Você está na página 1de 11

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Sustainability

Ratio pada Bank Umum Swast Nasional Non Devisa Periode


1995-2005

Luciana Spica Almilia, Nanang Shonhadji, Angraini


STIE Perbanas Surabaya
Email: almilia_spica@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini betujuan untuk menguji konsistensi model prediksi kinerja keuangan
pada Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa periode 1995-2005. Variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan Bank Umum Swasta Nasional
Non Devisa yang diproksikan melalui Financial Sustainability Ratio (FSR). Sampel yang
terpilih dalam penelitian ini dengan metode purposive sampling berjumlah 28 bank umum
swasta nasional non devisa yang terdaftar di direktori Bank Indonesia selama tahun 1995-
2005. Analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan menggunakan metode
stepwise. Pada hasil pengujian konsistensi model prediksi kinerja keuangan pada Bank
Umum Swasta Nasional Non Devisa periode 1995-2005 menunjukkan variabel independen
terdiri dari rasio-rasio keuangan bank dan sensitifitas bank terhadap variabel makro
ekonomi dan terhadap variabel dependen yaitu Financial Sustainability Rasio (FSR)
mengalami perubahan struktural di Indonesia pada Bank Umum Swasta Nasional Non
Devisa selama periode 1995-2005. Sehingga penelitian ini menyimpulkan bahwa model
prediksi kinerja keuangan pada Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa tidak konsisten
pada periode 1995-2005.

Kata kunci: kinerja keuangan, financial sustainability ratio, variable makro ekonomi,
variable mikro ekonomi, kinerja keuangan.

ABSTRACT

This study is aimed to test the consistency of time period model, whether the information
that previously affects today’s performance can be used to predict the performance in the
future, and how the consistency of Indonesia banking financial prediction model formulation
equation in order to detect bank condition and performance in the period of pre-economic crisis
(1995-1996), during economic crisis (1997-1999) or post-economic crisis (2000-2005) is since
bank condition and health is the interest of all relevant parties namely bank owner and
manager, customers, Bank Indonesia in its capacity as the supervisor and builder, and the
government. The samples are Non Foreign Exchange National Private Banks listed in
Indonesian Banking Directory during the period after economic crisis in 1995 – 2005 and
Indonesian Financial Economic Statistics Monthly Statement for economic macro indicator.
The sampling is performed by means of purposive method (purposive sampling). Dependent
Variable in this study is Financial Sustainability Ratio and independent variable in this
study is Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On Assets, Operational Cost
Ratio to Operational Income, Loan to Deposit Ratio, Money Supply Sensitivity, General
Customer Price Index Sensitivity and SBI Interest Rate Sensitivity. The result of this study
shows that model financial sustainability ratio did not have structural stabilization in 1999 –
2005.

Keywords: financial prediction, financial sustainability ratio, macroeconomic variable,


financial performance

42
Almilia: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Sustainability Ratio 43

PENDAHULUAN untuk memprediksi kebangkrutan dini suatu


bank, apabila suatu bank memiliki kondisi
Sejak krisis melanda perekonomian nasional, persentase kredit macet tinggi, dan tidak dapat
berbagai tindakan telah dilakukan bersama oleh mengelola dananya untuk kredit maka bank
pemerintah dan bank Indonesia, dalam rangka tersebut memiliki Financial sustainability ratio
pemulihan kepercayaan masyarakat terhadap rendah, selain itu profitabilitas yang dimiliki juga
perbankan, namun kinerja perbankan belum rendah sehingga dapat berdampak buruk pada
sepenuhnya kembali sebagaimana kondisi kinerja keuangan suatu bank (www.wbln0018.
sebelum krisis. Sehingga kondisi perbankan di worldbank).
Indonesia setelah krisis keuangan, masih Bank umum swasta sasional non devisa
menunjukkan terdapatnya bank-bank yang belum merupakan bank yang belum mempunyai izin
dapat memenuhi ketentuan solvabilitas, per- untuk melaksanakan transaksi seperti bank
modalan likuiditas, profitabilitas maupun standar umum swasta nasional devisa, sehingga tidak
kepatuhan sebagaimana ditetapkan Bank Indone- dapat melaksanakan transaksi seperti halnya
sia (Sri Haryati, 2006). bank umum swasta nasional devisa (transaksi
Berbagai kebijakan Bank Indonesia yang yang dilakukan masih dalam batas-batas negara).
ditetapkan setelah krisis, semuanya bertujuan Menurut Wijaya (1998) dalam Anita dan Rahadian
agar perbankan Indonesia tetap viable dalam (2003) terdapat perbedaan yang signifikan antara
menghadapi segala goncangan internal maupun kinerja bank devisa dan non devisa sebelum krisis
eksternal. Kesehatan maupun kondisi keuangan ekonomi, dimana bank devisa memiliki kinerja
dan non keuangan bank merupakan kepentingan yang lebih baik daripada bank non devisa. Dalam
semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola Peta Keuangan Bank Indonesia Tahun 1997-1999
(manajemen) bank, dan masyarakat pengguna secara umum kinerja bank umum swasta nasional
jasa bank, Bank Indonesia selaku otoritas non devisa tidak sebaik kelompok bank lainnya.
pengawasan bank, serta pihak lainnya. Kondisi Berdasarkan jumlah pendapatan bersih yang
bank tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak diperoleh dan jumlah laba tahun berjalan pada
tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam tahun 1997 bank non devisa menduduki peringkat
menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan ke enam dari enam kelompok bank di Indonesia.
terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen Selain rasio keuangan sensitifitas suatu
resiko (Sri Haryati, 2006). perusahaan terhadap kondisi ekonomi juga
Penilaian kinerja dan pertumbuhan suatu mempengaruhi kinerja perusahaan secara
bank digunakan rasio-rasio keuangan. Rasio-rasio keseluruhan. Hal ini telah dibuktikan secara
keuangan tersebut adalah: (1) Rasio efesiensi empiris oleh beberapa peneliti seperti Tirapat dan
operasional, (2) Rasio kualitas portfolio, dan (3) Nittyagasetwat (1999) menunjukkan bahwa
Rasio kemampuan berkelanjutan. Rasio kemam- semakin tinggi tingkat sensitifitas perusahaan
puan berkelanjutan dapat dikelompokkan men- terhadap inflasi, semakin tinggi pula probabilitas
jadi: (a) kemampuan operasional berkelanjutan/ perusahaan mengalami kondisi kesulitan
operating sustainability, (b) Kemampuan Finansial keuangan dimana variabel makro ekonomi yang
berkelanjutan/financial sustainability. Dari ketiga paling mempengaruhi kondisi kesulitan keuangan
rasio tersebut dapat diketahui bahwa rasio perusahaan yang pada akhirya sampai pada
berkelanjutanlah yang merupakan rasio penentu kondisi bangkrut adalah indeks harga konsumen.
hal ini disebabkan karena dari rasio ini dapat Luciana (2004) juga mengungkapkan bahwa
diketahui sustainability/keberlanjutan dan semakin rendah sensitifitas perusahaan terhadap
tingkat pertumbuhan bank dalam jangka panjang. Indeks Harga Konsumen Umum, Indeks Harga
Salah satu rasio keberlanjutan adalah rasio Saham Gabungan (IHSG) dan money supply maka
keuangan berkelanjutan (Financial Sustainability) semakin besar kemungkinan suatu perusahaan
yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat mengalami delisted dan semakin tinggi sensifitas
pertumbuhan keuangan suatu bank dan juga perusahaan terhadap tingkat suku bunga SBI
dapat digunakan untuk mengetahui apakah bank maka semakin besar kemungkinan perusahaan
tersebut dapat melanjutkan kinerja keuangannya mengalami delisted. Luciana dan Meliza (2003)
atau tidak (Amalia Rizki, 2004). Dengan kata lain, memberikan bukti bahwa sensitifitas perusahaan
Financial Sustainability merupakan hal yang terhadap variabel makro ekonomi dapat
penting untuk mengetahui kemungkinan going digunakan untuk meprediksi kinerja perusahaan
concern bank di masa depan termasuk bank pasca IPO. Dari latar belakang yang telah
umum swasta nasional non devisa yang dijabarkan, maka masalah dalam penelitian ini
merupakan jenis bank paling banyak di Indonesia. dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah
Financial sustainability ratio jugadapat digunakan Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing
44 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 11, NO. 1, MEI 2009: 42-52

