Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Identifikasi Permasalahan
Permasalahan yang terjadi di buku ini kebanyakan mengenai sejarah yang
“dipelintir”. Artinya, apa yang tertulis pada buku sejarah pada umumnya adalah
hasil rekayasa satu atau beberapa oknum. Contohnya adalah penuduhan
Soeharto sebagai dalang G30S. Di buku ini juga dibahas tentang bagaimana
Soeharto berperan dalam G30S
Permasalahan
Indonesia 1960-an termasuk negara yang tidak disukai oleh blok Barat
pimpinan Amerika Serikat (AS). Ini terjadi karena Soekarno termasuk berani
dengan menolak bantuan dari AS. Sokarno berpendapat bahwa Indonesia bisa
maju dengan kekayaan dan pemuda-pemuda berani milik Indonesia, tanpa
bantuan negara barat. Dasar Soekarno itu jelas, bahwa Indonesia kaya dengan
berbagai kekayaan alam. Akibatnya, sikap AS juga menjadi jelas:
Gulingkan Presiden Soekarno. Sekarang bisa kita pikirkan Apakah G30S
adalah hanya pemberontakan DN Aidit?
Ada peristiwa kecil, namun sangat dibesar-besarkan pada saat itu: yaitu
sakitnya Bung Karno. Dalam buku ini, Soebandrio menerangkan bahwa Soekarno
hanya masuk angin, tapi diberitakan sakit parah. Hal inilah yang kemudian
dimanfaatkan oleh PKI yang khawatir kekuasaan akan berpindah ke tangan AD.
Kekhawatiran itu dikarenakan tidak baiknya hubungan PKI dengan AD. Dalam hal
ini, ada 3 tokoh kunci : Soekarno, Aidit, dan Soeharto. kelompok Soeharto
sengaja menciptakan isu yang secara logika membenarkan PKI berontak atau
menyebarkan kesan (image) bahwa dengan cerita itu PKI memiliki alasan untuk
melakukan kudeta.dan pada bulan Agustus 1965 kelompok bayangan Soeharto
jelas kelihatan ingin secepatnya memukul PKI. Permasalahannya sekarang
adalah Benarkan Soekarno sakit parah waktu itu dan apakah Soeharto
yang memanfaatkan PKI untuk merebut kekuasaan?
Konflik Kubu
Indonesia 1960-an termasuk negara yang tidak disukai oleh blok Barat
pimpinan Amerika Serikat (AS).Karena pada waktu itu, Partai Komunis Indonesia
adalah partai legal di Indonesia. Sebagai pemimpin negara yang relatif baru
lahir, Presiden Soekarno menerapkan kebijakan berani: Berdiri pada kaki
sendiri. Akibatnya, sikap AS menjadi jelas: Gulingkan Presiden Soekarno. Itulah
yang menyebabkan berbagai peristiwa yang terjadi di RI pada sat itu, mulai dari
ketidakstabilan politik, usaha perebutan Irian Barat hingga dimulainya G30S PKI.
Dan lagi, ada juga konflik internal dalam AD antara Yani dan Nasution. Yani
dekat dengan Soekarno, sedangkan Nasution dekat dengan Soeharto. Soeharto
sendiri ditunjuk sebagai pendamai antara kedua belah pihak. Namun, Soeharto
malah membentuk kubu sendiri yang kemudian disebut oleh Soebandrio sebagai
kelompok bayangan Soeharto
Dalam buku-buku sejarah banyak ditulis bahwa sakitnya Bung Karno pada
saat itu adalah sangat berat. Dikabarkan, pimpinan PKI DN Aidit sampai
mendatangkan dokter dari RRT. Dokter RRT yang memeriksa Bung Karno
menyatakan bahwa Bung Karno sedang kritis. Intinya, jika tidak meninggal
dunia, Bung Karno dipastikan bakal lumpuh. Ini menggambarkan bahwa Bung
Karno saat itu benar-benar sakit parah. Nyatanya, Soebandrio melihat sendiri
bahwa Soekarno waktu itu hanya masuk angin dan Aidit juga tahu hal itu. Aidit
tahu persis bahwa Bung Karno hanya masuk angin, sehingga tidak masuk akal
jika ia memerintahkan anak buahnya, Sjam, untuk menyiapkan suatu gerakan.
Ini jika ditinjau dari logika: PKI ingin mendahului merebut kekuasaan sebelum
sakitnya Bung Karno semakin parah dan kekuasaan akan direbut oleh AD.
Logikanya, Aidit akan tenang-tenang saja, sebab bukankah Bung Karno sudah
akrab dengan PKI? Mengapa PKI perlu menyiapkan gerakan di saat mereka
disayangi oleh Presiden Soekarno yang segar bugar?
Di sisi lain, Soeharto juga bermain dalam isu Dewan Jenderal. Beberapa
waktu sebelum G30S meletus, Yoga diutus oleh Soeharto untuk menemui Mayjen
S Parman guna menyampaikan saran agar Parman berhati-hati karena isu bakal
adanya penculikan terhadap jenderal-jenderal sudah santer beredar. Namun
tidak ada yang tahu siapa yang menyebarkan isu seperti itu. kelompok Soeharto
mendapatkan info bahwa kelompok Yani sama sekali belum siap mengantisipasi
kemungkinan terjadinya penculikan. Lebih jauh, rencana Soeharto melakukan
gerakan dengan memanfaatkan Kolonel Latief dan memanipulasi kelompok
Letkol Untung, belum tercium oleh kelompok lawan: Kelompok Yani.
- Juga menarik mandat MPRS terhadap presiden yang diatur dalam UUD 1945
dan mengangkat pengemban MPRS nr. 9 sebagai Pejabat Sementara (Pjs)
Presiden Soeharto hingga terpilihnya presiden hasil Pemilu.
Kesimpulan