Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
I. PENDAHULUAN
Pada dunia pendidikan ada banyak faktor yang turut mempengaruhi hasil
belajar siswa. Faktor-faktor ini dapat diklasifikasikan dalam dua bagian utama yaitu
faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal dibagi menjadi dua golongan
yaitu faktor non sosial dan faktor sosial. Faktor non sosial ini misalnya suhu udara,
cuaca, waktu, alat yang dipakai dalam belajar, cahaya serta gedung belajar.
Sedangkan faktor sosial adalah faktor manusia seperti guru (termasuk di dalamnya
metode mengajar dan motivasi dari guru), teman, orangtua, dan orang di sekitar siswa
baik hadir secara langsung maupun direpresentasikan oleh hal lain seperti potret yang
dapat mewakili kehadiran seseorang, suara dari tape recorder, dan lain-lain.
Faktor internal juga dapat digolongkan dalam dua bagian yaitu faktor
fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis adalah faktor jasmaniah dari siswa.
Faktor jasmaniah ini dapat dibagi atas tonus jasmaniah berupa asupan makanan dan
indra dalam menerima informasi. Adapun faktor psikologis adalah dorongan jiwa dari
dalam diri siswa untuk belajar. Dorongan ini dapat berupa sifat ingin tahu, dorongan
rasa kreatif, keinginan untuk menguasai hal baru, minat, serta hal lain yang
merupakan dorongan dari dalam diri siswa itu sendiri. Dorongan inilah yang
1
2
memberikan keuntungan pada hasil belajar siswa. Sebab walaupun faktor internal
berasal dari dalam diri siswa tersebut tetapi itu merupakan dampak dari hal-hal di luar
dirinya yang kemudian diasosiasikan pada dirinya sendiri. Sebagai contoh, kesehatan
dan asupan gizi adalah dampak dari pemenuhan makanan yang sehat bagi siswa.
Demikian juga dengan minat yang dapat terbentuk akibat interaksi dengan dengan
suatu hal yang lama kelamaan akan membentuk daya tarik individu terhadap hal
tersebut. Tetapi hal yang perlu disadari bahwa faktor internal memegang peranan
yang besar dibandingkan dengan faktor eksternal sebab faktor eksternal reletif lebih
waktu yang lama untuk diarahkan sebab dibutuhkan interaksi yang tidak singkat
dalam pembentukannya.
belajar. Tetapi ada kalanya seorang guru mengajar hanya asal mengajar tanpa
memperhatikan motivasi siswa terhadap mata pelajaran yang diasuhnya, terlebih lagi
penting dalam meningkatkan minat peserta didik dalam belajar. Hal ini sesuai dengan
Orang tua mempengaruhi sikap anak terhadap sekolah secara umum dan
juga sikap mereka terhadap pentingnya pendidikan, belajar, terhadap
berbagai mata pelajaran, dan terhadap para guru.
3
Orang tua adalah pendidik pertama dalam kehidupan seseorang sehingga memgang
peranan penting bagi perkembangan pendidikan anak. Bimbingan dari orang tua
sebagai salah satu faktor eksternal juga turut memberikan andil dalam hasil belajar
siswa.
dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2009 di SMP Negeri 1 Bawolato diperoleh data
sebagai berikut:
b. Siswa tidak mempunyai motivasi dalam belajar matematika dan cenderung tidak
sekolah.
d. Guru mengaku kurang bersemangat mengajar karena respon yang diperoleh dari
siswa rendah.
sebagai berikut:
a. Siswa merasa tidak tahu apa yang akan dilakukannya setelah lulus sekolah nanti
4
b. Kurangnya wakitu belajar di rumah karena tersita oleh tugas dari orang tua dan
c. Beberapa siswa mengaku sikap orang tua terhadap sekolah sangat tidak
mendukung, hal ini terlihat dari beberapa siswa yang mengaku diminta oleh orang
d. Siswa lainnya mengaku orang tua tidak pernah atau jarang sekali menanyakan
ditetapkan 60.
