Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
PROBLEMATIKA UMAT hari ini, terlihat jelas pada melemahnya budaya bangsa
sehingga hilangnya ketahanan bernegara yang memprihatinkan, bahkan sangat
membahayakan. Masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai bangsa beragama mulai
dijangkiti penyakit Islamophobia dalam masyarakat yang disebut Takhawwuf yaitu
rasa takut yang tidak berasas terhadap segala yang bersifat Islam (syarak). Sungguh
aneh di tengah perubahan global ini, ketakutan terhadap Islam itu sering terbit
kadang-kadang dari dalam hati orang muslim pula. Mereka tidak nyaman melihat
nama dan simbol Islam masuk kedalam frame budaya, seperti adat basandi syarak,
syarak basandi Kitabullah (Alquran) di Minangkabau. Hal ini sesungguhnya mesti
di amati sebagai telah berlakunya perubahan misdaqiah keimanan orang Islam yang
meragukan keupayaan syarak atau syari’at Islam di dalam menyumbangkan
kebaikan kepada kehidupan manusia. Kelompok yang meremehkan peranan syarak
atau agama di dalam kehidupan tersebut oleh Kitabullah atau Alquran disebutkan
sebagai kelompok yang berputus asa,
ِصحَابِ الْ ُقبُور
ْ َقَدْ يَ ِئسُوا ِمنَ الْآخِ َرةِ كَمَا يَئِسَ الْكُفّارُ ِمنْ أ
“mereka telah berputus asa dengan akhirat seperti lazimnya keputus asaan orang-orang kafir
dari azab kubur”,(QS. al-Mumtahanah, 60 : 13).
Dari pemahaman Islam, amatlah jelas bahwa orang yang menerima dasar
ajaran Islam (syarak) semestinya menaruh harapan yang tinggi kepada kebaikan
agama Allah, peka terhadap ajaran dan hukum hakamnya . Orang beriman wajar
takut, kasih dan sayang kepadaNya.
PERAN PEREMPUAN
Saya lebih senang memakai kata perempuan karena padanya terkait banyak
peran, antara lain pemimpin, pandai, pintar, dan memiliki segala sifat keutamaan
rahim, penuh kasih sayang, makhluk pilihan, pendamping jenis kelamin lain
(laki-laki).
Di masa jahiliyah sungguh terjadi pelecehan jender terhadap khususnya
kaum perempuan dimana kelahirannya telah di sambut dengan kematian, dan
selanjutnya keberadaan perempuan seakan tidak diterima kecuali hanya pelepas
nafsu bagi kaum lelaki, bahkan berkembang pula paham pada sebagian lagi para
penguasa jahiliyah bahwa kaum wanita adalah pembawa aib keluarga, maka telah
di ceriterakan oleh Alquran akan halnya jabang bayi berjender wanita mesti di
bunuh, Ditemui pula dizaman Fir’aun terhadap anak lelaki kaum Musa (keluarga
‘Imran) mesti dibunuh (rasilalisme, atau ethnic cleansing).
َ ُ)يَتَوَارَى ِمنَ ا ْلقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشّرَ بِهِ َأيُمْسِ ُكه58(ٌسوَدّا وَهُوَ كَظِيم
علَى ْ ُجهُهُ مْ َوَإِذَا ُبشّرَ َأحَدُ ُهمْ بِا ْلأُنْثَى ظَلّ و
59(َحكُمُون ْ َ)هُونٍ َأمْ يَدُسّهُ فِي التّرَابِ أَلَا سَاءَ مَا ي
Dalam Keluarga Minangkabau dari Sudut Pandang Agama Islam
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah
padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak,
disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan
menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah,
alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS.16,an-Nahl :57-60).
1
Bila Annisa'-nya baik, baiklah negeri itu, dan kalau sudah rusak, celakalah negeri itu (Al Hadits).
(Q.S.2:23).
