Você está na página 1de 45

LAPORAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. S UMUR 28


TAHUN G1IPIA0 UMUR KEHAMILAN 32 MINGGU
DENGAN RIWAYAT HIPEREMESIS
DI DESA KALITENGAH

Disusun Oleh:

VERISKA PRAVITASARI
B0800292

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYA GOMBONG
2010
KATA PENGANTAR

Alhamdullilah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ibu
Hamil Patologis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan dan masih jauh kesempurnaan, meski segenap pengetahuan dan
kemampuan telah penulis curahkan. Oleh karenanya, kritik dan saran yang
bersifat membangun akan penulis terima dengan senang dan berbangga hati.
Pada kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Basirun Al Ummah, M. Kes selaku Ketua STIKES Muhammadiyah
Gombong.
2. Hastin Ika Indriyastuti, S.Si.T selaku Ketua Program Studi DIII
Kebidanan.
3. Dyah Puji Astuti, S.Si. T selaku Pembimbing dan Dosen pengampu yang
telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga dapat membantu
menyelesaikan proses penyusunan Makalah ini.
4. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan hingga terselesainya Makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga Makalah ini sepenuhnya dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Gombong,

Penulis

( )
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah
masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50 %
kehamilan wanita usia subur disebabkan berkaitan dengan kehamilan. Tahun
1996 WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal
saat hamil atau bersalin (Saifuddin, 2002).
Wiknjosastro (2002) berpendapat dalam menurunkan angka
mortalitas dan morbiditas ibu dan bayi diadakan pengawasan wanita hamil
secara teratur, makin tua kehamilannya makin cepat pemeriksaan harus
diulang. Sedapat mungkin wanita tersebut diberi pengarahan sedikit tentang
kehamilan yang sedang di kandungnya. Kualitas pemeriksaan oleh tenaga
kesehatan (bidan) yang baik diharapkan setiap ibu hamil dapat melewati masa
kehamilan yang normal tanpa komplikasi.
Memberi perawatan kepada wanita hamil dan melibatkan orang-
orang yang dekat dengannya merupakan hal yang menarik sekaligus
menantang. Untuk berbagi dan memfasilitasi pertemuan wanita dan
pasangannya ketika mereka mulai membuka diri dan mengeksplorasi perasaan
mereka adalah kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengalaman kehidupan
seseorang yang menakjubkan. Oleh karena itu, memberi perawatan untuk
kehamilan dan fokus terkait tentang cara wanita dan pasangannya mengalami
kehamilan ini harus disesuaikan dengan dengan keunikan pengalaman mereka
(Varney, 2007).
Mual dan muntah merupakan gejala yang wajar ditemukan pada
kehamilan triwulan pertama. Biasanya mual dan muntah terjadi pada pagi hari
sehingga sering dikenal dengan morning sickness. Sementara setengah dari
wanita hamil mengalami morning sickness, 1,5 – 2 % mengalami hiperemesis
gravidarum, suatu kondisi yang lebih serius. Hiperemesis gravidarum sendiri
adalah mual dan muntah hebat dalam masa kehamilan yang dapat
menyebabkan kekurangan cairan, penurunan berat badan, atau gangguan
elektrolit sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin
di dalam kandungan. Gejala – gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah
hari pertama haid terakhir dan berlangsung selam kurang lebih 10 minggu
(Prawirohardjo, 2006).
Mual dan muntah terjadi pada 60 -80 % primigravida dan 40 – 60%
multigravida. Satu diantara 1000 kehamilan, gejala – gejala ini menjadi lebih
berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon
estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisilogik kehamilan ini belum jelas,
mungkin karena sistim saraf pusat atau pengosongan lambung yang
berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini,
meskipun gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4
bulan. Pekerjaan sehari – hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi
buruk. Keluhan gejala ini dan perubahan fisiologis menentukan berat
ringannya penyakit (Prawirohardjo, 2006).
Sehubungan dengan adanya ketonemia, penurunan berat badan dan
dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat terjadi di setiap trimester, biasanya
diawali pada trimester pertama dan menetap selama kehamilan dengan tingkat
keparahan bervariasi. Kondisi ini perlu dibedakan dari penyakit lain, seperti :
kolesistitis, pankreatitis, hepatitis dan penyakit gondok. Ptialisme,
peningkatan produksi kelenjar ludah yang berlebihan, dapat dihubungkan
dengan mual dan muntah berat selama masa hamil. Pada kondisi ini, wanita
tidak mampu menelan saliva karena pengaruh hormon dan selama hamil terus
menerus mengeluarkan 1 – 2 liter ludah perhari (Varnay, 2007).
Terdapat bukti bahwa mual dapat dihubungkan dengan kekurangan
vitamin B, terutama B6 (Vutya Vanich, Wongtra-ngan, dan ruangsri,1995).
Meskipun tidak ada hubungan antara jumlah piridoksin dan derajat morning
sickness, bukti menunjukan bahwa suplementasi vitamin B dapat mengurangi
mual dan muntah pada kehamilan, terutama dalam kasus muntah yang berat
(Varnay, 2007).
Penulis dalam mengambil kasus ini adalah untuk mengetahui tentang
sebenarnya masalah yang ada di lapangan sebenarnya, meskipun sebenarnya
penderita hiperemesis di lapangan tidak begitu banyak tetapi penulis berusaha
untuk melakuakan asuhan sesuai dengan tugas dan asuhan yang sudah di
berikan sebelum turun kelapangan. Penyebab dari komplikasi kehamilan pun
bermacam-macam, salah satunya adalah ini yaitu tentang hiperemesis
gravidarum kasus yang di ambil oleh penulis. Di sini penulis memberikan
asuhan tentang hiperemesis gravidarum sesuai dengan apa yang sudah di ajari.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran penerapan teori dan keterampilan
yang telah dipelajari dalam mempelajari asuhan kebidanan pada ibu hamil
patologis di lahan praktek dengan pendekatan manajemen asuhan
kebidanan varney yang diberikan kepada ibu hamil TM 3 dengan riwayat
hiperemesis gravidarum.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian pada kasus hamil untuk menilai
keadaan klien secara menyeluruh khususnya pada Ny. S dengan
hiperemesis gravidarum.
b) Mampu menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa/
masalah pada ibu hamil khususnya.
c) Mampu mengidentifikasi diagnosa potensial pada Ny. S.
d) Mampu mengidentifikasi tindakan segera, konsultasi, kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain serta berdasarkan kondisi pada Ny. S.
e) Mampu menentukan intervensi dengan menyusun rencana asuhan
kebidanan secara menyeluruh pada Ny. S.
f) Mampu melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan perencanaan
pada Ny. S.
g) Mampu mengevaluasi hasil asuhan yang diberikan.
h) Mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan pada Ny. S
berdasarkan manajemen varnay yang terdiri dari tujuh langkah.

C. Manfaat penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mengerti mengenai penatalaksanan pada hiperemesis
gravidarum, dan mahasiswa mampu menganalisa keadaan hiperemesis
gravidarum dan mengerti tindakan segera yang harus dilakukan.
2. Bagi NY.
NY. S mengetahui tentang hiperemesis gravidarum, dapat mengatasi
hiperemesis gravidarum, dan dapat mengetahui arti penting pemerikasaan
kehamilan untuk mencegah terjadinya komplikasi kehamilan dan
persalinan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Medis


