Você está na página 1de 19

ANALISIS PENGARUH THIRD PARTY LOGISTIC (3PL) TERHADAP KINERJA

ORGANISASI PERUSAHAAN INTI (CORE) SEHUBUNGAN DENGAN


PERKEMBANGAN PENGGUNAAN IT DALAM PENERAPAN SUPPLY CHAIN
MANAGEMENT PERUSAHAAN

PROPOSAL
DEPARTEMEN MANAJEMEN

OLEH :
MISBACH HAKIKI
NIM: 040710660

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2010
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Masalah


Pada era globalisasi ini, setiap perusahaan dituntut untuk dapat menyesuaikan dengan
perubahan yang terjadi yang berhubungan dengan bisnis dan perdagangan. Dalam mengatasi
perubahan yang begitu cepat tersebut, perusahaan akan mempunyai strategi khusus yang akan
mereka terapkan dalam perusahaan mereka sendiri sehubungan dengan persaingan yang
terjadi secara global tersebut. Masing-masing perusahaan tentu mempunyai strategi yang
berbeda satu sama lain. Perbedaan strategi tersebut disebabkan adanya perbedaan
permasalahan yang akan dihadapi oleh masing-masing entitas usaha tersebut. Dalam
penerapannya, setiap strategi tersebut akan berusaha untuk mendapatkan manfaat yang
optimal dari terhadap pendayagunaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin
sesuai strategi yang diterapkan oleh perusahaan, maka akan semakin efektif dan efisien
kinerja dari entitas tersebut.
Masing-masing entitas usaha tersebut harus memperhatikan lingkungan tempat
mereka melaksanakan segala aktifitas yang berkaitan dengan penciptaan suatu barang atau
jasa. Hal itu disebabkan setiap kegiatan dari mereka akan turut mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh lingkungan baik yang bersifat individu ataupun kolektif. Perubahan dari
lingkungan tempat entitas tersebut berdiri juga turut mempengaruhi optimalisasi kinerja.
Perusahaan harus bersifat reaktif dan aktif terhadap segala perubahan yang telah dan mungkin
akan terjadi. Dengan adanya sifat tersebut, maka perusahaan tersebut akan dapat
mempertahankan daya saingnya dibanding competitor yang ada.
Sehubungan dengan daya saing perusahaan, maka setiap entitas yang berdiri
seharusnya memperhatikan tentang pertumbuhan ataupun pengembangan strategi perusahaan.
Pengambangan yang dimaksud disini adalah pengembangan yang berkelanjutan dalam artian
pengembangan yang dilakukan oleh perusahaan baik meliputi strategi ataupun daya saing
perusahaan dilaksanakan secara berkesinambungan dan saling melengkapi satu sama lain.
Adanya pengembangan yang berkelanjutan tersebut harus dapat mencakup fungsi perusahaan
secara keseluruhan. Dengan adanya perhatian terhadap peningkatan strategi dan daya saing
perusahaan, maka perusahaan akan mendapatkan suatu nilai tambah yang besar terkait
dengan kemampuannya dalam menciptakan keunikan dan perbedaan dengan perusahaan
sejenis. Adanya perbedaan dan keunikan tersebut yang menjadikan suatu entitas usaha tetap
dapat bertahan meskipun persaingan yang terjadi sekarang lebih bersifat global dan
mencakup segala bidang usaha.
Salah satu hal yang menjadi perhatian dalam suatu peningkatan daya saing
perusahaan berkaitan dengan pengelolaan logistic suatu perusahaan. Kemajuan logistik telah
menjadi sumber utama pada suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang baru dan
mempertahankan competitive advantage. Juga terdapat beberapa contoh dimana sistem
logistik telah menjadi penyebab penghambat dalam suatu manajemen secara keseluruhan.
Kemampuan dalam mengurangi total biaya dan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang
diberikan kepada konsumen dapat bertambah melalui eliminasi dri hambatan ini. Dari sudut
sosial, suatu sistem logistik yang efisien dapat memberikan kemungkinan untuk mengurangi
hambatan di jalan dan pencemaran lingkungan, yang dapat dihasilkan dalam menekan
produktivitas ekonomi makro.
Beberapa penemuan telah dikembangkan untuk memajukan sistem logistik. Inovasi
ini dapat diklasifikasikan lebih luas lagi menjadi inovasi untuk meningkatkan proses
individual logistik, dan inovasi ntuk menciptakan sistem logistik seluruhnya. Terlebih dahulu
termasuk di dalamnya inovatif hardware seperti terminal new inter-modal dengan
kemampuan pemindahan yang efisien dan inovatif software seperti rencana rute truk dengan
ITS (Intelegent Transportasi System) dan (Global Positioning System). Inovasi ini satu per
satu dapat dikembangkan pada seluruh kemampuannya hanya ketika mereka digunakan di dla
memperbaharui hambatan tersebut.
Selain itu, dalam menyikapi daya saing perusahaan lainnya yang harus terus
dikembangkan, maka salah satu cara yang lazim dilakukan oleh sebuah perusahaan adalah
dengan penerapan Supply Chain Management yang efektif. Supply Chain terdiri dari
sekumpulan proses yang berhubungan dengan aliran barang, informasi, dan uang diantara
perusahaan-perusahaan, dari tingkat raw material sampai produksi tingkat pemakaian, dan
akhirnya pada tingkat daur ulang. Suatu alat untuk mengoptimasi supply chain akan melalui
manajemen terintegrsi yang disebt Supply Chain Management (SCM). Seperti telah diketahui
bersama bahwa Supply Chain Management memegang peranan yang sangat penting dalam
pertumbuhan industri pada era globalisasi seperti ini. Setiap perusahaan akan berlomba untuk
dapat menerapkan pola SCM yang efektif sesuai dengan kebutuhan perusahaan. SCM disini
merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat terelakkan lagi menjadi suatu hal yang wajib
dilakukan oleh suatu perusahaan. Dalam penerapannya, SCM ini akan mampu menjadi suatu
sistem yang terkelola dengan baik mulai dari supplier sampai dengan konsumen akhir.
Adanya sistem yang terkelola dengan baik itulah yang nantinya akan menjadikan sebuah
perusahaan mampu atau tidak bersaing dalam lingkungan industry yang semakin kompetitif.
SCM yang didesain dengan baik menghasilkan net value positif dengan memberikan
keuntungan, mengurang biaya, dan menigkatkan kelangsungan hidup keuangan. Perusahaan
dengan supply chain yang diselsaikan dengan baik dapat membagikan keuntungan dengan
layak, dengan menghasilkan yang disebut ”win-win relationship”.
Beberapa keuntungan dari penerapan SCM bagi perusahaan adalah sebagai berikut :
1. sumber daya untuk menghasilkan keuntungan termasuk menekan lead-time atau
respone yang fleksibel pada pelanggan.Seperti improvement atau peningkatan
dapat membuat supply chain perusahaan yang kompetitif. Keuntungan ini
dihasilkan dari sumber daya perusahaan yang terpusat terhadap core-competence
mereka dan menghasilkan value dengan memiliki fleksibilitas dan dapat
beradaptasi terhadap perubahan lingkungan pasar.
2. biaya dapat dikurangi berhubungan dengan keuntungan yang terintegritas.
Terdapat skala ekonomi dan jangkauan pada proes integrasi vertikal Sebagai
contoh, menghindari investment yang berlebihan dalam warehousing dan
mengurangi inventory level dengan berbagi informasi.
Bagaimana juga, dengan maksud untuk memaksimalkan suatu net value dengan
SCM, ”aliansi antara perusahaan” dengan persekutuan atau hubngan kerja yang
reliable jika diperlukan. Dalam menjalankannya memerlukan biaya transaksi
yang tinggi dan membutuhkan tiga kondisi. Pertama, waktu hubungan haruslah
cukup panjang atau lama untuk membuat partnership yang baik dan
berkomitmen. Kedua, perusahaan dalam supply chain harus memiliki kemmpun
yang diperlukan dan harus membagi tanggung jawab dengan masuk akal
(seimbang).
3. berbagai jenis informasi seperti pesanan, inventory atau permintan pelanggan
harus dapat dibagi dan diproses dengan benar. Dengan memperhatikan tiga poin
tersebut pengebangan IT sebelumnya dapat berkontribsi terhadp SCM.
Perkembangan dalam penggunaan SCM yang terintegras tersebut merupakan salah
satu cara perusahaan dalam menghadapi kompetisi yang semakin berat dibandingkan dengan
perusahaan yang bergerak di bidang yang sejenis. Pengembangan SCM juga seharusnya
dilakukan secara berkelanjutan dalam arti perusahaan tetap melakukan pengembangan-
pengembangan baru dalam menemukan strategi yang mungkin saja menghasilkan sesuatu
yang lebih efektif daripada sekedar penerapan SCM secara biasa.
Perusahaan sekarang lebih terfokus pada kegiatan intinya daripada sekedar
memikirkan hal-hal lain yang mungkin tidak memberikan nilai tambah apapun bagi
perusahaan yang dimaksud. Keadaan seperti itu tentu akan memberikan suatu keunggulan
tersendiri bagi perusahaan karena perusahaan dapat meningkatkan nilai tambah produk atau
jasa sebagai hasil yang akan dinikmati oleh konsumen akhir. Pemberian nilai tambah pada
suatu produk ataupun jasa dari perusahaan tersebut secara tidak langsung merupakan
perwujudan dari peningkatan kinerja perusahaan yang akan menambah daya saing mereka
terhadap competitor yang ada.
Salah satu hal yang selama ini dianggap perusahaan sebagai salah satu hal yang tidak
memberikan nilai tambah apapun bagi suatu produk adalah masalah distribusi suatu barang.
Kegiatan tersebut dianggap sebagai kegiatan yang hanya memindahkan barang (baik raw
material ataupun barang jadi) dari suatu tempat ke tempat lain. Perusahaan dirasa tidak perlu
untuk terfokus pada kegiatan tersebut karena hal tersebut hanya akan menambah beban dari
suatu proses produksi perusahaan dibandingkan nilai tambah yang didapat oleh suatu
perusahaan. Perusahaan lebih memilih untuk berkonsentrasi pada proses bisnis intinya untuk
menghasilkan suatu barang yang memiliki nilai tambah yang unik di mata para pelanggan.
Dengan tidak berkonsentrasi secara penuh pada proses distribusi ataupun transportasi,
maka suatu perusahaan akan dapat mengalihkan perhatiannya untuk dapat melakukan suatu
inovasi-inovasi terbaru terkait dengan proses penciptaan barang dan jasa yang benar-benar
mempunyai nilai tambah dibandingkan dengan para competitor. Kesempatan seperti itu yang
akan dimanfaatkan oleh perusahaan untuk dapat terus mengembangkan penelitian dan
penjadwalan dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan.
Pada akhirnya, perusahaan–perusahaan akan semakin menyadari bahwa peran dari
organisasi luar sebagai penyedia layanan distribusi ataupun transportasi merupakan suatu hal
yang penting disamping melaksanakan proses produksi yang ada pada internal perusahaan.
Fokus pada masalah produksi tidak akan begitu terganggu dengan adanya jasa dari pihak
ketiga tersebut. Kemampuan perusahaan untuk dapat melakukan inovasi terkait penciptaan
nilai tambah yang berkelanjutan bagi perusahaan akan dapat dilakukan secara optimal.
Kebutuhan akan pihak ketiga sebagai penyedia jasa distribusi dan transportasi akan
berkembang menjadi suatu kebutuhan yang benar-benar penting bagi perusahaan.