Loan (NPL), Return on Assets (ROA), Rasio Penelitian tentang kinerja perbankan telah
Efisiensi (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan dilakukan oleh beberapa peneliti. Robert Cull, Asli
sensitifitas bank terhadap variable makro ekonomi Dermigủç-Kunt dan Jonathan Morduch (2006)
(money supply, indeks harga konsumen umum, menggunakan data laporan keuangan dari 124
dan tingkat suku bunga SBI) dapat digunakan perusahaan di 49 negara dengan periode
untuk memprediksi financial Sustainability ratio pengamatan 1999-2002 yang diperoleh dari
pada Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa Microbanking Bulletin (MBB), dan membuktikan
Periode 1995 - 2005? bahwa meningkatnya tingkat suku bunga
memiliki hubungan dengan peningkatan
FINANCIAL SUSTAINABILITY RATIO kemampuan keuangan peminjam individu dimana
peminjam individu memiliki hubungan positif dan
Agar mendapatkan keuntungan yang tinggi, signifikan dengan indikator profitabilitas. Berbeda
bank harus berusaha melakukan usaha atau dengan penelitian yang dilakukan oleh Anita
kegiatan yang menunjang tingkat pertumbuhan Febriyani dan Rahadian Zulfadin (2003) yang
bank tersebut. Tujuan bank untuk menghasilkan menunjukkan bahwa pada tahun 2000 tidak
keuntungan yang besar adalah untuk mencapai terdapat perbedaan kinerja antara bank devisa
tingkat pengembalian sendiri (Soeksmono dan bank non devisa jika dilihat dari ROA, ROE
1995:103 dalam Amalia Rizky 2004). Hal ini dan LDR. Hasil uji statistik untuk tahun 2001 juga
dikarenakan adanya kerugian-kerugian dari menunjukkan tidak adanya perbedaan kinerja
peminjaman tidak terbayarkan. Artinya bahwa antara bank devisa dengan bank non devisa jika
suatu bank akan beroperasi lebih efektif dan dilihat dari ROA dan ROE. Sedangkan untuk
efisien jika bank itu mampu mempertahankan indikator LDR hasil penelitian menunjukkan
kinerjanya dengan baik dan berusaha mengurangi bahwa terdapat perbedaan kinerja yang cukup
resiko-resiko yang ada (Soeksmono 1995:110 signifikan antara bank devisa dan non devisa.
dalam Amalia Rizky 2004). Penelitian lain yang menganalisa kinerja
Financial Sustainability Ratio adalah rasio keuangan pada industri perbankan di Indonesia
untuk mengukur keberlanjutan suatu bank dari dengan menggunakan rasio CAMEL menunjuk-
segi kinerja bank. Disamping itu juga sebagai kan bukti bahwa rasio yang memiliki perbedaan
target penambahan modal sendiri. Financial signifikan antara Bank-Bank dengan kategori
Sustainability Ratio (FSR) dapat digunakan untuk bermasalah dan tidak bermasalah pada periode
merencanakan tindakan yang harus dilakukan 2000-2002 adalah CAR, APB, NPL, PPAPAP,
pada saat itu juga pada masa yang akan datang. ROA, NIM dan BOP (Luciana Spica Almilia dan
(Amalia Rizky 2004). Financial Sustainability Winny Herdiningtyas 2005). Penelitian lain yang
Ratio (FSR) adalah alat ukur untuk menilai dilakukan oleh Luciana Spica Almilia (2004)
efisiensi suatu lembaga (Soeksmono 1995:103 menyimpulkan bahwa rasio relatif industri
dalam Amalia Rizky 2004) rasio ini digunakan memiliki daya klasifikasi yang lebih baik
untuk mengetahui tingkat pertumbuhan tiap dibandingkan rasio keuangan yang tidak
periodenya sehingga dapat diketahui kinerja dari disesuaikan berdasarkan industri untuk
keuangan bank tersebut untuk melaksanakan memprediksi kondisi financial distress. Hal ini
operasinya atau tidak. menunjukkan bahwa ketika analis keuangan
Financial Sustainability (www.wbln0018. mempertimbangkan informasi tentang industri
worldbank) adalah kemampuan suatu akan memberikan tingkat prediksi yang lebih baik
organisasi untuk membandingkan semua dibandingkan ketika analis keuangan tidak
biaya (biaya keuangan, misalnya beban bunga mempertimbangkan informasi tentang industri
atas pinjaman, dan biaya operasi, misalnya ketika akan memprediksi kondisi financial distress
gaji pegawai, perlengkapan, persediaan) suatu perusahaan.
dengan uang atau pendapatan yang diterima Penelitian lain mencoba untuk menguji
dari kegiatan yang dilakukan (misalnya manfaat untuk rasio keuangan untuk
pendapatan bunga dan pendapatan dari mempredikso tingkat kesehatan dan kinerja
deposito bank). Financial Sustainability perbankan di Indonesia. Penelitian yang dilaku-
terdiri dari dua komponen, yaitu expenses kan bahwa dari 27 variable hanya 16 variable
(beban), dan income (pendapatan). Financial yang merupakan pembeda signifikan tingkat
sustainability dikatakan baik jika nilainya kesehatan BUSN, dari komponen permodalan ada
lebih besar dari 100%, artinya bahwa total empat, komponen kualitas aktiva ada lima dan
pendapatan harus lebih besar dari total biaya komponen profitabilitas ada tujuh. Hasil penelitian
yang dikeluarkan. Sri Haryati (2006) juga menunjukan bahwa semua
variable yang mengukur likuiditas, sensitifitas dan
Almilia: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Sustainability Ratio 45

