perlakuan Pengamatan
I II III
Aa 84.1650 104.5825 87.9175
Ab 69.5850 93.3350 85.0025
Ac 88.3325 100.0000 94.1675
Ad 72.5000 93.7500 76.6675
Ba 73.7500 109.5850 120.4150
Bb 93.3350 98.3325 98.3350
Bc 86.8325 100.0025 96.2525
Bd 87.5800 103.7500 109.5825
Ca 76.2500 96.2500 77.9150
Cb 64.5850 83.7500 67.9150
Cc 77.9150 87.9150 76.6675
Cd 70.8325 82.9175 81.6675
Da 68.3325 90.4150 70.8325
Db 72.5000 81.6675 61.6675
Dc 79.5850 82.6675 76.6675
Dd 81.2525 86.6675 68.3325
Ea 65.0025 75.8325 50.8350
Eb 78.7500 73.3325 55.0000
Ec 72.5000 82.4200 67.5000
Ed 58.3325 67.7525 66.6675
K1 82.9175 77.0825 79.1675
K2 78.3325 77.0825 84.1675
K3 76.0 85.4150 81.2475
K4 72.5000 74.1675 65.8325
K5 70.9175 71.2525 65.0000
57
Perlakuan Pengamatan
I II III
Aa 2.2723 3.6381 2.4042
Ab 0.7657 3.1481 0.6690
Ac 2.5163 3.5150 2.4596
Ad 1.0164 2.7851 1.5816
Ba 1.5765 3.7881 4.2068
Bb 2.9373 2.9794 2.8392
Bc 2.1586 4.2423 3.1777
Bd 2.5102 3.6395 3.5482
Ca 1.7112 3.2096 1.8522
Cb -0.6147 1.8987 0.1428
Cc 1.6920 2.4603 2.6808
Cd 0.7472 3.2988 1.8612
Da 1.0762 2.5263 0.2560
Db 1.0701 1.8512 0.4758
Dc 1.7634 2.2337 1.1366
Dd 0.9056 2.3384 0.2411
Ea 0.4606 1.6101 -1.8714
Eb 1.7709 1.4163 0.5436
Ec -0.3686 2.0977 1.9124
Ed -1.1372 1.8137 1.8842
K1 2.2077 1.9978 0.0447
K2 1.7141 1.5990 1.0032
K3 1.8190 2.3760 2.4905
K4 1.2027 0.3781 1.5512
K5 1.3839 2.4121 1.0870
58
2.5
1.5
0.5
0
0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000 3.0000 3.5000
Rata-rata Data
oleh pola distribusi binomial ataupun disebabkan oleh faktor lain (tidak adanya
2. Data memiliki sifat multiplikatif artinya pengaruh dari kombinasi perlakuan tidak
tetap pada kelompok dan pengaruh kelompok tidak tetap pada kombinasi
perlakuan.
seperti diatas yang mempunyai penyimpangan dari sifat-sifat asumsi dasar ANOVA.
Bentuk transformasi yang ideal untuk data diatas adalah transformasi arcsin.
