Você está na página 1de 11

AZWAJAN, MITRA SETARA

ANTARA LELAKI DAN PEREMPUAN


KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER

Oleh : H. Mas’oed Abidin

PENDAHULUAN

PROBLEMATIKA UMAT hari ini, terlihat jelas pada melemahnya budaya bangsa
sehingga hilangnya ketahanan bernegara yang memprihatinkan, bahkan sangat
membahayakan. Masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai bangsa beragama mulai
dijangkiti penyakit Islamophobia dalam masyarakat yang disebut Takhawwuf yaitu
rasa takut yang tidak berasas terhadap segala yang bersifat Islam (syarak). Sungguh
aneh di tengah perubahan global ini, ketakutan terhadap Islam itu sering terbit
kadang-kadang dari dalam hati orang muslim pula. Mereka tidak nyaman melihat
nama dan simbol Islam masuk kedalam frame budaya, seperti adat basandi syarak,
syarak basandi Kitabullah (Alquran) di Minangkabau. Hal ini sesungguhnya mesti
di amati sebagai telah berlakunya perubahan misdaqiah keimanan orang Islam yang
meragukan keupayaan syarak atau syari’at Islam di dalam menyumbangkan
kebaikan kepada kehidupan manusia. Kelompok yang meremehkan peranan syarak
atau agama di dalam kehidupan tersebut oleh Kitabullah atau Alquran disebutkan
sebagai kelompok yang berputus asa,
ِ‫صحَابِ الْ ُقبُور‬
ْ َ‫قَدْ يَ ِئسُوا ِمنَ الْآخِ َرةِ كَمَا يَئِسَ الْكُفّارُ ِمنْ أ‬
“mereka telah berputus asa dengan akhirat seperti lazimnya keputus asaan orang-orang kafir
dari azab kubur”,(QS. al-Mumtahanah, 60 : 13).

Dari pemahaman Islam, amatlah jelas bahwa orang yang menerima dasar
ajaran Islam (syarak) semestinya menaruh harapan yang tinggi kepada kebaikan
agama Allah, peka terhadap ajaran dan hukum hakamnya . Orang beriman wajar
takut, kasih dan sayang kepadaNya.

PERAN PEREMPUAN
Saya lebih senang memakai kata perempuan karena padanya terkait banyak
peran, antara lain pemimpin, pandai, pintar, dan memiliki segala sifat keutamaan
rahim, penuh kasih sayang, makhluk pilihan, pendamping jenis kelamin lain
(laki-laki).
Di masa jahiliyah sungguh terjadi pelecehan jender terhadap khususnya
kaum perempuan dimana kelahirannya telah di sambut dengan kematian, dan
selanjutnya keberadaan perempuan seakan tidak diterima kecuali hanya pelepas
nafsu bagi kaum lelaki, bahkan berkembang pula paham pada sebagian lagi para
penguasa jahiliyah bahwa kaum wanita adalah pembawa aib keluarga, maka telah
di ceriterakan oleh Alquran akan halnya jabang bayi berjender wanita mesti di
bunuh, Ditemui pula dizaman Fir’aun terhadap anak lelaki kaum Musa (keluarga
‘Imran) mesti dibunuh (rasilalisme, atau ethnic cleansing).
َ ُ‫)يَتَوَارَى ِمنَ ا ْلقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشّرَ بِهِ َأيُمْسِ ُكه‬58(ٌ‫سوَدّا وَهُوَ كَظِيم‬
‫علَى‬ ْ ُ‫جهُهُ م‬ْ َ‫وَإِذَا ُبشّرَ َأحَدُ ُهمْ بِا ْلأُنْثَى ظَلّ و‬
59(َ‫حكُمُون‬ ْ َ‫)هُونٍ َأمْ يَدُسّهُ فِي التّرَابِ أَلَا سَاءَ مَا ي‬
Dalam Keluarga Minangkabau dari Sudut Pandang Agama Islam

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah
padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak,
disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan
menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah,
alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS.16,an-Nahl :57-60).

ALQURAN menyebut perempuan dengan Annisa' atau Ummahat, artinya sama


dengan ibu, saya menyebutnya Ikutan Bagi Umat, dan Annisa' adalah tiang suatu
negeri. 1 Kaidah Alqurani menyebutkan, Nisa'-nisa' kamu adalah perladangan
(persemaian) untukmu, kamupun (para lelaki) menjadi benih bagi Nisa'-nisa' kamu.
Kamu dapat mendatangi ladang-ladangmu darimana dan kapan saja dengan kew-
ajiban menjaga anfus (diri, eksistensi dan identitas) sesuai perintah Qaddimu li
anfusikum dengan selalu bertaqwa kepada Allah,
َ‫علَمُوا َأ ّن ُكمْ ُملَاقُو ُه وَبَشّ ِر الْ ُمؤْمِنِين‬
ْ ‫س ُك ْم وَاتّقُوا اللّهَ وَا‬
ِ ُ‫نِسَا ُؤ ُكمْ حَ ْرثٌ َل ُكمْ َفأْتُوا حَ ْر َث ُكمْ َأنّى شِئْ ُت ْم وَ َقدّمُوا ِلأَنْف‬
“Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah
tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah
(amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu
kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman. “ (QS, al
Baqarah, 2 : 223).

