Você está na página 1de 6

c  


      
 c 
 

Sumber : Http://www.amarta.net
Amarta Newsletter - AgroCulture Mei 2008

AMARTA bekerja sama dengan SEAPlant Net, sebuah LSM berbasis di Makassar,
memperluas pro duksi rumput laut di Propinsi Sulawesi Utara. Hingga hari ini, 30
pembibitan rumput laut telah berdiri di daera h Kwandang dan Teluk Lemito, dekat
Gorontalo. Pembibitan tersebut memberikan pinjaman dalam bentuk sarana produksi
rumput laut pada 150 petani. Pinjaman tersebut kemudian dibayar kembali dalam bentuk
barang setelah empat hingga enam minggu produksi.
Pada pertengahan bulan April, staff dari AMARTA dan SEAPlant Net melakukan sebuah
penelitian di kedua teluk. Dalam kunjungan ke Teluk Kwandang, ditemukan bahwa petani
disana menanam satu varietas rumput laut yang belum dikenal. Varietas tersebut
berwarna hijau dan memiliki nodul-nodul yang berbeda dari varietas umum pada thallus-
nya. Varietas ini dapat merupakan cultivar baru dari Kappaphycus alvarezii, atau bahkan
spesies baru yang disebut sebagai Kappaphycus striatum. Masyarakat setempat
menyebutnya sebagai µkulit buaya¶ karena penampilannya. Para petani mengatakan bahwa
mereka mengumpulkan varietas tersebut dari teluk dan mulai membudidayakannya sejak
empat tahun yang lalu.
Ini dapat menjadi temuan yang sangat penting di industri rumput laut Indonesia, karena
kultivar yang saat ini umum ditanam, Kappaphycus alvarezii, berasal dari perairan Filipina.
Kultivar yang paling umum dibudidayakan ini disebut sebagai Tambalang. Adanya spesies
lokal, yang produktif dan memiliki kandungan carrageenan yang baik, dapat meningkatkan
produksi rumput laut di Indonesia.
SEAPlant mengirimkan sampel rumput laut µkulit buaya¶ kepada pengolah rumput laut
untuk menguji kandungan carrageenan nya. Hasil pengujian awal cukup positif, sehingga
program ini sekarang akan menentukan tingkat pertumbuhan di beberapa lokasi, untuk
diperbandingkan dengan tingkat pertumbuhan Tambalang. Pengujian berikutnya akan
menentukan apakah tingkat pertumbuhan tinggi dapat berlangsung stabil sepanjang tahun.
Tingkat pertumbuhan Tambalang umumnya mengalami penurunan antara bulan
September dan Februari. Penelitian tersebut diikuti dengan lokakarya yang disponsori oleh
AMARTA, untuk petani-petani rumput laut di masing-masing lokasi pada tanggal 26-30 Mei.
SEAPlan Net memandu lokakarya yang terdiri dari pelatihan dan perencanaan teknis
tersebut.
Surat kabar the Jakarta Post meliput lokakarya tersebut dalam artikelnya yang terbit
pada tanggal 29 Mei (bagian Bisnis, halaman 14). Artikel tersebut menyatakan bahwa
ekspor rumput laut dari Indonesia telah mengalami peningkatan dari $49 juta di tahun
2006, hingga $57 juta di tahun 2007, terutama karena naiknya harga carrageenan. Artikel
tersebut juga mengutip pernyataan Marcel Taher, yang adalah pembeli rumput lalu utama
di wilayah Lemito. Ia menekankan pentingnya fasilitasi bantuan keuangan untuk perluasan
pertanian rumput laut. AMARTA dan SEAPlant Net sedang melakukan studi kelayakan
adanya fasilitas simpan-pinjam yang dimiliki oleh petani yang dapat menangani hambatan
tersebut.
Keterangan :
4  
   
  

 
            
       
 
  
    