size bukan variable pembeda yang signifikan dan (ROA) terhadap Financial Sustainability Ratio
dari enam belas variable penelitian hanya sebelas (FSR) adalah positif, artinya semakin tinggi
yang membentuk model prediksi tingkat Return On Asset (ROA) maka semakin baik
kesehatan perbankan yaitu FACR, CPR, NPL, Financial Sustainability Ratio (FSR). Semakin
APB, APYD, LDPK, NIM, ROE, BOPO, OIR dan besar Return On Asset (ROA) suatu bank maka
DSR. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan semakin besar pula tingkat keuntungan yang
oleh Surifah (2002) memberikan bukti bahwa rata- dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi
rata rasio capital, assets, management dan bank tersebut dari segi penggunaan asetnya
liquidity berbeda secara signifikan antara sebelum sehingga kemampuan bank untuk terus going
dan setelah krisis ekonomi dan kebanyakan rasio concern semakin tinggi. Keempat, Loan to Deposit
menunjukan bahwa setelah krisis ekonomi justru Ratio (LDR) berpengaruh negative terhadap
lebih tinggi dibandingkan sebelum krisis. Namun Financial Sustainability Ratio (FSR), artinya
pada aspek earning atau kemampuan perusahaan semakin tinggi nilai Loan to Deposit Ratio (LDR)
memperoleh laba tidak berbeda secara signifikan maka akan semakin rendah Financial
dan mengalami penurunan earning pada periode Sustainability Ratio (FSR) suatu bank. Loan to
setelah krisis. Penelitian lain menunjukkan Deposit Ratio (LDR) yang tinggi mengindikasikan
pentingnya variabel rasio kualitas aktiva produktif semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank
lancar merupakan faktor dominan atau paling yang bersangkutan (jumlah dana yang diperlukan
besar pengaruhnya terhadap Financial untuk membiayai kredit menjadi semakin besar).
Sustainability Ratio pada bank rekap sebagai Hal ini semakin memperburuk financial
sampel penelitian (bank Danamon dan Bank sustainability ratio bank sehingga kinerja
Rakyat Indonesia BRI) dengan periode peng- keuangan suatu bank semakin buruk.
amatan tahun 1999–2003 (Amalia Rizky, 2004) Amalia Rizky (2004) menyebutkan bahwa
Rasio tingkat efisiensi (BOPO) berpengaruh
PENGARUH RASIO KEUANGAN negatif terhadap Financial Sustainability Ratio
TERHADAP FINANCIAL SUSTAINABILITY (FSR) artinya semakin rendah rasio tingkat
RATIO efisiensi (BOPO) maka akan semakin baik
Financial Sustainability Ratio (FSR) suatu bank.
Luciana dan Winny (2005) mengungkapkan Dengan kata lain bank dapat menggunakan
bahwa: pertama, Capital Adequancy Ratio (CAR) faktor-faktor produksinya secara maksimal
mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap dengan manajemen yang baik dan tepat sehingga
kondisi bermasalah pada bank. Artinya semakin dapat meningkatkan kemampuannya untuk going
rendah CAR, kemungkinan bank dalam kondisi concern. Berdasarkan pembahasan sebelumnya,
bermasalah semakin besar. Berdasarkan peneliti- hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
an tersebut maka kemungkinan prediksi Capital adalah:
Adequacy Ratio (CAR) terhadap Financial H1: Variabel rasio Capital Adequacy Ratio (CAR),
Sustainability Ratio adalah positif. Artinya Return On Total Asset (ROA), Rasio Tingkat
semakin tinggi Capital Adequacy Ratio (CAR) Efisiensi (BOPO), Non Performing Loan
maka semakin baik Financial Sustainability Ratio (NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat
(FSR) bank yang bersangkutan. Kedua, Non digunakan untuk memprediksi Financial
Performing Loan (NPL) mempunyai pengaruh sustainability ratio.
tidak signifikan positif. terhadap kondisi
bermasalah pada bank. Artinya semakin tinggi PENGARUH SENSITIVITAS VARIABEL
rasio ini, kemungkinan bank berada dalam kondisi MAKRO EKONOMI TERHADAP FINANCIAL
bermasalah semakin besar. Berdasarkan SUSTAINABILITY RATIO
penelitian tersebut maka kemungkinan prediksi
Non Performing Loan (NPL) terhadap Financial Luciana (2004) membuktikan bahwa:
Sustainability Ratio (FSR) adalah negatif. Artinya pertama, sensitifitas terhadap Money Supply
semakin rendah Non Performing Loan (NPL) (S_M2) mempunyai hubungan negatif dan secara
suatu bank maka semakin baik Financial statistik signifikan dengan probabilitas kondisi
Sustainability Rationya. Ketiga, Return On Asset delisted suatu perusahaan. Artinya semakin
(ROA) mempunyai pengaruh tidak signifikan rendah sensitifitas perusahaan terhadap Money
negatif terhadap kondisi bermasalah pada bank. Supply (M2) maka semakin besar kemungkinan
Artinya semakin rendah Return On Asset (ROA), suatu perusahaan mengalami delisted. Berdasar-
kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah kan penelitian tersebut maka kemungkinan
semakin besar. Berdasarkan penelitian tersebut prediksi sensitifitas terhadap Money Supply
maka kemungkinan prediksi Return On Asset (S_M2) dengan Financial Sustainability Ratio
46 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 11, NO. 1, MEI 2009: 42-52

