Você está na página 1de 10

RESEP YANG DIBERIKAN

1
ANALISIS RESEP

Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan kepada
apoteker untuk menyediakan obat dalam bentuk sediaan tertentu dan menyerahkan kepada
penderita. Tapi pada kenyataannya resep lebih besar maknanya dari pengertian tersebut, karena
resep merupakan perwujudan akhir dari kompetensi + pengetahuan + keahlian dokter dalam
menerapkan pengetahuanya dalam bidang fermakologi dan terapi. Selain sifat-sifat obatyang
diberikan dan dikaitkan dengan variable dari penderita, maka dokter yang menulis resep idealnya
perlu mengetahui nasib obat dalam tubuh yang meliputi proses absorpsi, distribusi, metabolisme
dan ekskresi obat. Resep juga merupakan perwujudan hubungan profesi antara dokter, apoteker
dan penderita.

Resep dokter ditulis dalam blanko resep dengan ukuran ideal yaitu dengan lebar 10-12
cm dan panjang 15-18 cm. Resep yang telah dilayani di apotek sesuai dengan peraturan yang
berlaku merupakan dokumen yang harus disimpan sekurang-kurangnya 3 tahun di apotek.
Unsur resep:

1. Identitas Dokter
Meliputi nama dokter atau unit pelayanan kesehatan (RS, Klinik, Puskesmas),
nomor surat ijin praktek, alamat rumah/praktek dokter penulis resep. Identitas dokter
dapat dilengkapi dengan nomor telpon dan hari serta jam praktek. Biasanya sudah
tercetak dalam blanko resep.
Analisis:
Dari resep yang diberikan, sudah benar. Disana terdapat nama dokter praktek yaitu:
dr.Baik Budi, No SIP: 123/777, alamat praktek: Jl.Pramuka no 3 yogyakarta.

2. Superscriptio
Meliputi simbol R/, nama kota tempat praktek, dan tanggal resep itu ditulis
dokter. Bagian superscription merupakan kelengkapan dari resep dokter. Simbol R/
(recipe = harap ambil) biasanya sudah tercetak dalam blanko resep, terletak disisi kiri atas

2
hanya tercetak satu R/ sehingga bila diberikan lebih dari satu formula resep harus
dituliskan R/ lagi.
Analisis:
Dari resep yang diberikan, kurang tepat. Tampak penulisan simbol R/ kurang jelas pada
obat ventolin, namun simbol R/ sudah berada disisi kiri atas sudah benar selain itu, setiap
penambahan formula resep juga sudah diberi penulisan simbol R/ lagi. Dari resep
tersebut juga sudah terdapat nama kota tempat praktek dan tanggal resep itu ditulis
dokter.

3. Inscriptio
Bagian inscriptio merupakan inti resep dokter, berisi nama obat, kekuatan dan
jumlah obat yang diperlukan ditulis secara jelas. Penulisan nama obat dapat
menggunakan nama generik, nama standar atau nama paten. Penulisan jumlah dan
kekuatan obat dalam satuan obat atau volume dengan sistem metrik (mg,g,ml,l) dan
dengan angka arab yang merupakan angka yang digunakan dalam bahasa Indonesia yaitu
1,2,3,4,5,dst. Sedangkan penulisan jumlah obat dalam satuan biji (tablet, kapsul, botol,
bungkus, dll) dengan menggunakan angka romawi seperti I, II, III dst.

a. Penulisan Nama Obat


Analisis:
pada resep yang diberikan penulisan nama obat pada resep tersebut sudah benar dan
penulisan jelas.

b. Spesifikasi Sediaan Jadi


Analisis:
Pada resep yang diberikan dapat diketahui kedua jenis obat tersebut dalam sediaan
aerosol berbentuk spray, hal tersebut sesuai untuk pasien yang berusia 51 tahun karena
dapat mengerti dan paham bagaimana cara menggunakan obat tersebut.Baik formula
inflammide maupun ventolin yang mana kedua formula tersebut merupakan formula
spesialistis karena nama obat tersebut paten.

