Você está na página 1de 2

Audiometri dasar

Pemeriksaan audiometri memerlukan : audiometer, ruang kedap suara, audiologist


dan pasien yang kooperatif. Pemeriksaan standar yang dilakukan adalah :
* audiometri nada murni
* audiometri tutur
* immittance audiometri
Audiometri nada murni
Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran pasien pada
stimulus nada murni. Nilai ambang diukur dengan frkwensi yang berbeda-beda.
Secara kasar bahwa pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya terdiri
dari skala desibel. Suara dipresentasikan dengan earphone ( air conduction ) dan
skull vibrator ( bone conduction ). Bila terjadi air bone gap maka mengindikasikan
adanya CHL. Turunnya nilai ambang pendengaran oleh bone conduction
menggambarkan SNHL.
Simbol Audiometer
Normal
CHL
SNHL
MHL
Terima kasih atas pertanyaannya
Pada dasarnya memang tes pendengaran terbagi menjadi 2 macam :
1. Tes pendengaran tanpa alat : test bisik , tes suara ( sifatnya subyektif dan
menentukan derajat ketulian hanya secara kasar).
2. Tes pendengaran dengan alat :
– dengan garpu tala
– dengan alat audiometry ( dengan jenis yang macam-macam denga harga
berkisar diatas 30 juta ). Semakin canggih maka bisa menilai gangguan pendengaran
lebih tepat baik secara derajat maupun kemungkinan penyebab dan teknik
rehabilitasi yang paling tepat, untuk pemilihan alat bantu dengar.
Audiometri tutur : pada prinsipnya pasien disuruh mendegar kata-kata yang jelas
artinya pada intensitas mana mulai terjadi gangguan sampai 50 % tidak dapat
menirukan kata-kat dengan tepat.
Kriteria orang dikatakan tuli ?
Tuli terdiri dari beberapa derajat :
1. Ringan masih bisa mendengar pada intensitas 20-40 dB
2. Sedang =========================== 40-60 dB
3. Berat sudah tidak dapat mendengar pada === 60-80 dB
4. Berat sekali ======================== > 80 dB
pada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan komunikasi, apabila seseorang masih
memiliki sisa pendengaran diharapkan dengan bantuan alat bantu dengar
(ABD/hearing AID) suara yang ada diamplifikasi dikeraskan oleh ABD sehingga bisa
terdengar.
Prinsipnya semua tes pendengaran agar akurat hasilnya, tetap harus pada ruangan
kedap suara, minimal sunyi. Karena kita meberikan tes pada frekwensi tertentu
dengan intensitas lemah , TiiiiT….. kalau ada gangguan suara pasti akan
mengganggu penilaian kita.
Pada audiometru tutur, memang kata-kata tertentu denagn vokal dan konsonan
tertentu yang dipaparkan ke penderita.
Intensitas pada pemeriksaan audiometri bisa dimulai dari 20 dB bila tidak mendengar
40 dB dst, bila mendengar intensitas bisa diturunkan 0 dB, berarti pendengaran baik.
Tes sebelum dilakukan audiometri tentu saja perlu pemeriksaan telinga : apakah
congek atau tidak ( ada cairan dalam telinga ), apakah ada kotoran telinga ( serumen
), apakah ada lubang pada gendang telinga. Untuk menentukan penyebab kurang
pendengaran.

Pada dasarnya tes pendengaran terbagi menjadi 2 macam :


1. Tes pendengaran tanpa alat : test bisik , tes suara ( sifatnya subyektif dan
menentukan derajat ketulian hanya secara kasar).
2. Tes pendengaran dengan alat :
– dengan garpu tala
– dengan alat audiometry ( dengan jenis yang macam-macam denga harga berkisar
diatas 30 juta ). Semakin canggih maka bisa menilai gangguan pendengaran lebih
tepat baik secara derajat maupun kemungkinan penyebab dan teknik rehabilitasi
yang paling tepat, untuk pemilihan alat bantu dengar.
Audiometri tutur : pada prinsipnya pasien disuruh mendegar kata-kata yang jelas
artinya pada intensitas mana mulai terjadi gangguan sampai 50 % tidak dapat
menirukan kata-kat dengan tepat.
Kriteria orang dikatakan tuli ?
Tuli terdiri dari beberapa derajat :
1. Ringan masih bisa mendengar pada intensitas 20-40 dB
2. Sedang =========================== 40-60 dB
3. Berat sudah tidak dapat mendengar pada === 60-80 dB
4. Berat sekali ======================== > 80 dB
pada dasarnya tuli mengakibatkan gangguan komunikasi, apabila seseorang masih
memiliki sisa pendengaran diharapkan dengan bantuan alat bantu dengar
(ABD/hearing AID) suara yang ada diamplifikasi dikeraskan oleh ABD sehingga bisa
terdengar.
Prinsipnya semua tes pendengaran agar akurat hasilnya, tetap harus pada ruangan
kedap suara, minimal sunyi. Karena kita meberikan tes pada frekwensi tertentu
dengan intensitas lemah , TiiiiT….. kalau ada gangguan suara pasti akan
mengganggu penilaian kita.
Pada audiometru tutur, memang kata-kata tertentu denagn vokal dan konsonan
tertentu yang dipaparkan ke penderita.
Intensitas pada pemeriksaan audiometri bisa dimulai dari 20 dB bila tidak mendengar
40 dB dst, bila mendengar intensitas bisa diturunkan 0 dB, berarti pendengaran baik.
Tes sebelum dilakukan audiometri tentu saja perlu pemeriksaan telinga : apakah
congek atau tidak ( ada cairan dalam telinga ), apakah ada kotoran telinga ( serumen
), apakah ada lubang pada gendang telinga. Untuk menentukan penyebab kurang
pendengaran.

Test Audiometri sebaiknya di lakukan pada saat istirahat, sesudah bebas 13 – 16 jam
paparan, dengan maksud agar apabila yang bersangkutan menderita TTS, maka
TTSnya akan menghilang paling cepat 16 jam.

Você também pode gostar