b. Siswa kelihatan bosan dengan pelajaran matematika, hal ini terlihat dari
kegenbiraan siswa pada saat bel pergantian les, siswa yang keluar masuk pada
saat pembelajaran, dan bercerita dengan teman yang lain sambil tertawa.
c. Beberapa catatan siswa tidak lengkap dan melompat-melompat antara satu materi
d. Banyak siswa yang tidak menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
Bila hal ini tidak diselesaikan dengan baik maka dapat dipastikan siswa akan
semakin tidak menyukai mata pelajaran matematika. Jika siswa tidak menyukai mata
permasalahan yang timbul cukup luas dan kompleks maka peneliti membatasi
permasalahan penelitian pada motivasi belajar siswa dan bimbingan orang tua. Oleh
karena itu, peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul: Pengaruh Motivasi
Belajar dan Bimbingan Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IX
B. Identifikasi Masalah
menjadi kajian dalam penelitian ini serta hal-hal yang melatarbelakanginya. Masalah-
C. Batasan Masalah
3. Hasil belajar siswa pada materi pokok kesebangunan kelas IX semester 1 SMP
D. Rumusan Masalah
Adakah pengaruh motivasi belajar dan bimbingan orang tua terhadap hasil belajar
E. Tujuan Penelitian
Agar hal-hal yang hendak dicapai dalam penelitian ini lebih jelas maka
berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa kelas IX semester 1 SMP Negeri
2. Untuk mengetahui tingkat bimbingan yang diberikan oleh orang tua kepada siswa
4. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan dan positif motivasi belajar
dan bimbingan orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas IX semester 1 SMP
5. Untuk mengetahui besarnya pengaruh motivasi belajar dan bimbingan orang tua
terhadap hasil belajar siswa kelas IX semester 1 SMP Negeri 1 Bawolato Tahun
Pembelajaran 2010/2011.
F. Hipotesis Penelitian
“Ada pengaruh signifikan dan positif motivasi belajar dan bimbingan orang tua
terhadap hasil belajar siswa kelas IX semester 1 SMP Negeri 1 Bawolato Tahun
Pembelajaran 2010/2011”.
G. Manfaat Penelitian
manfaat penelitian baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis. Adapun manfaat
1. Manfaat teoritis :
motivasi belajar dan bimbingan orang tua terhadap hasil belajar siswa
2. Manfaat praktis :
a. Kepada guru dan orang tua. Melalui penelitian ini diharapkan hasil belajar dan
ketuntasan belajar siswa meningkat sehingga guru matematika dan orang tua
8
b. Kepada siswa. Melalui penelitian ini diharapkan apresiasi siswa terhadap mata
kepada peneliti mengenai aspek-aspek yang motivasi belajar siswa dan upaya
membina hubungan antara sekolah dan orang tua sehingga dapat bersinergi dalam
membantu prestasi siswa. Hal ini tentu dapat membekali peneliti dalam
d. Kepada rekan mahasiswa. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi
H. Asumsi Penelitian
sekolah.
3. Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan tes hasil belajar.
4. Motivasi belajar dan bimbingan orang tua dapat diukur dengan menggunakan
angket.
9
I. Keterbatasan Penelitian
Agar penelitian ini dapat disikapi sesuai dengan kondisi yang ada maka
1. Subjek penelitian ini terbatas pada salah satu rombongan belajar dari siswa kelas
1. Motivasi belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah suatu suatu dorongan
yang datang dari dalam dan dari luar diri seseorang untuk berbuat dan bertindak
2. Bimbingan orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan yang
dilakukan oleh orang tua siswa dalam usahanya memajukan pendidikan siswa.
3. Hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah tingakat pencapaian siswa
yang terukur secara kuantitatif dengan menggunakan tes hasil belajar dan
A. Kerangka Teori
1. Pengertian Belajar
dan juga sang penciptanya. Belajar terjadi pada situasi yang mengakibatkan
dan keterampilan terhadap bahan ajar yang dipelajarinya. Dalam situs dengan alamat
http://tpers.net yang diakses pada tanggal 9 Juli 2009 diperoleh pengertian belajar
10
11
g. Spears
Learning is to observe, to read, to imited, to try something themselves,
to listen, to follow direction, (dimana pengalaman itu dapat diperoleh
dengan mempergunakan panca indra)
h. Robert M. Gagne
Learning is change in human disposition or capacity, wich persists over
a period time, and which is not simply ascribable to process a growth.
Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia
setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena
proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar
dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri dan keduanya
saling berinteraksi
i. Lester D. Crow and Alice Crow
Learning is acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar
adalah upaya-upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan,
pengetahuan dan sikap.
j. Hudgins Cs
Belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku, yang
mengakibatkan adanya pengalaman.
k. Ngalim Purwanto
Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah
laku, yang terjadi sebagi hasil dari suatu latihan atau pengalaman.
Sejalan dengan itu, Zebua dalam bukunya belajar dan pembelajaran (2004:20)
mengemukakan beberapa pendapat para ahli mengenai belajar sebagai berikut :
dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah laku
sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan
2. Motivasi Belajar
Setiap orang yang bertingkah laku atau melakukan suatu aktivitas yang
digerakkan oleh suatu keinginan mencapai sesuatu yang ada di luar dirinya. Dengan
kata lain seseorang bertingkah laku karena ada sesuatu yang mendorongnya dan hal
yang menarik dirinya untuk berbuat. Dorongan semacam ini timbul karena adanya
Motivasi merupakan hal yang penting dalam pendidikan dan pengajaran, oleh
motivasi di dalam pendidikan dan pengajaran akan dapat diharapkan hasil-hasil yang
memuaskan”. Karena motivasi ini mempengaruhi hasil dari sesuatu, maka perlu kita
peroleh pengertian yang jelas dari kata motivasi. Menurut Gage dan Berliner dalam
jelas yaitu: “Motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab
seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar”.
Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
suatu dorongan yang datang dari dalam dan dari luar diri seseorang untuk berbuat dan
bertingkah laku dan hanya melakukan suatu kegiatan yang menyenangkan untuk
dilakukan.
belajar banyak ditentukan oleh motivasi makin tepat motivasi yang diberikan maka
prestasi belajar akan semakin baik. Dengan kata lain motivasi menentukan intensitas
usaha anak belajar. Maka dapat disimpulan bahwa motivasi belajar adalah suatu
Motivasi dapat dibedakan dalam dua kelompok berdasarkan asal motivasi itu
sendiri, yaitu:
a. Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri siswa. Hal
adalah motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri orang yang bersang-kutan,
tanpa rangsangan atau bantuan orang lain”. Jadi, motivasi intrinsik dapat
diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang secara sadar melakukan suatu
14
tindakan untuk mencapai sesuatu tujuan sesuai dengan keadaan dirinya tanpa ada
pendorong yang ada di luar diri siswa itu sendiri. Seperti halnya yang dinyatakan
dilakukannya orang berbuat sesuatu karena dorongan dari luar seperti adanya
Adapun pada penelitian ini, peneliti tidak membedakan kedua motivasi tertsebut
tetapi hanya menilik dari apa yang dirasakan oleh siswa sebagai suatu dorongan baik
itu berasal dari diri sendiri maupun dari luar sehingga ia belajar dengan sungguh-
1) Memberi angka.
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajar siswa. Banyak siswa
belajar, yang utama justru untuk mencapi angka/nilai yang baik. Sehingga siswa
biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-
15
baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat
kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin mengejar
pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukan motivasi yang dimilikinya kurang berbobot
bila dibandingkan dengan siswa yang menginginkan nilai baik. Namun demikian
semua itu harus diingat oleh guru baha pencapaian angka-angka seperti itu belum
merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu,
langkah selanjnya yang digempuh guru adalah bagaimana cara memberikan angka-
angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam setiap pengetahuan
yang diajarkan kepada para siswa sehigga tidak sekegar kognitif saja tetapi juga
2) Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan motivasi, tapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah
untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang
3) Saingan/kompetisi
Saingan atau kompetesi dapat digunakan sebagai alat mitivasi untuk mendorong
4) Ego-involvement
harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang
akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik adalah
simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa si subjek belajar. Siswa
5) Memberi ulangan.
