Você está na página 1de 6

12 October 2010

Ikhtisar Perekonomian Mingguan


Perang Mata Uang Global: Beberapa implikasi

Perang Mata Uang untuk Mendorong Ekspor Negara-Negara Maju?


Isu perang mata uang mencuat belakangan ini, seiring dengan timbulnya
berbagai kebijakan bank sentral negara-negara maju yang berdampak terhadap
pelemahan bagi mata uang negaranya. Hal ini dapat mengakibatkan volatilitas
pergerakan mata uang global semakin menjadi-jadi. Sementara bagi Indonesia,
prospek bertahannya perbedaan suku bunga yang relatif tinggi bisa terus
Anton Hendranata mengundang arus modal masuk dan memberi dorongan terhadap penguatan
Ekonom/Ekonometrisi
anton.hendranata@danamon.co.id Rupiah.

Beberapa bulan terakhir ini, neraca perdagangan Cina terus berada dalam tren
meningkat (Gambar 1). Sementara itu, defisit neraca perdagangan di AS terus
membengkak (Gambar 2) dan defisit perdagangan Uni Eropa cenderung tidak
Anton Gunawan
Ekonom Kepala
mengalami perbaikan yang berarti (Gambar 3). Barang-barang dari Cina terlihat
anton.gunawan@danamon.co.id relatif murah di tengah depresiasi Yuan yang cukup signifikan terhadap Dolar
AS sejak semester I tahun 2005 (Gambar 4).

Ketidakseimbangan global ini, kembali menjadi sorotan pasar setelah AS


meningkatkan retorikanya dalam mengkritisi kebijakan nilai tukar Yuan. Selain itu, di
Helmi Arman
Ekonom/Analis Pasar Obligasi tengah tingginya ketidakpastian pemulihan perekonomian disana, AS juga
helmi.arman@danamon.co.id diperkirakan akan melakukan quantitative easing, yakni kebijakan pembelian obligasi
Ekonom/Analis Pasar Obligasi pemerintah oleh Bank Sentral AS (The Fed). Inti dari kebijakan ini adalah pencetakan
helmi.arman@danamon.co.id
uang yang bisa menyebabkan nilai tukar Dolar AS melemah terhadap mata uang
utama dunia dan Asia (Gambar 5).

Kekuatiran akan melemahnya Dolar AS ini pun menjalar ke beberapa negara di Asia.
Mengikuti jejak AS, Jepang mensinyalir akan melakukan quantitative easing, selain
dari pemotongan suku bunga acuannya menjadi 0 – 0,1% minggu lalu (dari
sebelumnya 0,1%). Setelah Jepang, ada juga Thailand yang baru saja
menghilangkan fasilitas pembebasan pajak 15% bagi pembelian obligasi oleh
investor asing (dengan tujuan menahan penguatan nilai tukar Baht). India pun
diberitakan akan melakukan intervensi di pasar valas jika perekonomiannya mulai
terganggu dengan penguatan Rupee yang terlalu tajam.

Kebijakan saling melemahkan mata uang di tengah tingginya ketidakpastian


pemulihan global ini tentu saja memiliki beberapa implikasi. Pertama, volatilitas
pergerakan mata uang utama dunia akan cenderung tinggi, terutama bila
kebijakan di satu negara di respon oleh kebijakan serupa di negara lain. Kedua,
normalisasi suku bunga di negara-negara maju diperkirakan tidak akan terjadi
dalam waktu dekat. Suku bunga di negara maju akan dipertahankan di level rendah
sehingga arus modal (capital flow) bisa terus mengalir ke negara-negara
berkembang.

Bagi Indonesia, tingginya kepercayaan investor terhadap fundamental perekonomian


domestik, ditambah dengan masih menariknya imbal hasil investasi di Indonesia
dibandingkan dengan negara-negara di kawasan regional bisa mengakibatkan aliran
modal asing terus mengalir ke perekonomian domestik. Minat asing untuk mengoleksi
obligasi pemerintah Indonesia masih cukup tinggi. Imbal hasil obligasi pemerintah
menurun tajam dibandingkan dengan seminggu yang lalu (Gambar 6). Kepemilikan
asing terus meningkat menjadi Rp. 187,03 triliun per 8 Oktober dari Rp. 183,03 triliun
per 1 Oktober 2010.

