Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
LGSP USAID Strategic Participatory Planning Team dibentuk khusus untuk memberikan advocacy, pelatihan
dan pendampingan kepada Pemerintah Daerah, DPRD, Organisasi Masyarakat Sipil (NGO, CBO dan CSO)
dalam bidang perencanaan pembangunan daerah, baik yang bersifat perencanaan jangka panjang (RPJPD),
perencanaan jangka menengah (RPJMD dan Renstra SKPD), maupun rencana tahunan (RKPD, Renja
SKPD, RKA SKPD); diagnostic assessment kemampuan perencanaan daerah; seminar, workshop dan
focus group discussions konsultasi publik perencanaan daerah.
TIM STRATEGIC PARTICIPATORY PLANNING terdiri atas Widjono Ngoedijo Ph.D (Advisor), Engkus Ruswana
(Planning Specialist) dan Indira Sari (Assistant Planning Specialist); Planning Specialist di kantor regional
LGSP terdiri atas Agus Irawan Setiawan (NSRO), Rahmad Djalle (WSRO), Sri Pantjawati Handayani (WJRO),
Hartanto Ruslan (CJRO), Nurman Sillia (EJRO), Undang Suryana (SSRO), Susila Utama dan Joni Chandra
(NAD).
LGSP mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pemerintah Daerah atas informasi
perencanaan yang diberikan untuk memperkaya substansi bahan pelatihan dan pendampingan ini.
PENDAPAT DAN PANDANGAN YANG DISAMPAIKAN DALAM BAHAN PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN INI
ADALAH SEMATA-MATA MERUPAKAN TANGGUNG JAWAB LGSP DAN TIDAK SELALU MENCERMINKAN
PENDAPAT DAN PANDANGAN USAID.
The specific objective of the guideline is (1) to provide LG, DPRD and civil
society organizations with better understanding of perspective and process
of local participatory planning; (2) to facilitate LG in preparing related regional
development plans in compliance with laws and regulations in planning and
budgeting; (3) to facilitate DPRD and civil society organizations to effectively
contribute to the local planning process; (4) to develop better clarification on
the role, functions and jurisdictions of each actor, LG, DPRD and CSO in
local development planning process.
It is expected that the guideline will result in the quality enhancement of the
process, performance and products of regional development plans; better
integration and consistency between strategic, medium term planning, annual
program and budget; more effective roles, functions and involvement of DPRD
and CSOs in the decision making process related to local planning; more
effective of regional plan in meeting community needs and aspirations.
i
Terms
Termsused:
used:
RPJP Daerah Regional Long Term Development Plan is a Local Government
(LG) Statutory Plan with 20 years perspective; consists of vision,
mission and general direction of local development
RPJM Daerah Regional Medium Term Development Plan is a LG statutory plan
document with 5 years perspective, consists of Bupati/Walikota
vision, mission, agenda and its translation into local development
strategy, policies, five year program and indicative resource
envelope and budget resources allocation for each LG Work Unit
and sector
RENSTRA SKPD Local Government Work Unit (Agency) Strategic Plan is a LG
statutory plan document with 5 years perspective; consists of
LG Work Unit vision, mission, agenda, five-year program and
indicative budget
RKPD Regional Government Annual Work Program and Budget is LG
statutory plan document for 1 year period; consists of regional
economic framework, program, activities, performance indicator,
indicative budget ceiling for each LG Work Unit
RENJA SKPD LG Work Unit Annual Work Program; consists of LG Work Unit
program, activities and indicative budget ceiling; developed based
on the results of Musrenbang (Multi stakeholders development
consultation forum) and SKPD Forum (bottom-up planning
process)
KUA Local Government General Budget Policy prepared by LG Budget
Team; developed based of RKPD; consists of previous year
program and budget realization; statement of development issues
and problems, challenges and opportunities; strategy and policy
of LG work program; macro economic framework; target and
indicator of program and activities; LG revenue projection; budget
resources allocation and sources of fund
PPAS Local Government Indicative Annual Budget Ceiling developed
based on KUA; prepared by LG Budget Team and DPRD (Local
Council) Budget Team; consist previous year program and budget
realization; strategy and policy of LG Annual Budget; list, target
and indicator of program and activities to be undertaken; projection
of revenue, expenditure and local finance; priority and ceiling of
budget for each obligatory services and SKPD
RKA SKPD LG Work Unit Annual Work Budget prepared by SKPD; consists
of name, title, location of program and activity proposed by SKPD;
indicator of program targets, inputs, outputs and short term
outcome and budget for each resource (personnel, materials,
equipments) and total budget for activity
DPRD Regional House of Representatives or Local Parliament
CSO Civil Society Organizations
ii
SERI
BAHAN PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN
PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH
Bagian 1
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Bagian 2
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Bagian 3
Penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah
(RENSTRA SKPD)
Bagian 4
Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
Bagian 5
Penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (RENJA SKPD)
Bagian 6
Penyusunan Kebijakan Umum APBD, Prioritas dan Plafond Anggaran Sementara (PPAS)
dan Rencana Kerja Anggaran SKPD (RKA SKPD)
iii
Ringkasan
Ringkasan
Pengantar
Tujuan
Adapun tujuan utama penyusunan Bahan Pelatihan dan Pendampingan ini adalah:
· Memberikan kepada pemerintah daerah, legislatif dan organisasi masyarakat sipil tentang
perspektif, wawasan, dan proses perencanaan pembangunan daerah secara menyeluruh
· Menfasilitasi Pemerintah Daerah dalam penyusunan berbagai rencana pembangunan
daerah sebagaimana diamanatkan dalam peraturan perundangan tentang perencanaan
dan penganggaran daerah
·· Menfasilitasi Legislatif dan Organisasi Masyarakat Sipil untuk dapat memberikan kontribusi
yang efektif pada proses penyusunan perencanaan pembangunan daerah
· Memperjelas peranan, fungsi, dan jurisdiksi masing-masing pihak pemerintah daerah,
legislatif, dan organisasi masyarakat sipil dalam proses penyusunan rencana
pembangunan daerah
iv
Pendekatan
Adapun pendekatan yang digunakan dalam penyusunan Bahan Pelatihan dan Pendampingan
ini adalah sebagai berikut:
· Ditujukan untuk multi pihak yaitu eksekutif, legislatif, dan organisasi masyarakat sipil
(NGO, CBO dan CSO)
· Menggunakan kerangka pendekatan Undang-Undang 25/2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional terutama pendekatan perencanaan teknokratis,
partisipatif, politis, bottom up, dan top down planning untuk memperjelas peranan masing-
masing pihak eksekutif, legislatif, dan organisasi masyarakat sipil dalam proses
pengambilan keputusan perencanaan dan penganggaran pembangunan daerah
· Lebih menekankan pada penguatan perspektif dan wawasan perencanaan, proses
dan kualitas penyusunan rencana pembangunan daerah
· Menggunakan kerangka Undang- Undang 32/2004 dan PERMENDAGRI 13/2006
khususnya tentang klasifikasi fungsi, urusan wajib, dan urusan pilihan pemerintahan
daerah untuk semua rencana guna memastikan terdapatnya benang merah dan
konsistensi antara perencanaan dan penganggaran daerah
· Bersifat ‘loose leaf document’ guna mendorong terdapatnya prakarsa daerah atau berbagai
pihak untuk secara berkelanjutan mengembangkan dan memutakhirkan Bahan Pelatihan
dan Pendampingan ini
· Mengutamakan kepraktisan dan kemudahan penyusunan rencana dengan menyediakan
template dan handout
v
vi
Esensi Substansi Bagian per Bagian
RPJMD menekankan tentang pentingnya menerjemahkan secara arif VISI, MISI dan Agenda
KEPALA DAERAH TERPILIH kedalam tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan pembangunan
yang merespon kebutuhan dan aspirasi masyarakat serta kesepakatan tentang tolok ukur
kinerja untuk mengukur keberhasilan atau ketidak berhasilan pembangunan daerah dalam
5 tahun kedepan.
RENSTRA SKPD menekankan tentang pentingnya setiap SKPD memiliki 3-5 tolok ukur
kinerja kunci pelayanan SKPD yang jelas berdasarkan TUPOKSI SKPD yang dapat
memberikan gambaran secara cepat kepada masyarakat tentang status kinerja pelayanan
SKPD; dan rencana pencapaian program SKPD sesuai dengan Standar Pelayanan Mini-
mal; mendorong peningkatan kualitas konsultasi FORUM MULTI STAKEHOLDERS SKPD
RENJA SKPD menekankan tentang pentingnya SKPD menguasai dan kompeten dalam
menyusun program dan kegiatan SKPD sesuai PERMENDAGRI 13/2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah; karena RENJA SKPD merupakan dasar utama bagi
penyusunan rencana dan penganggaran tahunan dan rencana strategis jangka menengah
daerah. Kualitas penyusunan RENJA SKPD akan sangat menentukan kualitas rencana
daerah diatasnya. Bahan Pelatihan ini juga menekankan tentang pentingnya SKPD
menggunakan form RKA SKPD dalam menyusun RENJA SKPD untuk menfasilitasi
keterpaduan rencana dan anggaran
KUA, PPAS dan RKA SKPD ketiga dokumen ini telah diatur secara rinci dan lengkap dalam
PERMENDAGRI 13/2006 . Bahan ini menekankan tentang pentingnya menggunakan RKA
SKPD sebagai alat untuk meningkatkan pengelolaan pelayanan dan mengembangkan
standar pelayanan SKPD karena RKA SKPD memiliki informasi yang pada dasarnya
diperlukan bagi pengembangan STANDAR PELAYANAN MINIMAL.
vii
Penutup
LGSP menghaturkan terima kasih atas kerjasama yang telah diberikan oleh pemerintah
daerah, service provider, serta berbagai pihak lainnya yang memungkinkan Bahan Pelatihan
dan Pendampingan Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah ini dapat disusun.
Wil. E-mail
No Nama Posisi Tugas
viii
LGSP Participatory Planning Team
ix
Penjelasan Penggunaan Bahan Pelatihan dan Pendampingan
Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah
Bagian 2: RPJMD
1. BAHAN ini ditujukan bagi memenuhi kebutuhan akan referensi dasar yang lengkap
dan mutakhir bagi penyusunan rencana pembangunan daerah
Dimana masing-masing bagian pada dasarnya berdiri sendiri dan dapat digunakan
secara terpisah sesuai dengan kebutuhan perencanaan daerah.
5. TEMPLATE berupa tabel atau formulir disediakan di beberapa langkah tertentu untuk
memudahkan implementasinya.
6. HANDOUT disediakan pada bagian akhir dari setiap BAGIAN bagi individu yang ingin
mendapatkan penjelasan lebih rinci atas langkah-langkah tertentu proses penyusunan
rencana
7. Setiap BAGIAN mengandung 3 alur penyusunan rencana yaitu alur teknokratis, alur
partisipatif, dan alur politis dan legislasi. Ini ditujukan untuk memperjelas peranan dan
tanggung jawab masing-masing pihak eksekutif, legislatif dan organisasi masyarakat
sipil dalam proses penyusunan rencana.
8. Pada alur teknokratis diharapkan eksekutif lebih besar peranannya, sementara pada
alur partisipatif organisasi masyarakat sipil diharapkan lebih berperan dan pada alur
legislasi/politis diharapkan lebih besar peranan DPRD.
x
10. Memberikan penjelasan tentang kemungkinan peranan dan
kontribusi DPRD dalam langkah berkaitan proses penyusunan
rencana
11. LAMPIRAN menyediakan informasi tentang Tabel, Formulir dan Format dari
PERMENDAGRI 13/2006 yang digunakan sebagai pendukung Rencana Kerja Satuan
Kerja Perangkat Daerah. Lampiran ini terdiri atas:
· Lampiran A.1 tentang Kode dan Klasifikasi urusan Pemerintahan Daerah
dan Organisasi
· Lampiran A.V tentang Kode dan Klasifikasi Fungsi Pemerintahan Daerah Kabupaten/
Kota.
· Lampiran A.VI tentang Pembagian Fungsi, Urusan Wajib dan Urusan Pilihan
Pemerintahan Daerah
· Lampiran A.VII tentang Kode dan Daftar Program dan Kegiatan Menurut Urusan
Pemerintahan Daerah
12. Untuk mengefektifkan proses pembelajaran dan pemahaman BAHAN ini, disarankan
menggunakan fasilitator yang kompeten dalam bidang perencanaan dan penganggaran
daerah dan telah berpengalaman memberikan advokasi dan bantuan teknis kepada
pemerintah daerah, DPRD dan organisasi masyarakat sipil. Fasilitator ini dapat berasal
dari Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah, perguruan tinggi setempat,
Lembaga Swadaya Masyarakat atau Konsultan.
xi
Daftar
DaftarIsiIsi
Apa itu RPJMD .................................................................................................................. 3
Landasan Hukum RPJMD ................................................................................................. 5
Prinsip-prinsip Penyusunan RPJMD ................................................................................. 8
Keluaran Utama RPJMD ..................................................................................................11
Indikator Kualitas RPJMD ................................................................................................ 12
Kerangka Analisis RPJMD ............................................................................................... 14
Alur Proses Penyusunan RPJMD ................................................................................... 16
Step by Step Penyusunan RPJMD .................................................................................. 17
Template dan Handout..................................................................................................... 19
Daftar Peristilahan dan Singkatan ................................................................................... 20
xii
M25 Formulasi Dokumen Rancangan Awal RPJMD ..................................................... 74
M26 Tyupoksi SKPD ...................................................................................................... 77
M27 Perumusan Visi dan Misi SKPD ............................................................................ 77
M28 Evaluasi Renstra SKPD (Renstra Dinas) Periode Lalu ......................................... 79
M29 FGDs untuk Setiap Topik........................................................................................ 81
M30 Pembahasan Ranwal RPJMD bersama SKPDs ................................................... 84
M31 Review Renstra K/L dan Renstra SKPD Provinsi .................................................. 84
M32 Perumusan Program (SKPD, Lintas SKPD, Kewilayahan) ................................... 85
M33 Identifikasi capaian Keberhasilan dan Permasalahan ............................................ 87
M34 Pembahasan Forum SKPD ................................................................................... 88
M35 Berita Acata Hasil Kesepakatan Forum SKPD ...................................................... 91
M36 Penyusunan Rancangan Awal RPJMD untuk dibahas dalam
Musrenbang RPJMD .............................................................................................. 93
M37 Penyusunan Dokumen Rancangan Renstra SKPD .............................................. 94
M38 Musrenbang RPJMD .............................................................................................. 95
M39 Naskah Kesepakatan Hasil Musrenbang RPJMD .................................................. 98
M40 Penyusunan Rancangan Akhir Dokumen RPJMD Daerah .................................. 100
M41 Penyusunan Rancangan Akhir Dokumen Renstra SKPD .................................... 101
M42 Penyusunan Naskah Akademis Ranperda RPJMD ............................................. 103
M43 Penyusunan Naskah Akademis Rancangan Perka SKPD ................................... 104
M47 Pembahasan DPRD tentang Ranperda RPJMD ................................................. 104
M49 Dokumen RPJM-D yang telah disyahkan ............................................................. 105
M50 Dokumen Renstra SKPD telah disyahkan ........................................................... 105
xiii
TOPIK
RPJMD
Bahan Pelatihan dan Pendampingan
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah
BAGIAN 2
1
Tentang
TOPIK LGSP
Tentang LGSP
L GSP (Local Governance Support Program) atau Pro
gram Dukungan bagi Tata Pemerintahan Daerah merupakan
program peningkatan kapasitas (2005-2009) yang didanai oleh
United Agency for International Development (USAID). Program
ini bertujuan memperkenalkan tata pemerintahan yang efisien,
transparan, dan akuntabel di beberapa provinsi terpilih di Indone-
sia. Prakarsa dan program LGSP ditujukan bagi peningkatan
kemampuan pemerintah daerah mitra, organisasi kema-
syarakatan, dan media yang mencakup bidang perencanaan dan
penganggaran terpadu, pengelolaan pemerintahan daerah,
pelayanan publik, pengelolaan dan mobilisasi sumber daya, serta
tata pemerintahan yang partisipatif. Sampai dengan September
2009, LGSP akan bekerja dengan lebih dari 55 kabupaten/kota di
Provinsi Sumatera Utara, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sulawesi Selatan, Nanggroe Aceh Darussalam, dan Irian Jaya
Barat.
Pengantar
Pengantar
B ahan pelatihan dan pendampingan ini disusun
oleh LGSP USAID dengan tujuan untuk memberikan
perspektif dan pemahaman yang lebih baik tentang esensi
RPJMD sebagai suatu dokumen resmi perencanaan daerah.
2
TOPIK APA ITU RPJMD?
3
TOPIK APA ITU RPJMD?
4
TOPIK LANDASAN HUKUM RPJMD
5
TOPIK LANDASAN HUKUM
6
TOPIK LANDASAN HUKUM
7
TOPIK PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN RPJMD
APA ITU
RPJMD? S
·
ejalan dengan Undang-Undang 25/2004 maka penyusunan
RPJMD perlu memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:
Strategis
· Demokratis dan Partisipatif
· Politis
· Perencanaan Bottom- Up
LANDASAN · Perencanaan Top- Down
HUKUM
Strategis
8
TOPIK PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN RPJMD
Politis
9
TOPIK PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN RPJMD
Bottom-up
Top down
10
TOPIK KELUARAN UTAMA RPJMD
APA ITU
RPJMD? A dapun keluaran utama yang diharapkan dari hasil proses
penyusunan RPJMD adalah sebagai berikut:
STEP BY STEP
PENYUSUNAN
RPJMD
HANDOUT
PENDUKUNG
11
TOPIK INDIKATOR KUALITAS RPJMD
APA ITU
RPJMD? K ualitas dokumen RPJMD sangat ditentukan oleh kualitas
proses pemikiran strategis yang digunakan dalam proses
penyusunan RPJMD.
12
TOPIK INDIKATOR KUALITAS RPJMD
Kualitas RPJMD
Syarat Keberhasilan
Perencanaan Strategis Berdasarkan pendekatan perencanaan strategis tersebut diatas,
· Mengikut sertakan kualitas RPJMD dapat diukur dari hal-hal dibawah ini:
stakeholders yang · Ada kejelasan rumusan status dan kedudukan pencapaian
tepat dalam proses pembangunan daerah saat ini dalam berbagai fungsi
perencanaan
· Mengkomunikasikan
pemerintahan daerah
rencana dengan · Ada rumusan isu dan permasalahan strategis pembangunan
bahasa yang mudah daerah
dimengerti · Ada kesesuaian antara visi, misi, dan agenda KDH terpilih
· Tujuan (goals) dan
sasaran (objectives) dengan usaha mengoptimalkan kekuatan dan mengatasi
rencana mesti realistis kelemahan internal pembangunan daerah
dan SMARTER · Ada kesesuaian antara visi, misi dan agenda KDH terpilih
(specific, measurable,
acceptable, realistic,
dengan usaha mengoptimalkan peluang dan mengatasi
time frame, extending tantangan eksternal pembangunan daerah
and rewarding) · Ada kesesuaian rumusan tujuan, strategi, arah, dan kebijakan
· Ada kejelasan siapa
pembangunan daerah dengan usaha mengoptimalkan
bertanggung jawab
untuk mencapai tujuan, kekuatan dan mengatasi kelemahan internal pembangunan
sasaran dan hasil, dan daerah
waktu penyelesaian · Ada kesesuaian rumusan tujuan, strategi, arah dan kebijakan
termasuk review
kemajuan pencapaian pembangunan daerah dengan usaha mengoptimalkan peluang
sasaran dan mengatasi tantangan eksternal pembangunan daerah
· Ada kemampuan untuk · Ada penerjemahan yang baik dan sistematis dari visi, misi,
menyesuaikan dari
waktu ke waktu
dan agenda KDH terpilih ke dalam perumusan tujuan, strategi
terhadap dan kebijakan pembangunan daerah
perkembangan internal · Ada penerjemahan yang baik dan sistematis tujuan, strategi
dan eksternal yang
dan kebijakan ke dalam rumusan prioritas program
terjadi
· Ada evaluasi terhadap pembangunan daerah
proses perencanaan · Ada kesesuaian antara hasil rumusan isu strategis dalam
yang dilakukan pengelolaan keuangan daerah dengan rumusan tujuan,
· Ada komunikasi dan
konsultasi strategi, dan arah kebijakan keuangan daerah
berkelanjutan dari · Ada kesesuaian antara rumusan program pembangunan
dokumen yang daerah dengan kendala fiskal daerah
dihasilkan
· Menggunakan
· Ada keterkaitan yang erat dan kontribusi program
instrumen, metodologi, pembangunan daerah terhadap pemecahan isu dan
pendekatan yang tepat permasalahan strategis nasional
untuk mendukung · Ada proses perencanaan yang demokratis dan partisipatif
proses perencanaan
dalam keseluruhan proses pengambilan keputusan
penyusunan RPJMD
13
TOPIK KERANGKA ANALISIS RPJMD
LANDASAN
U ntuk mendapatkan konsistensi dan keterpaduan antara
perencanaan jangka menengah dengan perencanaan dan
penganggaran tahunan, RPJMD perlu menggunakan kerangka
HUKUM analisis dan program yang serupa dengan kerangka program
RKPD, Renja dan RKA SKPD, dan APBD.