1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan
masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh perkembangan IT yang terintegrasi dengan Supply Chain
Management pada suatu entitas usaha terkait dengan 3PL?
2. Bagaimana pengaruh penerapan SCM pada perusahaan terhadap pihak ketiga
penyedia jasa distribusi/transportasi (Third Party Logistic)?

1. 3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka tujuan dalam
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh perkembangan IT yang terintegrasi dengan Supply Chain
Management pada suatu entitas usaha terkait dengan 3PL.
2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan SCM pada perusahaan terhadap pihak ketiga
penyedia jasa distribusi/transportasi (Third Party Logistic).

1. 4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat ilmiah, diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi aplikasi teori
dan konsep manajemen operasi terutama mengenai teori logistik perusahaan dan third
party logistic.
2. Manfaat praktis, sebagai referensi bagi pembaca atau peneliti lain yang tertarik
dalam bidang manajemen operasi.

1. 5 Sistematika Skripsi
Sistematika skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berkaitan satu sama lainnya,
dan secara garis besar diuraikan pembahasan dalam kerangka bab-bab tersebut sebagai
berikut :
BAB 1 : PENDAHULUAN
Dalam bab ini akan diuraikan secara berurutan yang terdiri dari : latar
belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan diakhiri dengan sistematika skripsi.
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisi beberapa landasan teori dan tinjauan-tinjauan umum.
BAB 3 : METODE PENELITIAN
Dalam bab ini mencakup pendekatan penelitian, identifikasi variabel, definisi
operasional, jenis dan sumber data yang digunakan oleh penulis, prosedur
pengumpulan data dan teknik analisis yang digunakan.
BAB 4 : HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai anlisis hasil penelitian yang mencakup
gambaran umum subyek dan obyek penelitian, pembuktian hipotesis, dan
pembahasan hasil penelitian.
BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab yang terakhir ini dari penyusunan skripsi ini disajikan kesimpulan
atas seluruh pembahasan, dan disertakan beberapa saran yang dapat digunakan
sebagai masukan atau pertimbangan dalam mengambil langkah-langkah
kebijakan bagi pihak-pihak yang berkepentingan maupun dalam kegiatan
penelitian selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi 3PL


