Você está na página 1de 3

MENULIS OPINI TIDAK SUSAH

Banyak orang yang mendefinisikan opini dengan sangat bebas. Segala prasangka,
sentimen, tuduhan, dan segala jenis omongan yang tanpa dasar seringkali disebut sebagai sebuah
opini. Namun, opini yang ingin disampaikan dalam sebuah esai harus memenuhi definisi sebagai
berikut : opini adalah sebuah kepercayaan yang bukan berdasarkan pada keyakinan yang
mutlak atau pengetahuan sahih, namun pada sesuatu yang nampaknya benar, valid atau
mungkin yang ada dalam pikiran seseorang; apa yang dipikirkan seseorang; penilaian.

Jika kita membuka halaman koran, ada satu halaman yang dikhususkan sebagai halaman
opini, yang menerima tulisan dari luar. Kita semua memiliki kesempatan yang sama untuk
menulis di halaman tersebut. Jika diperhatikan, tulisan-tulisan yang dimuat di halaman opini itu
(kecuali kolom editorial) memiliki karakteristik sebagai berikut
- Opini: mewakili opini si penulis tentang sesuatu hal atau peristiwa.
- Subyektifitas: memiliki lebih banyak unsur subyektifitas, bahkan jika tulisan itu
dimaksudkan sebagai analisis maupun pengamatan yang “obyektif”.
- Persuasif: memiliki lebih banyak unsur imbauan si penulis ketimbang sekadar paparan
“apa adanya”. Dia dimaksudkan untuk mempengaruhi pembaca agar mengadopsi sikap
dan pemikiran penulis, atau bahkan bertindak sesuai yang diharapkan penulis.(Farid
Gaban)

Syarat Menulis Opini


- Keingintahuan dan Ketekunan
- Kesediaan untuk berbagi
- Kepekaan dan keterlibatan
- Kekayaan Bahan (resourcefulness)
- Kemampuan Sang Pendongeng (storyteller)
 Dialog (Umar Kayam)
 Reflektif (Goenawan Mohamad)
 Narasi (Faisal Baraas, Bondan Winarno, Ahmad Tohari)
 Humor/Satir (Mahbub Junaedi

Bagaimana sebuah tulisan itu dipandang baik?


- Kuat dalam data
- Sedikit teori
- Tidak mendalam tetapi juga tidak dangkal (jika mendalam pakai kerangka teori dan kirim
ke Jurnal)
- Ringkas (memuat 5W1H dan mengandung tiga hal: angle (pembuka), isi dan penutup)
- Tepat sasaran
- Karakter media
- Boleh ada kutipan (di awal, tengah atau di akhir). Tapi ini memang model klasik

Setidaknya, ada tiga hal yang harus kita lakukan untuk menulis sebuah opini.
1. Mencari Permasalahan
Yang dimaksud dengan permasalahan di sini adalah hal yang akan kita bahas.
Bisa melalui berita-berita di koran, bisa juga melalui peringatan-peringatan hari besar,
maupun musibah ataupun kejadian-kejadian penting.Sebagai contoh, permasalahan yang
akan kita bahas adalah mengenai KORUPSI.
2. Menentukan Sikap
Untuk mengemukakan pendapat berupa opini, tentulah kita harus menentukan
terlebih dahulu sikap terhadap permasalahan yang ada. Kita mendengar berita mengenai
deklarasi calon presiden A dan B, tentulah setelah itu kita harus menentukan sikap.
Apakah kita pro terhadap deklarasi tersebut, atau kita kontra. Atau ada hal lain yang ingin
kita sampaikan! Yang terpenting, tentukanlah sikap yang harus kita ambil. Karena
permasalahan yang kita bahas tadi adalah korupsi, dalam hal ini kita menentukan sikap
untuk MENOLAKNYA.
3. Titik Permasalahan
Dalam sebuah permasalahan, tentulah banyak titik poin yang bisa kita bahas. Jika
misalnya kita membahas mengenai pendidikan di Indonesia, kita bisa membahas
mengenai pendidikan gratis, juga bisa mengenai kualitas guru, bisa membahas fasilitas
pendidikan dan lain sebagainya. Titik permasalahan ini harus sesuai dengan
permasalahan yang kita bahas dan sikap yang kita pegang.Dalam permasalahan korupsi
yang akan kita bahas, kita akan mempersoalkan mengenai MOTIVASI KORUPSI.

Adapun langkah-langkah selain di atas, sebagai berikut :


1. Tulislah argumentasimu seputar latar belakang masalah, mengapa persoalan tersebut
layak untuk disikapi. Karena itu kamu harus bisa mendetailkan problem tersebut.
2. Ungkapkan akar masalah dari persoalan tersebut, mengapa terjadi dan menggejala.
Apakah faktor natural atau ada pihak-pihak penyebab.
3. Lakukanlah analisis pada persoalan tersebut
4. Kemudian buatlah solusi yang kamu tawarkan, berikan juga argumentasi solusi yang
kamu tawarkan seakurat dan seefektif apa solusi yang kamu berikan.
5. Buatlah kalimat penutup dengan ungkapan yang menggelitik hingga pembaca menjadi
berkesan dengan tulisanmu.

Namun, tidak semua opini dapat menjadi topik sebuah esai. Jika ada pernyataan ‘menjalin
persahabatan penting bagi hubungan antarmanusia’, pernyataan ini bisa disebut opini karena
tidak dapat dibuktikan secara ilmiah atau statistik. Walau demikian, pernyataan itu merupakan
opini yang lemah untuk dikemukakan dalam sebuah esai karena tidak merangsang timbulnya
argumen lain. Dari segi praktis, itu adalah fakta. Untuk membuatnya menarik, Anda bisa
mengubahnya menjadi opini yang lebih tajam seperti ‘persahabatan adalah hal terpenting bagi
manusia’, misalnya. Tapi cara yang lebih efektif dalam menarik minat pembaca adalah dengan
mengawalinya dengan berbagai pertanyaan menantang seperti, ‘apakah persahabatan antarpria
lebih awet daripada wanita?’ ‘bisakah persahabatan yang murni terjalin antara pria dan wanita,
ataukah antara orang tua dan anak?’ dst.
Jika kita melihat pertanyaan-pertanyaan tersebut, pembaca mungkin bisa menjawab ya atau tidak
saja. Tapi bagaimana jika Anda mengubah kata tanya tersebut dengan kata tanya yang lebih
memerlukan penjelasan seperti ‘mengapa’, ‘apakah’, atau ‘bagaimana’?
- Bagaimana orang tua dapat bersahabat dengan anak?
- Mengapa persahabatan antarpria lebih awet daripada antarwanita? (atau sebaliknya)
- Apakah persahabatan itu?
Makin banyak pertanyaan yang Anda ajukan pada diri Anda akan semakin baik. Setelah itu,
Anda akan dapat mengenali pertanyaan yang penting dan yang tidak, yang terlalu luas dan yang
terlalu sempit, dsb. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, tak jarang Anda juga
akan menemukan opini-opini yang belum pernah Anda sampaikan sebelumnya (artinya: Anda
tidak pernah benar-benar tahu apa yang sebenarnya Anda pikirkan). Teruslah melontarkan
pertanyaan. Ketika Anda menemukan satu opini pribadi yang sangat menarik berarti Anda telah
memasuki wilayah seorang penulis esai dan opini. Jadi menulis opini itu tidak susah.

(Disari dari berbagai sumber).

Você também pode gostar