1. Definisi Kehamilan Fisiologis
Kehamilan adalah dikandungnya janin hasil pembuahan sel telur
oleh sel sperma (Kushartanti, 2004).Masa kehamilan dimulai dan konsepsi
sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu
atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terahir (Hanifa, 2000).
Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak
hari pertama haid terakhir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati,
yang menandai awal periode antepartum. Periode antepartum dibagi
menjadi tiga trimester, yang masing-masing terdiri dari 13 minggu atau
tiga bulan menutrut hitungan kalender. Pada praktiknya, trimester pertama
secara umum dipertimbangkan berlangsung pada minggu pertama hingga
ke-12 (12 minggu), trimester kedua pada minggu ke-13 hingga ke-27 (15
minggu), dan trimester ketiga pada minggu ke-28 hingga ke-40 (13
minggu) (Varney, 2007).
a. Tujuan Asuhan Antenatal
Menurut (Prawirohardjo, 2006), tujuan asuhan antenatal yaitu:
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan
kesehatan ibu dan tumbuh kembang anak.
2) Meningkatkan dan mempertahankan fisik, mental, dan
sosial ibu
dan bayi.
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat
penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan
dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI eksklusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
b. Perubahan Fisiologis pada Ibu Hamil
Pengetahuan tentang kondisi fisiologis pada awal kehamilan
penting dimiliki untuk memahami tanpa dugaan (presumptive) dan
tanda kemungkinan (probable) kehamilan. Pengetahuan ini juga
penting untuk mengetahui adanya kelainan pada kehamilan atau
kondisi tertentu yang dapat menyebabkan tanda atau gejala khusus.
Tanda dugaan kehamilam mencakup perubahan-perubahan fisiologis
yang dialami oleh wanita dan pada sebagian besar kasus
mengindikasikan bahwa seorang wanita sedang hamil. Tanda
kemungkinan kehamilan meliputi perubahan-perubahan anatomi dan
fisiologi, selain tanda-tanda dugaan kehamilan, yang terdeteksi pada
saat pemeriksaan dan didokumuntasi oleh pemeriksa.tanda positif
adalah tanda-tanda yang secara langsung berhubungan dengan janin,
sebagaiumana dideteksi dan didokumentasi oleh pemeriksa (Helen
Varney, 2007). Perubahan yang terdapat pada wanita hamil antara lain:
1). Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah
pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat.
Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertrofi otot
polos uterus, di samping itu serabut-serabut kolagen yang adapun
menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingg
uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin. Pada bulan-bulan
pertama kehamilan bentuk uterus seperti buah alpukat, agak
gepeng. Pada kehamilan 4 bulan uterus berbentuk bulat.
Selanjutnya pada akhir kehamilan kembali seperti bentuk semula,
lonjong seperti telur.
Hubungan antara besarnya uterus dengan tuanya
kehamilan sangat penting diketahui, antara lain untuk membuat
diagnosis apakah wanita tersebut hamil fisiologik, atau hamil
ganda, atau menderita penyakit seperti mola hidatidosa, dan
sebagainya. Pada kehamilan 20 minggu, fundus uteri terletak kira-
kira di pinggir bawah pusat, sedangkan pada kehamilan 24 minggu
fundus uteri berada tepat di pinggir atau pusat. Pada kehamilan 28
minggu fundus uteri terletak kira-kira 3 jari di atas pusat atau
sepertiga jarak antara pusat ke prosessus xipoideus. Pada
kehamilan 32 minggu fundus uteri terletak diantara setengah jarak
pusat dan prosessus xipoideus. Pada kehamilan 36 minggu fundus
uteri terletak kira-kira 1 jari di bawah prosessus xipoideus
(Sarwono Prawirohardjo, 2007).
2). Serviks uteri
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan
karena hormon estrogen. Akibat kadar estrogen yang semakin
meningkat, dan dengan adanya hipervaskularisasi maka konsistensi
serviks menjadi lunak. Kelnjar-kelenjar di serviks akan berfungsi
lebih dan akan mengeluarkan sekresi lebih banyak. Kadang-kadang
wanita yang sedang hamil mengeluh mengeluarkan cairan
pervaginam lebih banyak. Keadaan ini sampai batas tertentu masih
merupakan keadaan yang fisiologik.
3). Vagina dan vulva
Vagina dan vulva akibat hormon estrogen mengalami
perubahan pula.Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina
dan vulva tampaklebih merah, agak kebiruan ( livide). Tanda ini
disebut chadwick. Warna porsio pun tampak livide.pembuluh-
pembuluh darah alat genitalia interna akan membesar. Hal ini dapat
dimengerti karena oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genitalia
tersebut meningkat.

4). Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum
graviditatis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan
16 minggu. Korpus luteum graviditatis berdiameter kira-kira 3 cm.
kemudian ia mengecil setelah plasenta terbentuk. Diperkirakan
korpus luteum adalah tempat sintesis dari relaxin pada awal
kehamilan. Relaxi ini mempunyai pengaruh menenangkanhingga
pertumbuhan janin menjadi baik hingga aterm.
5). Payudara
Payudara akan membessar dan tegang akibat hormon
somatomommamotropin, estrogen dan progesteron, akan tetapi
belum mengeluarkan air susu. Estrogen menimbulkan hipertrofi
sistem saluran, sedangkan progesteron menambah sel-sel asinus
pada mammae. Somatomomammotropin mempengaruhi
pertumbuhan sel-sel asinus pula dan menimbulkan perubahan
dalam sel-sel, sehingga terjadi pembuatan kasein, laktalbumin, dan
laktoglobulin. Dengan demikian, mammae dipersiapkan untuk
laktasi. Di samping ini, di bawah pengaruh progesteron dan dan
somatomomammotropin, terbentuk lemak di sekitar kelompok-
kelompok alveolus sehingga mammae menjadi lebih besar. Pappila
mammae akan membesar, lebih tegak, dan tampak lebih hitam,
seperti seluruh areola mammae karena hiperpigmentasi.
6). Sirkulasi darah
Sirkulasi darah ibu pada kehamilan dipengaruhi oleh
adanya sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan
pembuluh-pembuluh darah yang membesar pula, mammae dan alat
lain-lain yang memang berfungsi berlebihan dalam
kehamilan.volume ibu dalam kehamilan bertambah secara
fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia.
Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25 %, dengan
puncak kehamilan 32 minggu, diikuti dengan cardiac output yang
meninggi sebanyak kira-kira 30 %. Akibat hemodilusi tersebut,
yang mulai jelas timbul pada kehamilan 16 minggu, ibu yang
mempunyai penyakit jantung dapat jatuh dalam keadaan
dekompensasi kordis.
7). Sistem respirasi
Seorang wanita hamil pada kelanjutan kehamilannya
tidak jarang mengeluh tentang rasa sesak dan pendek napas. Hal ini
ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas oleh karena usus-
usus tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma kurang
leluasa bergerak.
8). Traktus digestivus
Pada bulan-bulan pertama kehamila terdapat perasaan
enak (nausea). Mungkin ini akibat kadar hormon estrogen yang
meningkat. Tonus otot-otot traktus digestivus menurun, sehingga
motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan lebih
lama berada didalam lambung dan apa yang telah dicernakan lebih
lama berada dalam usus-usus. Hal ini mungkin baik untuk resorpsi,
akan tetapi menimbulkan pula obstipasi, yang memang merupakan
salah satu keluhan utama wanita hamil. Tidak jarang pada bulan-
bulan pertama kehamilan gejala muntah (emesis). Emesis jika
terlampau sering dan terlalu banyak dikeluarkan disebut dengan
hiperemesis gravidarum, keadaan ini patologik. Salivasi adalah
pengeluaran air liur berlebihan daripada biasa. Bila terlampau
banyak, ini pun menjadi patologik.
9). Traktus urinarius
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing
tertekan oleh uterus yang mulai membesar, sehingga timbul sering
kencing. Keadaan ini hilang dengan makin tuanya kehamilan bila
uterus gravidus keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan,
bila kepala janin sudah mulai turun ke bawah pintu atas panggul,
keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing
mulai tertekan kembali. Di samping sering kencing tersebut di atas
terdapat pula poliuria. Poliuria disebabkan oleh adanya
peningkatan sirkulasi darah di ginjal pada kehamilan, sehingga
filtrasi di glomerulus juga meningkat sampai 69 %.
10). Kulit
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi
alat-alat tertentu. Pigmentasi ini disebabkan oleh pengaruh
melanophore stimulating hormone (MSH) yang meningkat. MSH
ini adalah salah satu hormon yang juga dikeluarkan oleh lobus
anterior hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada
dahi, pipi dan hidung, dikenal dengan chloasma gravidarum.
Linea alba pada kehamilan menjadi hitam, dikenal sebagai linea
grisea.
11). Metabolisme dalam kehamilan
Protein diperlukan sekali dalam kehamilan untuk
perkembangan badan, alat kandungan, mammae, dan untuk janin.
Maka dari itu, perlu diperhatikan agar wanita hamil memperoleh
cukup protein selama hamil. Diperkirakan 1 gr protein setiap kg
BB dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Hidrat arang : seorang wanita hamil sering haus, nafsu
makannya besar, sering kencing, dan kadang-kadang
memperlihatkan pula glukosuria, shingga menyerupai diabetes
melitus. Segala sesuatu ini dipengaruhi oleh
somatomommamotropin, peningkatan plasma insulin, dan
hormon-hormon adrenal. Berat badan wanita hamil akan naik
kira-kira di antara 6,5-16,5 kg rata-rata 12,5 kg. kenaikan berat
badan ini terjadi terutama dalam kehamilan 20 minggu terakhir.
Kenaikan berat badan terlalu banyak sering ditemukan pada pre-
eklampsia dengan akibat peningkatan morbiditas dan mortalitas
ibu dan janin. Sebaiknya wanita tersebut diawasi dan diberi
pengertian, sehingga berat badan hanya naik 2 kg tiap 3 bulan
sesudah kehamilan 20 minggu. Dan adanya penurunan berat
badan dalam bulan terakhir dianggap sebagai suatu tanda yang
baik. Kenaikan berat badan dalam kehamilan disebabkan oleh :
1). Hasil konsepsi : fetus, plasenta, dan likuor amnii ; dan 2).
Dari ibu sendiri : uterus dan mammaeyang membesar, volume
darah yang meningkat, lemak dan protein lebih banyak, dan
akhirnya ada retensi air (Sarwono Prawirohardjo, 2007).
c. Perubahan Fisiologis dan Keluhan pada Ibu Hamil Trimester III
Pada trimester ketiga ini, dunia luar akan mulai menyadari
kalau perut ibu hamil akan lebih kelihatan membesar. Trimester ketiga
dianggap sebagai masa kehamilan yang tidak menyenangkan karena
perut semakin membesar yang menyebabkan ibu sesak napas dan
pegal di bagian punggung. Ibu hamil merasa lebih nyaman saat
trimester 2 karena perut belum terlalu besar sehingga masih dapat
melakukan aktivitas sehari-hari. Rasa mual, muntah, lemas, serta
keluhan lainnya pada trimester pertama juga akan berkurang atau
hilang, sehingga ibu hamil akan merasa lebih bersemangat saat ini.
Beberapa keluhan dan perubahan yang terjadi pada kehamilan
trimester ketiga antara lain :
1). Perut semakin membesar
Setelah 28 Minggu, rahim membesar dan melewati rongga
panggul. Pembesaran rahim akan bertummbuh sekitar 1 cm setiap
minggu. Pada kehamilan 20 minggu, bagian teratas rahim sejajar
dengan puser (umbilicus). Setiap individu akan berbeda-beda tapi
pada kebanyakan wanita, perutnya akan mulai membesar pada
kehamilan 16 minggu.
2). Sendawa dan Buang Angin
Sendawa atau kentut ini sering terjadi karena kembung dan
tak nyaman.
Cara mengatasi : Hindari makanan yang menyebabkan banyak gas.