þ
       
 c  
 
Sumber : Http://www.amarta.net
Amarta Newsletter - AgroCulture Agustus 2008

Yusuf Rahim, yang dikenal sebagai Ka¶ Ote, mulai menanam rumput laut sejak tahun
2000. Dengan menggunakan tabungannya, ia membangun rumah diatas panggung dan
membeli tambang, pelampung, dan bahan tanam. Ia mengalami masa sulit ketika
tanamannya rusak akibat tingginya suhu air dan air yang tidak mengalir. Walaupun ia
masih dapat meneruskan usahanya, ia mengalami kesulitan mendapatkan bahan tanam
yang baik untuk mengembangkan usahanya. Ka¶ Ote menjadi anggota kelompok tani
rumput laut Gemar Indah, yang merupakan salah satu dari 15 kelompok tani di Teluk
Lemito yang mendapatkan bantuan dari AMARTA.
Pada bulan Maret 2008, AMARTA menyediakan bahan tanam kepada ketua kelompok
tani Gemar Indah, untuk dikembangkan sebagai lahan pembibitan bagi kelompok taninya.
Pada bulan April, pembibitan tadi dapat memberikan pinjaman sebanyak 150kg bibit
kepada Ka¶ Ote untuk mengembangkan usahanya. Pada bulan Mei, rumput lautnya telah
berkembang begitu pesat, ia sudah dapat membayarkan kembali pinjamannya dengan cara
memberikan 350kg bibit kepada tiga anggota kelompok tani lainnya.
Pada akhir bulan Mei, ia menghadiri lokakarya yang disponsori oleh AMARTA. Satu
pelajaran penting yang ia dapatkan adalah cara memperbesar ukuran bahan tanamnya.
Sebelumnya ia menggunakan 100gr rumput laut dan sekarang ia menggunakan sebagian
dari 150-200 gr rumput laut. Cara tersebut membuat rumput laut mengalami peningkatan
berat dengan lebih cepat, dan dapat menghasilkan bibit baru setiap 25 hari. Ia juga
menerapkan metode baru untuk mengeringkan rumput lautnya, yang ia telah
diperkenalkan oleh AMARTA pada bulan Agustus. Ia tidak lagi mengeringkan rumput
lautnya diatas rak-rak kayu, tapi diatas tambang. Teknologi baru tersebut telah
mengurangi waktu pengeringan dari tiga hari menjadi dua hari saja. Ia juga menemukan
bahwa berat kering rumput laut sepanjang 35 meter meningkat menjadi 28kg, lebih tinggi
dari 22kg berat yang ia perkirakan.
Sesudah membayarkan kembali pinjaman bibitnya, Ka¶ Ote sekarang dapat menjual baik
bahan tanam dan rumput laut kering. Pada bulan Juli, ia menjual 400kg bibit kepada dua
orang petani dari kelompok tani lain, seharga Rp1.500/kg, dan 200 kg rumput laut kering
seharga Rp 12.000 per kg. Rumput laut tersebut, yang berasal dari tambang sepanjang
175 meter, memberikannya pendapatan sebesar Rp3.000.000 ($326). Dalam 45 hari, ia
akan dapat memanen rumput laut dari tambang sepanjang 350 meter. Dengan
menggunakan uang pendapatannya tersbeut, Ka¶ Ote dapat membiayai pernikahan
putranya Imrawan. Imrawan saat ini tinggal di Gorontalo, namun ia berencana akan
kembali pulang ke Lemito untuk menjalankan usaha keluarganya yang terus berkembang
ini.
OO O  c  c  
    
