Você está na página 1de 25

Kimia

Korosi Besi, Sel Volta, dan Elektrolisis

Laporan Praktikum

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pelajaran Kimia


Tahun Pelajaran 2010/2011

Disusun oleh:
Iskandar Setiadi
XII. IPA 2 / 19

SMA Ricci 1
Jakarta
Tahun 2010
KATA PENGANTAR

Pertama-tama, penulis ingin mengucapkan puji syukur atas penyertaan Tuhan

Yang MahaEsa karena atas kehendakNya penulis dapat menyelesaikan pembuatan

laporan praktikum ini.

Tujuan pembuatan laporan praktikum ini adalah untuk memenuhi tugas Kimia.

Selain itu, pembuatan laporan ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan

tentang korosi besi, sel volta,dan elektrolisis.

Dalam pembuatan laporan ini, terdapat beberapa hambatan-hambatan seperti

sulitnya mencari dasar teori dan informasi yang konkrit.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah

membantu penulis dalam pembuatan laporan ini. Orang-orang tersebut ialah:

1. Bu Lita Lituina selaku guru kimia yang telah memberikan bimbingan kepada

penulis.

2. Orang Tua penulis yang telah memberikan dorongan kepada penulis.

3. Orang-orang lainnya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

laporan ini.

Semoga laporan ini dapat menambah wawasan dan ilmu para pembaca.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa laporan ini tidak terlepas dari

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dari para pembaca.

Semoga laporan ini bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, November 2010

Penulis

2
I. Judul : Korosi Besi

II. Tujuan: Untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi korosi dan


pengaruh logam lain terhadap korosi besi.

III. Teori:
Korosi besi memerlukan air dan oksigen. Proses Korosi pada dasarnya adalah
proses elektrokimia. Pada batang besi akan terbentuk bagian yang bertindak
sebagai anode, tempat terjadinya oksidasi besi: Fe  Fe2+ + 2e-. Hal ini dikarenakan
hampir semua jenis logam mudah teroksidasi dengan melepaskan elektron ke oksigen
di udara dan membentuk suatu oksida logam.
Reaksi oksidasi logam dapat ditulis sebagai :
M  Mn+ + n e-
Korosi pada besi dapat terjadi di suasana asam maupun basa, walau nantinya,
suasana asam akan menimbulkan reaksi pengkaratan yang lebih cepat dan korosif.
Dalam suasana netral/basa akan terjadi reaksi:
Anode: Fe(s)  Fe2+(aq) + 2e-
Katode: ½ O2(g) + H2O(l) + 2e-  2 OH-(aq)
Dari reaksi ini, akan dihasilkan:
Fe(s) + ½ O2(g) + H2O(l)  Fe2+(aq) + OH-(aq), yang akan membentuk endapan
Fe(OH)3 dari hasil oksidasi lanjutan..
Dari sinilah akan muncul reaksi Fe(OH )2( s ) 
O2  H2O
 Fe2O3.xH2O( s) .
Ion besi (II) akan teroksidasi lebih lanjut membentuk besi (III) oksida
terhidrasi, Fe2O3.xH2O, suatu zat padat berwarna merah coklat yaitu karat besi.
Pada kondisi asam, korosi pada besi lebih besar karena terjadi reaksi reduksi
dua tahap. Berikut ini adalah tahapan reaksi korosi besi pada suasana asam:
Anode: Fe(s)  Fe2+(aq) + 2e-
Katode: O2(g) + 4H+(aq) + 4e-  2 H2O(l)
2H+(aq) + 2 e-  H2(g)

3
pH

Kandungan
Elektrolit
H2O dan O2

Korosi
Galvanic
Suhu
Coupling

Metalurgi Zat Lain

Setidaknya korosi dipengaruhi oleh 7 faktor lainnya. Zat lain yang dimaksud
disini adalah zat pengotor yang berada dalam lapisan besi.
pH tentunya sangat mempengaruhi reaksi korosi karena, untuk suasana asam,
reaksi korosi terjadi lebih cepat dibandingkan suasana netral maupun basa.
Elektrolit juga dapat mempercepat korosi karena adanya reaksi reduksi tambahan
yang mungkin terjadi. Selain itu, perbedaan suhu akan mempengaruhi keseimbangan
dari cepat lambatnya suatu reaksi terjadi.
Lalu apa yang dimaksud dengan galvanic coupling? Galvanic coupling aalah logam
yang terhubung/ menempel pada logam lain yang kurang reaktif dikarenakan
perbedaan potensial sel, sehingga akan menyebabkan aliran elektron dari anode ke
katode.
Air dan Oksigen memiliki peran penting dalam terjadinya korosi, karena tanpa
keberadaan kedua senyawa ini, proses korosi tidak dapat berjalan.
Walaupun korosi bersifat merugikan pada besi, tetapi kita harus
mempertahankan penggunaan besi karena kelimpahannya yang cukup besar,
pengolahannya relatif mudah, dan besi mudah dimodifikasi.
Secara garis besar, pencegahan korosi dapat dilakukan dalam 3 cara, yaitu:
1. Dengan lapisan pelindung yang mencegah kontak langsung dengan oksigen
maupun air, seperti melalui pelumuran oli dan pembalutan dengan plastik.
2. Menggunakan pelindung Katode, misalnya dengan zink.