3). Rasa panas di perut


Rasa panas di perut adalah keluhan paling sering selama
kehamilan karena meningkatnya tekanan akibat rahim yang
membesar, dan juga pengaruh hormonal yang menyebabkan
rileksasi otot saluran cerna sehingga mendorong asam lambung ke
arah atas.
Cara mengatasi :
a. Hindari makanan yang berlemak, pedas, atau yang
menimbulkan banyak gas.
b. Makan dalam jumlah sedikit tetapi sering.
c. Hindari makan dalam jumlah besar terutama sesaat
sebelum tidur.
d. Jangan langsung berbaring setelah selesai makan
e. Tinggikan posisi kepala saat tidur malam sehingga
asam lambung tidak naik ke arah atas.
5). Pertumbuhan rambut dan kuku
Perubahan hormonal juga menyebabkan kuku bertumbuh
lebih cepat dan rambut tumbuh lebih banyak dan kadang di
tempat yang tidak diinginkan, seperti di wajah atau perut. Tetapi,
tidak perlu khawatir dengan rambut yang tumbuh tak semestinya
ini, karena akan hilang setelah bayi lahir.
6). Sakit di perut bagian bawah
Pada kehamilan 28-40 minggu, ibu hamil akan merasakan
nyeri di perut bagian bawah seperti ditusuk atau tertarik ke satu
atau dua sisi. Ini karena perenggangan ligamentum dan otot
untuk menahan rahim yang semakin membesar. Nyeri hanya
beberapa menit dan tidak menetap.
Cara mengatasi : beristirahat duduk atau berbaring
dengan posisi yang nyaman.

7). Perubahan kulit


Perubahan kulit timbul pada trimester 2 dan 3, karena
melanosit yang menyebabkan warna kulit lebih gelap. Timbul
garis kecoklatan mulai dari pusar ke arah bawah yang disebut
linea nigra. Kecoklatan pada wajah disebut chloasma atau
topeng kehamilan. Tanda ini dapat menjadi petunjuk
kurangnya vitamin folat. Strech mark terjadi karena peregangan
kulit yang berlebih, biasanya pada perut, paha atas, dan
payudara. Akibat peregangan kulitini dapat menimbulkan rasa
gatal, sedapat mungkin jangan menggaruknya. Strech mark
tidak dapat dicegah tetapi dapat diobati setelah persalinan.
Kulit muka menjadi lebih berminyak sehingga dapat
menimbulkan jerawat. Menjaga kebersihan kulit dan diet
makanan seimbang dan sehat, terutama mempertinggi makanan
yang mengandung protein dan vitamin C akan membantu untuk
mengatasinya.
8). Payudara
Payudara akan semakin membesar dan mengeluarkan
cairan yang kekuningan yang disebut kolostrum. Putting dan
sekitarnya akan semakin berwarna gelap dan besar. Bintik-
bintik kecil akan timbul di sekitar putting, dan itu adalah
kelenjar kulit.
9). Sedikit pembengkakan
Pembengkakan adalah kondisi normal pada kehamilan,
dan hampir 40% wanita hamil mengalaminya. Hal ini karena
perubahan hormon yang menyebabkan tubuh menahan cairan.
Pada trimester ketiga akan nampak sedikit pembengkakan paa
wajah dan terutama terlihat pada kaki bagian bawah dan
pergelangan kaki. Pembengkakan akan terlihat lebih jelas pada
posisi duduk atau berdiri terlalu lama.
Cara mengatasi :
a) Istirahat dan angkat kaki lebih tinggi ketika berbaring.
b) Kurangi posisi duduk atau berdiri yang terlalu lama.
Bila bekerja sedapat mungkin mencari waktu untuk
mengengkat lebih tinggi saat beristirahat.
c) Jika terdapat pembengkakan yang berlebihan
disertai atau tidak disertai pusing, konsultasikan dengan
dokter, karena pembengkakan yang berlebih dapat
merupakan tanda tekanan darah tinggi atau preeklampsi.
Normalnya kaki kanan akan terlihat sedikit lebih
bengkak daripada kaki kiri, karena kemiringan rahim
menyebabkan tekanan aliran darah pada kaki kanan lebih
daripada yang kiri. Tetapi jika pembengkakan pada satu
kaki berlebihan daripada kaki satunya, segera hubung
dokter, karena dapat merupakan tanda bekuan darah di
kaki tersebut.
d. Tanda-tanda Bahaya Kehamilan
1) Pengertian
Tanda-tanda bahaya kehamilan adalah gejala yang menunjukkan
bahwa ibu dan bayi dalam keadaan bahaya. Tanda bahaya ini, jika
tidak dilaporkan atau terdeteksi dapat mengakibatkan kematian
ibu. Pada setiap kunjungan antenatal ibu harus dibeitahu
bagaimana cara mengenali tanda-tanda bahay ini, dan
menganjurkan untuk segera ke sarana kesehatan jika mengalami
tanda-tanda bahaya tersebut (Pusdiknakes, 2003).
2) Macam-macam tanda bahaya, antara lain :
a) Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan istirahat.
b). Masalah penglihatan
Perubahan visual yang mengidentifikasi keadaan yang
mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak.
c). Bengkak pada muka dan tangan
Masalah serius jika pada muncul pada wajah dan tangan, tidak
hilang setelah istirahat, dan disertai dengan keluhan fisik yang
lain.
d). Nyeri abdomen yang hebat
Masalah yang mengancam keselamatan jiwa adalah yang
hebat,menetap dan tidak hilang setelah istirahat.
e). Gerakan janin berkurang
Gerakan janin sudah dirasakan oleh ibu pada kehamilan 10
minggu.Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode
3 jam.gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring
atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik.
f). Perdarahan pervaginam
Perdarahan dari vagina dalam kehamilan adalah jarang
yang normal. Pada masa awal sekali kehamilan, ibu mungkin
akan mengalami perdarahan yang sedikit atau spooting
disekitar waktu pertama terlambat haid. Perdarahan ini adalah
perdarahan implantasi, dan ini nirmal terjadi. Pada waktu yang
lain kehamilan, perdarahan ringan mungkin pertanda dari
serviks yang rapuh (erosi). Perdarahan yang tidak normal
adalah merah, banyak, dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu
disertai nyeri.