Hal ini berarti Rupiah masih akan mengalami tekanan ke bawah (menguat)
dalam waktu dekat ini, dan suku bunga acuan BI pun berpeluang terus
dipertahankan di level 6.50% setidaknya dalam beberapa bulan ke depan. Hanya

Danamon Economic & Market Research 1


saja, dalam hemat kami, kerelaan BI dalam membiarkan penguatan rupiah akan
bergantung pada seberapa cepat mata uang regional lainnya menguat terhadap Dolar
AS. Selain itu, juga melihat perkembangan kinerja pertumbuhan ekspor produk-
produk manufaktur Indonesia.

Danamon Economic & Market Research 2


Gambar 1. Surplus Perdagangan Cina Fantastis Gambar 2. Defisit Perdagangan AS Membengkak
100 45000
%YoY Juta USD
40000 40 -30000
80
35000
-35000
30
60
30000
-40000
20
40 25000 -45000

20000 10
-50000
20
15000
0 -55000
0 10000
-60000
-10
5000
-20 -65000
-20
0 -70000
-40
-5000 -30
-75000
%YoY Juta USD
-60 -10000
-40 -80000
Feb-08 Aug-08 Feb-09 Aug-09 Feb-10 Aug-10 Jan-08 Jul-08 Jan-09 Jul-09 Jan-10 Jul-10

Surplus Perdagangan (sb kanan) Ekspor Surplus Perdagangan (sb kanan) Ekspor
Impor Impor

Sumber: CEIC Sumber: CEIC

Gambar 3. Defisit Perdagangan Eropa Masih Tinggi Gambar 4. Depresiasi Yuan Mulai Terbatas
40 5

30 0

20 -5

10 -10

0 -15

-10 -20

-20 -25

-30 -30

%YoY Miliar Euro


-40 -35
Jan-08 Apr-08 Jul-08 Oct-08 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Oct-09 Jan-10 Apr-10 Jul-10

Surplus Perdagangan (sb kanan) Ekspor


Impor

Sumber: CEIC Sumber: Bloomberg (12 Oktober 10)

Gambar 5. Indeks Dolar AS Melemah, Mata Uang Asia Cenderung Gambar 6. Imbal Hasil Obligasi Pemerintah Indonesia Terus
Menguat Turun

3.0

1.5

0.0

Indonesia Korea
Malaysia Filipina
-1.5 Singapura Thailand
India Indeks Asia
Indeks Dolar AS Eropa
Japan
-3.0
13 - 17 Sep 20 - 24 Sep 27 Sep - 1 Okt 4 - 8 Okt

Sumber: Bloomberg (12 Oktober 10) Sumber: Bloomberg (12 Oktober 10)

Danamon Economic & Market Research 3


Gambar 7. Dolar AS Terus Melemah; Apresiasi (+)/ Depresiasi (-)

90 116.2

Indeks Dolar AS
88 Indeks Asia (sumbu kanan) 115.0

86 113.8

84 112.6

82 111.4

80 110.2

78 109.0
Mar-10 Apr-10 May-10 Jun-10 Jul-10 Aug-10 Sep-10 Oct-10

Sumber: Bloomberg (12 Oktober 10)

Danamon Economic & Market Research 4


Indonesia: Proyeksi Indikator-Indikator Perekonomian

2007 2008 2009 2010E* 2011E*

Produk Domestik Bruto Riil (% tahun thd tahun) 6,3 6,1 4,5 6,1 6,4
Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 9,8 8,6 7,9 7,2 6,9
Neraca Perdagangan Barang (USD miliar) 32,8 22.9 35,2 36,6 37,5
Neraca Transaksi Berjalan (% thd PDB) 2,5 0,1 2,0 1,1 0,6
Cadangan Devisa Bank Indonesia (USD miliar) 56,9 51,6 66,1 83,2 95,4
Nilai Tukar Rp/USD (akhir-tahun) 9.419 10.950 9.400 9.075 9.150
Nilai Tukar Rp/USD (rata-rata) 9.136 9.678 10.399 9.100 9.155
Suku bunga kebijakan BI (%, akhir-tahun) 8,00 9,25 6,50 6,50 7,50
Inflasi harga konsumen (%, tahun thd tahun) 6,6 11,1 2, 8 6,1 6,2
Defisit / Surplus APBN (% thd PDB) -1,3 -0,1 -1,6 -1,4 -1,2
Peringkat utang oleh S&P BB- BB- BB- BB BB+
Sumber: BPS, CEIC, * Proyeksi Danamon