4
3. Menggunakan pelindung Anode, misalnya dengan magnesium, dimana
magnesium dikorbankan untuk melakukan proses perkaratan yang dapat
melindungi besi dari berkarat, yang dikarenakan potensial selnya lebih
negatif.

Pengecatan

Pelumuran dengan Oli

Pembalutan dengan Plastik

Pelapisan dengan Timah (Tin Plating)

Galvanisasi (Pelapisan dengan Zink)

Pelapisan Kromium

Sacrificial Protection

IV. Bahan dan alat:

 Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi besi


Alat dan Bahan Ukuran Jumlah

Tabung reaksi dan rak - 7/1

Paku besi Panjang 5 cm 7

Amplas - 1 lembar

Prop Karet - 2

Kristal CaCl2 anhidrat - ± 2 gram

Larutan NaCl 1M 5 ml

5
Larutan NH4Cl 1M 5 ml

Larutan Na2CO3 1M 5 ml

Minyak tanah - 5 ml
( Kerosin )

 Pengaruh logam lain pada Korosi Besi

Alat dan Bahan Ukuran/Satuan Jumlah

Tabung reaksi Biasa 4/1

Cawan petri - 5

Gelas kimia 1000 ml 1

Paku besi Panjang 5 cm 5

Amplas - 1 lembar

Pita magnesium, 0,5 x 5 cm Masing – masing 1


Lempeng seng,
Lempeng tembaga,
Kawat timah
Agar – agar Serbuk 6 gr

Larutan K3Fe(CN)6 5% 50 ml

Larutan NaOH - 5 ml

Larutan Garam Besi ( - 5 ml


II )
Larutan Garam Besi ( - 5 ml
III )
Larutan Garam Seng - 5 ml

Kristal NaCl - 15 gr

6
Larutan Fenoftaliein - 5 ml

Pengaduk kaca Panjang 1

Alat pembakar, - 1 set


tungku, kasa
Neraca - 1

Silinder ukur 25 ml 1

V. Cara Kerja:

 Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi besi


1. Ambillah 7 tabung reaksi, kemudian :
a. Tambahkan 5 ml air suling ke dalam tabung 1
b. Tambahkan 2 gram kristal CaCl2 kemudian kapas kering ke dalam
tabung 2
c. Tambahkan air yang sudah dididihkan hingga hampir penuh penuh ke
tabung 3
d. Tambahkan kira – kira 5 ml larutan NaCl 1 M dalam tabung 4
e. Tambahkan kira – kira 5 ml larutan NH4Cl 1 M ke dalam tabung 5
f. Tambahkan kira – kira 5 ml larutan Na2CO3 1 M ke dalam tabung 6
g. Tambahkan kira – kira 5 ml kerosin dalam tabung 7
2. Amplas 7 batang paku besi hingga bersih, kemudian masukkan masing-masing
satu ke dalam tabung reaksi prosedur 1 diatas
3. Tutup tabung 2 dan 3 dengan prop karet sampai rapat
4. Simpanlah tabung tersebut selama 2 hari dan amatilah apa yang terjadi,
Catat pengamatan anda perhari

7
 Pengaruh logam lain pada Korosi Besi

Percobaan Pendahuluan
Percobaan ini diperlukan untuk menafsirkan hasil – hasil percobaan
selanjutnya.
a. Tambahkan larutan Fe2+ dan larutan Fe3+ masing – masing ke dalam larutan
K3Fe(CN)6 ke dalam 2 tabung reaksi yang berbeda. Amati dan catat
pengamatan anda.
b. Tambahkan larutan Zn2+ ke dalam tabung reaksi berisi K3Fe(CN)6, catat
pengamatan anda.
c. Tambahkan larutan fenoftalein ke dalam larutan yang bersifat basa, catat
pengamatan anda