59
Perlakuan Pengamatan
I II III
Aa 8.6699 10.9959 8.9200
Ab 5.0201 10.2200 4.6916
Ac 9.1273 10.8060 9.0230
Ad 5.7862 9.6068 7.2247
Ba 7.2130 11.2231 11.8356
Bb 9.8684 9.9396 9.7006
Bc 8.4486 11.8862 10.2685
Bd 9.1161 10.9980 10.8575
Ca 7.5166 10.3205 7.8220
Cb 0.0001 7.9202 2.1657
Cc 7.4740 9.0243 9.4236
Cd 4.9589 10.4645 7.8411
Da 5.9546 9.1456 2.900
Db 5.9376 7.8199 3.9553
Dc 7.6310 8.5954 6.1200
Dd 5.4607 8.7961 2.8145
Ea 3.8915 7.2899 0.0011
Eb 7.6473 6.8349 4.2282
Ec 0.0000 8.3277 7.9489
Ed 0.0004 7.7398 7.8897
K1 8.5448 8.1256 1.2115
K2 7.5230 7.2646 5.7484
K3 7.7511 8.8671 9.0800
K4 6.2962 3.5253 7.1546
K5 6.7559 8.9347 5.9845
60
(G ) 2 (546.0740)2
Faktor Koreksi (FK) = = = 4199.9551
n 21 * 3 + 2 * 4
2 2 2 2
JK Total = (8.669) + (10.9959) + (8.9200
- ) + ........ + (5.9845) - FK
= 4587.3608 - 4199.9551
= 387.4057
2 2 2 2
JK Perl. Kombinasi = 28.5858 + 19.9317 + ... + 10.0859 + ... + 21.6751 - FK
3 3 2 3
= 4387.1326 - 4199.9551 = 187.1775
61
Lampiran 5. (Lanjutan)
156.59282 224.67172 164.80952
JK Kelompok = + + - FK
22 25 24
= 4265.4568 - 4199.9551 = 65.5017
= 90.531
= 42.5270
= 54.1195
= 134.7265
62
Lampiran 5. (Lanjutan)
SED = 1 1 = 1 1 = 0.7752
2KTAcak( + ) 2 * 2.8068( + )
15 14 15 14
Lampiran 5. (Lanjutan)
SED = 1 1 = 1 1 = 0.8420
2KTAcak( + ) 2 * 2.8068( + )
15 12 15 12
Perlakuan C-E
SED = 1 1 = 1 1 = 0.8688
2KTAcak( + ) 2 * 2.8068( + )
14 12 14 12
Perlakuan terbaik : B – A – C – E - D
SED = 1 1 = 1 1 = 0.8019
2KTAcak( + ) 2 * 2.8068( + )
14 14 14 14
64
Lampiran 5. (Lanjutan)
Regresi Linier
Tabel Regresi
X Y X2 X3 X4 XY X2Y
20 1.8725 400 8000 160000 37.4500 749
25 2.7010 625 15625 390625 67.5250 1688.1250
30 1.8006 900 27000 810000 54.0180 1620.5400
35 1.1442 1225 42875 1500625 40.0470 1401.6450
40 1.7605 1600 64000 2560000 70.4200 2816.8000
150 9.2788 4750 157500 5421250 269.4600 8276.1100
Bentuk Persamaan : Y = a + bx
∑Y = na + b∑X
Lampiran 6. (Lanjutan)
278.3640 = 4500b
269.4600 = 4750b -
8.9040 = -250b
b = -0.0356 ……………………(3)
a = 2.9242
Nilai X Nilai Y
20 2.2122
25 2.0342
30 1.8562
35 1.6782
40 1.5002
94.0662
R2 = = 0.4111
94.0662 + 134.7265
r = √0.4111 = 0.6412
Regresi Kubik
X Y X2 X3 X4 X5 X6 XY X2Y X3Y
20 1.8725 400 8000 160000 3200000 64000000 37.4500 749 14980
25 2.7010 625 15625 390625 9765625 244140625 67.5250 1688.1250 42203.125
30 1.8006 900 27000 810000 24300000 729000000 54.0180 1620.5400 48616.2
35 1.1442 1225 42875 1500625 52521875 1838265625 40.0470 1401.6450 49057.575
40 1.7605 1600 64000 2560000 102400000 4096000000 70.4200 2816.8000 112672
150 9.2788 4750 157500 5421250 192187500.0000 6971406250.0000 269.4600 8276.1100 267528.9
Lampiran 6. (Lanjutan)
didapatkan
Lampiran 6. (Lanjutan)
didapatkan
Didapatkan
didapatkan
-141040035126393750000 = 11268427569064453125000000d
14920954762500000 = 11479533201852539062500000d -
-141025114171631250000 = -211105632788085937500000d
d = 0.0007
Dari (7)
c = -0.0337
69
Lampiran 6. (Lanjutan)
didapatkan
1773.114 = 4500b
1782.335 = 4750b -
-9.221 = - 250b
b = 0.0369
Dari (1)
a = 10.7138
Nilai X Nilai Y
20 -7.1420
25 1.5113
30 0.3908
35 0.7353
40 -7.644
x =
0 = -0.0674 + 0.0042x
70
Lampiran 6. (Lanjutan)
x = 16.0476
Tabel Regresi
Lampiran 7. (Lanjutan)
didapat
Lampiran 7. (Lanjutan)
didapat
