Você está na página 1de 14

PERKEMBANGAN ISLAM DI

INDONESIA

MAKALAH

O
L
E
H

RAISA RAHMA
RIZKA MAULINA
SUSILAWATI

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 KANDANGAN


TAHUN AJARAN 2009/2010
JL. BATUAH NO. 31 TIBUNG RAYA
KANDANGAN

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulisan makalah ini akhirnya dapat diselesaikan tepat pada waktunya
sesuai dengan ketentuan yang diberikan.
Penulisan makalah berjudul “Perkembangan Islam di Indonesia” ini dimaksudkan
untuk memenuhi salah satu tugas dari guru bidang studi Pendidikan Agama Islam.
Adapun untuk pelaksana Pendidikan Mata Pelajaran Pendidikan Islam, kami
menyusun makalah sendiri sebagai panduan dalam menerapkan Standar Kompetensi
Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah (KTSP) Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam ini. Selanjutnya, para pelaksana pendidikan mempunyai kebebasan untuk
mengembangkan serta melaksanakan program pembelajaran ini secara lebih dinamis dan
sesuai dengan pilihan.
Kami mempersembahkan makalah ini dengan harapan siswa memperoleh wacana
baru tentang “Perkembangan Islam di Indonesia”.
Kami menyadari makalah ini mengandung banyak kekurangan, baik dari segi isi
maupun sistematika. Oleh karena itu, kami sangat berterima kasih apabila ada kritik dan
saran untuk perbaikan dan kemaslahatan makalah ini.
Harapan penulis, semoga makalah ini bermanfaat dalam upaya pembangunan
akhlak dan budi perkerti generasi muda sehingga kelak akan menjadi generasi yang
beriman, bertakwa, berakhlak terpuji, bermanfaat bagi agama, masyarakat, bangsa, dan
negara.

Kandangan, Desember 2009

Penulis

2
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul …………………………………………………………… i
Kata Pengantar …………………………………………………............... ii
Daftar Isi …………………………………………………………………. iii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ……………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………… 1
1.3 Tujuan …………………………………………………….. 1
1.4 Sumber Bahan …………………………………………….. 1
1.5 Metode Penelitian ………………………………………… 1
Bab II Isi
2.1 Masuknya Islam di Indonesia …………………………….. 2
2.2 Perkembangan Islam di Indonesia ………………............... 2
2.3 Peranan Umat Islam di Indonesia ………………………… 5
Bab III Penutup
3.1 Kesimpulan ……………………………………………….. 9
3.2 Saran ……………………………………………………… 10
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

3
1.1 Latar Belakang

Islam masuk ke Indonesia pada sekitar abad ke-7 atau ke-8 M dan dibawa oleh
para pedagang dari Arab dan Gujarat. Penyebarannya ke seluruh Nusantara menggunakan
jalan damai, yaitu perdagangan dan perkawinan.
Daerah-daerah yang pertama menerima ajaran Islam adalah daerah pesisir. Hal ini
disebabkan masyarakat di daerah ini adalah yang paling banyak berinteraksi dengan
masyarakat luar negeri dalam bidang perdagangan.
Sebelum masuknya Islam, bangsa Indonesia menganut berbagai kepercayaan
yang telah mendarah daging, seperti animisme, dinamisme, Hindu, dan Budha. Pengaruh
kepercayaan itu sangat kuat dan berakar dalam masyarakat Indonesia. Akan tetapi, berkat
kegigihan dan ketabahan para penyiar Islam di dalam berdakwah, akhirnya ajaran Islam
dapat diterima. Ajaran Islam dapat mengubah warna bangsa Indonesia menjadi
masyarakat yang Islami.
Saat ini bangsa Indonesia menempati peringkat pertama negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam. Jumlah umat Islam yang mayoritas di negeri ini menjadi
penentu bagi maju mundurnya bangsa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang dibahas ialah Perkembangan Islam di Indonesia. Untuk itu perlu
dilakukan pembahasannya. Pembahasan dalam makalah ini terbagi menjadi tiga subbab,
yaitu masuknya Islam di Indonesia, perkembangan Islam di Indonesia, dan peranan umat
Islam dalam masa penjajahan, perang kemerdekaan, dan pembangunan.