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan


Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan
teori ilmu, ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau
tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang terfokus pada klien
(Varney, 1997). Proses penatalaksanaan kebidanan terdiri dari tujuh langkah
yaitu pengkajian, interpretasi data, identifikasi, diagnosa/masalah potensial,
antisipasi tindakan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Pusdiknakes,
2003). Manajemen kebidanan pada ibu hamil trimester III yaitu :
1. Pengkajian
Merupakan komponen penting bagi bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan pada ibu hamil.
a. Data Subyektif
1) Biodata
2) Umur
Usia kurang dari 19 tahun atau lebih dari 35 tahun adalah
resiko tinggi untuk hamil (Manuaba, 1998).
3) Pekerjaan
Keletihan akibat pekerjaan dapat memperberat gejala, atau
kemungkinan adanya kesengajaan hamil untuk menghilangkan
stigma pengangguran dapat terjadi (Farrer, 2001).
4) Keluhan utama
Keluhan pasien dikaji berdasarkan gejala yang dirasakan
pasien dengan hamil patologis. Menyangkut di dalamnya masalah-
masalah yang dialami pada ibu hamil tersebut yaitu antara lain
pusing, mual di pagi hari, sering buang air kecil.
Sebagian besar nyeri pinggang disebabkan karena
perubahan sikap badan dan pada kehamilan yang lanjut, karena
titik berat badan pindah ke depan disebabkan perut yang
membesar. Ini diimbangi dengan lordosis yang berlebih dan sikap
ini dapat menimbulkan spasmus dari otot-otot pinggang. Dan
semua itu fisiologis apabila tidak mengganggu aktivitas (Bagian
Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD).
5) Riwayat Kesehatan Ibu
Riwayat kesehatan termasuk penyakit-penyakit yang
diderita dahulu dan sekarang yang dapat mempengaruhi kehamilan
baik dari ibu maupun janin seperti : masalah-masalah,
kardiovaskular dan hipertensi dapat menyebabkan lahir prematur,
malaria menyebabkan anemi pada ibu, diabetes menyebabkan
makrosomia, PMS atau HIV/AIDS, hambatan tumbuh kembang
janin dalam rahim, pengaruh TBC paru terhadap kehamilan sedikit
banyak ada. Hal ini perlu dikaji agar dapat mengidentifikasi
kondisi kesehatan yang dapat mempengaruhi kehamilan atau bayi
baru lahir (Pusdiknakes, 2003).
6) Riwayat Kesehatan Keluarga
Hal yang perlu dikaji khususnya penyakit diabetes mellitus,
jantung, hipertensi dan riwayat kelainan obstetrik yang bermakna
mencakup riwayat kehamilan kembar, kelainan kongenital dan
herediter baik dalam keluarga ibu maupun ayah (Fairer, 2001).
7) Riwayat Perkawinan
Dikaji status perkawinan jika menikah, apakah pernikahan
ini yang pertama. Dukungan pasangan (suami) yang dianggap
sudah ada (keculi pada kasus-kasus yang meragukan),
kemungkinan adanya masalah sikap terhadap kehamilan (Farrer,
2001).
8) Riwayat Obstetri
Riwayat Haid
Dikaji untuk menentukan usia kehamilan dengan tepat
serta sebagai dasar untuk perhitungan tanggal persalinan karena
dari hari pertama haid terakhir dapat diperkirakan usia
kehamilan dengan tepat (Pusdiknakes, 2003). Bila hari pertama
haid terakhir tidak diingat lagi, maka sebagai pegangan dapat
dipakai antara lain gerakan-gerakan janin. Dapat pula sebagai
pegangun dipakai perasaan nause yang biasanya hilang pada
kehamilan 12-14 minggu (Wiknjosastro, 2002). Wanita hamil
harus mngetahui tanggal hari pertama haid terakhir (HPHT)
supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal
persalinan (TTP) yang dihitung dengan menggunakan rumus
dari Neagle yaitu:
TTP = (hari pertama HT +7) dan (bulan HT -3) (Mochtar,
1998).
Selain HPHT ditanya pula menarche, lamanya haid,
banyaknya darah haid, keluhan-keluhan yang dirasakan selama
haid. Untuk mengetahui gambaran mengenai fungsi alat
reproduksi.
2) Riwayat Kehamilan Sekarang
Perlu dikaji untuk mengetahui masalah atau tanda-tanda
bahaya dan keluhan-keluhan yang lazim pada kehamilan untuk
dapat memberikan konseling serta dapat mendeteksi adanya
komplikasi dengan lebih baik (Pusdiknakes, 2003). Dikaji
mengenai pemeriksaan antenatal yang dilakukan minimal 4 x
dari trimester I, II, III serta masalah-masalah atau keluhan-
keluhan yang dialami, konseling yang sudah diberikan serta
obat-obatan yaitu Fe 90 tablet dan vitamin (Saifuddin, 2002).
Dikaji pula seberapa sering gerakan janin yang dirasakn oleh
ibu, janin harus bergerak paling sedikit 3x dalam periode 3
jam. Gerakan janin akan lebih mudah terasa ketika ibu
berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum
dengan baik (Pusdiknakes, 2003).
3) Pola Kebiasaan Sehari-hari
Nutrisi
Pada kehamilan patologis trimester II janin
mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat. Umumnya nafsu makan ibu sangat baik. Jenis
makanan yang mengandung lebih banyak zat pembangun
dan zat pengatur karena untuk pertumbuhan janin yang
pesat dan untuk persiapan persalaman. (Manuaba, 1999).
Pola Eliminasi
Sering buang air kecil kembali terjadi pada trimester
III (Pusdiknkes, 2003). Perubahan hormonal mempengaruhi
aktivitas usus halus dan besar sehingga buang air besar
mengalami obstipasi (sembelit), untuk mengatasi sembelit
dianjurkan banyak makan makanan yang berserat (sayuran)
dan meningkatkan gerak atau aktifitas jasmani (Manuaba,
1999).
Pola Tidur dan Istirahat
Pola tidur berubah, tidur nyenyak meningkat mulai
minggu ke-25 berpuncak pada minggu ke-33 sampai ke-36
kemudian menurun ke tingkat sebelum hamil pada saat
cukup bulan (aterm). Bangun ditengah malam
mengkibatkan ketidaknyamanan karena uterus hamil,
dyspnoe, kongesti hidung, sakit otot, stress, dan cemas.
Pengkajian pola tidur normal berkenaan dengan kehamilan
sehingga ibu dapat mengidentifikasi kebutuhnnya akan
istirahat dan tidur (Pusdiknakes, 2000).
Personal Hygiene
Keringat bertambah karena aktivitas kelenjar
apocrine meningkat akibat perubahan hormonal
(Pusdiknakes, 2002). Mandi 2-3 kali sehari membersihkan
badan dan mengurangi infeksi. Pakaian sebaiknya yang
menyerap keringat.
Pola Kehidupan Seksual
Walaupun kehamilan bukan halangan untuk
melakukan hubungan seksual, namun persepsi pasangan
terhadap hal tersebut perlu dikaji karena pada trimester III
sering terjadi penurunan minat pada aktivitas seksual akibat
perubahan/ketidaknyamanan fisiologis yang dirasakan ibu
hamil.
Aktivitas Bekerja
Wanita hamil boleh bekerja seperti biasa, cukup
istirahat, makan teratur dan pemeriksaan kehamilan teratur
(Mochtar, 1998). Namun demikian perlu dikaji apabila
terdapat keluhan letih pada ibu sehingga nantinya akan
dapat mendorong ibu dan keluarga untuk menyusun
komitmen dalam aktivitas rumah tangga (Deenges,2001).
Perilaku Ibu yang Merugikan Kesehatan
Ketiga kebiasaan buruk yaitu merokok, minum
alkohol, dan kecanduan narkotika secara langsung dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin serta
menimbulkan kelahiran dengan berat badan rendah bahkan
dapat menimbulkan cacat bawaan atau kelainan
pertumbuhan dan perkembangan mental (Manuaba, 1999).
Pemakaian obat-obatan dikaji untuk menghilangkan semua
bahaya yang mengancam perkembangan janin karena
sebagian obat akan melintasi plasenta dan dapat
membahayakan janin (Farrer, 2001).
4) Data Psikologis
Kehamilan berarti mulainya kehidupan berdua dimana
ibu mempunyai tugas penting untuk memelihara janinnya
saropai cukup bulan dan menghadapi proses persalinan.
Banyak studi menunjukkan bahwa wanita yang memperoleh
dukungan sosial dan psikologis selama kehamilan lebih sedikit
mengalami perasaan negatif tentang kehamilan dan persalinan
yang akan datang dibanding dengan wanita yang tidak
mendapatkannya (Manuaba, 1999). Trimester ini sering disebut
juga sebagai periode menungggu dan waspada sebab pada saat
ini ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya dan merasa
khawatir bila bayinya akan lahir sewaktu-waktu sehingga
ibu meningkatkan kewaspadaan terhadap tanda dan gejala
persalinan. Saat ini juga merupakan saat persiapan aktif untuk
kelahiran bayi dan menjadi orang tua. Beberapa ibu mungkin
mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yng timbul
saat persalinan dan mulai merasa sedih karena akan berpisah
dari bayinya sehingga ibu akan kehilangan perhatian yang
diterimanya selama kehamilan. Pada trimester inilah ibu
memerlukan dukungan dari suami, keluarga, dan bidan
(Pusdiknakes, 2003).
5) Sosial Ekonomi
Mambantu mengetahui sistem dukungan terhadap ibu
dan mengambil keputusan dalam keluarga sehingga dapat me-
mbantu ibu merencanakan persalinannya dengan baik
(Pusdiknakes, 2003). Dikaji respon ibu dan keluarga terhadap
kehamilan, jumlah keluarga di rumah yang membantu,
pangambilan keputusan dalam keluarga dan kebiasaan dalam
keluarga (Saifuddin, 2002).
6) Data Pengetahuan
Pada trimester III ini merupakan kelanjutan program
belajar atau menggunakan pembelajaran yang diberikan pada
trimester I, II dan atau memberikan informasi baru terutama
menyangkut persiapan pasangan secara fisiologis dan
psikologis terhadap persalinan dan masalah perawatan bayi
(Doenges, 2001).