adalah positif. Artinya semakin tinggi sensitifitas H2 : Sensitifitas variabel makro ekonomi (money
bank terhadap Money Supply (S_M2) maka supply, Indeks Harga Konsumen Umum dan
Financial Sustainability Ratio bank tersebut akan tingkat suku bunga SBI) pada Bank Umum
semakin baik. Hal ini menunjukkan bahwa Non Devisa dapat digunakan untuk
perkembangan jumlah uang yang beredar memprediksi Financial sustainability ratio.
mencerminkan atau seiring dengan perkem-
bangan ekonomi. Biasanya bila perekonomian METODE PENELITIAN
bertumbuh dan berkembang jumlah uang beredar
juga bertambah. Hal tersebut berdampak positif Sampel dalam penelitian ini adalah Bank
bagi profitabilitas bank serta keberlanjutan bank Umum Swasta Nasional Non Devisa yang
di masa yang akan datang. tercantum pada Direktori Perbankan Indonesia
Kedua, sensitifitas terhadap Indeks Harga pada periode pasca krisis ekonomi, yaitu tahun
Konsumen Umum (S_IHKU) mempunyai 1995-2005. Pengambilan sampel menggunakan
hubungan negatif dan secara statistik signifikan cara non-probabilitas (non-probability sampling),
dimana besarnya peluang atau probabilitas
dengan probabilitas kondisi delisted suatu
elemen populasi untuk terpilih sebagai subjek
perusahaan. Artinya semakin rendah sensitifitas
sampel tidak diketahui. Pengambilan sampel
perusahaan terhadap Indeks Harga Konsumen
dilakukan dengan metode sampel bertujuan
Umum (S_IHKU) maka semakin besar
(purposive sampling) berdasarkan pertimbangan
kemungkinan suatu perusahaan mengalami
tertentu (judgement sampling), yaitu suatu metode
delisted. Berdasarkan penelitian tersebut maka pengambilan sampling dengan maksud untuk
kemungkinan prediksi sensitifitas terhadap Indeks tujuan tertentu, yaitu mendapatkan sampel yang
Harga Konsumen Umum (IHKU) terhadap representatif sesuai dengan kriteria yang ditetap-
Financial Sustainability Ratio adalah positif, yang kan dalam penelitian ini, dimana kriterianya
berarti bahwa semakin tinggi sensitifitas bank adalah: 1) Lembaga perbankan yang termasuk
terhadap variabel Indeks Harga Konsumen, maka kelompok Bank Umum Non Devisa, 2) Bank
Financial Sustainability Ratio akan semakin umum non devisa yang mempublikasikan laporan
tinggi. Hal ini dikarenakan kenaikan Indeks keuangannya secara konsisten pada direktori
Harga Konsumen Umum (IHKU) dapat mening- perbankan indonesia tahun 1994-2005 dan tidak
katkan permintaan pinjaman dari masyarakat terkena likuidasi, take over,bank-bank yang
sehingga pendapatan bunga bank juga mengalami dibekukan oleh pemerintah dan 3) Bank–bank
kenaikan. Peningkatan profitabilitas bank dapat yang tidak melakukan merger dengan beberapa
meningkatkan kemampuan going concern bank di bank pada tahun 1994-2005 dan bank-bank yang
masa datang. konsisten menjadi bank non devisa pada tahun
Ketiga, sensitifitas terhadap tingkat suku 1994-2005.
bunga SBI (S_SBI) mempunyai hubungan positif Berdasarkan kriteria diatas, sebagai sampel
dan secara statistik signifikan dengan probabilitas penelitian ini untuk selanjutnya diolah dan di
kondisi delisted suatu perusahaan. Artinya analisis seperti pada Tabel 1.
semakin tinggi sensitifitas perusahaan terhadap
tingkat suku bunga SBI (S_ SBI) maka semakin Tabel 1. Seleksi Sampel
besar kemungkinan suatu perusahaan mengalami Kriteria Pengambilan Sampel Jumlah
delisted. Berdasarkan penelitian tersebut maka Jumlah Bank Umum Swasta Nasional 30
kemungkinan prediksi sensitifitas terhadap Non Devisa tahun 1995-2005
tingkat suku bunga SBI (S_SBI) dengan Financial Pengurangan sampel kriteria 1:
Sustainability Ratio (FSR) adalah negatif. Artinya Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa 0
semakin tinggi sensitifitas bank terhadap tingkat yang terus ada atau eksis dari tahun 1995-
suku bunga SBI (S_SBI) maka tingkat Financial 2005
Sustainability Ratio bank tersebut akan semakin Pengurangan sampel kriteria 2:
buruk karena kenaikan tingkat suku bunga SBI. Memiliki data laporan keuangan tahunan 1
dapat menurunkan perolehan laba perbankan dan dan bulanan yang lengkap dari tahun
meningkatkan potensi kredit macet. Selain itu, 1995-2005
Luciana dan Meliza (2003) memberikan bukti Pengurangan Sampel kriteria 3: 1
bahwa sensitifitas perusahaan terhadap variabel Bank yang bangkrut atau terlikuidasi
makro ekonomi dapat digunakan untuk 28
Jumlah sample penelitian
meprediksi kinerja perusahaan pasca IPO.
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, hipotesis Sumber data dalam penelitian ini adalah data
yang diajukan dalam penelitian ini adalah: sekunder, yaitu data yang diperoleh sudah dalam
Almilia: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Sustainability Ratio 47

bentuk jadi/data yang sudah diolah. Data dari jumlah uang yang beredar pada tiap
sekunder merupakan sumber data penelitian yang akhir periode, yang diukur dengan regresi
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui kumulatif laba bulanan bank.
media perantara (diperoleh dan dicatat pihak lain), g. X7: Sensitifitas Indeks Harga Konsumen
menurut Nur Indriantoro dan Supomo (2002). Umum (IHKU). Angka indeks harga adalah
Data sekunder terdiri atas: 1) Data sekunder angka perbandingan antara harga komoditi
berupa Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum atau kelompok komoditi yang terjadi pada
Swasta Nasional Devisa periode 1995-2005 dan 2) suatu periode waktu dengan periode waktu
Indikator makro ekonomi diambil dari. Laporan yang telah ditentukan. Karena data harga
Bulanan Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia yang digunakan adalah harga konsumen,
Untuk Indikator Makro Ekonomi maka indeks harga yang digunakan adalah
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini indeks harga konsumen. Variabel ini
adalah: kemudian diukur dengan cara regresi
1. Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah kumulatif laba bulanan bank
Financial Sustainability Ratio. Rasio ini h. X8: Sensitifitas Tingkat Suku Bunga SBI.
dihitung dengan membandingkan antara total SBI adalah Surat berharga dalam mata
pendapatan finansial terhadap total biaya uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank
finansial, total biaya operasi, cicilan tertunggak Indonesia sebagai pengakuan utang
dan laba ditahan. Rasio ini digunakan sebagai berjangka waktu pendek. Data SBI yang
indikator terhadap berkelanjutan bank, juga digunakan adalah SBI pada setiap akhir
untuk menilai efisiensi suatu bank. bulan yang kemudian akan disetahunkan.
2. Variabel Independen (Surat Edaran Bank Indonesia No.6/4/DPM
a. X1: Capital Adequacy Ratio (CAR) merupa- 16 February 2004, Perihal : Penerbitan dan
kan rasio kinerja bank untuk mengukur Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia.
kecukupan modal yang dimiliki bank dalam www.bi.go.id). Variabel ini kemudian diukur
menunjang aktiva yang mengandung resiko dengan cara regresi kumulatif laba bulanan
bank.
b. X2: NPL (Non Performing Loan). Rasio ini
menunjukkan bahwa kemampuan manaje-
Untuk menguji konsistensi model prediksi
men bank dalam mengelola kredit ber-
kinerja keuangan dan konsistensi model
masalah yang diberikan oleh bank. Rasio ini
sensitifitas variable makro ekonomi periode pra
dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI
krisis dan pasca krisis, menggunakan pengujian
No 3/30DPNP tgl 14 Desember 2001) :
stabilitas struktural Chow Test. Sebelum dilaku-
c. X3: Return On Asset (ROA) merupakan
kan analisis regresi linier berganda, dilakukan
kemampuan bank untuk memperoleh laba
pengujian asumsi klasik normalitas, multiko-
atas sejumlah asset yang dimiliki oleh bank.
linieritas, outokorelasi dan hetroskedasitas untuk
d. X4: Rasio Biaya Operasional terhadap
masing-masing periode sebelum krisis, krisis dan
Pendapatan Operasional (BOPO), rasio
setelah krisis. Menurut Imam Ghozali (2006)
yang digunakan untuk mengukur tingkat
Chow Test adalah alat untuk menguji test for
efisiensi dan kemampuan bank dalam
equality of coefficients atau uji kesamaan koefisien.
melakukan kegiatan operasionalnya atau
Persamaan regresi sebagai berikut:
menilai kinerja manajemen bank, apakah
• Pra Krisis Ekonomi (1995 - 1996), Saat Krisis
telah menggunakan semua faktor
Ekonomi (1997 – 1999), Pasca Krisis Ekonomi
produksinya dengan efektif.
(2000 – 2005), Keseluruhan Periode Ekonomi
e. X5: Loan to Deposit Ratio (LDR), rasio ini
digunakan untuk mengukur posisi atau Yt = β0 + β1 X1t-1 + β2 X2 t-1+ β3 X3 t-1 - β4 X4 t-1 + β5 X 5 t -1
kemampuan likuiditas bank. LDR + β6 X6t + β7 X7t + β8 X8t + e it
menggambarkan kemampuan bank dalam
Keterangan:
membayar kembali penarikan yang dilaku-
Yt = Financial Sustainability Ratio
kan nasabah deposan dengan mengandal-
X1t-1 = Capital Adequacy Ratio (CAR) tahun
kan kredit yang diberikan sebagai sumber
sebelumnya (t-1)
likuiditasnya.
X2t-1 = Return On Total Assets (ROA) tahun
f. X6: Sensitifitas Money supply (S_M2).
sebelumnya (t-1)
Money supply adalah data yang meng-
X3t-1 = Rasio Tingkat Efisiensi (BOPO) tahun
hitung jumlah uang yang beredar dalam
sebelumnya (t-1)
suatu perekonomian. (www.wikipedia.org).
X4t-1 = Non Performing Loan (NPL) tahun
Dalam penelitian ini kemudian mengguna-
sebelumnya (t-1)
kan variabel money supply yang dilihat
48 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 11, NO. 1, MEI 2009: 42-52