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengatahui akan ada ulangan. Oleh karena
itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat
oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa
6) Mengetahui hasil
Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong
siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar
meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu
7) Pujian
Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu
diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus
merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan
motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk
suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan
8) Hukuman
Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan
bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-
belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa
maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi
untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya kan lebih baik.
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima oleh siswa, akan merupakan alat motivasi
yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena
dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus
belajar.
belajar dapat dibedakan dengan siswa yang tidak memiliki motivasi belajar. Siswa
1) Motivasi intrinsik
2) Motivasi eksrinsik
tua adalah ayah dan ibu kandung”. Purwanto (1985:47) menyatakan bahwa: “Orang
tua (ayah dan ibu) adalah pendidik yang terutama dan yang sudah semestinya.
Mereka pendidik asli, yang tugasnya dari kodrat, dari Tuhan untuk mendidik anak-
anaknya”.
Pendidikan pertama selalu dimulai dari rumah dengan pendidik utama adalah
orang tua sehingga pendidikan di rumah adalah dasar dari semua pendidikan anak.
Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Gunawan (1996:41) mengatakan
sifatnya”. Di dalam keluarga, yang berperan sebagai pendidik ialah orangtua. Jadi,
19
pengaruh yang mula-mula diterima oleh anak adalah pengaruh dari orang tuanya,
oleh sebab itu tugas orang tua sebagai pendidik tidak dapat dipisahkan dari
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang anak selalu hidup di
antara keluarga dan orang tua (ayah dan ibu) merupakan guru pertama yang akan
mendidik, membimbing dan mengajar anak menjadi manusia. Hal ini sesuai dengan
Pada hakekatnya keluarga atau rumah tangga merupakan tempat pertama dan
yang utama bagi anak untuk memperoleh pembinaan mental dan
pembentukan kepribadian yang kemudian ditambah dan disempurnakan oleh
sekolah. Begitu pula hanya pendidikan agama haurs dilakukan oleh orang
dewasa
Demikian halnya dengan minat siswa/anak akan pelajaran di sekolahnya, orang tua
bahwa:
Orang tua mempengaruhi sikap anak terhadap sekolah secara umum dan
juga sikap mereka terhadap pentingnya pendidikan, belajar, terhadap
berbagai mata pelajaran, dan terhadap para guru.
Pengaruh dan bimbingan yang diterima anak dari keluarga berbeda dengan
yang diterimanya dari orang lain, karena sifat pendidikan dan hubungan sosial di
dalam keluarga adalah akrab dan penuh kemesraan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
pendidikan yang tertib dan damai yang didasari oleh rasa cinta kasih dan penuh
Cinta kasih dan penuh tanggung jawab yang dimiliki orang tua sebagai pendi-
dik yang pertama dan utama merupakan unsur mutlak dalam pelaksanaan pendidikan
20
tertiban dan ketentraman bathiniah. Di dalam keluarga hal ini dapat terwujud karena
orang tua mencintai anak-anaknya dengan segenap hatinya serta penuh tanggung ja-
Jadi, dengan demikian orang tua merupakan ayah dan ibu kandung yang
sekaligus merupakan guru yang utama dan terutama dan mendidik, membimbing dan
mengajar anak menjadi manusia yang seutuhnya. Atau dengan kata lain anak
pertolongan dalam menentukan arah kepada orang yang dibimbingnya. Bimbingan itu
dapat diberikan secara individual ataupun secara kelompok, atau dengan kata lain
bimbingan itu dapat diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan tanpa
memandang batasan umur (of any age). Dengan demikian ruang lingkup dari
bimbingan tidak hanya terbatas kepada anak-anak ataupun para remaja tetapi juga
merupakan yang dapat menyadarkan orang itu akan pribadinya sendiri (bakat) dan
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan
Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh banyak ahli itu,
dalam arti bimbingan yang diberikan tidak hanya insidentil (pada waktu-waktu
tertentu) atau hanya sekali tetapi merupakan suatu kegiatan yang terus berlanjut.