1.3 Tujuan

Berkaitan dengan masalah pembahasan pada subbab di atas, penulisan ini


bertujuan:
1. menjelaskan proses masuknya Islam di Indonesia,
2. menjelaskan perkembangan Islam di wilayah-wilayah Indonesia,
3. menjelaskan peranan umat Islam di Indonesia.

1.4 Sumber Bahan

Bahan yang diangkat berasal dari Buku Integrasi Budi Pekerti dalam Pendidikan
Agama Islam.

1.5 Metode Pembahasan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode telaah
pustaka.

BAB II
ISI

4
2.1 Masuknya Islam di Indonesia
Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 atau ke-8 M yang bertepatan dengan
abad ke-1 atau ke-2 H. Rute atau jalur yang dilewati adalah:
a. Jalur Utara
Arab---Damaskus---Bagdad---Gujarat---Sri Lanka---Indonesia
b. Jalur Selatan
Arab---Yaman---Gujarat---Sri Lanka----Indonesia
Daerah yang mula-mula menerima agama Islam adalah Pantai barat Pulau
Sumatra. Dari tempat itu, Islam kemudian menyebar ke seluruh Indonesia. Beberapa
tempat penyebarannya adalah
a. Pariaman di Sumatra Barat;
b. Gresik dan Tuban di Jawa Timur;
c. Demak di Jawa Tengah;
d. Banten di Jawa Barat;
e. Palembang di Sumatra Selatan;
f. Banjar di Kalimantan Selatan;
g. Makassar di Sulawesi Selatan;
h. Ternate, Tidore, Bacan, Jailolo di Maluku;
i. Sorong di Irian Jaya.
Adapun penyebaran Islam yang berjalan damai tersebut menggunakan dua cara
berikut ini:
1. Perdagangan
2. Pernikahan

2.2 Perkembangan Islam di Indonesia


1. Perkembangan Islam di Sumatra
Pada pertengahan abad ke-13, di Sumatra telah berdiri kerajaan Islam Samudra
Pasai yang merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Samudra Pasai adalah
sebuah kerajaan maritim. Kehidupan perekonomiannya tidak berbasis pada sektor
pertanian, tetapi pada sektor perdagangan dan pelayaran.
Ibnu Batutah dari Cina menceritakan bahwa Islam sudah hampir satu abad
disiarkan di sana. Adapun raja-raja yang memerintah Kerajaan Samudra Pasai adalah:
a. Sultan al-Malikus Saleh
b. Sultan Muhammad Malik Zahir (I)
c. Sultan Muhammad Malik Zahir (II)
d. Sultan Mansyur Malik Zahir
e. Sultan Ahmad Malik Zahir
f. Sultan Nasyrasiyah
g. Sultan Abu Zaid Malik Zahir
h. Sultan Mahmud Malik Zahir
i. Sultan Zainal Abidin
j. Sultan Abdullah Malik Zahir
k. Sultan Zainal Abidin
Pada tahun 1514, di ujung utara Pulau Sumatra berdiri Kesultanan Islam Aceh.
Pendirinya adalah Sultan Ali Mugayat Syah. Kesultanan Aceh mengalami kemakmuran
dan kejayaan pada masa Sultan Iskandar Muda.
Pada tahun 1874, Belanda menyatakan Aceh dan daerah taklukannya menjadi
milik Belanda. Sekalipun Kesultanan Aceh telah dikuasai Belanda, Aceh masih memiliki

5
seorang Sultan, yaitu Muhammad Daud Syah. Beliau ditangkap Belanda pada tahun
1903, dibuang ke Ambon pada tahun 1907, dan wafat pada tahun 1939.