H. Mas’oed Abidin 2
Kesetaraan dan Keadilan Gender
Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan
Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS.asy-Syura, 42:11),
Peranan perempuan didalam Islam (Al Quran) sangat jelas dan amat berbeda
dengan penilaian pada masa sebelumnya yang masih bertanya apakah perempuan
tergolong makhluk yang punya hak dan kewajiban sama dengan laki-laki, bahkan
ada masanaya wanita dianggap sebagai benda yang boleh dipindah-tangankan
sewaktu-waktu atau diperjual-belikan sebagai komoditi budak menjadi sumber
pendapatan bagi pemiliknya, seperti mana telah terjadi di masyarakat Yunani dan
Romawi kuno itu.
Kesimpulan Alquran ini menempatkan perempuan pada posisi azwajan,
pasangan, mitra sejajar/setara, ( وَالُّ جَعَلَ َلكُمسْ مِنسْ أَنْفُسسِ ُكمْ َأزْوَاجًاQS.16:72), factor sumber
sakinah (kebahagiaan) وَمِنسْ ءَايَاتِهسِ أَنسْ خَلَقسَ لَكُمسْ مِنسْ أَ ْنفُسسِ ُكمْ َأزْوَاجًا لِتَسسْكُنُوا ِإلَيْهَا, perwujudan
rahmah dan mawaddah kasih sayang ( ًحمَة ْ َ( ) وَجَ َعلَ بَ ْينَكُمسْ مَوَدّةً َورQS.30:21). Maka citra
perempuan sempurna ada pada posisi IBU (Ikutan Bagi Umat), menjadi inti keluarga
besar, yang di Minangkabau disebut bundo kanduang, menjadi “tiang negeri” (al
Hadist) dan penghormatan termulia, “sorga terletak di bawah telapak kakinya” (al
Hadist).2
Agama Islam menempatkan perempuan (ibu) menjadi mitra setara
(partisipatif) bagi jenis laki-laki. Dan lelaki menjadi pelindung wanita (qawwamuuna
'alan-nisaa'). Lahiriyah dan bathiniyah (fisik dan mental) satu sama lain memiliki
kelebihan pada kekuatan, badan, fikiran, keluasaan, penalaran, kemampuan,
ekonomi, kecerdasan, ketabahan, kesigapan dan anugerah,
ٌالرّجَالُ قَوّامُونَ عَلَى النّسَاءِ ِبمَا فَضّلَ اللّهُ َبعْضَ ُهمْ عَلَى َبعْضٍ وَ ِبمَا أَ ْنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ فَالصّالِحَاتُ قَانِتَات
ُحَا ِفظَاتٌ لِ ْلغَ ْيبِ بِمَا حَفِظَ اللّه
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita
yang saleh, ialah yang ta`at kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada,
oleh karena Allah telah memelihara (mereka).”(QS. An Nisa' 34).
Karena itu, didalam konsep kesetaraan dan keadilan (azwajan) perempuan
dibina menjadi mar'ah shalihah (= perempuan shaleh yang ceria (hangat/warm)
dan lembut, menjaga diri, memelihara kehormatan, patuh (qanitaat) kepada Allah,
hafidzaatun lil ghaibi bimaa hafidzallahu (= memelihara kesucian faraj di belakang
pasangannya, karena Allah menempatkan faraj dan rahim perempuan terjaga, pintar
dan cerdik, sehingga tidak ada keindahan yang melebihi perhiasan "indahnya wanita
shaleh" (Al Hadist).
KODRAT PEREMPUAN
2
Kalangan yang ingin bebas (liberalis, sekularis) acapkali merendahkan peran perempuan sebagai ibu
di rumah tangganya, yang hanya bertugas melahirkan dan mengasuh anak, yang dilihat mereka sebagai
suatu yang sudsah ketinggalan zaman (out of date). Bila seseorang memerlukan anak kan dapat
ditempuh jalan pintas melalui adopsi atau mungkin satu ketika dengan teknologi kloning (?).
H. Mas’oed Abidin 3
Dalam Keluarga Minangkabau dari Sudut Pandang Agama Islam
kasih sayang, cinta, lembut dan lindung, berkehormatan, berpadu hak dan
kewajiban. Oleh karena itu, di dalam konteks Islam ini, dua jenis jender ini sudah
mendapatkan kesetaraan hak dengan wajar, tidak melebihi dan tidak melewati
kodrat fitrah masing-masing. Pemahaman padu pemeranan perempuan sebagai mitra
saling terkait, saling memerlukan bukan untuk eksploatasi.
