Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Disusun oleh:
Kelompok 2
1
bagaimana menghasilkan produktifitas yang setinggi-tingginya pada satu bidang tanah
dengan merekayasa segala bentuk input produksi, mulai dari teknologi, kredit
usaha, keterampilan petani, dan lain-lain.
Aturan ini sengaja diterapkan agar pemerintah Hindia Belanda dapat memiliki
tanah-tanah rakyat yang pada waktu itu, hampir seluruhnya menerapkan sistem hukum
adat. Sementara pemilikan tanah berdasarkan sistem adat tidak ada satupun yang
menyamai hak eigendom. Kelahiran UUPA 1960 lah yang kemudian dipandang sebagai
titik balik perjalanan politik agraria di Indonesia karena kembali menempatkan hukum
adat sebagai dasar hukum agraria di Indonesia. Dengan menerapkan strategi populis,
UUPA 1960 menghendaki penataan kembali struktur penguasaan sumber-sumber
agraria yang timpang dan terbukti pula menimbulkan berbagai masalah sosial pada
masa itu. UUPA ingin melakukan perombakan total terhadap strategi kapitalisme yang
dikembangkan oleh pemerintah Hindia Belanda.
2
PEMBAHASAN
Konsep Agraria
3
Masyarakat Indonesia kerap kali dihadapi oleh berbagai persoalan yang terkait
dengan ketidak-adilan dalam mendapatkan hak atas penguasaan dan pemanfaatan
suber-sumber agraria. Hal ini disebabkan oleh kebijakan-kebijakan politik yang tidak
memberikan kelayakan akses bagi masyarakat untuk memiliki dan memanfaatkan
sumber-sumber agraria.
Dari tahun ke tahun penguasaan tanah oleh petani semakin menurun, jumlah
petani gurem baik pemilik maupun penyewa semakin meningkat, begitu juga halnya
dengan petani penyakap yang kesemuaannya dapat dikategorikan sebagai masyarakat
miskin. Di sisi lain konsentrasi penguasaan sumber-sumber agraria oleh segelintir
orang saja begitu mencuat, karena didukung oleh berbagai undang-undang sektoral.
Konflik agraria merupakan kenyataan yang kerap terjadi di berbagai wilayah di
Indonesia.
4
konflik agraria berawal dari proses “negaraisasi” tanah-tanah yang sudah lama dikuasai
dan didiami rakyat. Atas nama hak menguasai dari negara, pemerintah memberikan
alas klaim atau hak pemanfaatan baru bagi badan- badan usaha.
Mengacu data statistik permasalahan pertanahan yang saat ini ditangani Badan
Pertanahan Nasional RI setelah validasi bulan Agustus 2007, diketahui terdapat 7.491
kasus, dengan rincian sengketa pertanahan 4.581 kasus, konflik pertanahan 858 kasus,
dan perkaran pertanahan 2.052 kasus. Dari 7.491 kasus tersebut, presentase
berdasarkan tipologi masalahnya adalah:
(h) Pelaksanaan putusan pengadilan 8,20% (Pidato Kepala BPN RI, di Denpasar Bali, 14
November 2007).
Contoh konflik agraria yang kerap kali terjadi di Indonesia yakni dalam hal
kepemilikan kawasan hutan. Dalam konteks ini, petani sering dituduh menyerobot
kawasan hutan, padahal dalam banyak kasus justru petanilah yang diserobot lahannya.
Sebagaimana yang terjadi dalam kasus Cibaliung di Propinsi Banten, tanah rakyat justru
dirampas Perhutani, meski petani memiliki bukti kepemilikan yang sah hal tersebut
tidak menutup tindak kekerasan yang terjadi pada petani.
Konflik kehutanan bisa juga muncul di wilayah konservasi hutan atau hutan
suaka, padahal rakyat lebih lama tinggal di kawasan tersebut. Hal ini juga terjadi seperti
kasus TNUK (Taman Nasional Ujung Kulon) di Propinsi Banten, yang dimana petani
dipaksa pindah dari tempat tinggalnya karena daerahnya ditetapkan sebagai taman
nasional. Konflik yang berkepanjangan itu kembali memakan korban, yakni satu orang
petani anggota SPI (Serikat Petani Indonesia) tewas tertembak pada 2006 yang
5
mengakibatkan kemarahan kaum tani yang hidup disana. Buntut dari konflik tersebut,
pada 23 Mei 2007 lima orang petani di kawasan TNUK ditangkap.
Reforma Agraria
Penataan kembali arah kebijakan politik agraria disadari bersama sebagai hal
yang sangat esensial untuk mewujudkan suatu keadilan sosial dan pemerataan hak bagi
masyarakat. Salah satu upaya perbaikan tersebut adalah dengan mencuatkan kembali
pentingnya pelaksanaan Reforma Agraria sebagai salah satu agenda pembangunan
bangsa.
6
kesejahteraan rakyat. Apabila makna ini di dekomposisikan, terdapat lima komponen
mendasar di dalamnya, yaitu:
1. Resturukturisasi penguasaan asset tanah ke arah penciptaan struktur sosial-
ekonomi dan politik yang lebih berkeadilan (equity),
2. Sumber peningkatan kesejahteraan yang berbasisi keagraraiaan (welfare),
3. Penggunaan atau pemanfaatan tanah dan faktor-faktor produksi lainnya secara
optimal (efficiency),
4. Keberlanjutan (sustainability), dan
5. Penyelesaian sengketa tanah (harmony).
Konsep Reforma Agraria tidak lepas dari apa yang disebut dengan konsep
Lanreform. Syahyuti (2004) mengutarakan bahwa dalam konteks reforma agraria,
peningkatan produksi tidak akan mampu dicapai secara optimal apabila tidak
didahului oleh landreform. Sementara, keadilan juga tidak mungkin dapat dicapai
tanpa landreform. Jadi, landreform tetaplah menjadi langkah dasar yang menjadi basis
pembangunan pertanian dan pedesaan. Adapun tujuan dari landreform menurut
Michael Lipton dalam Mocodompis (2006) adalah:
1. Menciptakan pemerataan hak atas tanah diantara para pemilik tanah. Ini
dilakukan melalui usaha yang intensif yaitu dengan redistribusi tanah, untuk
mengurangi perbedaan pendapatan antara petani besar dan kecil yang dapat
merupakan usaha untuk memperbaiki persamaan diantara petani.
7
DAFTAR PUSTAKA
BPN. 2007. Reforma Agraria: Mandat Politik, Konstitusi, dan Hukum Dalam Rangka Mewujudkan
“Tanah untuk Keadilan dan Kesejahteraan Rakyat”. Jakarta: Badan Pertanahan Nasional RI.
Mocodompis, Harison. 2006. Reforma Agraria Dan Upaya Mengatasi Kemiskinan di Indonesia.
Sitorus, MT Felix. 2002. Lingkup Agraria dalam Endang Suhendar et al (ed.). Menuju Keadilan
Agraria: 70 Tahun Gunawan Wiradi. Bandung: Akatiga.
Soetarto, Endriatmo dan Shohibuddin. 2006. Tantangan Pelaksanaan Reforma Agraria dan
Peran Lembaga Pendidikan Kedinasan Keagrariaan.
Suryo, Tejo. 2008. Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Program Reforma Agraria Nasional.
Tesis. Program Pasca Sarjan IPB.
http://ahmad.zuber70.googlepages.com/pendekatandalammemahamiperubahanagrariad
http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/ART3-2d.pdf
http://www.suarapembaruan.com/News/2009/08/02/Profil/pro01.htm