bimbingan orang tua dapat diartikan sebagai sebagai suatu batuan yang diberikan oleh
masalah yang mungkin timbul, dan mencari jalan keluarnya. Pada penelitiasn ini,
bimbingan yang diberikan oleh orang tua terbatas pada bimbingan mengenai prestasi
4. Hasil Belajar
pemahaman peserta didik terhadap tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai dalam
yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program pengajaran atau belajar mengajar
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan ”. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:3)
bahwa: “Dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu
23
hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar”.
belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang ke arah yang lebih baik setelah
mengalami dan mengikuti proses pengajaran. Untuk mengetahui hasil belajar siswa
dalam suatu pelajaran perlu diadakan evaluasi atau tes hasil belajar. Hasil belajar ini
dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf pada tiap periode tertentu.
pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa yakni : ranah kognitif, afektif dan
psikomotor. Dalam penelitian ini, peneliti menilai hasil belajar siswa ditinjau dari
aspek kognitif. Oleh Bloom dalam Arikunto (2001:117) membagi ranah kognitif
a. Pengetahuan (C1)
Merupakan tingkat terendah tujuan ranah kognitif berupa pengenalan
dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah dan
prinsip-prinsip yang muda diterima. Dalam tingkatan ini kata kerja
untuk TPK adalah mendefenisikan, menunjukkan, memberi nama,
menyebutkan, menuliskan secara terurut, memilih, mengukur,
menirukan, menyatakan.
b. Pemahaman ( C2 )
Kemampuan menginterprestasikan informasi. Dalam tingkatan ini kata
kerja untuk TPK adalah membedakan, memperkirakan, menjelaskan,
menguraikan lebih lanjut, memberikan, menuliskan kembali,
memformulasikan, mengubah, meringkaskan.
c. Aplikasi ( C3 )
Kemampuan menggunakan generalisasi atau abstrak lainnya yang sesuai
dalam situasi yang konkrit atau situasi baru. Dalam tingkatan ini kata
kerja untuk TPK adalah mengubah, menghitung, mendemonstrasikan,
menemukan, memanipulasikan, (dalam arti positif), menjalankan,
meramalkan, mempersiapakan, menghasilkan, menghubungkan,
menunjukkan, memecahkan (persoalan/ masalah) dan menguraikan.
24
d. Sintesis (C4)
Kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok kedalam struktur yang
baru, dalam sintesis siswa diminta untuk melakukan generalisasi. Dalam
kategori ini kata kerja untuk TPK adalah mengkategorikan,
menggabungkan, mengumpulkan, menyusun, mengarang, menciptakan,
merencanakan, membagi, menulis kembali, meringkaskan, dan
menyatakan.
e. Analisis C 5
Kemampuan untuk menjabarkan isi pelajaran kebagian-kebagian yang
menjadi unsur pokok, untuk analisis siswa diharapkan untuk
menganalisis hubungan atau situasi yang kompleks atau konsep-konsep
dasar, kata kerja untuk TPK adalah merinci, membuat diagram,
membedakan, mendiskriminasikan, mengidentifikasi/ mengenal,
memberi ilustrasi/ contoh, menyimpulkan, mengemukakan,
menghubungkan, memilih, memisahkan.
f. Evaluasi C6
Merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu maksud atau
tujuan tertentu. Dalam evaluasi siswa diminta untuk menerapkan
pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai suatu
kasus, kata kerja untuk TPK adalah memberi penghargaan,
membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan, memberi kritik,
mengurai, menjelaskan, membenarkan, menginterprestasikan,
menghubungkan, meringkaskan, mendukung.
Mengingat materi ini akan disajikan di SMP maka yang digunakan hanya C1
a. Pengertian Kesebangunan
Pada gambar di bawah ini diperlihatkan dua persegi panjang yaitu ABCD dan
= 120 mm.
25
sisi yang bersesuaian dari kedua persegi panjang tersebut, yaitu sebagai berikut.
