Você está na página 1de 46

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dunia pendidikan ada banyak faktor yang turut mempengaruhi hasil

belajar siswa. Faktor-faktor ini dapat diklasifikasikan dalam dua bagian utama yaitu

faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal dibagi menjadi dua golongan

yaitu faktor non sosial dan faktor sosial. Faktor non sosial ini misalnya suhu udara,

cuaca, waktu, alat yang dipakai dalam belajar, cahaya serta gedung belajar.

Sedangkan faktor sosial adalah faktor manusia seperti guru (termasuk di dalamnya

metode mengajar dan motivasi dari guru), teman, orangtua, dan orang di sekitar siswa

baik hadir secara langsung maupun direpresentasikan oleh hal lain seperti potret yang

dapat mewakili kehadiran seseorang, suara dari tape recorder, dan lain-lain.

Faktor internal juga dapat digolongkan dalam dua bagian yaitu faktor

fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis adalah faktor jasmaniah dari siswa.

Faktor jasmaniah ini dapat dibagi atas tonus jasmaniah berupa asupan makanan dan

kesehatan, serta keadaan fungsi-fungsi jasmaniah tertentu seperti kemampuan panca

indra dalam menerima informasi. Adapun faktor psikologis adalah dorongan jiwa dari

dalam diri siswa untuk belajar. Dorongan ini dapat berupa sifat ingin tahu, dorongan

rasa kreatif, keinginan untuk menguasai hal baru, minat, serta hal lain yang

merupakan dorongan dari dalam diri siswa itu sendiri. Dorongan inilah yang

kemudian disebut sebagai motivasi.

1
2

Walaupun demikian, kesemua faktor ini dapat dirangsang agar dapat

memberikan keuntungan pada hasil belajar siswa. Sebab walaupun faktor internal

berasal dari dalam diri siswa tersebut tetapi itu merupakan dampak dari hal-hal di luar

dirinya yang kemudian diasosiasikan pada dirinya sendiri. Sebagai contoh, kesehatan

dan asupan gizi adalah dampak dari pemenuhan makanan yang sehat bagi siswa.

Demikian juga dengan minat yang dapat terbentuk akibat interaksi dengan dengan

suatu hal yang lama kelamaan akan membentuk daya tarik individu terhadap hal

tersebut. Tetapi hal yang perlu disadari bahwa faktor internal memegang peranan

yang besar dibandingkan dengan faktor eksternal sebab faktor eksternal reletif lebih

mudah untuk dimanipulasi tetapi faktor internal khususnya psokologis memerlukan

waktu yang lama untuk diarahkan sebab dibutuhkan interaksi yang tidak singkat

dalam pembentukannya.

Motivasi sebagai bagian dari faktor psikologis merupakan tenaga penggerak

untuk memusatkan perhatian dalam aktifitas belajar. Motivasi senantiasa erat

kaitannya dengan dorongan perasaan individu untuk melakukan sesuatu termasuk

belajar. Tetapi ada kalanya seorang guru mengajar hanya asal mengajar tanpa

memperhatikan motivasi siswa terhadap mata pelajaran yang diasuhnya, terlebih lagi

untuk mengupayakan agar siswa termotivasi untuk belajar.

Keluarga merupakan salah satu pusat pendidikan yang memegang peranan

penting dalam meningkatkan minat peserta didik dalam belajar. Hal ini sesuai dengan

pendapat Hurlock (1978:139) bahwa:

Orang tua mempengaruhi sikap anak terhadap sekolah secara umum dan
juga sikap mereka terhadap pentingnya pendidikan, belajar, terhadap
berbagai mata pelajaran, dan terhadap para guru.
3

Orang tua adalah pendidik pertama dalam kehidupan seseorang sehingga memgang

peranan penting bagi perkembangan pendidikan anak. Bimbingan dari orang tua

sebagai salah satu faktor eksternal juga turut memberikan andil dalam hasil belajar

siswa.

Untuk memperoleh gambaran mengani masalah yang tyerjadi di skolah maka

perlu diadakan studi pendahuluan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang

dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2009 di SMP Negeri 1 Bawolato diperoleh data

sebagai berikut:

1. Wawancara dengan guru

Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru matematika dapat

diperoleh beberapa hal sebagai berikut:

a. Siswa kurang memberikan apresiasi dalam pembelajaran.

b. Siswa tidak mempunyai motivasi dalam belajar matematika dan cenderung tidak

tahu untuk apa ia belajar.

c. Beberapa siswa tidak mencatat dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan di

sekolah.

d. Guru mengaku kurang bersemangat mengajar karena respon yang diperoleh dari

siswa rendah.

2. Wawancara dengan siswa

Wawancara yang dilakukan secara terpisah dengan siswa memberikan hasil

sebagai berikut:

a. Siswa merasa tidak tahu apa yang akan dilakukannya setelah lulus sekolah nanti
4

b. Kurangnya wakitu belajar di rumah karena tersita oleh tugas dari orang tua dan

sebagian karena tersita oleh waktu bermain.

c. Beberapa siswa mengaku sikap orang tua terhadap sekolah sangat tidak

mendukung, hal ini terlihat dari beberapa siswa yang mengaku diminta oleh orang

tua agar berhenti sekolah dan membantu pekerjaan orang tua.

d. Siswa lainnya mengaku orang tua tidak pernah atau jarang sekali menanyakan

perkembangan belajar siswa di sekolah maupun berkonsultasi mengenai masalah

yang dihadapi di sekolah.

e. Siswa merasa tidak ada gunanya belajar.

3. Observasi dan dokumentasi

a. Rata-rata nilai UTS matematika sebelum remidial adalah 51 sedangkan KKM

ditetapkan 60.

b. Siswa kelihatan bosan dengan pelajaran matematika, hal ini terlihat dari

kegenbiraan siswa pada saat bel pergantian les, siswa yang keluar masuk pada

saat pembelajaran, dan bercerita dengan teman yang lain sambil tertawa.

c. Beberapa catatan siswa tidak lengkap dan melompat-melompat antara satu materi

dengan materi yang lain.

d. Banyak siswa yang tidak menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

Bila hal ini tidak diselesaikan dengan baik maka dapat dipastikan siswa akan

semakin tidak menyukai mata pelajaran matematika. Jika siswa tidak menyukai mata

pelajaran matematika maka hasil belajar siswa akan semakin menurun.


5

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukan maka ternyata

permasalahan yang timbul cukup luas dan kompleks maka peneliti membatasi

permasalahan penelitian pada motivasi belajar siswa dan bimbingan orang tua. Oleh

karena itu, peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul: Pengaruh Motivasi

Belajar dan Bimbingan Orang Tua Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IX

Semester 1 SMP Negeri 1 Bawolato Tahun Pelajaran 2010/2011.

B. Identifikasi Masalah

Pada latar belakang masalah telah diuraikan beberapa permasalahan yang

menjadi kajian dalam penelitian ini serta hal-hal yang melatarbelakanginya. Masalah-

masalah tersebut dapat diidentifikasi, sebagai berikut :

1. Siswa tidak mempunyai motivasi belajar

2. Catatan siswa tidak lengkap

3. Siswa banyak yang tidak menyelesaikan tugas

4. Guru kurang semangat mengajar

5. Kurang efektifnya waktu belajar di rumah

6. Orang tua tidak memberikan bimbingan di rumah

7. Rendahnya hasil belajar

8. Siswa kelihatan bosan dengan mata pelajaran matematika

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah pada latar belakang masalah dan

identifikasi masalah, maka peneliti membatasi permasalahan. Batasan masalah dalam

penelitian ini, sebagai berikut :


6

1. Motivasi belajar siswa

2. Bimbingan orang tua

3. Hasil belajar siswa pada materi pokok kesebangunan kelas IX semester 1 SMP

Negeri 1 Bawolato Tahun Pembelajaran 2010/2011.

D. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah maka peneliti merumuskan permasalahan

berdasarkan batasan masalah. Rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah :

Adakah pengaruh motivasi belajar dan bimbingan orang tua terhadap hasil belajar

siswa kelas IX semester 1 SMP Negeri 1 Bawolato Tahun Pembelajaran 2010/2011?

E. Tujuan Penelitian

Agar hal-hal yang hendak dicapai dalam penelitian ini lebih jelas maka

penelitian menetapkan tujuan penelitian. Adapun tujuan penelitian ini sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa kelas IX semester 1 SMP Negeri

1 Bawolato Tahun Pembelajaran 2010/2011.

2. Untuk mengetahui tingkat bimbingan yang diberikan oleh orang tua kepada siswa

kelas IX semester 1 SMP Negeri 1 Bawolato Tahun Pembelajaran 2010/2011.

3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas IX semester 1 SMP Negeri 1

Bawolato Tahun Pembelajaran 2010/2011.

4. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan dan positif motivasi belajar

dan bimbingan orang tua terhadap hasil belajar siswa kelas IX semester 1 SMP

Negeri 1 Bawolato Tahun Pembelajaran 2010/2011.


7

5. Untuk mengetahui besarnya pengaruh motivasi belajar dan bimbingan orang tua

terhadap hasil belajar siswa kelas IX semester 1 SMP Negeri 1 Bawolato Tahun

Pembelajaran 2010/2011.

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka, dan kajian pustaka maka

peneliti merumuskan hipotesis sebagai jawaban sementara atas pertanyaan penelitian.

Hipotesis penelitian ini adalah:

“Ada pengaruh signifikan dan positif motivasi belajar dan bimbingan orang tua

terhadap hasil belajar siswa kelas IX semester 1 SMP Negeri 1 Bawolato Tahun

Pembelajaran 2010/2011”.

G. Manfaat Penelitian

Untuk mempertegas kelayakan penelitian ini dilakukan maka diuraikan

manfaat penelitian baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis. Adapun manfaat

penelitian ini, sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis :

a. Dapat membuktikan kebenaran dari beberapa pendapat ahli tentang pengaruh

motivasi belajar dan bimbingan orang tua terhadap hasil belajar siswa

b. Dapat memberikan sumbangan pemikiran baru terkait motivasi belajar dan

bimbingan orang tua terkait dengan hasil belajar siswa.

2. Manfaat praktis :

a. Kepada guru dan orang tua. Melalui penelitian ini diharapkan hasil belajar dan

ketuntasan belajar siswa meningkat sehingga guru matematika dan orang tua
8

siswa terutama di lokasi penelitian dapat memahami pentingnya peranan orang

tua dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Kepada siswa. Melalui penelitian ini diharapkan apresiasi siswa terhadap mata

pelajaran mataematika semakin meningkat.

c. Kepada peneliti. Penelitian ini diharapakan dapat memberikan pemahaman

kepada peneliti mengenai aspek-aspek yang motivasi belajar siswa dan upaya

membina hubungan antara sekolah dan orang tua sehingga dapat bersinergi dalam

membantu prestasi siswa. Hal ini tentu dapat membekali peneliti dalam

melaksanakan tugasnya sebagai guru.

d. Kepada rekan mahasiswa. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi

untuk penelitian yang relevan pada masa yang akan datang.

H. Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian berfungsi sebagai pijakan berpikir dan bertindak dalam

penelitian. Asumsi dalam penelitian, sebagai berikut :

1. Setiap siswa mempunyai motivasi baik intrinsik dan ekstrinsik dalam

pembelajaran walaupun tingkatannya tidak sama

2. Orang tua membimbing anaknya dengan tujuan agar anaknya berprestasi di

sekolah.

3. Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan tes hasil belajar.

4. Motivasi belajar dan bimbingan orang tua dapat diukur dengan menggunakan

angket.
9

I. Keterbatasan Penelitian

Agar penelitian ini dapat disikapi sesuai dengan kondisi yang ada maka

peneliti mengungkap beberapa keterbatasan penelitian. Beberapa keterbatasan dalam

penelitian ini, yaitu :

1. Subjek penelitian ini terbatas pada salah satu rombongan belajar dari siswa kelas

IX semester 1 SMP Negeri 1 Bawolato Tahun Pembelajaran 2010/2011.

2. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011.

3. Penelitian ini terbatas pada satu materi pokok, yaitu : Kesebangunan.

J. Batasan Operasional Variabel

Untuk menghindari timbulnya perbedaannya pengertian atau kekurangjelasan

makna maka peneliti memberikan batasan operasional. Batasan operasional dalam

penelitian ini, sebagai berikut:

1. Motivasi belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah suatu suatu dorongan

yang datang dari dalam dan dari luar diri seseorang untuk berbuat dan bertindak

dalam memenuhi kebutuhan yang dilakukan secara sadar.

2. Bimbingan orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan yang

dilakukan oleh orang tua siswa dalam usahanya memajukan pendidikan siswa.

3. Hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah tingakat pencapaian siswa

yang terukur secara kuantitatif dengan menggunakan tes hasil belajar dan

dinyatakan dalam bentuk angka.


10

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses memanusiakan manusia, dimana hanya melalui

belajarlah manusia menemukan dirinya dalam relasinya dengan sesama, lingkungan

dan juga sang penciptanya. Belajar terjadi pada situasi yang mengakibatkan

terjadinya perubahan didalam kepribadian siswa, sehingga siswa memiliki kecakapan

dan keterampilan terhadap bahan ajar yang dipelajarinya. Dalam situs dengan alamat

http://tpers.net yang diakses pada tanggal 9 Juli 2009 diperoleh pengertian belajar

menurut beberapa ahli yaitu:

a. Menurut James O. Whittaker


Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman”
b. Howard L. Kingskey
Belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui praktek atau latihan.
c. Drs. Slameto
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu  itu sendiri di dalam
interaksi dengan lingkungannya.
d. Thorndike
Belajar adalah asosiasi antara kesan panca indra dengan impuls untuk
bertindak.
e. J. B Watson
Belajar adalah suatu proses dari conditioning reflect ( respons) melalui
pergantian dari suatu stimulus kepada yang lain
f. Cronbach
learning is shown by a change in behviour as result of experience;
(belajar dapat dilakukan dengan baik dengan jalan mengalami)

10
11

g. Spears
Learning is to observe, to read, to imited, to try something themselves,
to listen, to follow direction, (dimana pengalaman itu dapat diperoleh
dengan mempergunakan panca indra)
h. Robert M. Gagne
Learning is change in human disposition or capacity, wich persists over
a period time, and which is not simply ascribable to process a growth.
Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia
setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan karena
proses pertumbuhan saja. Gagne berkeyakinan bahwa belajar
dipengaruhi oleh faktor dari luar diri dan faktor dalm diri dan keduanya
saling berinteraksi
i. Lester D. Crow and Alice Crow
Learning is acuquisition of habits, knowledge and attitudes. Belajar
adalah upaya-upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan,
pengetahuan dan sikap.
j. Hudgins Cs
Belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku, yang
mengakibatkan adanya pengalaman.
k. Ngalim Purwanto
Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah
laku, yang terjadi sebagi hasil dari suatu latihan atau pengalaman.