X5t-1 = Loan to Deposit Ratio (LDR) tahun FSR periode saat krisis dan setelah krisis yaitu
sebelumnya (t-1) rata-rata FSR sebelum krisis sebesar 86,03%,
X6t = Sensitifitas bank terhadap money supply periode saat krisis sebesar 77,47%, dan setelah
(S_M2) krisis sebesar 75,86%, karena semakin tinggi rata-
X7t = Sensitifitas bank terhadap Indeks Harga rata FSR menggambarkan bahwa bank tersebut
Konsumen Umum (S_IHK) mempunyai kemampuan bank untuk terus going
X8t = Sensitifitas bank terhadap tingkat suku concern semakin tinggi.
bunga SBI (S_SBI)
β 1......β8 = Koefisien regresi Tabel 2. Rata-Rata Variabel Financial Susta-
eit = Tingkat Kesalahan inability Ratio
PERIODE FSR (%)
Langkah melakukan Uji Chow Test, adalah Sebelum Krisis
sebagai berikut: 1995 86,48
1. Melakukan regresi dengan observasi total 1996 85,58
periode (1995 - 2005) dan dapatkan nilai Rata-rata 86,03
restricted residual sum of squares atau RSSr Saat Krisis
(RSS4) dengan nilai df = (n1+ n2 + n3 - k) 1997 86,53
dimana k adalah jumlah parameter yang 1998 73,92
diestimasi dalam hal ini adalah 8 1999 72,56
2. Melakukan regresi dengan observasi periode Rata-rata 77,67
sebelum krisis (periode 1995-1996) dan Setelah Krisis
dapatkan nilai RSS1 dengan df = (n1- k). 2000 76,45
3. Melakukan regresi dengan observasi periode 2001 74,68
pada saat krisis (periode 1997 -1999) dan 2002 76,33
dapatkan nilai RSS2 dengan df = (n2 - k). 2003 84,77
4. Melakukan regresi dengan observasi periode 2004 76,18
setelah krisis (periode 2000-2005) dan dapat- 2005 66,74
kan nilai RSS3 dengan df = (n3 - k). Rata-rata 75,86
5. Menjumlahkan nilai RSS1, RSS2 dan RSS3 Rata-rata keseluruhan 78,20
untuk mendapatkan apa yang disebut unres-
Berdasarkan data dari tabel 3, menunjukkan
tricted residual sum of squares (RSSur):
bahwa rata-rata kinerja keuangan pada Bank
RSSur = RSS1 + RSS2 + RSS3 dengan df =
Umum Swasta Nasional Non Devisa periode
(n1 + n2 + n3 –3k). setelah krisis (2000-2005) lebih baik daripada rata-
6. Menghitung nilai F test dengan rumus rata kinerja keuangan periode sebelum krisis
(RSSr − RSSur) / k (1995-1996) dan saat krisis (1997-1999) yang
F=
(RSSur) / (n1 + n2 + n3 − 3k) ditunjukan dengan persentasi rata-rata CAR
periode setelah krisis lebih tinggi dari rata-rata
7. Nilai rasio F mengikuti distribusi F dengan k CAR periode sebelum krisis dan saat krisis yaitu
dan (n1 + n2 + n3 – 3k) sebagai df untuk rata-rata CAR setelah krisis sebesar 36,27%,
penyebut maupun pembilang. periode sebelum krisis sebesar 28,47%, dan saat
8. Jika nilai F hitung > F tabel, maka kita krisis sebesar 28,71%, karena semakin tinggi rata-
menolak hipotesis nol dan menyimpulkan rata CAR menggambarkan bahwa bank tersebut
bahwa model regresi periode pra krisis, pada mempunyai tingkat kecukupan modal untuk
saat dan model regresi pasca krisis Ekonomi menunjang aktiva yang mengandung atau
memang berbeda atau dengan kata lain bahwa menghasilkan risiko semakin tinggi sehingga
model prediksi tidak memiliki konsisitensi. kemampuan bank untuk terus going concern
semakin tinggi. Hal ini juga ditunjukkan dengan
ANALISA DAN PEMBAHASAN nilai NPL dan ROA. Nilai NPL periode sebelum
krisis lebih rendah dari rata-rata NPL periode saat
Berdasarkan data pada tabel 2 menunjukkan krisis dan setelah krisis yaitu rata-rata NPL
kondisi rata-rata kinerja keuangan pada Bank sebelum krisis sebesar 1,78%, periode saat krisis
Umum Swasta Nasional Non Devisa periode sebesar 6,30%, dan setelah krisis sebesar 10,80%,
sebelum krisis (1995-1996) lebih baik daripada karena semakin rendah rendah rasio ini
rata-rata kinerja keuangan periode saat krisis menunjukkan kemampuan manajemen bank
(1997-1999) dan setelah krisis (2000-2005) yang dalam mengelola kredit bermasalah yang
ditunjukan dengan persentasi rata-rata FSR diberikan oleh bank semakin baik sehingga
kemampuan bank untuk going concern semakin
periode sebelum krisis lebih tinggi dari rata-rata
Almilia: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Sustainability Ratio 49