Sunnah Nabi menyebutkan, dunia indah dengan berbagai perhiasan (mata'un),


perhiasan paling indah adalah perempuan saleh, artinya istri atau ibu yang tetap pada
perannya dan konsekwen dengan citranya. Maka tafsir Islam tentang kedudukan
perempuan ini menjadi konsep utama keyakinan Muslim bermu’amalah.
Alquran mendudukkan perempuan pada derajat sama dengan jenis laki-laki di
posisi azwajan atau pasangan hidup.
ِ‫سكُمْ َأزْوَاجًا َوجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِ ُكمْ بَنِينَ َوحَفَ َدةً وَ َرزَ َقكُمْ ِمنَ الطّيّبَات‬ ِ ُ‫وَاللّهُ جَ َعلَ لَ ُكمْ ِمنْ أَنْف‬
َ‫طلِ يُ ْؤمِنُونَ وَبِ ِنعْمَةِ اللّهِ هُمْ يَكْ ُفرُون‬ ِ ‫َأفَبِالْبَا‬
“Allah menjadikan bagi kamu pasangan-pasanag (istri dan suami, laki-laki dan perempuan)
dari jenis kamu sendiri, dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri (perempuan) kamu itu,
anak anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka mengapakah
mereka beriman kepada yang bathil (melakukan perbuatan tercela, seperti zina yang
melecehkan kedudukan dan peran perempuan) dan mengingkari ni`mat Allah (dengan
melakukan pernikahan secara sah)?” (Q.S.AN-Nahl, 16:72),
ً‫وَمِنْ ءَايَاتِهِ َأنْ خَ َلقَ َلكُمْ مِنْ أَ ْنفُسِ ُكمْ أَ ْزوَاجًا لِتَسْكُنُوا إَِليْهَا وَجَ َعلَ بَيْ َنكُمْ َموَدّةً وَ َرحْمَة‬
َ‫ِإنّ فِي َذلِكَ لَآيَاتٍ لِ َقوْمٍ يَ َتفَكّرُون‬
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS.ar Rum, 30:21),
ِ‫سكُمْ َأزْوَاجًا َومِنَ الْأَنْعَامِ َأزْوَاجًا يَ ْذرَؤُ ُكمْ فِيه‬
ِ ُ‫طرُ السّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ جَ َعلَ لَ ُكمْ مِنْ أَنْف‬
ِ ‫فَا‬
ُ‫شيْءٌ وَهُوَ السّمِيعُ ا ْلبَصِير‬
َ ِ‫َليْسَ كَ ِمثْلِه‬
“(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-

1
Bila Annisa'-nya baik, baiklah negeri itu, dan kalau sudah rusak, celakalah negeri itu (Al Hadits).
(Q.S.2:23).

H. Mas’oed Abidin 2
Kesetaraan dan Keadilan Gender

Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan
Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS.asy-Syura, 42:11),
Peranan perempuan didalam Islam (Al Quran) sangat jelas dan amat berbeda
dengan penilaian pada masa sebelumnya yang masih bertanya apakah perempuan
tergolong makhluk yang punya hak dan kewajiban sama dengan laki-laki, bahkan
ada masanaya wanita dianggap sebagai benda yang boleh dipindah-tangankan
sewaktu-waktu atau diperjual-belikan sebagai komoditi budak menjadi sumber
pendapatan bagi pemiliknya, seperti mana telah terjadi di masyarakat Yunani dan
Romawi kuno itu.
Kesimpulan Alquran ini menempatkan perempuan pada posisi azwajan,
pasangan, mitra sejajar/setara, ‫( وَالُّ جَعَلَ َلكُمسْ مِنسْ أَنْفُسسِ ُكمْ َأزْوَاجًا‬QS.16:72), factor sumber
sakinah (kebahagiaan) ‫ وَمِنسْ ءَايَاتِهسِ أَنسْ خَلَقسَ لَكُمسْ مِنسْ أَ ْنفُسسِ ُكمْ َأزْوَاجًا لِتَسسْكُنُوا ِإلَيْهَا‬, perwujudan
rahmah dan mawaddah kasih sayang ( ً‫حمَة‬ ْ َ‫( ) وَجَ َعلَ بَ ْينَكُمسْ مَوَدّةً َور‬QS.30:21). Maka citra
perempuan sempurna ada pada posisi IBU (Ikutan Bagi Umat), menjadi inti keluarga
besar, yang di Minangkabau disebut bundo kanduang, menjadi “tiang negeri” (al
Hadist) dan penghormatan termulia, “sorga terletak di bawah telapak kakinya” (al
Hadist).2
Agama Islam menempatkan perempuan (ibu) menjadi mitra setara
(partisipatif) bagi jenis laki-laki. Dan lelaki menjadi pelindung wanita (qawwamuuna
'alan-nisaa'). Lahiriyah dan bathiniyah (fisik dan mental) satu sama lain memiliki
kelebihan pada kekuatan, badan, fikiran, keluasaan, penalaran, kemampuan,
ekonomi, kecerdasan, ketabahan, kesigapan dan anugerah,
ٌ‫الرّجَالُ قَوّامُونَ عَلَى النّسَاءِ ِبمَا فَضّلَ اللّهُ َبعْضَ ُهمْ عَلَى َبعْضٍ وَ ِبمَا أَ ْنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصّالِحَاتُ قَانِتَات‬
ُ‫حَا ِفظَاتٌ لِ ْلغَ ْيبِ بِمَا حَفِظَ اللّه‬
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita
yang saleh, ialah yang ta`at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada,
oleh karena Allah telah memelihara (mereka).”(QS. An Nisa' 34).
Karena itu, didalam konsep kesetaraan dan keadilan (azwajan) perempuan
dibina menjadi mar'ah shalihah (= perempuan shaleh yang ceria (hangat/warm)
dan lembut, menjaga diri, memelihara kehormatan, patuh (qanitaat) kepada Allah,
hafidzaatun lil ghaibi bimaa hafidzallahu (= memelihara kesucian faraj di belakang
pasangannya, karena Allah menempatkan faraj dan rahim perempuan terjaga, pintar
dan cerdik, sehingga tidak ada keindahan yang melebihi perhiasan "indahnya wanita
shaleh" (Al Hadist).