14
TOPIK KERANGKA ANALISIS RPJMD
15
TOPIK BAGAN ALIR PROSES PENYUSUNAN RPJMD
APA ITU
RPJMD? B agan 1 Memperlihatkan alur proses penyusunan RPJMD
yang dikembangkan oleh LGSP-USAID, yang mengikuti
ketentuan peraturan dan perundangan yang berlaku tentang
perencanaan daerah.
LANDASAN Ada 3 (tiga) alur spesifik yang digambarkan di sini yaitu alur proses
HUKUM teknokratis-strategis, alur proses partisipatif, dan alur proses
legislasi dan politik. Ketiga alur proses tersebut menghendaki
pendekatan yang berbeda, namun saling berinteraksi satu sama
PRINSIP-PRINSIP lain untuk menghasilkan RPJMD yang terpadu.
PENYUSUNAN
RPJMD Alur Proses Strategis
HANDOUT
PENDUKUNG
16
TOPIK STEP BY STEP PENYUSUNAN RPJMD
17
TOPIK STEP BY STEP PENYUSUNAN RPJMD
18
TOPIK HANDOUT PENDUKUNG
APA ITU
RPJMD? B ahan Pelatihan dan Pendampingan ini didukung dengan
TEMPLATE dan penjelasan ringkas (handout) tambahan
tentang hal-hal penting dalam setiap tahapan penyusunan
RPJMD.
LANDASAN
HUKUM Handout yang dimaksud terdiri dari:
1) Arah Kebijakan Keuangan Daerah Kabupaten Pacitan
2) Proyeksi Keuangan Daerah dan Proyeksi Belanja Daerah
PRINSIP-PRINSIP 3) Orientasi Kerangka Regulasi Perencanaan dan Pengang-
PENYUSUNAN garan Daerah
RPJMD 4) Millennium Development Goals
5) Prinsip-prinsip Good Governance
6) Fasilitasi dan Rekrutmen Fasilitator
KELUARAN
UTAMA RPJMD
INDIKATOR
KUALITAS RPJMD
KERANGKA
ANALISIS RPJMD
BAGAN ALIR
PROSES
PENYUSUNAN
RPJMD
STEP BY STEP
PENYUSUNAN
RPJMD
HANDOUT
PENDUKUNG
19
DAFTAR PERISTILAHAN DAN SINGKATAN
20
DAFTAR PERISTILAHAN DAN SINGKATAN
14) Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan.
15) Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi.
16) Agenda pembangunan adalah penerjemahan visi ke dalam tujuan-tujuan besar (strate-
gic goals) yang dapat mempedomani dan memberikan fokus pada penilaian dan
perumusan strategi, kebijakan, dan program.
17) Strategi pembangunan adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk
mewujudkan visi dan misi.
18) Kebijakan pembangunan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/
Daerah untuk mencapai tujuan.
19) Program pembangunan adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan
yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan
tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang
dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.
20) Kinerja adalah adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai
sehubungan dengan penggunaan anggran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.
21) Indikator kinerja adalah alat ukur spesifik secara kuantitatif dan/atau kualitatif untuk
masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak yang menggambarkan
tingkat capaian kinerja suatu program atau kegiatan.
22) Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang
diharapkan dari suatu kegiatan.
23) Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan yang
dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan.
24) Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari
kegiatan-kegiatan dalam satu program.
25) MTEF atau Medium Term Expenditure Framework/Kerangka Pengeluaran Jangka
Menengah adalah pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan
pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih
dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi biaya akibat keputusan
yang bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju.
26) Kerangka Ekonomi Jangka Menengah Daerah merupakan kerangka prakiraan terhadap
besaran pendapatan, pengeluaran dan pembiayaan.
27) Kerangka Pendanaan (Resource Envelope) merupakan gambaran kemampuan
pendanaan daerah untuk membiayai belanja pemerintah.
28) Kerangka fiskal daerah adalah kerangka prakiraan terhadap pendapatan, hibah, pinjaman
dan belanja daerah.
29) Proyeksi fiskal daerah adalah proyeksi terhadap pendapatan, hibah, pinjaman dan belanja
daerah.
30) Target fiskal daerah adalah sasaran pendapatan dari sumber-sumber keuangan daerah.
31) Celah fiskal adalah selisih antara kebutuhan fiskal daerah dan kapasitas fiskal daerah.
32) Program Legislasi Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan PROLEGDA adalah
instrumen perencanaan program pembentukan Peraturan Daerah yang disusun secara
berencana, terpadu, dan sistematis.
21
DAFTAR PERISTILAHAN DAN SINGKATAN
33) Stakeholder atau pemangku kepentingan adalah pihak-pihak yang langsung atau tidak
langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari pelaksanaan pembangunan. Stake-
holder dapat berupa kelompok, organisasi, dan individu yang memiliki kepentingan/
pengaruh dalam proses pengambilan keputusan/ pelaksanaan pembangunan.
34) Konsultasi Publik adalah kegiatan partisipatif yang bertujuan untuk menghadirkan stake-
holders dalam rangka mendiskusikan dan memahami isu dan permasalahan strategis
pembangunan daerah; merumuskan kesepakatan tentang prioritas pembangunan dan
mencapai konsensus tentang pemecahan masalah-masalah strategis daerah.
Konsultasi publik dilakukan pada berbagai skala, tahapan dan tingkatan pengambilan
keputusan perencanaan daerah. Konsultasi publik dapat berupa musrenbangda di
peringkat kabupaten/kota, konsultasi forum stakeholder atau focus group discussions
di peringkat SKPD maupun di peringkat lintas SKPD.
35) Musrenbang atau Musyawarah Perencanaan Pembangunan adalah forum antarpelaku
dalam rangka menyusun rencana pembangunan nasional dan rencana pembangunan
daerah.
36) Tim Penyelenggara Musrenbang adalah Tim yang dibentuk untuk melakukan persiapan,
memfasilitasi pelaksanaan, dan menindaklajuti hasil Musrenbang.
37) Peserta adalah pihak yang memiliki hak pengambilan keputusan dalam Musrenbang
melalui pembahasan yang disepakati bersama.
38) Fasilitator adalah tenaga terlatih atau berpengalaman dalam memfasilitasi dan memandu
diskusi kelompok ataupun konsultasi publik. Seorang fasilitator harus memenuhi
kualifikasi kompetensi teknis/substansi dan memiliki keterampilan dalam penerapan
berbagai teknik dan instrumen untuk menunjang efektivitas dan partisipatifnya kegiatan.
39) Narasumber adalah pihak pemberi informasi yang perlu diketahui peserta Musrenbang
untuk proses pengambilan keputusan hasil Musrenbang.
40) Delegasi adalah perwakilan yang disepakati peserta Musrenbang untuk menghadiri
Musrenbang pada tingkat yang lebih tinggi.
41) NGO adalah singkatan dari Non-Governmental Organization atau Lembaga Swadaya
Masyarakat/LSM.
42) CBO adalah singkatan dari Community based Organization atau Kelompok Masyarakat.
43) CSO adalah singkatan dari Civil Society Organization atau Organisasi Masyarakat Sipil.
22
23
M-1 ORIENTASI PERENCANAAN DAERAH
24
M-1 ORIENTASI PERENCANAAN DAERAH
Hal-hal penting yang Kegiatan orientasi perencanaan sebaiknya lebih bermuatan teknis,
harus diperhatikan sehingga yang sifatnya “seremonial” sedapat mungkin
dihindarkan. Kegiatan ini penting untuk membangun persepsi yang
sama di antara government dan non government stakeholder
tentang esensi RPJMD
25
M-1 ORIENTASI PERENCANAAN DAERAH
26
M-2 PEMBENTUKAN TIM PENYUSUN RPJMD
Keluaran · Terbentuknya Tim Penyusun RPJMD yang terdiri dari TIM INTI
dan KELOMPOK KERJA yang diorganisasikan menurut
kompetensi fungsi-fungsi pemerintahan daerah
· Terbentuknya Tim Pengarah
· Teridentifikasi kelompok/individu sebagai narasumber dan
mitra diskusi
Langkah- Langkah · Buatlah skenario susunan Tim Penyusun RPJMD, yang terdiri
atas Tim Pengarah dan Tim Teknis (Pokja dan Tim Inti) lengkap
dengan kebutuhan jumlah personil dan institusinya.
· Rumuskan kriteria, tugas, dan fungsi serta kewajiban-
kewajiban tim penyusun RPJMD
· Identifikasi calon anggota Tim Penyusun (nama dan
instansinya). Pertimbangkan kualifikasi dan kinerja mereka
pada waktu mengikuti lokakarya orientasi perencanaan.
· Mintalah pada setiap calon anggota tim untuk mengisi formulir
isian “curriculum vitae”.
· Lakukan seleksi dengan memilih sesuai kebutuhan.
· Buatkan surat dari Kepala Bappeda tentang pernyataan
kesediaan calon anggota terpilih untuk menjadi anggota Tim
Penyusun serta kewajiban-kewajibannya, yang diketahui/
disetujui oleh Kepala SKPD yang bersangkutan atau Kepala
Lembaga (untuk unsur LSM dan Kelompok Masyarakat).
· Buat Surat Keputusan Kepala Bappeda tentang Penetapan
Tim Penyususan RPJMD (bila diperlukan dapat diperkuat
dengan diketahui Kepala Daerah).
27
M-2 PEMBENTUKAN TIM PENYUSUN RPJMD
Hal-hal penting yang Anggota tim penyusun sedapat mungkin berlatar belakang
harus diperhatikan pendidikan yang bervariasi sesuai dengan muatan substansi
RPJMD, seperti Planologi, Sipil/Teknik Lingkungan, Ekonomi,
Sosial, Studi Pembangunan, Kelembagaan/Pemerintahan. Tim
Penyusun perlu mengembangkan hubungan konsultasi dengan
instansi yang relevan Pemerintah Daerah Provinsi dan Pusat yang
memungkinkan pertukaran informasi dapat dibangun selama
proses penyusunan rencana.
28
M-2 PEMBENTUKAN TIM PENYUSUN RPJMD
29
M-3 PENYUSUNAN RENCANA KERJA
PENYIAPAN DOKUMEN RPJMD
Prinsip-prinsip · Rencana kerja yang disusun harus jelas untuk setiap tahapan
kegiatan, kapan dimulainya suatu aktivitas dan kapan harus
diselesaikan,
· Dalam kalender kegiatan juga harus dapat memperlihatkan,
jenis kegiatan apa saja yang dapat dilakukan secara simultan
dengan kegiatan lainnya, dan tahapan kegiatan apa yang harus
menunggu tahapan kegiatan lainnya
Langkah- Langkah · Buat rancangan rencana kerja penyusunan RPJMD oleh Tim
Inti, berupa tahapan dan rincian kegiatan (termasuk kegiatan
penjaringan aspirasi, forum-forum diskusi, lokakarya dan
seminar), schedule kegiatan, rancangan daftar isi dokumen
RPJMD, identifikasi kebutuhan data, dan sumber data.
· Lakukan pertemuan seluruh anggota tim penyusun untuk
membahas, mematangkan dan menyepakati rancangan
rencana kerja dan rancangan daftar isi dokumen RPJMD.
· Lakukan pembagian Tim Penyusun ke dalam kelompok-
kelompok kerja (Pokja) yang pembagiannya disesuaikan
dengan fungsi- fungsi pemerintah daerah dan isu/tema
penting RPJMD, misal Pokja Ekonomi, Pendidikan,
Kesehatan, Pariwisata dan Budaya, Pelayanan Umum dsb.
· Sepakati pembagian kerja dan jadwal kegiatan/kerja setiap
kelompok kerja serta agenda pertemuan lintas Pokja.
30
M-3 PENYUSUNAN RENCANA KERJA
PENYIAPAN DOKUMEN RPJMD
Informasi yang · Visi, misi dan agenda/program pokok calon Kepala Daerah
disiapkan terpilih, atau calon-calon kepala daerah (bila belum
dilaksanakan pemilihan).
· Batasan waktu penyelesaian setiap tahapan sesuai ketentuan
peraturan perundangan
31
M-4 PENGUMPULAN DAN PEMUTAKHIRAN DATA/INFORMASI
Keluaran Kompilasi data dan informasi yang sistematis dan lengkap yang
dapat memberikan gambaran mutakhir tentang kinerja
penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan daerah dan
pembangunan daerah pada umumnya
Informasi yang · Data terakhir dan Data time series, diusahakan minimal 5
disiapkan tahun terakhir
· Format penyajian data dan analisis data
32
M-5 PENYUSUNAN PROFIL DAERAH DAN PREDIKSI MASA DEPAN
33
M-5 PENYUSUNAN PROFIL DAERAH DAN PREDIKSI MASA DEPAN
Hal-hal penting yang Profil setiap fungsi perlu menampilkan serangkaian tolok ukur
harus diperhatikan kinerja (5-7 tolok ukur) yang relevan, mudah dipahami, reliable
dan mudah di akses datanya yang dapat mencerminkan secara
jelas kondisi dan situasi serta hubungan antar fungsi pemerin-
tahan daerah terkait.
34
M-5 PENYUSUNAN PROFIL DAERAH DAN PREDIKSI MASA DEPAN
5 6
Indikator Keluaran adalah ukuran atas hasil langsung dari proses pelaksanaan
pekerjaan (kegiatan).
Contoh:
· Km jalan diperbaiki/ditingkatkan/dipelihara
· Luas sawah yang ditingkatkan irigasinya
Indikator Hasil adalah pernyataan kualitatif tentang perubahan atau dampak positif
segera segera (1-2 tahun) atau short term benefits yang dihasilkan oleh kegiatan. Ini
dapat diambil dari tujuan program Renja- SKPD atau RKPD terkait.
Contoh:
· % penegakan Perda IMB
· % peningkatan kesejahteraan keluarga miskin
Indikator Manfaat adalah pernyataan kualitatif tentang perubahan jangka pendek
atas penerima (beneficiaries) kegiatan sebagai akibat pelaksanaan kegiatan. Ini dapat
diambil dari Renstra SKPD atau RPJM-Daerah.
Contoh:
· % Remaja yang sehat dan terhindar dari Narkoba
· % Pedagang kaki lima berhasil ditertibkan
Indikator Dampak adalah pernyataan kualitatif tentang dampak atau akibat positif
kegiatan dalam jangka menengah dan panjang (5-10 tahun) atau konteks strategis
kegiatan. Dapat diambil dari pernyataan misi, agenda atau tujuan program RPJM-Daerah
terkait untuk menunjukkan hubungan kegiatan dengan tujuan strategis pembangunan
daerah. Perlu dilihat perubahan-perubahan apa yang terjadi pada masyarakat penerima
kegiatan (pelanggan, masyarakat).
Contoh:
· % Penduduk merasa aman
· % Penduduk sejahtera
· % Peningkatan IPM Daerah 7
35
M-5 PENYUSUNAN PROFIL DAERAH DAN PREDIKSI MASA DEPAN
TEMPLATE
SASARAN DAN INDIKATOR KINERJA PENCAPAIAN
PEMBANGUNAN 2004-2009
Indikator Kinerja yang
Sasaran RPJM Nasional 2004-2009
Berhubungan dengan Daerah
AGENDA AMAN DAN DAMAI
Kesejahteraan anak
6) Angka Partisipasi Sekolah (APS)
7) Status gizi balita buruk
8) Persalinan bayi oleh tenaga kesehatan
Perlindungan anak
9) Pekerja anak (%)
10)Jumlah anak yang memiliki akte Kelahiran
36
M-5 PENYUSUNAN PROFIL DAERAH DAN PREDIKSI MASA DEPAN
Kesehatan
14. Umur Harapan Hidup (UHH)
15. Angka Kematian Bayi (AKB)
16. Angka Kematian Ibu (AKI)
17. Prevalensi Gizi Kurang
Kependudukan dan KB
18. Laju pertumbuhan penduduk (%)
19. Unmet need KB (%)
20. Total Fertility Rate/TFR (per perempuan)
21. Partisipasi laki-laki dalam ber-KB (%)
22. Contraceptive Prevalence Rate/CPR (%)
Lingkungan Hidup
23. Kualitas air permukaan dan air tanah
24. Tingkat Pencemaran Pesisir dan Laut
25. Angka Illegal Logging
26. Luas lahan kritis
37
M-5 PENYUSUNAN PROFIL DAERAH DAN PREDIKSI MASA DEPAN
TEMPLATE
INDIKATOR KEMAJUAN OTONOMI DAERAH
38
M-5 PENYUSUNAN PROFIL DAERAH DAN PREDIKSI MASA DEPAN
TEMPLATE
PENGUKURAN KINERJA PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH
Kebutuhan Kesehatan:
dasar - Penurunan angka kematian bayi
- Penurunan angka kematian ibu
- Rasio jumlah penduduk dengan jumlah rumah
sakit dan fasilitas kesehatan lainnya
Pendidikan:
- Rasio jumlah murid per jumlah sekolah
- Rasio jumlah murid per jumlah guru
- Rasio jumlah guru per jumlah sekolah
Angka partisipasi sekolah:
- Penurunan angka putus sekolah
- Nilai rata-rata Ebta Murni/UAN
Air bersih:
- Akses terhadap air bersih
Transportasi umum:
- Rasio jumlah kendaraan umum roda 4 per
10.000 penduduk
Pemerintahan Kepegawaian :
Rasio jumlah penduduk dengan jumlah PNS
Pemda
Keuangan :
- Rasio PAD dengan jumlah penduduk
39
M-5 PENYUSUNAN PROFIL DAERAH DAN PREDIKSI MASA DEPAN
TEMPLATE
CONTOH TOLOK UKUR KINERJA URUSAN WAJIB DAN PILIHAN
PEMERINTAHAN DAERAH MENURUT SKPD
Kode Fungsi dan Urusan SKPD Contoh Tolok Ukur Kinerja
Urusan
Pelayanan umum
1 Perencanaan BAPPEDA,dst • Tingkat ketersediaan dan validitas informasi perencanaan
Pembangunan pembangunan
• Jumlah kerjasama pembangunan antar daerah
• Tingkat disparitas pembangunan antar subwilayah
• Tingkat kelengkapan rencana wilayah strategis
• Tingkat kelengkapan rencana kawasan cepat tumbuh
• Tingkat penanganan perencanaan wilayah tertinggal²
Tingkat penanganan wilayah strategis
• Tingkat penanganan wilayah cepat tumbuh
• Tingkat penanganan perkembangan pusat-pusat kegiatan
wilayah
• Tingkat kesesuaian antara perencanaan pusat kegiatan
dengan perkembangan actual
• Tingkat penerapan perencanaan partisipatif
• Tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan daerah
• Tingkat kapasitas kelembagaan perencanaan pembangunan
daerah
• Tingkat ketersediaan dokumen perencanaan daerah
• Tingkat implementasi dokumen perencanaan daerah
• Kualitas pelaksanaan Musrenbang
1 Komunikasi dan Dinas Informasi • Tingkat perkembangan media lokal dalam penyebarluasan
Informatika dan Komunikasi, informasi pembangunan daerah
Kantor • Tingkat perkembangan media lokal dalam penyebarluasan
Pengolahan Data informasi penyelenggaraan pemerintah daerah
Elektronik, dst • Tingkat kapasitas SDM bidang komunikasi dan informasi
• Akses masyarakat kepada informasi publik
40
M-5 PENYUSUNAN PROFIL DAERAH DAN PREDIKSI MASA DEPAN
Pertahanan *)
Ketertiban dan
ketentraman
1 Kesatuan Bangsa dan Dinas Kesbang • Tingkat kriminalitas
Politik Dalam Negeri Linmas, Dinas • Jumlah kasus kriminalitas yang dapat diselesaikan
Ketentraman dan • Jumlah konflik sosial
Ketertiban, • Tingkat ancaman konflik antar kelompok masyarakat
Kantor SatPol PP • Jumlah kasus pelanggaran PERDA
• Jumlah kasus peredaran narkoba
• Jumlah kasus penyalahgunaan narkoba
• Jumlah kasus illegal fishing
• Jumlah kasus illegal sand mining
• Jumlah kasus illegal logging
• Tingkat pendidikan politik masyarakat
• Ada/tidaknya sistem penanggulangan korban bencana alam
1 Koperasi dan Usaha Dinas Koperasi • Kontribusi sektor KUKM terhadap PDRB
Kecil Menengah dan UKM, dst • Tingkat kepastian usaha dan perlindungan hukum
• Laju pertumbuhan UMKM
• Laju pertumbuhan nilai ekspor produk UMKM
• Tingkat keterampilan SDM Usaha Mikro
• Akses ke permodalan pasar
• Kapasitas usaha dan keterampilan pengelolaan usaha kecil
41
M-5 PENYUSUNAN PROFIL DAERAH DAN PREDIKSI MASA DEPAN
2 Energi dan Dinas • Kontribusi sektor listrik, gas (dan air bersih) terhadap PDRB
Sumberdaya Mineral Pertambangan, • Ketersediaan regulasi untuk pembinaan dan pengawasan
dst bidang pertambangan
• Ketersediaan sistem pengawasan dan penertiban kegiatan
rakyat yang berpotensi merusak lingkungan
• Cakupan pelayanan kelistrikan
2 Kelautan dan Dinas Kelautan • Kontribusi sektor kelautan dan perikanan terhadap PDRB
Perikanan dan Perikanan, • Tingkat perkembangan budidaya perikanan
dst • Tingkat perkembangan perikanan tangkap
• Ketersediaan sistem penyuluhan perikanan
• Tingkat pengelolaan produksi perikanan
• Tingkat pemasaran produksi perikanan
• Tingkat perkembangan kawasan budidaya laut, air payau,
dan air tawar
• Tingkat illegal fishing
Lingkungan hidup
1 Penataan Ruang Dinas Tata • Tingkat kelengkapan Rencana Tata Ruang (mulai RTRW
Ruang, dst sampai dengan RDTR)
• Tingkat pemanfaatan rencana tata ruang sebagai acuan
koordinasi dan sinkronisasi pembangunan antar sektor dan
antar subwilayah
42
M-5 PENYUSUNAN PROFIL DAERAH DAN PREDIKSI MASA DEPAN
1 Pertanahan Badan • Luas daerah yang telah tercakup dalam sistem pendaftaran
Pertahanan tanah
Daerah • Cakupan informasi pertanahan
• Tingkat penerapan teknologi informasi pertanahan
• Jangka waktu penyelesaian administrasi pertanahan
• Tingkat penyelesaian konflik-konflik pertanahan
Perumahan dan
fasilitas umum
1 Pekerjaan Umum Dinas Pekerjaan • Tingkat aksesibilitas wilayah
Umum, Dinas • Tingkat mobilitas orang/barang
Bina Marga, • Tingkat kondisi prasarana transportasi
Dinas Pengairan, • Tingkat resiko dan periode genangan banjir
Dinas • Jumlah kejadian bencana kekeringan
Pengawasan • Tingkat ketersediaan jaringan prasarana dan pengelolaan air
Bangunan dan baku
Tata Kota, Dinas • Tingkat pemenuhan kebutuhan air untuk berbagai keperluan
Cipta Karya, dst (rumah tangga, permukiman, pertanian, industri)
• Tingkat pengelolaan dan konservasi sumber daya air
• Tingkat pelayanan air minum
• Tingkat pelayanan air limbah bagi masyarakat miskin
• Tingkat pengendalian potensi konflik air
• Tingkat pengendalian pemanfaatan air tanah
• Tingkat perlindungan daerah pantai dari abrasi air laut
• Tingkat kesiagaan penanganan bencana alam
43
M-5 PENYUSUNAN PROFIL DAERAH DAN PREDIKSI MASA DEPAN
Kode
Urusan Fungsi dan Urusan SKPD Contoh Tolok Ukur Kinerja
Kesehatan
1 Kesehatan Dinas • Umur harapan hidup
Kesehatan, • Angka kematian bayi
Rumah Sakit • Angka kematian ibu melahirkan
Umum Daerah, • Tingkat prevalensi/kejadian gizi kurang pada anak balita
Rumah Sakit • Angka kasus anemia gizi besi pada ibu hamil
Jiwa, Rumah • Tingkat ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan
Sakit Paru-paru, • Tingkat pemerataan obat dan perbekalan kesehatan
Rumah Sakit • Tingkat ketersediaan unit pelayanan kesehatan
Kebergantungan • Tingkat keterjangkauan pelayanan kesehatan
Obat, Dst • Jumlah kasus akibat pangan dan bahan berbahaya
• Jumlah kasus/kejadian penyakit menular
• Jumlah kasus penyakit malaria, DBD
• Tingkat prevalensi HIV/AIDS
• Persentase perilaku hidup sehat
• Akses penduduk terhadap sanitasi dasar
• Tingkat kunjungan penduduk miskin ke Puskesmas
• Cakupan pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin
• Akses masyarakat kawasan perbatasan pada pelayanan
kesehatan
• Proporsi tenaga dokter di Puskesmas
• Pemerataan tenaga kesehatan
• Tingkat pelayanan kesehatan Ibu dan bayi*
• Tingkat pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia
sekolah*
• Cakupan peserta KB aktif*² Cakupan pelayanan imunisasi*
• Cakupan pelayanan kesehatan jiwa
• Cakupan pelayanan gawat darurat
• Tingkat pencegahan/pemberantasan penyakit polio, TB
Paru, dan ISPA*
• Jumlah institusi binaan untuk pelayanan kesehatan
lingkungan
* beberapa contoh dari SPM bidang Kesehatan di Kab/kota.