didapat
didapat
Lampiran 7. (Lanjutan)
didapat
didapat
didapat
4319735325.048 = - 390190919040e
4926464779.824 = - 393184834560e -
-606729454.776 = 2993915520e
e = -0.2027
75
Lampiran 7. (Lanjutan)
d = 1.5830
c = -3.7534
b = 2.7150
a = 1.4227
Nilai X Nilai Y
0 1.4227
1 1.7646
2 1.2599
3 2.1094
4 1.6491
R2 = 25.3636 = 0.1584
25.3636 + 134.7265
r = √0.1584 = 0.3980
x =
76
Lampiran 7. (Lanjutan)
x =
Regresi Kubik
X Y X2 X3 X4 X5 X6 XY X2Y X3Y
20 1.0784 400 8000 160000 3200000 64000000 21.5680 431.3600 8627.2000
25 1.42060 625 15625 390625 9765625 244140625 35.5150 887.8750 22196.8750
30 2.2186 900 27000 810000 24300000 729000000 66.5580 1996.7400 59902.2000
35 0.9722 1225 42875 1500625 52521875 1838265625 34.0270 1190.9450 41683.0750
40 1.5817 1600 64000 2560000 102400000 4096000000 63.2680 2530.7200 101228.8000
150 7.2715 4750 157500 5421250 192187500.0000 6971406250.0000 220.9360 7037.6400 233638.1500
Lampiran 8. (Lanjutan)
didapatkan
Lampiran 8. (Lanjutan)
didapatkan
Didapatkan
didapatkan
-1550225785415568750 = 11268427569064453125000000d
-148953213710156250 = 11479533201852539062500000d -
-1401272571705412500 = -211105632788085937500000d
d = 6.6378
Dari (7)
c = -313.9635
80
Lampiran 8. (Lanjutan)
didapatkan
13376411.895 = 4500b
13464306.811 = 4750b -
-87894.916 = - 250b
b = 351.5797
Dari (1)
a = 78628.6883
Nilai X Nilai Y
20 1.6069
25 0.0554
30 -0.4411
35 0.6424
40 3.8309
x =
Lampiran 8. (Lanjutan)
0 = -0.0628 + 0.0042x
x = 14.9524
Perlakuan Pengamatan
I II III
Aa 70.0000 95.0000 60.0000
Ab 47.5000 72.5000 40.0000
Ac 75.0000 70.0000 55.0000
Ad 47.5000 67.5000 50.0000
Ba 10.0000 20.0000 35.0000
Bb 25.0000 27.5000 12.5000
Bc 45.0000 37.5000 25.0000
Bd 57.5000 80.0000 30.0000
Ca 25.0000 27.5000 10.0000
Cb 8.0000 25.0000 8.0000
Cc 12.5000 22.5000 10.0000
Cd 17.5000 10.0000 12.5000
Da 10.0000 25.0000 27.5000
Db 32.5000 20.0000 12.5000
Dc 12.5000 20.0000 15.0000
Dd 12.5000 30.0000 22.5000
Ea 22.5000 25.0000 10.0000
Eb 20.0000 10.0000 7.5000
Ec 18.0000 20.0000 20.0000
Ed 8.0000 7.5000 15.0000
K1 65.0000 55.0000 40.0000
K2 30.0000 20.0000 15.0000
K3 12.5000 17.5000 12.5000
K4 15.0000 8.0000 15.0000
K5 20.0000 17.5000 7.5000
83
Perlakuan Pengamatan
I II III
Aa 1.8971 2.9943 1.0423
Ab -1.2887 1.6183 -2.3230
Ac 1.8755 1.8558 0.1762
Ad -0.8101 1.8166 0.0884
Ba 0.2288 3.8315 3.1512
Bb 1.2240 1.8888 1.2240
Bc 0.1082 3.1512 1.2240
Bd 2.0983 2.6361 2.3659
Ca 1.2240 1.8888 0.2288
Cb -2.3230 -0.6123 -2.3230
Cc 1.2240 0.7597 2.3659
Cd -0.8870 2.3659 1.2240
Da 0.2288 1.3707 0.6118
Db 1.5923 0.2288 0.7498
Dc 1.3707 0.2726 -0.0648
Dd 1.3707 1.2218 -1.0192
Ea -0.3691 0.2907 -1.7977
Eb 1.7330 0.2288 1.3707
Ec -2.8497 0.2288 1.5923
Ed -2.3230 1.3707 1.3707
K1 1.5923 0.0119 -2.5589
K2 1.2218 -0.3561 -0.0648
K3 1.2240 1.0618 1.7330
K4 2.0093 -2.3230 1.3707
K5 0.2288 1.1348 1.3707
84
4.5
4
Rentang/Selisih Data Max-Min
3.5
2.5
1.5
0.5
0
-1.5000 -1.0000 -0.5000 0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000 3.0000
Rata-rata Data
oleh pola distribusi binomial ataupun disebabkan oleh faktor lain (tidak adanya
4. Data memiliki sifat multiplikatif artinya pengaruh dari kombinasi perlakuan tidak
tetap pada kelompok dan pengaruh kelompok tidak tetap pada kombinasi
perlakuan.