3
c. Penulisan Satuan Berat, Volume dan Unit
penulisan satuan obat atau volume sistem metrik sangat penting karena sangat membantu
apoteker dalam menyediakan obat, selain itu juga dapat menghindarkan pemberian dosis
yang salah.
Analisis:
Dalam kedua formula resep, tidak dituliskan satuan volume, berat dan unit. Mungkin
dr.Baik Budi sengaja tidak mencantumkannya karena formula inflammide dan ventolin
hanya tersedia dalam dosis yang sudah terukur (100 µg) untuk ventolin sehingga pada
resep tidak dituliskan sedangkan dosis terukur inflammide adalah 100 µg dan 200 µg,
pada resep dosis inflammide tidak dituliskan, walaupun begitu apoteker sudah mengerti
maka pihak apoteker biasanya akan memberikan satuan berat atau volume terkecil yang ada.

d. Jumlah Jenis Obat/Sediaan


Analisis:
jenis sedian yang terdapat pada resep tersebut yaitu berupa spray baik untuk formula
inflammide maupun ventolin. Penulisan jumlah R/ telah benar dengan mencantumkan
sebelum masing-masing formula dituliskan, namun pada penulisan R/ sebelum formula
kedua (Ventolin) kurang jelas. Penggunaan berapa lama obat digunakan, pada formula
inflammide tidak dituliskan namun pada formula ventolin penggunaan dilakukan jika
diperlukan.

e. Satuan biji (tablet/kapsul/botol)


Penulisan satuan yang benar pada resep dapat membantu apoteker dalam pengambilan
obat sehingga dapat menghindari pengambilan bentuk sediaan yang salah
Analisis:
Dalam formula resep tertulis sediaan:
 R/ Inflammide spray no I
Keterangan:
Formula Inflammide dalam bentuk spray atau inhalatio-aerosol sebanyak satu
buah, penulisan jumlah sudah benar yaitu dengan menggunakan angka romawi
(I).

4
 R/ Ventolin spray no I
Keterangan:
Formula Ventolin tersedia dalam bentuk tablet, syrup, inhalatio-aerosol dari resep
yang diberikan Formula ventolin diberikan dalam bentuk inhalation dan penulisan
jumlah dengan menggunakan angka romawi (I) sudah benar.

f. Penggunaan kombinasi Obat


Ventolin (albuterol) termasuk dalam golongan epinefrin merupakan stimulan sistem saraf
pusat. Bila obat asma jenis ini diberikan bersama stimulant sistem saraf pusat lainnya,
dapat terjadi rangsangan yang berlebihan selain itu golongan epinefrin akan bereaksi
dengan:
 Stimulan lain (Amfetamin, Antidepresan jenis IMAO, Kafein, Deanol)
 Antidepresan jenis siklik
 Antipsikotika
 Obat jatung pemblok beta seperti lopressor (metoprolol)
 Obat diabetes seperti insulin, dymelor (asetoheksamide)
 Obat jantung digitalis
 Obat tekanan darah tinggi
Sedangkan pada inflammide sejauh ini tidak menimbulkan reaksi dengan obat lainnya,
sehingga kombinasi antara ventolin dan inflammide tidak saling mempengaruhi.
Penggunaan kombinasi obat ventolin (Albuterol) dan Inflammide sebagai bronkodilator
yaitu agen yang menyebabkan perluasan lumen saluran udara paru-paru. Formula
inflammide digunakan untuk pencegahan asma bronchial sedangkan Formula Ventolin
digunakan untuk pengobatan dan pencegahan asma bronchial. Kedua formula dibuat
dalam bentuk spray (semprot) ketika digunakan melalui saluran napas hidung atau mulut
untuk memperoleh efek lokal atau efek sistemik. Penyemprotan harus memberikan
partikel kabut dengan ukuran halus dan seragam, sehingga kabut dapat mencapai
bronchioli. Obat-obat tersebut memperlihatkan efek adrenergik-beta yaitu melemaskan
otot polos saluran pernapasan dengan meningkatnya denyut jantung dan kekuatan
kontraktil yang lebih kecil.

