Você está na página 1de 2

Alienisasi atau dalam Bahasa Indonesia bisa diartikan menjadi proses menuju

keterasingan, adalah teori yang dikeluarkan oleh Karl Marx tentang munculnya sebuah
keadaan dimana buruh atau proletar mendapatkan sebuah keadaan yang terasing dari
kehidupanya. Ia percaya bahwa Alienisasi adalah hasil dari eksploitasi Kapitalisme
terhadap buruh dengan mengartikanya sebagai modal.
Konsep Keterasingan buatan Marx berasal dari fakta ekonomi yang ada di masanya. Hal
ini tertulis dalam karyanya Das Kapital dan terbesit dalam karya-karyanya yang lain.
Sebenarnya Marx sendiri mengurangi penggunaan kata alienisasi atau keterasingan
dalam karya-karya di fase kedua hidupnya. Hal ini dikarenakan Marx tidak mau kata ini
berkurang nilainya, sebagai akibat dari banyaknya para filsuf sejaman Marx yang
menggunakan kata tersebut sebagai konsep mereka yang sebenarnya jauh dari yang
dimaksud oleh Marx.
Keterasingan terjadi jika semakin banyaknya modal terkumpul untuk Kapitalis, dan
semakin miskin pula si Buruh akibat dari hasil eksploitasi si kapitalis. Artinya si kapitalis
menimbun banyak harta yang sebenarnya merupakan Nilai Lebih barang yang telah
diciptakan si buruh. Karena buruh tidak memiliki kekuasaan untuk menjual barang
tersebut seperti layaknya yang dilakukan kapitalis, maka si kapitalis yang memiliki hak
untuk menjual barang tersebutlah yang akan mendapat nilai lebih tersebut. Jika nilai lebih
ini diakumulasikan dengan apa yang di dapat si buruh -baca gaji-, akan memunculkan
variabel yang berbalik. Dimana si buruh akan menjadi lebih murah atau tak berharga saat
nilai lebih dari barang-barang yang dia buat jauh lebih tinggi dan tidak sepadan dengan
nilai yang ia dapat. Hal tersebut akan memunculkan keadaan yang disebut Karl Marx
sebagai obyektivikasi (Vergebrtandlichung) atau bisa dibilang buruh dijadikan obyek
dalam satuan modal di mata kapitalis, bukan sebagai subyek atau pencipta benda.
Pengendalian kapitalis terhadap apa yang diciptakan buruh dan keadaan sistem
kemasyarakatan yang tidak mendukungnya akan memunculkan sebuah kekuatan
eksternal yang memaksanya. Kekuatan tersebut seakan-akan (bagi buruh) memusuhinya.
Artinya, sebagai barang modal milik kapitalis, buruh tak lain dianggap sebagai budak
dan bisa dipakai oleh si kapitalis asal dalam batas-batas perjanjian atas buruh dan si
majikan yang pro-keuntungan si majikan dan bukan perjanjian yang balanced, sering ini
menjadi sebagai perangkap kerja buat si buruh karena buruh yang tak punya tak punya
pilihan lain selain menerima perjanjian tersebut. Dengan kata lain, produk kerja dari
kaum buruh tidak menjadi kepunyaanya dan bersifat eksternal.
Pandangan tentang alienisasi tak lepas dari kritik Karl Marx terhadap Ludwig Feuerbach,
seorang filsuf di eranya. Namun Marx berfikir justru lebih konkrit dari pada Feuerbach.
Ada beberapa dimensi utama dari pembaharuan Marx tentang keterasingan
1. Si Buruh tidak mempunyai kuasa untuk memasarkan produk-produknya, dikarenakan
itu akan menjadi hak kapitalis, sehingga dia tidak akan menadik keuntungan dari produk
tersebut. Dalam prinsip ekonomi pasar bahwa produk yang dipertukarkan akan diawasi
oleh pasar. Bahkan buruh juga menjadi sebuah komoditi yang diperjualkan di pasaran
dan tidak bisa mengatur sendiri nasib benda yang ia produksi.
2. Si buruh terasing dengan pekerjaanya sendiri. Dimana tugas kerja tidak memberi
kepuasan hati yang hakiki, yang mana buruh tidak diberi kesempatan untuk mengatur
keadaan fisik atau batin dirinya sendiri sebab dikuasai oleh kekuatan eksternalnya.
3. Pola hubungan sosial membawa buruh menkadi terasing secara langsung dari
percabangan-percabangan sosial. Dalam hal ini hubungan masyarakat cenderung
disederhanakan menjadi kegiatan-kegiatan pasar. Uang meningkatkan rasionalisasi pola
hubungan sosial, karena ia menjadi standar abstrak dalam pengertian bahwa sifat-sifat
yang paling heterogen dapat dibandingkan dan ditukarkan.
4. Manusia hidup dalam hubungan aktif dengan alam yang merupakan ekspresi dan hasil
hubunganya dan menjadi pembeda anatra manusia dengan hewan. Pekerjaan yang
terasing lebih menurunkan kegiatan produktif manusia ke tingkat adaptasi pada alam,
layaknya hewan. Padahal yang membedakan antara keduanya adalah sikap kecakapan
mereka dalam mengarungi hidup.
Dalam keagamaan, Marx menganggap bahwa keterasingan bisa diciptakan dalam fase
kepercayaan manusia atas fantasi ketuhanan mereka. Marx menganggap bahwa agama
adalah sebuah candu yang akan memberi pengaruh fantasi akan hari depan sebagai
sebuah harapan subsitusi kehidupanya saat ini. Agama juga terkadang sebagai alasan
suatu gerakan eksploitasi masyarakat yang menyudutkan gerakan buruh memihak hak-
hak kerjanya. Memang beberapa pemuka agama melakukan hal-hal pesanan tersebut,
inilah yang membuat orang-orang kepercayaan dan mengkhianati kepercayaan para
buruh ini menjadi ular berkepala dua guna mendapatkan keuntungan pribadinya. Namun,
gerakan kaum agama yang mendukung buruhpun juga terhitung. Merekalah yang
mencoba untuk mengembalikan pemikiran masyarakat dan dengan ajaran mereka, buruh
atau siapapun yang terbilang proletar tidak perlu mengkhawatirkan agama hanya akan
menjadi fantasi subsitusi mereka melainkan sebagai sebuah gerakan yang akan membuat
mereka lebih baik dan punya nilai lebih perundingan di hadapan si majikan.
nthony Giddens. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern. UIP. ISBN 979-8034-29-5.

Você também pode gostar