SCM meliputi aliran barang, informasi dan uang dari tahap raw material supply
sampai tahap produksi dan penilaian, dan sampai pada tahap daur ulang. SCM disusun oleh
beberapa alat manajemen. Terdapat beberapa pendekatan yang berbeda baik pada sisi
akunting, manajemen produksi dalam proses informasi, marketing, dan lain-lain. Dimana
telah dikembangkan untuk menyelesaikan masalah dalam SCM sebagai contoh, pendekatan
akunting pada SCM khususnya berfokus pada cash flow dalam supply chain sementara
pendekatan proses informasi berfokus pada aliran informasi. Ide logistic secara umum adalah
untuk mengatur strategi aliran barang secara total. Jadi, optimasi total logistik tidak hanya
diselesaikan dari sudut pandang satu perusahaan, dan oleh karena itu, optimasi total dari
aliran barang termasuk perusashaan diperlukan dalam supply chain.
Ketika mencoba untuk mengoptimasi aliran total dalam supply chain, harus dijelaskan
bahwa keuntungan perusahaan dalam supply dapat bertentangan dikarenakan oleh distribusi
parsial dari biaya dan keuntungan diantara Perusahaan. Jadi, menghubungkan antara
pendapatan pada suatu perusahaan sangat diperlukan pada logistik manajemen dalam SCM.
Mereka juga memiliki kemampuan yang berbeda atau kompetensi yang saling melengkapi
dan memang dibutuhkan untuk koordinasi yang lebih jauh lagi. Sebagai contoh, koordinasi
diperlukan diantara perusahaan dalam bidang perencanaan, produksi dan transportasi.
Kenyataannya tidaklah mudah untuk mengkoordinasikan beberapa perusahaan yang memiliki
profil yang berbeda. Jika salah satu supplier dan manufacture akan mengsinkronisasi produk
mereka, mereka harus berbagi jadwal prduksi dan mengkoordinasikan transportasi diantara
pabrik-pabrik. Agar dapat direalisasikan mereka membutuhkan kemampuan IT dan untuk
memenuhi tanggung jawab mereka dengan benar.
Suatu perusahaan yang memiliki logistic mengetahui bagaimana mengkoordinasikan
sumber daya ekonomi, dan dapat memberikan kesempatan untuk membuat beberapa
pertimbangan. Suatu koordinator logistik disebutjga third party logistics (3PL) telah
mendapatkan perhatian. 3PL adalah suatu industri baru dimana aktifitas logistic perusahaan
dapat dioutsourcing. Ini muncul ketika diregulasi industri penerbangan pada tahun 1990, dan
berkembang pada tahun 1990 bersamaan dengan perkembangan IT.
Third party logistic (3PL atau TPL) adalah perusahaan pemberi layanan one stop
shop kepada pelanggan jasa logistic untuk sebagian, atau seluruh fungsi manajemen rantai
pasokan mereka.
3PL biasanya terfokus pada operasi terpadu, pergudangan dan jasa transportasi
yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan berdasarkan kondisi pasar , tuntutan dan
persyaratan layanan untuk produk dan bahan.
Beberapa definisi untuk 3PL :
1. "A firm [that] provides multiple logistics services for use by customers. Preferably,
these services are integrated, or "bundled" together, by the provider. Among the
services 3PLs provide are transportation, warehousing, cross-docking, inventory
management, packaging, and freight forwarding."
2. “Third-party Logistics is simply the use of an outside company to perform all or part of
the firm’s materials management and product distribution function.”- Simchi-Levi (2000)
3. “A relationship between a shipper and third party which, compared with the basic
services, has more customized offerings, encompasses a broad number of service functions
and is characterized by a long-term, more mutually beneficial relationship” - Murphy &
Poist ( 1998)
Pada dasarnya, 3PL berarti aktivitas outsourcing logistik termasuk didalamnya
transportasi dan warehousing yang berada diluar perusahaan, yang bukan sebagai consigner
atau consignee. Bagaimanapun juga cara kerja 3PL initidak mengoutsorce untuk suatu
aktivitas logistik secara independent, tetapi mengoutsource beberapa aktivitas yang dilihat
dari beberapa sudut pandang perusahaan.
Selain pengertian di atas, 3PL juga adalah perusahaan yang menyediakan pelayanan
distribusi dan logistik kepada perusahaan yang memcari bantuan dengan distribusi kompleks
yang diinginkan. Tanggung jawab juga termasuk dalam inbound manajemen penerbangan,
bea cukai, warehousing, pemenuhan pesanan, distribusi dan outbond foreight kepaad
customer.
Pertumbuhan 3PL diawali di tahun 1980-an ketika perusahaan mulai mencari cara-
cara baru untuk mengalihkan fungsi logistik sehingga dapat berkonsentrasi pada bisnis inti.
Salah satu perusahaan yang berkaitan dengan revolusi 3PL adalah FedEx. Layanan
pengiriman kilat ini menawarkan kesempatan dalam bisnis dalam penggunaan just-in-
time yang dapat menghemat tempat untuk gudang dan mengurangi biaya keseluruhan.
Pengenalan efficient-consumer-response(ECR) menyebabkan pengiriman ukuran lebih kecil
dan lebih efisien sehingga gilirannya mengurangi biaya lebih lanjut. Beberapa karakteristik
dari organisasi 3PL adalah :
1. Melakukan aktivitas outsourcing di bidang logistic
2. Melakukan beberapa kegiatan
3. Menyesuaikan layanan yang diberikan
4. Saling menguntungkan dalam hal berbagi resiko
5. Komitmen jangka panjang (1 - 3 tahun)
2.2. Klasifikasi 3PL