Percobaan Inti
Cara Kerja :
1. Letakkan sebatang paku yang bersih di dalam sebuah cawan petri. Tuangkan
larutan agar – agar yang sudah mengandung NaCl, K3Fe(CN)6 dan fenoftalein
sampai menutupi paku itu. Catat hasil yang terlihat setelah beberapa menit
dan beberapa jam
2. Ambil 5 cawan petri dan 6 paku besi. Lilitkan sepotong pita magnesium erat –
erat pada paku pertama. Letakkan pasangan paku yang sudah dililit itu dalam
cawan petri. Lilitkan pula lempeng logam seng, timah, dan tembaga pada
masing – masing paku. Letakkan pada cawan petri, tuangkan larutan agar –
agar yang mengandung NaCl, K3Fe(CN)6 dan fenoftalein ke dalam cawan itu
sehingga paku – paku itu terutup. Catat hasil pengamatan anda setelah
beberapa menit dan beberapa jam.
3. Buatlah interpretasi hasil pengamatan anda dengan mengacu pada deret
elektrokimia.

Catatan :
Larutan agar – agar dibuat sebagai berikut :
Tambahkan agar – agar 6 gr dengan 15 gr NaCl dalam 500 ml air dan
panaskan sampai larut semuanya. Tambahkan 10 ml larutan K3Fe(CN)6 5%
dan 4 ml larutan pp.

8
Larutan agar – agar hendaknya dibiarkan agar suhunya turun sampai hampir
suhu kamar sebelum dituangkan ke cawan petri.

VI. Pengamatan:

 Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi besi

1. Terbentuknya karat pada tabung nomor : 1,4, dan 5.


2. Tidak terbentuk karat pada tabung nomor : 2,3,6, dan 7.
3. Karat terbanyak terbentuk pada tabung nomor : 4 dan 5.

9
 Pengaruh logam lain pada Korosi Besi

1. Percobaan Pendahuluan

Larutan-Larutan yang Pengamatan


dicampur
Fe2+ + K3Fe(CN)6 Warna menjadi biru, terbentuk endapan

Fe3+ + K3Fe(CN)6 Warna menjadi hitam kekuningan, tidak ada endapan

Zn2+ + K3Fe(CN)6 Warna menjadi kuning, terbentuk banyak endapan

Larutan Basa + pp Warna menjadi merah, tidak terjadi endapan

2. Pengaruh logam lain terhadap korosi

Logam Pengamatan

Pada Paku Pada Logam Lain

1. Paku Coklat kekukingan -


disekeliling paku

10
2. Paku dililit dengan:

a. magnesium Coklat kekuningan Ungu yang sangat banyak


diujung paku disekeliling magnesium

b. seng Sedikit warna ungu Tidak terjadi perubahan


diujung paku
c. tembaga Coklat kekuningan Sedikit warna ungu
dominan diujung paku
d. Timah Warna ungu dominan Tidak terjadi perubahan
diujung paku

VII. Analisa Pengamatan:


Pertanyaan:
 Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi besi
1. Berdasarkan kegiatan di atas, faktor – faktor apakah yang mempengaruhi
perkaratan besi ?
2. Jelaskan mengapa terbentuk karat atau tidak terbentuk karat pada masing
– masing tabung di atas !

 Pengaruh logam lain pada Korosi Besi


1. Sebutkan logam yang bertindak sebagai anoda dan logam yang bertindak
sebagai katoda pada percobaan di atas !
2. Dengan menggunakan daftar potensial elektroda apakah hasil pengamatan
pada prosedur itu sesuai dengan yang diharapkan ? Jelaskan !
3. Logam manakah yang dapat melindungi dan logam manakah yang
mempercepat korosi besi ? apakah logam itu memiliki potensial elektroda
lebih positif aau negatif daripada besi ?

Jawab:
 Faktor-faktor yang mempengaruhi korosi besi
1. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkaratan pada besi. Ada dua
senyawa yang harus ada, yaitu Oksigen (O2) dan air (H2O). Disamping itu,
pH juga mempengaruhi percobaan diatas. Hal ini dapat dilihat dari sifat