2. Perkembangan Islam di Jawa


Perkembangan Islam di Jawa tidak bisa dipisahkan dari peranan para wali. Jumlah
wali yang terkenal sampai sekarang adalah sembilan, yang dalam bahasa Jawa dikenal
dengan sebutan Wali Songo.
a. Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim juga dikenal dengan panggilan Maulana Magribi atau
Syekh Magribi karena berasal dari wilayah Magribi, Afrika Utara. Kedatangannya
dianggap sebagai permulaan masuknya Islam di Jawa. Maulana Malik Ibrahim
menerapkan metode dakwah yang tepat untuk menarik simpati masyarakat terhadap
Islam. Beliau meninggal pada tanggal 12 Rabiulawal 882 H atau 8 April 1419 M dan
dimakamkan di pekuburan Gapura Wetan Gresik.
b. Sunan Ampel
Sunan Ampel lahir di Campa Aceh pada tahun 1401, dengan nama asli Raden
Rahmat. Ia adalah putra Maulana Malik Ibrahim dengan istrinya yang bernama
Candrawuan. Aktivitasnya dimulai dengan mendirikan pesantren Ampel Denta sehingga
ia juga dikenal sebagai pembina pondok pesantren di Jawa Timur. Sunan Ampel juga
merupakan perancang Kerajaan Islam Demak dengan ibukota Bintoro. Sunan Ampel
adalah orang yang mengangkat Raden Fatah sebagai sultan pertama Demak yang
mempunyai jasa paling besar dalam meletakkan peran politik umat Islam di Nusantara.
Sunan Ampel wafat di Surabaya pada tahun 1481 dan dimakamkan di Ampel.
c. Sunan Bonang
Sunan Bonang lahir di Surabaya pada tahun 1465. Ia adalah putra Raden Rahmat
dan merupakan saudara sepupu Sunan Kalijaga. Ia terkenal dengan nama Raden Maulana
Makdum Ibrahim. Sunan Bonang dianggap sebagai pencipta gending pertama. Sunan
Bonang memusatkan kegiatan dakwahnya di Tuban. Dalam aktivitas dakwahnya, ia
menggantikan nama-nama dewa dengan nama-nama malaikat. Sunan Bonang wafat dan
dimakamkan di Tuban pada tahun 1525.
d. Sunan Giri
Sunan Giri lahir pada pertengahan abad ke-15 dengan nama asli Raden Paku. Ia
adalah putra Maulana Ishak dan dikenal dengan panggilan Raden Ainul Yaqin. Sunan
Giri memulai aktivitas dakwahnya di daerah Giri dan sekitarnya dengan mendirikan
pesantern yang santrinya kebanyakan berasal dari golongan masyarakat ekonomi lemah.
Ia mendidik anak-anak melalui berbagai permainan yang berjiwa agama, seperti
jelungan, gendi ferit, jor gula, cublak-cublak suweng, dan ilir-ilir. Sunan Giri wafat dan
dimakamkan di Giri, Gresik pada tahun 1506.
e. Sunan Drajat
Sunan Drajat lahir di Ampel Surabaya tahun 1407 dengan nama asli Raden Qasim
atau Syarifudin. Ia juga merupakan putra Sunan Ampel. Hal yang paling menonjol dalam
dakwah Sunan Drajat adalah perhatiannya yang serius pada masalah-masalah sosial.
Dakwahnya selalu berorientasi pada kegotongroyongan. Sunan Drajat wafat di Sedayu,
Gresik pada pertengahan abad ke-16.
f. Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga dilahirkan abad ke-14 dengan nama Raden Mas Syahid. Ayahnya
bernama Raden Sahur Tumenggung Wilwatikta yang menjadi Bupati Tuban, sedangkan
ibunya bernama Nawang Rum. Sunan Kalijaga sangat berjasa dalam perkembangan
wayang purwa atau wayang kulit yang bercorak Islam seperti saat ini. Sunan Kalijaga
mengarang aneka cerita wayang yang bernapaskan Islam terutama mengenai etika. Sunan
Kalijaga juga berjasa dalam pengembangan seni suara, seni ukir, seni busana, seni pahat,
dan kesusastraan.
g. Sunan Kudus
Nama asli Sunan Kudus adakah Jakfar Sadiq. Ia mempunyai keahlian khusus
dalam ilmu fikih, usul fikih, tauhid, hadis, tafsir, serta logika. Ia mendapat julukan

6
waliyyul-‘ilmi atau orang yang kuat ilmunya. Beliau menciptakan berbagai cerita agama
termasuk gending yang terkenal.
h. Sunan Muria
Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga. Nama aslinya adalah Raden Umar
Sa’id, sedangkan nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Cara yang ditempuhnya dalam
menyiarkan agama Islam adalah dengan mengadakan kursus-kursus bagi kaum pedagang,
para nelayan, dan rakyat biasa.
i. Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati lahir di Mekah pada tahun 1448. Ia adalah cucu Raja Pajajara,
Prabu Siliwangi. Ia mengembangkan ajaran Islam di Cirebon, Majalengka, Kuningan,
Kawali, Sunda Kelapa, dan Banten sebagai dasar bagi pengembangan Islam di Banten.
Sunan Gunung Jati wafat di Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat.

Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa sudah ada sejak abad ke-16, antara lain:
a. Kerajaan Demak
Kerajaan Islam pertama di Jawa ini berdiri pada tahun 1500. Kerajaan Demak
didirikan oleh Raden Patah, putra Prabu Brawijaya V. Kerajaan Demak berturut-turut
diperintah oleh tiga orang raja, yaitu Raden Fatah, Patiunus (Pangeran Sabrang Lor), dan
Sultan Trenggono. Sultan Trenggono merupakan sultan yang berhasil membawa
Kerajaan Demak ke masa kejayaan. Kerajaan ini berakhir pada tahun 1550 M.
b. Kesultanan Pajang
Kesultanan Pajang merupakan pelanjut Kesultanan Demak. Sultan yang pertama
adalah Jaka Tingkir atau Mas Karebet. Usia kesultanan ini tidak panjang. Kekuasaan dan
kebesarannya diambil alih oleh Kerajaan Mataram.
C. Kerajaan Mataram
Kerajaan Islam di Jawa Tengah ini berdiri pada tahun 1582. Kerajaan Mataram
memainkan peranan penting sejak abad ke-16 sampai datangnya bangsa Barat di
Indonesia. Raja pertamanya adalah Panembahan Senopati. Usaha yang dilakukan pada
masa itu adalah pendirian rumah ibadah, penerjemahan naskah Arab, penerjemahan Al-
Qur’an ke dalam bahasa Jawa, dan pendirian pesantren-pesantren. Pada tahun 1755,
Kerajaan Mataram dipecah menjadi Kerajaan Mataram Surakarta dan Kerajaan Mataram
Yogyakarta.
d. Kerajaan Cirebon
Kerajaan Cirebon merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Pendirinya
adalah Pangeran Walang Sungsang. Namun, orang yang mengubah statusnya menjadi
sebuah Kesultanan adalah Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Pada tahun ke-17
dan abad ke-18, di Kesultanan Cirebon berkembang kegiatan-kegiatan sastra yang sangat
memikat perhatian.
e. Kesultanan Banten
Pada masa jayanya, Kesultanan Banten meliputi daerah yang sekarang dikenal
dengan daerah Serang, Padeglang, Lebak, dan Tangerang. Sejak awal abad ke-16 sampai
abad ke-19, Banten mempunyai arti dan peranan penting, khususnya di Jawa Barat,
Jakarta, Lampung, dan Sumatra Selatan. Sultan pertama Banten adalah Maulana
Hasanuddin. Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa, Banten mengalami kehancuran akibat
ulah anaknya sendiri, yaitu Sultan Haji.

3. Perkembangan Islam di Sulawesi


Masuknya Islam di Sulawesi tidak terlepas dari peranan Sunan Giri di Gresik.
Pada abad ke-16, di Sulawesi Selatan telah berdiri Kerajaan Hindu Gowa dan Tallo. Pada
tahun 1538, pada masa pemerintahan Sombu Opu, Kerajaan Gowa dan Tallo dikunjungi
pedagang Portugis yang selain berdagang,mereka juga menyebarkan agama Katolik.
Adapun masuknya Islam ke Sulawesi melalui 2 cara berikut ini.
a. Cara Tidak Resmi
Cara tidak resmi terjadi pada saat penduduk setempat berdagang keluar dan
berhubungan dengan pedagang-pedagang muslim di luar Sulawesi.

7
b. Cara Resmi
Penerimaan Islam secara resmi dilakukan oleh Raja Gowa dan Tallo yang
pertama, yaitu Sultan Alauddin yang telah masuk Islam. Hal itu ditandai dengan
kedatangan tiga orang datuk yang berasal dari Kota Tengah Minangkabau.