Dalam penerapannya, 3PL memiliki beberapa fitur, fitur tersebut antara lain :
1. Service provider logistik yang terintegrasi
Suatu 3PL provider dianggap sebagai service provider logistic yang terintegrasi.
Aaktivitas yang berhubungan dengan IT dalam mengontrol aliran barang seperti order
prosessing dan inventory manajemen, diantara yang lainnya yang juga termasuk ke dalam
fungsi dari 3PL provider. Bagaimanapun juga 3PL provider diperlukan semata-mata untuk
memberikan pelayanan secara keseluruhan. 3PL provider dapat mengoutsource beberapa
aktivitas kepada subkontraktor.
Sebuah penyedia 3PL dapat diklasifikasikan ke dalam aset-based dan non-berbasis
aset. Penyedia 3PL berbasis aset memiliki beberapa aset, terutama aset yang terkait dengan
transportasi seperti truk, gudang, dll, sedangkan penyedia 3PL non-berbasis aset tidak
memiliki aktiva tersebut, dan biasanya bergantung pada aset sub-kontraktor. Contoh non-aset
3PL penyedia termasuk Forwarders, broker, perusahaan pemasaran, dan perusahaan sistem
informasi manajemen.
2. Service provider yang berdasarkan kontrak
Pelayanan 3PL berdasarkan kontrak. Saat ini, kontrak yang tertulis mengenai
pembagian tanggungjawab dengan mengasumsikan bermacam-macam situasi agar lebih jelas.
Kontrak yang langsung tersebut dapat membuat hubungan yang reliabale diantara perusahaan
dan memperkuat aliance.
3. Konsultan service provider
Menawarkan pelayanan konsultan pada perusahaan adalah fitur yang penting dari
3PL. 3PL provider dapat memberikan beberapa pertimbangan untuk memenuhi keinginan
customer dengan menekankan pada strategi marketing, konfigurasi sistem informasi,
transportasi yang kooperatif, dll.
2.3. Keuntungan Dan Kerugian Dari 3PL
Keuntungan yang didapat dengan memanfaaaatkan jasa 3PL yaitu antara lain dari
sudut skala ekonomi dan ruang lingkup ekonomi yang mendorong perusahaan untuk
meningkatkan netvalue dengan mengurangi biaya. Tetapi pengaruh ini juga bergantung pada
3PL Provider yang ditunjuk. 3PL provider yang kompeten memiliki kemampuan koordinasi
yang tinggi, memungkinkan mereka untuk mencari mitra atau sub-kontraktoryang handal dan
efisien untuk mengelola aliran barang antar-perusahaa.
Penggunaan 3PL akan berpengaruh pada efektivitas biaya perusahaan dalam hal
tenaga kerja. Dengan menyewa suatu perusahaan maka tidak perlu membayar karyawan
khusus untuk menangani bagian logistik rantai pasokan. Mengingat tenaga kerja adalah
bagian yang paling mahal dari bisnis dan biaya untuk penggunaan 3PL tidak akan sebanyak .
Bila menggunakan 3PL yang terletak di kota tempat perusahaan akan menyimpan
atau mengirim produk atau keduanya, maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan
karena 3PL memiliki pengetahuan tentang daerah tersebut. Biasanya, 3PL bisa mendapatkan
harga yang sangat baik dalam penyimpanan produk, karena mereka tahu daerah itu.
Demikian pula, dengan aktivitas outsourcing logistik, perusahaan dapat menghemat
investasi modal sehingga mengurangi risiko dalam keuangan. Investasi pada aset logistik,
seperti pusat distribusi fisik atau jaringan informasi, biasanya membutuhkan biaya dan lump
sum yang besar, yang dapat memberikan risiko pada keuangan. Selain itu, penyedia 3PL
dapat mengurangi risiko dengan melakukan outsourcing untuk sub-kontraktor.
3PL dapat menyesuaikan layanan mereka sesuai kebutuhan perusahaan. Karena
terkadang akan sulit bagi tim logistik yang bekerja bagi perusahaan untuk memiliki sumber
daya untuk memenuhi semua persyaratan dari manajemen. Ketika melakukan Outsourcing
pekerjaan ini, 3PL akan menyenangkan klien mereka, sehingga mereka akan memiliki
sumber daya yang lebih baik untuk memenuhi sebagian besar persyaratan manajemen.
3PL menawarkan jasa informasi yang superior. Dengan sifatnya sebagai koordinator
untuk semua proses rantai suplai dan moda transportasi, 3PLs adalah posisi terbaik untuk
menggabungkan dan melaporkan data yang berbeda melalui layanan nilai tambah informasi.
Meskipun terdapat keuntungan dalam penggunaan 3PL, tetapi terdapat pula beberapa
kelemahan juga. Seperti kesulitan dalam membentuk kemitraan yang handal dan biaya yang
efektif antara perusahaan dan penyedia 3PL. Dalam rangka membangun kemitraan handal,
upaya-upaya harus dilakukan dalam dua tahap yaitu penyeleksian 3PL dan penandatanganan
kontrak.
Kelemahan berikutnya yaitu dalam tahap pemilihan partner 3PL, karena tidaklah
mudah bagi perusahaan untuk menilai kemampuan dari 3PL provider selama tahap seleksi
karena masalah asimetri informasi antara perusahaan dan penyedia 3PL . Untuk
mengatasinya, diperlukan prosedur pemilihan yang kompleks dalam mengidentifikasi
kemampuan mereka.
Selain itu dalam penggunaan 3PL memiliki kelemahan dalam hal pembagian
informasi. Sehingga diperlukan pula penetapan sistem untuk menjaga kemitraan. Pembagian
informasi diperlukan karena pertukaran informasi yang penting akan menghasilkan aktivitas
logistik lebih efisien. Tetapi ini dapat menimbulkan bahaya apabila informasi penting
tersebut bocor. Oleh karena itu, diperlukan komitmen dari masing-masing pihak dalam
pembagian informasi .
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian


Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dimana hal itu berarti penelitian ini merupakan gabungan yang menitikberatkan
pada pengujian hipotesis dengan data yang terukur dan dapat menghasilkan suatu kesimpulan
yang dapat digeneralisasikan. Metode ini dimulai dengan hipotesis dan teori-teori, dilanjutkan
dengan membuat model analisis. Identifikasi variabel, definisi operasional variabel,
mengumpulkan data (primer dan sekunder) dan selanjutnya melakukan analisis terhadap hasil
penelitian. Penelitian ini memusatkan pada pengaruh penerapan 3PL pada perusahaan terkait
dengan SCM yang terintegrasi IT.

3.2. Identifikasi Variabel


Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan
variabel terikat :
1. Variable terikat (Y) yaitu variable yang tergantung pada variable yang lain atau
variable yang dapat dipengaruhi oleh variable yang lain. Dalam penelitian ini yang
termasuk variable terikat adalah efektivitas penerapan 3PL pada perusahaan dalam
hubungannya terhadap SCM yang terintegrasi dengan IT.
2. Variable bebas (X) yaitu variable yang dalam hubungannya dengan variable lain
bertindak sebagai penyebab atau yang mempengaruhi variable lain. Dalam penelitian
ini yang menjadi variable bebas adalah :
X1 : penyediaan layanan
X2 : teknologi
X3 : kemampuan finansial
X4 : lokasi geografis
X5 : fleksibilitas
X6 : kebijakan lingkungan
X7 : biaya layanan
3.3. Definisi Operasional
Untuk lebih memudahkan pemahaman serta memperjelas pengertian dari variabel-
variabel dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan sebagai berikut :
Untuk variabel terikat :
Efektivitas penerapan 3PL (Y)
Keputusan dalam menggunakan jasa 3PL bergantung pada berbagai factor dan
bergantung pula pada jenis usaha yang dijalankan perusahaan. Selain itu juga akan
bergantung pula pada rencana perusahaan; tujuan masa depan, lini produk, ekspansi, akuisisi,
dll. Setelah diputuskan akan digunakan jasa 3PL maka perusahaan akan melakukan pemilihan
3PL yang sesuai untuk memenuhi kebutuhan mereka dengan harga yang terbaik.
Ketika memilih 3PL, permintaan atas informasi (RFI) atau kutipan (RFQ) harus
sedetail mungkin. Perusahaan yang dipilih harus dapat memenuhi semua persyaratan logistik
dan yang hanya dapat dijamin jika setiap kebutuhan dikomunikasikan kepada perusahaan-
perusahaan yang potensial. RFI harus menyertakan penjelasan rinci dari wilayah yang
menjadi outsourcing.

