Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun Oleh:
VERISKA PRAVITASARI
B0800292
Gombong,
Penulis
( )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah
masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50 %
kehamilan wanita usia subur disebabkan berkaitan dengan kehamilan. Tahun
1996 WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal
saat hamil atau bersalin (Saifuddin, 2002).
Wiknjosastro (2002) berpendapat dalam menurunkan angka
mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi diadakan pengawasan wanita hamil
secara teratur, makin tua kehamilannya makin cepat pemeriksaan harus
diulang. Sedapat mungkin wanita tersebut diberi pengarahan sedikit tentang
kehamilan yang sedang di kandungnya. Kualitas pemeriksaan oleh tenaga
kesehatan (bidan) yang baik diharapkan setiap ibu hamil dapat melewati masa
kehamilan yang normal tanpa komplikasi.
Memberi perawatan kepada wanita hamil dan melibatkan orang-
orang yang dekat dengannya merupakan hal yang menarik sekaligus
menantang. Untuk berbagi dan memfasilitasi pertemuan wanita dan
pasangannya ketika mereka mulai membuka diri dan mengeksplorasi perasaan
mereka adalah kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengalaman kehidupan
seseorang yang menakjubkan. Oleh karena itu, memberi perawatan untuk
kehamilan dan fokus terkait tentang cara wanita dan pasangannya mengalami
kehamilan ini harus disesuaikan dengan dengan keunikan pengalaman mereka
(Varney, 2007).
Mual dan muntah merupakan gejala yang wajar ditemukan pada
kehamilan triwulan pertama. Biasanya mual dan muntah terjadi pada pagi hari
sehingga sering dikenal dengan morning sickness. Sementara setengah dari
wanita hamil mengalami morning sickness, 1,5 – 2 % mengalami hiperemesis
gravidarum, suatu kondisi yang lebih serius. Hiperemesis gravidarum sendiri
adalah mual dan muntah hebat dalam masa kehamilan yang dapat
menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan
elektrolit sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin
di dalam kandungan. Gejala – gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah
hari pertama haid terakhir dan berlangsung selam kurang lebih 10 minggu
(Prawirohardjo, 2006).
Mual dan muntah terjadi pada 60 -80 % primigravida dan 40 – 60%
multigravida. Satu diantara 1000 kehamilan, gejala – gejala ini menjadi lebih
berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon
estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisilogik kehamilan ini belum jelas,
mungkin karena sistim saraf pusat atau pengosongan lambung yang
berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini,
meskipun gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4
bulan. Pekerjaan sehari – hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi
buruk. Keluhan gejala ini dan perubahan fisiologis menentukan berat
ringannya penyakit (Prawirohardjo, 2006).
Sehubungan dengan adanya ketonemia, penurunan berat badan dan
dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat terjadi di setiap trimester, biasanya
diawali pada trimester pertama dan menetap selama kehamilan dengan tingkat
keparahan bervariasi. Kondisi ini perlu dibedakan dari penyakit lain, seperti :
kolesistitis, pankreatitis, hepatitis dan penyakit gondok. Ptialisme,
peningkatan produksi kelenjar ludah yang berlebihan, dapat dihubungkan
dengan mual dan muntah berat selama masa hamil. Pada kondisi ini, wanita
tidak mampu menelan saliva karena pengaruh hormon dan selama hamil terus
menerus mengeluarkan 1 – 2 liter ludah perhari (Varnay, 2007).
Terdapat bukti bahwa mual dapat dihubungkan dengan kekurangan
vitamin B, terutama B6 (Vutya Vanich, Wongtra-ngan, dan ruangsri,1995).
Meskipun tidak ada hubungan antara jumlah piridoksin dan derajat morning
sickness, bukti menunjukan bahwa suplementasi vitamin B dapat mengurangi
mual dan muntah pada kehamilan, terutama dalam kasus muntah yang berat
(Varnay, 2007).