KODRAT PEREMPUAN

PEREMPUAN memiliki peran ganda; penyejuk hati, pendidik utama,


menempatkan sorga terhampar dibawah telapak kakinya (ummahat). Maka dibawah
naungan konsep Islam, perempuan berpribadi sempurna, bergaul ma'ruf, ihsan,

2
Kalangan yang ingin bebas (liberalis, sekularis) acapkali merendahkan peran perempuan sebagai ibu
di rumah tangganya, yang hanya bertugas melahirkan dan mengasuh anak, yang dilihat mereka sebagai
suatu yang sudsah ketinggalan zaman (out of date). Bila seseorang memerlukan anak kan dapat
ditempuh jalan pintas melalui adopsi atau mungkin satu ketika dengan teknologi kloning (?).

H. Mas’oed Abidin 3
Dalam Keluarga Minangkabau dari Sudut Pandang Agama Islam

kasih sayang, cinta, lembut dan lindung, berkehormatan, berpadu hak dan
kewajiban. Oleh karena itu, di dalam konteks Islam ini, dua jenis jender ini sudah
mendapatkan kesetaraan hak dengan wajar, tidak melebihi dan tidak melewati
kodrat fitrah masing-masing. Pemahaman padu pemeranan perempuan sebagai mitra
saling terkait, saling memerlukan bukan untuk eksploatasi.
Konsep azwaajan mengandung makna pasangan dengan kedudukan
setara/sejajar. Penggunaan kata pasangan (azwajan) terpatri pada tidak punya arti
sesuatu kalau pasangannya tidak ada dan tidak jelas eksistensi sesuatu kalau
tidak ada yang setara di sampingnya. “Pasangan”, mungkin tidak ada kata yang
lebih tepat untuk azwajan itu.

Mungkin di belahan dunia lainnya (entah di barat atau di timur), memang


sedang ada gejala penguasaan hak-hak perempuan dan paling akhir dan sangat
menyedihkan adalah hilangnya wewenang "ibu" di rumah tangga sebagai unit inti
keluarga besar (extended family) dalam satu keluarga sakinah. Umar bin Khattab,
mendifinisikan perempuannya, sebagai ibu dari anak-anak, teman bermusyawarah,
pembantu yang meringankan, pemberi semangat dan harapan, pendorong
(motivator) kearah sukses (jihad), penjaga harta kekayaan, pemegang anak kunci
amanah, orang paling dekat penyimpan rahasia. Karenanya setiap kali ada
kekurangan pada perempuan itu, semestinya dimaafkan, karena banyak hak-haknya
yang mungkin tidak terpenuhi.
a). Secara moral, perempuan punya hak utuh menjadi IBU = Ikutan Bagi Umat.
Masyarakat baik lahir dari Ibu baik, dengan relasi kemasyarakatan pemelihara
tetangga dan perekat silaturrahim. "Ibu (an-Nisak) adalah tiang negeri" (al Hadist). Jika
kaum Ibu dalam suatu negeri (bangsa) berkelakuan baik (shalihah), niscaya akan
sejahtera negeri itu. Sebaliknya, bila kaum Ibu disuatu negeri berperangai buruk
(fasad) akibatnya negeri itu akan binasa seluruhnya. Selain itu, banyak hadist Nabi
menyatakan pentingnya pemeliharaan hubungan bertetangga, menanamkan sikap
peduli, berprilaku mulia, solidaritas tinggi dalam kehidupan keliling. Diantaranya
sabda SAW; "Demi Allah, dia tidak beriman”, "Siapakah dia wahai Rasulullah?" Beliau
menjawab, "Yaitu, orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatan-
kejahatannya". (Hadist diriwayatkan Asy-Syaikhan). Hadist lainnya; “Tidaklah
beriman kepadaku orang yang perutnya kenyang, sedangkan tetangganya (dibiarkan)
kelaparan disampingnya, sementara dia juga mengetahui (keadaan)nya” (HR.Ath-
Thabarani dan Al Bazzar). Pentingnya pendidikan akhlak Islam, “Satu bangsa akan
tegak kokoh dengan akhlak (moralitas budaya dan ajaran agama yang benar)”.
Tata krama pergaulan dimulai dari penghormatan di rumah tangga,
dikembangkan kelingkungan tetangga dan ketengah pergaulan warga (bangsa),
َ‫جمِيعًا فَيُنَبّ ُئ ُكمْ ِبمَا كُنْ ُتمْ َت ْعمَلُون‬
َ ْ‫ج ُعكُم‬
ِ ‫يَاَأّيهَا اّلذِينَ ءَامَنُوا عَلَ ْي ُكمْ َأنْ ُفسَ ُكمْ لَ َيضُ ّر ُكمْ مَنْ ضَلّ ِإذَا اهْ َتدَيْ ُتمْ إِلَى الِّ مَ ْر‬
(QS. Al-Maidah, 5:105) dan,
‫س ُكمْ وَأَ ْهلِي ُكمْ نَارًا‬
َ ‫يَاأَّيهَا اّلذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْ ُف‬
sesuai QS.at Tahrim, 66 : 6.
b). Dalam Ajaran Islam, penghormatan kepada Ibu menempati urutan kedua
sesudah iman kepada Allah (konsep tauhidullah). Bersyukur kepada Allah,
berterima kasih (penghormatan) kepada Ibu, diwasiatkan sejalan untuk seluruh
manusia, menjadi disiplin hidup yang tidak boleh diabaikan dan tidak dibatas oleh