tinngi. Nilai rata-rata ROA periode sebelum krisis Berdasarkan data pada tabel 4, dapat
lebih tinggi dari rata-rata ROA periode saat krisis disimpulkan rata-rata sensitivitas terhadap money
dan setelah krisis yaitu rata-rata ROA sebelum supply (S_M2) pada Bank Umum Swasta Nasional
krisis sebesar 1,63%, periode saat krisis sebesar - Non Devisa periode setelah krisis (2000-2005)
0,51%, dan setelah krisis sebesar 1,58%, karena tertinggi dari periode lainnya yaitu dari periode
semakin besar Return On Asset (ROA) suatu bank sebelum krisis (1995-1996) dan saat krisis (1997-
maka semakin besar pula tingkat keuntungan 1999) yang ditunjukan dengan persentase periode
yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula setelah krisis sebesar 24,063%, saat krisis sebesar -
posisi bank tersebut dari segi penggunaan asetnya
0,022% dan sebelum krisis sebesar 0,006%. Pada
sehingga kemampuan bank untuk terus going
periode setelah krisis yang mempunyai rata-rata
concern semakin tinggi.
Nilai rata-rata BOPO periode setelah krisis sensitivitas terhadap money supply (S_M2)
lebih tinggi dari rata-rata BOPO periode sebelum tertinggi menggambarkan bahwa semakin tinggi
krisis dan saat krisis yaitu rata-rata BOPO setelah S_M2 maka semakin tinggi laba bulanan, hal ini
krisis sebesar 100,13%, periode sebelum krisis dimungkinkan karena biasanya bertambahnya
sebesar 90,03%, dan saat krisis sebesar 98,97%, uang beredar di masa masyarakat diimbangi
karena semakin tinggi rata-rata BOPO meng- dengan berkembangnya perekonomian. Sedang-
gambarkan bahwa bank tersebut mempunyai kan rata-rata sensitivitas terhadap money supply
beban operasional yang lebih tinggi daripada (S_M2) terendah pada Bank Umum Swasta
pendapatan operasionalnya, sehingga dapat Nasional Non Devisa terdapat pada periode saat
disimpulkan semakin tinggi rasio ini meng- krisis (1997-1999) yaitu sebesar -0,022%. Hal ini
indikasikan semakin rendah kemampuan bank menunjukan bahwa semakin tinggi S_M2 maka
untuk going concern. Sedangkan rata-rata LDR semakin rendah laba bulanan.
periode sebelum krisis lebih tinggi dari rata-rata Sensitifitas Indeks Harga Konsumun
LDR periode saat krisis dan setelah krisis yaitu Umum(S_IHKU) pada Bank Umum Swasta
rata-rata LDR sebelum krisis sebesar 1,63%, Nasional Non Devisa periode setelah krisis (2000-
periode saat krisis sebesar -0,51%, dan setelah 2005) tertinggi dari periode lainnya yaitu dari
krisis sebesar 1,58%, karena semakin tinggi nilai periode sebelum krisis (1995-1996) dan saat krisis
Loan to Deposit Ratio (LDR) maka akan semakin
(1997-1999) yang ditunjukan dengan persentase
rendahnya kemampuan likuiditas bank yang
periode setelah krisis sebesar 4191,748%, saat
bersangkutan (jumlah dana yang diperlukan
untuk membiayai kredit menjadi semakin besar). krisis sebesar -196,717% dan sebelum krisis
Hal ini semakin memperburuk kemampuan bank sebesar 69,728%. Pada periode setelah krisis yang
untuk going concern. mempunyai rata-rata sensitivitas terhadap Indeks
Harga Konsumun Umum(S_IHKU) tertinggi
Tabel 3. Rata-Rata Variabel CAR, NPL, ROA, menggambarkan bahwa semakin tinggi S_IHKU
BOPO dan LDR maka semakin tinggi laba bulanan, hal ini
dikarenakan bertambahnya daya konsumsi
PERIODE CAR% NPL% ROA% BOPO% LDR% masyarakat mengakibatkan bertambah pula
Sebelum Krisis permintaan berupa pinjaman oleh masyarakat
1995 32,38 1,77 1,46 90,43 89,30 yang berimbas pada bertambahnya keuntungan
1996 24,55 1,78 1,79 89,63 84,50 yang didapat oleh usaha perbankan. Sedangkan
Rata-rata 28,47 1,78 1,63 90,03 86,90 rata-rata sensitivitas terhadap Indeks Harga
Saat Krisis Konsumun Umum(S_IHKU) terendah pada Bank
1997 21,09 1,42 1,31 91,82 82,27 Umum Swasta Nasional Non Devisa terdapat
1998 22,56 2,19 1,99 91,06 86,27 pada periode saat krisis (1997-1999) yaitu sebesar
1999 42,48 15,30 -4,83 114,02 44,81 -196,717%. Hal ini menunjukan bahwa semakin
Rata-rata 28,71 6,30 -0,51 98,97 71,12 tinggi S_IHKU maka semakin rendah laba
Setelah Krisis bulanan.
2000 41,81 29,96 -1,65 117,09 54,31 Berdasarkan data pada tabel 4 dapat
2001 33,76 12,51 0,90 98,50 58,57
disimpulkan rata-rata sensitivitas terhadap
tingkat suku bunga SBI (S_SBI) pada Bank
2002 35,26 7,87 1,87 99,32 61,63
Umum Swasta Nasional Non Devisa periode saat
2003 35,39 6,29 2,05 99,10 62,32
krisis (1997-1999) tertinggi dari periode lainnya
2004 33,07 4,17 2,03 96,59 67,56
yaitu dari periode sebelum krisis (1995-1996) dan
2005 38,33 3,98 4,30 90,15 72,28 setelah krisis (2000-2005) yang ditunjukan dengan
Rata-rata 36,27 10,80 1,58 100,13 62,78 persentase periode saat krisis sebesar 45,171%,
Rata-rata
sebelum krisis sebesar 36,669% dan setelah krisis
keseluruhan 32,79 7,93 1,02 97,97 69,44
sebesar -2227,813%. Pada periode saat krisis yang
50 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 11, NO. 1, MEI 2009: 42-52