Penulis dalam mengambil kasus ini adalah untuk mengetahui tentang
sebenarnya masalah yang ada di lapangan sebenarnya, meskipun sebenarnya
penderita hiperemesis di lapangan tidak begitu banyak tetapi penulis berusaha
untuk melakuakan asuhan sesuai dengan tugas dan asuhan yang sudah di
berikan sebelum turun kelapangan. Penyebab dari komplikasi kehamilan pun
bermacam-macam, salah satunya adalah ini yaitu tentang hiperemesis
gravidarum kasus yang di ambil oleh penulis. Di sini penulis memberikan
asuhan tentang hiperemesis gravidarum sesuai dengan apa yang sudah di ajari.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran penerapan teori dan keterampilan
yang telah dipelajari dalam mempelajari asuhan kebidanan pada ibu hamil
patologis di lahan praktek dengan pendekatan manajemen asuhan
kebidanan varney yang diberikan kepada ibu hamil TM 3 dengan riwayat
hiperemesis gravidarum.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian pada kasus hamil untuk menilai
keadaan klien secara menyeluruh khususnya pada Ny. S dengan
hiperemesis gravidarum.
b) Mampu menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa/
masalah pada ibu hamil khususnya.
c) Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial pada Ny. S.
d) Mampu mengidentifikasi tindakan segera, konsultasi, kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain serta berdasarkan kondisi pada Ny. S.
e) Mampu menentukan intervensi dengan menyusun rencana asuhan
kebidanan secara menyeluruh pada Ny. S.
f) Mampu melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan perencanaan
pada Ny. S.
g) Mampu mengevaluasi hasil asuhan yang diberikan.
h) Mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan pada Ny. S
berdasarkan manajemen varnay yang terdiri dari tujuh langkah.
C. Manfaat penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mengerti mengenai penatalaksanan pada hiperemesis
gravidarum, dan mahasiswa mampu menganalisa keadaan hiperemesis
gravidarum dan mengerti tindakan segera yang harus dilakukan.
2. Bagi NY.
NY. S mengetahui tentang hiperemesis gravidarum, dapat mengatasi
hiperemesis gravidarum, dan dapat mengetahui arti penting pemerikasaan
kehamilan untuk mencegah terjadinya komplikasi kehamilan dan
persalinan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4). Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum
graviditatis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan
16 minggu. Korpus luteum graviditatis berdiameter kira-kira 3 cm.
kemudian ia mengecil setelah plasenta terbentuk. Diperkirakan
korpus luteum adalah tempat sintesis dari relaxin pada awal
kehamilan. Relaxi ini mempunyai pengaruh menenangkanhingga
pertumbuhan janin menjadi baik hingga aterm.
5). Payudara
Payudara akan membessar dan tegang akibat hormon
somatomommamotropin, estrogen dan progesteron, akan tetapi
belum mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hipertrofi
sistem saluran, sedangkan progesteron menambah sel-sel asinus
pada mammae. Somatomomammotropin mempengaruhi
pertumbuhan sel-sel asinus pula dan menimbulkan perubahan
dalam sel-sel, sehingga terjadi pembuatan kasein, laktalbumin, dan
laktoglobulin. Dengan demikian, mammae dipersiapkan untuk
laktasi. Di samping ini, di bawah pengaruh progesteron dan dan
somatomomammotropin, terbentuk lemak di sekitar kelompok-
kelompok alveolus sehingga mammae menjadi lebih besar. Pappila
mammae akan membesar, lebih tegak, dan tampak lebih hitam,
seperti seluruh areola mammae karena hiperpigmentasi.
6). Sirkulasi darah
Sirkulasi darah ibu pada kehamilan dipengaruhi oleh
adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan
pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula, mammae dan alat
lain-lain yang memang berfungsi berlebihan dalam
kehamilan.volume ibu dalam kehamilan bertambah secara
fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia.
Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25 %, dengan
puncak kehamilan 32 minggu, diikuti dengan cardiac output yang
meninggi sebanyak kira-kira 30 %. Akibat hemodilusi tersebut,
yang mulai jelas timbul pada kehamilan 16 minggu, ibu yang
mempunyai penyakit jantung dapat jatuh dalam keadaan
dekompensasi kordis.
7). Sistem respirasi
Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya
tidak jarang mengeluh tentang rasa sesak dan pendek napas. Hal ini
ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas oleh karena usus-
usus tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma kurang
leluasa bergerak.