11
larutan yang digunakan, bahwa semakin asam larutan yang digunakan, maka
akan semakin korosif paku didalam larutan tersebut.
2. Pada tabung nomor 1, terbentuknya karat (asumsikan tabung 1 sebagai
tabung variabel kontrol percobaan) dikarenakan adanya Oksigen dari
sistem maupun lingkungan, dan air (H2O).
Pada tabung nomor 2, tidak terjadinya karat dikarenakan sifat kristal
CaCl2 yang mengikat oksigen sehingga membuat sistem tertutup ini tidak
memiliki kadar oksigen. Hal ini menyebabkan reaksi pengkaratan tidak
dapat berlangsung.
Pada tabung nomor 3, air yang mendidih memiliki kadar O2 yang rendah.
Ketika sistem ini ditutup, kadar oksigen didalam air masih rendah sehingga
peristiwa korosi terhambat.
Pada tabung nomor 4, kita dapat melihat bahwa timbul cukup banyak karat.
Hal ini dikarenakan garam NaCl  Na+ + Cl- merupakan garam hasil asam
dan basa kuat. Cl- dalam larutan membuat sifatnya yang korosif cepat
menimbulkan perkaratan pada paku.
Pada tabung nomor 5, hal yang sama berlaku seperti pada tabung nomor 4,
yaitu timbul banyak karat. Hal ini disebabkan oleh garam asam, yaitu NH4Cl
 NH4+ + Cl- dimana Cl- menimbulkan sifat korosif yang memicu bertambah
cepatnya perkaratan pada paku.
Pada tabung nomor 6, penggunaan pH basa melalui garam basa Na2CO3
menunjukkan bahwa reaksi pengkaratan berlangsung paling cepat dengan
urutan pH asam > netral > basa.
Pada tabung nomor 7, kerosin yang merupakan senyawa hidrokarbon
menunjukkan tidak ada oksigen dalam kandungan larutan, sehingga kerosin
membantu melindungi permukaan paku dari kontak langsung dengan oksigen
(seperti prinsip pemberian oli).

 Pengaruh logam lain pada Korosi Besi

1. Pada reaksi dengan magnesium (Mg) dan seng (Zn), yang berperan sebagai
anode adalah Mg dan Zn, Sedangkan besi (Fe) berperan sebagai katode

12
(yang tereduksi). Pada reaksi timah (Sn) dan tembaga (Cu), yang berperan
sebagai anode adalah Fe, sedangkan Sn dan Cu berperan sebagai katode.
2. Ya, terkecuali pada Mg. Pada reaksi besi normal, kita dapat melihat bahwa
timbul lapisan coklat kekuningan disekeliling paku, yang berperan sebagai
variabel kontrol. Pada reaksi dengan lilitan seng, sesuai yang diharapkan
bahwa reaksi akan berlangsung dengan seng, sehingga paku tidak mengalami
pengkaratan karena paku akan mengalami reduksi dimana seng yang
mengalami oksidasi. Pada reaksi dengan lilitan timah, kita dapat melihat
warna ungu, sesuai dengan percobaan pendahuluan kita dengan indikator PP
(fenolftalein) yang menunjukkan terjadinya sifat basa. Hal ini didasarkan
pada reaksi reduksi oksigen O2 + H2O + 4e  4OH- yang menunjukkan hasl
dari sifat basanya. Sedangkan pada lilitan dengan tembaga, dapat dilihat
secara jelas bahwa munculnya karat pada kedua ujung paku dan lapisan
keunguan disekeliling tembaga, yang menunjukkan terjadinya reaksi
pengkaratan pada paku.
Mengenai Magnesium, warna ungu pada sekeliling magnesium menunjukkan
bahwa magnesium sangat mudah berkarat dan mengalami proses oksidasi,
sehingga lapisan paku didalamnya terlindungi dalam proses pengkaratan.
Yang menjadi hal yang tidak sesuai teori adalah karat pada kedua ujung
paku yang cukup banyak. Hal ini mungkin dapat dikarenakan magnesium yang
tidak teramplas dengan baik, atau lilitan magnesium yang kurang rapat,
sehingga menimbulkan reaksi terpisah antara magnesium dan paku (tidak
berhubungan dalam satu sistem yang sama).
3. Secara umum, logam yang berada disebelah kiri deret volta, atau memiliki
nilai potensial sel lebih negatif dapat berperan baik dalam melindungi
korosi pada besi. Dari percobaan diatas, kita dapat menggunakan Mg
(seharusnya dapat digunakan sesuai dasar teori), dan Zn (seperti yang
terlihat dipercobaan diatas). Sedangkan lapisan Sn dan Cu yang tidak rapat
justru menyebabkan semakin cepatnya proses korosi pada paku. Hal ini
menunjukkan, potensial sel yang lebih positif dari Fe kurang baik jika
digunakan untuk melapisi sebagian bagian dari Fe.