b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
Kesadaran ibu hamil trimester III patologis adalah
composmentis.
2) Tanda-tanda vital :
a) Tekanan darah normal adalah 100/70 mmHg-140/90
mmHg (Syahlan, 1996).
b) Denyut nadi normal adalah 60-100 kali/menit, nilai rata-
ratanya 84 kali/menit (Syahlan, 1996).
c) Suhu normal adalah 36-37 °C (Syahlan, 1996).
d) Pernafasan normal adalah 20-24 kaU/menit (Syahlan,
1996).
e) Mengukur tinggi dan berat badan
Tinggi badan kurang dari 145 cm ada kemungkinan
dapat mempengaruhi proses persalinan CPD (Cephalo Pelvic
Disproportion). Berat badan kurang dari 45 kg pada trimester
III atau dibawah kurva pada KMS ibu hamil dinyatakan kurus,
kemungkinan ibu akan melahirkan bayi berat badan lahir
rendah (Syahlan, 1996).
Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira diantara
6,5-16,5 kg rata-rata 12,5 kg. Kenaikan berat badan ini terjadi
terutama dalam kehamilan 20 minggu terakhir (Wiknjosastro,
2002).
f) Lingkar lengan atas
Pengukuran LILA pada kelompok wanita usia subur
(WUS) adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah untuk
dilaksanakan untuk mengetahui kelompok berisiko kekurangan
energi kronis (KEK). Batas ambang LILA wanita usia subur
dengan risiko kurang energi kronis di Indonesia adalah 23,5
cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau dibagian
merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko
KEK dan diperkirakan akan melahirkan BBLR (Supariasa,
2002).
3) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Dilihat adanya muka yang tampak pucat, bengkak
ataupun sianosis. Adanya edema pada palpebra mungkin
menunjukkan gejala edema atau gejala pre ekiampsia (Syahlan,
1996). Untuk mendeteksi adanya kemungkinan anemia pada
ibu hamil, bisa dilihat kelopak mata/konjungtiva jika alat
pemeriksaan kadar Hb tidak tersedia (Depkes RI, 2002).

b) Leher
Dikaji pembesaran thyroid, kelenjar limfe dan vena
jugularis karena saat kehamilan terjadi hiperfungsi pada
kelenjar tersebut (Mochtar, 1998).
c) Dada
Jika bentuk dada abnormal atau asimetris kemungkinan
ada kelainan paru (Syahlan, 1996). Bila sesak kemungkinan
adanya kelainan jantung yang dapat menimbulkan risiko baik
bagi ibu maupun bayi (Syahlan, 1996).
d) Ekstremitas
Memeriksa adanya edema pada tungkai bawah atau
tulang kering yang merupakan tanda pre ekiampsia.
Pembengkakan jari dan pergelangn kaki bersifat fisiologis,
terutama karena cuaca panas atau karena berjalan atau berdiri
lama (Depkes, 2002).