H. Mas’oed Abidin 4
Kesetaraan dan Keadilan Gender

adanya perbedaan anutan keyakinan. Hubungan hidup duniawi wajib dipelihara


baik dengan jalinan ihsan.
ُ‫شكُرْ لِي وَِلوَاِلدَ ْيكَ إِلَيّ ا ْل َمصِير‬
ْ ‫حمَلَ ْتهُ ُأ ّمهُ وَهْنًا عَلَى َوهْنٍ َو ِفصَاُلهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ ا‬
َ ِ‫وَ َوصّيْنَا الِْ ْنسَانَ ِبوَاِل َد ْيه‬
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
ّ‫ط ْع ُهمَا َوصَاحِ ْبهُمَا فِي الدّنْيَا َمعْرُوفًا وَاتّ ِبعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيّ ُثم‬
ِ ُ‫ع ْلمٌ فَلَ ت‬
ِ ِ‫وَإِنْ جَا َهدَاكَ عَلى أَنْ ُتشْ ِركَ بِي مَا لَ ْيسَ َلكَ ِبه‬
َ‫ج ُع ُكمْ َفأُنَبّ ُئ ُكمْ ِبمَا كُنْ ُتمْ َت ْعمَلُون‬
ِ ‫ِإلَيّ مَ ْر‬
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian
hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan. (lihat QS. Luqman, 31 : 14-15).

Kandungan nilai filosofi ini terikat kokoh kasih sayang, hakikinya semua datang
dan akan berakhir dengan menghadapNya, maka kewajiban asasi insani menjaga
diri dan keluarga dari bencana (QS. At Tahrim :6) dengan memakai hidayah religi
(agama).

c). Dalam alih generasi, perempuan menjadi pembentuk generasi berdisiplin.


Dari rahim Ibu lahir manusia bersih menurut fithrah beragama tauhid. Pembinaan
sisi keyakinan agama dan kebiasaan hidup istiadat dan budaya amat penting
membantu meraih keberhasilan pendidikan generasi berakhlak Islami. Makhluk
manusia yang yakin kepada Khaliq akan tumbuh menjadi pribadi kokoh (exist)
dengan karakter teguh (istiqamah, konsisten) dan tegar (shabar, optimis) menapak
hidup. Rohaninya, rasa, fikiran, dan kemauan dibimbing keyakinan hidayah iman.
Jasmaninya, gerak, amal perbuatan dibina aturan syari'at Kitabullah dan Sunnah
Rasulullah.
‫شرَعَ لَكُمْ مِنَ الدّينِ مَا وَصّى بِهِ نُوحًا وَالّذِي أَ ْوحَيْنَا ِإلَيْكَ وَمَا وَصّيْنَا بِهِ إِ ْبرَاهِيمَ َومُوسَى َوعِيسَى أَنْ َأقِيمُوا‬ َ
ِ‫الدّينَ وَلَا تَتَ َفرّقُوا فِيه‬
“Allah telah menyari’atkan dasar hidup “ad-din” bagi kamu seperti telah
diwasiatkanNya kepada Nuh, dan telah dipesankan kepadamu (Muhammad). Agama yang
telah dipesankan kepada Ibrahim, Musa, Isa dengan perintah agar kalian semua
mendaulatkan agama ini dan jangan kalian berpecah dari mengikutinya…” (QS.asy-Syura, 42 :
13).
Perilaku kehidupan menurut mabda' (konsep) Alquran, bahwa makhluk
diciptakan dalam rangka untuk mengabdi kepada Khaliq (QS.Adz Dzariyaat, 51 : 56,

), memberi warning peringatan agar tidak terperangkap kebodohan dan


kelalaian sepanjang masa. Manusia adalah makhluk pelupa (Al Hadist).
d). Konsep Islam, menempatkan perempuan pada posisi mulia, bahwa “dibawah
telapak kaki perempuan, terbentang jalan keselamatan (Sorga)”. Kebahagiaan
menanti setiap insan yang berhasil meniti jalan keselamatan yang diajarkan
perempuan (ibu) dengan baik, penuh kepatuhan dan rasa hormat yang tinggi.
Rasulullah SAW bersabda ; “Sorga terletak dibawah telapak kaki Ibu”(al Hadist).
Sahabat Abu Hurairah RA., meriwayatkan seseorang bertanya kepada
Rasulullah; “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk aku pergauli
dengan cara yang baik?”. Beliau menjawab, “Ibumu”. (sampai tiga kali), baru terakhir,