13
VIII. Kesimpulan
Pada logam, adanya suatu proses pengkaratan yang membuat logam teroksidasi
dan lapuk perlahan-lahan disebut proses korosi. Dalam hal ini, besi yang mengalami
korosi akan membentuk suatu senyawa Fe2O3.xH2O yang merupakan senyawa karat
besi berwarna coklat kemerahan. Proses ini dapat terjadi karena adanya Oksigen
dan Air (H2O). Tanpa salah satu dari kedua senyawa tersebut, maka proses korosi
tidak dapat berlangsung.
Selain itu, ada faktor- faktor lain yang dapat mempengaruhi cepat/lambatnya
suatu proses korosi berlangsung. Sebagai contoh adalah pH, dimana dalam suasana
asam, proses korosi berlangsung lebih cepat karena terjadinya reduksi 2 kali,
sedangkan proses korosi pada suasana netral/basa berlangsung lebih lama.
Suhu, zat pengotor, dan logam lain yang dililitkan pada besi(baja) dapat
mempengaruhi cepat lambatnya proses korosi. Pada logam yang dililitkan, apabila
potensial selnya lebih negatif dibandingkan besi, maka logam tersebut akan
cenderung berkarat terlebih dahulu sehingga lapisan besi dapat terlindungi.
Untuk mencegah korosi, ada 3 jenis perlindungan yang dapat diberikan, yaitu
perlindungan langsung dari air dan oksigen, perlindungan katode, dan perlindungan
anode.
Perlindungan dengan logam lain yang memiliki potensial sel lebih negatif
merupakan cara yang biasanya digunakan dalam perlindungan besi, salah satunya
adalah penggunaan magnesium (Mg) pada besi di kapal laut / saluran PAM.

14
I. Judul : Sel Volta

II. Tujuan: Untuk menentukan potensial sel dari berbagai jenis sel volta.

III. Teori:
Sel Volta adalah suatu rangkaian antar sel (anode dan katode) yang
menghasilkan energi listrik, melalui aliran elektron yang berlangsung secara spontan.
Dalam reaksi sel volta, terjadi perubahan dari reaksi kimia menjadi energi listrik.
Masing-masing sel volta memiliki nilai potensial elektrode yang berbeda-beda.
Potensial elektrode standar diukur berdasarkan reaksi yang berlangsung antara
masing-masing unsur dengan hidrogen melalui perantara elektrode inert. Berikut ini
adalah urutan deret volta:
Li K Ba Sr Ca Na Mg Al Mn Zn Cr Fe Cd Co Ni Sn Pb H Sb Bi Cu Hg Ag Pt Au
Semakin kekiri, nilai potensial standar pembentukan senyawa tersebut dari
ion-ionnya semakin negatif. Unsur yang berada disebelah kiri dari deret volta
mampu mereduksi unsur lain yang berada disebelah kanannya, sehingga semakin
negatif nilai elektrode potensial standarnya, semakin kuat kemampuan
pereduksinya.

IV. Bahan dan alat:

Alat dan Bahan Ukuran Jumlah

Gelas Beker 100 ml 7

Penjepit - 4

Voltmeter - 1

Jembatan Garam - 1

Elektroda seng, - 1
tembaga, magnesium,
timbal, besi, dan karbon

15
Kabel Buaya - 4

Larutan CuSO4 0,1 M 40 ml

Larutan ZnSO4 0,1 M 40 ml

Larutan MgSO4 0,1 M 40 ml

Larutan Pb(CH3COO)2 0,1 M 40 ml

Larutan FeSO4 0,1 M 40 ml

Larutan KI 0,1 M 40 ml

Larutan KBr 0,1 M 40 ml

V. Cara Kerja:
1. Masukkan 75 ml larutan ZnSO4 0,1 M ke dalam suatu gelas beker dan celupkan
sepotong lempeng seng dalam gelas itu
2. Masukkan 75 ml larutan CuSO4 0,1 M ke dalam gelas beker yang lain dan
celupkan sepotong lempeng tembaga dalam gelas kimia itu
3. Hubungkan ke 2 larutan dengan jembatan garam
4. Hubungkan kedua lempeng dengan logam melalui voltmeter. Jika jarum
voltmeter bergerak kearah positif, biarkan dan baca beda potensialnya.
Catatlah beda potensial tersebut dalam tabel pengamatan.
5. Lakukan cara kerja 1-3 dengan pasangan sel seperti tercantum dalam tabel
(pilih 3)

VI. Pengamatan:
Salin dan lengkapilah tabel pengamatan berikut!
Anode A B C D E
2+ 2+ 2+ 2+ 2+
Katode Cu / Cu Zn / Zn Mg / Mg Pb / Pb Fe / Fe
1. Cu / Cu2+
2. Zn / Zn2+
3. Mg / Mg2+ 0,5 V 0,3 V
4. Pb / Pb2+
5. Fe / Fe2+ 0,4 V