8). Traktus digestivus
Pada bulan-bulan pertama kehamila terdapat perasaan
enak (nausea). Mungkin ini akibat kadar hormon estrogen yang
meningkat. Tonus otot-otot traktus digestivus menurun, sehingga
motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih
lama berada didalam lambung dan apa yang telah dicernakan lebih
lama berada dalam usus-usus. Hal ini mungkin baik untuk resorpsi,
akan tetapi menimbulkan pula obstipasi, yang memang merupakan
salah satu keluhan utama wanita hamil. Tidak jarang pada bulan-
bulan pertama kehamilan gejala muntah (emesis). Emesis jika
terlampau sering dan terlalu banyak dikeluarkan disebut dengan
hiperemesis gravidarum, keadaan ini patologik. Salivasi adalah
pengeluaran air liur berlebihan daripada biasa. Bila terlampau
banyak, ini pun menjadi patologik.
9). Traktus urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing
tertekan oleh uterus yang mulai membesar, sehingga timbul sering
kencing. Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila
uterus gravidus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan,
bila kepala janin sudah mulai turun ke bawah pintu atas panggul,
keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing
mulai tertekan kembali. Di samping sering kencing tersebut di atas
terdapat pula poliuria. Poliuria disebabkan oleh adanya
peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan, sehingga
filtrasi di glomerulus juga meningkat sampai 69 %.
10). Kulit
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi
alat-alat tertentu. Pigmentasi ini disebabkan oleh pengaruh
melanophore stimulating hormone (MSH) yang meningkat. MSH
ini adalah salah satu hormon yang juga dikeluarkan oleh lobus
anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada
dahi, pipi dan hidung, dikenal dengan chloasma gravidarum.
Linea alba pada kehamilan menjadi hitam, dikenal sebagai linea
grisea.
11). Metabolisme dalam kehamilan
Protein diperlukan sekali dalam kehamilan untuk
perkembangan badan, alat kandungan, mammae, dan untuk janin.
Maka dari itu, perlu diperhatikan agar wanita hamil memperoleh
cukup protein selama hamil. Diperkirakan 1 gr protein setiap kg
BB dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Hidrat arang : seorang wanita hamil sering haus, nafsu
makannya besar, sering kencing, dan kadang-kadang
memperlihatkan pula glukosuria, shingga menyerupai diabetes
melitus. Segala sesuatu ini dipengaruhi oleh
somatomommamotropin, peningkatan plasma insulin, dan
hormon-hormon adrenal. Berat badan wanita hamil akan naik
kira-kira di antara 6,5-16,5 kg rata-rata 12,5 kg. kenaikan berat
badan ini terjadi terutama dalam kehamilan 20 minggu terakhir.
Kenaikan berat badan terlalu banyak sering ditemukan pada pre-
eklampsia dengan akibat peningkatan morbiditas dan mortalitas
ibu dan janin. Sebaiknya wanita tersebut diawasi dan diberi
pengertian, sehingga berat badan hanya naik 2 kg tiap 3 bulan
sesudah kehamilan 20 minggu. Dan adanya penurunan berat
badan dalam bulan terakhir dianggap sebagai suatu tanda yang
baik. Kenaikan berat badan dalam kehamilan disebabkan oleh :
1). Hasil konsepsi : fetus, plasenta, dan likuor amnii ; dan 2).
Dari ibu sendiri : uterus dan mammaeyang membesar, volume
darah yang meningkat, lemak dan protein lebih banyak, dan
akhirnya ada retensi air (Sarwono Prawirohardjo, 2007).
c. Perubahan Fisiologis dan Keluhan pada Ibu Hamil Trimester III
Pada trimester ketiga ini, dunia luar akan mulai menyadari
kalau perut ibu hamil akan lebih kelihatan membesar. Trimester ketiga
dianggap sebagai masa kehamilan yang tidak menyenangkan karena
perut semakin membesar yang menyebabkan ibu sesak napas dan
pegal di bagian punggung. Ibu hamil merasa lebih nyaman saat
trimester 2 karena perut belum terlalu besar sehingga masih dapat
melakukan aktivitas sehari-hari. Rasa mual, muntah, lemas, serta
keluhan lainnya pada trimester pertama juga akan berkurang atau
hilang, sehingga ibu hamil akan merasa lebih bersemangat saat ini.
Beberapa keluhan dan perubahan yang terjadi pada kehamilan
trimester ketiga antara lain :
1). Perut semakin membesar
Setelah 28 Minggu, rahim membesar dan melewati rongga
panggul. Pembesaran rahim akan bertummbuh sekitar 1 cm setiap
minggu. Pada kehamilan 20 minggu, bagian teratas rahim sejajar
dengan puser (umbilicus). Setiap individu akan berbeda-beda tapi
pada kebanyakan wanita, perutnya akan mulai membesar pada
kehamilan 16 minggu.