Untuk variabel bebas :


1. Penyediaan layanan (X1)
Sebuah perusahaan akan memerlukan jasa dari 3PL yang benar-benar sesuai dengan
kebutuhan dari perusahaan tersebut. Dari situ dibutuhkan perusahaan jasa 3PL yang
benar-benar memenuhi kebutuhan dari perusahaan inti.
2. Teknologi (X2)
Efektivitas dari penerapan perusahaan jasa 3PL terhadap perusahaan salah satunya
ditentukan dari teknologi yang digunakan oleh perusahaan jasa tersebut untuk dapat
melakukan tugas-tugas yang dibutuhkan. Semakin modern dan tepat guna teknologi
yang digunakan, maka efektivitas penerapan 3PL pada sebuah perusahaan akan
semakin besar.
3. Kemampuan financial (X3)
Dalam penerapannya nanti, perusahaan inti harus melihat kondisi financial dari
perusahaan jasa 3PL. jika kondisi financial dari peusahaan 3PL tersebut bagus, maka
akan semakin efektif penerapan 3PL dalam meningkatkan kinerja perusahaan yang
bersangkutan.
4. Lokasi geografis (X4)
Dalam penerapannya, lokasi dari perusahaan jasa 3PL harus diperhatikan karena akan
menentukan apakah lokasi geografis tersebut cocok untuk menjangkau jaringan.
5. Fleksibilitas (X5)
Fleksibilitas pada organisasi 3PL digunakan untuk dapat mengukur seberapa cepatkah
perusahaan jasa 3PL tersebut merespon perubahan yang terjadi. Jika 3PL mampu
merespon perusahaan secara cepat, maka akan semakin meningkatkna kinerja dari
perusahaan inti.
6. Kebijakan lingkungan (X6)
Kebijakan lingkungan merupakan salah satu hal yang menjadi focus utama
perusahaan-perusahaan dalam era globalisasi ini. 3PL sebagai penyedia jasa
pengangkutan juga harus memperhatikan hal ini jika ingin mendapatkan efektivitas
yang tinggi dalam kinerja perusahaan inti.
7. Biaya layanan (X7)
Biaya layanan juga merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan oleh
perusahaan jasa 3PL untuk dapat bersaing dengan kompetitornya. Biaya layanan juga
harus diimbangi dengan kualitas pelayanan yang memadai.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Data bisa diklasifikasikan menjadi data primer dan data sekuder. Data primer adalah
data yang diperoleh secara langsung dari obyek baik melalui metode wawancara, kuisioner,
dan sebagainya. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua dan
biasanya sudah siap pakai (Widarjono, 2005:8).

3. 5 Prosedur Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara:
1. Studi kepustakaan, yaitu data-data yang diperoleh dengan mengumpulkan data dari
jurnal ekonomi, makalah kuliah umum, buku-buku pustaka, dan bahan-bahan yang
berhubungan dengan permasalahan yang berfungsi sebagai bahan referensi.

2. Data sekunder, yaitu data-data yang diperoleh dari instansi terkait.

3. Data internet service, melalui search engine pada situs-situs yang dianggap relevan
dengan permasalahan.

3.6. Teknik Analisis


3.6.1. Uji validitas dan reliabilitas
Langkah pertama pada penelitian ini adalah melakukan uji validitas dan reliabilitas.
Dengan alat ukur tersebut maka akan diharapkan adanya data yang valid dan reliabel.
a. Uji Validitas
Tujuan dilakukan uji validitas adalah untuk mendapatkan suatu keyakinan tentang
sejauh mana alat ukur yang digunakan benar-benar mengukur apa yang diukur. Sebuah
instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat
mengungkap data dari variable yang diteliti secara tepat.
Menurut Nazir (2005 : 145), “ validitas mempersoalkan apakah benar-benar kita
mengukur apa yang kita pikirkan sedang kita ukur”. Sedangkan menurut Sugiyono (2001 :
273), “pada penelitian serta uji validitas suatu variable dikatakan valid jika r hasil positif,
serta r hasil > r standard yaitu 0,3”.
b. Uji Reliabilitas
Suatu alat pengukuran dikatakan reliable apabila mendapatkan hasil yang tetap sama
dari gejala pengukuran yang tidak berubah yang dilakukan pada waktu yang berbeda.
Menurut Nazir (2005 : 134), “reliabilitas adalah ketepatan atau tingkat presisi suatu
ukuran atau alat pengukur”. Suatu alat ukur yang mantap tidak berubah-ubah
pengukurannya dan dapat diandalkan karena penggunaan alat ukur tersebut berkali-
kali akan memberikan hasil yang serupa. Menurut Malhotra (1999 : 282). “item
pengukuran dikatakan reliabel jika memiliki nilai koefisien alfa > 0,6.
3.6.2. Uji Regresi Linear Berganda
Mengacu pada variabel penelitian yang mempunyai lebih dari satu variabel bebas, maka
analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Adapun model persamaan analisis
regresi tersebut adalah :
Y = a + β1X1 + β2 X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + e
Keterangan :
Y = Efektivitas penerapan 3PL pada perusahaan
β1- β7 = koefisien regresi masing-masing variabel
a = konstanta
X1 = penyediaan layanan
X2 = teknologi
X3 = kemampuan finansial
X4 = lokasi geografis
X5 = fleksibilitas
X6 = kebijakan lingkungan
X7 = biaya layanan
e = variable pengganggu
Alat untuk menganalisis data dari statistik tersebut digunakan untuk membuktikan
kebenaran hipotesis melalui koefisien koefisien determinasi berganda (R2) dan koefisien
korelasi (R), serta menggunakan uji f untuk membuktikan kebenaran analisis.