16
VII. Analisa Pengamatan:
Pertanyaan:
1. Tuliskan bagan sel serta persamaan reaksi setengah sel dan reaksi sel-sel 3-
A, 3-E, dan 5-A
2. Hitunglah potensial sel 5-A berdasarkan potensial sel 3-A dan 3-E yang
tercantum dalam tabel hasil eksperimen
3. Bandingkan pula hasil hitungan tersebut dengan potensial sel menurut data
di buku

Jawab:
1. 3-A: Mg|Mg2+ || Cu2+ | Cu E sel = 0,5 V
3-E: Mg|Mg2+ || Fe2+ | Fe E sel = 0,3 V
5-A: Fe|Fe2+ || Cu2+ | Cu E sel = 0,4 V
Reaksi setengah sel:
Mg(s) + Cu2+(aq)  Mg2+(aq) + Cu(s) E sel = 0,5 V
Mg(s) + Fe2+(aq)  Mg2+(aq) + Fe(s) E sel = 0,3 V
Fe(s) + Cu2+(aq)  Fe2+(aq) + Cu(s) E sel = 0,4 V
Reaksi sel”:
Mg(s) + CuSO4(aq)  MgSO4(aq) + Cu(s) E sel = 0,5 V
Mg(s) + FeSO4(aq)  MgSO4(aq) + Fe(s) E sel = 0,4 V
Fe(s) + CuSO4(aq)  FeSO4(aq) + Cu(s) E sel = 0,3 V
2. Potensial sel 3-A: Mg|Mg2+ || Cu2+ | Cu E sel = 0,5 V
Potensial sel 3-E: Mg|Mg2+ || Fe2+ | Fe E sel = 0,4 V
Potensial sel 5-A: Cu2+ | Cu || Fe | Fe2+ E sel = 0,5-0,4 = 0,1 V (berbeda
0,1V)
3. Nilai potensial sel berdasarkan data Buku:
3-A: Mg|Mg2+ || Cu2+ | Cu E sel = 2,37-(-0,34) = 2,71 V
3-E: Mg|Mg2+ || Fe2+ | Fe E sel = 2,37-0,44 = 1,93 V
5-A: Fe|Fe2+ || Cu2+ | Cu E sel = 0,44 –(-0,34) = 0,78 V
Dari nilai diatas kita dapat membuat beberapa analisis. Yang pertama adalah
bahwa reaksi spontan yang terjadi antara deret volta disebelah kiri yang
mengalami oksidasi dan disebelah kanan yang mengalami reduksi terbukti
benar. Hal ini dapat dilihat, misalnya 3-A dimana Mg melepaskan ion Mg2+
disertai dengan 2e nya (Oksidasi) dan Cu yang mengalami reduksi.

17
Analisis lain yang dapat kita lihat adalah reaksi spontan selalu menghasilkan
E sel positif. Perbedaan nilai E sel dari hasil percobaan maupun tabel dapat
disebabkan oleh banyak faktor, seperti lingkungan (suhu,tekanan,dll).
Walaupun akurasi data hasil percobaan diatas tidak akurat 100%, yang
dapat dilihat dari pencarian nilai E sel 5-A melalui nilai E-sel 3-A dan 3-E
hasil percobaan, tetapi kita dapat melihat bahwa terdapat suatu kesamaan
bahwa besarnya beda potensial hasil percobaan dengan data referensi lain
adalah faktor perbandingannya tidak jauh berbeda, bahwa semakin besar
jarak kedua unsur dalam deret volta, maka nilai potensial selnya akan
semakin besar.

VIII. Kesimpulan:

Dari perbandingan antara nilai potensial sel hasil percobaan dengan data
referensi lain, ditemukan beberapa perbedaan yang dapat disebabkan oleh:
1. Kemolaran kedua larutan yang tidak tepat 0,1 M.
2. Besarnya hambatan (R) dari rangkaian.
3. Ketidakakuratan dalam pembacaan nilai Volt. (Kesalahan Paralaks)
4. Voltmeter yang kurang akurat.
Walau demikian, secara umum kita dapat melihat dan menyimpulkan bahwa
senyawa yang berada disebelah kiri sel volta dapat mereduksi senyawa yang berada
disebelah kanannya (dari percobaan tunggal masing-masing sel).

18
I. Judul : Elektrolisis

II. Tujuan: Untuk memahami proses berlangsungnya elektrolisis dalam beberapa


jenis larutan.