Sejalan dengan itu, Zebua dalam bukunya belajar dan pembelajaran (2004:20)
mengemukakan beberapa pendapat para ahli mengenai belajar sebagai berikut :

a. Skiner dalam Barlow (1985), berpendapat “…. A procces of progressive


adaptation” yang artinya “Belajar adalah suatu proses adaptasi
(penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif.”
b. Chalplin (1972), “…. Acquiring of any relatively permanent change in
behavior as a result of paratice and experience.” Artinya, “Belajar
adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat
latihan dan pengalaman.”
c. Hintzman (1978), “…. Learning is a change in organism due to
experince wich can effectorganism behavioral.” Artinya “Belajar adalah
suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia dan hewan,
disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku
organisme tersebut.”
d. Witting (1981), “…. A relativelly permament change in an organism’s
behavional repertoire change that a result of experience. Artinya
“Belajar adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam
12

segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil


pengalaman.
e. Rober (1989), “Learning is a relativelly permanent change in respons
potenty wich occurs as a result of reinforced practice. Artinya “Belajar
adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langsung
sebagai hasil latihan yang diperkuat.”

Berdasarkan pengertian atau defenisi tentang belajar diatas, maka belajar

dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan

lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Motivasi Belajar

a. Pengertian motivasi belajar

Setiap orang yang bertingkah laku atau melakukan suatu aktivitas yang

digerakkan oleh suatu keinginan mencapai sesuatu yang ada di luar dirinya. Dengan

kata lain seseorang bertingkah laku karena ada sesuatu yang mendorongnya dan hal

yang menarik dirinya untuk berbuat. Dorongan semacam ini timbul karena adanya

suatu kebutuhan yang menuntut pemenuhan. Daya yang mendorong seseorang

tersebut diistilahkan dengan motivasi.

Motivasi merupakan hal yang penting dalam pendidikan dan pengajaran, oleh

Pasaribu danSimanjuntak (1980:32) mengatakan bahwa: “Dengan penggunaan

motivasi di dalam pendidikan dan pengajaran akan dapat diharapkan hasil-hasil yang

memuaskan”. Karena motivasi ini mempengaruhi hasil dari sesuatu, maka perlu kita

peroleh pengertian yang jelas dari kata motivasi. Menurut Gage dan Berliner dalam

Dimyati dan Mudjiono (1999:42) bahwa: “Motivasi merupakan tenaga yang

menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang”. Selanjutnya Ernest R. Hilgard


13

dalam Nasution (1982:34) menegaskan bahwa: “Motivasi adalah suatu keadaan

dalam individu yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk

mencapai tujuan tertentu”. Adapun Nawawi (1997:351) memberi pengertian yang

jelas yaitu: “Motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab

seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar”.

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah

suatu dorongan yang datang dari dalam dan dari luar diri seseorang untuk berbuat dan

bertindak dalam memenuhi kebutuhan yang dilakukan secara sadar. Pengertian

tersebut menyiratkan bahwa motivasi memperbesar kekuatan seseorang untuk

bertingkah laku dan hanya melakukan suatu kegiatan yang menyenangkan untuk

dilakukan.

Demikian juga dalam pembelajaran, diperlukan adanya motivasi karena hasil

belajar banyak ditentukan oleh motivasi makin tepat motivasi yang diberikan maka

prestasi belajar akan semakin baik. Dengan kata lain motivasi menentukan intensitas

usaha anak belajar. Maka dapat disimpulan bahwa motivasi belajar adalah suatu

dorongan pada diri siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh.

Motivasi dapat dibedakan dalam dua kelompok berdasarkan asal motivasi itu

sendiri, yaitu:

a. Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri siswa. Hal

ini senada dengan pendapat Suryabrata (1989:13) bahwa: “Motivasi intrinsik

adalah motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri orang yang bersang-kutan,

tanpa rangsangan atau bantuan orang lain”. Jadi, motivasi intrinsik dapat

diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang secara sadar melakukan suatu
14

tindakan untuk mencapai sesuatu tujuan sesuai dengan keadaan dirinya tanpa ada

pengaruh dari luar.

b. Motivasi ekstrinsik yaitu pengaruh atau tenaga yang memberikan

pendorong yang ada di luar diri siswa itu sendiri. Seperti halnya yang dinyatakan

oleh Dimyati dan Mudjiono (1999:91) bahwa: “Motivasi ekstrinsik adalah

dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang

dilakukannya orang berbuat sesuatu karena dorongan dari luar seperti adanya

pemberian hadiah dan menghindari hukuman”.

Adapun pada penelitian ini, peneliti tidak membedakan kedua motivasi tertsebut

tetapi hanya menilik dari apa yang dirasakan oleh siswa sebagai suatu dorongan baik

itu berasal dari diri sendiri maupun dari luar sehingga ia belajar dengan sungguh-

sungguh. Motivasi ini diukur dengan menggunakan angket.

b. Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa

Untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, Sardiman (2005:92)

menguraikan beberapa bentuk dan cara menumbuhkan motivasi dalam kegiatan

belajar siswa antara lain: “memberi angka, hadiah, saingan/kompetisi, ego-

involnement, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk

belajar, tujuan yang diakui”.

1) Memberi angka.

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajar siswa. Banyak siswa

belajar, yang utama justru untuk mencapi angka/nilai yang baik. Sehingga siswa

biasanya yang dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya baik-
15

baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat

kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak siswa bekerja atau belajar hanya ingin mengejar

pokoknya naik kelas saja. Ini menunjukan motivasi yang dimilikinya kurang berbobot

bila dibandingkan dengan siswa yang menginginkan nilai baik. Namun demikian

semua itu harus diingat oleh guru baha pencapaian angka-angka seperti itu belum

merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu,

langkah selanjnya yang digempuh guru adalah bagaimana cara memberikan angka-

angka dapat dikaitkan dengan values yang terkandung di dalam setiap pengetahuan

yang diajarkan kepada para siswa sehigga tidak sekegar kognitif saja tetapi juga

keterampilan dan afeksinya.

2) Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan motivasi, tapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah

untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang

dan tidak berbakat untuk sesuatu perkejaan tersebut.

3) Saingan/kompetisi

Saingan atau kompetesi dapat digunakan sebagai alat mitivasi untuk mendorong

belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

4) Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan

menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan


16

harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang

akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik adalah

simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk siswa si subjek belajar. Siswa

akan belajar keras bisa jadi karena harga dirinya.

5) Memberi ulangan.

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengatahui akan ada ulangan. Oleh karena

itu, memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat

oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari) karena bisa

membosankan, maksudnya kalau akan ulangan harus diberitahukan kepada siswanya.

6) Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong

siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar

meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu

harapan hasilnya terus meningkat.

7) Pujian

Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu

diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus

merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu, supaya pujian ini merupakan

motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian yang tepat akan memupuk

suasana yang menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan

membangkitkan harga diri.


17

8) Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan

bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-

prinsip pemberian hukuman.

9) Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud

belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa

maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi

untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya kan lebih baik.

10) Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima oleh siswa, akan merupakan alat motivasi

yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena

dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus

belajar.

c. Aspek-aspek motivasi belajar

Berdasarkan karakteristik motivasi maka siswa yang mempunyai motivasi

belajar dapat dibedakan dengan siswa yang tidak memiliki motivasi belajar. Siswa

yang memiliki motivasi belajar yang tinggi dapat terlihat dari:

1) Motivasi intrinsik

a) Keinginan menambah pengetahuan

b) Keinginan mendapat tanggung jawab


18

c) Keinginan mengembangkan diri

d) Keinginan mencapai sukses

e) Keinginan menjadi orang unggul

f) Keinginan mendapat kepercayaan diri

2) Motivasi eksrinsik

a) Memenuhi tuntutan dan kewajiban

b) Menghindari sanksi (hukuman)

c) Keinginan memperoleh hadiah

d) Keinginan memperoleh pujian dari orang lain

e) Menjaga dan meningkatkan prestise

3. Bimbingan Orang Tua

a. Peranan orang tua dalam meningkatkan hasil belajar siswa

Departemen Pendidikan Nasional (2001:802) mendefinisikan bahwa: “Orang

tua adalah ayah dan ibu kandung”. Purwanto (1985:47) menyatakan bahwa: “Orang

tua (ayah dan ibu) adalah pendidik yang terutama dan yang sudah semestinya.

Mereka pendidik asli, yang tugasnya dari kodrat, dari Tuhan untuk mendidik anak-

anaknya”.

Pendidikan pertama selalu dimulai dari rumah dengan pendidik utama adalah

orang tua sehingga pendidikan di rumah adalah dasar dari semua pendidikan anak.

Hal ini sejalan dengan yang disampaikan oleh Gunawan (1996:41) mengatakan

bahwa: “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang primer dan fundamental

sifatnya”. Di dalam keluarga, yang berperan sebagai pendidik ialah orangtua. Jadi,
19

pengaruh yang mula-mula diterima oleh anak adalah pengaruh dari orang tuanya,

oleh sebab itu tugas orang tua sebagai pendidik tidak dapat dipisahkan dari

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan intelektual anak.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang anak selalu hidup di

antara keluarga dan orang tua (ayah dan ibu) merupakan guru pertama yang akan

mendidik, membimbing dan mengajar anak menjadi manusia. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Hasan (1994:182) mengemukakan bahwa:

Pada hakekatnya keluarga atau rumah tangga merupakan tempat pertama dan
yang utama bagi anak untuk memperoleh pembinaan mental dan
pembentukan kepribadian yang kemudian ditambah dan disempurnakan oleh
sekolah. Begitu pula hanya pendidikan agama haurs dilakukan oleh orang
dewasa

Demikian halnya dengan minat siswa/anak akan pelajaran di sekolahnya, orang tua

juga memegang peranan penting sebagaimana disampaikan oleh Hurlock (1978:139)

bahwa:

Orang tua mempengaruhi sikap anak terhadap sekolah secara umum dan
juga sikap mereka terhadap pentingnya pendidikan, belajar, terhadap
berbagai mata pelajaran, dan terhadap para guru.

Pengaruh dan bimbingan yang diterima anak dari keluarga berbeda dengan

yang diterimanya dari orang lain, karena sifat pendidikan dan hubungan sosial di

dalam keluarga adalah akrab dan penuh kemesraan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Nasution (1977:56) bahwa: “Lingkungan keluarga adalah merupakan lingkungan

pendidikan yang tertib dan damai yang didasari oleh rasa cinta kasih dan penuh

tanggungjawab dari orangtua”.

Cinta kasih dan penuh tanggung jawab yang dimiliki orang tua sebagai pendi-

dik yang pertama dan utama merupakan unsur mutlak dalam pelaksanaan pendidikan
20

termasuk di dalamnya kegiatan belajar. Kegiatan belajar memerlukan keamanan, ke-

tertiban dan ketentraman bathiniah. Di dalam keluarga hal ini dapat terwujud karena

orang tua mencintai anak-anaknya dengan segenap hatinya serta penuh tanggung ja-

wab bahkan rela berkorban demi kebahagiaan anaknya.

Jadi, dengan demikian orang tua merupakan ayah dan ibu kandung yang

sekaligus merupakan guru yang utama dan terutama dan mendidik, membimbing dan

mengajar anak menjadi manusia yang seutuhnya. Atau dengan kata lain anak

merupakan cerminan keluarga.

b. Pengertian bimbingan orang tua

Bimbingan mengandung pengertian untuk memberikan bantuan atau

pertolongan dalam menentukan arah kepada orang yang dibimbingnya. Bimbingan itu

dapat diberikan secara individual ataupun secara kelompok, atau dengan kata lain

bimbingan itu dapat diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan tanpa

memandang batasan umur (of any age). Dengan demikian ruang lingkup dari

bimbingan tidak hanya terbatas kepada anak-anak ataupun para remaja tetapi juga

mengenai orang dewasa.

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang dalam usaha

memecahkan kesukaran-kesukaran yang dialaminya. Bantuan tersebut hendaknya

merupakan yang dapat menyadarkan orang itu akan pribadinya sendiri (bakat) dan

minatnya, kecakapan dan kemampuannya, dan sebagainya sehingga dengan demikian

ia sanggup memecahkan sendiri kesukaran-kesukaran yang dihadapinya. Menurut

Purwanto (1998:170) mengatakan bahwa:


21

…..Guidance is assistance to an individual of any age to help him manage


his own life, develop his own point of view, make is own decisions, and carry
his own burdens”. (“…artinya bimbingan ialah bantuan yang diberikan
kepada seorang inndivdiu dari setiap umur, untuk menolong dia dalam
mengatur kegiatan-kegiatan hidupnya, mengembangkan kepribadian /
pandangan hidupnya, membuat putusan-putusan dan memikul beban
hidupnya.

Gunarsa (2002:11) mengatakan bahwa:”

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang agar


memperkembangkan potensi-potensi yang dimiliki di dalam dirinya sendiri
dalam mengatasi persoalan-persoalan sehingga dapat menentukan sendiri
jalan hidupnya secara bertanggungjawab tanpa harus bergantung kepada
orang lain”.

Ini senada dengan pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh Natawidja

dalam Soetjipto (2004:62) bahwa:

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang


dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat
memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat
bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta
masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan
hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti.

Selanjutnya Djumhur dan Moh. Surya (1975:28) mengatakan bahwa:

Bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus


dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self
direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization)
sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri
dengan lingkungannya baik keluarga, sekolah dan masyarakat.

Kemudian Prayitno (2001:66) juga mengatakan bahwa: “Bimbingan

merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan

pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan”.


22

Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh banyak ahli itu,

maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan merupakan:

1) Suatu proses yang berkesinambungan dari pembimbing kepada yang dibimbing

dalam arti bimbingan yang diberikan tidak hanya insidentil (pada waktu-waktu

tertentu) atau hanya sekali tetapi merupakan suatu kegiatan yang terus berlanjut.

