Você está na página 1de 2

Antara ilmu dan harta

*****

Sepuluh orang kaum Khawarij mendatangi Khalifah ke-IV, Ali bin Abi Thalib Ra.
Mereka mendatangi Khalifah karena ingin menanyakan sesuatu, di samping rasa iri
terhadap kepandaian khalifah, baik dalam ilmu agama maupun lainnya. Rasuluilah Saw
pernah bersabda: "Aku ini kotanya ilmu pengetahuan, dan Ali adalah sebagai pintunya."

Sesampainya mereka dihadapan Khalifah Ali, mereka diterima dengan ramah, dan Khalifah
menganggap mereka sebagai tamu terhormat.

Salah seorang dari mereka membuka pertanyaan kepada Khalifah Ali: "Wahai Ali, kami
adalah sepuluh orang yang diutus oleh kaum kami untuk mengajukan pertanyaan
kepadamu, dan kami akan bergiliran bertanya kepadamu. Dan jawabanmu nantinya akan
kami bawa pulang kepada kaum kami."
Khalifah Ali menjawab: "Baiklah kalau demikian. Dan apa yang akan kalian tanyakan
padaku?"
"Wahai Ali, manakah yang lebih mulia, ilmu pegetahuan atau harta benda, dan terangkan
pula sebab-sebabnya?" tanya orang pertama. "Ilmu pengetahuan itu adalah warisan para
nabi, sedangkan harta kekayaaan adalah warisan Qarun, Syadad dan lain-lain. Oleh karena
itu, ilmu pengetahuan lebih mulia daipada harta benda," jawab Khalifah Ali.

Kemudian orang kedua memberikan pertanyaan: "Manakah yang lebih mulia ilmu
pengetahuan atau harta benda, dan jelaskan sebab-sebabnya?"
"Ilmu lebih mulia daripada harta, karena ilmulah yang menjaga dan memelihara pemiliknya,
sedangkan harta yang empunyalah yang memelihara dan menjaganya," jawab Khalifah Ali.

Setelah orang pertama dan kedua selesai dijawab oleh Khalifah Ali, kemudian orang ketiga,
keempat, kelima, hingga orang kesepuluh mengajukan pertanyaan yang sama seperti yang
diajukan oleh orang pertama dan kedua.

Kepada penanya ketiga khalifah menjawab: "Ilmu lebih mulia daripada harta, karena orang
yang berilmu banyak sahabatnya, sedangkan orang yang banyak hartanya lebih banyak
musuhnya."

Kepada penanya keempat khalifah menjawab: "Ilmu lebih mulia daripada harta, karena ilmu
bila disebarkan atau diajarkan akan bertambah sedangkan harta kalau diberikan kepada
orang lain akan berkurang."

Kepada penanya kelima khalifah menjawab: "Ilmu lebih mulia daripada harta, karena ilmu
tidak dapat dicuri, sedangkan harta benda mudah dicuri dan dapat lenyap."

Kepada penanya keenam khalifah menjawab: "Ilmu lebih mulia daripada harta, karena ilmu
tidak bisa binasa, sedangkan harta kekayaan dapat lenyap dan habis karena masa dan
usia."

Kepada penanya ketujuh khalifah menjawab: "Ilmu lebih mulia daripada harta, karena ilmu
tidak ada batasnya, sedangkan harta benda ada batasnya dan dapat dihitung jumlahnya."
Kepada penanya kedelapan khalifah menjawab: "Ilmu lebih mulia daripada harta, karena
ilmu memberi dan memancarkan sinar kebaikan, menjernihkan pikiran dan hati serta
menenangkan jiwa, sedangkan harta kekayaan pada umumnya dapat menggelapkan jiwa
dan hati pemiliknya."
Kepada penanya kesembilan khalifah menjawab: "Ilmu lebih mulia daripada harta, karena
orang yang berilmu mencintai kebajikan dan sebutannya mulia seperti si 'Alim, dan sebutan
mulia lainnya. Sedangkan, orang yang berharta bisa melarat dan lebih cenderung kepada
sifat-sifat kikir dan bakhil."

Dan kepada penanya kesepuluh khalifah menjawab: "Ilmu lebih mulia dan lebih utama
daripada harta kekayaan, karena orang yang berilmu lebih mendorong untuk mencintai
Allah. Sedangkan harta benda dapat membangkitkan rasa sombong, congkak dan takabur."
"Allah akan meninggikan orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ".
(Q.S. Al MujaadIlah 58:11)

Sesuai mendengarkan jawaban Khalifah Ali yang begitu cemerlang, kesepuluh orang kaum
Khawarij itu berdecak kagum, karena satu pertanyaan dapat dijawab dengan sepuluh
jawaban.
Kemudian, mereka kembali kepada kaumnya dengan rasa puas, dan bertambah yakin
bahwa
Khalifah Ali benar-benar sebagai pintu gerbangnya ilmu.
"Tidak boleh seseorang menginginkan hak orang lain, kecuali dua hal :
1) Seseorang yang diberi kekayaan harta oleh Allah, lalu digunakannya semata-mata
dalam perjuangan hak kebenaran.
2) Seorang yang diberi ilmu oleh Allah, maka digunakannya dan diajarkannya kepada
manusia". (H.R. Bukhari, Muslim).

----------------------------------------------------------------------

"Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang
Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan perumpamaan bagi manusia, dan
Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" (Q.S. An Nuur 24:35).

Você também pode gostar