2). Sendawa dan Buang Angin
Sendawa atau kentut ini sering terjadi karena kembung dan
tak nyaman.
Cara mengatasi : Hindari makanan yang menyebabkan banyak gas.
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
Kesadaran ibu hamil trimester III patologis adalah
composmentis.
2) Tanda-tanda vital :
a) Tekanan darah normal adalah 100/70 mmHg-140/90
mmHg (Syahlan, 1996).
b) Denyut nadi normal adalah 60-100 kali/menit, nilai rata-
ratanya 84 kali/menit (Syahlan, 1996).
c) Suhu normal adalah 36-37 °C (Syahlan, 1996).
d) Pernafasan normal adalah 20-24 kaU/menit (Syahlan,
1996).
e) Mengukur tinggi dan berat badan
Tinggi badan kurang dari 145 cm ada kemungkinan
dapat mempengaruhi proses persalinan CPD (Cephalo Pelvic
Disproportion). Berat badan kurang dari 45 kg pada trimester
III atau dibawah kurva pada KMS ibu hamil dinyatakan kurus,
kemungkinan ibu akan melahirkan bayi berat badan lahir
rendah (Syahlan, 1996).
Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira diantara
6,5-16,5 kg rata-rata 12,5 kg. Kenaikan berat badan ini terjadi
terutama dalam kehamilan 20 minggu terakhir (Wiknjosastro,
2002).
f) Lingkar lengan atas
Pengukuran LILA pada kelompok wanita usia subur
(WUS) adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah untuk
dilaksanakan untuk mengetahui kelompok berisiko kekurangan
energi kronis (KEK). Batas ambang LILA wanita usia subur
dengan risiko kurang energi kronis di Indonesia adalah 23,5
cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau dibagian
merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko
KEK dan diperkirakan akan melahirkan BBLR (Supariasa,
2002).
3) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Dilihat adanya muka yang tampak pucat, bengkak
ataupun sianosis. Adanya edema pada palpebra mungkin
menunjukkan gejala edema atau gejala pre ekiampsia (Syahlan,
1996). Untuk mendeteksi adanya kemungkinan anemia pada
ibu hamil, bisa dilihat kelopak mata/konjungtiva jika alat
pemeriksaan kadar Hb tidak tersedia (Depkes RI, 2002).
b) Leher
Dikaji pembesaran thyroid, kelenjar limfe dan vena
jugularis karena saat kehamilan terjadi hiperfungsi pada
kelenjar tersebut (Mochtar, 1998).
c) Dada
Jika bentuk dada abnormal atau asimetris kemungkinan
ada kelainan paru (Syahlan, 1996). Bila sesak kemungkinan
adanya kelainan jantung yang dapat menimbulkan risiko baik
bagi ibu maupun bayi (Syahlan, 1996).
d) Ekstremitas
Memeriksa adanya edema pada tungkai bawah atau
tulang kering yang merupakan tanda pre ekiampsia.
Pembengkakan jari dan pergelangn kaki bersifat fisiologis,
terutama karena cuaca panas atau karena berjalan atau berdiri
lama (Depkes, 2002).
c. Pemeriksaan Obstetrik
Inspeksi
a) Mammae
Payudara membesar, puting membesar dan lebih gelap,
areola menjadi lebih gelap dan dikelilingi kelenjar sebasea
yang menonjol. Diperiksa pula penampakan puting apakah
normal, rata, dan masuk ke dalam (inversi) atau menonjol
keluar (Farrer, 2001).
b) Abdomen
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan
menyebabkan robeknya selaput elastik di bawah kulit, sehingga
tumbuh striae gravidarum, Bila terjadi peregangan yang hebat,
misalnya pada hidramnion dan kehamilan ganda, dapat terjadi
diastasis rektil bahkan hernia. Kulit perut pada linea alba
bertambah pigmentasinya yang disebut linsa nigra (Mochtar,
1998).
c) Genetalia
Diperiksa adanya inflamasi, varises, benjolan
abnormalitas lainnya dan tanda-tanda kelahiran ganda
(Farrer,2001).
Palpasi
Mammae
Kolosturum keluar setelah kehamilan 16 minggu
(Farrer, 2001). .