2) Suatu proses membina individu agar individu yang bersangkutan mengarahkan

dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuan/

potensinya semaksimal mungkin

Dalam hubungannya dengan bimbingan yang diberikan oleh orang tua,

bimbingan orang tua dapat diartikan sebagai sebagai suatu batuan yang diberikan oleh

orang tua kepada anak dalam mengembangkan potensi dirinya, menyelesaikan

masalah yang mungkin timbul, dan mencari jalan keluarnya. Pada penelitiasn ini,

bimbingan yang diberikan oleh orang tua terbatas pada bimbingan mengenai prestasi

akademik siswa di sekolah

4. Hasil Belajar

Sudijono (1995:30) mengatakan bahwa : “Hasil belajar adalah tingkat

pemahaman peserta didik terhadap tujuan-tujuan khusus yang ingin dicapai dalam

unit-unit program pengajaran atau tingkat pencapai terhadap tujuan-tujuan umum

pengajaran”. Waluyo (1987:2) mengatakan bahwa : “Hasil belajar adalah pemahaman

yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program pengajaran atau belajar mengajar

sesuai dengan tujuan yang ditetapkan ”. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:3)

bahwa: “Dengan berakhirnya suatu proses belajar, maka siswa memperoleh suatu
23

hasil belajar. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan

tindak mengajar”.

Jadi sesuai dengan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan hasil yang dicapai seseorang ke arah yang lebih baik setelah

mengalami dan mengikuti proses pengajaran. Untuk mengetahui hasil belajar siswa

dalam suatu pelajaran perlu diadakan evaluasi atau tes hasil belajar. Hasil belajar ini

dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf pada tiap periode tertentu.

Menurut Bloom dalam Dimyati (1999:26) mengemukakan ranah tujuan

pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa yakni : ranah kognitif, afektif dan

psikomotor. Dalam penelitian ini, peneliti menilai hasil belajar siswa ditinjau dari

aspek kognitif. Oleh Bloom dalam Arikunto (2001:117) membagi ranah kognitif

tersebut menjadi enam sub kategori yakni:

a. Pengetahuan (C1)
Merupakan tingkat terendah tujuan ranah kognitif berupa pengenalan
dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah dan
prinsip-prinsip yang muda diterima. Dalam tingkatan ini kata kerja
untuk TPK adalah mendefenisikan, menunjukkan, memberi nama,
menyebutkan, menuliskan secara terurut, memilih, mengukur,
menirukan, menyatakan.
b. Pemahaman ( C2 )
Kemampuan menginterprestasikan informasi. Dalam tingkatan ini kata
kerja untuk TPK adalah membedakan, memperkirakan, menjelaskan,
menguraikan lebih lanjut, memberikan, menuliskan kembali,
memformulasikan, mengubah, meringkaskan.
c. Aplikasi ( C3 )
Kemampuan menggunakan generalisasi atau abstrak lainnya yang sesuai
dalam situasi yang konkrit atau situasi baru. Dalam tingkatan ini kata
kerja untuk TPK adalah mengubah, menghitung, mendemonstrasikan,
menemukan, memanipulasikan, (dalam arti positif), menjalankan,
meramalkan, mempersiapakan, menghasilkan, menghubungkan,
menunjukkan, memecahkan (persoalan/ masalah) dan menguraikan.
24

d. Sintesis (C4)
Kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok kedalam struktur yang
baru, dalam sintesis siswa diminta untuk melakukan generalisasi. Dalam
kategori ini kata kerja untuk TPK adalah mengkategorikan,
menggabungkan, mengumpulkan, menyusun, mengarang, menciptakan,
merencanakan, membagi, menulis kembali, meringkaskan, dan
menyatakan.
e. Analisis C 5
Kemampuan untuk menjabarkan isi pelajaran kebagian-kebagian yang
menjadi unsur pokok, untuk analisis siswa diharapkan untuk
menganalisis hubungan atau situasi yang kompleks atau konsep-konsep
dasar, kata kerja untuk TPK adalah merinci, membuat diagram,
membedakan, mendiskriminasikan, mengidentifikasi/ mengenal,
memberi ilustrasi/ contoh, menyimpulkan, mengemukakan,
menghubungkan, memilih, memisahkan.
f. Evaluasi C6
Merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu maksud atau
tujuan tertentu. Dalam evaluasi siswa diminta untuk menerapkan
pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki untuk menilai suatu
kasus, kata kerja untuk TPK adalah memberi penghargaan,
membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan, memberi kritik,
mengurai, menjelaskan, membenarkan, menginterprestasikan,
menghubungkan, meringkaskan, mendukung.

Mengingat materi ini akan disajikan di SMP maka yang digunakan hanya C1

(pengetahuan), C2 (pemahaman), dan C3 (aplikasi) saja.

5. Materi Pokok Penelitian: Kubus dan Balok

a. Pengertian Kesebangunan

Pada gambar di bawah ini diperlihatkan dua persegi panjang yaitu ABCD dan

A’B’C’D’ yang masing-masing berukuran p = 36 mm, l = 24 mm dan p = 180 mm, l

= 120 mm.
25

Gambar 1: Dua buah persegi panjang yang sebangun

Perbandingan antara panjang persegi panjang ABCD dan panjang persegi

panjang A'B'C'D' adalah 36 : 180 atau 1 : 5. Demikian pula dengan lebarnya,

perbandingannya 24 : 120 atau 1 : 5. Dengan demikian, sisi-sisi yang bersesuaian dari

kedua persegi panjang itu memiliki perbandingan senilai (sebanding). Perbandingan

sisi yang bersesuaian dari kedua persegi panjang tersebut, yaitu sebagai berikut.

AB BC CD AD 1
= = = =
A'B' B'C' C'D' A'D' 5

Oleh karena semua sudut persegi panjang besarnya 90° (siku-siku) maka

sudut-sudut yang bersesuaian dari kedua persegi panjang itu besarnya sama. Dalam

hal ini, persegi panjang ABCD dan persegi panjang A'B'C'D' memiliki sisi-sisi

bersesuaian yang sebanding dan sudut-sudut bersesuaian yang sama besar.

Selanjutnya, kedua persegi panjang tersebut dikatakan sebangun. Jadi, persegi

panjang ABCD sebangun dengan persegi panjang A'B'C'D'.

Dua bangun datar dikatakan sebangun jika memenuhi dua syarat berikut.

1) Panjang sisi-sisi yang bersesuaian dari kedua bangun tersebut memiliki

perbandingan senilai.

2) Sudut-sudut yang bersesuaian dari kedua bangun itu sama besar.


26

b. Segitiga-Segitiga yang Sebangun

Dua segitiga dikatakan sebangun jika sisi-sisi yang bersesuaian sebanding

atau sudut-sudut yang bersesuaian sama besar.

B. Kerangka Konseptual

Untuk mempermudah pemahaman tentang alur berpikir peneliti dalam

melakukan penelitian ini maka peneliti menyusunnya dalam suatu bagan berpikir.

Bagan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Peneliti memberikan angket kepada siswa untuk mengetahui tingkat motivasi

belajar siswa dan bimbingan orang tua.

2. Siswa diberikan tes hasil belajar untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa pada

materi pembelajaran yang diajarkan yaitu materi kubus dan balok.

3. Peneliti menggunakan analisis regresi untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

signifikan dan positif serta besar pengaruh motivasi belajar siswa dan bimbingan

orang tua terhadap hasil belajar siswa.