Selengkapnya dapat dilihat dalam KepMenKes No 1457/
MenKes/SK/X/2003 tentang Standard Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota
Pariwisata dan
budaya
1 Kebudayaan Dinas • Ketersediaan kebijakan tentang pelestarian budaya lokal
Kebudayaan, daerah
Permuseuman • Jumlah program pengembangan kesenian dan kebudayaan
dst daerah
Agama *)
Pendidikan
1 Pendidikan Dinas • Cakupan pelayanan pendidikan usia dini
Pendidikan, • Persentase penduduk yang selesai Program Wajib Belajar
Kantor Pendidikan Dasar 9 Tahun
Perpustakaan • Angka partisipasi kasar penduduk yang mengikuti
Daerah, dst pendidikan menengah
• Angka partisipasi kasar penduduk yang mengikuti
pendidikan tinggi
44
M-5 PENYUSUNAN PROFIL DAERAH DAN PREDIKSI MASA DEPAN
1 Pemuda dan Olah Dinas Pemuda • Tingkat kualitas pemuda (15-35 tahun)
Raga dan Olahraga, • Sports Development Index (SDI)
dst • Prestasi olahraga dalam event-event internasional
• Ada/tidaknya kebijakan pengelolaan prestasi olahraga
daerah
• Tingkat ketersediaan prasarana dan sarana olahraga
Perlindungan
sosial
1 Kependudukan dan Dinas • Ada/tidaknya system administrasi kependudukan
Catatan Sipil Kependudukan
dan Catatan Sipil,
dst
1 Keluarga Sejahtera BKKBD, dst • Tingkat kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak
• Tingkat/kualitas tumbuh kembang anak
• Cakupan pelayanan pasangan usia subur yang tergolong
masyarakat miskin
45
M-5 PENYUSUNAN PROFIL DAERAH DAN PREDIKSI MASA DEPAN
Keterangan:
1 Kode Urusan Wajib
2 Kode Urusan Pilihan
Sumber: LGSP Planning Team
46
M-6 KAJIAN TERHADAP RPJP-DAERAH
Keluaran · Identifikasi butir-butir pokok dari rumusan visi, misi dan arah
pembangunan jangka panjang daerah
· Kedudukan, peran, dan fungsi RPJMD dalam kebijakan
pembangunan jangka panjang yang telah ditetapkan.
Hal-hal penting Hal-hal penting yang perlu mendapatkan review dari RPJP-
yang harus Daerah:
diperhatikan · Isu strategis jangka panjang daerah
· Arahan pembangunan daerah jangka panjang
· Kesesuaian tahapan 5 tahunan pembangunan daerah dengan
program RPJMD
· Target kinerja capaian program pembangunan daerah jangka
panjang
· Kesesuaian visi, misi dan program KDH Terpilih dengan visi,
misi pembangunan daerah jangka panjang
47
M-7 VISI, MISI DAN PROGRAM PRIORITAS KEPALA DAERAH TERPILIH
Tujuan Visi, misi, dan program Kepala Daerah merupakan acuan dalam
menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui ke arah mana
pembangunan dan prioritas program yang menjadi sasaran
Kepala Daerah terpilih sesuai janji yang disampaikan kepada
masyarakat pada waktu proses pemilihan kepala daerah. Tujuan
kegiatan ini:
· Memenuhi janji Kepala Daerah terpilih kepada masyarakat
· Memformulasikan visi, misi, dan program prioritas kepala
daerah terpilih untuk dijabarkan di dalam program dan kegiatan
yang akan dilaksanakan melalui RPJMD dan kegiatan tahunan
yang akan dibiayai melalui APBD
· Untuk mengklarifikasi visi, misi, dan program Kepala Daerah
terpilih, serta lebih mempertegas arah dan kebijakan
pembangunan daerah.
48
M-8 KAJIAN TERHADAP VISI, MISI DAN PROGRAM PRIORITAS
KEPALA DAERAH TERPILIH
Informasi yang · Pernyataan rumusan visi, misi, dan program Kepala Daerah
Disiapkan terpilih.
Hal-hal Penting · Umumnya rumusan pernyataan visi, misi dan program pokok
yang Harus calon Kepala Daerah terpilih lebih bernuansa politis dan
diperhatikan bersifat umum, dan program- programnyapun seringkali
bersifat umum dan tidak fokus untuk mengatasi permasalahan/
isu yang ada di daerah, demikian pula tidak terukur, sehingga
tidak dapat dijadikan acuan dalam mengukur kinerja Kepala
Daerah. Untuk mengatasi hal ini dalam konsultasi dengan KDH
Terpilih perlu dicapai kesepakatan tentang : (1) fokus tema
pembangunan yang diinginkan; (2) agenda program yang
sesuai dengan profil dan isu pembangunan daerah; (3)
indikator kinerja utama yang dapat digunakan untuk
menentukan keberhasilan pemerintahan Kepala Daerah.
· Dalam kajian perlu lebih diidentifikasi fokus dan besaran pro-
gram yang layak untuk dilaksanakan pada masa lima tahun
pemerintahannya dalam rangka menjabarkan/mengelaborasi
rumusan program yang disusun sewaktu proses Pilkada.
Susunlah daftar 5 hingga 6 core val- Visi yang benar memenuhi syarat
ues yang akan menjadi landasan sbb:
operasional untuk mencapai misi (dari 1. Mengemukakan secara jelas
pandangan stakeholders, organisasi kemana arah yang dituju
masyarakat, pemerintah daerah, 2. Mudah dibaca dan dipahami
DPRD dan komponen masyarakat 3. Merefleksikan ‘spirit’ dari
lainnya) pemerintah daerah
4. Masyarakat dapat ‘mengisi’ dan
Perumusan misi perlu menjawab: memberikan ‘kontribusi’
Siapa kita? Apa tujuan kita? 5. Sifatnya ‘kompak’ dapat mempe-
Masalah utama apa yang kita perlu domani pengambilan keputusan
tangani? 6. Mendapatkan perhatian masya-
Apa yang membuat kita unik atau ’dis- rakat
tinct’ sebagai pemerintah daerah atau 7. Dapat dirasakan apabila mende-
organisasi? ngarkan
Nilai-nilai utama (core values) apa yang 8. Memberikan pemahaman tentang
akan memandu kita mencapai misi posisi tujuan individu dalam tujuan
bersama
9. Memberikan ‘motivating force’
10. Memberikan tantangan untuk
mencapainya
49
M-9 ANALISIS KEUANGAN DAERAH
Metoda · Kerja bersama dalam Tim dengan dibantu oleh tenaga ahli
keuangan daerah
50
M-9 ANALISIS KEUANGAN DAERAH
Arah Kebijakan Keuangan Daerah dengan asumsi bahwa masa yang akan datang
adalah kebijakan penyusunan program dan memiliki pola yang sama dengan masa lalu.
indikasi kegiatannya pada pengelolaan
pendapatan dan belanja daerah secara efektif dan Jenis-jenis masa depan:
efisien • Masa depan potensial:
Situasi yang mungkin terjadi berbeda dengan
Apa yang dimaksud dengan Kondisi Keuangan? keadaan sekarang. Mis: bencana alam
1. Kemampuan pemerintah daerah untuk • Masa depan masuk akal:
memenuhi pembayaran kewajiban bulanannya Masa depan yang dapat terjadi jika pembuat
dalam jangka pendek (Solvabilitas Kas/Cash kebijakan melakukan intervensi. Misal:
Solvency) Bencana kelaparan dapat dihindarkan apabila
2. Kemampuan untuk membiayai pengeluaran pemerintah melakukan kebijakan untuk
yang sudah dicanangkan untuk tahun fiskal/ menjaga stok pangan
anggaran bersangkutan (Solvabilitas anggaran/ • Masa depan normatif:
Budgetary Solvency) Masa depan yang seharusnya terjadi bila
3. Kemampuan untuk menjaga keseimbangan dilakukan serangkaian kebijakan yang tertata.
belanja dan pendapatan dalam jangka panjang
(Solvabilitas jangka-panjang/Long-run Tujuan Proyeksi:
Solvency) 1. Menilai dan memahami kondisi keuangan
4. Kemampuan untuk menyediakan pelayanan pemerintah daerah serta faktor-faktor yang
ditingkat yang ditetapkan bagi kesehatan, mempengaruhinya
keamanan, dan kesejahteraan masyarakat dan 2. Mengidentifikasi persoalan keuangan saat ini
warganya (Solvabilitas tingkat-layanan/Service- dan yang akan muncul
level Solvency) 3. Mengidentifikasi kebijakan yang akan diambil
dengan segala konsekuensinya
Proyeksi keuangan daerah: 4. Mengidentifikasi strategi dan kebijakan yang
Adalah ramalan pola kondisi keuangan daerah dapat diambil guna mempengaruhi perubahan
pada periode tahun yang akan datang, sehingga akan mengurangi resiko yang lebih
didasarkan pada kecenderungan masa lalu, besar
51
M-9 ANALISIS KEUANGAN DAERAH
52
M-9 ANALISIS KEUANGAN DAERAH
· Sebagai salah satu bahan evaluasi maupun proyek/kegiatan yang dapat menghasilkan
sebagai bahan pertimbangan bagi para pendapatan (cost recovery);
pengambil kebijakan untuk meletakkan dasar • DSCR < 2,5; Daerah tidak dapat melakukan
Perencanaan Pembangunan dimasa yang akan pinjaman baru.
datang.
Contoh Kasus Proyeksi Keuangan
- Pertumbuhan Jumlah penduduk
- Laju Inflasi Perkembangan Pendapatan Daerah di Kabupaten
Purworejo, Tahun 1999/2000-2004 (dalam ribuan
Pertumbuhan Periode sebelumnya rupiah)
Contoh:
Perkembangan Belanja di Kabupaten Purworejo,
Tahun 1999/2000-2003 (dalam jutaan rupiah)
53
M-9 ANALISIS KEUANGAN DAERAH
dilakukan. Hal ini semata-mata untuk menjaga Proyeksi alokasi dana untuk pembiayaan
prinsip kehati-hatian dengan harapan beban defisit program pembangunan:
untuk masa-masa mendatang tidak semakin 1. Perlu diidentifikasi terlebih dahulu sumber
besar. pembiayaan (asal pendanaan) yang mungkin
diraih:
Contoh: a. APBN
Permasalahan pendapatan di Kab. Purworejo: b. APBD Provinsi
c. Kemitraan dengan swasta
a. Rendahnya sumbangan PAD terhadap total d. Swadana masyarakat
pendapatan daerah (6,87 %) untuk kurun waktu e. Pinjaman
2000 – 2004 2. Perlu disepakati diantara stakeholders dan
b. Rendahnya bagi hasil pajak (5,7%) dan bagi penanggungjawab pelaksana program yang
hasil non pajak (0,25%) terhadap total besangkutan untuk menentukan model
pendapatan daerah alokasi dana yang akan dibagi untuk program-
c. Belum optimalnya dan masih belum didatanya program
dengan baik hasil-hasil pembiayaan dari 3. Asumsi-asumsi yang bisa digunakan untuk
sumber swadaya masyarakat. penentuan alokasï:
d. Belum banyaknya model-model kemitraan yang a. Jumlah penduduk wilayah sasaran
dijalin dengan pihak swasta, beserta besaran perencanaan
nilai-nilai proyek yang dilaksanakan. Hal ini akan b. Luas wilayah
menyulitkan untuk proses hagi hasil di kemudian c. Lingkup program investasi
hari.
Contoh:
Contoh: Dengan memasukkan unsur-unsur proyeksi
Matriks Potensi Sumber Pendapatan Asli Daerah sumber-sumber pembiayaan di Kabupaten
dengan menggunakan matrik Potensi untuk Purworejo selama tahun 2005-2010 yang terdiri
memproyeksikan perkembangan sumber dari: (i) Proyeksi Pendapatan Daerah; (ii)
pendapatan di Kabupaten Purworejo, Tahun 2000- Proyeksi Belanja Wajib; (iii) Kekuatan Anggaran
2003 Daerah (mulai tahun 2006-2010); (iv) Swadaya
Masyarakat; dan (v) Partisipasi Swasta dengan
tidak memasukkan plafon Pinjaman; dapat
dihasilkan proyeksi dana yang tersedia untuk
pembiayaan program investasi yang
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Contoh:
Rencana Tindak peningkatan pendapatan
berdasarkan hasil analisis permasalahan dan
potensi sumber pendapatan
54
M-10 KAJIAN RTRW-D
Hal-hal Penting Hal-hal yang perlu mendapatkan review dari dokumen RTRW
yang Harus · Status dan kondisi ketersediaan penataan ruang daerah untuk
diperhatikan berbagai tingkatan rencana
· Kualitas penataan ruang daerah sebagai alat untuk develop-
ment controlle
· Perwilayahan pembangunan daerah
· Daya dukung daerah untuk menampung pembangunan
· Isu pemanfaatan ruang daerah (illegal logging, illegal sand
mining, alih fungsi lahan pertanian produktif, gangguan fungsi
lindung (hancurnya terumbu karang, exploitasi hutan secara
berlebihan, gangguan pada ekosistem lingkungan)
· Isu konflik antar kepentingan, pengendalian dan penertiban
pemanfaatan ruang
· Kesenjangan pembangunan antar wilayah
· Peraturan dan penerapan sanksi pelanggaran penataan ruang
· Kebutuhan revisi RTRW, RTDR
55
M-11 REVIEW RPJMD PROVINSI DAN RPJM NASIONAL
Tujuan Mengkaji visi dan misi pembangunan serta arah kebijakan dan
program pembangunan, baik dalam lingkup nasional, maupun
dalam lingkup regional provinsi yang berkaitan dengan daerah
yang akan disusun RPJMD. Secara spesifik bertujuan untuk:
· Mengetahui isu strategis nasional dan regional serta keterkaitan
dengan daerah perencanaan.
· Mengetahui strategi pembangunan daerah dan strategi
pembangunan nasional serta dampaknya terhadap daerah
perencanaan.
· Mengetahui program-program pembangunan dalam lingkup
regional dan nasional, yang dapat disinergikan dengan pro-
gram daerah.
· Mengetahui hal-hal prinsip yang harus diperhatikan dalam
menentukan prioritas program maupun dalam menentukan
arah-arah kebijakan.
Prinsip-prinsip · Titik berat kajian review pada aspek kebijakan yang terkait
dengan peran dan fungsi daerah perencanaan, serta prioritas
program yang akan dilaksanakan Pemerintah Pusat maupun
Pemda Provinsi yang berdampak terhadap daerah
perencanaan.
56
M-12 ORIENTASI RENSTRA SKPD
Metoda Lokakarya/Sosialisasi
57
M-12 ORIENTASI RENSTRA SKPD
58
M-13 PEMBENTUKAN TIM PENYUSUN RENSTRA SKPD
59
M-14 PENYUSUNAN RENCANA KERJA PENYIAPAN
DOKUMEN RENSTRA SKPD
Prinsip-prinsip · Rencana kerja yang disusun harus jelas untuk setiap tahapan
kegiatan, kapan dimulainya dan harus diselesaikan aktivitas.
· Dalam kalender kegiatan juga harus dapat memperlihatkan, jenis
kegiatan apa saja yang dapat dilakukan secara simultan dengan
kegiatan lainnya, dan tahapan kegiatan apa yang harus menunggu
tahapan kegiatan lainnya, dan lintasan kritisnya.
Informasi yang · Visi, misi, dan agenda/program pokok calon Kepala Daerah
Disiapkan terpilih, atau calon-calon kepala daerah (bila PILKADA sedang
dalam proses pelaksanaan pemilihan).
· Ketentuan batasan waktu penyelesaian setiap tahapan kegiatan
yang telah diatur dalam peraturan perundangan
· Kalender perencanaan yang dikeluarkan Bappeda.
60
M-14 PENYUSUNAN RENCANA KERJA PENYIAPAN
DOKUMEN RENSTRA SKPD
Keluaran Kompilasi data yang sistematis dan lengkap yang meliputi data
dasar sesuai bidang SKPD, pencapaian kinerja saat ini, pola
perkembangan masa lalu dan aspek kebijakan serta peraturan
perundangan yang terkait SKPD.
Urusan Layanan SKPD Tolok Ukur Kinerja Capaian Kinerja SKPD Saat ini
(1) (2) (3)
1 1.
2.
3.
2 1.
2.
3.
3 1.
2.
3.
