Você está na página 1de 8

BAB I

Anak Desa Yang Ingin Membalikkan Keadaan

S
aya adalah cah ndeso lahir pada taun 1969. Lahir dan hidup di desa
Kapas, kecamatan Kapas, Bojonegoro. Mungkin tidak banyak dari
pembaca yang tau, ataupun mungkin banyak yang belum pernah
mendengar nama desa itu, saya sangat maklum karena desa saya
terletak 7 km sebelum jalan arteri masuk ke kota Bojonegoro.

1.1 Sifat Introvert Tumbuh Sejak Kecil

J adi dalam artian tempat tinggal saya terletak di desa yang terpencil.
Masa kecil , saya habiskan di desa tersebut. TK dan SD pun saya lewati
di desa tersebut. Karena itu, tidak pernah sekalipun bermimpi hidup di
kota, kerja di kota, ke luar negeri, dan sebagainya. Saya juga seorang
anak introvert. Masa kecil saya mungkin sangat berbeda dengan anak
jaman sekarang. Saat masih kanak kanak saya sagatlah pemalu, rendah
diri, cengeng dan tidak berani untuk ngomong di depan orang lain kecuali
orang tua dan adik kakak saya. Bisa diibaratkan saat kanak kanak ”di luar
pria , dalam nya laki laki” . Dan itu berlangsung sampai saya menginjak
bangku SMP dan SMA.

1.2 Lingkungan Tempat Tinggal Membuat Saya Tidak Pernah Bermimpi


Sukses

S
eperti yang kita tau, desa merupakan tempat sederhana yang dalam
gambaran pembaca pasti hanya ada sawah dan kebun. Dan begitu
juga desa saya. Tidak ada potensi sama sekali untuk menjadi
seorang yang sukses selain berkebun atau membajak sawah. Bayangkan
saja di desa saya dulu masih memakain lampu Petromax, listrik baru
masuk ke desa Kapas pada taun 1981.

1.3 Didikan Orang Tua Menuntut ku Selalu Bersikap Mandiri dan Disiplin

S
eperti kebanyakan cah ndeso, saya juga dididik orang tua dengan
selayaknya cah ndeso lainnya. Tidak ada keistimewaan apapun.
Yang perlu pembaca tau, sebenarnya orang tua saya termasuk
orang yang ”berada”. Orang tua saya pernah menjadi kepala desa,
anggota DPD, anggota DPR danpengusaha. Rumah saya pun luas nya
44.000 meter persegi yang didalamnya ada gudang tembakau,
penumbukan padi, SMA. Kebun, dan bedak (tempat berjualan). Tetapi itu
tidak membuat saya diperlakukan bak raja. Malah sebaliknya, saya
diperlakukan seperti seorang anak miskin oleh orang tua saya. Saya
sering mengibaratkan ajaran orang tua saya itu seperti ”Anak Bupati
tetapi hidup tukang becak”. Saya pernah merasakan makan nasi garam,
makan nasi hanya dengan kecap dan sebagainya.
1.4 Masa Masa SMP Pembantu Sudah Tidak Berlaku di Hidup Saya

O
rang tua saya sangat membiasakan saya untuk hidup mandiri sejak
kecil. Sedari SMP saya sudah harus bisa mengerjakan semua hal
yang berkaitan dengan saya dengan memakai tenaga saya sendiri.
Contoh mencuci piring, mencuci pakaian, menyetrika, membersihkan
kamar tidur. Padahal di rumah, orang tua saya memperkerjakan 6 orang
pembantu rumah tangga.

1.5 Masa Masa SMA Membiasakan Diri Bekerja Keras

S
aat SMA saya sudah diharuskan bisa ikut bekerja dengan pegawai
orang tua saya. Pergi ke penggilingan padi, ke gudang tembakau,
mengirim makanan ke sawah, badan gatal gatal dan bau karena
terkena tembakau adalah hari hari yang saya lewatkan saat saya duduk di
bangku SMA. Semua itu benar benar membuat saya mandiri dan terbiasa
melakukan semuanya sendiri. Pelajaran yang sangat berharga setiap saya
ingat semua itu. Tidak pernah terbayangkan saat ini kesuksesan yang
saya raih ternyata juga dipengaruhi oleh ajaran orang tua saya yang
cukup ketat demi membuat saya mandiri.