Untuk memudahkan, kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan dalam bagan

sebagai berikut:
27

Penyusunan
Angket PENELITI

Penyusunan Tes
Hasil Belajar

Uji Validitas Logis

Ya Apakah Valid? Tidak

Uji Kelayakan Tes:


a. Validitas Tes
b. Reliabilitas Tes
c. Tingkat Kesukaran
d. Daya Pembeda

Tidak Apakah Layak? Ya

Digunakan sebagai
Instrumen Penelitian

Pemberian Angket Pemberian Angket Pemberian Tes Hasil


Bimbingan Orang Tua Motivasi Belajar

Uji Normalitas Uji Normalitas Uji Normalitas

Apakah Ketiganya Berdistribusi Normal

Tidak Ya

Uji Statistik Uji Statistik


NonParametrik Parametrik
28

Pemberian Angket Pemberian Angket Pemberian Tes Hasil


Bimbingan Orang Tua Motivasi Belajar

Bimbingan Hasil Belajar


Motivasi
Orang Tua

Regresi

Apakah Signifikan?

Tidak Ya

Tidak ada pengaruh Ada pengaruh


29

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini akan dilaksananakan di SMP Negeri 1 Bawolato dengan

menggunakan penelitian yang berdasarkan tingkat eksplanasinya merupakan

penelitian asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan mengetahui hubungan antara dua

variabel atau lebih. Sedangkan berdasarkan metodenya, penelitian ini menggunakan

metode penelitian survei yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi kecil maupun

besar, tetapi data yang dipelajari adalah data yang diambil dari populasi tersebut

sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan antar variabel

sosiologis maupun psikologis.

Adapun paradigma penelitian ini adalah paradigma ganda dengan dua variabel

independen dan satu variabel dependen. Menurut Sugiyono (1999: 39), paradigma

penelitian ini memiliki 3 rumusan masalah deskriptif dan 4 rumusan masalah asosiatif

dengan 3 korelasi sederhana dan 1 korelasi ganda. Korelasi sederhana tersebut

adalah:

1. Korelasi antara motivasi belajar (X1) dengan bimbingan orang tua (X2).

2. Korelasi antara motivasi belajar (X1) dengan hasil belajar siswa (Y).

3. Korelasi antara bimbingan orang tua (X2) dengan hasil belajar siswa (Y).

4. Korelasi antara motivasi belajar siswa (X1) dan bimbingan belajar (X2) secara

bersama-sama dengan hasil belajar siswa (Y).

29
30

X1 r1

r3 R Y

X2
r2
Gambar 2.
Paradigma Ganda dengan Dua Variabel Independen dan Satu Variabel Dependen

Keterangan:

X1 : motivasi belajar

X2 : bimbingan orang tua

Y : hasil belajar siswa

r1 : korelasi antara motivasi belajar dengan hasil belajar

r2 : korelasi antara bimbingan orang tua dengan hasil belajar

r3 : korelasi antara motivasi belajar dan bimbingan orang tua

R : korelasi antara motivasi belajar dan bimbingan orang tua dengan hasil

belajar siswa

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah 3 variabel yang

terdiri dari dua variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen).

Ketiga variabel tersebut adalah

1. Motivasi belajar siswa sebagai variabel bebas pertama (X1)

2. Bimbingan orang tua sebagai variabel bebas kedua (X2)

3. Hasil belajar siswa sebagai variabel terikat/dependen (Y)


31

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah rombongan belajar kelas IX semester 1

SMP Negeri 1 Bawolato tahun pembelajaran 2010/2011. Keadaan siswa pada kelas

tersebut belum dapat ditentukan mengingat tahun ajaran tersebut belum dimulai:

D. Jenis Data dan Instrumen Penelitian

1. Jenis Data

Data dalam penelitian ini adalah hasil angket tentang motivasi belajar siswa

dan bimbingan orang tua serta hasil belajar siswa. Karena data yang dikumpulkan

berbentuk angka maka tergolong sebagai data kuantitatif. Dan karena data ini

diperoleh langsung dari subjek penelitian maka disebut data primer.

2. Instrumen Penelitian

a. Angket

Untuk mengungkap motivasi belajar siswa dan bimbingan orang tua diperoleh

dengan memberikan angket pada siswa. Angket motivasi belajar 20 item sedangkan

angket untuk bimbingan orang tua sebanyak 20 sehingga jumlah keseluruhan 40 item

angket yang disusun berdasarkan kisi-kisi angket. Angket dibuat berdasarkan Skala

Likert. Sugiyono (2005:16) menguraikan bahwa: “Skala Likert mempunyai 4 option,

yakni: optian a diberi bobot 4, option b diberi bobot 3, option c diberi bobot 2, option

d diberi bobot 1”. Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian maka angket

tersebut terlebih dahulu divalidasikan secara logis kepada guru/ dosen.


32

b. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Tes hasil

belajar yang digunakan adalah tes uraian sebanyak 7 (tujuh) butir tes yang disusun

berdasarkan kisi-kisi tes.

Sebelum digunakan sebagai instrumen penelitian, maka terlebih dahulu

peneliti melakukan:

1) Validasi logis, dengan memberikan tes kepada tiga orang guru matematika untuk

menilai validitas tes dari ranah materi, ranah konstruksi, dan ranah bahasa.

Adapun format validitas tes uraian dan cara pengisiannya dapat dilihat pada

lampiran 1. Dengan ketentuan mengisi sebagai berikut :

a) Kolom 1: Jika “Ya” skor 1, sedangkan jika “Tidak” skor 0

b) Kolom 2 dihitung nilai rata-ratanya dengan penilaian: 1 = tidak valid, 2 =

kurang valid, 3 = cukup valid dan 4 = valid.

2) Uji keampuhan instrumen, dengan mengujicobakan tes tersebut di SMP Negeri 3

Bawolato. Kemudian hasil uji coba tes tersebut digunakan untuk menghitung

validitas tes, reliabilitas tes, tingkat kesukaran tes, dan daya pembeda tes.

c. Analisis Tes Hasil Belajar

1) Pengolahan hasil validasi logis

Setelah memvalidasikan instrumen penelitian pada tiga orang guru

matematika maka selajutnya adalah menghitung tingkat reproduksibilitas dari hasil

telaah tersebut dengan:


33

a) Hasil dari kolom 1 dianalisis dengan menggunakan skala Guttman

Jumlah Banyaknya Kesalahan


Rep = 1 –
Jumlah Banyaknya Jawaban

Dimana menurut Daniel dalam Harefa (2008:28): “Guttman menyarankan 0,90

sebagai tingkat reproduksibel minimum yang dapat diterima.”

b) Setelah ketiga validator memberikan nilai pada kolom kedua, maka hasil dari

ketiga validator dirata-ratakan untuk mengetahui tingkat kevalidan instrumen.

2) Uji Kelayakan Tes

Setelah instrumen divalidasikan kepada tiga orang guru maka selanjutnya tes

di ujicobakan di SMP Negeri 3 Bawolato untuk menghitung:

a) Validitas Tes

Validitas tes dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan

sudah sesuai untuk mengukur apa yang hendak diukur. Untuk melihat kevalidan tes

digunakan rumus:

n ( Σ XY )−( Σ X ) .( Σ Y )
r xy =
2 2 2
√ { N . Σ X −( Σ X) }{ N ΣY −(Σ Y )2 }

Dimana:

rxy : koefisien korelasi antara variabel x dan y

N : jumlah peserta tes

X : skor butir soal

Y : skor total soal


34

Setelah harga rxy diketahui, maka rxy dibandingkan dengan harga tabel (r1) dalam hal

ini taraf signifikan 5%. Bila rxy ≥ rt dengan taraf signifikan 5%, maka butir soal

tersebut valid.