61
M-16 PENYUSUNAN PROFIL PELAYANAN SKPD
DAN PREDIKSI JANGKA MENENGAH
62
M-16 PENYUSUNAN PROFIL PELAYANAN SKPD
DAN PREDIKSI JANGKA MENENGAH
Hal-hal Penting · Bagi SKPD yang telah mempunyai SPM (Standar Pelayanan
yang Harus Minimal), baik yang telah ditetapkan secara nasional maupun
diperhatikan daerah, hendaknya pengukuran kinerja pelayanan mengacu
pada SPM tersebut, sedangkan bagi SKPD yang belum
mempunyai SPM, maka perlu dirumuskan tersendiri
berdasarkan analisis antara kebutuhan nyata dengan tingkat
pelayanan yang dapat dipenuhi.
· Bagi SKPD yang belum memiliki SPM, maka dalam
penyusunan Renstra SKPD perlu ditetapkan SPM yang hendak
dicapai berdasarkan kajian-kajian standar kebutuhan
pelayanan yang wajar.
63
M-17 IDENTIFIKASI STAKEHOLDER
Langkah-langkah 1) Identifikasi fungsi, urusan wajib, dan pilihan SKPD yang akan
ditangani
2) Menyusun daftar (long dan short list) stakeholder
3) Pemetaan Stakeholder
4) Analisis keberadaan, kemampuan, kapasitas, kompetensi,
kesediaan dan komitmen stakeholder untuk berkontribusi
dalam penyusunan RPJMD dan Renstra SKPD
5) Melakukan strategi untuk memobilisasi dan mempertahankan
partisipasi efektif stakeholder
dst
64
M-17 IDENTIFIKASI STAKEHOLDER
65
M-18 PENENTUAN STAKEHOLDER UNTUK KONSULTASI
PUBLIK DAN FGD
dst
Hal-hal Penting Stakeholder perlu memenuhi kriteria equity (semua pihak yang
yang Harus terpengaruh oleh rencana), resources (semua pihak yang
diperhatikan mengendalikan keputusan alokasi sumber daya dan dana untuk
implementasi rencana), dan legitimacy (semua pihak yang
berwenang untuk berbicara atas nama konstituennya)
66
M-19 PERUMUSAN METODA DAN PANDUAN JARING ASPIRASI:
FGD, FORUM SKPD, MUSRENBANG DAN FORUM KONSULTASI
Metoda Workshop
67
M-19 PERUMUSAN METODA DAN PANDUAN JARING ASPIRASI:
FGD, FORUM SKPD, MUSRENBANG DAN FORUM KONSULTASI
CSO dapat memberikan usulan mengenai metoda dan tata cara penjaringan aspirasi yang lebih
optimal untuk setiap jenis kegiatan penjaringan, termasuk peserta yang diundang, narasumber
yang diundang, keluaran yang diharapkan, waktu pelaksanaan, agenda kegiatan, fasilitator dan
media yang digunakan dan tempat pelaksanaan.
68
M-19 PERUMUSAN METODA DAN PANDUAN JARING ASPIRASI:
FGD, FORUM SKPD, MUSRENBANG DAN FORUM KONSULTASI
TEMPLATE
Panduan Konsultasi Publik Perencanaan Daerah ditujukan untuk membantu Pemerintah Daerah dalam
menyiapkan konsultasi publik bagi penyusunan dan pembahasan rencana daerah di berbagai tingkatan
pemerintahan dalam kerangka menerapkan perencanaan partisipatif secara efektif
No DESKRIPSI KONSULTASI
69
M-19 PERUMUSAN METODA DAN PANDUAN JARING ASPIRASI:
FGD, FORUM SKPD, MUSRENBANG DAN FORUM KONSULTASI
Lanjutan ...........
No DESKRIPSI KONSULTASI
70
M-23 SOSIALISASI BAHWA DAERAH AKAN MENYUSUN RPJMD
71
M-24 JARING ASPIRASI ISU DAN HARAPAN MASYARAKAT
72
M-24 JARING ASPIRASI ISU DAN HARAPAN MASYARAKAT
CSO dapat juga memberikan hasil kajian dan pengamatan mereka dan/atau hasil advokasi
mereka terhadap masyarakat yang didampinginya berkaitan terhadap isu-isu pembangunan
jangka menengah di daerah dan harapan mereka terhadap penanganan isu-isu tersebut.
73
M-24 JARING ASPIRASI ISU DAN HARAPAN MASYARAKAT
74
M-25 FORMULASI DOKUMEN RANCANGAN AWAL RPJMD
Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Penyusunan RPJMD
1.2. Landasan Hukum
1.3. Maksud, Tujuan, dan Ruang Lingkup
1.4. Kedudukan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan lainnya
1.5. Sistematika Penulisan
Bab II
Tinjauan Umum Kondisi dan Permasalahan Pembangunan Daerah
Membincangkan tentang profil, status, kondisi, situasi, pengkajian kinerja
capaian, rumusan isu dan permasalahan strategis dalam penyeleng-garaan
fungsi-fungsi pemerintahan daerah secara menyeluruh
2.1 Kondisi Geografis Daerah
2.2 Pelayanan Umum
2.3 Ketertiban dan Ketentraman
2.4 Ekonomi
2.5 Lingkungan Hidup
2.6 Perumahan dan Fasilitas Umum
2.7 Kesehatan
2.8 Pendidikan
2.9 Pariwisata dan Budaya
2.10 Pendidikan
2.11 Perlindungan sosial
2.12 Keuangan Daerah
2.13 Rumusan Issue Strategis Pembangunan Daerah
Bab III
Tinjauan Terhadap Dokumen Perencanaan Terkait
3.1 RPJM Nasional
3.2 RTRW Nasional dan RTRW Provinsi (untuk RPJM Provinsi)
75
M-25 FORMULASI DOKUMEN RANCANGAN AWAL RPJMD
Bab IV
Visi, Misi dan Agenda Pembangunan Daerah
Mengemukakan secara jelas visi, misi dan agenda (program) Kepala
Daerah Terplih
4.1 Visi
4.2 Misi
4.3 Agenda (apabila ada)
Bab V
Tujuan, Strategi, dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah
Berdasarkan visi, misi dan agenda Kepala Daerah Terpilih dirumuskan
tujuan (SMART), strategi pencapaian tujuan dan kebijakan yang akan
ditempuh untuk masing-masing strategi pembangunan daerah.
5.1 Tujuan
5.2 Strategi
5.3 Arah Kebijakan Umum (untuk setiap fungsi pemerintahan daerah
tersebut diatas)
5.4 Arah Kebijakan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan
Bab VI
Program Pembangunan Daerah
Untuk masing-masing program perlu dicantumkan nama program, tolok
ukur dan target kinerja capaian program dan pagu indikatif
6.1 Program Pembangunan
6.1.1 Program SKPD
6.1.2 Program Lintas SKPD
6.1.3 Program Lintas Kewilayahan
6.2 Program Pengembangan Kelembagaan dan Legislasi Daerah
Bab VII
Kaidah Pelaksanaan
Mengemukakan tentang program dan kegiatan pendukung yang
diperlukan untuk dapat mengimplementasikan RPJMD secara efektif
7.1 Konsistensi penyusunan Renstra SKPD, RKPD, dan Renja SKPD
dengan RPJMD
7.2 Pemantauan dan evaluasi kinerja pencapaian program RPJMD
7.3 Penguatan kemampuan dan kapasitas DPRD untuk memantau
dan mengevaluasi RPJMD
7.4 Penguatan kemampuan dan kapasitas Non Government Stake-
holder untuk memantau dan mengevaluasi implementasi RPJMD
Lampiran
Tabel-Tabel Penting (dalam Lampiran) sekurang-kurangnya mencakup:
1. Fungsi, Tolok Ukur Capaian Pelaksanaan, Issue dan
Permasalahan masing-masing fungsi pemerintahan daerah
2. Dokumentasi Kesepakatan Konsultasi Publik dan Musrenbang
RPJMD
3. Program, Tolok Ukur dan Target Kinerja Capaian Program, dan
Pagu Indikatif menurut fungsi-fungsi pemerintahan daerah
4. Kondisi dan Situasi Keuangan Daerah 5 Tahun lalu (Penerimaan
dan Belanja)
5. Proyeksi Fiskal Daerah
6. Kerangka Pendanaan Jangka Menengah
Referensi:
1) Daftar Isi dan Substansi Bahasan RPJM Daerah menurut SE Mendagri 050/2020/SJ Tahun 2005
2) Daftar Isi RPJM Nasional 2004-2009
76
M-26 TUPOKSI SKPD
Tujuan Melakukan kajian terhadap tugas pokok dan fungsi SKPD dalam
rangka menentukan visi dan misi SKPD dikaitkan dengan visi
dan misi kepala daerah terpilih. Kegiatan ini ditujukan untuk:
· Mengidentifikasi peluang kontribusi SKPD dalam rangka
pencapaian visi, misi, dan program prioritas/agenda dari
Kepala Daerah terpilih.
· Menentukan arah pengembangan dan prioritas kinerja SKPD
Prinsip-prinsip Tugas pokok dan fungsi SKPD akan digunakan sebagai landasan
dalam merumuskan visi dan misi SKPD serta dalam rangka
menyusun indikasi rencana program jangka menengah.
Hal-hal Penting · Perumusan visi, misi SKPD yang dikaitkan dengan visi dan misi
yang Harus Kepala Daerah terpilih, hendaknya tidak mengabaikan tugas pokok
diperhatikan dan fungsi SKPD dalam pelayanan kepada masyarakat.
77
M-27 PERUMUSAN VISI DAN MISI SKPD
Informasi yang · Hasil kajian terhadap visi, misi dan program prioritas Kepala
Disiapkan Daerah terpilih
· Tupoksi SKPD yang bersangkutan
Hal-hal Penting Rumusan visi harus jelas, sederhana sehingga mudah dipahami,
yang Harus mengembangkan kultur, nilai-nilai tertentu yang dapat menstimu-
diperhatikan lasi stakeholder untuk mencapainya.
Visi sejauh mungkin spesifik dan berakar pada kondisi dan situasi
setempat dan disepakati oleh semua stakeholder.
Misi terdiri atas pernyataan misi dan nilai-nilai utama atau ‘core
values’ yang menjadi landasan operasional untuk mencapai misi
Daftar 5 hingga 6 core values yang akan menjadi landasan
operasional untuk mencapai misi (dari pandangan stakeholder,
organisasi masyarakat, Pemerintah Daerah, DPRD dan
komponen masyarakat lainnya).
78
M-28 EVALUASI RENSTRA SKPD (RENSTRA DINAS) PERIODE LALU
dst
79
M-29A PENETAPAN TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN SKPD
Hal-Hal penting Tujuan-tujuan adalah pernyataan tentang apa yang perlu dicapai
harus diperhatikan untuk mencapai visi, misi dan mengatasi isu yang dihadapi.
Tujuan-tujuan strategis dirumuskan berasaskan pendakatan
SMART.
SPESIFIK
TERUKUR
DAPAT DICAPAI
REALISTIS DAN BERORIENTASI HASIL
JANGKA WAKTU PENCAPAIAN YANG JELAS
80
M-29A PENETAPAN TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN SKPD
Ada review terhadap strategi masa lalu yang berhasil dan kurang
berhasil. Pastikan bahwa masing- masing strategi tidak saling
bertentangan (konflik) tetapi saling mendukung dan melengkapi.
Keluaran · Profil daerah dan prediksi kondisi umum daerah 5 tahun yang
akan datang berdasarkan analisis dan kesepakatan stakeholder
kunci/ahli
· Isu strategis dan strategi pembangunan daerah berdasarkan
analisis dan kesepakatan stakeholder kunci/ahli
· Analisis kemampuan keuangan daerah dan arah kebijakan
keuangan daerah berdasarkan analisis dan kesepakatan stake-
holder kunci/ahli
· Kebijakan umum dan Program Prioritas Kepala Daerah
berdasarkan analisis dan kesepakatan stakeholder kunci/ahli
81
M-29 FGD UNTUK SETIAP TOPIK
82
M-29 FGD UNTUK SETIAP TOPIK
Template
Identifikasi Capaian Target Pembangunan dari Setiap Urusan
Pemerintahan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
ORGANISASI
TARGET KINERJA TARGET CAPAIAN (TERKAIT
TUJUAN CAPAIAN KINERJA PROGRAM DENGAN
KODE KODE NAMA BIDANG URUSAN PROGRAM PROGRAM/ CAPAIAN /KEGIATAN PELAKSANAAN
FUNGSI URUSAN FUNGSI PEMERINTAHAN DAERAH KEGIATAN KEGIATAN PROGRAM/ SAAT INI URUSAN)
MENURUT SPM KEGIATAN
(2) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Urusan Wajib
2 Urusan Pilihan
83
M-30 PEMBAHASAN RANCANGAN AWAL RPJMD BERSAMA SKPD
84
M-31 KAJIAN RENSTRA SKPD PROVINSI DAN RENSTRA
KEMENTRIAN & KELEMBAGAAN
Informasi yang · Renstra SKPD Provinsi yang sesuai SKPD yang bersangkutan
Disiapkan · Renstra KL untuk bidang SKPD yang bersangkutan
85
M-32 PERUMUSAN PROGRAM (SKPD, LINTAS SKPD, KEWILAYAHAN)
Informasi yang · Hasil identifikasi permasalahan yang cukup ditangani oleh SKPD
Disiapkan tertentu
· Hasil identifikasi permasalahan yang membutuhkan penanganan
lintas SKPD
· Hasil identifikasi permasalahan yang membutuhkan penanganan
lintas kewilayahan.
Hal-hal Penting · Rencana kerja, penjadwalan dan tujuan, sasaran dan target kinerja
yang harus capaian program/kegiatan lintas SKPD maupun lintas kewilayahan
diperhatikan perlu dikoordinasikan dan disepakati bersama di antara SKPD.
86
M-33 CAPAIAN KEBERHASILAN DAN PERMASALAHAN SERTA KAJIAN
TERHADAP STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
Informasi yang · Data kinerja tingkat pencapaian pelayanan SKPD (time se-
Disiapkan ries)
· SPM untuk bidang SKPD baik yang ditetapkan secara nasional,
maupun provinsi dan Kabupaten/Kota
87
M-33 CAPAIAN KEBERHASILAN DAN PERMASALAHAN SERTA KAJIAN
TERHADAP STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM)
88
M-34 PEMBAHASAN FORUM SKPD
Tahap pelaksanaan:
a. Pemaparan analisis kondisi umum daerah dan prediksi 5 (lima)
tahun kedepan;
b. Pemaparan visi, misi, dan program Kepala Daerah;
c. Pemaparan sasaran hasil pembangunan jangka menengah
dan rencana kerja RPJMD yang terkait dengan tugas dan fungsi
SKPD ybs;
d. Inventarisasi kegiatan yang diperlukan sesuai fungsi dan tugas
SKPD dalam melaksanakan rencana kerja RPJMD;
e. Perumusan dan penyepakatan tujuan dan strategi serta
kebijakan SKPD;
f. Penyerasian kegiatan dari rencana kerja SKPD amanat
Rancangan Awal RPJMD dengan tujuan, strategi, kebijakan,
program dan kegiatan SKPD;
g. Daftar kegiatan dan program Renstra SKPD
h. Pemaparan dan penyepakatan program pembangunan daerah
yang meliputi program SKPD, Lintas SKPD, dan program
kewilayahan, sebagai hasil dari menghimpun kegiatan-
kegiatan dalam rencana kerja RPJMD ke dalam program
SKPD, Program Lintas SKPD dan Porsi Program SKPD dalam
Program Kewilayahan
89
M-34 PEMBAHASAN FORUM SKPD
90
M-34 PEMBAHASAN FORUM SKPD
91
M-35 BERITA ACARA HASIL KESEPAKATAN FORUM SKPD
Metoda Workshop
Langkah-langkah 1) Agenda Forum SKPD dan diskusi dalam kelompok kerja dan
pleno perlu distrukturkan sedemikian rupa sehingga hasil-
hasilnya mudah dituangkan kedalam naskah kesepakatan
2) fasilitator yang independen perlu ditugaskan untuk menyusun
rancangan naskah kesepakatan atas nama semua pihak
peserta Forum SKPD
3) rancangan naskah kesepakatan selanjutnya direview oleh
kelompok kecil yang merepresentasikan semua stakeholder
4) naskah kesepakatan disetujui, ditandatangani oleh semua
pihak peserta Forum SKPD
5) pelembagaan naskah kesepakatan dalam peraturan Kepala
SKPD
6) review pelaksanaan naskah kesepakatan secara berkala,
terutama apabila ada perubahan yang signifikan dalam kondisi
ekonomi, sosial, politik dan kelembagaan
92
M-36 PENYUSUNAN DOKUMEN RANCANGAN RPJMD
Hal-hal Penting yang · Rancangan RPJMD harus lengkap memuat seluruh jenis pro-
Harus diperhatikan gram serta perkiraan pembiayaan, termasuk perkiraan alokasi
dana desa yang akan digunakan oleh desa dalam
melaksanakan Musrenbang serta perkiraan alokasi dana untuk
SKPD yang akan digunakan bagi SKPD dalam menampung
usulan-usulan dari Musrenbang Desa/Kelurahan, Musrenbang
Kecamatan dan hasil kajian SKPD sendiri.
· Rumusan program RPJMD, pada dasarmya merupakan
kumpulan renstra SKPD daerah yang bersangkutan yang telah
dikaitkan dengan kemampuan pendanaan serta faktor
keterbatasan lainnya yang demiliki daerah.
93
M-37 PENYUSUNAN DOKUMEN RANCANGAN RENSTRA SKPD
Hal-hal Penting · Rumusan program dan kegiatan harus lengkap dan terukur, juga
yang Harus dilengkapi dengan perkiraan pembiayaan,
diperhatikan · Sasaran menunjang visi, misi dan prioritas program kepala daerah
terpilih tidak boleh mengabaikan fungsi SKPD dalam memberikan
pelayanan umum kepada penduduk.
· Rancangan program dan kegiatan SKPD wajib dikoordinasikan
dengan program dan kegiatan SKPD Provinsi.
94
M-38 MUSRENBANG RPJM-D
95
M-38 MUSRENBANG RPJM-D
Tahap pelaksanaan:
a) Pemaparan visi, misi, dan program Kepala Daerah;
b) Pemaparan analisis kondisi umum daerah dan prediksinya;
c) Pemaparan dan penyepakatan strategi pembangunan daerah
utamanya komposisi dan durasi masing-masing rencana kerja
untuk menghasilkan sasaran hasil pembangunan jangka
menengah dan kebijakan umum;
d) Pemaparan dan penyepakatan arah kebijakan keuangan
daerah;
e) Pemaparan dan penyepakatan program pembangunan daerah
yang meliputi program SKPD, Lintas SKPD, dan program
kewilayahan;
f) Merumuskan kesepakatan para pemangku-kepentingan
pembangunan hasil Musrenbang Jangka Menengah Daerah;
g) Membacakan hasil rumusan oleh Kepala Bappeda
96
M-38 MUSRENBANG RPJM-D
Unsur DPRD melalui komisi-komisi yang ada perlu terlibat aktif dalam
pelaksanaan musrenbang RPJMD, baik dalam sidang/pembahasan
kelompok maupun dalam sidang pleno dan perumusan kesepakatan
bersama.
Dalam musrenbang, kedudukan unsur DPRD sama dengan peserta lainnya
yang diharapkan memberikan kontribusi pemikiran dan pendapatnya
terhadap materi bahasan. Sesuai dengan latar belakang institusi yang
diwakilinya, maka unsur DPRD ini diharapkan juga memberikan pandangan/
pendapatnya dari aspek regulasi serta kebijakan daerah.
Kemungkinan peranan dan kontribusi yang dapat diberikan oleh DPRD:
• Merumuskan isu dan permasalahan strategis daerah
• Memberikan pokok-pokok pikiran tentang tema dan prioritas program pembangunan daerah
• Memastikan bahwa tujuan, strategi, kebijakan dan capaian program prioritas RPJMD benar-
benar diorganisasikan secara terpadu dan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat
• Memastikan bahwa RPJMD memuat capaian program dan alokasi dana yang memadai untuk
mencapai STANDAR PELAYANAN MINIMAL untuk semua pelayanan dasar terutama bagi
masyarakat berpendapatan rendah
• Memastikan adanya kesepakatan tentang indikator kinerja penyelenggaraan fungsi-fungsi
pemerintahan daerah dan kinerja diperingkat program pembangunan daerah yang
memungkinkan masyarakat dapat menilai keberhasilan atau ketidak berhasilan pencapaian
VISI, MISI dan AGENDA KEPALA DAERAH TERPILIH
• Merumuskan kebutuhan dukungan program regulasi untuk pencapaian tujuan dan sasaran
RPJMD
• Memastikan kesepakatan MUSRENBANG RPJMD telah memuat komitmen dari semua pihak
untuk melaksanakannya.