Abdomen
Leopold I
Menentukan tinggi fundus uteri. Dengan
demikian, tua kehamilan ini disesuikan hari pertma haid
terakhir (Wiknjosastro, 2002). Pada letak kepala teraba
bokong pada fundus tidak keras, tidak melenting, dan
tidak bulat (Manuaba, 1998).
Mengukur TFU pada umur kehamilan akhir bulan
ke-7 TFU 2 jari di atas pusat, akhir bulan ke-8 TFU
pertengahan antara prosessus xipoideus dan pusat, akhir
bulan ke-9 TFU 3 jari di bawah prosessus xipoideus dan
pada akhir bulan ke-10 sama dengan kehamilan 8 bulan
tetapi melebar kesamping (Mochtar, 1998). Bila
pertumbuhan janin normal maka TFU pada kehamilan 28
minggu sekurang-kurangnya 25 cm, pada 32 minggu 27
cm, pada 36 minggu 30 cm, dan pada kehamilan 40
minggu fundus uteri turun kembali dan terletak kira-kira
3 jari di bawah prosessus xipoideus (Wiknjosastro, 2002).
Pada Saifuddin (2002) disebutkan, pada usia
kehamilan 28 minggu tinggi fundus 28 cm (± 2 cm) atau
pada pertengahan umbillikus dan prosessus xipoideus.
Kehamilan 29-35 minggu tinggi fundus sama dengan usia
kehamilan (+: 2 cm) dengan menggunakan petunjuk
badan TFU sama dengan usia kehamilan 28 minggu, dan
usia kehamilan 36 minggu TFU 36 cm (± 2 cm) atau pada
prosessus xipoideus.
Leopold II
Menentukan batas samping uterus dan
menentukan punggung janin yang membujur dari atas ke
bawah menghubungkan bokong dengan kepala
(Wiknjosastro, 2002). Pada letak membujur dapat
ditetapkan punggung anak, yang teraba rata dengan
tulang iga seperti papan cuci (Manuaba, 1998).
Leopold III
Menentukan bagian terbawah janin, apakah
bagian terbawah sudah masuk atau masih bisa digoyang.
Bila bagian bawah kepala maka akan teraba bagian yang
bulat, keras, indenting (Jika belum masuk panggul) dan
dapat digoyangkan (Mochtar, 1998).
Leopold IV
Menentukan bagian terbawah janin. Apa dan
berapa jauh sudah masuk pintu atas panggul. Pada
primigravida kepala akan masuk setelah 36 minggu,
sedang pada multigravida kepala turun menjelang
persalinan (Mochtar, 1998). Menurut Saifuddin (2002)
jika kepala masih berada pada pintu atas panggul, akan
mudah digerakkan dan pada pemeriksaan luar didapatkan
kepala 5/5 bagian di atas sympisis. Apabila kepala sulit
digerakkan, dan bagian terbesar kepala belum masuk
panggul, maka kepala akan teraba 4/5 bagian di atas
sympisis dan pada pemeriksaan dalam kepala berada. di
Hodge I-II. Bila bagian terbesar kepala belum masuk
panggul dan pada pemeriksaan luar teraba 3/5 bagian
diatas sympisis, maka pada pemeriksaan dalam akan
didapatkan kepala teraba di Hodge II-III, sedangkan bila
kepala teraba 2/5 bagian di atas sympisis maka berarti
bagian terbesar kepala sudah masuk panggul dan pada
pemeriksaan dalam kepala teraba di Hodge III.
Kontraksi Braxton Hicks yang meningkat pada
trimester III perlu dikaji karena dapat menimbulkan
ketidaknyamanan pada multigravida pada trimester kedua
maupun ketiga. Primigravida biasanya tidak mengalami
ketidaknyamanan ini sampai trimester akhir, saat efek
perlindungan progesteron pada aktivitas uterus menurun
dan kadar oksitosin meningkat (Pusdiknakes, 2003).
TBJ (Taksiran berat Janin)
TBJ dikaji untuk memperoleh hasil pemeriksaan yang
sebenarnya bisa terjadi penambahan atau pengurangan.
Menurut rumus Johnson-Tausak, berdasarakan atas ukuran Mc
Donald yaitu jarak antara asympisis pubis dan batas antara
fundus uteri melalui konveksi abdomen. Rumus yang dipakai
adalah :
BBJ = (TFU - 13) x 155 gram
BBJ = (TFU - 12) x l55 gram
BBJ = (TFU - 11) x 155 gram
Keterangan :
BBJ : Berat Badan Janin
TFU : Tinggi Fundus Uteri (Mochtar, 1998).