AB BC CD AD 1
= = = =
A'B' B'C' C'D' A'D' 5
Oleh karena semua sudut persegi panjang besarnya 90° (siku-siku) maka
sudut-sudut yang bersesuaian dari kedua persegi panjang itu besarnya sama. Dalam
hal ini, persegi panjang ABCD dan persegi panjang A'B'C'D' memiliki sisi-sisi
Dua bangun datar dikatakan sebangun jika memenuhi dua syarat berikut.
perbandingan senilai.
B. Kerangka Konseptual
melakukan penelitian ini maka peneliti menyusunnya dalam suatu bagan berpikir.
2. Siswa diberikan tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa pada
signifikan dan positif serta besar pengaruh motivasi belajar siswa dan bimbingan
sebagai berikut:
27
Penyusunan
Angket PENELITI
Penyusunan Tes
Hasil Belajar
Digunakan sebagai
Instrumen Penelitian
Tidak Ya
Regresi
Apakah Signifikan?
Tidak Ya
A. Desain Penelitian
penelitian asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan mengetahui hubungan antara dua
metode penelitian survei yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi kecil maupun
besar, tetapi data yang dipelajari adalah data yang diambil dari populasi tersebut
Adapun paradigma penelitian ini adalah paradigma ganda dengan dua variabel
independen dan satu variabel dependen. Menurut Sugiyono (1999: 39), paradigma
penelitian ini memiliki 3 rumusan masalah deskriptif dan 4 rumusan masalah asosiatif
adalah:
1. Korelasi antara motivasi belajar (X1) dengan bimbingan orang tua (X2).
2. Korelasi antara motivasi belajar (X1) dengan hasil belajar siswa (Y).
3. Korelasi antara bimbingan orang tua (X2) dengan hasil belajar siswa (Y).
4. Korelasi antara motivasi belajar siswa (X1) dan bimbingan belajar (X2) secara
29
30
X1 r1
r3 R Y
X2
r2
Gambar 2.
Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen dan Satu Variabel Dependen
Keterangan:
X1 : motivasi belajar
R : korelasi antara motivasi belajar dan bimbingan orang tua dengan hasil
belajar siswa
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah 3 variabel yang
terdiri dari dua variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen).
SMP Negeri 1 Bawolato tahun pembelajaran 2010/2011. Keadaan siswa pada kelas
tersebut belum dapat ditentukan mengingat tahun ajaran tersebut belum dimulai:
1. Jenis Data
Data dalam penelitian ini adalah hasil angket tentang motivasi belajar siswa
dan bimbingan orang tua serta hasil belajar siswa. Karena data yang dikumpulkan
berbentuk angka maka tergolong sebagai data kuantitatif. Dan karena data ini
2. Instrumen Penelitian
a. Angket
Untuk mengungkap motivasi belajar siswa dan bimbingan orang tua diperoleh
dengan memberikan angket pada siswa. Angket motivasi belajar 20 item sedangkan
angket untuk bimbingan orang tua sebanyak 20 sehingga jumlah keseluruhan 40 item
angket yang disusun berdasarkan kisi-kisi angket. Angket dibuat berdasarkan Skala
yakni: optian a diberi bobot 4, option b diberi bobot 3, option c diberi bobot 2, option
d diberi bobot 1”. Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian maka angket
Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes hasil
belajar yang digunakan adalah tes uraian sebanyak 7 (tujuh) butir tes yang disusun
peneliti melakukan:
1) Validasi logis, dengan memberikan tes kepada tiga orang guru matematika untuk
menilai validitas tes dari ranah materi, ranah konstruksi, dan ranah bahasa.