3.6.3. Pengujian Statistik


Langkah selanjutnya ialah melakukan pengujian statistik terhadap masing-masing
model di tiap-tiap periode penelitian dengan menggunakan metode-metode berikut :
a. Uji t
Fungsi uji t (t-test) adalah untuk menentukan signifikan suatu variabel bebas secara
individual dalam mempengaruhi variabel tidak bebas. Dalam hal ini diterapkan hipotesis
sebagai berikut:
H0 : β1* = 0
H1 : β1* ≠ 0
Apabila t0 (t hitung ) < (t tabel ) maka hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis alternatif
(H1) ditolak artinya model yang digunakan kurang baik, dengan kata lain variabel bebas tidak
dapat menerangkan variabel terikatnya atau tidak signifikan. Sebaliknya jika t0 (t hitung ) > (t
) maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas dapat menerangkan variabel terikatnya atau
tabel

signifikan.
b. Uji F
Uji F digunakan untuk menentukan signifikan atau tidaknya suatu variabel bebas
secara simultan (bersama-sama) dalam mempengaruhi variabel terikatnya. Dalam hal ini
ditetapkan sebagi berikut:
H0 : β1 = β2 = β3 = βk = 0
H1 : paling tidak salah satu atau semua dari β1, β2 atau β3 ≠ 0
Jika hasil perhitungan ternyata, F0 (F hitung) < (F tabel), maka hipotesis nol (H0) diterima
dan hipotesis alternatif (H1) ditolak. Bila terjadi keadaan demikian, dapat dikatakan bahwa
variasi dari model regresi tidak berhasil menerangkan variabel bebasnya. Sebaliknya, jika F0
(F hitung) > (F tabel) maka dapat dikatakan hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1)
diterima. Bila terjadi keadaan demikian dikatakan bahwa variasi dari model regresi dapat
menerangkan variasi variabel bebasnya.
c. Uji R2 (R-squared)
Fungsi uji R2 adalah untuk menentukan apakah variasi dari variabel bebas yang ada
dalam persamaan estimasi telah dapat menjelaskan variasi dari variabel terikatnya dengan
baik. Nilai koefisien R2 berkisar 0 – 1. Suatu model regresi apabila R2 mencapai angka 1,
maka variasi dari variabel bebasnya dapat menerangkan atau menjelaskan variasi dari
variabel terikatnya dengan sempurna. Sebaliknya, apabila R2 mencapai angka 0, maka ini
berarti variasi dari variabel bebasnya tidak dapat atau lemah dalam menerangkan variasi
variabel terikatnya.
3.6.4. Uji Klasik Penggunaan Regresi
Ada tiga unsur yang dinilai dalam asumsi ini, yaitu konelinearitas ganda
(multikolinearitas), heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
1. Dalam penelitian ini, konelinearitas ganda diuji dengan menggunakan VIP
(variance Influence Factor). Uji ini digunakan untuk mengetahui hubungan antar
variabel bebas.
2. Uji heterokedastisitas, dilakukan dengan menggunakan korelasi rank Sparman.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui keragaman varian kesalahan-kesalahan dari
masing-masing variabel bebas.
3. Uji Autokorelasi, oleh karena data yang digunakan adalah data cross sectional
dan bukan time series maka pengujian autokorelasi tidak dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Hertz Suzanne dan Monica Alfredsson, 2003. Strategic Development of Third Party Logistics
Provider. Journal of Marketing Management 32 (2003) 139-149.
Nemoto Toshinori dan Koichiro Tezuka, 2002. Advantage of Third Party Logistics in Supply
Chain Management.
Widarjono, Agus. 2005. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis.
Yogyakarta: Ekonisia.

Você também pode gostar