H. Mas’oed Abidin 5
Dalam Keluarga Minangkabau dari Sudut Pandang Agama Islam

“Bapakmu”. (HR.Asy-Syaikhan).
Shahabat Abdullah Ibn ‘Umar menceritakan, “Berjihadlah dengan berbakti kepada
keduanya”. (HR.Asy-Syaikhan).

Disiplin tumbuh melalui pendidikan akhlak, keteladanani, menanamkan


ajaran agama yang benar (syari’at). Jangan berbuat kedurhakaan. Meyakini hari
akhirat. Bakti kepada dua orang tua (birrul walidaini), jangan berkata keras, bergaul
lemah lembut, menyimak perintah dengan cermat. Jangan bermuka masam
(cemberut), tidak memotong perkataan keduanya, mengajarkan dialog (mujadalah)
dengan cara ihsan,
‫حدُهُمَا َأوْ كِلَاهُمَا فَلَا َتقُلْ َلهُمَا ُأفّ وَلَا‬َ َ‫وَقَضَى رَبّ كَ أَلّا تَعْ ُبدُوا إِلّا إِيّا هُ وَبِالْوَاِلدَيْ نِ ِإحْ سَانًا إِمّا َيبْلُ َغنّ عِنْ َد كَ الْكِ َبرَ أ‬
(23)‫َتنْهَ ْرهُمَا وَ ُقلْ لَ ُهمَا َقوْلًا كَرِيمًا‬
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan “
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah
.”.kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia
.(24)‫صغِيرًا‬ َ ‫حمْهُمَا كَمَا رَبّيَانِي‬ َ ْ‫وَاخْفِضْ َلهُمَا جَنَاحَ الذّلّ ِمنَ الرّحْ َمةِ َوقُلْ َربّ ار‬
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah
mendidik aku waktu kecil". (lihat QS.17, al-Israk; ayat 23-24)
Didalam wahyu Allah disebutkan,
َ‫شهْرًا حَتّى ِإذَا بََل غ‬َ َ‫حمْلُ هُ َوفِ صَالُهُ َثلَاثُو ن‬ َ َ‫وَوَ صّيْنَا الْإِنْ سَانَ بِوَاِلدَيْ هِ إِحْ سَانًا حَ َملَتْ هُ أُمّ هُ كُرْهًا وَوَضَ َعتْ هُ كُرْهًا و‬
ُ‫عمَلَ صَاِلحًا تَ ْرضَاه‬ ْ َ‫علَى وَالِدَيّ وََأنْ أ‬ َ َ‫سنَةً قَالَ َربّ أَ ْوزِعْنِي أَنْ أَشْ ُكرَ نِ ْعمَتَكَ الّتِي أَنْعَ ْمتَ عََليّ و‬ َ َ‫شدّهُ وَبََلغَ أَرْ َبعِين‬
ُ َ‫أ‬
ُ‫عمِلُوا وَنَتَجاوَز‬ َ ‫عنْهُ مْ أَحْ سَنَ مَا‬ َ ُ‫)أُوَلئِ كَ الّذِي نَ نَتَقَبّل‬15(َ‫صِلحْ لِي فِي ذُرّيّتِي إِنّي ُتبْ تُ إِلَ ْي كَ وَإِنّي مِ نَ الْمُ سِْلمِين‬ ْ َ‫وَأ‬
(16)َ‫عدُون‬ َ ‫جنّةِ َوعْدَ الصّ ْدقِ الّذِي كَانُوا يُو‬ َ ْ‫صحَابِ ال‬ ْ َ‫سيّئَاتِ ِهمْ فِي أ‬
َ ْ‫عَن‬
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya,
ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah
(pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia
telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo`a: "Ya Tuhanku, tunjukilah
aku untuk mensyukuri ni`mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu
bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan
kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat
kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".
“Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah
mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni
surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.” (QS. al Ahqaaf, 46 :
15-16),

Generasi yang menolak kebenaran (al-haq) dari Allah, akan menjadi generasi
permissif (berbuat sekehendak hati), anarkis dan hedonisme sepanjang masa. Inilah
generasi lemah (loss generation), tercerabut dari akar budaya dan agama.
ْ‫ستَغِيثَانِ اللّ هَ وَيَْل كَ ءَا ِم ن‬
ْ َ‫وَالّذِي قَالَ لِوَالِدَيْ هِ ُأفّ لَكُمَا َأتَعِدَانِنِي أَ نْ ُأخْرَ جَ َوقَدْ خَلَ تِ الْقُرُو نُ ِم نْ قَبْلِي وَ ُهمَا ي‬
(17)َ‫حقّ فَيَقُولُ مَا َهذَا إِلّا أَسَاطِيرُ الْأَوّلِين‬ َ ِ‫ِإنّ َوعْدَ اللّه‬
“Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu
keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan,
padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu
memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan, "Celaka kamu, berimanlah!
Sesungguhnya janji Allah adalah benar". Lalu dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah
dongengan orang-orang yang dahulu belaka".