97
M-39 NASKAH KESEPAKATAN HASIL MUSRENBANG RPJMD
Metoda Workshop
98
M-39 NASKAH KESEPAKATAN HASIL MUSRENBANG RPJMD
99
M-40 PENYUSUNAN DOKUMEN RANCANGAN AKHIR RPJMD
100
M-40 PENYUSUNAN DOKUMEN RANCANGAN AKHIR RPJMD
101
M-41 PENYUSUNAN DOKUMEN RENSTRA SKPD
BAB.1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Landasan Hukum
1.4 Kedudukan dan Peranan Renstra SKPD dalam Perencanaan
Daerah
1.5 Sistematika Penulisan
BAB.5 PROGRAM
5.1 Program SKPD
5.2 Program Lintas SKPD
5.3 Program Lintas Kewilayahan
5.4 Pagu Indikatif dan Indikasi Sumber Pendanaan
BAB.6 PENUTUP
Hal-hal Penting yang · Renstra SKPD berisikan program dan kegiatan yang akan
Harus diperhatikan dilaksanakan selama 5 tahun ke depan yang dilengkapi
dengan indikasi pendanaan dan sumber keuangannya, baik
sumber dana APBN, APBD Provinsi maupun APBD
Kabupaten/Kota.
· Renstra SKPD disahkan melalui Peraturan Kepala SKPD dan
merupakan dokumen acuan dalam penyusunan program
tahunan.
102
M-42 PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERDA RPJMD
Hal-hal Penting yang · Untuk mempermudah pemahaman isi dari RPJMD dan/atau
Harus diperhatikan substansi Naskah Akademis Rancangan Perda RPJMD bagi
DPRD, maka Tim penyusun perlu menyiapkan ringkasan
eksekutif RPJMD
· Naskah Akademis sekurang-kurangnya memuat:
- Latar belakang perlunya membuat Perda
- Maksud dan tujuan serta permasalahan yang akan ditangani
Perda
- Manfaat Perda bagi masyarakat umum
- Bagaimana cara Perda akan mengatasi masalah yang ada
- Ruang lingkup Substansi yang akan diatur oleh Perda
- Pemenuhan Perda terhadap asas kepentingan umum, asas
keterbukaan, dan asas akuntabilitas
- Pengaturan kelembagaan untuk implementasi Perda
- Sanksi
· Naskah Ranperda memuat:
- Judul Perda
103
M-42 PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERDA RPJMD
104
M-47 PEMBAHASAN DPRD TENTANG RANPERDA RPJMD
105
H A N D O U T
H
HAAN
NDDO
OUU TT
106
H A N D O U T
PROYEKSI KEUANGAN DAERAH DAN
PROYEKSI BELANJA DAERAH
Dengan diterbitkannya PP 58/2005 bertujuan dalam 2. Rensta SKPD yang disusun oleh SKPD yang
pengelolaan keuangan negara dan daerah dapat mengacu pada RPJMD memuat visi, misi,
dilaksanakan secara efektif dan efisien, dengan tiga tujuan, strategi, kebijakan, program dan
pilar tata kelola pemerintahan yaitu transparansi, kegiatan pembangunan
akuntabilitas dan partisipatif.
Kebijakan Umum APBD (KUA)
Transparansi: merupakan prinsip keterbukaan Kepala Daerah berdasarkan RKPD menyusun
yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui rancangan KUA sebagai landasan penyusunan
dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya RAPBD untuk tahun berikutnya berpedoman pada
tentang keuangan daerah. pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan oleh
Mendagri dan disampaikan kepada DPRD,
Akuntabilitas: segala bentuk penggunaan dana disepakati bersama DPRD dalan nota kesepakan
yang dipergunakan dapat dipertanggung jawabkan. dan ditandatangani bersama menjadi Kebijakan
Umum APBD, selanjutnya kepala daerah
Partisipatif: keterlibatan stakeholder (masyarakat menerbitkan pedoman penyusunan RKA-SKPD
luas) sejak dalam pelaksanaan penyusunan sebagai pedoman kepala SKPD menyusun RKA-
anggaran sampai pada pelaksanaan kegiatan SKPD
pembangunan, di antaranya berupa konsultasi
publik sebagai media untuk menyampaikan kepada Adapun garis besar isi dari Kebijakan Umum APBD
masyarakat informasi penganggaran. adalah rancangan prioritas kegiatan dan plafon
107
H A N D O U T
anggaran sementara, hal tersebut dilaksanakan Dengan pendekatan model seperti inilah tantangan
dengan langkah-langkah sebagai berikut: dapat dieleminir dan peluang dapat lebih
a) Menentukan skala prioritas dalam urusan wajib diberdayakan, sehingga kesan adanya tantangan
dan urusan pilihan atau beban berat yang datang bersamaan dengan
b) Menentukan urutan program dalam masing- peluang yang memberikan harapan besar bagi
masing urusan daerah sejak bergulirnya otonomi daerah
c) Menyusun plafon anggaran sementara untuk berdasarkan UU No.22 tahun 1999 dapat
masing-masing program diantisipasi.
Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD) 1.2. Proses Penyusunan Perencanaan
Keuangan Daerah
Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD)
disusun oleh kepala SKPD dengan menggunakan Penyusunan perencanaan keuangan daerah
pendekatan kerangka pengeluaran jangka dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
menengah daerah, penganggaran terpadu dan 1. Mereview data realisasi selama kurun waktu
penganggaran berdasarkan prestasi kerja. paling sedikit 5(lima) tahun kebelakang
2. Mengidentifikasi kemampuan pembiayaan
Secara garis besar Rencana Kerja dan Anggaran eksisting baik terhadap pembiayaan yang
SKPD (RKA-SKPD) memuat rencana pendapatan, berasal dari pemerintah, masyarakat maupun
belanja untuk masing-masing program dan swasta.
kegiatan menurut fungsi untuk tahun yang 3. Mengkaji kemungkinan peningkatan kemam-
direncanakan dirinci sampai dengan rincian obyek puan pembiayaan secara optimal baik
pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta pembiayaan dari pemerintah, masyarakat
prakiraan maju untuk tahun berikutnya maupun swasta.
4. Menghitung atau memperkirakan kemampuan
Arah Kebijakan Keuangan Daerah adalah kebijakan pembiayaan pembangunan jangka menengah
penyusunan program dan indikasi kegiatannya berdasarkan kemungkinan-kemungkinan
pada pengelolaan pendapatan dan belanja daerah peningkatan yang ada.
secara efektif dan efisien. 5. Merumuskan program-program dan rencana
tindak pemantapan pembiayaan pembangun-
Untuk memenuhi kebutuhan uraian Arah Kebijakan an.
Keuangan Daerah tersebut maka data yang 6. Memproyeksikan seluruh pendapatan daerah,
diperlukan, antara lain mengenai: belanja daerah, dan pembiayaan.
a. Sumber pendapatan daerah dan sejarah
perkembangannya;
b. Alokasi belanja daerah dan sejarah II. GAMBARAN UMUM POTENSI PEMBIAYAAN
perkembangannya; PEMBANGUNAN DAERAH
c. Kebijakan umum anggaran. 2.1. Perekonomian Daerah
Dengan demikian perencanaan keuangan daerah Mengacu kepada visi dan misi daerah, yang
yang lebih strategis akan lebih dapat memberikan nantinya akan ditindaklanjuti dengan pernyusunan
kontribusi yang lebih berarti bagi pelaksanaan dan anggaran, maka perlu adanya melihat realita
atau penyelenggaraan otonomi daerah, mendorong potensi daerah yang ada, hal tersebut akan
terciptanya akselerasi pembangunan daerah dan menjadikan pedoman dalam menentukan
pemerataan hasil-hasilnya hingga keberhasilan kebijakan penganggaran untuk masa yang akan
dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan datang.
masyarakat daerah.
Secara makro, untuk dapat mengukur tingkat
Keberadaan sistem pemerintah yang baik (good pertumbuhan ekonomi, mengukur tingkat
governance), dengan adanya perencanaan kesejahteraan masyarakat serta evaluasi tentang
keuangan daerah akan menjadi sebuah sasaran pembangunan yang telah dicapai. Salah
pendekatan model yang amat strategis, dan lebih satu pedoman yang harus ada adalah tersedianya
memungkinkan timbulnya kekuatan untuk menggali data PDRB, yaitu dengan menghitung nilai produk
dan atau memberdayakan potensi daerah. Potensi barang-barang yang dihasilkan di suatu Kota/
daerah baik berupa sumber daya manusia, alam, Kabupaten minimal setiap tahun. Dari hasil
buatan dan ekonomi, harus diberdayakan penghitungan dimaksud disebut dengan
seoptimal mungkin secara komprehensif sehingga penghitungan Produk Domestik Regional Bruto
benar-benar mampu memberikan nilai tambah bagi (PDRB). Dari nilai PDRB yang dimaksud kita dapat
pemerintah daerah dengan segenap masyarakat pula mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat
daerah. dengan menghitung pendapatan perkapita. Untuk
lebih mendekati sasaran pembangunan ke depan,
108
H A N D O U T
sebaiknya PDRB perkapita dihitung sampai ke Dalam penyajian PDRB selalu dibedakan atas
wilayah yang lebih kecil seperti dimulai dari distrik, dasar harga berlaku dan harga konstan. Nilai PDRB
kabupaten/kota, propinsi sampai perkapita dalam atas dasar harga konstan digunakan untuk
suatu negara. mengukur pertumbuhan ekonomi, karena nilai
PDRB ini tidak dipengaruhi oleh perubahan harga.
Dengan tersedianya data PDRB, berbagai manfaat Sedangkan PDRB atas dasar harga berlaku
dan kegunaan yang dapat diperoleh antara lain digunakan untuk melihat besar dan struktur
adalah sebagai berikut : ekonomi suatu daerah.
a. Sebagai evaluasi terhadap tingkat Sebagai contoh perhitungan PDRB disajikan pada
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi tabel dibawah ini.
suatu daerah
b. Mengetahui struktur perekonomian suatu
Tabel 1 . Pertumbuhan PDRB Tahun 2001 s/d 2005
daerah
c. Sebagai salah satu indikator mengenai tingkat
Harga Berlaku Harga Konstan
kemakmuran suatu wilayah/daerah dengan Tahun
mengetahui besarnya pendapatan perkapita Nilai (Rp.Juta) Pertumb. % Nilai (Rp.Juta) Pertumb. %
d. Mengetahui tingkat pertumbuhan/ perubahan
harga (inflasi/deflasi). 2001 197,631.34 160,761.84
2002 264,438.25 33.80% 163,895.31 1.95%
e. Sebagai salah satu bahan evaluasi maupun 2003 288,445.92 9.08% 158,763.33 -3.13%
sebagai bahan pertimbangan bagi para 2004 354,189.46 22.79% 179,473.48 13.04%
pengambil kebijakan untuk meletakkan dasar 2005 402,842.39 13.74% 186,732.55 4.04%
Rata-rata 19.85% Rata-rata 3.98%
Perencanaan Pembangunan dimasa yang
akan datang.
nilai barang dan jasa (komoditi) atau Angkutan dan 10.32 13.51 10.69 13.44 11.99
pendapatan, atau pengeluaran yang dinilai Komunikasi
sesuai dengan harga berlaku pada tahun yang
Lembaga Keuangan 167.24 -29.17 -56.48 -9.41 18.11
bersangkutan
c. PDRB atas Harga Konstan adalah nilai barang Jasa-jasa 3.95 -7.1 5.68 10.65 3.29
dan jasa, atau PDRB atau pengeluaran yang
dinilai atas dasar harga tetap (konstan) PDRB 1.95 -3.13 13.04 4.04 3.97
d. PDRN (Produk Domestik Regional Netto)
adalah nilai PDRB dikurangi dengan nilai
penyusutan (depresiasi) barang modal
109
H A N D O U T
Struktur Perekonomian Daerah Tabel 5. Penduduk Umur 10 Tahun Keatas
Struktrur perekonomian ini memberikan gambaran Menurut Jenis Kelamin dan Kegiatan Utama
persentase peranan masing-masing sektor Tahun 2005
terhadap pembentukan total PDRB suatu daerah.
Semakin besar presentase suatu sektor, semakin Keterangan Pria Wanita Jumlah Persentase
besar pula pengaruh sektor tersebut terhadap
Bekerja 2,205 1,038 3,243 30.25%
perekonomian suatu daerah. Mencari Pekerjaan 1,582 745 2,327 21.70%
Sebagai contoh disajikan tabel pertumbuhan Sekolah 2,844 1,339 4,183 39.01%
ekonomi dibawah ini. Lainnya 659 310 969 9.04%
Jumlah 7,290 3,432 10,722 100.00%
110
H A N D O U T
III PROGRAM PENINGKATAN PENDAPATAN Tabel 8. Format Inventarisasi dan skedul Pinjaman
DAERAH DAN PEMANTAPAN PENGELOLAAN Daerah
BELANJA DAERAH
Tgl/No.SK Saldo Awal Penam- Pengu- Saldo
rangan Akhir Penjelasan
Uraian Bupati/ Tgl:....... bahan
3.1. Realisasi Peningkatan PAD selama 5 (lima) WaliKota & Awal Awal Tgl:.......
Persetujuan tgl:........ tgl:.......
Tahun Anggaran DPRD
111
H A N D O U T
Adapun langkah-langkah untuk analisis:
1. Memperbandingkan (menghitung ratio) belanja modal, antara belanja aparat dengan belanja
publik pada masing-masing tahun anggaran
= 819,25%
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa belanja modal masih berpihak kepada aparat, karena
rasionya sangat besar
= 32,92%
= 32,40%
= 33,82%
= 0,40%
= 0,47%
Pada perhitungan ratio belanja diatas dapat diketahui bahwa pada pos belanja yang besar mendapat
anggaran adalah belanja modal, akan tetapi alokasi belanja modal masih lebih banyak didominasi kepada
belanja aparatur, sedangkan alokasi belanja publik masih sangat kecil.
112
H A N D O U T
IV. METODA PERHITUNGAN PROYEKSI KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MENUNJANG
RENCANA PROGRAM JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
SUM(((2002-2001)/2001)+((2003-2002)/2002)+((2004-2003)/2003)+((2005-2004)/2004))/4
Tabel 9. Realisasi APBD TA 2004 s/d 2005 & Perkiraan Maju 2006 s/d 2010 (milyar rp)
Tahun Anggaran Pertum- Perkiraan Maju
Uraian Penerimaan buhan
2001 2002 2003 2004 2005 % 2006 2007 2008 2009 2010
A. Pendapatan Asli Daerah : 5.567 7.046 8.593 12.826 19.624 26.577 36.172 49.492 68.102 94.273
1. Pajak Daerah 1.346 1.704 2.078 3.101 3.902 0.27 4.949 6.277 7.961 10.098 12.808
2. Retribusi Daerah 1.092 1.382 1.685 2.516 3.251 0.28 4.151 5.300 6.767 8.641 11.034
3. Hasil BUMD 2.542 3.217 3.924 5.856 9.224 0.35 12.430 16.751 22.573 30.420 40.994
4. Lain-lan PAD yg sah 0.587 0.743 0.907 1.353 3.248 0.55 5.048 7.844 12.190 18.943 29.438
B. Dana Perimbangan 2.921 3.698 4.510 6.731 8.414 0.27 10.655 13.492 17.086 21.637 27.399
C. Jumlah Pendapatan (A + B) 8.488 10.745 13.103 19.557 28.038 0.31 37.232 49.664 66.578 89.739 121.672
• Trend
Pada pendekatan perkiraan maju (proyeksi) dengan menggunakan metode trend adalah
sebagai berikut dibawah ini:
Tahun Realisasi
2001 1.346
2002 1.704
2003 2.078
2004 3.101
2005 3.902
= Rumus Trend ($B$2:$B$6,$A$2:$A$6,A8,True)
Proyeksi
113
H A N D O U T
4.1.2. Dana Perimbangan
Pada pembahasan dana perimbangan ini (DAU, DAK,dll), akurasi penggunaan pendekatan metode proyeksi
belum ada yang benar-benar dapat dipergunakan sebagai pedoman, karena penentuan dana perimbangan
yang berasal dari pusat merupakan pemberian langsung (given) dan sangat tergantung kepada beberapa
hal, antara lain:
• Kebutuhan fiskal, adalah merupakan kebutuhan pendanaan daerah untuk melaksanakan fungsi
layanan dasar, dengan dasar ukuran jumlah penduduk, luas wilayah, indeks kemahalan konstruksi,
PDRB perkapita, dan indeks pembangunan manusia
• Kapasitas fiskal, adalah merupakan sumber pendanaan daerah yang berasal dari PAD dan dana
bagi hasil
4.3. Proyeksi Pembiayaan, termasuk status hutang daerah, kemampuan daerah untuk melakukan
pinjaman
• Pembiayaan
Pada pembahasan pembiayaan terlebih dahulu kita mengetahui komponen pembiayaan yaitu
terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan
Penerimaan pembiayaan mencakup: sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, pencairan
dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, termasuk penerimaan
pinjaman, dan penerimaan kembali pemberian pinjaman
Terdapat beberapa formulasi yang dapat dipergunakan untuk menghitung DSCR tersebut diatas,
dibawah ini disajikan salah satu cara penghitungan (versi SE Mendagri 050/2020/SJ):
114
H A N D O U T
Y = P + M - OM
( Y = Pendapatan Daerah.
( P = Pendapatan Asli Daerah.
( M = Pajak Daerah, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, penerimaan
SDA, dan bagian daerah lainnya.
( OM = Belanja Operasi dan Pemeliharaan, serta Belanja Modal yang harus
dipenuhi/tidak bisa dihindarkan dalam tahun anggaran ybs.
DSCR = Y
C
Tabel 10. Realisasi APBD TA 2004 s/d 2005 & Perkiraan Maju 2006 s/d 2010 (milyar rp)
A. Pendapatan Asli Daerah (1+2+3+4) 5.567 7.046 8.593 12.826 19.624 0.53 31.435
1. Pajak Daerah 1.346 1.704 2.078 3.101 3.902 0.26 4.909
2. Retribusi Daerah 1.092 1.382 1.685 2.516 3.251 0.29 4.200
3. Hasil BUMD 2.542 3.217 3.924 5.856 9.224 0.58 14.528
4. Lain-lan PAD yg sah 0.587 0.743 0.907 1.353 3.248 1.40 7.798
D. Belanja
1. Belanja Administrasi Umum 1.987 2.233 2.566 3.019 3.823 0.27 4.842
2. Belanja Operasional Pemeliharaan 1.111 1.406 1.715 2.559 3.763 0.47 5.533
3. Belanja Modal (a+b) 2.308 2.684 3.121 3.629 3.928 0.08 4.266
a. Belanja Aparatur 2.096 2.437 2.834 3.296 3.500 0.06 3.718
b. Belanja Publik 0.212 0.246 0.287 0.333 0.427 0.28 0.548
4. Belanja Transfer 0.029 0.033 0.038 0.045 0.046 0.03 0.048
5. Belanja Tidak Tersangka 0.021 0.027 0.033 0.049 0.054 0.10 0.059
E. Pembiayaan
1. Penerimaan 2.622 3.318 4.715 6.128 10.866 0.77 17.119
a. Sisa lebih Perhit Anggaran th lalu 2.395 3.032 4.362 5.630 10.256 0.82 16.424
b. Penerimaan Pinjaman Obligasi 0.106 0.135 0.164 0.245 0.275 0.12 0.309
c. Transfer dari dana cadangan 0.068 0.086 0.109 0.132 0.198 0.49 0.227
d. Hasil penj aset daerah yg dipisahkan 0.052 0.066 0.081 0.121 0.138 0.15 0.158
2. Pengeluaran 10.815 14.214 17.645 28.188 35.608 0.26 47.730
a. Pembayaran utang pokok jatuh tempo 6.612 8.370 10.207 15.235 16.282 0.07 17.401
b. Transfer ke dana cadangan 0.086 0.109 0.132 0.198 0.227 0.15 0.261
c. Penyertaan Modal 1.085 1.374 1.675 2.500 2.675 0.07 2.862
d. Sisa lebih Perhit Anggaran th ini 3.032 4.362 5.630 10.256 16.424 0.60 27.205
115
H A N D O U T
Maka perhitungan DSCR adalah :
DSCR (Debt Service Coverage Ratio) Y/C 45.9% 52.1% 55.2% 67.3% 100.9% 156.3%
Latihan
Waktu 60 menit
Tujuan Latihan
1. Memberikan pemahaman kepada peserta tentang tatacara membuat perencanaan pendapatan
untuk mengetahui potensi keuangan daerah 5 (lima) tahun kedepan sebagai kesiapan financial
guna menunjang Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD) atau dalam kurun masa
proyeksi 5 (lima) tahun
2. Memberikan pemahaman kepada peserta dalam efisiensi penggunaan anggaran daerah terutama
dengan melakukan analisis pos belanja daerah baik belanja aparatur maupun belanja pelayanan
publik pada masing-masing unit satuan kerja
3. Menghitung peluang guna melaksanakan pinjaman baru
Proses
1. membagikan format realisasi keuangan daerah yang telah disiapkan kepada peserta untuk diisi
dengan menggunakan bahan-bahan Perhitungan APBD lima tahun terakhir, dan/atau data-data
pendukung dari unit pengelola (satuan kerja)
2. Mengidentifikasi sumber dana yang berasal dari Provinsi maupun Pusat (DAU,DAK,dll)
3. memilah masing-masing pos belanja daerah untuk masing-masing unit satuan kerja
Metode Latihan
1. bagi peserta dalam kelompok berdasarkan asal peserta
2. minta setiap kelompok mengisi/mengerjakan format yang telah disiapkan
3. Bahan yang akan dipergunakan sebagai latihan adalah :
• Perhitungan APBD Tahun 2001 s/d 2005
• Peraturan Daerah
• SK Bupati Tentang Pajak dan Retribusi Daerah, dll
• Kabupaten Dalam Angka (PDRB, Jumlah Penduduk, Laju Tingkat Inflasi, dll
• Dokumen Penetapan Dana Perimbangan (DAU, DAK, dll)
• Dokumen Pinjaman (apabila Daerah telah melaksanakan pinjaman)
116
H A N D O U T
Form - 1
Kabupaten / Kota : ____________
Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2001 s/d 2005
Realisasi Rata2
No Keterangan Perum-
buhan
2001 2002 2003 2004 2005
2001-2005
PENDAPATAN
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
3 LAIN-LAIN PENERIMAAN YANG SAH 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
BELANJA
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Perjalanan Dinas
- Belanja Pemeliharaan
2 BELANJA OPERASI dan PEMELIHARAAN 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Perjalanan Dinas
- Belanja Pemeliharaan
- Belanja Tanah
- Belanja Bangunan
- Cadangan
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Perjalanan Dinas
- Belanja Pemeliharaan
117
H A N D O U T
Lanjutan Form 1..........