4. Perkembangan Islam di Kalimantan


Pada abad ke-16, Islam memasuki Kerajaan Sukadana. Pada tahun 1590, Kerajaan
Sukadana resmi menjadi kerajaan Islam. Sultan pertamanya adalah Sultan Giri Kusuma.
Ia digantikan oleh putranya Sultan Muhammad Syaifudin. Di bagian selatan Pulau
Kalimantan, berdiri pada tahun 1526 Kerajaan Islam Banjar merupakan kelanjutan dari
Kerajaan Daha yang beragama Hindu. Raja pertamanya adalah Raden Samudra yang
memeluk Islam karena hubungannya dengan Sultan Trenggono di Demak. Di antara
usaha pengembangan adalah kebijakan Sultan Tahilullah yang memberangkatkan
Muhammad Arsyad untuk beribadah haji dan menuntut ilmu ke Mekah dengan biaya
negara. Muhammad Arsyad menuntut ilmu di Mekah dan Madinah selama 30 tahun.
Muhammad Arsyad kembali ke Kalimantan pada masa Sultan Tamjidillah.. Ia kemudian
diangkat sebagai musytasyar (Mufti Besar Negara Kalimantan) dan diberi gelar Syekh
Muhammad Arsyad al-Banjari.
Pada masa berikutnya muncul seorang pahlawan Kalimantan yang juga sangat
berjasa dalam pengembangan Islam. Ia adalah Sultan Amirudin Khalifatul Mukmin yang
lebih dikenal dengan nama Pangeran Antasari. Ia adalah seorang pejuang yang gigih
menentang VOC. Kerajaan Banjar berakhir pada tahun 1905 dengan raja terakhir Sultan
Muhammad Seman.

5. Perkembangan Islam di Maluku dan Irian Jaya


Penyebaran Islam di Maluku tidak lepas dari jasa para santri Sunan Drajat yang
berasal dari Ternate dan Hitu. Islam berkembang di Ternate sejak abad ke-15. Di Maluku,
ada empat bersaudara yang berasal dari keturunan yang sama, yaitu Ternate, Tidore,
Bacan, dan Jailolo. Raja Ternate pertama memeluk Islam adalah Sultan Mahrum.
Selanjutnya, Raja Tidore juga masuk Islam dan mengganti nama menjadi Sultan
Jamaluddin. Raja Jailolo juga masuk Islam dan mengganti nama menjadi Sultan
Hasanuddin. Raja Bacan juga menyusul masuk Islam pada tahun 1520 dan mengganti
namanya dengan Sultan Zainal Abidin.

6. Perkembangan Islam di Nusa Tenggara dan Sekitarnya


Di Nusa Tenggara, Islam pertama kali diterima oleh suku Sasak antara
tahun1840-1850. Penyebaran Islam di daerah ini dilakukan oleh para mubalig dari
Makkasar. Di Pulau Bali, komunitas muslim terdapat di Singaraja, Buleleng, dan Sisirit.
Di pulau Flores, meskipun mayoritas penduduknya beragama Nasrani, berkat
perjuangan para mubalig asal Makassar akhirnya banyak penduduk memeluk Islam.

2.3 Peranan Umat Islam di Indonesia


1. Masa Penjajahan
Pada masa itu, umat Islam menghadapi berbagai corak kekuatan barat.
Perlawanan terhadap kekuatan barat tersebut berlangsung dalam empat fase berikut ini.
a. Fase Persaingan Dagang
Contoh perlawanan yang terjadi dalam fase ini adalah
1) Kerajaan Islam Demak melawan Portugis di Malaka,
2) Sultan Khairuddin dan Sultan Baabullah melawan Portugis di Ternate, dll.
b. Fase Penetrasi dan Agresi
Contoh perlawanan yang terjadi dalam fase ini adalah
1) Sultan Agung dari Kerajaan Mataram menyerbu Batavia,
2) Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten melawan VOC, dll.

8
c. Fase Perluasan Jajahan
Contoh perlawanan yang terjadi adalah
1) Perang Diponegoro
2) Perang Paderi
3) Perang Banjar
d. Fase Penindasan
Contoh perlawanan yang terjadi dalam fase ini adalah pemberontakan para
petani yang dipimpin ulama di Cilegon yang dikenal dengan Geger Cilegon dan
pemberontakan H. Mustafa.