Arikunto (2002:146)

b) Reliabilitas Tes

Uji reliabilitas adalah uji kestabilan instrumen untuk mengetahui apakah

instrumen yang digunakan dapat digunakan untuk mengukur hal yang sama pada

kesempatan yang lain. Untuk menguji reliabilitas tes digunakan rumus Alpha yang

formulasinya sebagai berikut:

2
k ∑σ
r 11 = ( )(
k −1
1− 2 i
σt )
Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ σ i2 = Jumlah varians butir

σ2
t = Varians total
Arikunto (2002:171)

Selanjutnya, nilai r11 dikonsultasikan dengan harga rtabel dengan taraf signifikan

5%. Jika harga r hitung lebih kecil dari harga kritik dalam tabel maka tes tersebut

reliabel.
35

c) Tingkat Kesukaran Tes

Tingkat kesukaran soal digunakan untuk mengetahui apakah tingkat

kesukaran soal yang tertera pada kisi-kisi tes telah sesuai atau belum. Tingkat

kesukaran tes dihitung dengan rumus :

Mean
TK=
Skor maksimum yang telah ditetapkan pada pedoman penskoran

Dimana:

Jumlah skor warga belajar (siswa) pada suatu soal


Mean=
Jumlah warga belajar( siswa) yang mengikuti tes

Kemudian hasil ini dikonsultasikan dengan klasifikasi tingkat kesukaran soal yaitu :

TK > 0,70 : kategori soal mudah

0,30 ≤ TK ≤ 0,70 : kategori soal sedang

TK < 0, 30 : kategori soal sukar

Depdiknas (2002:26 –27)

d) Daya Pembeda Tes

Daya pembeda soal dihitung apakah soal dapat membedakan siswa yang

berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah menilik dari

pencapaian siswa. Daya pembeda soal dapat dicari dengan rumus sebagai berikut:

Me KA – Me KB
DP=
skor maksimum soal

Dimana:

DP = daya pembeda

Me = mean (nilai rata-rata)


36

KA = kelompok atas

KB = kelompok bawah

Dengan klasifikasi daya pembeda soal yaitu :

0,40-1,00 = soal diterima/baik

0,30-0,39 = soal diterima tapi perlu diperbaiki

0,20-0,30 = soal diperbaiki

0,00-0,19 = soal tidak dipakai/dibuang


Depdiknas (2002:28)

E. Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan untuk memperoleh data yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Adapun teknik analisis data pada penelitian ini

ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Data Angket

Sebelum pengolahan data angket, terlebih dahulu angket yang telah

dikumpulkan diperiksa untuk mengecek apakah angket yang dikembalikan oleh siswa

telah diisi dengan baik dan benar serta sesuai dengan petunjuk pengisian angket yang

telah ditetapkan sebelumnya. Kemudian, data yang telah memenuhi syarat sesuai

dengan ketentuan dapat dijadikan data penelitian.

Untuk mengolah skor angket terlebih dahulu skor mentah yang diperoleh dari

pemberian angket diolah menjadi nilai dalam nilai baku dengan menggunakan rumus

yang dikemukan oleh Purwanto (2004:102-103):

Skor perolehan
Persen = x 100
Skor maksimum
37

Dengan kategori sebagai berikut:

86 % - 100 % = Sangat Baik

76 % - 85 % = Baik

60 % - 75 % = Cukup

55% - 59% = Kurang

≤ 54% = Sangat Kurang

Selanjutnya nilai baku perolehan angket diperoleh dengan:

Skor perolehan
Nilai = x 100
Skor maksimum

2. Tes Hasil Belajar

a. Nilai masing-masing siswa

Untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa, peneliti mengolah skor mentah

dari tes uraian yang diberikan menjadi nilai standar dengan menggunakan rumus

A
N = x C
B

Dimana:

N = Nilai setiap butir soal

A = Jumlah skor perolehan setiap butir soal

B = Skor total setiap butir soal yang bersangkutan

C = Bobot setiap butir soal

Depdiknas dalam Harefa (2008:30)

Nilai akhir (NA) dapat dihitung dengan menjumlahkan nilai setiap butir soal.
38

Sedangkan hasil belajar diklasifikasikan dengan kriteria sebagai berikut:

86 - 100 : Baik sekali

71 - 85 : Baik

56 - 70 : Cukup

41 - 55 : Kurang

0 - 40 : Sangat kurang
Rapor SMP

b. Menentukan rata-rata hitung

Rata-rata hitung digunakan untuk mengetahui tingkat rata-rata sikap dan gaya

mengajar guru serta hasil peserta didik. Menurut Riduwan (2005:102) untuk

menentukan rata-rata hitung digunakan rumus sebagai berikut:

X́ =
∑ xi
n

Dimana :

X = Nilai rata-rata hitung

∑ xi = Jumlah nilai

n = Banyaknya sampel

c. Simpangan baku

Simpangan baku ialah suatu nilai yang menunjukkan tingkat (derajat) variasi

kelompok data atau ukuran standar penyimpangan dari rata-ratanya. Untuk

mengetahui standar deviasi digunakan rumus:


39


2
∑ ( Xi - X́ )
i=1
S =
n-1
Keterangan :

S = simpangan baku

n = ukuran sampel

X = data

X́ = rata-rata nilai X
Supranto (2000:130)

d. Analisis Korelasi Ganda

a) Koefisien korelasi

Analisis korelasi ganda berfungsi untuk mencari besarnya hubungan atau

pengaruh antara dua variabel bebas (X) atau lebih secara bersama-sama dengan

variabel terikat (Y). Adapun rumus korelasi ganda yang dikemukakan oleh Riduwan

(2005:141) adalah:

r 2X Y + r 2X Y -2( r X Y ) ( r X Y ) ( r X )
R❑X X

Dimana:
1 2 Y =
√ 1

1- r 2X X
1 2
2 1 2 1 X2

N. ∑ X1 Y- ∑ X1 . ∑ Y
rX Y = 2 2
1

√ {N. ∑ X - (∑ X ) } {N. ∑ Y- (∑ Y ) }
2
1 1

N. ∑ X 2 Y- ∑ X 2 . ∑ Y
rX Y = 2 2
2

√ {N. ∑ X - (∑ X ) } {N. ∑ Y- (∑ Y ) }
2
2 2

N. ∑ X1 X2 - ∑ X1 . ∑ X2
rX X = 2 2
2 2

√ {N. ∑ X - (∑ X ) }{N. ∑ X - (∑ X ) }
2
1 1 2 2
40

Dengan kriteria sebagai berikut:

0,00 – 0,199 : sangat rendah

2,00 – 3, 99 : rendah

0,40 – 0,599 : cukup

0,60 – 0,799 : kuat

0,80 – 1,000 : sangat kuat

Keterangan:

X1 = motivasi belajar

X2 = bimbingan orang tua

Y = hasil belajar siswa

R❑X Y = koefisien korelasi antara motivasi belajar dan bimbingan orang tua dengan
1

hasil belajar siswa

r X Y = koefisien korelasi antara motivasi belajar dengan hasil belajar siswa


1

r X Y = koefisien korelasi antara bimbingan belajar dengan hasil belajar siswa


2

rX 2 X2 = koefisien korelasi antara motivasi belajar dengan bimbingan orang tua.

b) Signifikansi korelasi

Untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel menunjukkan korelasi

yang signifikan maka dihitung signifikansi korelasi. Signifikansi korelasi dihitung

dengan menggunakan rumus:


41

R2
k
Fhitung =
( 1- R2 )
n-k-1
Dimana :

R = Nilai koefisien korelasi ganda

k = Jumlah variabel bebas

n = Jumlah sampel

Fhitung = Nilai F yang dihitung

Selanjutnya nilai Fhitung dibandingkan pada Ftabel = F{(1-)(dk=k),(dk=n-k-1)} dengan

taraf signifikan 0,05. Adapun kaidah pengujian signifikan :

Fhitung  Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan yang signifikan

Fhitung  Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak ada hubungan yang

signifikan.