Realisasi Rata2
No Perum-
Keterangan
buhan
2001 2002 2003 2004 2005
2001-2005
2 BELANJA OPERASI dan PEMELIHARAAN 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Perjalanan Dinas
- Belaja Pemeliharaan
- Belanja Tanah
- Belanja Bangunan
- Cadangan
4 BELANJA BAGI HASIL DAN BANTUAN 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
KEUANGAN
PEMBIAYAAN
118
H A N D O U T
Form - 2
Rincian Pos Belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten ___________
Jumlah 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Form - 4
Daftar/Skedul Pembayaran Pinjaman Daerah
Kabupaten ___________
Tanggal/No. SK Saldo Awal Penambahan Pengurangan Saldo Akhir Penjelasan
Uraian Bupati/Walikota dan Tgl………. Tgl………. Tgl………. Tgl……….
Persetujuan DPRD
Jumlah
119
H A N D O U T
Form - 5
Perhitungan Kemampuan Melaksanakan Pinjaman (DSCR)
Kabupaten ___________
Keterangan :
Berdasarkan SE Mendagri-050-2020-SJ
Form - 6
Kabupaten / Kota : ____________
Proyeksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2006 s/d 2010
PENDAPATAN
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
3 LAIN-LAIN PENERIMAAN YANG SAH 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.0%
BELANJA
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Perjalanan Dinas
- Belanja Pemeliharaan
120
H A N D O U T
Lajutan Form 6 .............
2 BELANJA OPERASI dan PEMELIHARAAN 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.0%
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Perjalanan Dinas
- Belanja Pemeliharaan
- Belanja Tanah
- Belanja Bangunan
- Cadangan
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Perjalanan Dinas
- Belanja Pemeliharaan
2 BELANJA OPERASI dan PEMELIHARAAN 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.0%
- Belanja Pegawai
- Belanja Barang dan Jasa
- Belanja Perjalanan Dinas
- Belaja Pemeliharaan
- Belanja Tanah
- Belanja Bangunan
- Cadangan
PEMBIAYAAN
121
H A N D O U T
CONTOH: ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
KABUPATEN PACITAN
122
H A N D O U T
Tabel 5.1
Rekapitulasi APBD Kabupaten Pacitan
Tahun 2001 - 2006
Realisasi
No Urian
2001 2002 2003 2004 2005 2006
c. Pos Bagian Laba BUMD 17,709,345 233,979,424 272,489,898 273,347,464 331,875,032.71 336,875,032.00
b. Bagi hasil Bukan Pajak 1,190,403,423 1,571,653,380 1,029,445,802 646,412,113 639,953,269 764,768,000.00
Tabel 5.2
Ratio PAD dibanding dengan APBD Kab. Pacitan
Tahun 2001 - 2005
123
H A N D O U T
Berdasarkan tabel tersebut, prosentase kenaikan Tabel 5.3
APBD terjadi secara fluktuatif. Demikian pula halnya Proyeksi Penerimaan Pendapatan Daerah
dengan prosentase kenaikan PAD, bahkan pada Tahun 2006 – 2011
tahun 2004 PAD justru mengalami penurunan
sebesar 5,4 % apabila dibandingkan dengan PAD NO Tahun Proyeksi ( Rp ) Kenaikan
tahun 2003.
(%)
Salah satu ukuran untuk mengetahui kemampuan (1) (2) (3) (4)
Pemerintah Daerah dalam menjalankan fungsi
pelayanan masyarakat dapat dilihat dari kapasitas 1 2006 404.531.745.945,00 -
keuangan daerah, yaitu perbandingan antara 2 2007 428,803,650,701.00 6,00
Pendapatan Daerahdengan APBD. Kenyataan
masih menunjukkan tingginya ketergantungan 3 2008 454,531,069,743.00 6,00
daerah terhadap anggaran yang berasal dari dana 4 2009 481,803,781,927.00 6,00
perimbangan. Rata-rata besarnya rasio
sumbangan PAD terhadap APBD hanya sebesar 5 2010 510,712,008,842.00 6,00
4,06 %. Kondisi tersebut merupakan tantangan 6 2011 541,354,729,372.00 6,00
sekaligus peluang yang perlu disikapi dengan
usaha keras, agar komposisi perimbangan antara Sumber : Bagian Keuangan Sekretariat Daerah
PAD dan pendapatan dari pusat mencapai titik
keseimbangan (equilibrium). Ratio PAD terhadap
APBD Kabupaten Pacitan tahun 2001 – 2005 dapat Dengan asumsi kondisi makro dan mikro ekonomi
dilihat sebagaimana tersebut dalam tabel 5.2 tidak mengalami perubahan serta stabilitas politik
maupun grafik 5.1 di berikut ini : tetap terjaga, maka proyeksi pendapatan daerah
tersebut masih cukup wajar. Hal ini nampak
sebagaimana digambarkan pada grafik 5.2 berikut :
Grafik 5.1
Ratio PAD dibanding dengan APBD, Kab. Pacitan
Tahun 2001 – 2005 Grafik 5.2
Proyeksi Penerimaan Pendapatan Daerah
Tahun 2006 s/d 2011
124
H A N D O U T
Tabel 5.4 Belanja Daerah
Proyeksi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Tahun 2006-2011 Peranan sektor pemerintah terhadap dinamika
ekonomi daerah di Kabupaten Pacitan cukup tinggi,
mengingat proporsi anggaran pemerintah
NO Tahun Proyeksi ( Rp )
mencapai 25% dari total PDRB. Sumbangan output
sektor pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi
mencapai 20% sehingga alokasi pengeluaran
(1) (2) (3)
pemerintah cukup signifikan mempengaruhi
1 2006 11,843,022,862.00 ekonomi daerah. Rata-rata pertumbuhan belanja
pemerintah Kabupaten Pacitan mencapai 11,5% per
2 2007 13,027,325,482.00
tahun sampai tahun 2005, sehingga intervensi
3 2008 14,330,057,996.00 pemerintah daerah perlu lebih terfokus pada sektor-
4 2009
sektor yang menjadi lokomotif pertumbuhan daerah.
15,763,063,956.00
5 2010 17,339,370,351.00 Dalam lima tahun terakhir 2001 - 2005, proporsi
6 2011 anggaran belanja rutin terhadap total APBD
19,073,307,386.00
mengalami peningkatan, dari 68% pada 2001
Bagian Keuangan Sekretariat Daerah
menjadi 78% pada 2004, meskipun pada 2002
sempat menurun menjadi 62%. Angka ini
diperkirakan akan terus mengalami peningkatan
Grafik 5.3 sehingga berada pada kisaran 75% pada 2006 dan
Proyeksi Pendapatan Asli Daerah Tahun 2007, serta 76% pada 2008 hingga 2010. Demikian
2006 s/d 2011 juga terhadap total APBD, proporsi belanja rutin
mencapai 60%, namun trend penurunannya relatif
kecil yaitu berkisar pada angka 58% pada 2007
hingga 2011.
Grafik 5.4
Perbandingan Belanja Rutin dan Belanja
Pembangunan Tahun 2001 - 2006
125
H A N D O U T
Gambaran pengelolaan belanja daerah Mencermati besarnya belanja yang harus
sebagaimana tersebut dalam tabel maupun grafik dikeluarkan pada lima tahun mendatang diperlukan
diatas, menunjukkan bahwa anggaran belanja rutin upaya secara serius untuk mengelola belanja
yang sebagian besar digunakan untuk membiayai daerah sesuai dengan arah dan kebijakan yang telah
kegiatan aparatur masih mendominasi belanja ditetapkan. Oleh karena itu, arah pengelolaan
pemerintah dibandingkan dengan anggaran belanja harus digunakan sebesar-besarnya untuk
pembangunan yang merupakan representasi kepentingan publik terutama masyarakat miskin dan
anggaran publik. kurang beruntung, dikelola dengan hasil yang
baik dan biaya rendah (work better dan cost less)
Adapun anggaran belanja daerah pada tahun 2006 melalui pendekatan kinerja di setiap organisasi
s/d 2011, dapat diproyeksikan akan mengalami terkait, mendasarkan pada standar analisa biaya,
pertumbuhan rata-rata sebesar 5,46 %. Hal ini standar harga, tolok ukur kinerja dan standar
ditentukan dengan memperhatikan keadan kenaikan pelayanan minimal serta memperhatikan prinsip
5 tahun sebelumnya dan mengasumsikan keadaan value for money. Identifikasi belanja pengeluaran
5 tahun mendatang. akan dibedakan menurut belanja langsung dan
belanja tidak langsung guna meningkatkan aspek
Distribusi peningkatan pertumbuhan belanja tahun transparansi. Kriteria tersebut bertitik tolak dari
2006-2011 dapat dilihat pada tabel 5.6 dan grafik indikator kegiatan yang dilakukan. Proporsi belanja
5.5 dibawah ini (APBD tahun 2006 telah ditetapkan daerah menurut fungsi dari tahun 2006 – 2011 dari
dan saat ini telah dan sedang dijalankan). belanja langsung maupun tidak langsung dapat
diproyeksikan seperti dalam tabel 5.7 di bawah ini.
Tabel 5.6
Proyeksi Belanja Daerah Tahun 2006 – 2011 Tabel 5.7
PROPORSI BELANJA DAERAH MENURUT FUNGSI
TAHUN 2006 – 2011
NO Tahun Proyeksi ( Rp )
NO TAHUN LANGSUNG TIDAK
(1) LANGSUNG
(2) (3)
(1) (2) (3) (4)
1 2006 402,531,745,945.00
1 2006 38 % 62 %
2 2007 424,670,991,971.98
2 2007 41 % 59 %
3 2008 448,027,896,530.43
3 2008 42 % 58 %
4 2009 472,669,430,839.61
4 2009 43 % 57 %
5 2010 498,666,249,535.79
5 2010 44 % 56 %
6 2011 526,092,893,260.25
6 2011 45 % 55 %
Sumber: Data diolah Bappeda
Sumber data: APBD Kabupaten Pacitan Tahun
Grafik 5.5 2001- 2005, diolah
Proyeksi Belanja Daerah Tahun 2006 – 2011
Sedangkan proyeksi untuk proporsi pada setiap
tahunnya secara jelas sebagaimana tersebut pada
lampiran 5.1.
126
H A N D O U T
Tabel 5.8
Laporan Aliran Kas Tri Wulan IV 2005
127
H A N D O U T
Grafik 5.6.
Proyeksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Pacitan
Keterangan :
Proyeksi pendapatan
Proyeksi Belanja
Grafik diatas menunjukkan bahwa mulai tahun 2001 efisiensi maupun efektivitas sesuai dengan prioritas
sampai dengan 2005 terjadi trend yang positip, yaitu untuk memberikan dukungan pada strategi
adanya surplus APBD. Sedangkan pada tahun 2006, pembangunan daerah.
sesuai dengan penetapan APBD pendapatan masih
lebih besar dari belanja daerah, meskipun hanya Peningkatan peranan sektor pajak daerah dalam
terjadi surplus kurang lebih 3 (tiga) Miliyar. Dengan memberikan sumbangan ke PAD menimbulkan
mempertahankan tingkat pertumbuhan pendapatan konsekuensi kebutuhan kebijakan ekstensifikasi
5,92 % dan belanja daerah 5,46 %, dapat diproyek- pajak melalui perluasan basis pajak tanpa
sikan keadaan surplus menjadi semakin signifikan menimbulkan distorsi bagi perkembangan ekonomi
untuk lima tahun mendatang. lokal perlu dikembangkan. Demikian juga dengan
program intensifikasi perlu dilakukan melalui upaya
Dengan berlandaskan pada keadaan diatas, maka terus-menerus dalam melakukan perbaikan ke
belanja daerah akan dioptimalkan pada prioritas dalam dan senantiasa meningkatkan kesadaran
program yang memihak kepentingan dan kebutuhan wajib pajak.
masyarakat, disamping tetap menjaga eksistensi
penyelenggaraan pemerintahan. Dalam pengguna-
annya, belanja daerah harus tetap mengedepankan
128
H A N D O U T
PROYEKSI KEUANGAN DAERAH
129
H A N D O U T
Tabel 1 Metode Kaji Ulang Perda Pendapatan Daerah
Pusdakota (2005)
Pengembangan metode kajian tentang kebijakan sementara. Tahapan pertama dalam proses
daerah dilakukan antara lain oleh KPPOD (Komite rancangan tersebut adalah (1) menentukan skala
Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah), OED prioritas dalam urusan wajib dan urusan pilihan,
(Operation Evaluation Department, World Bank), seperti sektor yang menuntut standar pelayanan
serta Deperindag dan PEG-USAID. Dalam minimal, (2) Penentuan urutan program untuk
melakukan kajian terhadap perda, KPPOD masing-masing urusan dilakukan, serta (3)
menggembangkan metode yang menggunakan penyusunan plafon anggaran sementara untuk
pendekatan teknis hukum dan ekonomi, sementara masing-masing program.
RIA berfokus pada pendekatan konsep intervensi
pemerintah untuk memberikan solusi dalam Upaya mewujudkan anggaran berbasis kinerja
mengatasi kegagalan mekanisme (pasar) yang sering kali masih menemui jalan buntu. Kinerja
tidak bisa dipecahkan oleh masyarakat sendiri. Di dalam melaksanakan TUPOKSI atau kegiatan rutin
lain pihak, pendekatan OED lebih menekankan bagian atau seksi tidak terukur karena tidak ada
sinergi tujuan antar berbagai stakeholder utama indikator kinerja yang dihubungkan ke dalam biaya
yang terlibat dalam pembangunan daerah, baik tidak langsung. Misalnya, alokasi dana pendidikan
pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun minimal 20% dari APBD dipandang belum
lembaga pemerintah lain yang terkait. memenuhi karena dihitung berdasarkan alokasi
dana anggaran belanja pembangunan. Di lain pihak,
Pengelolaan Belanja Daerah eksekutif menggunakan alasan bahwa alokasi dana
Belanja daerah diarahkan pada peningkatan untuk pendidikan sudah dilakukan pada alokasi
proporsi daerah untuk memihak kepentingan dan anggaran belanja pegawai yang bekerja di sektor
kebutuhan masyarakat lokal, disamping tetap pendidikan. Di lain pihak, program pendidikan bisa
menjaga eksistensi penyelenggaraan pemerin- dimasukkan dalam program pelatihan yang
tahan. Dalam penggunaannya, belanja daerah merupakan belanja pembangunan di sektor lainnya
harus tetap mengedepankan efisiensi maupun non pendidikan.
efektivitas sesuai dengan prioritas untuk membe-
rikan dukungan pada strategi pembangunan daerah. Sebagian besar belanja anggaran merupakan
belanja tidak langsung (biasanya sekitar 65-85%)
Garis besar isi Kebijakan Umm APBD merupakan akan menyulitkan pengukuran keberhasilan suatu
rancangan prioritas kegiatan dan plafon anggaran program. Metode yang biasa digunakan untuk
130
H A N D O U T
melakukan analisis biaya tidak pengaruh lingkungan ekonomi
langsung adalah activity-based 1 Pendapatan Asli Daerah yang cukup besar terhadap
costing. Namun metode ini Total Pengeluaran Daerah penerimaan daerah. Di lain pihak,
masih belum banyak dikem- penyusunan anggaran penge-
bangkan untuk sektor publik.
2 Pendapatan Asli Daerah luaran daerah sebaiknya meng-
Pengeluaran rUTIN
Selama ini, metode ini masih gunakan basis aktivitas (activity-
dikembangkan untuk sektor based costing) yang dibutuhkan
swasta dalam menentukan untuk mencapai prioritas pem-
harga suatu produk. bangunan daerah berdasarkan indikator kinerja yang
terukur.
Untuk melihat kinerja keuangan daerah, derajat
kemandirian daerah dapat diukur dari seberapa jauh Pendekatan Statistik
penerimaan yang berasal dari daerah mampu Proyeksi keuangan bisa dilakukan dengan
memenuhi kebutuhan daerah. menggunakan trend atau model regresi. Proyeksi
PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) akan
Pembiayaan Daerah dilakukan dengan menggunakan trend dengan
Berdasarkan ketentuan pasal 17 ayat 3 Undang estimasi vektor autoregression, yaitu estimasi
Undang Nomor 17 2003 tentang Keuangan Negara dengan menggunakan basis data beberapa periode
dan pasal 83 ayat 2 dalam Undang-Undang Nomor sebelumnya. Dalam kasus ini akan digunakan dua
33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan basis data periode tahun sebelumnya (-1) dan dua
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, tahun sebelumnya (-2), sehingga fungsi
jumlah kumulatif defisit anggaran tidak melebihi 3 persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:
persen dari Produk Domestik Regional Bruto tahun
bersangkutan. PDRB = f(PDRB(-1), PDRB(-2))
Bagi perekonomian daerah yang berbasis sektor Hasil estimasi dengan menggunakan software
primer seperti Daerah , peranan anggaran econometric views adalah sebagai berikut
pemerintah sebagai motor penggerak ekonomi
daerah menuntut kebijakan yang cenderung PDRB = -0,609605 (PDRB (-1)) + 1,293098 (PDRB
ekspansif. Salah satu alternatif bagi pembiayaan (-2))*
daerah adalah hutang, yang diharapkan dapat
mengatasi masalah keterbatasan dana segar, Hasil tersebut menunjukkan bahwa PDRB pada dua
meningkatkan alternatif investasi daerah, maupun tahun sebelumnya lebih berpengaruh dalam
meningkatkan mobilitas pendapatan lokal. Di lain menentukan proyeksi keuangan (secara statistik
pihak, risiko yang harus ditanggung berupa signifikan disimbolkan dengan *), sedangkan
lemahnya anggaran pemerintah (soft budget con- kondisi satu tahun sebelumnya secara statistik tidak
straint) akibat disiplin fiskal yang lemah, moral haz- cukup berpengaruh. Kenaikan satu satuan PDRB
ard, dan perilaku oportunis kelembagaan pada tahun ini (misalnya dalam milyar rupiah) akan
pemerintah daerah. Kondisi stabilitas ekonomi menyebabkan kenaikan sebesar 1,29 satuan pada
makro, baik berupa fluktuasi nilai tukar maupun dua tahun yang akan datang. Secara detail
tingkat suku bunga, merupakan faktor eksternal yang perhitungan bisa dilihat dari tabel dalam lampiran.
perlu dicermati dalam memilih alternatif sumber Hasil estimasi akan digunakan sebagai penentuan
pembiayaan daerah dari hutang. asumsi dasar yang selanjutnya akan mempenga-
ruhi besaran angka pendapatan dan belanja daerah.
PROYEKSI KEUANGAN DAERAH Misalnya pada 2004, PDRD sebesar 100 milyar dan
2005 sebesar 105 milyar. Maka pada tahun 2006
Ada dua konsep yang ingin disampaikan dalam PDRB diperkirakan sebesar 129 yang berasal dari
proyeksi keuangan daerah. Untuk pendapatan PDRB tahun 2004 dikalikan koefisien estimasi
daerah, proyeksi keuangan daerah bisa dilakukan (100x1,29).
dengan menggunakan analisis statistik, karena
* = hasil estimasi
131
H A N D O U T
Penggunaan regresi digunakan dalam melakukan proyeksi suatu variabel yang akan ditentukan oleh
keberadaan variabel lain. Misalnya dalam penilaian BHPBP (Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak) akan
menggunakan variabel PDRB dan tingkat kepadatan penduduk (density) sebagai variabel yang
mempengaruhi. Hasil estimasi menunjukkan persamaan sebagai berikut:
Dalam menentukan proyeksi BHPTB, semua variabel penentu dalam model signifikan secara statistik
mempengaruhi BHPTB. (Pengujian secara statistik bisa dilihat pada bagian lampiran).