2. Masa Perang Kemerdekaan


a. Peranan Umat Islam
Kaum muslimin di berbagai daerah berjuang melawan penjajah di bawah
pimpinan tokoh-tokoh berikut
1) Imam Bonjol di Sumatera Barat
2) Pangeran Antasari di Kalimantan, dll
b. Peranan Pondok Pesantren
Pondok pesantren merupakan salah satu benteng pertahanan umat Islam, pusat
dakwah, dan pengembangan masyarakat muslim di Indonesia.
c. Peranan Organisasi Islam
Beberapa organisasi yang muncul untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah
1) Syarikat Dagang Islam
Didirikan di Laweyan, Solo, pada tahun 1911 oleh Haji Samanhudi.
2) Muhammadiyah
Organisasi ini didirikan oleh K. H. Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November
1918 di Yogyakarta.
3) Sumatra Thawalib
Organisasi ini dipelopori oleh Dr. H. A. Karim Amrullah dan Dr. H. Abdullah
Ahmad. Didirikan pada tahun 1915.
4) Nahdatul Ulama
Organisasi ini didirikan oleh K. H. Hasyim Asy’ari pada tanggal 31 Januari 1926.

3. Masa Pembangunan
a. Peranan Pemerintah dalam Pengembangan Islam
Munculnya beberapa kebijakan mengenai pembinaan kehidupan keberagamaan.
1) Kebijakan untuk membentuk Departemen Agama pada tanggal 3 Kanuari 1946.
2) Kebijakan untuk mendirikan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 26 Juli
1975.
3) Kebijakan untuk menyelenggarakan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) secara
nasional.
4) Kebijakan untuk menetapkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan.
5) Kebijakan untuk memberlakukan secara yuridis formal sebagian hukum Islam,
yaitu penyelenggaraan peradilan Islam di Indonesia dengan undang-undang pada
tahun 1989.
b. Peranan Organisasi Islam dalam Pembangunan
1. Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang melakukan amar ma’ruf nahi
munkar dalam rangka meningkatkan taraf hidup bangsa.
Dalam usaha mencapai tujuannya, Muhammadiyah membentuk beberapa organisasi
otonom (ortom), yaitu
a) Aisyiyah
b) Nasyiatul Aisyiyah
c) Pemuda Muhammadiyah
2. Nahdatul Ulama (NU)

9
Tujuan didirikannya NU adalah memperjuangkan berlakunya ajaran Islam
yang berhaluan ahlusunah waljamaah dan mengandung mazhab empat
(Hanafi,Maliki, Syafii, dan Hambali) di dalam wadah Negara Kesatuan RI yang
berasakan Pancasila.
Untuk mencapai tujuannya, NU membentuk beberapa perangkat organisasi
yaitu
a) Lajnah
1) Lajnah Falakiyah (Lajnah Falak)
2) Lajnah at-Ta’lif Wan-Nasyr (Lajnah Penerbitan dan Publikasi)
3) Lajnah Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (LAKPESDAM)
b) Lembaga
1) Lembaga Dakwah NU
2) Lembaga Pendidikan Ma’arif
3) Lembaga Sosial Mabarrat
c) Badan Otonom
1) Muslimat NU
2) Gerakan Pemuda Ansor
3) Fatayat NU
3. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)
Organisasi ini bertujuan untuk mendorong, memperbaiki, dan
mengembangkan dakwah Islam di Indonesia dengan dasar takwa dan keridaan Allah
swt.
4. Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)
Merupakan sebuah wadah bagi para cendekiawan muslim Indonesia yang
mempunyai komitmen pada nilai-nilai keislaman tanpa melihat aliran, warna politik,
dan kelompok mereka.
c. Peranan Lembaga Pendidikan Islam dalam Pembangunan
Berikut ini merupakan bentuk-bentuk lembaga pendidikan yang telah berdiri sejak
masuknya Islam ke negeri ini
1) Pondok Pesantren
Lembaga pendidikan ini merupakan lembaga pendidikan Islam yang tertua dan
berfungsi sebagai salah satu benteng pertahanan umat Islam. Selain itu berfungsi
sebagai pusat dakwah dan pusat pengembangan masyarakat muslim Indonesia.
2) Madrasah
Setelah Indonesia merdeka dan Departemen Agama didirikan, pembinaan madrasah
menjadi tanggung jawab Departemen Agama. Jenjang pendidikan madrasah adalah
raudhatul athfal atau bustanul athfal, madrasah ibtidaiyah, madrasah tsanawiyah, dan
madrasah aliyah.
3) Sekolah Umum
Bentuk lembaga pendidikan adalah pendidikan umum, tetapi pelajaran agama dalam
berbagai bidang studi khusus menjadi ciri khas dan nilai tambah dari lembaga
pendidikan tersebut.
4) Perguruan Tinggi Islam
Lembaga perguruan tinggi Islam telah berdiri sejak tahun 1940-an. Perguruan tinggi
Islam yang dikelola negara adalah Institut Agama Islam Negeri (IAIN), dan Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN). Di seluruh Indonesia terdapat 14 IAIN dan 90
fakultas dan puluhan STAIN.
Selain itu, pemerintah Indonesia jug bekerja sama dengan pemerintah Sudan untuk
mendirikan Universitas Islam Persahabatan Indonesia Sudan (UIIS) di Malang.
Perguruan Tinggi Agama Islam Swasta yang tertua adalah Universitas Islam
Indonesia (UII) yang berkedudukan di Yogyakarta. UII didirikan pada tanggal 8 Juli
1945 oleh tokoh-tokoh Islam terkemuka seperti K. H. Wahid Hasyim, K. H. Mas
Mansur, Muhammad Roem, H. Anwar tjokroaminoto, dan K. H. Kahar Muzakir.