seperti diatas yang mempunyai penyimpangan dari sifat-sifat asumsi dasar ANOVA.
Bentuk transformasi yang ideal untuk data diatas adalah transformasi arcsin.
85
Perlakuan Pengamatan
I II III
Aa 7.9168 9.9646 5.8597
Ab - 7.3085 -
Ac 7.8713 7.8296 2.4058
Ad - 7.7460 1.7038
Ba 2.7417 11.2881 10.2251
Bb 6.3519 7.8994 6.3519
Bc 1.8850 10.2251 6.3519
Bd 8.3289 9.3439 8.8481
Ca 6.3519 7.8994 2.7417
Cb - - -
Cc 6.3519 5.0003 8.8481
Cd - 8.8481 6.3519
Da 2.7417 6.7234 4.4861
Db 7.2493 2.7417 4.9675
Dc 6.7234 2.9928 -
Dd 6.7234 6.3462 -
Ea - 3.0907 -
Eb 7.5646 2.7417 6.7234
Ec - 2.7417 7.2493
Ed - 6.7234 6.7234
K1 7.2493 0.6250 -
K2 6.3462 - -
K3 6.3519 5.9145 7.5646
K4 8.1491 - 6.7234
K5 2.7417 6.1152 6.7234
86
Lampiran 13. Perhitungan Statistik (Berdasarkan Variabel Volume) Dari Data Laju
Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Pengamatan
Pada Awal, Tengah dan Akhir Penelitian Selama 30 Hari Masa Tanam
(G ) 2 (360.5984)2
Faktor Koreksi (FK) = n = = 2241.9173
3 *13 + 2 * 8 + 1 * 3
JK Total = (7.2493)2 + (0.6250)2 + (7.9168)2 + ........ + (6.7234)2 - FK
= 2574.9155 - 2241.9173
= 332.9982
2 2 2 2
JK Perl. Kombinasi = 7.8743 + 23.7411 + 7.3085 + .... + 13.4468 - FK
2 3 1 2
= 2341.1759 - 2241.9173 = 99.2586
87
18 22 18
= 2242.7703 - 2241.9173 = 0.8530
11 13 11 12 11
= 2274.9068 - 2241.9173
= 32.9895
= 11.3135
= 54.9556
= 232.8866
88
Lampiran 14. Data Rata-rata Jumlah Tunas Rumput Laut Eucheuma cottonii
Berdasarkan Pengamatan Pada Awal dan Akhir Penelitian Selama 30
Hari Masa Tanam
Perlakuan Kelompok
I II III
Aa 910.0000 870.0000 617.5000
Ab 377.5000 285.0000 301.5000
Ac 402.5000 697.5000 478.5000
Ad 288.0000 747.5000 209.6150
Ba 605.0000 760.5700 875.0000
Bb 500.0000 660.0000 431.0000
Bc 158.1300 360.0000 414.0000
Bd 562.5000 315.0000 478.0000
Ca 760.0000 425.5100 437.6900
Cb 487.5000 117.5400 455.0000
Cc 360.7200 311.3100 0.7200
Cd 512.5000 0.7500 675.0000
Da 270.5400 738.0000 570.5700
Db 572.5000 332.5000 240.0000
Dc 495.6600 840.0000 136.5100
Dd 780.0000 460.6000 160.9600
Ea 225.5400 440.0000 231.6300
Eb 760.0000 449.0000 0.8100
Ec 429.0000 614.0000 210.0000
Ed 150.9000 420.0000 360.0000
K1 526.5000 286.5000 420.0000
K2 333.0000 356.0000 372.0000
K3 667.5000 443.0000 315.0000