* = asumsi, ** = perkiraan
Pendekatan Medium Term Expenditure Framework kasus di Pacitan (gambar 1). Dalam gambar 1
MTEF merupakan mekanisme untuk menentukan terlihat kecenderungan penurunan penerimaan
skala prioritas dan memastikan alokasi dana untuk daerah sementara pengeluaran masih tetap
mencapai target dari skala prioritas tersebut. MTEF meningkat. Trend yang dilakukan dengan
terdiri dari proyeksi (1) top-down terhadap menggunakan excel hanya mungkin bisa dilakukan
ketersediaan sumber daya agregat untuk apabila estimasi dengan autoregresi (-4) benar-
menentukan pengeluaran publik dengan benar signifikan. Namun demikian, kondisi
mempertimbangkan kondisi stabilitas ekonomi penerimaan daerah sangat ditentukan oleh kondisi
makro, (2) proyeksi biaya yang dibutuhkan dalam lingkungan ekonomi. Ada kemungkinan daya beli
melakukan suatu kebijakan dan bersifat bottom-up, masyarakat pada 2005 akibat kenaikan BBM (inflasi)
serta (3) kerangka kerja untuk melakukan mengalami penurunan sehingga terjadi penurunan
rekonsiliasi antara biaya dan ketersediaan sumber pendapatan daerah. Misalnya terjadinya inflasi yang
daya. Disebut medium term karena perencanaan dicerminkan oleh kenaikan ihk (indeks harga
ini menggunakan data yang berbasis prospektif, konsumen) akan diikuti oleh penurunan pendapatan
misalnya untuk satu tahun ke depan (n+1) maupun asli daerah (PAD) sebesar 1,000085 juta rupiah.
tahun-tahun berikutnya (n+2) dan (n+3).
PAD = -1,000085 (IHK)*
Pada tingkat politik, keputusan untuk melakukan
peningkatan jasa layanan publik dan transformasi Kondisi ini cukup rawan bagi Kabupaten Pacitan
dalam proyeksi yang realistis didasarkan untuk terjebak dalam kebangkrutan. Berdasarkan
kemampuan pembiayaan anggaran daerah. Sistem ketentuan pasal 17 ayat 3 Undang Undang Nomor
ini menuntut keterlibatan pengambil kebijakan, 17 2003 tentang Keuangan Negara dan pasal 83
perencanaan, dan penganggaran sejak awal dalam ayat 2 dalam Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004
siklus penganggaran. Pengambilan keputusan tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
dalam menentukan anggaran ini sangat ditentukan Pusat dan Pemerintah Daerah, jumlah kumulatif
oleh integritas dan kualitas informasi data. Dengan defisit anggaran tidak melebihi 3 persen dari Produk
demikian, tujuan utama MTEF adalah memperkuat Domestik Regional Bruto tahun bersangkutan.
pengambilan keputusan politis dalam proses Fenomena defisit yang mengakibatkan bangkrutnya
anggaran. suatu daerah pernah dialami oleh Rio de Janeiro
pada 1988, Cleveland pada 1978. Bahkan kota besar
Pos pengeluaran biasanya stabil mengalami sekaliber New York pun pernah mengalami
peningkatan sedangkan pos penerimaan ada kebangkrutan pada 1975.
kalanya mengalami fluktuasi seperti terlihat pada
132
H A N D O U T
Masalah ini juga pernah dialami oleh Uganda pada 1996, namun negara tersebut terlepas dari bencana
kebangkrutan setelah menerapkan MTEF. Upaya melakukan rekonsiliasi penerimaan yang merosot dilakukan
dengan melakukan pemotongan sejumlah pos pengeluaran yang tidak efisien. Saat itu defisit mencapai
8,9% terhadap PDRB, sehingga untuk menghidari penurunan kualitas layanan publik, Pemerintah Uganda
memilih mencari pinjaman lunak (grant). Defisit anggaran pemerintah diperkirakan akan mencapai 2,5%
setelah pemerintah memanfaatkan grant.1 Dalam beberapa kasus seperti Uganda pada 1992 dan Korea,
MTEF dilakukan oleh suatu negara pada saat mengalami krisis fiskal serta mendukung pertumbuhan dan
stabilitas ekonomi. Hal ini dilakukan karena MTEF memungkinkan kerjasama antar dinas dan perencanaan
dilakukan dalam periode yang lebih panjang sehingga pendekatan holistik menjadi sangat mungkin
dilakukan.
1
Untuk diskusi lebih lanjut tentang Uganda baca Bevan (2001) The Budget and Medium-Term Expenditure Framework in
Uganda, African Region Working Paper Series No 24 atau www.worldbank.org/afr/wps/index.htm
133
H A N D O U T
Tabel 4: Proses pendukung utama MTEF
Penentuan sumber daya agregat Analisis kondisi makroekonomi, proyeksi Membuat proyeksi yang realistis dari
keuangan daerah, dan definisi kebijakan keberadaan sumber daya dalam jangka
fiskal yang berkelanjutan menengah yang akan dialokasikan untuk
program pengeluaran
Formulasi dan rencana pengeluaran Dinas melakukan formulasi pengeluaran Untuk menunjukkan tujuan sektoral,
sektoral program sektoral program, dan aktivitas termasuk sumber
daya yang diperlukan
Rekonsiliasi sumber daya yang Dewan dan stakeholders melakukan Untuk menentukan kesepakatan dalam
tersedia dengan rencana pengeluaran rekonsiliasi antara keterbatasan sumber program pengeluaran jangka menengah
sektoral daya dengan kebutuhan pengeluaran
Menentukan alokasi sektoral jangka Berdasarkan data yang relevan, Untuk mengkomunikasikan ke dinas-dinas
menengah pengambil keputusan mengalokasikan tentang kebijakan pengeluaran sektoral
sumber daya ke sektor-sektor dengan keterbatasan sumber daya agregat
Mengumumkan batas pengeluaran Formulasi anggaran tahunan Untuk memastikan bahwa anggaran yang
sektoral untuk satu tahun dalam MTEF dipersiapkan merefleksikan kesepakatan
program pengeluaran sektoral
Memastikan bahwa pelaksanaan Akuntansi, pelaporan, dan pengendalian Untuk mencegah penyimpangan yang
penganggaran sejalan dengan keinginan anggaran digunakan dalam pelaksanaan berlebihan
anggaran anggaran tahunan
Memastikan bahwa hasil yang Insentif bagi staff yang mempunyai Untuk mengkaitkan kepentingan staff
diinginkan tercapai kinerja bagus. Ex post audit dan evaluasi pemda dan para politisi dengan keinginan
publik
Pembiayaan Daerah
Berdasarkan arah pembiayaan daerah yang memungkinkan pembiayaan daerah dari pajak, analisis
kebutuhan hutang daerah merupakan proyeksi kebutuhan pemerintah daerah untuk melakukan investasi
dengan dasar arus penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah untuk menentukan kemampuan
membayar. Berdasarkan konsep perhitungan DSCR (Debt Service Coverage Ratio) yaitu kemampuan
maksimal pemerintah lokal dalam mengelola sumber pembiayaan dari hutang, jumlah pembiayaan hutang
per tahun (berupa pembayaran pokok hutang, bunga pinjaman, dan biaya lainnya) sebaiknya kurang dari
2,5 (PAD+ Bagian Daerah+Belanja Wajib).
Tabel , kemampuan Pemerintah Daerah dalam membayar angsuran tahunan sebesar Rp 89 milyar pada
2005, dan terus meningkat menjadi Rp 127 milyar pada 2011. Besar hutang yang dimungkinkan maksimal
kurang dari 75% APBD.
134
H A N D O U T
Penutup
Penguatan keterkaitan antara prioritas pembangunan daerah dengan perencanaan pengeluaran merupakan
tahapan menuju visi pembangunan daerah. Informasi tentang bagaimana dana masyarakat dialokasikan
yang mencerminkan transparansi dan akuntabilitas menuntut political will pemerintah. Sering kali, pemerintah
lupa akan mandat yang diberikan rakyat sehingga proses politik terjebak pada perebutan kekuasaan yang
justru mempunyai potensi menimbulkan bencana kebangkrutan. Konsep penganggaran kinerja yang
memungkinkan prinsip anggaran defisit dengan melibatkan pendekatan partisipasif masih berhadapan
dengan penyakit lama yaitu ego sektoral serta keterisolasian antara perencanaan dan panganggaran.
Arah kebijakan umum APBD merupakan instrumen strategis untuk menjembatani kebijakan jangka menengah
dengan perencanaan program dan penganggaran tahunan. Penjabaran program dan kegiatan bredasarkan
bidang kewenangan dilihat sebagai suatu formula yang konsisten terhadap seluruh tahapan mulai
perencanaan sampai dokumen APBD.
Lampiran
135
H A N D O U T
Dependent Variable: POVGAP
Method: Least Squares
Date: 04/01/06 Time: 11:59
Sample: 1 336
Included observations: 336
PDRB
PDRB(-1) -0.609605
(0.86358)
(-0.70591)
PDRB(-2) 1.293098
(0.74086)
(1.74540)
R-squared 0.362302
Adj. R-squared -0.275397
Sum sq. resids 4.45E+15
S.E. equation 66708460
Log likelihood -56.65642
Akaike AIC -55.32309
Schwarz SC -55.92402
Mean dependent 78167742
S.D. dependent 59068818
136
H A N D O U T
Date: 04/01/06 Time: 13:07 Date: 04/01/06 Time: 13:08
Sample(adjusted): 2003 2005 Sample(adjusted): 2003 2005
Included observations: 3 after adjusting endpoints Included observations: 3 after adjusting endpoints
Standard errors & t-statistics in parentheses Standard errors & t-statistics in parentheses
TOTBELJ TOTPEND
137
H A N D O U T
ORIENTASI KERANGKA REGULASI PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN DAERAH
138
H A N D O U T
C. Peraturan Presiden (PERPRES)
Diagram I
Keterkaitan Antara Undang-undang yang Berkaitan Dengan
Perencanaan dan Penganggaran Daerah
Secara substansi, dokumen bersifat hierarkis yaitu dokumen yang jangka waktunya lebih panjang menjadi
rujukan bagi dokumen yang jangka waktunya lebih pendek.
Tabel 1
Dokumen Perencanaan Menurut UU 25/2004 dan UU 32/2004
RPJM Daerah · arah kebijakan · penjabaran dari visi, Peraturan Kepala Daerah
(jangka waktu 5 keuangan daerah, misi, dan program (paling lambat setelah 3
tahun) · strategi pembangunan Kepala Daerah bulan dilantik)(UU No. 25/
daerah, · berpedoman pada 2004 pasal 19 ayat
· kebijakan umum, dan · RPJP Daerah 3)RPJM Daerah
program satuan kerja · memperhatikan RPJM ditetapkan dengan
perangkat daerah, Nasional, Peraturan Daerah (UU
lintas satuan kerja No. 32/2004 pasal 150
perangkat daerah, dan ayat 3 butir e)
program kewilayahan
· disertai dengan
139
H A N D O U T
Dokumen Isi Rujukan Ditetapkan Oleh
rencana-rencana kerja
dalam kerangka regulasi
dan kerangka
pendanaan yang
bersifat indikatif(UU No.
25/2004 pasal 5 ayat
2)(UU No. 32/2004 pasal
150 ayat 3 butir b)
Pengendalian dan · Diatur dengan PP 39/ Diatur dengan PP 39/2006 Diatur dengan PP 39/2006
Evaluasi 2006
Pelaksanaan
Rencana
140
H A N D O U T
Tabel 2
Dokumen Penganggaran Menurut Peraturan Perundangan
Prioritas dan • Skala prioritas dalam • Kebijakan Umum APBD Kesepakatan Pemerintah-
plafon anggaran urusan wajib dan (UU-33 psl 71 & UU-17 DPRD
sementara (PPAS) urusan pilihan; psl 18)
• urutan program dalam • PP-58/2005 pasal 35
setiap urusan dan
• plafon anggaran
sementara masing-
masing program
141
H A N D O U T
Proses dan Kelembagaan dalam 1) Bappeda merupakan satu-satunya SKPD yang
Perencanaan dan Penganggaran Daerah mengkoordinasikan proses perencanaan di
daerah. Sebagai konsekwensinya, Bappeda
Berdasarkan UU No. 25/2004 dan UU No. 32/2004, satu-satunya lembaga yang bertanggung
proses penyusunan dokumen perencanaan, baik jawab dalam melaksanakan siklus
untuk Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD), perencanaan dan kualitas isi dokumen
Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD), perencanaan daerah.
maupun untuk Rencana Kerja Pemerintah/Rencana 2) Untuk perencanaan tahunan, hanya ada satu
Kerja Pemerintah Daerah adalah sama yaitu: dokumen perencanaan di daerah yaitu
1. Kepala Bappeda menyiapkan rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
Dokumen Rencana (RPKPD/RPJMD/RKPD). RKPD merupakan penjabaran RPJM Daerah
2. Rancangan Dokumen Rencana menjadi bahan tahun yang direncanakan dan Rencana Kerja
utama bagi Musrenbang. Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-
3. Kepala Bappeda menyelenggarakan SKPD).
Musrenbang. 3) Karena APBD adalah cerminan dari kebijakan
4. Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir alokasi sumber daya publik, maka dokumen
RPJP Daerah berdasarkan hasil Musrenbang.1 APBD dituangkan dalam bentuk peraturan
daerah. Untuk itu, berdasarkan UU No. 17/2003,
Sedangkan Renstra-SKPD disusun oleh Kepala DPRD harus mulai terlibat dalam pembahasan
Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan anggaran mulai dari proses Musrenbang
tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman (kecamatan atau di wilayah pemilihan),
pada rancangan awal RPJM Daerah, demikian juga penetapan Kebijakan Umum APBD, penetapan
Renja-SKPD disusun oleh Kepala Satuan Kerja prioritas dan plafon APBD.
Perangkat Daerah sesuai dengan tugas pokok dan 4) Merujuk pada UU No. 17/2003 pasal 19, dapat
fungsinya dengan mengacu kepada rancangan disimpulkan bahwa posisi SKPD dan DPRD
awal RKPD dan berpedoman pada Renstra-SKPD. dalam proses anggaran sangat kuat.
Berdasarkan Kebijakan Umum, Prioritas dan
Dari proses tersebut maka ada dua kegiatan Plafon APBD, SKPD dapat langsung menyusun
penting yang akan menentukan kualitas dokumen RKA-SKPD. RKA-SKPD langsung
perencanaan yaitu: kegiatan menyusun rancangan dikonsultasikan dengan DPRD sebagai
awal dokumen rencana dan kegiatan Musyawarah bagian dari pembahasan awal RAPBD.
Rencana Pembangunan (Musrenbang). Kegiatan Kegiatan ini merupakan reformasi yang sangat
pertama adalah proses teknokratis, sedangkan penting, karena dengan proses ini maka
kegiatan kedua adalah proses partisipatif.2 dimungkinkan adanya kesamaan pandangan
mengenai alokasi dan besaran anggaran
Penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/ antara pengguna anggaran (SKPD) dan
atau perubahan keadaan dibahas bersama pengawas anggaran (DPRD), namun ternyata
DPRD dengan Pemerintah Daerah dalam rangka dalam PP-58/2005 prosesnya terjadi
penyusunan prakiraan Perubahan atas APBD perubahan 3.
tahun anggaran yang bersangkutan, apabila 5) Dalam proses penyusunan anggaran, Pejabat
terjadi: Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)
1. perkembangan yang tidak sesuai dengan menyusun rancangan peraturan daerah
asumsi kebijakan umum APBD; tentang APBD berikut dokumen pendukung
2. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan berdasarkan RKA-SKPD yang telah ditelaah
pergeseran anggaran antar unit organisasi, Tim Anggaran Pemerintah Daerah.
antar kegiatan, dan antar jenis belanja;
3. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran 6) Meskipun secara teoritis dokumen MTEF bisa
lebih tahun sebelumnya harus digunakan untuk berjangka waktu dua sampai tiga tahun, UU
pembiayaan anggaran yang berjalan; No. 17/2003 secara tegas menetapkan bahwa
dokumen MTEF dibuat oleh SKPD untuk
Beberapa Isu penting dan Konsekuensi dari jangka waktu dua tahun. Meskipun hanya untuk
Instrumen Hukum Perencanaan dan Pengang- jangka waktu dua tahun, tetapi dokumen ini
garan Daerah: sangat berguna bagi Bappeda untuk dijadikan
bahan dalam menyusun rancangan awal
RKPD.
1
Berdasarkan UU No. 25/2004 proses penyusunan RPJPD diatur dalam pasal 10 – 12, proses penyusunan RPJMD diatur dalam pasal 14 – 18, dan proses
penyusunan RKPD diatur dalam pasal 20 – 25. Sedangkan dalam UU No. 32/2004 diatur dalam pasal 150 – 154.
2
Pemilahan proses perencanaan yang teknokratis dan partisipatif dapat dilihat dalam penjelasan UU No. 25/2004.
3
Pengaturan mengenai proses penyusunan RKA-SKPD menurut UU 17/2003 berbeda dengan UU 32/2004. UU No. 32/2004 tidak mengharuskan SKPD untuk
berkonsultasi dengan DPRD pada saat menyusun dokumen RKA-SKPD, berbeda juga dengan yang diatur melalui PP 58/2005, dimana RKA-SKPD yang
telah disusun oleh Kepala SKPD disampaikan kepada PPKD untuk selanjutnya dibahas oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah.
142
H A N D O U T
7) Proses pembahasan RAPBD sejak 4. Mendapatkan aspirasi masyarakat dan
penyampaian nota RAPBD oleh Kepala daerah 5. Sebagai wahana untuk agregasi kepentingan
ke DPRD menjadi pendek. Ini konsekwensi dan mobilisasi dana
dari keterlibatan DPRD dalam proses-proses
pembahasan awal RAPBD yang meliputi
penetapan KU-APBD, penetapan Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara dan proses
Musrenbang mulai dari tingkat Kecamatan.
Peran Masyarakat
143
H A N D O U T
MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS:
APAKAH ITU?
Pada tahun 2000, awal pergantian zaman dari abad Target (1) tinggal 50 persen proporsi penduduk
20 ke abad 21 yang disebut era milenium, sebanyak dengan penghasilan dibawah 1 dolar sehari.
189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa Indikator:
(PBB) termasuk Indonesia mengikuti Sidang Majelis v Proporsi penduduk dibawah 1 dollar sehari
Umum PBB. Pertemuan bertujuan mendiskusikan v Ratio kesenjangan kemiskinan
berbagai permasalahan yang terkait erat dengan v Persebaran kuantil orang miskin dalam
peningkatan kesejahteraan dan kelangsungan konsumsi nasional
hidup bangsa, serta penegakan hak asasi dan
kerjasama internasional untuk memajukan bangsa Target (2) Antara tahun 1990–2015 proporsi
dengan target dan indikator yang jelas. Pertemuan penduduk kelaparan tinggal separuhnya.
ini berhasil mengadopsi Deklarasi Mileenium, yang Indikator:
berisi komitmen untuk menjawab berbagai v Prevalensi balita kurang berat badan
tantangan di era milenium, menetapkan langkah v Proporsi penduduk dibawah garis kemiskinan
konkrit melalui tujuan, itarget dan indikator yang konsumsi.
ditetapkan dari tahun 1990 sampai tahun 2015.
2. Meningkatkan pendidikan dasar
Tujuan Utama / Goals MDG
Target (3) menjamin semua anak, laki-laki dan
Dalam MDG ditetapkan delapan tujuan utama (goal) perempuan dimanapun berada mampu
yang perlu ditindaklanjuti oleh setiap negara yang menyelesaikan pendidikan dasarnya.
meliputi: Indikator:
1. memberantas kemiskinan dan kelaparan v Ratio partisipasi di sekolah dasar
2. mewujudkan pendidikan dasar v Proporsi murid kelas 1 mencapai kelas 5
3. meningkatkan kesetaraan gender dan v Tingkat melek huruf pada penduduk usia 15-24
pemberdayaan perempuan tahun
4. mengurangi angka kematian bayi
5. meningkatkan kesehatan ibu. 3. Promosi kesetaraan gender dan pemberda-
6. memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit yaan perempuan
lainnya
7. menjamin pengelolaan lingkungan hidup yang Target (4) memperkecil kesenjangan gender pada
berkelanjutan sekolah dasar dan sekolah menengah pada tahun
8. mengembangkan kemitraan global dalam 2005 dan pada semua jenjang pendidikan pada
pembangunan tahun 2015.
Indikator:
Kedelapan tujuan utama MDGs ini sebenarnya telah v Ratio perempuan terhadap laki-laki di sekolah
menjadi arahan pelaksanaan pembangunan di In- dasar, menengah pertama dan sekolah
donesia, seperti yang tercantum dalam Garis-garis menengah atas.
Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999-2004 v Ratio perempuan melek huruf terhadap laki-laki
yang selanjutnya tercantum dalam Program usia 15-24 tahun.