Adapun format validitas tes uraian dan cara pengisiannya dapat dilihat pada
Bawolato. Kemudian hasil uji coba tes tersebut digunakan untuk menghitung
validitas tes, reliabilitas tes, tingkat kesukaran tes, dan daya pembeda tes.
b) Setelah ketiga validator memberikan nilai pada kolom kedua, maka hasil dari
Setelah instrumen divalidasikan kepada tiga orang guru maka selanjutnya tes
a) Validitas Tes
sudah sesuai untuk mengukur apa yang hendak diukur. Untuk melihat kevalidan tes
digunakan rumus:
n ( Σ XY )−( Σ X ) .( Σ Y )
r xy =
2 2 2
√ { N . Σ X −( Σ X) }{ N ΣY −(Σ Y )2 }
Dimana:
Setelah harga rxy diketahui, maka rxy dibandingkan dengan harga tabel (r1) dalam hal
ini taraf signifikan 5%. Bila rxy ≥ rt dengan taraf signifikan 5%, maka butir soal
tersebut valid.
Arikunto (2002:146)
b) Reliabilitas Tes
instrumen yang digunakan dapat digunakan untuk mengukur hal yang sama pada
kesempatan yang lain. Untuk menguji reliabilitas tes digunakan rumus Alpha yang
2
k ∑σ
r 11 = ( )(
k −1
1− 2 i
σt )
Keterangan :
σ2
t = Varians total
Arikunto (2002:171)
Selanjutnya, nilai r11 dikonsultasikan dengan harga rtabel dengan taraf signifikan
5%. Jika harga r hitung lebih kecil dari harga kritik dalam tabel maka tes tersebut
reliabel.
35
kesukaran soal yang tertera pada kisi-kisi tes telah sesuai atau belum. Tingkat
Mean
TK=
Skor maksimum yang telah ditetapkan pada pedoman penskoran
Dimana:
Kemudian hasil ini dikonsultasikan dengan klasifikasi tingkat kesukaran soal yaitu :
Daya pembeda soal dihitung apakah soal dapat membedakan siswa yang
pencapaian siswa. Daya pembeda soal dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:
Me KA – Me KB
DP=
skor maksimum soal
Dimana:
DP = daya pembeda
KA = kelompok atas
KB = kelompok bawah
E. Analisis Data
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Adapun teknik analisis data pada penelitian ini
1. Data Angket
dikumpulkan diperiksa untuk mengecek apakah angket yang dikembalikan oleh siswa
telah diisi dengan baik dan benar serta sesuai dengan petunjuk pengisian angket yang
telah ditetapkan sebelumnya. Kemudian, data yang telah memenuhi syarat sesuai
Untuk mengolah skor angket terlebih dahulu skor mentah yang diperoleh dari
pemberian angket diolah menjadi nilai dalam nilai baku dengan menggunakan rumus
Skor perolehan
Persen = x 100
Skor maksimum
37
76 % - 85 % = Baik
60 % - 75 % = Cukup
Skor perolehan
Nilai = x 100
Skor maksimum
dari tes uraian yang diberikan menjadi nilai standar dengan menggunakan rumus
A
N = x C
B
Dimana:
Nilai akhir (NA) dapat dihitung dengan menjumlahkan nilai setiap butir soal.
38
71 - 85 : Baik
56 - 70 : Cukup
41 - 55 : Kurang
0 - 40 : Sangat kurang
Rapor SMP
Rata-rata hitung digunakan untuk mengetahui tingkat rata-rata sikap dan gaya
mengajar guru serta hasil peserta didik. Menurut Riduwan (2005:102) untuk
X́ =
∑ xi
n
Dimana :
∑ xi = Jumlah nilai
n = Banyaknya sampel
c. Simpangan baku
Simpangan baku ialah suatu nilai yang menunjukkan tingkat (derajat) variasi
√
2
∑ ( Xi - X́ )
i=1
S =
n-1
Keterangan :
S = simpangan baku
n = ukuran sampel
X = data
X́ = rata-rata nilai X
Supranto (2000:130)
a) Koefisien korelasi
pengaruh antara dua variabel bebas (X) atau lebih secara bersama-sama dengan
variabel terikat (Y). Adapun rumus korelasi ganda yang dikemukakan oleh Riduwan
(2005:141) adalah:
r 2X Y + r 2X Y -2( r X Y ) ( r X Y ) ( r X )
R❑X X
Dimana:
1 2 Y =
√ 1
1- r 2X X
1 2
2 1 2 1 X2
N. ∑ X1 Y- ∑ X1 . ∑ Y
rX Y = 2 2
1
√ {N. ∑ X - (∑ X ) } {N. ∑ Y- (∑ Y ) }
2
1 1
N. ∑ X 2 Y- ∑ X 2 . ∑ Y
rX Y = 2 2
2
√ {N. ∑ X - (∑ X ) } {N. ∑ Y- (∑ Y ) }
2
2 2
N. ∑ X1 X2 - ∑ X1 . ∑ X2
rX X = 2 2
2 2
√ {N. ∑ X - (∑ X ) }{N. ∑ X - (∑ X ) }
2
1 1 2 2
40
2,00 – 3, 99 : rendah
Keterangan:
X1 = motivasi belajar
R❑X Y = koefisien korelasi antara motivasi belajar dan bimbingan orang tua dengan
1
b) Signifikansi korelasi
R2
k
Fhitung =
( 1- R2 )
n-k-1
Dimana :
n = Jumlah sampel
Fhitung Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan yang signifikan
Fhitung Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak ada hubungan yang
signifikan.
