Você está na página 1de 5

Apabila orang mengalami depresi dan tidak aktif, sumber penguatan utama mereka adalah simpati dan

perhatian yang mereka terima dari keluarga dan teman-teman. Perhatian ini pada mulanya menguatkan

perilaku maladaptif (menangis, mengeluh, membicarakan tentang bunuh diri). Tetapi karena berada di sekitar

seseorang yang selalu gundah sangat menjemukan, perilaku orang depresi akhirnya terasing dari teman-teman

dekat sekalipun; hal ini menyebabkan lebih berkurangnya penguatan dan meningkatkan isolasi sosial dan

kesedihan seseorang. Intinya tingkat penguatan positif yang rendah makin mengurangi kegiatan individu dan

ekspresi perilaku yang dapat dikuatkan.

2.3.2 Skisofrenia
Skisofrenia merupakan nama yang diberikan pada beberapa gangguan yang ditandai dengan parahnya

kekacauan kepribadian, distorsi realita, dan ketidakmampuan untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.

Kadang-kadang gangguan ini berkembang secara lamban sebagai proses yang sedikit demi sedikit

meningkatkan perilaku mengasingkan diri dan perilaku yang tidak wajar. Dilain hal skisofrenia terjadi secara

tiba-tiba, ditandai dengan adanya kerancuan yang intens dan kekacauan emosi; kasus-kasus semacam ini

biasanya timbul dengan segera yang disebabkan oleh adanya saat-saat stres pada seseorang yang hidupnya

cenderung menyendiri, suka bekerja sendiri, dan merasa tidak aman.

Untuk memahami gangguan skisofrenia dapat ditinjau dari beberapa faktor, yang
diantaranya faktor sosial dan psikologis.

Penelitian tentang peran faktor sosial-psikologis sebagai sebab timbulnya skisofrenia berfokus pada

hubungan orangtua-anak dan pola komunikasi dalam keluarga. Penelitian keluarga penderita skisofrenia

mengidentifikasikan dua macam hubungan keluarga yang tampaknya dapat menyebabkan gangguan

Perilaku dan keterampilan individu


yang tidak begitu efektif.
Penguatan sosial untuk depresi.

tersebut. Pertama orangtua sangat menarik batas dan tidak mau bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama;

masing-masing tidak menghargai dan mencoba mendominasi yang lain serta berlomba memperoleh kesetiaan

anak. Yang kedua, tidak terdapat perselisihan yang terbuka; orangtua yang dominan menunjukan psikopatologi

yang serius sehingga orangtua yang satunya secara pasif menerima sebagai normal. kedua macam keluarga di

atas menggambarkan orangtua yang aneh, tidak dewasa, dan yang memanfaatkan anaknya untuk memenuhi

kebutuhan mereka dan dapat dengan mudah menyebabkan anak-anak merasa bingung, terasing dan tidak yakin

akan perasaan orang yang sebenarnya. Dalam arti tertentu, anak akan tumbuh dan belajar menerima distorsi-

distorsi realita orangtuanya sebagai hal yang normal.

Pengamatan interaksi pada keluarga skisofrenik menunjukan bahwa masalah-masalah dalam

komunikasi merupakan bagian penting dari penyimpangan orangtua. Mereka seringkali tidak dapat

memusatkan perhatianya dan mengkomunikasikan pesan yang bertalian secara logis kepada pendengarnya.

2.4.3 Gangguan kecemasan


Kecemasan dianggap abnormal jika terjadi dalam situasi yang oleh kebanyakan orang dapat diatasi

dengan mudah. Gangguan kecemasan mencakup sekelompok gangguan, dimana rasa cemas merupakan gejala

utama (kecemasan merata dan gangguan panik) atau kecemasan dialami jika individu berupaya mengendalikan

perilaku maladaptif tertentu (gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan fobia).

Menurut teori belajar sosial, kecemasan lebih ditimbulkan oleh peristiwa eksternal tertentu ketimbang

oleh konflik internal. Seorang yang menderita kecemasan merata merasa bahwa dia tidak dapat mengendalikan

situasi kehidupan yang bermacam-macam sehingga perasaan kecemasan hampir selalu ada. Fobia dianggap

sebagai respon penghindaran yang dapat dipelajari secara langsung (melalui pengalaman yang menakutkan)

atau secara tidak langsung dengan mengamati respon yang menakutkan pada orang lain. Perilaku obsesif-

kompulsif

tetap ada karena hal ini dikaitkan dengan pengurangan kecemasan. Misalnya, seorang yang terganggu oleh

pikiran takut pada kuman atau penularan penyakit dapat beranggapan bahwa mencuci tangan sedikit-sedikit

akan melegakan rasa takutnya. Oleh karena itu, cuci tangan dapat diasosiasikan dengan pengurangan

kecemasan dan sedikit demi sedikit menjadi respon yang ritual jika orang tersebut merasa cemas.

Bab III
Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Smith, E., dan Bem, D.J. t.t. Pengantar Psikologi,
Edisi Kesebelas, Jilid 2. Interaksara. Batam.
Baihaqi, MIF., Sunardi, Akhlan, R.N.R., Heryati, E. 2005. Psikitari (Konsep
Dasar dan Gangguan-gangguan). PT. Refika Aditama. Bandung.
Fausiah, Fitri & Julianti Widury. 2005. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. UI
Press : Jakarta.
Feldman, Robert S. 1992. Elements of Psychology, International Edition.
McGraw-Hill, Inc. United States of America.
Feldman, Robert S. 2003. Essential of Understanding Psychology, Fifth Edition.
McGraw-Hill, Inc. New York.
Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan. Erlangga : Jakarta

Você também pode gostar