K4 657.5000 346.5000 137.5000
K5 635.0000 278.5000 167.5000
90
800
700
600
Rentang/Selisih Data Max-Min
500
400
300
200
100
0
0.0000 100.0000 200.0000 300.0000 400.0000 500.0000 600.0000 700.0000 800.0000 900.0000 1000.0000
Rata-rata Data
oleh pola distribusi binomial ataupun disebabkan oleh faktor lain (tidak adanya
6. Data memiliki sifat multiplikatif artinya pengaruh dari kombinasi perlakuan tidak
tetap pada kelompok dan pengaruh kelompok tidak tetap pada kombinasi
perlakuan.
Lampiran 16. Transformasi Logaritma Dari Data Jumlah Tunas Rumput Laut
Eucheuma cottonii Berdasarkan Pengamatan Pada Awal dan Akhir
Penelitian Selama 30 Hari Masa Tanam
Perlakuan Pengamatan
I II III
Aa 2.9590 2.9395 2.7906
Ab 2.5769 2.4548 2.4793
Ac 2.6048 2.8435 2.6799
Ad 2.4594 2.8736 2.3214
Ba 2.7818 2.8811 2.9420
Bb 2.6990 2.8195 2.6345
Bc 2.1990 2.5563 2.6170
Bd 2.7501 2.4983 2.6794
Ca 2.8808 2.6289 2.6412
Cb 2.6880 2.0702 2.6580
Cc 2.5572 2.4932 -0.1427
Cd 2.7097 -0.1249 2.8293
Da 2.4322 2.8681 2.7563
Db 2.7578 2.5218 2.3802
Dc 2.6952 2.9243 2.1352
Dd 2.8921 2.6633 2.2067
Ea 2.3532 2.6435 2.3648
Eb 2.8808 2.6522 -0.0915
Ec 2.6325 2.7882 2.3222
Ed 2.1787 2.6232 2.5563
K1 2.7214 2.4571 2.6232
K2 2.5224 2.5514 2.5705
K3 2.8245 2.6464 2.4983
K4 2.8179 2.5397 2.1383
K5 2.8028 2.4448 2.2240
92
Lampiran 17. Perhitungan Statistik Dari Data Rata-rata Jumlah Tunas Rumput Laut
Eucheuma cottonii Berdasarkan Pengamatan Pada Awal dan Akhir
Penelitian Selama 30 Hari Masa Tanam
= 493.2757 - 468.4980
= 24.7777
2 2 2
JK Perl. Kombinasi = (8.6891) + (7.5110) + .... + (7.4716) - FK
3
= 475.2707 - 468.4980 = 6.7727
93
= 1.5025
= 1.9570
= 1.2188
= 3.5969
= 16.5025
94
Pembuatan Rakit
Kelompok I Kelompok II
Kelompok III
Penempatan Rakit
96
Lampiran 23. Peta Sebaran Kecerahan Di Wilayah Perairan Nusa Tenggara Barat
(Trisakti et.al., 2003).
101
Lampiran 24. Jenis Jenis Rumput Laut Kelas Rhodophyceae Yang Termasuk
Ekonomis Penting (Sumber : http:\\www.iptek.net.id, 2004)
Lampiran 25. Hasil Pengamatan Laju Pertumbuhan Dari Percobaan Rumput Laut
Dengan Metode Rakit Pada Beberapa Lokasi Di Indonesia (Sumber :
Tim Penulis PS, 2001)
Lampiran 26. Persyaratan Umum Lokasi Budidaya Rumput Laut (Sediadi, 2000)