mempunyai rata-rata sensitivitas terhadap tingkat untuk masing-masing periode. Dan hasil
suku bunga SBI (S_SBI) tertinggi menggambar- pengujian asumsi klasik masing-masing periode
kan bahwa semakin tinggi S_SBI maka semakin menunjukkan bahwa model yang digunakan
tinggi laba bulanan, sedangkan rata-rata berdistribusi normal dan terbebas dari dari
sensitivitas terhadap tingkat suku bunga SBI multikolinieritas, outokorelasi dan hetroskedasi-
terendah pada Bank Umum Swasta Nasional Non tas. Perbedaan antara model prediksi periode pra
Devisa terdapat pada periode setelah krisis (2000- krisis, pada saat dan pasca krisis dilakukan uji
2005) yaitu sebesar -196,717%. Hal ini beda dengan menggunakan Chow Test.
menunjukan bahwa semakin tinggi S_ S_SBI Pengujian Chow Test dilakukan untuk
maka semakin rendah laba bulanan, hal tersebut melihat konsistensi model prediksi kinerja
dimungkinkan karena dampak kenaikan tingkat keuangan pada Bank Umum Swasta Nasional
suku bunga SBI akan berakibat pada Non Devisa periode 1995-2005. Didalam Uji Chow
meningkatnya tingkat suku bunga kredit pada Test harus dilakukan terlebih dahulu Analisis
bank umum sehingga berdampak pada Regresi Linier Berganda dilakukan dengan metode
berkurangnya permintaan kredit yang dilakukan stepwise pada periode sebelum krisis (1995-1996),
oleh masyarakat. periode saat krisis (1997-1999), periode setelah
krisis (2000-2005), dan periode keseluruhan (1995-
Tabel 4. Rata-Rata Variabel Sensitifitas Makro 2005). Hasil dari semua regresi maka didapatkan
Ekonomi nilai residual-residual yang akan digunakan untuk
menghitung nilai F hitung. Pada regresi sebelum
PERIODE S_M2 S_IHKU S_SBI
krisis didapatkan nilai residual yaitu 2.727,333;
Sebelum Krisis
regresi saat krisis didapatkan nilai residual yaitu
1995 0,011 32,024 0,616
21.824,063; regresi setelah krisis didapatkan nilai
1996 0,000 107,431 72,722 residual 635.205,8 yang kemudian dijumlahkan
Rata-rata 0,006 69,728 36,669 menjadi nilai RSSur (unrestricted residual sum of
Saat Krisis squares) sebesar 659.757,196; Hasil residual
1997 0,011 103,543 -43,964 regresi seluruh periode adalah yang disebut
1998 -0,019 13,945 -6,681 dengan RSSr (restricted residual sum of squares)
1999 -0,059 -707,639 186,159 sebesar 697.831,043 Hasil dari RSSr dikurangi
Rata-rata -0,022 -196,717 45,171 dengan hasil dari RSSur dan dibagi dengan k,
Setelah Krisis dimana k sama dengan jumlah variabel
2000 -0,092 588,585 -361,475 independent yang diujikan yaitu 8. Kemudian
2001 0,002 110,045 -453,368 dibagi dengan hasil pembagian RSSur dengan 284
2002 -0,224 -118,614 -2613,017 dari nilai (n1+n2+n3-3k). Dengan demikian
2003 -1,376 23666,547 -3096,997 didapatkan nilai F hitung sebesar 2,05 dan dari F
2004 -0,002 1331,491 -4360,087 tabel dengan df = 8 dan 284 tingkat signifikan 0,05
didapatkan F tabel sebesar 1,98; Nilai F hitung
2005 146,072 -427,564 -2481,934
dibandingkan dengan F tabel, maka didapatkan
Rata-rata 24,063 4191,748 -2227,813
nilai F hitung > F tabel. Sehingga dapat
Rata-rata
keseluruhan 13,120 2245,436 -1196,184 disimpulkan bahwa krisis ekonomi di Indonesia
mempengaruhi stabilitas model regresi. Dengan
Sebelum dilakukan pengujian chow test, kata lain hubungan variabel independent yang
dilakukan pengujian asumsi klasik normalitas, terdiri dari rasio-rasio keuangan bank (CAR, NPL,
multikolinieritas, outokorelasi dan hetroskedasitas ROA, BOPO, LDR) dan sensitifitas bank terhadap

Tabel 5. Hasil Regresi Pra Krisis, Krisis Dan Pasca Krisis

No. Nama Periode 1995 – 1996 Periode 1997 - 1999 Periode 2000 – 2005 Periode 1997 - 2005
Variabel β Sig. β Sig. Β Sig. β Sig.
1. CAR 0.034 0.748 0.030 0.827 -0.119 0.173 -0.329 0.000
2. NPL -1.626 0.005 -0.453 0.045 -0.043 0.565 -0.035 0.529
3. ROA -3.755 0.000 0.037 0.936 -0.137 0.067 -0.043 0.446
4. BOPO -0.304 0.190 0.395 0.000 -0.036 0.634 -0.035 0.533
5. LDR -0.079 0.458 -0.170 0.139 0.574 0.000 0.120 0.054
6. S M2 -153.377 0.025 49.644 0.018 -0.039 0.607 -0.025 0.649
7. S IHKU -0.188 0.115 0.167 0.362 0.006 0.937 0.010 0.862
8. S SBI 0.93 0.371 -0.019 0.018 -0.001 0.992 -0.014 0.806
Almilia: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Sustainability Ratio 51