c. Pemeriksaan Obstetrik
Inspeksi
a) Mammae
Payudara membesar, puting membesar dan lebih gelap,
areola menjadi lebih gelap dan dikelilingi kelenjar sebasea
yang menonjol. Diperiksa pula penampakan puting apakah
normal, rata, dan masuk ke dalam (inversi) atau menonjol
keluar (Farrer, 2001).
b) Abdomen
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan
menyebabkan robeknya selaput elastik di bawah kulit, sehingga
tumbuh striae gravidarum, Bila terjadi peregangan yang hebat,
misalnya pada hidramnion dan kehamilan ganda, dapat terjadi
diastasis rektil bahkan hernia. Kulit perut pada linea alba
bertambah pigmentasinya yang disebut linsa nigra (Mochtar,
1998).
c) Genetalia
Diperiksa adanya inflamasi, varises, benjolan
abnormalitas lainnya dan tanda-tanda kelahiran ganda
(Farrer,2001).
Palpasi
Mammae
Kolosturum keluar setelah kehamilan 16 minggu
(Farrer, 2001). .
Abdomen
Leopold I
Menentukan tinggi fundus uteri. Dengan
demikian, tua kehamilan ini disesuikan hari pertma haid
terakhir (Wiknjosastro, 2002). Pada letak kepala teraba
bokong pada fundus tidak keras, tidak melenting, dan
tidak bulat (Manuaba, 1998).
Mengukur TFU pada umur kehamilan akhir bulan
ke-7 TFU 2 jari di atas pusat, akhir bulan ke-8 TFU
pertengahan antara prosessus xipoideus dan pusat, akhir
bulan ke-9 TFU 3 jari di bawah prosessus xipoideus dan
pada akhir bulan ke-10 sama dengan kehamilan 8 bulan
tetapi melebar kesamping (Mochtar, 1998). Bila
pertumbuhan janin normal maka TFU pada kehamilan 28
minggu sekurang-kurangnya 25 cm, pada 32 minggu 27
cm, pada 36 minggu 30 cm, dan pada kehamilan 40
minggu fundus uteri turun kembali dan terletak kira-kira
3 jari di bawah prosessus xipoideus (Wiknjosastro, 2002).
Pada Saifuddin (2002) disebutkan, pada usia
kehamilan 28 minggu tinggi fundus 28 cm (± 2 cm) atau
pada pertengahan umbillikus dan prosessus xipoideus.
Kehamilan 29-35 minggu tinggi fundus sama dengan usia
kehamilan (+: 2 cm) dengan menggunakan petunjuk
badan TFU sama dengan usia kehamilan 28 minggu, dan
usia kehamilan 36 minggu TFU 36 cm (± 2 cm) atau pada
prosessus xipoideus.
Leopold II
Menentukan batas samping uterus dan
menentukan punggung janin yang membujur dari atas ke
bawah menghubungkan bokong dengan kepala
(Wiknjosastro, 2002). Pada letak membujur dapat
ditetapkan punggung anak, yang teraba rata dengan
tulang iga seperti papan cuci (Manuaba, 1998).
Leopold III
Menentukan bagian terbawah janin, apakah
bagian terbawah sudah masuk atau masih bisa digoyang.
Bila bagian bawah kepala maka akan teraba bagian yang
bulat, keras, indenting (Jika belum masuk panggul) dan
dapat digoyangkan (Mochtar, 1998).
Leopold IV
Menentukan bagian terbawah janin. Apa dan
berapa jauh sudah masuk pintu atas panggul. Pada
primigravida kepala akan masuk setelah 36 minggu,
sedang pada multigravida kepala turun menjelang
persalinan (Mochtar, 1998). Menurut Saifuddin (2002)
jika kepala masih berada pada pintu atas panggul, akan
mudah digerakkan dan pada pemeriksaan luar didapatkan
kepala 5/5 bagian di atas sympisis. Apabila kepala sulit
digerakkan, dan bagian terbesar kepala belum masuk
panggul, maka kepala akan teraba 4/5 bagian di atas
sympisis dan pada pemeriksaan dalam kepala berada. di
Hodge I-II. Bila bagian terbesar kepala belum masuk
panggul dan pada pemeriksaan luar teraba 3/5 bagian
diatas sympisis, maka pada pemeriksaan dalam akan
didapatkan kepala teraba di Hodge II-III, sedangkan bila
kepala teraba 2/5 bagian di atas sympisis maka berarti
bagian terbesar kepala sudah masuk panggul dan pada
pemeriksaan dalam kepala teraba di Hodge III.
Kontraksi Braxton Hicks yang meningkat pada
trimester III perlu dikaji karena dapat menimbulkan
ketidaknyamanan pada multigravida pada trimester kedua
maupun ketiga. Primigravida biasanya tidak mengalami
ketidaknyamanan ini sampai trimester akhir, saat efek
perlindungan progesteron pada aktivitas uterus menurun
dan kadar oksitosin meningkat (Pusdiknakes, 2003).
TBJ (Taksiran berat Janin)
TBJ dikaji untuk memperoleh hasil pemeriksaan yang
sebenarnya bisa terjadi penambahan atau pengurangan.
Menurut rumus Johnson-Tausak, berdasarakan atas ukuran Mc
Donald yaitu jarak antara asympisis pubis dan batas antara
fundus uteri melalui konveksi abdomen. Rumus yang dipakai
adalah :
BBJ = (TFU - 13) x 155 gram
BBJ = (TFU - 12) x l55 gram
BBJ = (TFU - 11) x 155 gram
Keterangan :
BBJ : Berat Badan Janin
TFU : Tinggi Fundus Uteri (Mochtar, 1998).
Auskultasi
DJJ sudah bisa didengar dengan jelas dan teratur, DJJ
normal 120-160 kali/menit, terdengar di punctum maksimum di
bagian kiri atau kanan (Saifuddin, 2002). Digunakan stetoskop
monoral (steloskop obstetrik) untuk mendengarkan DJJ
(Mochtar, 1998). Setelah punggung janin ditetapkan, diikuti
dengan pemeriksaan DJJ sebagi berikut :
Punctum maksimum DJJ ditetapkan disekitar scapulla.
DJJ dihitung dengan cara dihitung 1 menit penuh.
Perkusi
Pada keadaan ibu hamil pre eklampsia berat terdapat
hiperaktivitas (3+ sampai 4+) reflek tendon dalam (Doenges,
2001).
d. Pemeriksaan Penunjang
Digunakan untuk mendeteksi komplikasi-komplikasi
kehamilan, pemeriksaan laboratorium urine untuk mengetahui kadar
protein dan glukosa, pemeriksaan darah untuk mengetahui rhesus,
golongan darah, Hb, dan rubella (Pusdiknakes. 2003). Pemeriksaan
protein dalam urine dilakukan pada setiap kali kunjungan bila
ditemukan hipertensi pada kehamilan (Depkes, 2001).
Memeriksa kadar Hb semua ibu hamil pada kunjungan pertama
dan minggu ke-28. Hb di bawah 11 gr% pada kehamilan termasuk
anemia, di bawah 8 gr% adalah anemia berat (Depkes, 2000).
Dilakukan secara rutin pada kunjungan pertama, pada kehamilan 32
minggu dan jika diperlukan. Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan anemia (Farrer, 2001).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dimana kadar Hb di
bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kurang dari 10,5 gr% pada
trimester II (Sarwono, 2002). Keluhan lemah, pucat mudah pingsan
sementara tensi masih dalam batas normal, perlu dicurigai anemia
defisiensi, secara klinik dapat dilihat tubuh yang malnutrisi, dan pucat
(Sarwono, 2002).
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) dilakukan untuk
membuktikan kehamilan, usia kehamilan dan ukuran serta lokasi
plasenta. Digunakan pula untuk menyingkirkan kemungkinan
kehamilan kembar serta beberapa abnormalitas (Farrer, 2001). Pada
akhir trimester ini bagian terendah janin mulai memasuki pintu atas
panggul sehingga letak dan presentasi janin biasanya tidak berubah
lagi (Wiknjosastro, 2002). Pada hamil fisiologis, pada layar dapat
dilihat bagian yang berada di fundus menunjukkan bokong dan bagian
terendah kepala (Wiknjosastro, 2002).
a. Interpretasi data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa
yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan (Pusdiknakes,
2003).
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan
bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standart
nomenklatur diagnosa kebidanan (Pusdiknakes, 2003).
Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah diagnosa yang
berkaitan dengan gravida, para, abortus, umur kehamilan, janin
tunggal, hidup, intrauterine, presentasi.
Datadasar :
Data Subjektif
Pernyataan klien tentang umumya
b) Pernyataan klien tentang pernah tidaknya
mengalami kehamilan, keguguran dan melahirkan.
Pernyataan klien tentang kepastian HPHT nya.
Gerakan anak yang dirasakan.
Pernyataan hal-hal tentang keluhan klien di trimester III.
Data Objektif
a) Dihitung dari HPHT menunjukkan usia kehamilan
aatara 29-42 minggu (kehamilan trimester 113).
b) Adanya pembesaran perut/ukuran uterus sesuai
umur kehamilan (Saifuddin, 2002).
c) Hasil pemeriksaan palpasi Leopold I-IV, auskultasi,
perkusi dan pemeriksaan penunjang.
2) Masalah
a) Permasalahan yang berhubungan dengan keluhan-
keluhan yang sering terjadi pada masa kehamilan trimester
III, yaitu : edema dependen, striae gravidarum, haemoroid,
keputihan, keringat bertambah, konstipasi, kram pada kaki,
nafas sesak, nyeri ligamentum rotundum (bokong), sakit
punggung atas dan bawah, varises pada kaki dan vulva.
b) Permasalahan yang berhubungan dengan psikologis
klien seperti rasa gelisah bahwa bayi akan lahir setiap saat
sementara ia mengawasi dan menunggu tanda dan gejala
persalinan, perasaan takut akan kehidupannya sendiri dan
bayinya, ataupun ketidaknyamanan fisik yang meningkat
sehingga klien merasa canggung dan perlu dukungan.
3) Kebutuhan
Kebutuhan diberikan sesuai dengan masalah yang dihadapi
oleh klien.
b. Diagnosa/Masalah Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan (Pusdiknakes, 2003). Pada
kasus ibu hamil fisiologis diagnosa atau masalah potensial tidak
muncul.
c. Antisipasi
Dengan tidak munculnya diagnose masalah atau masalah
potensial maka antisipasi tindakan segera, konsultasi, dan
kolaborasi tidak perlu dilakukan.
d. Rencana Tindakan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
menyangkut biopsikososio dan spiritual seperti ditemukan pada
langkah-langkah sebelumnya. Merujuk pada penanganan
kehamilan normal menurut Saifuddin (2002) dan nasihat-nasihat
yang perlu diberikan pada ibu hamil menurut Mochtar (1998) dan
Farrrer (2001), maka rencana yang diberikan :
1) Rencana tindakan terhadap masalah yang mungkin timbul
pada ibu hamil trimester III.
2) Memberikan KDS rencana persalinan. Mengenai hal-hal
yang perlu diketahui oleh wanita hamil trimester III pada
khususnya antara lain : makanan, hygiene, hubungan seksual,
senam hamil, perawata payudara dan persiapan laktasi, tanda
bahaya haniil trimester III, tanda-tanda persalinan dan
penetapan.
3) Memberikan suplemen zat best.
4) Memberikan imunisasi TT 0,5 cc jika sebelumnya belum
mendapatkan.
5) Menjadwalkan kunjungan ulang berikutnya.
e. Implementasi/ Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara eflsien dan
aman (Pusdiknakes, 2003) Yaitu :
1) Tindakan terhadap masalah yang timbul pada hamil
trimester III dengan memberikan informasi mengenai penyebab
dan cara mengatasinya sehingga klien diharapkan dapat
beradaptasi dengan keadaannya. Memberikan informasi tentang
perubahan fisiologis yang biasa terjadi pada trimester III juga
dapat meningkatkan pemahaman klien terhadap keadaannya
sehingga menurunkan kecemasan dan membantu penyesuaian
aktivitas perawatan dirinya (Doenges, 2001). Masalah yang
mungkin muncul pada wanita hamil trimester III antara lain :
edema, striae gravidarum, nocturia, haemoroid, keringat
bertambah, keputihan, konstipasi, hiperventilasi, kram pada
kaki, nyeri ligamantum rotundum, pingsan, sakit punggung atas
dan bawah, varises pada kaki dan vulva, susah tidur,
meningkatnya kontraksi braxton hicks.
2) Memberikan Komunikasi, Informasi dan Edukasi.
a) Makanan ibu hamil
b) Hygiene selama kehamilan
c) Hubungan seksual
d) Aktivitas dan istirahat
e) Senam hamil
f) Perawatan payudara dan persiapan laktasi
g) Tanda dan gejala persalinan
h) Persiapan persalinan
i) Menasehati ibu untuk mencari pertolongan segera
jika ibu mendapati tanda-tanda bahaya (Saifuddin, 2002).
Tanda-tanda bahaya dalam kehamilan trimester III menurut
Pusdiknakes (2003) antara lain :
Perdarahan pervaginam.
Sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak hilang.
Pandangan kabur.
Nyeri abdomen yang hebat.
Bengkak pada muka dan tangan.
(6) Bayi kurang bergerak seperti biasa. Bayi harus
bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam
(Pusdiknakes, 2003).
(7) Memberikan tablet tambah darah.
Untuk meningkatkan persediaan zat best selama
kehamilan, semua ibu hamil harus minum tablet
tambah darah paling sedikit 90 tablet selama
kehamilan. Ibu harus meminum satu tablet tambah
darah setiap harinya. Standart suplemen ini adalah 320
mg FeS04 (60 mg elemental iron) dengan 500 mcg
folic acid (Pusdiknakes, 2003). Teh, kopi, susu,
suplemen kalsium dan telur akan mengurangi
penyerapan zat besi apabila diminum/dimakan secara
bersamaan. Sedangkan ikan dan minuman seperti jus
jeruk akan membantu penyerapan zat besi (Jordan,
2002).