Konsep azwaajan mengandung makna pasangan dengan kedudukan
setara/sejajar. Penggunaan kata pasangan (azwajan) terpatri pada tidak punya arti
sesuatu kalau pasangannya tidak ada dan tidak jelas eksistensi sesuatu kalau
tidak ada yang setara di sampingnya. “Pasangan”, mungkin tidak ada kata yang
lebih tepat untuk azwajan itu.
H. Mas’oed Abidin 4
Kesetaraan dan Keadilan Gender
Kandungan nilai filosofi ini terikat kokoh kasih sayang, hakikinya semua datang
dan akan berakhir dengan menghadapNya, maka kewajiban asasi insani menjaga
diri dan keluarga dari bencana (QS. At Tahrim :6) dengan memakai hidayah religi
(agama).
H. Mas’oed Abidin 5
Dalam Keluarga Minangkabau dari Sudut Pandang Agama Islam
“Bapakmu”. (HR.Asy-Syaikhan).
Shahabat Abdullah Ibn ‘Umar menceritakan, “Berjihadlah dengan berbakti kepada
keduanya”. (HR.Asy-Syaikhan).
Generasi yang menolak kebenaran (al-haq) dari Allah, akan menjadi generasi
permissif (berbuat sekehendak hati), anarkis dan hedonisme sepanjang masa. Inilah
generasi lemah (loss generation), tercerabut dari akar budaya dan agama.
ْستَغِيثَانِ اللّ هَ وَيَْل كَ ءَا ِم ن
ْ َوَالّذِي قَالَ لِوَالِدَيْ هِ ُأفّ لَكُمَا َأتَعِدَانِنِي أَ نْ ُأخْرَ جَ َوقَدْ خَلَ تِ الْقُرُو نُ ِم نْ قَبْلِي وَ ُهمَا ي
(17)َحقّ فَيَقُولُ مَا َهذَا إِلّا أَسَاطِيرُ الْأَوّلِين َ ِِإنّ َوعْدَ اللّه
“Dan orang yang berkata kepada dua orang ibu bapaknya: "Cis bagi kamu
keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan,
padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? lalu kedua ibu bapaknya itu
memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan, "Celaka kamu, berimanlah!
Sesungguhnya janji Allah adalah benar". Lalu dia berkata: "Ini tidak lain hanyalah
dongengan orang-orang yang dahulu belaka".
H. Mas’oed Abidin 6
Kesetaraan dan Keadilan Gender
(18)َسرِين
ِ جنّ وَا ْلإِنْسِ إِنّهُمْ كَانُوا خَا
ِ ْحقّ عَلَ ْيهِمُ ا ْلقَوْلُ فِي أُمَمٍ قَدْ خََلتْ ِمنْ قَ ْبلِهِمْ مِنَ ال
َ َأُولَ ِئكَ الّذِين
Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (azab) atas mereka bersama
umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka
adalah orang-orang yang merugi.”(QS. 46, al-Ahqaaf :17-18).
Maka birrul walidaini (berbakti kepada dua orang tua), pelajaran dasar
generasi, harus di turunkan terus menerus,“Berbaktilah kepada bapak-bapak (orang tua)
kalian, niscaya anak-anak kalian akan berbakti pula kepada kalian. Dan tahanlah diri kalian
(dari hal-hal yang hina), niscaya istri-istri kalian juga akan menahan diri (dari hal-hal yang
hina)”.(HR. Ath-Thabarani).
Dari lubuk hati perempuan (ibu) yang tulus dan tangan yang lembut
terampil dicetak generasi tauhidik berwatak taqwa, khusyuk (telaten) berkarya
(amal) dan kaya dengan rasa malu, berkarakter hidup dengan tamaddun (budaya),
yakin dengan norma agama (Islam) disisi Allah (QS.Ali 'Imran, 3 : 19) yang kamal,
lengkap, diredhai (QS.Al Maidah, 5 : 3), bila tidak demikian maka dunia akhirat merugi
(QS.Ali 'Imran, 3 : 85). Wahyu membimbing hidayah Islam (QS.AsySyu'ara:13)
bersambung kehadiran Muhammad menjadi bata terakhir bangunan kehidupan dan
Alquran menyelesaikannya (Al Hadist). Penyempurnaan hidayah Iman yang haq
(QS. Al Fath :28), membekali umat satu toleransi tinggi, tidak boleh memaksakan
keyakinan kepada orang lain yang belum mau menerima kebenaran Islam (QS. Al
Baqarah :256), diperintah berdada-lapang menerima kenyataan adanya fanatisme turun
temurun (QS.Al Kafiruun :6), wajib menda'wahkan amar ma'ruf dan nahi munkar (QS.