variabel makro ekonomi (S_IHKU, S_SBI, S_M2) yaitu (money supply, indeks harga konsumen
terhadap variabel dependent yaitu Financial umum, dan tingkat suku bunga SBI).
Sustainability Ratio (FSR) mengalami perubahan Sampel yang terpilih dalam penelitian ini
struktural di Indonesia pada Bank Umum Swasta dengan metode purposive sampling berjumlah 28
Nasional Non Devisa selama periode 1995-2005. bank umum swasta nasional non devisa yang
Sehingga penelitian ini menyimpulkan bahwa terdaftar di direktori Bank Indonesia selama
model prediksi kinerja keuangan pada Bank tahun 1995-2005. Analisis yang digunakan dalam
Umum Swasta Nasional Non Devisa tidak penelitian ini adalah regresi berganda dengan
konsisten pada periode 1995-2005. menggunakan metode stepwise.
Hasil pengujian regresi pada periode pra Pada hasil pengujian konsistensi model
krisis, krisis, dan pasca krisis seperti yang prediksi kinerja keuangan pada Bank Umum
diringkas pada tabel 5 menunjukkan bahwa dari Swasta Nasional Non Devisa periode 1995-2005
kedelapan variabel dependen memiliki tingkat dengan menggunakan pengujian Uji Chow Test.
signifikansi yang bervariasi selama periode pra Hasil Uji Chow Test didapatkan nilai F hitung
krisis (1995 – 1995), krisis (1997 – 1999), pasca sebesar 2,05 dan dari F tabel dengan df = 8 dan
krisis (2000 – 2005) dan keseluruhan tahun (1995 284 tingkat signifikan 0,05 maka didapatkan F
– 2005). Pada periode pra krisis (1995 – 1996) tabel sebesar 1,98; Nilai F hitung dibandingkan
menunjukkan bahwa variabel NPL, ROA dan dengan F tabel, maka didapatkan nilai F hitung >
Sensitifitas terhadap M2 adalah variabel yang F tabel. Sehingga dapat disimpulkan bahwa krisis
berpengaruh pada Financial Sustainability Ratio. ekonomi di Indonesia mempengaruhi stabilitas
Pada periode krisis (1997 – 1999) menunjukkan model regresi. Dengan kata lain hubungan
bahwa variabel NPL, BOPO dan Sensitifitas variabel independent yang terdiri dari rasio-rasio
terhadap M2 dan SBI adalah variabel yang keuangan bank (CAR, NPL, ROA, BOPO, LDR)
berpengaruh pada Financial Sustainability Ratio. dan sensitifitas bank terhadap variabel makro
Pada periode pasca krisis (2000 – 2005) ekonomi (S_M2, S_IHKU, S_SBI) terhadap
menunjukkan bahwa hanya variabel LDR adalah variabel dependent yaitu Financial Sustainability
variabel yang berpengaruh pada Financial Rasio (FSR) mengalami perubahan struktural di
Sustainability Ratio. Sedangkan untuk periode Indonesia pada Bank Umum Swasta Nasional Non
keseluruhan (1997 – 2005) menunjukkan bahwa Devisa selama periode 1995-2005. Sehingga
hanya variabel CAR adalah variabel yang penelitian ini menyimpulkan bahwa model
berpengaruh pada Financial Sustainability Ratio. prediksi kinerja keuangan pada Bank Umum
Hal ini berdampak bahwa ketika melakukan Swasta Nasional Non Devisa tidak konsisten pada
analisa kinerja keuangan perbankan, perubahan periode 1995-2005.
faktor-faktor makro juga perlu mendapat Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan
perhatian. Implikasi lain penelitian ini didalam yaitu: (1) Format laporan keuangan bank yang
praktek adalah ketika industri perbankan berbeda antara tahun 1995 dan 2005
membangun model untuk memprediksi kinerja menyebabkan perhitungan rasio keuangan susah
keuangan, yang juga perlu dianalisa adalah digeneralisasi, (2) Penelitian hanya menggunakan
dengan adanya perkembangan perekonomian dari tiga sensitifitas variabel makro ekonomi, yaitu
waktu ke waktu menyebabkan model tersebut Money Supply, Indeks Harga Konsumen Umum,
bersifat dinamis tidak statis, sehingga harus selalu dan Tingkat Suku Bunga SBI, (3) Tidak ada acuan
dinilai kelayakan model prediksi kinerja keuangan yang pasti yang mendukung dalam menghitung
perbankan yang digunakan. besarnya rasio keuangan pada Bank Umum, (4)
Laporan keuangan bulanan yang dijadikan
KESIMPULAN sumber penelitian tidak dapat diperoleh karena
kebijakan bank yang menerbitkan laporan
Tujuan penelitian ini untuk menguji keuangan triwulan ataupun semester, sehingga
konsistensi model prediksi kinerja keuangan pada perlu untuk mengolah menjadi bulanan melalui
Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa periode forecast .
1995-2005. Variabel-variabel yang digunakan Dengan pertimbangan keterbatasan yang
dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan dimiliki, maka dapat diajukan beberapa saran bagi
Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa yang penelitian selanjutnya, yaitu: (1) Penambahan
diproksikan melalui Financial Sustainability Ratio jenis variabel yang digunakan untuk memprediksi
(FSR) dan yang digunakan sebagai variabel kinerja bank umum dalam rangka memperkuat
independen terdiri dari rasio keuangan bank yaitu hasil penelitian ini, (2) Menggunakan metode
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing analisis yang berbeda dalam meneliti faktor-faktor
Loan (NPL), Return on Assets (ROA), Rasio yang memprediksi kinerja keuangan, misalnya
Efisiensi (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan analisis regresi logistik dan uji beda, (3)
sensitifitas bank terhadap faktor makro ekonomi Hendaknya peneliti selanjutnya dapat memper-
21

52 JURNAL AKUNTANSI DAN KEUANGAN, VOL. 11, NO. 1, MEI 2009: 42-52

oleh data mengenai peraturan tata cara penilaian Luciana Spica Almilia. 2004. “Analisis Faktor-
kesehatan bank sesuai dengan periode amatan Faktor yang Mempengaruhi Kondisi
yang dilakukan. Financial Distress Suatu Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal
DAFTAR PUSTAKA Riset Akuntansi Indonesia (JRAI) Vol 7, No
1. pp 1 – 22.
Anita Febriani dan Rahadian Zulfadin. 2003.
Luciana Spica Almilia dan Winny Herdiningtyas.
“Analisis Kinerja Bank Devisa dan Non
2005. “Analisis Rasio CAMEL Terhadap
Devisa di Indonesia”. Kajian Ekonomi dan
Prediksi Kondisi Bermasalah Pada
Keuangan Vol 7 No 4. pp 38-54.
LembagaPerbankan perioda 2000-2002”.
Amalia Rizky K. P. 2004. “Analisis Faktor-Faktor Jurnal Akuntansi dan keuangan Vol 7. No
yang Mempengaruhi Financial Sustaina- 2. pp 117-130.
bility Ratio pada Bank Rakyat Indonesia
dan Meliza Silvy. 2003. “Analisis
dan Bank Danamon”. Skripsi Sarjana tidak
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status
dipublikasikan. STIE Perbanas Surabaya.
Perusahaan Pasca IPO dengan Analisis
Bank Indonesia. 2001. Peraturan Bank Indonesia Multinomial Logit”. Jurnal Ekonomi dan
No 3/21/PBI/2001 tentang Kewajiban Bisnis Indonesia (JEBI), Vol. 18 No.
Penyediaan Modal Minimum Bank Umum.
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. 2002.
Jakarta. Bank Indonesia.
Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Bank Indonesia. 2004. Surat Edaran Bank Akuntansi Dan Manajemen. Yogyakarta.
Indonesia No 6/23/DPNP tentang Peni- BPFE Yogyakarta.
laian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Sri Haryati. 2006. “Studi Tentang Model Prediksi
Jakarta. Bank Indonesia.
Tingkat Kesehatan Bank Umum Swasta
Bank Indonesia. 2004. Lampiran Surat Edaran Nasional Indonesia” Jurnal Ekonomi Bisnis
Bank Indonesia No 6/23/DPNP tentang dan Akuntansi Ventura, Volume 9 Nomor 3
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Desember 2006.
Jakarta. Bank Indonesia.
Sustainable Banking With The Poor / A Travel
Cull, Robert., Demirguc-Kunt, Asli. & Morduch, Survival Guide, (Online). 2007. (http://www.
Jonathan. 2006. “Financial Performance and worldbank.org, diakses 12 Agustus 2007).
Outreach: A Global Analisys of Leading
Surifah. 2002. “Kinerja Keuangan Perbankan
Microbanks”, (Online), (http://www-wds.
Swasta Nasional Indonesia Sebelum dan
worldbank.org,diakses 19 Agustus 2007)
Setelah Krisis Ekonomi”. Jurnal Akuntansi
Kasmir. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan dan Auditing Indonesia Vol. 6 No. 2
Lainnya. Edisi Revisi. Jakarta. PT Raja
Tirapat, Sunti dan A. Nittayasegawat. 1999. “An
Grafindo.
Investigation of Thai Listed Firms’
LGA Financial Sustainability Information Paper, Financial Distress Using Macro and Micro
(Online). 2007. (http://www.lga.sa.gov.au/ Variables”. Multinational Finance Journal
goto/fsp, diakses 05 Agustus 2007). Vol 3. pp 103-125

Você também pode gostar