C. TINJAUAN TEORI KASUS


I. Definisi Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada
wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada
umumnya menjadi buruk karena terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar,
1998).
Hiperemesis Gravidarum (vomitus yang merusak dalam
kehamilan) adalah nousea dan vomitus dalam kehamilan yang berkembang
sedemikian luas sehingga menjadi efek sistemik, dehidrasi dan penurunan
berat badan (Ben-Zion, MD, Hal:232).
Hiperemesis Gravidarum diartikan sebagai muntah yang terjadi
secara berlebihan selama kehamilan (Hellen Farrer, 1999, hal:112).yang
terjadi pada minggu ke 6 - 12 masa kehamilan, yang dapat berlanjut
sampai minggu ke 16 – 20 masa kehamilan.
Hiperemesis Gravidarum adalah gejala yang wajar dan sering
kedapatan pada trimester 1. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi
dapat timbul setiap saat dan di malam hari (Prawirohardjo, yayasan Bina
Putaka 2007).
II. Etiologi Hiperemesis Gravidarum
Penyebab dari hiperemesis gravidarum belum diketahui secara
pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik
dan tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan – perubahan anatomik
pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan
Vitamin serta zat – zat lain akibat inanisi. Beberapa faktor predisposis dan
faktor lain yang ditemukan oleh beberapa penulis adalah sebagai berikut.
1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida,
mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada
mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa
faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua keadaan
tersebut hormon khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Masuknya Vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu
terhadap perubahan ini merupakan faktor organik.
3. Alergi sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak,
juga disebut sebagai salah satu faktor organik.
4. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit
ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungjawab sebagai ibu,
dapat menyebabkan konflik mental yang memperberat mual dan
muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi
hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
Hubungan psikologik dengan hiperemesis gravidarum belum diketahui
pasti. Tidak jarang dengan memberikan suasana baru, sudah dapat
membantu mengurangi frekuensi muntah.
Namun diperkirakan berhubungan dengan kehamilan pertama,
peningkatan hormonal pada kehamilan, terutama pada kehamilan
ganda dan hamil anggur usia di bawah 24 tahun perubahan metabolik
dalam kehamilan, alergi, dan faktor psikososial. Wanita dengan
riwayat mual pada kehamilan sebelumnya dan mereka yang
mengalami obesitas (kegemukan) juga mengalami peningkatan risiko
HG. Faktor risiko terjadinya hiperemesis gravidarum diantaranya
adalah :
1. Level hormon ß-HCG yang tinggi. Hormon ini meningkat cepat
pada trimester pertama kehamilan dan dapat memicu bagian dari
otak yang mengontrol mual dan muntah.
2. Peningkatan level estrogen mempengaruhi bagian otak yang
mengontrol mual dan muntah.
3. Perubahan saluran cerna, selama kehamilan, saluran cerna terdesak
karena memberikan ruang untuk perkembangan janin. Hal ini dapat
berakibat refluks asam (keluarnya asam dari lambung ke
tenggorokan) dan lambung bekerja lebih lambat menyerap makanan
sehingga menyebabkan mual dan muntah.
4. Faktor psikologis seperti stress dan kecemasan dapat memicu
terjadinya morning sickness.
5. Diet tinggi lemak, risiko HG meningkat sebanyak 5 kali untuk setiap
penambahan 15 g lemak jenuh setiap harinya.
6. Helicobacter pylori, penelitian melaporkan bahwa 90% kasus
kehamilan dengan HG juga terinfeksi dengan bakteri ini, yang dapat
menyebabkan luka pada lambung.
III. Patologik Hiperemesis Gravidarum
Bedah mayat pada wanita yang meninggal akibat hiperemesis
gravidarum menunjukan kelainan-kelainan pada berbagai alat dalam
tubuh, yang dapat juga ditemukan pada malnutrisi oleh berbagai macam
sebab.
1. Hati : pada hiperemesis gravidarum tanpa komplikasi hanya
ditemukan degenerasi lemak tanpa nekrosis, yang degenerasi lemak
tersebut terletak pada sentrilobuler, kelainan lemak ini nampaknya
tidak menyebabkan kematian dan dianggap sebagai akibat muntah
yang terus menerus. Dapat ditambahkan bahwa separuh penderita
yang meninggal krena hiperemesis gravidarum menunjukan
gambaran mikroskopik hati yang normal.
2. Jantung : jantung menjadi lebih kecil daripada biasa dan
beratnya atrofi, ini sejalan dengan lamanya penyakit, kadang- kadang
ditemukan perdarahan sub-endokardial.
3. Otak : adakalanya terdapat bercak – bercak perdarahan
pada otak dan kelainan seperti pada ensefalopati Wernicke dapat
dijumpai (dilatasi kapiler dan perdarahan kecil – kecil didaerah
korpora mamailaria ventrikel ketiga dan keempat.
4. Ginjal : ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat
ditemukan pada tubuli kontorti (Prawirohardjo, 2007).
IV. Patofisiologis Hiperemesis Gravidarum
Ada yang menyatakan bahwa, perasaan mual adalah akibat dari
meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada
trimester pertama. Pengaruh fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas.
Mungkin berasal dari sistem saraf pusat atau akibat pengurangnya
pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita
hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan
– bulan.
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan
muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan
dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Faktor psikologis merupakan faktor utama, disamping pengaruh
hormonal. Yang jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita
lambung spastik dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan
mengalami emesis gravidarum yang lebih berat (Prawirohardjo, 2007).
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan
karbihidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena
oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam
darah. Kekurangannya cairan yang diminum dan kehilangan cairan
karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan
plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian pula
khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi,
sehingga aliran darah ke jaringan berkurang (Prawirohardjo, 2007).
Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen kejaringan
mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik.
Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya
ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih
banyak, dapat merusak hati. Disamping dehidrasi dan terganggunya
keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir
esofagus dan lambung, dengan akibat perdarahan gastrointestinal
(Prawirohardjo, 2007).
V. Gejala dan Tanda Hiperemesis Gravidarum
Batas jelas antara mual yang masih fisiologis dalam kehamilan
dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum
penderita berpengaruh, sebaiknya ini dianggapi sebagai hiperemesis
gravidarum. Berikut ini adalah efek serta tanda dan gejala hiperemesis
gravidarum :
1. Muntah hebat
2. Nafsu makan byruk
3. Asupan makan buruk
4. Penurunan berat badan
5. Dehidrasi
6. Ketidak seimbangan elektrolit
7. Respon berlebihan terhadap masalah psikososial yang mendasar
8. Muntah yang tak dapat diatasi dengan tindakan untuk mengatasi
morning sickness
9. Asidosis yang disebabkan kelaparan
10. Alkalosis akibat hilangnya asam hidrolkorida yang keluar bersama
muntahan
11. Hipokalemia
Ketika seorang wanita datang dengan keluhan mual dan
muntah, riwayat berikut harus dikaji untuk membedakan antara
mual dan muntah akibat kehamilan atau kondisi patologis ini.
a. Riwayat
1) Frekuensi episode muntah
2) Hubungan muntah dengan jumlah asupan makanan (jenis
dan jumlah)
3) Riwayat pola makan (jenis makanan dan minuman, jumlah,
waktu pemberian dan reaksinya)
4) Riwayat pengobatan (termasuk reaksi obat)
5) Eliminasi (frekuensi, jumlah, diare dan konstpasi)
6) Darah dalam muntahan (ulkus lambung atau radang
esofagus akibat muntah yang berulang)
7) Demam atau menggigil
8) Pajanan pada infeksi virus
9) Pajanan pada makanan terkontaminasi
10) Nyeri abdomen
11) Riwayat gangguan makan
12) Riwayat diabetes
13) Pembedahan abdomen sebelumnya
14) Frekuensi istirahat
15) Dukungan keluarga
16) Kecemasan karena kehamilan.
b. Pemeriksaan fisik
1) Berat badan (hubungannya dengan berat badan sebelunnya)
2) Suhu badan, denyut nadi, dan frekuensi pernapasan
3) Turgor kulit
4) Kelembaban membran mukosa
5) Kondisi lidah (bengkak, kering dan pecah – pecah)
6) Palpasi abdomen untuk melihat : pembesaran organ, nyeri
tekan, dan distensi
7) Bising usus
8) Bau buah ketika bernapas
9) Pengkajian pertumbuhan janin
c. Laboratorium
1) Pemeriksaan keton di dalam urine
2) Urinalisis
3) BUN dan elektrolit
4) Tes fungsi ginjal (singkirkan kemungkinan hepatitis,
pankreatitis, dan kolestatis)
5) TSH dan T4 (sinkirkan kemungkinan penyakit gondok).
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya
gejala di bagi dalam 3 derajat :
a) Derajat 1
Muntah terus menerus (muntah > 3-4 kali/hari, dan
mencegah dari masuknya makanan atau minuman
selama 24 jam) yang mempengaruhi keadaan umum
penderita, yang menyebabkan ibu menjadi lemah, tidak
ada nafsu makan, berat badan turun (2-3 kg dalam 1-2
minggu), nyeri ulu hati, nadi meningkat sampai 100x
permenit, tekanan darah sistolik menurun, tekanan
kulit menurun dan mata cekung
b) Derajat 2
Penderita tampak lebih lemah dan tidak peduli pada
sekitarnya,turgor kulit lebih mengurang, lidah kering
dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-
kadang naik dan mata sedikit kuning. Berat badan
turun dan mata menjadi cekung, tekanan darah turun,
pengentalan darah, urin berkurang, dan sulit BAB.
Pada napas dapat tercium bau aseton dan dapat pula
ditemukan dalam kencing.
c) Derajat 3
Keadan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran
menurun sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu
meningkat, dan tekanan darah turun. Pada jabang bayi
dapat terjadi ensefalopati Wernicke dengan gejala:
nistagmus, penglihatan ganda, dan perubahan mental.
Keadaan ini akibat kekurangan zat makanan termasuk
vitamin B kompleks. Jika sampai ditemukan kuning
berarti sudah ada gangguan hati (Varnay, 2007).
VI. Diagnosis Hiperemesis Gravidarum
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus
ditemukan adanya kehamilan muda dan muntah yang terus menerus,
sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus
dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis,
ulkus ventrikuli, dan tumor selebri yang dapt pula memberikan gelaja
muntah.
Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan
kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin,
sehingga pengobatan perlu segera diberikan (Prawirohardjo, 2007).
VII. Pengelolaan Hiperemesis Gravidarum
Pencegahan terhadap hiperemesis graviadarum perlu
dilaksanakan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan
dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik, memberikan
keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan
4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan
dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan
segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti kering
atau biscuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berbau
lemak sebaiknya dihindarkan. Makanan dan minuman sebaiknya
disajikan dalam keadaan panas atau hangat atau sangat dingin.
Defekasi yang teratur hendaknya dapat dijamin, menghindarkan
kekurangan karbohidrat merupakan factor yang penting, oleh karenanya
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula (Prawirohardjo,
2007).