Quote : ”Jika Ingin Melatih Anak Mandiri, Tekankanlah Janganlah Meminta


Bantuan Orang Lain Kecuali Kamu Sudah Sekarat”

BAB II
Sekolah Hanya Untuk Menyenangkan Orang Tua

M
ulai TK sampai Kuliah saya dan kakak adik saya bersekolah di
sekolah yang dipilihkan kedua orang tua saya. Saya adalah anak
ke 4 dari 5 bersaudara. Orang tua saya selalu memberi target nilai
kepada anak anaknya secara merata tanpa terkecuali dan semua sama.
Saya dan saudara saudara saya menganggap sekolah hanya untuk
menyenangkan orang tua saja.

Bab 2.1 Selalu Mengambil Tentang Cara Berpikir di Sekolah

J ujur saja, saat bersekolah saya tidak mengambil ilmu yang ada. Tetapi
saya hanya mengambil cara berpikir yang diajarkan di sekolah. Dan
terbukti itu semua sangat berguna untuk saya dalam mencapai
kesuksesan saya sekarang.

Bab 2.2 Orang Tua Selalu Melakukan Segala Sesuatu Dengan Terencana dan
Terinci

S
aat SMA saya masuk ke dalam jurusan biologi atau IPA dan saat
berkuliah saya masuk Tekhnik Kimia, oleh karena itu saya tidak
pernah sekalipun berpikir bisa sukses di bidang tekhnologi informasi
seperti saat ini. Orang tua saya adalah tipe orang yang sangat terperinci.
Uang yang dikeluarkan untuk ke lima anaknya untuk bersekolah mulai TK
sampai kuliah sudah dicatat dan dirinci sedemikian rupa. Mungkin itu
yang membuat saya sekarang juga terbiasa merinci segala sesuatu
secara detail. Seperti contoh jika pembaca ingin tau berapa uang yang
dikeluarkan, silahkan menanyakan pada saya. Saya sebutkan salah
satunya yaitu jumlah uang yang dikeluarkan saat saya berkuliah adalah
18.675.000,- semua pembukuannya ada di saya dan lengkap.

Quote : ”Tidak Perlu Menuruti Sekolah Hanya Untuk Ilmu, Tetapi Ambillah
Cara Berpikir Saat Bersekolah”

BAB III
Kegagalan Keluarga Membuatku Dididik Menjadi Seorang Pekerja

K
akek, nenek, pakdhe, budhe saya adalah seorang wiraswasta. Tetapi
orang tua saya mendidik saya untuk menjadi seorang pekerja.
Dengan alasan melihat kakak dan adik orang tua saya yang semua
jatuh dalam berwiraswasta. Diantara semua saudara saya tidak ada yang
bisa sehebat kakek saya dalam berwiraswasta. Karena kegagalan yang di
alami adik dan kakak orang tua saya itulah, membuat orang tua saya
mengarahkan dan mendidik saya menjadi seorang pekerja.

3.1 Pendapatan Tetap Menjadi Alasan Terkuat Orang Tua

M
enurut orang tua saya jika menjadi pekerja, masa depan lebih
terjamin karena setiap bulan bisa dipastikan mendapat
pendapatan yang tetap. Di keluarga, perkataan orang tua
bagaikan “Sabda” yang sangat diagungkan. Jadi, setiap perkataan dan
perintah orang tua pasti selalu di turuti oleh anak anaknya tanpa
terkecuali.

3.2 Cerita Dari Saudara yang Sukses Membuat Orang Tua Saya Semakin
Yakin

O
rang Tua saya selalu mantap dengan keputusannya. Termasuk
menginginkan saya menjadi seorang pekerja. Apalagi pakde dan
budhe yang tinggal di kota sebagai pekerja juga sering bercerita
tentang keberhasilannya. Seperti contoh anak anaknya yang mempunyai
mainan yang saat itu terhitung sangat canggih, seperti robot, mobil
remote control, dsb sedangkan saya hanya mempunyai 2 mainan. Contoh
lainnya saat berlebaran di keluarga mereka selalu memakai baju yang
seragam yang dijahit khusus untuk satu keluarga, sedangkan di keluarga
kami yang hidup di desa dan penuh kesederhanaan tak pernah membuat
seperti itu. Itu semua membuat saya minder dan rendah diri. Tetapi
karena rendah diri yang saya alami itu saya jadi semakin bertekat untuk
membuktikan bahwa siapa yang bekerja keras pasti akan mendapat hasil
yang memuaskan dan seperti yang di harapkan.