Pembangunan Nasional (Propenas), lengkap v Kontribusi perempuan dalam angkatan kerja di
dengan indikator kinerjanya yang akan dicapai dalam luar sektor pertanian.
kurun waktu yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan v Proporsi perempuan yang duduk di parlemen.
bahwa delapan permasalahan utama tersebut
dirasakan oleh hampir seluruh negara. 4. Penurunan angka kematian anak
Target dan Indikator Kinerja Target (5) menurunnya dua pertiga angka kematian
anak dibawah lima tahun pada tahun 1990-2015.
Masing-masing tujuan utama mempunyai target dan Indikator:
indikator kinerja untuk mewujudkan kesejahteraan v Tingkat kematian anak di bawah lima tahun
hidup bangsa yang ditetapkan dari tahun 1999 v Tingkat kematian bayi
sampai 2015. Target dan indikator masing-masing v Proporsi anak usia satu tahun yang mendapat
tujuan utama tersebut adalah: imunisasi campak
144
H A N D O U T
5. Meningkatkan kesehatan ibu 8. Mengembangkan kemitraan global untuk
pembangunan
Target (6): menurunkan dua pertiga ratio kematian
ibu pada tahun 1990- 2015. Target (12): Pengembangan sistem perdagangan
Indikator: bebas, berdasar aturan, dapat diramalkan serta
v Ratio kematian ibu tidak diskriminatif dan sistem keuangan, termasuk
v Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesepakatan mengenai pemerintahan yang bersih,
kesehatan terlatih. pembangunan dan pengentasan kemiskinan baik
nasional maupun internasional.
6. Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit
lainnya Target (13): perhatian kepada kebutuhan negara-
negara berkembang di kepulauan, termasuk tarif dan
Target (7): pada tahun 2015 turun separuhnya dan akses terhadap kuota ekpor negara berkembang
mulai menghentikan penyebaran HIV/AIDS. dan miskin.
Indikator:
v Prevalensi HIV di kalangan wanita hamil umur Target (14): memperhatikan kebutuhan khusus
15-24 tahun. negara landlocked dan negara kepulauan
v Tingkat prevalensi kontrasepsi
v Jumlah anak yatim piatu korban HIV/AIDS Target (15): kesepakatan terhadap masalah hutang
negara berkembang melalui standard nasional dan
Target (8): tahun 2015 tidak ada lagi kejadian ma- internasional untuk ditangguhkan masa pengem-
laria dan penyakit lainnya. baliannya.
Indikator: Indikator:
v Tingkat prevalensi dan tingkat kematian akibat v Subsidi pertanian domestik dan ekport di negara
malaria
v Proporsi penduduk di wilayah berisiko malaria Target (16): kerjasama dengan negara berkembang
yang menggunakan pencegahan malaria dan negara maju untuk menciptakan lapangan kerja
secara efektif serta melakukan langkah bagi para pemuda.
pengobatan. Indikator:
v Tingkat prevalensi dan tingkat kematian akibat v Tingkat pengangguran kelompok umur 15-24
TBC tahun
v Proporsi kasus TBC yang terdeteksi dan yang
menjalankan perngobatan. Target (17): Kerjasama dengan perusahaan farmasi
untuk memenuhi kebutuhan bahan baku obat bagi
7. Pengelolaan lingkungan hidup yang negara sedang berkembang.
berkelanjutan Indikator:
v Proporsi penduduk yang mempunyai akses
Target (9): mengintegrasikan prinsip-prinsip terhadap obat yang dibutuhkan secara berkesi-
pengembangan lingkungan berkelanjutan ke dalam nambungan
kebijakan dan program negara dan mencegah
kerusakan sumber-sumber alam. Target (18): Kerjasama dengan pihak swasta untuk
Indikator : mengembangkan teknologi baru terutama informasi
v Proporsi luas hutan dan komunikasi.
v Wilayah cagar alam Indikator:
v Efisiensi penggunaan energi v Saluran telepon per 1000 penduduk
v Emisi karbondioksida. v Komputer per 1000 penduduk
145
H A N D O U T
PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE
Prinsip-prinsip utama ’good governance’ terdiri dari: Beberapa tindakan praktis yang dapat dilakukan
¾ Sustainability antara lain:
¾ Subsidiarity • pengembangan kerangka pendelegasian
¾ Equity kewenangan dan tanggung jawab dalam
¾ Efficiency pelayanan umum dari tingkat kabupaten/kota
¾ Transparency and Accountability ke tingkat kecamatan/kelurahan/desa
¾ Civic Engagement and Citizenship • peraturan daerah yang memungkinkan organi-
¾ Security sasi masyarakat sipil dapat berpartisipasi
dalam masalah-masalah penyediaan
Sustainability pelayanan umum untuk meningkatkan
’responsiveness’ pemerintah daerah dalam
Prinsip Sustainability dapat diartikan dengan: pelayanan kepada masyarakat
terdapatnya keseimbangan antara kebutuhan • transfer dana yang transparan dan pemberian
sosial, ekonomi dan lingkungan untuk masa dukungan pengembangan kapasitas
sekarang dan generasi masa mendatang. Untuk adminsitratif, teknikal dan manajemen pada
itu, diperlukan adanya komitmen yang jelas dan kuat tingkat kecamatan/kelurahan
terhadap usaha pengurangan kemiskinan. Para
Pimpinan pada semua segmen masyarakat perlu Equity
memiliki visi jangka panjang dan strategi untuk
pembangunan berkelanjutan dan mampu Prinsip equity berkaitan dengan akses kepada
mengorganisir segenap sumber daya dan dana dan pengambilan keputusan dan ’basis necessities’
kepentingan untuk tujuan bersama yang lebih baik (kebutuhan dasar) kehidupan. Pria dan wanita
memiliki akses yang sama dalam partisipasi
Beberapa tindakan praktis yang dapat dilakukan pengambilan keputusan, penetapan prioritas dan
antara lain: proses alokasi sumber daya. Daerah yang baik
• melakukan konsultasi dengan stakeholders ádalah yang memberikan desempatan lepada
untuk menyepakati visi dan misi strategis semua baik yang miskin, remaja atau lanjut usia
daerah melalui perencanaan strategis secara (lansia), kelompok minoritas, cacat, dengan akses
partisipatif yang sama terhadap penyediaan nutrisi,
• melakukan proses konsultasi untuk peren- pendidikan, kesempatan kerja, perawatan
canaan lingkungan dan manajemen dari kesehatan, perumahan, penyediaan air bersih,
penggunaan sumber daya secara lebih berhati- sanitasi dan lain-lain pelayanan dasar.
hati dengan memperhitungkan dampak
negatifnya untuk generasi mendatang Beberapa tindakan praktis yang dapat dilakukan
• mengintegrasikan pengurangan kemiskinan antara lain:
ke dalam perencanaan daerah • memastikan bahwa laki-laki dan perempuan
• melestarikan historical dan cultural heritage mempunyai akses yang sama kepada pe-
• memastikan kemampuan keuangan untuk ngambilan keputusan, sumber daya, pelayan-
mempromosikan kegiatan ekonomi melalui an dasar (melalui gender disaggregated data)
partisipasi masyarakat dalam kehidupan • mengembangkan kuota untuk perwakilan
ekonomi daerah perempuan dalam pemerintahan daerah dan
• promosi transfer teknologi memberikan peluang untuk mencapai posisi/
jabatan tinggi dalam pemerintahan daerah
Subsidiarity • memastikan kebijakan ekonomi mendorong
sektor informal
Prinsip Subsidiarity dapat diartikan dengan: • mempromosikan kepastian pemilikan lahan
pendelegasian kewenangan dan sumber daya ke (security land tenure (land and property))
tingkatan yang terdekat dengan penyediaan • menghilangkan semua hambatan dalam
pelayanan, konsisten dengan prinsip pelayanan urusan pelayanan umum dan keuangan
yang efisien dan efektivitas pembiayaan (cost • menciptakan kerangka regulasi daerah yang
effective). Hal ini akan mengoptimasikan potensi ‘fair’ dan ‘predictable’
keterlibatan masyarakat dalam proses
’governance’ pelayanan. Desentralisasi dan Efficiency
demokratisasi lokal akan memperbaiki tingkat
responsivitas (responsiveness) kebijakan dan Prinsip efficiency dalam Good Governance dapat
usaha penyediaan pelayanan yang memenuhi diartikan dengan: mengutamakan prinsip efisiensi
keinginan masyarakat. dalam penyediaan pelayanan umum dan dalam
mempromosikan pengembangan ekonomi lokal.
146
H A N D O U T
Daerah perlu mengelola keuangannya dengan baik • mengembangkan ‘code of conduct’/tata tertib
dan cost effective juga dalam mengelola sumber- • mengembangkan stándar akuntabilitas dan
sumber pendapatan dan belanja; administrasi penyediaan pelayanan seperti ISO
pelayanan umum berbasis ’competitiveness’, • menciptakan mekanisme umpan balik
keterlibatan sektor swasta dan masyarakat dalam (feedback) seperti ombudsman, hotlines,
perekonomian daerah. prosedur penyampaian komplain, citizen report
cards
Beberapa tindakan praktis yang dapat dilakukan • mempromosikan hak Publik untuk mengakses
antara lain: informasi pemerintahan daerah
• penyediaan dan regulasi pelayanan umum • akses bagi investor terhadap informasi
melalui kemitraan dengan sektor swasta dan pemerintahan daerah
masyarakat sipil
• mempromosikan ’user pay principles’ yang adil Civic Engagement and Citizenship
untuk pelayanan Pemerintah Daerah dan
infrastruktur Prinsip Civic Engagement and Citizensip dapat
• mempromosikan ’management contracts’ dilakukan dengan beberapa tindakan praktis
• mengintegrasikan perencanaan dan seperti:
pengelolaan antar sektor • mempromosikan demokratisasi lokal melalui
• efisiensi dan efektifitas dalam pengumpulan partisipasi dalam pengambilan keputusan
pendapatan daerah • pengembangan regulasi yang memungkinkan
• penghilangan hambatan-hambatan dalam masyarakat sipil dapat berpartisipasi secara
pengurusan pelayanan efektif dalam komite perencanaan di berbagai
peringkat pemerintah daerah
Transparency and Accountability • pembentukan ’city watch’ groups
• mempromosikan mekanisme public hearing
Prinsip Transparansi dan Akuntabilitas dalam ataupun citizen forum
Good Governance dapat diartikan sebagai
pertanggungjawaban Pemerintah Daerah kepada Security
masyarakatnya. Prinsip ini merupakan hal
terpenting dalam good governance. Korupsi perlu Setiap individu memiliki hak untuk mendapatkan
diberantas karena dapat mengurangi kredibilitas keamanan. Kekurang keamanan akan meningkat-
pemerintah daerah dan memperparah kemiskinan kan marginalisasi kelompok masyarakat miskin.
penduduk. Transparansi dan akuntabilitas adalah Daerah perlu menghindarkan conflict dan disasters
penting untuk stakeholders memahami dengan mengikut sertakan masyarakat dalam
pemerintahan daerah dan mengetahui bagaimana, pencegahan konflik dan pencegahan bencana
apa, dan siapa penerima manfaat dari alam.
pengambilan keputusan pemerintah daerah.
Perundangan dan kebijakan publik mestilah Beberapa tindakan praktis yang dapat dilakukan:
transparan. Pimpinan daerah perlu memperli- • menciptakan iklim damai dan toleran melalui
hatkan standard integritas professional dan pribadi public campaign
yang tinggi. Partisipasi masyarakat merupakan • meningkatkan rasa aman dilingkungan
elemen kunci dalam mempromosikan transparansi kelompok masyarakat miskin melalui
dan akuntabilitas. penyediaan akses ke lapangan kerja, kredit,
pendidikan dan pelatihan
Beberapa tindakan praktis yang dapat dilakukan • menerapkan perencanaan lingkungan hidup
antara lain: berbasis partisipasi masyarakat
• mendorong konsultasi publik untuk masalah- • menangani permasalahan keamanan bagi
masalah berkaitan dengan keuangan daerah kelompok-kelompok rawan seperti perem-
melalui mekanisme participatory budgeting; puan, remaja melalui pelatihan
tender dan prosedur pengadaan (procurement) • meningkatkan fungsi-fungsi kepolisian
yang transparan • meningkatkan kesadaran akan resiko dari
• penggunaan ’integrity pacts’ dan monitoring bencana alam dan merumuskan rencana
mekanisme pengadaan pencegahan bencana alam berbasis
• internal dan external audit untuk laporan partisipasi masyarakat
keuangan tahunan dan didiseminasikan ke • penyusunan emergency plan disemua unit
publik untuk dibahas kerja pemerintah daerah
• penerapan kebijakan bersifat disinsentif, untuk • penyusunan rencana tindak untuk menghin-
mencegah tindakan korupsi darkan kekerasan terhadap perempuan, anak-
• penghilangan hambatan dalam pengurusan anak dan keluarga
perizinan
• simplifikasi sistem retribusi dan pajak daerah (sumber: UN HABITAT)
147
H A N D O U T
FASILITASI DAN REKRUTMEN FASILITATOR
WIDJONO NGOEDIJO
148
L A M P I R A N
LL A
AMM PP II RR A
ANN
149
L A M P I R A N
KODE FUNGSI
Keterangan :
*) Urusan Pemerintahan yang menjadi wewenang Pemerintah
150
L A M P I R A N
Lampiran A.VI : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
Nomor : 13 Tahun 2006
Tanggal : 15 Mei 2006
KODE URAIAN
01 Pelayanan umum
01 1 06 Perencanaan Pembangunan
01 1 20 Pemerintahan Umum
01 1 21 Kepegawaian
01 1 23 Statistik
01 1 24 Kearsipan
01 1 25 Komunikasi dan Informatika
02 Pertahanan *)
04 Ekonomi
04 1 07 Perhubungan
04 1 14 Tenaga Kerja
04 1 15 Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
04 1 16 Penanaman Modal
04 1 22 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
04 2 01 Pertanian
04 2 02 Kehutanan
04 2 03 Energi dan Sumberdaya Mineral
04 2 05 Kelautan dan Perikanan
04 2 06 Perdagangan
04 2 07 Perindustrian
04 2 08 Transmigrasi
05 Lingkungan hidup
05 1 05 Penataan Ruang
05 1 08 Lingkungan Hidup
05 1 09 Pertanahan
07 Kesehatan
07 1 02 Kesehatan
07 1 12 Keluarga Berencana
151
L A M P I R A N
Lanjutan Lampiran A VI..................
KODE URAIAN
09 Agama *)
10 Pendidikan
10 1 01 Pendidikan
10 1 18 Pemuda dan Olah Raga
11 Perlindungan sosial
11 1 10 Kependudukan dan Catatan Sipil
11 1 11 Pemberdayaan Perempuan
11 1 12 Keluarga Sejahtera
11 1 13 Sosial
Keterangan :
*) Urusan pemerintahan yang menjadi wewenang pemerintah
152
L A M P I R A N
Lampiran A.VII : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
Nomor : 13 Tahun 2006
Tanggal : 15 Mei 2006
KODE DAN DAFTAR PROGRAM DAN KEGIATAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
153
L A M P I R A N
Lanjutan Lampiran A VII..................
x xx xx 02 39 dst………….
x xx xx 02 40 Rehabilitasi sedang/berat rumah jabatan
x xx xx 02 41 Rehabilitasi sedang/berat rumah dinas
x xx xx 02 42 Rehabilitasi sedang/berat rumah gedung kantor
x xx xx 02 43 Rehabilitasi sedang/berat mobil jabatan
x xx xx 02 44 Rehabilitasi sedang/berat kendaraan dinas/operasional
x xx xx 02 45 dst………….
x xx xx 09 Program dst……….
s.d
x xx xx 14 Program dst……….
1 URUSAN WAJIB
1 01 xx Pendidikan
1 01 xx 15 Program Pendidikan Anak Usia Dini
1 01 xx 15 01 Pembangunan gedung sekolah
1 01 xx 15 02 Pembangunan rumah dinas kepala sekolah, guru, penjaga sekolah
1 01 xx 15 03 Penambahan ruang kelas sekolah
1 01 xx 15 04 Penambahan ruang guru sekolah
1 01 xx 15 05 Pembangunan ruang locker siswa
1 01 xx 15 06 Pembangunan sarana dan prasarana olahraga
1 01 xx 15 07 Pembangunan saranan dan prasarana bermain
1 01 xx 15 08 Pembangunan ruang serba guna/aula
1 01 xx 15 09 Pembangunan taman, lapangan upacara dan fasilitas parkir
1 01 xx 15 10 Pembangunan ruang unit kesehatan sekolah
1 01 xx 15 11 Pembangunan ruang ibadah
1 01 xx 15 12 Pembangunan perpusatakaan sekolah
1 01 xx 15 13 Pembangunan jaringan instalasi listrik sekolah dan perlengkapannya
154
L A M P I R A N
Lanjutan Lampiran A VII..................
155
L A M P I R A N
Lanjutan Lampiran A VII..................
156
L A M P I R A N
Lanjutan Lampiran A VII..................
157
L A M P I R A N
Lanjutan Lampiran A VII..................
158
L A M P I R A N
Lanjutan Lampiran A VII..................
159
L A M P I R A N
Lanjutan Lampiran A VII..................
1 01 xx 23 Program dst……….
1 02 Kesehatan
160
L A M P I R A N
Lanjutan Lampiran A VII..................
161
L A M P I R A N
Lanjutan Lampiran A VII..................
162
L A M P I R A N
Lanjutan Lampiran A VII..................
1 02 xx 26 04 Penambahan ruang rawat inap rumah sakit (VVIP, VIP, Kelas I,II,III)
1 02 xx 26 05 Pengembangan ruang gawat darurat
1 02 xx 26 06 Pengambangan ruang ICU, ICCU, NICU
1 02 xx 26 07 Pengembangan ruang operasi
1 02 xx 26 08 Pengambangan ruang terapi
1 02 xx 26 09 Pengembangan ruang isolasi
1 02 xx 26 10 Pengembangan ruang bersalin
1 02 xx 26 11 Pengembangan ruang inkubator
1 02 xx 26 12 Pengembangan ruang bayi
1 02 xx 26 13 Pengembangan ruang rontgen
1 02 xx 26 14 Pengembangan ruang laboratorium rumah sakit
1 02 xx 26 15 Pembangunan kamar jenazah
1 02 xx 26 16 Pembangunan instalasi pengolahan limbah rumah sakit
1 02 xx 26 17 Rehabilitasi bangunan rumah sakit
1 02 xx 26 18 Pengadaan alat-alat rumah sakit
1 02 xx 26 19 Pengadaan obat-obatan rumah sakit
1 02 xx 26 20 Pengadaan ambulance/mobil jenazah
1 02 xx 26 21 Pengadaan mebeleur rumah sakit
1 02 xx 26 22 Pengadaan perlengkapan rumah tangga rumah sakit (dapur, ruang pasien, laundry,
ruang tunggu dan lain-lain)
1 02 xx 26 23 Pengadaan bahan-bahan logistik rumah sakit
1 02 xx 26 24 Pengadaan pencetakan administrasi dan surat menyurat rumah sakit
1 02 xx 26 25 Pengembangan tipe rumah sakit
1 02 xx 26 26 Monitoring, evaluasi dan pelaporan
1 02 xx 26 27 dst……………………
163
L A M P I R A N
Lanjutan Lampiran A VII..................
1 02 xx xx Program dst……….
1 03 Pekerjaan Umum
164
L A M P I R A N
Lanjutan Lampiran A VII..................
165
L A M P I R A N
Lanjutan Lampiran A VII..................
166
L A M P I R A N
Lanjutan Lampiran A VII..................
1 03 xx xx Program dst……….
1 04 Perumahan
167
L A M P I R A N
Lanjutan Lampiran A VII..................
1 04 xx xx Program dst……….
1 05 Penataan Ruang
168
L A M P I R A N
Lanjutan Lampiran A VII..................
1 06 Perencanaan Pembangunan
169
L A M P I R A N
Lanjutan Lampiran A VII..................
1 06 xx 21 04 Penetapan RPJPD
1 06 xx 21 05 Penyusunan rancangan RPJMD
1 06 xx 21 06 Penyelenggaraan musrenbang RPJMD
1 06 xx 21 07 Penetapan RPJMD
1 06 xx 21 08 Penyusunan rancangan RKPD
1 06 xx 21 09 Penyelenggaraan musrenbang RKPD
1 06 xx 21 10 Penetapan RKPD
1 06 xx 21 11 Kordinasi penyusunan laporan kinerja pemerintah daerah
1 06 xx 21 12 Kordinasi penyusunan Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ)
1 06 xx 21 13 Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan rencana pembangunan daerah
1 06 xx 21 14 dst……………………
1 07 Perhubungan
170
L A M P I R A N
Lanjutan Lampiran A VII..................
1 07 xx xx Program dst……….
1 08 Lingkungan Hidup
171
L A M P I R A N
Lanjutan Lampiran A VII..................
172
L A M P I R A N
Lanjutan Lampiran A VII..................
1 08 xx Program dst…
1 09 Pertanahan
173
L A M P I R A N
Lanjutan Lampiran A VII..................
1 09 xx xx Program dst…
1 11 Pemberdayaan Perempuan
174
L A M P I R A N
Lanjutan Lampiran A VII..................
175
L A M P I R A N
Lanjutan Lampiran A VII..................
1 13 Sosial
176