H. Mas’oed Abidin 6
Kesetaraan dan Keadilan Gender

(18)َ‫سرِين‬
ِ ‫جنّ وَا ْلإِنْسِ إِنّهُمْ كَانُوا خَا‬
ِ ْ‫حقّ عَلَ ْيهِمُ ا ْلقَوْلُ فِي أُمَمٍ قَدْ خََلتْ ِمنْ قَ ْبلِهِمْ مِنَ ال‬
َ َ‫أُولَ ِئكَ الّذِين‬
Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka bersama
umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka
adalah orang-orang yang merugi.”(QS. 46, al-Ahqaaf :17-18).

Maka birrul walidaini (berbakti kepada dua orang tua), pelajaran dasar
generasi, harus di turunkan terus menerus,“Berbaktilah kepada bapak-bapak (orang tua)
kalian, niscaya anak-anak kalian akan berbakti pula kepada kalian. Dan tahanlah diri kalian
(dari hal-hal yang hina), niscaya istri-istri kalian juga akan menahan diri (dari hal-hal yang
hina)”.(HR. Ath-Thabarani).

Dari lubuk hati perempuan (ibu) yang tulus dan tangan yang lembut
terampil dicetak generasi tauhidik berwatak taqwa, khusyuk (telaten) berkarya
(amal) dan kaya dengan rasa malu, berkarakter hidup dengan tamaddun (budaya),
yakin dengan norma agama (Islam) disisi Allah (QS.Ali 'Imran, 3 : 19) yang kamal,
lengkap, diredhai (QS.Al Maidah, 5 : 3), bila tidak demikian maka dunia akhirat merugi
(QS.Ali 'Imran, 3 : 85). Wahyu membimbing hidayah Islam (QS.AsySyu'ara:13)
bersambung kehadiran Muhammad menjadi bata terakhir bangunan kehidupan dan
Alquran menyelesaikannya (Al Hadist). Penyempurnaan hidayah Iman yang haq
(QS. Al Fath :28), membekali umat satu toleransi tinggi, tidak boleh memaksakan
keyakinan kepada orang lain yang belum mau menerima kebenaran Islam (QS. Al
Baqarah :256), diperintah berdada-lapang menerima kenyataan adanya fanatisme turun
temurun (QS.Al Kafiruun :6), wajib menda'wahkan amar ma'ruf dan nahi munkar (QS.
Ali 'Imran :104), dimulai dari diri sendiri agar terhindar dari celaan (QS. Al Baqarah
:44 dan QS. Ash-Shaf :3), maka amar ma'ruf nahi munkar adalah tiang kemashlahatan
hidup manusia dengan Iman billah (QS. Ali 'Imran :110) satu bangunan umat yang
berkualitas (khaira ummah).

POSISI PEREMPUAN didalam Islam ada dalam bingkai (frame) menjadi


sumber sakinah yakni bahagia dan ketenangan. Disini di tuntut sifat kreatif, ulet,
tabah, sabar, teguh, konsistensi, jujur, hanif dan mampu menghidangkan keindahan
dalam rumah tangga, seperti sudah dipesankan Nabi Muhammad SAW, Allah itu
indah dan sangat menyenangi keindahan

PERAN PEREMPUAN MUSLIMAH DI SUMATRA BARAT

Perempuan Islam tidak sama dengan makna woman dalam bahasa Inggris,
yang kabarnya berasal dari womb man berarti manusia berkantong, seperti ada
didalam pemahaman klasik Eropa bahwa wanita adalah makhluk yang mempunyai
kantong tempat tumbuh calon manusia (manusia yang hanya kantong tempat
manusia).

BUDAYA MINANGKABAU di Sumatera Barat dalam adat bersendi syarak,


syarak bersendi kitabullah” menempatkan perempuan pada posisi peran;
orang rumah
(hiduik batampek,
mati bakubua,
kuburan hiduik dirumah gadang,

H. Mas’oed Abidin 7
Dalam Keluarga Minangkabau dari Sudut Pandang Agama Islam

kuburan mati ditangah padang),


induak bareh
(nan lamah di tueh,
nan condong di tungkek,
ayam barinduak,
siriah bajunjuang),
pemimpin
(tahu di mudharat jo manfaat,
mangana labo jo rugi,
mangatahui sumbang jo salah,
tahu di unak kamanyangkuik,
tahu di rantiang ka mancucuak,
ingek di dahan ka mahimpok,
tahu di angin nan basiruik,
arih di ombak nan basabuang,
tahu di alamat kato sampai),
Artinya perempuan Minang sangat arif. Kearifan adalah menjadi asas utama
kepemipinan di tengah masyarakat.