BAB IV
Perjalanan Menjadi Seorang Pekerja (Buruh)

D
alam hidup saya punya trackrecord pintar minta ampun dan bodoh
minta ampun. Puncaknya saat di awal saya masuk S1 IPK saya
adalah saat semester 1 1,12 dan pada semester 2 IPK saya 1,42.
Apalagi jurusan tekhnik kimia pula waktu itu yang saya ikuti.

4.1 Tekad Untuk Sukses Memaksaku Untuk Berubah


S
aya yang sangat introvert bertekad untuk lebih “berani” saat
bersosialisasi dengan orang banyak. Saya bertekad untuk menjadi
seorang yang ekstrovert dengan cara mengikuti segala jenis
kegiatan non akademis yang ada di kampus. Sebenarnya tekad saya
muncul mulai kelas 3 SMA, saya bisa bersepeda motor karena saya
berteman dengan genk motor yang sering balap liar. Saya juga pernah
merasakan saat nakal nakalnya mencoba merokok, minuman keras hanya
untuk supaya lebih “berani” saat menghadapi orang lain.

4.2 Terbiasa Selalu Membantu Orang Lain Sejak Kuliah

K
embali ke masa kuliah, karena terlalu banyak kegiatan yang saya
ikuti dan sangat menguras tenaga juga waktu saya membuat saya
jatuh sakit Tipes. Tetapi yang selalu saya ingat dan saya banggakan
adalah saat kuliah saya sering membantu orang lain seperti contoh
meminjamkan buku catatan dan buku cetak ke para adik kelas. Selain itu
di kos kosan saya juga tergolong anak yang rajin. Karena saya mau
mengepel, menyapu, membersihkan tempat tidur selayaknya seorang
babu. Saya juga selalu bertanggung jawab setelah meminjam motor yaitu
dengan cara mencucikan motor teman yang habis saya pinjam selain
membelikan bensin juga.

4.3 Semua Kebaikan Akhirnya di Balas Yang Maha Kuasa

P
ada akhirnya semua kebaikan saya itu di balas oleh Yang Maha
Kuasa. Buruh pabrik, ya pekerjaan itu adalah pekerjaan yang
mengawali cerita panjang kehidupan saya. Banyak perusahaan
perusahaan yang telah ikut memberikan banyak pengalaman bagi saya.
Mulai dari daerah di Cibitung Bekasi, Hayam Wuruk Jakarta Pusat,
Driyorejo Gresik, Kenjeran Surabaya, Lawang Malang, Pandaan Pasuruan
sampai Goa Makassar pernah saya datangi dengan status menjadi buruh
pabrik. Tidak kurang dari 8x saya telah pindah perusahaan. Terakhir
pendapatan yang saya dapat hanyalah 4,8 juta dari bermula karir 350
ribu. Sekarang rata rata minimal Rp. 12 juta itu hal biasa didapat dari
dunia internet.

4.4 Tidak Setuju Dengan Sistem yang Dianut Robert Kiyosaki

S
aya adalah tipe orang yang tidak gampang puas dengan apa yang
telah saya capai. Ketidak cocokan saya dengan sistem yang dianut
Robert Kiyosaki yaitu ajaran 4 kuadran yang mengubah buruh atau
pekerja biasa menjadi seorang pengusaha. Menurut pemikiran saya ajaran
tersebut sangatlah salah. Lebih tepatnya tidak sesuai, karena ajaran
seperti itu hanyalah cocok diterapkan di Negara bagian Honolulu, Amerika
sedangkan I POL EK SOS BUD HAM KAM NAS di Indonesia sangatlah
berbeda dengan Negara itu. Hal itu juga yang mendorong saya untuk
mencari pengalaman lain di luar rutinitas pekerjaan saya. Sebaiknya
adalah secara pararel kita menyiapkannya dan jika sudah 2,5x gaji yang
didapat baru kita switch ke pengusaha/entrepreneurship.

Quote : “99 Pintu Rejeki yang AKU ( Tuhan ) Buka, Hanya 1 yang AKU
( Tuhan ) Buka Bukan dari Berdagang”

BAB V
Kehidupan Itu Harus Melampaui Siklus Berdarah, Fokus, Owner

S
aya tak pernah suka melakukan sesuatu setengah setengah. Saya
berani melakukan sesuatu yang mungkin sedikit beresiko hanya
demi menambah pengalaman saya.

