Você está na página 1de 1

Inilah Arti Hidup

Selagi Plato masih hidup, ia pernah bertanya kepada seorang wanita tua yang tengah bekerja di ladang, apa arti
hidup bagi wanita yang seumur dengan neneknya itu. Sekejap kemudian wanita itu mengambil parang lalu dikibas-
kibaskannya ke muka Plato. Sang calon filsuf itu ketakutan. Ia berpikir wanita tua mungkin telah menjadi gila
karena tersinggung akibat pertanyaannya. Iapun menghindar dan mau lari. Namun tiba-tiba ia mendengar wanita
tua itu tertawa. “Hei, berhenti,” teriaknya. Plato berhenti, serta merta ia pun menengok nenek tua tengah
melambaikan tangannya.
“Kau ingin tahu apa arti hidup ini, bukan?” tanyanya sesudah Plato mendekat. ”Ya” Jawab Plato.
”Mengapa?”
”Orang seusia nenek tentunya sudah banyak makan asam garam kehidupan.”
“Baiklah. Kalau mau, aku akan membunuhmu hanya untuk menjawab pertanyaanmu”.
“Maksud nenek?”
“Sesudah mati kamu baru akan tahu bahwa hidup di dunia ini sangatlah berarti, ujar nenek itu serius,
”Namun selagi hidup, kita ini ibarat parang yang harus terus diasah dan digunakan untuk bekerja agar
bermanfaat”.

Dari penjelasan nenek itu, Plato menemukan pelajaran bahwa hidup ini harus diisi dengan segala
kebaikan dan manfaat. Itulah arti hidup. Jika ia katakan bahwa raga memang telah memenjarakan
jiwa, hal itu dikarenakan seseorang yang tak mampu mampu keluar dari berbagai masalah dunia
kecuali jika ajal sudah menjemput. Maka jiwa pun seakan memberontak. Namun pemberontakan itu
hanya bisa ditenangkan, sesudah orang itu sadar bahwa hidup ini penuh dengan perjuangan, selain
pasrah akan kodratnya dan menyadari bahwa setiap jiwa tidak bisa berdiri sendiri. Kecuali kalau dia
sudah mendapatkan ketenangan lewat nilai-nilai agama dan metafisika (pencarian eksistensi Allah),
guna melanjutkan kehidupannya.

Você também pode gostar