Você está na página 1de 6

Buletin Edisi 014: Ancaman Allah Terhadap

Pejabat Yang Tidak Amanah

Publikasi 28/07/2004

hayatulislam.net - ‘Pasar jabatan’ sebentar lagi akan ramai


dengan berakhirnya pemerintahan lama dan akan
terbentuknya pemerintahan baru. Bisa dipastikan, akan
terjadi pergantian pejabat dalam banyak posisi. Pejabat dan
penguasa diangkat tidak lain untuk mengurusi dan
mengelola kepentingan-kepentingan rakyat. Itulah
kewajiban mereka.

Sering diungkapkan bahwa pejabat adalah pelayan rakyat,


bukan tuan bagi rakyat; juga bukan pelayan bagi pemilik
modal, apalagi pelayan pihak asing. Namun, realitanya
menunjukkan sebaliknya. Banyak kepentingan dan
kemaslahatan rakyat yang terabaikan atau sengaja
diabaikan. Pelayanan dan pengurusan kepentingan rakyat
sering hanya menjadi janji politik yang jauh dari realitanya;
semata-mata untuk mempertahankan kekuasaan dan
jabatan.

Dalam perjalanan kita sejak “merdeka” hingga kini, banyak


kepentingan rakyat yang diabaikan. Alih-alih menjadi
pelayan rakyat, pemerintah justru semakin menunjukkan
dirinya sebagai pelayan pemilik modal dan pihak asing.
Demi memenuhi ‘perintah’ IMF, misalnya, berbagai
kemaslahatan rakyat —listrik, telepon, air, subsidi
pertanian, pendidikan, kesehatan dan obat-obatan, dan
sebagainya— dirampas dari rakyat; bahkan rakyat
kemudian harus membeli semua itu —yang notabene
adalah hak mereka— dengan harga yang amat mahal.
Walhasil, rakyat justru kemudian dipaksa untuk memenuhi
kepentingan pejabat, pemilik modal, dan pihak asing.

Kekayaan alam, yang oleh Penciptanya dilimpahkan untuk


umum dan demi kemaslahatan seluruh rakyat tanpa
kecuali, justru diobral secara banting harga kepada pihak
swasta (asing) melalui privatisasi, dengan dalih, negara
tidak lagi memiliki sumber pemasukan bagi pembiayaan
pembangunan. Akhirnya, rakyat yang menanggung
akibatnya. Rakyat harus membiayai sendiri kemaslahatan
mereka. Lebih mengenaskan lagi, rakyat juga dijadikan sapi
perahan penguasa melalui berbagai pungutan pajak dan
retribusi atas diri mereka. Hampir semua hal yang
berkaitan dengan kehidupan kita —bahkan sampai buang
air sekalipun— dikenai pajak.

Perilaku para pejabat yang mengabaikan kepentingan


rakyat ini masih ditambah dengan tindakan mereka untuk
melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Korupsi di negeri
ini sudah sedemikian menggurita. Hampir semua hal dapat
dikorupsi. Akibat korupsi ini trilunan harta rakyat lenyap.
Tragis, di tengah penderitaan rakyat yang diabaikan
kepentingannya dan dijadikan sapi perah, harta mereka
pun dikorup oleh para pejabat dan kroninya.

Dalam bidang hukum, permainan hukum menjadi hobi para


pejabat dan kroninya. Hukum dijadikan alat untuk
mengabdi kepada mereka yang memiliki akses pada
kekuasaan dan para pemilik modal. Sebaliknya, bagi
masyarakat kebanyakan, keadilan hukum menjadi barang
langka. Hukum menampakkan ketegasannya hanya
terhadap orang-orang kecil, lemah, dan tidak punya akses;
atau kepada mereka yang diincar oleh negara atau
lembaga asing. Sebaliknya, jika berhadapan dengan orang-
orang ‘kuat’, memiliki akses ke kekuasaan, memiliki modal,
dan dekat dengan pihak-pihak asing, hukum menjadi lunak
dan bersahabat. Kalaupun ada di antara mereka yang
dihukum, sering pelaksanaannya hanyalah pura-pura, atau
orang itu sengaja “dikorbankan” sekadar untuk
menyenangkan hati rakyat dan meninabobokkan mereka
serta menutupi borok-borok yang lebih besar.
Perilaku demikian hakikatnya adalah mencelakakan
semuanya. Rasulullah Saw bersabda, sebagaimana pernah
dituturkan Aisyah r.a.:

Sesungguhnya celakanya umat-umat sebelum kalian


karena jika orang mulia mereka mencuri, mereka
membiarkannya; jika orang lemah mencuri, mereka
menerapkan hukuman atasnya. [HR. at-Tirmidzi].

Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka, bukan


sebaliknya. Rasulullah Saw bersabda:

Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka. [HR. Abu


Nu‘aim].

Karena itu, tugas pemimpin adalah melayani umat, yaitu


memelihara segala urusan dan kemaslahatan mereka.
Rasulullah Saw bersabda:

Seorang pemimpin (penguasa) adalah pemelihara; dia


bertanggungjawab atas pemeliharaan mereka. [HR. al-
Bukhari].

Rasulullah Saw juga mengingatkan:

Tidak seorang hamba pun yang diserahi oleh Allah untuk


memelihara dan mengurusi kemaslahatan rakyat lalu dia
tidak melingkupi rakyat dengan nasihat kecuali ia tidak
akan mencium harumnya surga. [HR. al-Bukhari].

Melingkupi rakyat dengan nasihat adalah melingkupi rakyat


dengan agama (akidah dan syariatnya) karena dalam hadis
riwayat al-Bukhari disebutkan bahwa agama adalah
nasihat, maksudnya adalah memelihara dan mengurusi
kepentingan rakyat dengan menggunakan ketentuan-
ketentuan agama, yakni akidah dan hukum-hukum Islam.

Pemimpin (pejabat dan penguasa) yang justru menzalimi


rakyat dan tidak menyayangi mereka adalah seburuk-
buruknya pemimpin dan penguasa. Rasulullah Saw
bersabda:

Sesungguhnya seburuk-buruk pemimpin adalah al-


Hathamah (mereka yang menzalimi rakyatnya dan tidak
menyayangi mereka). [HR. Muslim].

Sebaik-baik pemimpin adalah mereka yang kalian cintai


dan mencintai kalian, yang kalian doakan dan mereka
mendoakan kalian. Seburuk-buruk pemimpin adalah
mereka yang kalian benci dan mereka membenci kalian,
yang kalian laknat dan mereka melaknat kalian. [HR
Muslim].

Bahkan di hadapan Allah, pemimpin zalim yang dibenci


rakyat seperti itu akan mendapat azab yang sangat pedih.
Rasulullah Saw bersabda:

Manusia yang paling keras sisksaannya pada Hari Kiamat


kelak ada dua: wanita yang bermaksiat terhadap suaminya
dan pemimpin suatu kaum, sementara kaum itu
membencinya. [HR. at-Tirmidzi].

Tidak kalah kerasnya adalah ancaman yang diberikan Allah


kepada para pemimpin yang menilap harta rakyat.
Rasulullah Saw bersabda:

Tidak seorang hamba pun yang diserahi Allah memelihara


dan mengurus (kepentingan) rakyat meninggal, sementara
ia menipu rakyatnya, kecuali Allah mengharamkan atas
dirinya surga. [HR. Muslim, Ahmad, dan ad-Darimi].