5
g. Dosis Individual
Dosis obat tiap individual berbeda-beda tergantung umur, berat badan, dan ada tidaknya
kelainan organ-organ farmakokinetik separti ginjal, hati, lambung dll.
Analisis:
Dari resep yang diberikan kepada tuan Disnu berusia 51 tahun:
 R/ Inflammide spray no I
S 3 dd puff II
Dosis Inflammide diresep tersebut tidak dicantumkan, dosis terukur Inflammide
adalah100 µg dan 200 µg penggunaan Inflammide pada resep tersebut adalah 3x
sehari dimana 1x nya adalah 2 semprot , dosis tersebut tidak tepat. Dosis yang
tepat untuk ukuran dewasa adalah 2x sehari pada pagi dan malam hari dimana 1x
nya adalah 2 semprot.
 R/ Ventolin spray no I
S 3 dd puff II p.r.n
Dosis Ventolin diresep tersebut tidak dicantumkan, dosis terukur Ventolin adalah
100 µg penggunaan Ventolin pada resep tersebut adalah 3x sehari dimana 1x nya
adalah 2 semprot jika diperlukan , dosis tersebut tidak tepat. Dosis yang tepat
untuk ukuran dewasa adalah 4x sehari dimana 1x nya adalah 2 semprot jika
diperlukan.

h. Penggunaan Tulisan Singkatan


Penulisan singkatan obat hanya diperbolehkan jika singkatan tersebut adalah singkatan
resmi sesuai dengan farmakope Indonesia atau nomen klatur internasional dan penulisan
resep dengan menggunakan bahasa latin.
Analisis:
Penulisan nama obat sudah benar Karena tidak disingkat dan sudah jelas, begitu pula
dengan penulisan kata puff sudah benar yang berarti semprot. Tapi pada penulisan dosis
tidak ada tanda titik untuk pemisah antara d (de) dengan d (die) seharusnya 3.d.d
sedangkan pada prn sudah tepat terdapat tanda pemisah berupa titik (p.r.n( pro re nata)).

6
i. Tanda Pemisah antar R/
Analisis
Setiap penambahan formula resep sudah diberi penulisan simbol R/ lagi dan antara satu
R/ untuk satu formula sudah dipisah dengan paraf dokter, dimana paraf dokter Baik Budi
tersebut sepanjang penulisan formula, hal tersebut sudah benar.

4. Subscriptio
Bagian ini mencantumkan bentuk sediaan obat beserta jumlahnya., termasuk cara
penulisan dengan singkatan bahasa latin yang tergantung dari macamnya formula resep
yang digunakan.
Analisis:
Pada resep yang diberikan formula inflammide dan ventolin dalam bentuk spray sudah
benar karena memang tersedia dalam bentuk spray. Namun pada penulisan jumlah sedian
yang diperlukan seharusnya diberi tanda titik untuk pemisah antara nomero (no) dan
jumlah (yang ditulis dengan angka romawi).

5. Analisis Signatura
Bagian ini berisi informasi tentang aturan penggunaan obat untuk pasien yaitu
meliputi Frekuensi, jumlah obat dan saat diminum atau menggunakan obat. Simbol yang
digunakan adalah S (signatura=tandailah) walaupun aturan penggunaan sudah ditulis
dalam resep, dokter berkewajiban menjelaskan secara lisan.
Analisis:
Dalam resep yang dibarikan tanda S kurang jelas seperti tanda garis miring namun untuk
letaknya sudah tepat.

 Penggunaan Inflammide pada resep tersebut adalah 3x sehari dimana 1x nya adalah 2
semprot, dosis tersebut tidak tepat. Dosis yang tepat untuk ukuran dewasa adalah 2x
sehari pada pagi dan malam hari dimana 1x nya adalah 2 semprot.Namun tidak
tercantum kata-kata penggunaan obat tersebut apakah untuk setiap hari digunakan

7
sampai habis atau pamakaian obat tersebut jika diperlukan saja atau digunakan pada
saat-saat tertentu.
 Penggunaan Ventolin pada resep tersebut adalah 3x sehari dimana 1x nya adalah 2
semprot jika diperlukan , dosis tersebut tidak tepat. Dosis yang tepat untuk ukuran
dewasa adalah 4x sehari dimana 1x nya adalah 2 semprot jika diperlukan.

8
6. Penulisan Resep yang Benar dan Rasional

9
Daftar Pustaka

Nazar Nanizar, Joenes. 2001. ARS PRESCRIBENDI Resep yang Rasional Edisi 1dan 2.
Surabaya : Airlangga University Press.

Bustami, Zulnida S. 1998. Pedoman Penulisan Resep. Bandung : Penerbit ITB.

Winotopradjoko, Martono. 2005. ISO Indonesia Volume XXXX. Jakarta : Pustaka Al


Husna.

Tim Blok Pengobatan Rasional. 2008.Buku Panduan Keterampilan Medik Blok


Pengobatan Rasional. Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia.

www.medicastore.com

10

Você também pode gostar