d. Peranan Umat Islam dalam Bidang Budaya


1. Seni Arsitektur

10
Seni arsitektur ini terlihat pada bangunan masjid yang merupakan tempat ibadah dan
pusat kegiatan umat Islam.
2. Peringatan Hari-Hari Besar Islam (PHBI)
Umat Islam di Indonesia selalu memperingati hari-hari besar Islam, baik yang
dilaksanakan oleh negara maupun masyarakat.
3. Seni Kaligrafi
Seni Kaligrafi adalah seni penulisan tulisan Arab yang berkembang sebagai dekorasi
dan catatan sejarah.
4. Bahasa
Dewasa ini banyak sekali bahasa Al-Qur’an (Arab) yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia.

BAB III

11
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
A. Masuknya Islam di Indonesia
1. Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 atau ke-8 M yang bertepatan
dengan abad ke-1 atau ke-2 H. Rute atau jalur yang dilewati adalah jalur utara dan
selatan.
2. Secara garis besar penyebaran Islam di Indonesia berlangsung melalui dua
cara, yaitu perdagangan dan pernikahan.
B. Islam di Sumatra
1. Pada pertengahan abad ke-13, di Sumatra telah berdiri Kerajaan Islam
Samudra Pasai yang merupakan kerajaaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan
ini terletak di pesisir timur laut Aceh yang sekarang merupakan wilayah
kabupaten Lhokseumawe.
2. Pada tahun 1514, di ujung utara Pulau Sumatra berdiri Kesultanan Islam
Aceh. Pendirinya adalah Sultan Ali Mugayat Syah. Kesultanan ini juga dikenal
dengan nama Aceh Darussalam. Kesultanan Aceh mengalami kemakmuran dan
kejayaan pada masa Sultan Iskandar Muda. Pada tahun 1874, Belanda
menyatakan Aceh sebagai daerah taklukannya.
C. Islam Di Jawa
1. Perkembangan Islam di Jawa tidak bisa dipisahkan dari peranan para wali.
Jumlah wali yang terkenal sampai sekarang adalah sembilan, yang dalam bahasa
Jawa dikenal dengan sebutan wali songo.
2. Di samping wali songo, penyebaran Islam di Jawa tidak terlepas dari
peranan kerajaan-kerajaan Islam. Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa sudah ada
sejak abad ke-16. Beberapa kerajaan itu adalah Kerajaan Demak, Kerajaan
Pajang, Kerajaan Mataram, Kerajaan Cirebon, dan Kerajaan Banten.
D. Islam di Sulawesi
1. Masuknya Islam di Sulawesi tidak terlepas dari peranan Sunan Giri di Gresik.
Hal itu karena Sunan Giri menyelenggarakan pesantren yang banyak didatangi
santri dari luar Jawa.
2. Pada abad ke-16, di Sulawesi Selatan telah berdiri kerajaan Hindu Gowa dan
Tallo. Masuknya Iislam ke Sulawesi melalui dua cara berikut ini.
a. Cara Tidak Resmi
Cara tidak resmi ini terjadi pada saat penduduk setempat berdagang ke luar
dan berhubungan dengan pedagang-pedagang muslim di luar Sulawesi.
Mereka mengenal dan memeluk Islam karena adanya interaksi tersebut.
b. Cara Resmi
Penerimaan Islam secara resmi dilakukan oleh Raja Gowa dan Tallo yang
pertama, yaitu Sultan Alaudin yang telah masuk Islam. Penerimaan itu terjadi
pada tahun 1605. Hal itu ditandai dengan kedatangan tiga orang datuk yang
berasal dari Kota Tengah Minangkabau.
E. Islam di Kalimantan
1. Pada abad ke-16, Islam mulai memasuki kerajaan Sukadana. Pada tahun 1590,
kerajaan Sukadana resmi menjadi kerajaan Islam. Sultan pertamanya adalah
Sultan Giri Kusuma. Ia digantikan oleh putranya Sultan Muhammad Syaifudin.
Beliau banyak berjasa dalam pengembangan Islam di Kalimantan.
2. Di bagian selatan pulau Kalimantan, berdiri kerajaan Islam Banjar pada sekitar
tahun 1526. Kerajaan Islam Banjar merupakan kelanjutan dari Kerajaan Daha
yang beragama Hindu. Raja pertamanya adalah Raden Samudera yang memeluk
Islam karena hubungannya dengan Sultan Trenggono di Demak. Sejak masuk