Termasuk penipuan adalah jika seorang pejabat mengambil


harta di luar gajinya (dapat berupa hadiah, imbalan, apalagi
hasil korupsi). Rasulullah Saw bersabda:

Wahai manusia, siapa saja di antara kalian yang diangkat


menjadi pegawai kami untuk melaksanakan suatu aktivitas,
lalu ia menipu kami terhadap penghasilannya dengan
indikator tertentu, maka (ketahuilah) sesungguhnya apa
yang lebih dari penghasilannya adalah harta haram (ghull)
yang akan dibawanya pada Hari Kiamat. [HR. Abu
Dawud].

Di antara pengkhiatanan penguasa adalah jika ia


menyerahkan jabatan kepada orang yang tidak layak.
Biasanya ini karena unsur nepotisme. Jabatan adalah
amanah dan harus diserahkan kepada yang layak
memegangnya. Rasulullah Saw bersabda:

“Apabila amanah telah dilalaikan maka tunggulah saat


kehancuran.” Ditanyakan, “[iWahai Rasulullah, bagaimana
dilalaikannya?[/i]” Beliau menjawab, “Apabila suatu urusan
diserahkan kepada yang tidak layak maka tunggulah saat
kehancurannya.” [HR. al-Bukhari dan Ahmad].

Jika ada orang yang lebih layak, sementara pemimpin justru


menyerahkan urusan kepada orang yang kurang layak,
maka ia telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya, dan
kaum Muslim. Demikian sebagaimana sabda Rasulullah Saw
dikutip oleh Imam Ibn Taimiyyah dalam As-Siyâsah asy-
Syar‘iyyah.

Pemimpin dengan karakter-karakter di atas adalah


pemimpin zalim, termasuk makhluk yang paling dibenci
dihadapan Allah. Rasulullah Saw bersabda:

Makhluk yang paling dicintai Alah adalah pemimpin yang


adil dan yang paling dibenci-Nya adalah pemimpin yang
zalim. [HR. Ahmad].

Oleh karena itu, siapa saja yang sedang atau akan


memegang suatu jabatan rendah maupun tinggi, hendaklah
mengupayakan diri sekuat kemampuan untuk menjadi
orang yang adil. Pemimpin adil tidak akan bisa diwujudkan
kecuali dengan menerapkan Islam secara total, karena
keadilan hanya ada dalam Islam.

Bagi kita rakyat kebanyakan, tentu yang diharapkan selalu


adalah para pemimpin yang mencintai dan mendoakan kita,
yang selalu menasihati dan bersikap adil kepada kita.
Namun, pemimpin adil ini menuntut peran serta rakyat
secara keseluruhan untuk mewujudkannya. Rakyat
hendaklah selalu menjalankan kewajiban untuk melakukan
amar makruf nahi munkar terhadap pemimpin yang
menyimpang sekecil apapun. Dengan aktivitas inilah siksa
tidak akan ditimpakan oleh Allah secara umum kepada
mereka.

Hendaklah kita, rakyat kebanyakan, selalu mendorong


pemimpin untuk mengikuti dan menerapkan Islam secara
keseluruhan. Sebab, tidak akan terwujud pemimpin yang
adil, bahkan tidak mungkin terwujud keadilan, kecuali
dengan mengikuti dan menerapkan Islam secara
keseluruhan. Sistem-sistem selain Islam yang diterapkan
saat ini telah terbukti gagal dalam mewujudkan pemimpin
yang adil dan melahirkan keadilan. Sistem selain Islam
terbukti banyak menghasilkan pemimpin yang zalim dan
mengabaikan kepentingan rakyat.

Akhirul kalam, marilah kita berdoa sebagaimana Rasulullah


Saw pernah berdoa kepada Allah:

Ya Allah, siapa saja yang memegang urusan ummatku dan


bersikap memberatkan atau menyulitkan mereka, maka
balaslah dengan perlakuan yang sama. Siapa saja yang
memegang urusan umatku lalu bersikap lembut kepada
mereka, balaslah dengan perlakuan yang sama. [HR.
Muslim].

Wallâh a‘lam bi ash-shawâb. [Buletin Al-Islam Edisi 215]

Você também pode gostar