Kegunaan dari analisis regresi ganda yaitu meramalkan nilai variabel terikat
(Y) apabila variabel bebasnya minimal dua atau lebih. Analisis regresi ganda adalah
suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap
variabel terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau
hubungan klausal antara dua variabel bebas atau lebih. Menurut Riduwan (2005:155-
Persamaan regresi ganda untuk dua variabel bebas dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus:
Y^ = a + b1X1 + b2X2
Dengan rumus :
a =
∑Y –b
n
1( Xn ) – b ( Xn )
1
2
2
∑x 2
= ∑X 2 ( X)
- ∑ 1 ∑ x 1 y❑ = ∑ X 1 Y ❑-
1 1
n
(∑ X 1 ) (∑ Y )
n
2
∑x 2
= ∑X 2 ( X)
- ∑ 2 ∑ x 2 y❑ = ∑ X 2 Y ❑-
2 2
n
( ∑ X 2) ( ∑ Y )
n
2
y2❑
(∑ Y )
∑ = ∑ Y ❑2 - n
∑ x 1 x2 = ∑ X 1 X 2-
( ∑ X 1 )( ∑ X 2 )
n
ditentukan dengan rumus koefisien determinasi. Terlebih dahulu dicari nilai korelasi
b1 . ∑ x 1 + b2 ∑ x 2
R❑X Y =
√ ∑ y2
Selanjutnya besar sumbangan sikap dan gaya mengajar terhadap hasil belajar
3) Uji Hipotesis
R 2 ( n-m-1 )
Fhitung =
m ( 1- R2 )
Dimana:
n = jumlah responden
Rumus ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2008:266) bahwa untuk menguji
R 2 /k
Fhitung =
( 1- R 2 ) /(n−k −1)
Dimana:
n = jumlah responden
Fhitung Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada pengaruh yang signifikan,
jika Fhitung Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak ada pengaruh yang
signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo, 2004, Psikologi Belajar, Rineka Cipta,
Jakarta.
Dimyati, dan Mudjiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.
Djamarah, Saiful Bahri dan Zain, Aswan, 2006, Strategi Belajar Mengajar, Rineka
Cipta, Jakarta.
Handoko, www. Info diknas.com. Sikap Guru dalam Pembelajaran, online diakses
tanggal 6 Juni 2009.
Harefa, Amin Otoni, 2008, Tesis, Analisis Konstruksi Tes Matematika dan Hasil
Belajar Siswa SMP Swasta Masyarakat Damai Kecamatan Gunungsitoli
Kabupaten Nias, Tesis tidak diterbitkan, UNP, Padang.
Harefa, Amin Otoni, 2009, Diktat Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika,
IKIP Gunungsitoli, Gunungsitoli.
45
http : //beni64 .wordpress. com/ 2008/ 12/ 30/ keterampilan mengadakan variasi gaya
mengajar (online) diakses tanggal 30 Desember 2008
Riduwan, 2005, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti
Pemula, Alfabeta, Bandung.