Auskultasi
DJJ sudah bisa didengar dengan jelas dan teratur, DJJ
normal 120-160 kali/menit, terdengar di punctum maksimum di
bagian kiri atau kanan (Saifuddin, 2002). Digunakan stetoskop
monoral (steloskop obstetrik) untuk mendengarkan DJJ
(Mochtar, 1998). Setelah punggung janin ditetapkan, diikuti
dengan pemeriksaan DJJ sebagi berikut :
Punctum maksimum DJJ ditetapkan disekitar scapulla.
DJJ dihitung dengan cara dihitung 1 menit penuh.
Perkusi
Pada keadaan ibu hamil pre eklampsia berat terdapat
hiperaktivitas (3+ sampai 4+) reflek tendon dalam (Doenges,
2001).
d. Pemeriksaan Penunjang
Digunakan untuk mendeteksi komplikasi-komplikasi
kehamilan, pemeriksaan laboratorium urine untuk mengetahui kadar
protein dan glukosa, pemeriksaan darah untuk mengetahui rhesus,
golongan darah, Hb, dan rubella (Pusdiknakes. 2003). Pemeriksaan
protein dalam urine dilakukan pada setiap kali kunjungan bila
ditemukan hipertensi pada kehamilan (Depkes, 2001).
Memeriksa kadar Hb semua ibu hamil pada kunjungan pertama
dan minggu ke-28. Hb di bawah 11 gr% pada kehamilan termasuk
anemia, di bawah 8 gr% adalah anemia berat (Depkes, 2000).
Dilakukan secara rutin pada kunjungan pertama, pada kehamilan 32
minggu dan jika diperlukan. Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan anemia (Farrer, 2001).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dimana kadar Hb di
bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kurang dari 10,5 gr% pada
trimester II (Sarwono, 2002). Keluhan lemah, pucat mudah pingsan
sementara tensi masih dalam batas normal, perlu dicurigai anemia
defisiensi, secara klinik dapat dilihat tubuh yang malnutrisi, dan pucat
(Sarwono, 2002).
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) dilakukan untuk
membuktikan kehamilan, usia kehamilan dan ukuran serta lokasi
plasenta. Digunakan pula untuk menyingkirkan kemungkinan
kehamilan kembar serta beberapa abnormalitas (Farrer, 2001). Pada
akhir trimester ini bagian terendah janin mulai memasuki pintu atas
panggul sehingga letak dan presentasi janin biasanya tidak berubah
lagi (Wiknjosastro, 2002). Pada hamil fisiologis, pada layar dapat
dilihat bagian yang berada di fundus menunjukkan bokong dan bagian
terendah kepala (Wiknjosastro, 2002).
a. Interpretasi data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa
yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan (Pusdiknakes,
2003).
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan
bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standart
nomenklatur diagnosa kebidanan (Pusdiknakes, 2003).
Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah diagnosa yang
berkaitan dengan gravida, para, abortus, umur kehamilan, janin
tunggal, hidup, intrauterine, presentasi.
Datadasar :
Data Subjektif
Pernyataan klien tentang umumya
b) Pernyataan klien tentang pernah tidaknya
mengalami kehamilan, keguguran dan melahirkan.
Pernyataan klien tentang kepastian HPHT nya.
Gerakan anak yang dirasakan.
Pernyataan hal-hal tentang keluhan klien di trimester III.
Data Objektif
a) Dihitung dari HPHT menunjukkan usia kehamilan
aatara 29-42 minggu (kehamilan trimester 113).
b) Adanya pembesaran perut/ukuran uterus sesuai
umur kehamilan (Saifuddin, 2002).
c) Hasil pemeriksaan palpasi Leopold I-IV, auskultasi,
perkusi dan pemeriksaan penunjang.
2) Masalah
a) Permasalahan yang berhubungan dengan keluhan-
keluhan yang sering terjadi pada masa kehamilan trimester
III, yaitu : edema dependen, striae gravidarum, haemoroid,
keputihan, keringat bertambah, konstipasi, kram pada kaki,
nafas sesak, nyeri ligamentum rotundum (bokong), sakit
punggung atas dan bawah, varises pada kaki dan vulva.
b) Permasalahan yang berhubungan dengan psikologis
klien seperti rasa gelisah bahwa bayi akan lahir setiap saat
sementara ia mengawasi dan menunggu tanda dan gejala
persalinan, perasaan takut akan kehidupannya sendiri dan
bayinya, ataupun ketidaknyamanan fisik yang meningkat
sehingga klien merasa canggung dan perlu dukungan.