Cara pengelolaan hiperemesis gravidarum :


1. Obat-obatan
Apabila dengan cara di atas keluhan dan gejala tidak berkurang
maka diperlukan pengobatan. Tetapi perlu diingat untuk tidak
memberikan obat yang Teratogen. Sedativ yang sering diberikan
adalah Phenobarbital.V itamin yang dianjurkan adalah vitamin Bl
dan 86. Antihistaminika juga dianjurkan, seperti dramamin, avomin.
Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti disiklomi
hidrokhloride atau khlorpromasin. PenanganaN Hiperemesis
gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.
2. Isolasi
Penderita diisolasi dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan
peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk.
Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar
penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak
diberikan makanan/minuman selama 24 jam Kadang-kadang
dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
3. Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat
disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi
pekerjaan serta menghilangkan Masalah dan konflik, yang kiranya
dapat menjadi latar belakang penyakit ini.
4. Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan
protein dengan glukosa 5o/o dalam cairan garam fisiologik
sebanyak 2-3liter sehari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan
vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada
kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara
intravena. Dibuat daftar control cairan yang masuk dan yang
dikeluarkan. Air kencing perlu diperiksa sehari-hari terhadap
protein, aseton, klorida dan bilirubin. Suhu dan nadi diperiksa setiap
4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan
Hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila
selama 24 jarn penderita tidak muntah dan keadaan umum
bertambah baik dan dapat dicoba untuk memberiikan minuman, dan
lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan yang tidak
cair. Dengan penanganand iatas, pada umumnya gejala-gejala akan
berkurang dan keadaan akan betambah baik.
5. Penghentian kehamilan
Pada sebagian kasus keadaan tidak menjadi baih bahkan mundur.
Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila
keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takikardia, ikterus, anuria
dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organic. Dalam
keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri
kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering
sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak boleh dilakukan terlalu
cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi
gejala ireversibel pada organ vital (Prawirohardjo, 2007).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah pemeriksaan
laboratorium meliputi pemeriksaan keton urin (air seni), serta
elektrolit darah.
Tatalaksana
Tatalaksana hiperemesis gravidarum sangat beragam
tergantung dari beratnya gejala yang terjadi. Tatalaksana dini dapat
berpengaruh baik pada pasien. Ketika menatalaksana ibu dengan
HG, pencegahan serta koreksi kekurangan nutrisi adalah prioritas
utama agar ibu dan bayi tetap dalam keadaan sehat.
Pasien dapat dirawat karena mual dan muntah yang
berlebihan disertai koreksi untuk gangguan elektrolit dan cairan.
Pemberian nutrisi oral (melalui mulut) dapat diberikan pada pasien
secara perlahan-lahan, dimulai dengan makanan cair, kemudian
meningkat menjadi makanan padat dalam porsi kecil yang kaya
akan karbohidrat. Saran-saran yang diberikan pada ibu yang
mengalami HG adalah:
a. Menyarankan ibu hamil untuk mengubah pola makan
menjadi lebih sering dengan porsi kecil
b. Menganjurkan untuk makan roti kering atau biskuit dan teh
hangat dan menghindari makanan berminyak serta berbau lemak
c. Jika dengan cara diatas tidak ada perbaikan maka ibu hamil
tersebut diberi obat penenang, vitamin B1 dan B6, dan
antimuntah
d. Perawatan di Rumah sakit bila keadaan semakin memburuk
e. Cairan infus yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein.
Bila perlu ditambahkan vitamin B kompleks, vitamin C, dan
kalium.
f. Terapi psikologis apabila penanganan dengan pemberian
obat dan nutrisi yang adekuat tidak memberikan respon
(Prawirohardjo, 2007).
Pencegahan
Wanita yang mulai mengkonsumsi vitamin sejak
kehamilan dini dapat menurunkan risiko hiperemesis
gravidarum. Satu kali gejala HG muncul, maka perlu
penatalaksanaan sejak dini agar tidak terjadi perburukan.
VIII. Prognosis Hiperemesis Gravidarum
Dengan penanganan yang baik prognosi hiperemesis gravidarum
sangat memuaskan. Penyakit ini biasanya dapat membatasi diri, namun
demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat mengancam jiwa
ibu dan bayi (Prawirohardjo, 2007).

Você também pode gostar