III. Teori:
Elektrolisis adalah kebalikan dari reaksi pada sel volta, dimana reaksi tak
spontan akan dibuat untuk bereaksi, dengan rangsangan arus listrik sehingga
terjadinya reaksi kimia.
Secara garis besar perhatikan skema dibawah ini:

Kation Anion
Inert (Dibedakan
Logam Aktif
menjadi Sisa asam
(Golongan IA, IIA,
Oksi dan sisa asam
Al, dan Mn)
lain atau OH-)

Kation Lain Tak Inert

Logam Aktif: 2H2O(l) + 2e  H2(g) + 2OH-(aq)


Kation Lain: Lx+(aq) + xe  L(s)
Inert [Pt,Au,C] (Sisa asam Oksi): 2H2O(l)  4H+(aq) + O2(g) + 4e
Inert [Pt,Au,C] (Sisa asam lain): 2Br-(aq)  Br2(aq) + 2e
Inert [Pt,Au,C] (Sisa OH-) : 4OH-(aq)  2H2O(l) + O2(g) + 4e
Tak Inert: L(s)  L2+(aq) + xe

19
IV. Bahan dan alat:

Alat dan Bahan Ukuran Jumlah

Larutan Na2SO4 0,1 M 40 ml

Larutan KI 0,1 M 40 ml

Elektrode Karbon dan - 2


Magnesium

Indikator Universal - 10 ml

Pipa U - 1

Lakmus Merah - 4

Lakmus Biru - 4

Baterai - 4

Kabel Buaya - 2

Tiang Penyangga - 1

V. Cara Kerja:

 Elektrolisis larutan Na2SO4

1. Pasang rangkaian elektrolisis seperti pada gambar di bawah ini :

20
2. Tambahkan 5 tetes indikator universal ke dalam 40 ml larutan Na2SO4 0,1
M, lalu masukkan campuran larutan tersebut ke pipa U.
3. Elektrolisislah larutan itu sampai terlihat perubahan pada electrode. Catat
hasil pengamatan anda.
4. Ukur pH kedua larutan di kedua kaki pipa U dengan menggunakan kertas
lakmus.
5. Lakukan prosedur 1 sampai 4 dengan menggunakan elektrode C & Mg.

 Elektrolisis Larutan KI

1. Pasang rangkaian elektrolisis seperi pada gambar di bawah ini :

2. Dengan menggunakan pipet tetes, pindahkan larutan dari ruang katode ke


dalam dua tabung reaksi masing-masing 2 ml.
Ke dalam tabung I, tambahkan 2 tetes larutan PP.
Ke dalam tabung II, tambahkan 2 tetes larutan amilum / kanji.
Catat pengamatan anda. Lakukan hal yang sama di ruang anode.
3. Lakukan dengan menggunakan elektrode C & Mg.

21
VI. Pengamatan:

VII. Analisa Pengamatan:


Dari percobaan diatas, didapatkan beberapa hasil percobaan sebagai berikut.
Pada percobaan Na2SO4 dengan elektrode C (karbon), dapat dilihat bahwa pada
bagian anode timbul warna ungu pada larutan dan warna kuning pada bagian anode.
Sebelumnya, ketika larutan Na2SO4 diteteskan dengan indikator universal, terlihat
bahwa larutan awal berwarna hijau biru. Kemudian, ketika katode pada percobaan
Na2SO4 dicelupkan dengan lakmus biru, warnanya tidak berubah sedangkan ketika
dicelupkan dengan lakmus merah, warnanya berubah menjadi biru yang menandakan
sifat basa pada katode. Sedangkan pada anode, ketika dicelupkan lakmus biru
warnanya menjadi merah dan ketika dicelupkan lakmus merah, warnanya tidak
mengalami perubahan, yang dapat disimpulkan sifat asam pada bagian anode.
Mengapa dapat terjadi demikian?
Perhatikan bahwa larutan Na2SO4  2Na+ + SO42-, dimana terdapat logam
aktif pada bagian katode. Sedangkan elektrode C bersifat inert, sehingga air akan
mengalami oksidasi. Dapat disimpulkan reaksi sebagai berikut:
Anode: 2H2O(l)  4H+(aq) + O2(g) + 4e
Katode: 2H2O(l) + 2e  H2(g) + 2OH-(aq)
Dari persamaan diatas, dapat dilihat bahwa terbentuk ion asam pada bagian
anode, dan gas oksigen yang akan membentuk gelembung disekitar elektrode.