Kamus istilah

Indeks Dolar AS : Indeks rata-rata tertimbang nilai tukar Dolar AS terhadap mata uang utama, yang
terdiri atas enam negara maju (G6) yakni: Euro, Yen Jepang, Pound Sterling
Inggris, Dolar Kanada, Danish Krone Denmark, dan Swiss Franc. Indeks Dolar
populer dipakai untuk menggambarkan tren Dolar AS secara umum.

Indeks Asia : Indeks rata-rata tertimbang nilai tukar Dolar AS terhadap sepuluh mata uang
negara Asia: Yuan Cina, Dolar Hongkong, Ruppe India, Rupiah Indonesia, Won
Korea, Ringgit Malaysia, Peso Filipina, Dolar Singapura, Dolar Taiwan, Bath
Thailand.

Surat Berharga Negara (SBN) : Surat berharga yang berupa surat pengakuan utang yang dijamin pembayaran
bunga dan pokoknya oleh negara RI dan digunakan untuk membiayai defisit
APBN serta menutup kekurangan kas jangka pendek dalam satu tahun anggaran.

Danamon Economic & Market Research 5


Riset Ekonomi dan Pasar Keuangan

Anton H. Gunawan Ekonom Kepala +62 21 5799-1466


anton.gunawan@danamon.co.id

Helmi Arman Ekonom / Analis Pasar Obligasi +62 21 5799-1563


helmi.arman@danamon.co.id

Anton Hendranata Ekonom / Ekonometrisi +62 21 5799-1563


anton.hendranata@danamon.co.id

PT Bank Danamon Indonesia, Tbk.


Menara Bank Danamon
Jalan Prof. Dr. Satrio Kav. E IV #6
Mega Kuningan, Jakarta 12950
INDONESIA
***
Facs: +62 21 5799-1048

SERTIFIKASI ANALIS
Dengan ini kami mensertifikasi bahwa semua pandangan yang diutarakan dalam laporan riset ini merefleksikan pendapat pribadi kami secara akurat.
Tidak ada bagian dari remunerisasi kami yang dihubungkan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan rekomendasi dan / atau pendapat
yang diutarakan dalam laporan ini.

DISKLAIMER
Informasi yang terkandung dalam laporan ini diambil dari sumber-sumber yang kami anggap bisa dipercaya. Namun, PT Bank Danamon Indonesia,
perusahaan-perusahaan afiliasinya, serta karyawan-karyawannya tidak menjamin atau menerima tanggung-jawab terkait dengan keakuratan dan
kelengkapan dari informasi dan / atau pandangan-pandangan yang diutarakan dalam laporan ini. Kami menolak permintaan tanggung jawab terhadap
segala kerugian, kerusakan, tagihan, dan / atau biaya-biaya yang timbul dari siapapun sebagai akibat dari tindakan yang didasari pada informasi
atau pandangan yang diutarakan dalam laporan ini. Informasi dalam laporan ini dimaksudkan sebagai bahan informasi umum dan tidak boleh
dianggap sebagai rekomendasi dari PT Bank Danamon Indonesia, perusahaan-perusahaan afiliasinya, serta karyawan-karyawannya untuk melakukan
investasi, transaksi keuangan dan / atau perjanjian tertentu dengan pihak manapun. Laporan ini tidak ditujukan secara khusus bagi pihak-pihak yang
menerimanya. Dalam membuat suatu keputusan investasi, sebaiknya anda melakukan analisa dan evaluasi independen, serta mencari nasihat hukum
dan keuangan profesional.

Danamon Economic & Market Research 6

Você também pode gostar