Você está na página 1de 3

Kemungkinan Amandemen Kelima Terus Dipertimbangkan

[5/2/07]

Kelebihan dan kekurangan UUD 1945 terus dikaji. Wacana amandemen kelima pun terus
menguat meski diakui sulit untuk dilakukan dalam waktu dekat.

Berbagai kekecewaan masyarakat terhadap praktek bernegara di Indonesia


terus mengemuka. UUD 1945 dinilai sebagai salah satu sumber
permasalahannya. Kajian terhadapnya pun terus dilakukan.

Menurut Syamsuddin Haris, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia


(LIPI), UUD 1945 hasil amandemen keempat masih memiliki banyak
kekurangan karena sifatnya masih tambal sulam, proses amandemen yang
hanya terjebak pada kepentingan jangka pendek, perubahan tidak sistematik
dan tidak terpola, serta kualitas dan substansinya tidak koheren dan
inkonsisten.

Namun demikian, Syamsuddin menolak jika berbagai kelemahan pada UUD


1945 hasil amandemen dijadikan alasan untuk kembali ke UUD 1945 asli.
�Karena format politik dan ketatanegaraan berdasarkan UUD 1945 yang
asli membuka peluang sangat besar bagi penyalahgunaan kekuasaan oleh
presiden yang berkuasa,� ujar Syamsuddin di sebuah acara diskusi di
Jakarta, Kamis (1/2).

Untuk itu, pilihan yang tepat menurut Syamsuddin adalah dilakukannya


amandemen kelima. Menurutnya, amandemen tersebut mutlak diperlukan
agar bangunan sistem politik dan pemerintahan lebih efektif, stabil dan juga
produktif sehingga semakin mendekatkan bangsa pada cita-cita demokrasi
secara substansial, keadilan, dan kesejahteraan rakyat.

Apabila amandemen kelima dipandang tidak tepat untuk desain perubahan


yang bersifat jangka pendek, maka agenda tersebut menurut Syamsuddin
dapat dijadikan agenda jangka panjang atau menengah.

Syamsuddin juga menyadari bahwa untuk menuju ke amandemen bukanlah


sesuatu yang mudah mengingat anggota DPD yang bersikeras melakukan,
amandemen, belum mencapai syarat minimum sepertiga anggota MPR
sebagaimana dinayatakan di Pasal 37 Uud 1945, sehingga belum bisa
mengusulkan amandemen. Demikian pula, sikap partai politik saat ini
menurut Syamsuddin belum sepenuhnya terbuka terhadap isu amandemen.

Kemungkinan amandemen kelima menurut anggota DPR dari Komisi II, Sayuti
Asshatri harus terus dibuka mengingat konstitusi merupakan buatan manusia
yang belum tentu sempurna. �Konstitusi yang bagus itu yang terbuka
untuk perubahan,� cetusnya.

Agar tidak terjadi spekulasi terus menerus di masyarakat yang pada akhirnya
akan menyebabkan ekses negatif, Sayuti.... mengingatkan agar semua pihak
menetapkan kepastian waktu kapan akan dilakukannya amandemen kelima.

Menurut Sayuti, sebenarnya amandemen UUD 1945 masalah ekslusif untuk


pakar Hukum Tata Negara tetapi untuk semua golongan masyarakat. �Itu
kesalahan mendasar. Baru jadi masalah Hukum Tata Negara kalau sudah jadi
pandangan hidup bangsa dan jadi hukum positif,� tandasnya.

Politisi PDIP Firman Jaya Daeli, mengingatkan agar ada konsensus nasional
terlebih dahulu mengenai batasan amandemen, sebelum dilakukan
amandemen kelima nantinya. Menurut dia, amandemen baru bisa
dilaksanakan bila konsolidasi demokrasi sudah kuat, sistem pemerintahan
sudah efektif dan sistem presidensiil telah mantap. �Semua itu sepertinya
belum tampak,� ujar Ketua DPP Bidang Hukum dan HAM PDI P tersebut.

Beberapa Isu Yang Menjadi Bahan Pertimbangan Untuk Amandemen Kelima


Kedudukan DPD yang belum efektif
Sistem cheks and Balences antar lembaga negara yang masih kacau
Kebingungan mengenai kedudukan MPR
Menjamurnya Komisi-Komisi dan Lembaga Negara
Format pemerintahan daerah yang belum bagus
Format, sistematika, koherensi,dan konsistensi UUD 1945 yang masih kacau
Bentuk Negara Kesatuan yang belum berhasil mewujudkan kesejahteraan

Poin penting diingatkan oleh Asisten Hakim Konstitusi, Taufiqurohman


Syahuri, bahwa wacana amandemen seringkali tidak pro rakyat karena hanya
menyangkut perubahan kewenangan lembaga negara, pembagian kekuasaan
serta isu lain yang lebih banyak menyentuh elit. �Rakyat jadi antipati
dengan perubahan kalau begitu,� ujarnya.

DPD-RI Galang Dukungan di Parlemen


(30 Mar 2007, 10 x , Komentar)
Kendari, Kepres - Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI) saat
ini menggalang dukungan di parlemen. Tujuannya untuk memperluas
kewenangan DPD-RI agar lebih memadai dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia, sekaligus memenuhi tuntutan dan aspirasi masyarakat dan daerah.
Hal itu diungkapkan salah seorang anggota DPD-RI asal Sultra, KH Marwan
Aidit saat ditemui Kendari Ekspresdi kediamannya, kemarin (29). "Dukungan
itu kami butuhkan dalam rangka amandemen ke-5 Undang-Undang Dasar
1945," ungkapnya.

Dijelaskan, amandemen ke-5 UUD 1945 tersebut difokuskan pada pasal 22D,
terutama penguatan dalam bidang legislasi dan anggaran, pengawasan serta
perubahan besar-besaran dalam hal institusi dan mekanisme pendukung.

"Saat ini DPD-RI hanya berhak mengusulkan dan mengajukan Rancangan


Undang-Undang (RUU) terutama yang berkaitan dengan otonomi daerah,"
jelas Marwan Aidit. Padahal menurutnya, untuk mewujudkan maksud dan
tujuan pembentukannya, DPD-RI harus ikut dilibatkan dalam pembahasan
RUU, walaupun tidak sampai pada tahap penetuan keputusan.

Dan untuk meloloskan permintaan amandemen itu, DPD-RI harus memperoleh


dukungan dari 1/3 anggata jumlah DPD dan DPR yaitu 678 anggota untuk bisa
mengundang MPR untuk bersidang. Itupun, sidang tersebut harus dihadiri 2/3
anggota MPR. Usaha DPD tidak hanya sampai disitu, pasalnya untuk
mengamandemen UUD 1945, diperlukan 1/2 suara anggota MPR untuk
merubah pasal 22D tersebut.

"Selain 128 anggota DPD-RI, saat ini kami telah mendapat dukungan dari
sejumlah anggota DPR-RI asal PKB, PBR, PKS dan PAN," ujarnya. Sementara
anggota partai lain seperti Partai Damai Sejahtera telah banyak menyatakan
persetujuannya namun belum dituangkan dalam bentuk tertulis. M8/C/HEN

Você também pode gostar