22
Sedangkan dibagian katode, pelepasan OH menunjukkan sifat larutan yang berubah
menjadi basa, dan gas hidrogen akan menimbulkan gelembung disekitar elektrode.
Pada percobaan berikutnya, dengan menggunakan elektrode Mg dapat dilihat
bahwa timbulnya warna ungu pada katode (kiri) dan warna biru muda pada anode
(kanan). Pemberian kertas lakmus pada katode menunjukkan bahwa lakmus merah
berubah menjadi biru, dan lakmus biru tidak mengalami perubahan warna, yang
tetap menunjukkan sifat basa pada katode. Sedangkan pada bagian anode, lakmus
merah maupun lakmus biru tidak mengalami perubahan warna, yang menunjukkan
larutan anode bersifat netral.
Pada bagian katode, tidak mengalami perubahan bahwa yang tereduksi adalah
air, karena Na+ merupakan logam aktif. Sedangkan elektrode Mg tidaklah inert,
sehingga elektrode teroksidasi sesuai persamaan berikut:
Anode: 2H2O(l)  4H+(aq) + O2(g) + 4e
Katode: Mg(s)  Mg2+(aq) + 2e
Dari persamaan ini, kita dapat dengan jelas menganilisis bahwa tidak terjadi
perubahan pada katode menurut elektrode C maupun Mg, yang dikarenakan logam
aktif Na+ yang membuat air tereduksi. Sedangkan anode tidak inert menunjukkan
tidak berlangsungnya pengoksidasian ion H+ maupun OH- sehingga tidak terjadinya
perubahan pH(Hal ini dikarenakan Na2SO4 merupakan garam netral dengan pH ±7).
Pada percobaan berikutnya, dengan menggunakan KI sebagai larutan, dapat
dilihat bahwa terdapat gelembung-gelembung disekitar elektrode karbon pada
katode. Hal ini dikarenakan ion H+ mengalami oksidasi dari air, yang dikarenakan K+
adalah salah satu dari logam aktif. Sedangkan karena karbon merupakan anoda
inert, yang mengalami oksidasi adalah 2I-  I2 + 2e, dimana terbentuk larutan I2(aq).
Larutan amilum yang digunakan menunjukkan perubahan warna pada anode
menjadi kuning kehijauan, sedangkan tidak terdapat perubahan warna pada katode.
Hal ini menunjukkan bahwa terbentuknya iodium pada anode, dimana larutan amilum
dapat digunakan untuk mengecek ada tidaknya kandungan iodium dalam larutan.
Selain itu kita dapat mengecek bahwa akan timbul suasana basa pada katode
dan suasana netral pada anode. Hal ini didasarkan pada persamaan:
Anode: 2H2O(l)  4H+(aq) + O2(g) + 4e
Katode: 2I-(aq)  I2(aq) + 2e

23
VIII. Kesimpulan:
Elektrolisis adalah suatu reaksi yang mengubah energi listrik menjadi kimia,
melalui aliran elektron dari anode (teroksidasi) menuju ke katode (tereduksi). Pada
reaksi elektrolisis, katode akan bermuatan negatif sedangkan anode akan
bermuatan positif (kebalikan dari sel volta). Hal ini dikarenakan oleh elektron yang
akan dialirkan dari anode ke katode. Anode pada elektrolisis adalah yang dekat
dengan kutub positif dari baterai.
Fenolftalein (PP) digunakan sebagai indikator sifat asam basa pada reaksi
diatas, dimana warna larutan akan semakin mendekati ungu ketika bersifat basa,
sementara Amilum digunakan untuk mengetahui kehadiran iodium dalam larutan.
Ketika dilepaskan gas seperti H2 pada katode maupun O2 pada anode, akan
timbul gelembung-gelembung gas disekitar elektrode.
Dalam reaksi elektrolisis, larutan akan terbelah menjadi dua bagian, yaitu yang
bereaksi pada kation dan anion. Pada katode, reaksi akan dibagi berdasarkan
tingkatan logam aktif atau logam yang tidak aktif, sedangkan pada anode, reaksi
akan bergantung pada elektrode inert maupun tak inert.

24
Daftar Pustaka

Microsoft Encarta 2010 © All Rights Reserved.

Purba, Michael, 2007. Kimia untuk SMA Kelas XII Semester I. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
http://id.wikipedia.org/wiki/Elektrolisis

http://id.wikipedia.org/wiki/Korosi

http://thevickyes.blogspot.com/2009/11/kimia-elektrolisis.html

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/potensial-sel-reaksi-sel-
dan-penentuan-potensial-reduksi/

http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/kimia_dasar/oksidasi_dan_reduksi1/elektrolisis/

http://www.scribd.com/doc/38529661/KIMIA-KOROSI

http://www.scribd.com/doc/40038268/Korosi-Besi1

*Peace cannot be kept by force. It can only be achieved by understanding.* (Albert Einstein)

25

Você também pode gostar