Ali 'Imran :104), dimulai dari diri sendiri agar terhindar dari celaan (QS. Al Baqarah
:44 dan QS. Ash-Shaf :3), maka amar ma'ruf nahi munkar adalah tiang kemashlahatan
hidup manusia dengan Iman billah (QS. Ali 'Imran :110) satu bangunan umat yang
berkualitas (khaira ummah).
Perempuan Islam tidak sama dengan makna woman dalam bahasa Inggris,
yang kabarnya berasal dari womb man berarti manusia berkantong, seperti ada
didalam pemahaman klasik Eropa bahwa wanita adalah makhluk yang mempunyai
kantong tempat tumbuh calon manusia (manusia yang hanya kantong tempat
manusia).
H. Mas’oed Abidin 7
Dalam Keluarga Minangkabau dari Sudut Pandang Agama Islam
H. Mas’oed Abidin 8
Kesetaraan dan Keadilan Gender
H. Mas’oed Abidin 9
Dalam Keluarga Minangkabau dari Sudut Pandang Agama Islam
PERAN PEREMPUAN SEBAGAI IBU, IBU inti rumah tangga dan masyarakat
(negara), guru pertama perkataan, pergaulan, penularan tauladan, cinta kasih bagi
anak-anaknya. Kehadiran manusia kepermukaan bumi dengan satu legalitas yang
disebut "keluarga".
Keluarga di bangun oleh insan berbeda jenis setaraf dalam martabat
kemanusiaan. Pembentukan satu keluarga di dalam Islam bermula pada satu
contract social disebut aqad nikah, kesediaan dua insan berlain jenis mengikat diri
hidup mu'asyarah bil ma'ruf dalam ikatan hak dan kewajiban secara utuh dan
optimal. Di mulai timbang terima dari generasi pendahulu (orang tua, sebagai wali
nasab) kepada penerus (anak dan menantu) dengan aqadnikah ritual sakral.
Generasi mesti dipahamkan amanah Allah, tumbuh belajar dengan contoh dari
tengah lingkungan dengan pendidikan keteladanan. Teladan yang baik menjadi
landasan paling asas untuk membentuk watak generasi. Generasi berbudaya
memiliki prinsip teguh, elastis, toleran bergaul, lemah lembut bertutur kata, tegas,
keras melawan kejahatan, kokoh menghadapi percabaran budaya, tegar dalam
percaturan kehidupan, menghindari ekses buruk, membuat lingkungan sehat, bijak
menata pergaulan baik, penuh kenyamanan, tahu diri, hemat, dan tidak malas,
semuanya dibentuk dari keteladanan. Konsep Rasul SAW; ”Jauhilah hidup ber-
senang-senang (foya-foya), karena hamba Allah bukan yang hidup bermewah-
mewah (malas dan lalai)” (HR.Ahmad).
KHULASAH
KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM ISLAM adalah menjadi pemilik dari apa yang
dimiliki pasangannya.
1. Mempunyai Hak kepribadian antara lain,
a) Dipergauli dengan ma'ruf (QS.An- Nisa'4),
b) Dinafkahi menurut kelapangan dan kemampuan (QS. At- Thalaq, 7),
c) Dijaga rahasia dari kepribadian perempuan yang amat karakteristik,
d) Dalam rumah tangga suami istri adalah ibarat pakaian (QS. Al
Baqarah, 187),
e) Menghormati nasab bapaknya, dan (f). mendapat hak perlindungan
dari azwajnya.
2. Didalam Hak kepemilikan,
H. Mas’oed Abidin 10
Kesetaraan dan Keadilan Gender
H. Mas’oed Abidin 11