12
Islam, ia mengganti namanya menjadi Pangeran Suryanullah atau Pangeran
Suriansyah.
F. Islam di Maluku dan Irian Jaya
1. Penyebaran Islam di Maluku tidak lepas dari jasa para santri Sunan Drajat yang
berasal dari Ternate dan Hitu. Islam sudah dikenal di Ternate sejak abad ke-15.
Pada saat itu, hubungan dagang dengan Indonesia Barat, khususnya dengan Jawa
berjalan lancar. Selain berdagang, para pedagang juga melakukan dakwah.
2. Di maluku ada empat kerajaan bersaudara yang berasal dari keturunan yang sama,
yaitu Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo yang raja-rajanya telah memeluk Islam.
G. Islam Di Nusa Tenggara dan Sekitarnya
Di Nusa Tenggara, Islam pertama kali diterima oleh suku Sasak antara tahun 1840-
1850. Penyiaran Islam di daerah ini dilakukan oleh para mubalig dari Makassar. Di
pulau Bali, komunitas muslim terdapat di Singaraja, Buleleng, dan Siririt.
H. Peranan Umat Islam di Indonesia
1. Masa Penjajahan
Umat Islam menghadapi berbagai corak tantangan kekuatan barat dengan
beberapa fase, yaitu fase persaingan dagang, fase penetrasi dan agresi, fase
perluasan jajahan, dan fase penindasan.
2. Masa Perang Kemerdekaan
Dilandasi dengan semangat tauhid dan keyakinan terhadap ajaran agama, umat
Islam bangkit secara berkelompok atau pribadi menentang penjajahan. Mereka
dipimpin oleh para ulama dan pahlawan Islam, di antaranya adalah K. H. Ahmad
Dahlan, dan K. H. Hasyim Asy’ari.
3. Masa Pembangunan
Peran umat Islam pada masa pembangunan sangatlah besar, baik secara individu
maupun secara organisasi. Hal ini ditunjukkan dengan peran organisasi dalam
menyelenggarakan lembaga-lembaga pendidikan formal maupun nonformal.

3.2 Saran
Melalui makalah ini penulis mengharapkan kepada teman-teman maupun khalayak
umum yang membaca tulisan makalah kami ini, agar tidak bosan-bosannya dalam
mencari dan menggali ilmu agar kita tidak ketinggalan zaman di dalam dunia pendidikan
dan keagamaan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Haludhi, Khuslan dan Abdurrohim Sa’id. 2004. Integrasi Budi Pekerti dalam Pendidikan
Agama Islam. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

14

Você também pode gostar