Anak Minangkabau memanggil ibunya dengan bundo karena perempuan


Minang umumnya menjaga martabat,
(1). Hati-hati (watak Islam khauf),
ingek dan jago pado adat,
ingek di adat nan ka rusak,
jago limbago nan kasumbiang,
(2). Yakin kepada Allah (iman bertauhid),
jantaruah bak katidiang, jan baserak bak amjalai,
kok ado rundiang ba nan batin,
patuik baduo jan batigo,
nak jan lahie di danga urang,
(3). Perangai berpatutan (uswah istiqamah),
maha tak dapek di bali, murah tak dapek dimintak,
takuik di paham ka tagadai, takuik di budi katajua,
(4). Kaya hati (Ghinaun nafs), sopan santun hemat dan khidmat,
(5). Tabah (redha),
haniang ulu bicaro, naniang saribu aka, dek saba bana mandatang,
(6). Jimek (hemat tidak mubazir),
dikana labo jo rugi,
dalam awal akia membayang,
ingek di paham katagadai,
ingek di budi katajua, mamakai malu dengan sopan.

Dalam ungkapan sehari-hari, perempuan Minang disebut padusi artinya


padu isi dengan lima sifat utama;
(a). benar,
(b).jujur lahir batin,
(c). cerdik pandai,
(d). fasih mendidik dan terdidik,
(e). bersifat malu
(Rarak kalikih dek mindalu,

H. Mas’oed Abidin 8
Kesetaraan dan Keadilan Gender

tumbuah sarumpun jo sikasek,


kok hilang raso jo malu,
bak kayu lungga pangabek
Anak urang Koto Hilalang,
Handak lalu ka Pakan Baso,
malu jo sopan kalau lah hilang,
habihlah raso jo pareso).

Falsafah hidup beradat memposisikan perempuan Minangkabau pada sebutan


bundo kandung
limpapeh rumah nan gadang,
umbun puro pegangan kunci,
umbun puruak aluang bunian,
hiasan di dalam kampuang,
sumarak dalam nagari,
nan gadang basa batauah,
kok hiduik tampek ba nasa,
kalau mati tampek ba niaik,
ka unduang-unduang ka madinah,
ka payuang panji ka sarugo,
Ungkapan ini sesungguhnya telah memperlihatkan dengan amat jelas betapa
kokohnya kedudukan perempuan Minang pada posisi sentral, menjadi pemilik
seluruh kekayaan, rumah, anak, suku bahkan kaumnya. Maka perempuan Muslim
adalah pendidik bangsanya.
KEHIDUPAN MAJU “modern society” membawa perubahan pandang budaya
dan tidak jarang menampilkan ketimpangan. Menjauhnya keseimbangan
pertumbuhan dan kesempatan agaknya berpengaruh didalam meraih keberhasilan
dibidang pendidikan, lapangan kerja, hiburan, mass media, antara kota dan
kampung, turut juga mengganggu pertumbuhan masyarakat. Perpindahan
penduduk dengan mobilitas terpaksa besar-besaran ke kota menjadi penyakit
menular di tengah kemajuan negeri sedang berkembang.
Pergesekan keras tuntutan ekonomi, menyita perhatian utama kaum
perempuan, seringkali seorang wanita tidak mampu mengangkat wajah apabila
tidak memiliki pekerjaan di luar rumah, perempuan tidak mesti bergelimang di
dapur, sumur dan kasur, tetapi didorong keluar rotasi masuk kedalam lingkaran
kantor, mandor dan kontraktor.
Saya berpendapat bahwa, apabila kearifan dan keseimbangan peran
memelihara budaya generasi tercerabut pula, maka tidak dapat tidak akan ikut
menyumbang lahirnya "Generasi Lemah Budaya". Anak-anak (generasi) senantiasa
tumbuh menyerupai ibu dan bapaknya. Peran pendidikan amat menentukan.
Pendidikan teladan paling ideal dimata anak (Nashih ‘Ulwan, dalam Tarbiyatul
Aulaad). Jika ibu menegakkan hukum Allah, begitu pula generasi yang di
lahirkannya. Pelatihan ibadah anak sedari kecil dengan membiasakan (shalat, puasa,
shadaqah, mendatangi masjid, menghafal Alquran) menjadi alat bantu utama
melatih disiplin anak dari dini. Sabda Rasulullah SAW. membimbingkan; “Suruhlah
anak-anak kamu mengerjakan shalat, selagi mereka berumur tujuh tahun, dan
pukulllah mereka (dengan tidak mencederai) karena meninggalkan shalat ini,
sedang mereka telah berumur sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka”
(HR.Abu Daud dan Al Hakim).

H. Mas’oed Abidin 9
Dalam Keluarga Minangkabau dari Sudut Pandang Agama Islam

Maka, social movement mestinya bergerak membuat generasi


berkemampuan tinggi berhadapan perubahan untuk mewujudkan kemajuan
(madaniyah) tanpa harus mengabaikan nilai-nilai moral pergaulan (husnul-khuluq).
Semestinya dipadu dengan penunaian kewajiban bersama dalam pengawasan
sepanjang masa terhadap tiga prilaku tercela, yaitu dusta (bohong), mencuri dan
mencela (caci maki), sesuai tuntutan agama; “Jauhilah dusta, karena dusta itu membawa
kepada kejahatan, dan kejahatan membawa kepada neraka” (Hadist Shahih).