3) Kebutuhan
Kebutuhan diberikan sesuai dengan masalah yang dihadapi
oleh klien.
b. Diagnosa/Masalah Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan (Pusdiknakes, 2003). Pada
kasus ibu hamil fisiologis diagnosa atau masalah potensial tidak
muncul.
c. Antisipasi
Dengan tidak munculnya diagnose masalah atau masalah
potensial maka antisipasi tindakan segera, konsultasi, dan
kolaborasi tidak perlu dilakukan.
d. Rencana Tindakan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
menyangkut biopsikososio dan spiritual seperti ditemukan pada
langkah-langkah sebelumnya. Merujuk pada penanganan
kehamilan normal menurut Saifuddin (2002) dan nasihat-nasihat
yang perlu diberikan pada ibu hamil menurut Mochtar (1998) dan
Farrrer (2001), maka rencana yang diberikan :
1) Rencana tindakan terhadap masalah yang mungkin timbul
pada ibu hamil trimester III.
2) Memberikan KDS rencana persalinan. Mengenai hal-hal
yang perlu diketahui oleh wanita hamil trimester III pada
khususnya antara lain : makanan, hygiene, hubungan seksual,
senam hamil, perawata payudara dan persiapan laktasi, tanda
bahaya haniil trimester III, tanda-tanda persalinan dan
penetapan.
3) Memberikan suplemen zat best.
4) Memberikan imunisasi TT 0,5 cc jika sebelumnya belum
mendapatkan.
5) Menjadwalkan kunjungan ulang berikutnya.
e. Implementasi/ Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara eflsien dan
aman (Pusdiknakes, 2003) Yaitu :
1) Tindakan terhadap masalah yang timbul pada hamil
trimester III dengan memberikan informasi mengenai penyebab
dan cara mengatasinya sehingga klien diharapkan dapat
beradaptasi dengan keadaannya. Memberikan informasi tentang
perubahan fisiologis yang biasa terjadi pada trimester III juga
dapat meningkatkan pemahaman klien terhadap keadaannya
sehingga menurunkan kecemasan dan membantu penyesuaian
aktivitas perawatan dirinya (Doenges, 2001). Masalah yang
mungkin muncul pada wanita hamil trimester III antara lain :
edema, striae gravidarum, nocturia, haemoroid, keringat
bertambah, keputihan, konstipasi, hiperventilasi, kram pada
kaki, nyeri ligamantum rotundum, pingsan, sakit punggung atas
dan bawah, varises pada kaki dan vulva, susah tidur,
meningkatnya kontraksi braxton hicks.
2) Memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi.
a) Makanan ibu hamil
b) Hygiene selama kehamilan
c) Hubungan seksual
d) Aktivitas dan istirahat
e) Senam hamil
f) Perawatan payudara dan persiapan laktasi
g) Tanda dan gejala persalinan
h) Persiapan persalinan
i) Menasehati ibu untuk mencari pertolongan segera
jika ibu mendapati tanda-tanda bahaya (Saifuddin, 2002).
Tanda-tanda bahaya dalam kehamilan trimester III menurut
Pusdiknakes (2003) antara lain :
Perdarahan pervaginam.
Sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang.
Pandangan kabur.
Nyeri abdomen yang hebat.
Bengkak pada muka dan tangan.
(6) Bayi kurang bergerak seperti biasa. Bayi harus
bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam
(Pusdiknakes, 2003).
(7) Memberikan tablet tambah darah.
Untuk meningkatkan persediaan zat best selama
kehamilan, semua ibu hamil harus minum tablet
tambah darah paling sedikit 90 tablet selama
kehamilan. Ibu harus meminum satu tablet tambah
darah setiap harinya. Standart suplemen ini adalah 320
mg FeS04 (60 mg elemental iron) dengan 500 mcg
folic acid (Pusdiknakes, 2003). Teh, kopi, susu,
suplemen kalsium dan telur akan mengurangi
penyerapan zat besi apabila diminum/dimakan secara
bersamaan. Sedangkan ikan dan minuman seperti jus
jeruk akan membantu penyerapan zat besi (Jordan,
2002).