5.1 Pengalaman “berdarah” yang Pernah Saya Lewati

Pekerjaan yang “berdarah” pun pernah saya lakukan. Seperti mengikuti


semua MLM yang ada, mengikuti semua seminar properti, mengikuti
berbagai asuransi dan lain lain. Ya memang saya sangat berusaha untuk
mengikuti semua itu. Kenapa dan untuk apa? Yang ada di otak saya
adalah semua itu saya lakukan untuk meluaskan jaringan saya serta
menambah kepercayaan diri untuk berkomunikasi di depan orang banyak.
5.2 Pengalaman “gila” yang Pernah Saya Lewati

Tak cukup hanya di situ saja, jiwa muda saya sangat bergejolak untuk
lebih menambah pengalaman lagi. Sampai saya melakukan pekerjaan
yang kali ini saya anggap “gila”. Saya mencoba dunia yang berbeda lagi
yang sebelumnya belum pernah sedikitpun saya pikirkan. Yaitu, berjualan
bed cover, baju muslim, sprei, computer, alat kantor, dll. Saya begini
cukup lama. Karena ternyata lumayan menguntungkan.

5.3 Pengalaman Menjadi Paranormal pun Pernah Saya Lakoni

H
anya puas disitu saja? Waaa.. saya bukan tipe orang yang seperti
itu. Saya berani mencoba pekerjaan lain. Anda tau itu apa?
PARANORMAL. Wow! Mungkin sebagian orang tak pernah percaya
saya pernah menggeluti pekerjaan ini. Tapi ya memang begini yang ada,
dan pekerjan ini juga cukup menguntungkan loh. Sekali datang ke rumah
”pasien” saya bisa mendapatkan 50 ribu saat itu. Dan dalam sehari bukan
hanya 1 orang saja yang minta saya datang ke tempatnya. Jadi
pendapatan saya rata rata 500 ribu dalam satu hari. Cukup
menguntungkan kan?

Saya biasanya diminta untuk ”membersihkan” rumah agar


penghuni yang ada di rumah itu baik baik saja selain itu banyak juga
wanita yang sudah berumur meminta saya untuk ”membersihkan” diri
mereka supaya mereka segera mendapat jodoh. Bakat untuk itu memang
sudah saya miliki sejak kecil karena saya termasuk anak Indigo. Banyak
”pasien” yang sudah merasakan manfaatnya. Saat saya ”beraksi” saya
bukan hanya berbicara tentang mistis atau tekhnisnya. Namun saya juga
berbicara tentang non mistis atau non tekhnisnya. Jadi bisa dibilang saya
selain menjadi Paranormal saya juga sebagai Psikolog, Psikiater, dan
Dokter bagi ”pasien”. Ada yang berminat? Sayangnya saya sudah tidak
menggeluti pekerjaan itu lagi. Jika ada yang mau, saya bersedia dengan
bayaran 10 juta. Bagaimana? hahaha saya tunggu anda yang setuju untuk
segera menghubungi saya.

5.4 Selalu Penasaran Dengan Apa yang Dilakukan Manager

S
elama meniti karir saya sering sekali mendapat karir yang biasa
saja. Saya sering berpikir ”Apa sih yang dilakukan manager?”,
pertanyaan saya itu membawa saya untuk menjadi seorang cracker.
Entah mengapa saya sangatlah menyukai pekerjaan itu hanya karena
keingin tahuan saya. Jadi jujur saja saat saya bisa membuka dan
mengacak acak data tentang apa saja yang dilakukan manager sampai
data data gaji para karyawan rasa bahagia pasti saya dapatkan dan
ternyata 70% para manager hanya karena faktor keberuntungan bukan
karena kredibilitas.

5.5 Titik Kebosanan Menjadi Seorang Cracker


T
api setelah lama bergelut seperti itu saya baru menyadari kalau
saya hanya mendapat kesenangan sesaat dengan melakukan itu.
Tak ada lagi hal lebih yang bisa saya dapatkan selain itu. Dengan itu
saya berpikir harus menjadi yang lebih baik.

5.6 Kelainan Pada Pangeran Kecil Menjadi Titik Awal Perubahan Kehidupan

S
aat anak saya lahir banyak yang bilang anak saya Hiperaktif,
Disleksia, Autis, ADHD tapi ternyata itu semua salah. Anak saya
ternyata mengalami Gifted atau talenta yang memang diberikan
hanya ke anak tertentu. Dari mana saya tau? Dari dunia maya lah
jawabannya. Saat saya mendengar kalau anak saya kemungkinan
mengalami Autis dan sebagainya itu saya segera mencari sekolah khusus,
psikiater, psikolog, dan dokter anak. Selain itu saya juga mengikuti milist
di internet yang membahas tentang permasalahan saya ini.

Você também pode gostar