þ 
Sumber : Http://www.amarta.net
Amarta Newsletter ± Succsess Story April 2008

Agen Halid adalah petani rumput laut di Teluk Lemito. Ia menanam rumput laut spesies
Kappaphycus alvarezii, yang merupakan sumber utama kappa-carrageenan, gel larut air
yang digunakan dalam banyak bahan makanan dan kosmetik. Spesies ini lebih dikenal
dengan nama dagang ³cottonii´. Didorong oleh meningkatnya harga komoditas ini di
seluruh dunia, harga farm-gate untuk cottonii kering mencapai $769 per ton di wilayah
Lemito. Bisnis ini dapat menjadi menjadi bisnis yang sangat menguntungkan, karena satu
pertanian kecil dapat memproduksi 100 kg rumput laut kering per bulan dan pertanian
besar dapat memproduksi satu ton per bulan.
AMARTA telah mengidentifikasi dua lokasi di Sulawesi bagian Utara yang kondisinya
ideal untuk produksi cottonii, yaitu Teluk Lemito di pesisir selatan ujung timur laut pulau
Sulawesi dan Teluk Kwandang in pesisir utara. Walaupun dua wilayah tersebut cukup luas
untuk menampung ribuan petani rumput laut lainnya, sekarang ini hanya ada kurang dari
200 petani. Tantangan pertama dalam meningkatkan jumlah petani adalah kurangnya
sarana produksi, atau bibit (cutting) di Indonesia.
Pak Agen mulai memproduksi rumput laut di tahun 2003 dengan 270 meter tali di laut.
Hari ini, luas pertaniannya telah mencapai panjang tali 5.000 meter. Karena
keberhasilannya tersebut, ia dipilih oleh para petani lainnya untuk mengembangkan usaha
pembibitan rumput laut. Pada awalnya, pembibitan ini ditujukan untuk menyediakan
sarana produksi untuk sepuluh petani lainnya di wilayah teluk. Para petani kemudian akan
membayar kembali dengan sebagian dari hasil panen mereka, untuk memastikan
kelangsungan bisnis. Di masa depan, pembibitan ini akan menjadi sumber sarana produksi
yang dapat diandalkan oleh baik para petani baru maupun yang sudah mapan.
AMARTA bekerjasama dengan seaplant.net untuk membantu produksi untuk Pak Agen
dan untuk 29 pemilik pembibitan lainnya di Lemito dan Kwandang. Rumput laut ini
sekarang berkembang pesat sebesar 4.8% per hari. Ini artinya jumlah bio massa tersebut
berlipat ganda setiap 16 hari.
Di dalam foto, Pak Agen terlihat memegang bibit cottonii dalam ukuran siap tanam di
tangan kirinya. Panen berlipat ganda menggunakan
vegetative propagation. Untuk ³menanam´ rumput laut,
rumput laut diikat ke tali yang direntangkan dibawah
permukaan laut. Di tangan kanannya, Pak Agen
menunjukkan seberapa besar bibit yang telah berumur 30
hari. Bibit yang telah mencapai ukuran tersebut berarti
telah siap panen. Setelah pertanian dapat berproduksi
penuh, sekitar 10% dari panen didaur ulang sebagai sarana
produksi dan sisanya dikeringkan untuk dijual.
Tantangan berikutnya adalah untuk melatih para petani mengenai teknik-teknik baru
yang memungkinkan mereka untuk mempertahankan produksi di tingkat komersial yang
berkelanjutan dari bulan September hingga Desember, ketika tingkat pertumbuhan
cenderung untuk menurun. Seperti dikatakan oleh Pak Agen:
³Saya merasa program pembibitan rumput laut dan dana persediaan bibit
berputar ini akan sangat bermanfaat dan akan membantu kami untuk mengatasi
permasalahan kekurangan bibit di Lemito. Pada waktu-waktu tertentu, bibit
sangat sulit didapat, dan harganya sangat mahal. Program ini akan membantu
kami mendapatkan bibit, bahkan pada musim pasang rendah, kami tidak akan
mengalami kesulitan mendapatkan bibit. Saya sangat berharap dapat membantu
petani lain memulai pertanian rumput laut dan meningkatkan penghasilan
masyarakat desa.´

Você também pode gostar