2) Analisis Regresi Ganda

Kegunaan dari analisis regresi ganda yaitu meramalkan nilai variabel terikat

(Y) apabila variabel bebasnya minimal dua atau lebih. Analisis regresi ganda adalah

suatu alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap

variabel terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau

hubungan klausal antara dua variabel bebas atau lebih. Menurut Riduwan (2005:155-

159), pada regresi ganda perlu dihitung:

a) Persamaan regresi ganda


42

Persamaan regresi ganda untuk dua variabel bebas dapat ditentukan dengan

menggunakan rumus:

Y^ = a + b1X1 + b2X2

Dengan rumus :

(∑ x22 ) ( ∑ x ❑1 y )−( ∑ x❑1 x ❑2 )( ∑ x❑2 y )


b1 = 2
(∑ x 21 )(∑ x22 ) - ( ∑ x❑1 x ❑2 )
(∑ x21 ) ( ∑ x ❑2 y ) - ( ∑ x❑1 x❑2 )( ∑ x ❑1 y )
b2 = 2
(∑ x 21)( ∑ x22 ) - ( ∑ x ❑1 x❑2 )

a =
∑Y –b
n
1( Xn ) – b ( Xn )
1
2
2

dimana nilai dari:


2

∑x 2
= ∑X 2 ( X)
- ∑ 1 ∑ x 1 y❑ = ∑ X 1 Y ❑-
1 1
n

(∑ X 1 ) (∑ Y )
n
2

∑x 2
= ∑X 2 ( X)
- ∑ 2 ∑ x 2 y❑ = ∑ X 2 Y ❑-
2 2
n

( ∑ X 2) ( ∑ Y )
n
2

y2❑
(∑ Y )
∑ = ∑ Y ❑2 - n
∑ x 1 x2 = ∑ X 1 X 2-

( ∑ X 1 )( ∑ X 2 )
n

b) Nilai koefisien determinasi korelasi ganda


43

Adapun untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X atas Y dapat

ditentukan dengan rumus koefisien determinasi. Terlebih dahulu dicari nilai korelasi

ganda dengan rumus:

b1 . ∑ x 1 + b2 ∑ x 2
R❑X Y =
√ ∑ y2
Selanjutnya besar sumbangan sikap dan gaya mengajar terhadap hasil belajar

siswa dihitung dengan menggunakan rumus:



KD = (R XY)2 . 100%

3) Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis penelitian maka peneliti menggunakan rumus uji

signifikansi regresi yang oleh Riduwan (2005:157) dengan rumus:

R 2 ( n-m-1 )
Fhitung =
m ( 1- R2 )

Dimana:

n = jumlah responden

m = jumlah variabel bebas

Rumus ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2008:266) bahwa untuk menguji

signifikansi pada regresi ganda digunakan rumus:

R 2 /k
Fhitung =
( 1- R 2 ) /(n−k −1)

Dimana:

R = koefisien korelasi ganda

k = jumlah variabel bebas


44

n = jumlah responden

Selanjutnya nilai Fhitung dibandingkan pada Ftabel = F{(1-)(dk=m),(dk=n-m-1)} dengan

taraf signifikan 0,05. Adapun kaidah pengujian signifikan :

Fhitung  Ftabel maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada pengaruh yang signifikan,

jika Fhitung  Ftabel maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak ada pengaruh yang

signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo, 2004, Psikologi Belajar, Rineka Cipta,
Jakarta.

Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional, 2001, Penyusunan Butir Soal dan Instrumen


Penilaian, Jakarta.

Dimyati, dan Mudjiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta.

Djamarah, Saiful Bahri dan Zain, Aswan, 2006, Strategi Belajar Mengajar, Rineka
Cipta, Jakarta.

Handoko, www. Info diknas.com. Sikap Guru dalam Pembelajaran, online diakses
tanggal 6 Juni 2009.

Harefa, Amin Otoni, 2008, Tesis, Analisis Konstruksi Tes Matematika dan Hasil
Belajar Siswa SMP Swasta Masyarakat Damai Kecamatan Gunungsitoli
Kabupaten Nias, Tesis tidak diterbitkan, UNP, Padang.

Harefa, Amin Otoni, 2009, Diktat Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika,
IKIP Gunungsitoli, Gunungsitoli.
45

http : //beni64 .wordpress. com/ 2008/ 12/ 30/ keterampilan mengadakan variasi gaya
mengajar (online) diakses tanggal 30 Desember 2008

http://tpers.net, Pengertian belajar, (online) 9 Juli 2008

Purwanto, Ngalim, 2004, Evaluasi dalam Proses Belajar Mengajar, Remaja


Rosdakarya, Bandung.

Purwanto, Ngalim, 2007, Psikologi Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Riduwan, 2005, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti
Pemula, Alfabeta, Bandung.

Riduwan, 2005, Penelitian Bagi Pemula, Rineka Cipta, Jakarta.

Slameto, 1991, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta,


Jakarta
44
Sudjana, 2002, Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

Sudjana, Nana, 2008, Penilaian Hasil Belajar, Remaja Rosdakarya, Bandung

Sugiyono, 1999, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung

Supranto, J. 2000, Statistika Teori dan Aplikasi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Syah, Muhibbin, 2008, Psikologi Belajar, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Wikipedia, id.wikipedia.org/wiki/Sikap, Sikap, (online) diakses tanggal 5 Juni 2009.

Winataputra, S. dkk, 2004, Strategi Belajar Mengajar, Universitas Terbuka, Jakarta.

Zebua, Yanus 2004, Belajar dan Pembelajaran, IKIP Gunung sitoli.


46

Você também pode gostar

  • Aproksimasi Kesalahan Tingkat Lanjut
    Aproksimasi Kesalahan Tingkat Lanjut
    Documento6 páginas
    Aproksimasi Kesalahan Tingkat Lanjut
    Pariman Grace Waruwu
    Ainda não há avaliações
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Documento49 páginas
    Bab I Pendahuluan
    Pariman Grace Waruwu
    Ainda não há avaliações
  • Data Berkala
    Data Berkala
    Documento20 páginas
    Data Berkala
    Pariman Grace Waruwu
    Ainda não há avaliações
  • INDEKS_HARGA
    INDEKS_HARGA
    Documento26 páginas
    INDEKS_HARGA
    Pariman Grace Waruwu
    Ainda não há avaliações
  • Bab I Pendahuluan
    Bab I Pendahuluan
    Documento49 páginas
    Bab I Pendahuluan
    Pariman Grace Waruwu
    Ainda não há avaliações
  • Fungsi Linear
    Fungsi Linear
    Documento8 páginas
    Fungsi Linear
    Pariman Grace Waruwu
    Ainda não há avaliações
  • Fungsi Linear
    Fungsi Linear
    Documento8 páginas
    Fungsi Linear
    Pariman Grace Waruwu
    Ainda não há avaliações