PERAN PEREMPUAN SEBAGAI IBU, IBU inti rumah tangga dan masyarakat
(negara), guru pertama perkataan, pergaulan, penularan tauladan, cinta kasih bagi
anak-anaknya. Kehadiran manusia kepermukaan bumi dengan satu legalitas yang
disebut "keluarga".
Keluarga di bangun oleh insan berbeda jenis setaraf dalam martabat
kemanusiaan. Pembentukan satu keluarga di dalam Islam bermula pada satu
contract social disebut aqad nikah, kesediaan dua insan berlain jenis mengikat diri
hidup mu'asyarah bil ma'ruf dalam ikatan hak dan kewajiban secara utuh dan
optimal. Di mulai timbang terima dari generasi pendahulu (orang tua, sebagai wali
nasab) kepada penerus (anak dan menantu) dengan aqadnikah ritual sakral.
Generasi mesti dipahamkan amanah Allah, tumbuh belajar dengan contoh dari
tengah lingkungan dengan pendidikan keteladanan. Teladan yang baik menjadi
landasan paling asas untuk membentuk watak generasi. Generasi berbudaya
memiliki prinsip teguh, elastis, toleran bergaul, lemah lembut bertutur kata, tegas,
keras melawan kejahatan, kokoh menghadapi percabaran budaya, tegar dalam
percaturan kehidupan, menghindari ekses buruk, membuat lingkungan sehat, bijak
menata pergaulan baik, penuh kenyamanan, tahu diri, hemat, dan tidak malas,
semuanya dibentuk dari keteladanan. Konsep Rasul SAW; ”Jauhilah hidup ber-
senang-senang (foya-foya), karena hamba Allah bukan yang hidup bermewah-
mewah (malas dan lalai)” (HR.Ahmad).

KHULASAH

KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM ISLAM adalah menjadi pemilik dari apa yang
dimiliki pasangannya.
1. Mempunyai Hak kepribadian antara lain,
a) Dipergauli dengan ma'ruf (QS.An- Nisa'4),
b) Dinafkahi menurut kelapangan dan kemampuan (QS. At- Thalaq, 7),
c) Dijaga rahasia dari kepribadian perempuan yang amat karakteristik,
d) Dalam rumah tangga suami istri adalah ibarat pakaian (QS. Al
Baqarah, 187),
e) Menghormati nasab bapaknya, dan (f). mendapat hak perlindungan
dari azwajnya.
2. Didalam Hak kepemilikan,

H. Mas’oed Abidin 10
Kesetaraan dan Keadilan Gender

a. Lelaki tidak boleh menguasai harta istri,


b. Haram mengeksploitasi perempuan untuk berbuat serong/pelacuran
(QS. An Nuur, 33),
c. Tidak boleh menyulitkan perempuan,
d. Wajib lelaki memberikan hak-hak perempuan secara penuh (memberi
makan, pakaian) menurut kemampuan. Tidak boleh memukul
wajahnya, tidak boleh mencelanya. Tidak boleh memisahkan dari
tempat tidurnya kecuali dalam rumah sendiri (HR. Abu Daud).

3. Dan didalam Hak kewenangan mengatur sirkulasi ekonomi rumah tangga


terlihat ajaran Isl;am dengan tegas.
a. "Jika seorang isteri memberikan infaq dari makanan rumahnya dengan tidak
menimbulkan kerusakan, dia akan mendapatkan pahala dari infaknya,
sedangkan suaminya juga mendapatkan pahala atas usahanya, dan bagi
penyimpan juga mendapatkan pahala. Sebahagian mereka tidak mengurangi
bahagian yang lainnya (HR. Muslim).
b. Seorang perempuan (istri) dapat membelanjakan harta suaminya
dengan tidak berlebihan, dan dalam hal ini suami mendapatkan pahala
dari Allah.
c. Tetap amanah dalam pengaturannya, sesuai sabda Rasulullah SAW ;
"Apabila seorang isteri melaksanakan shalat lima kali (waktu), shaum
(Ramadhan) satu bulan penuh, memelihara kemaluan (farajnya), dan mentaati
suaminya, akan dikatakan kepadanya "UDKHULIL JANNATA MIN AYYIL
ABWAAB" artinya "Masuklah kamu ke dalam syorga dari segala pintu" (HR.
Ahmad).
d. Perempuan mempunyai kewajiban menjaga kepemilikan dibelakang
pasangannya. Dan semuanya terlihat dalam hukum perkawinan
menurut Islam.
DARI PANDANGAN AGAMA ISLAM disimpulkan bahwa yang tidak mau
mengindahkan hak-hak perempuan, sebenarnya adalah mereka yang tidak beriman
atau lebih halus lagi, kurang mengamalkan ajaran agama Islam. Di Minangkabau
lebih jauh lagi, kemandirian perempuan terlihat nyata, kadang-kala sangat tegar,
mereka tidak takut ditinggal suami dengan beban berat menghidupi dan mendidik
anak kandungannya, dan umumnya selalu berhasil., semata karena hukum adat
dikuasai lini materilineal, hukum garis keibuan. Sungguhpun dimana-mana dapat
saja ditemui ada kerancuan, semata disebabkan oleh hilangnya kepatuhan orang
beradat, karena hakikat sesungguh dari adat basandi syarak, syarak basandi
Kitabullah adalah aplikatif, bukan simbolis.

Oleh karena itu, PEREMPUAN wajib memainkan peran aktif di dalam


pembinaan generasi bangsa.

Padang, 30 Agustus 2003

H. Mas’oed Abidin 11

Você também pode gostar