Você está na página 1de 10

Asal-usul

Beberapa peneliti karya ini berpendapat bahwa Injil Barnabas aslinya adalah sebuah karya Italia,
karena di dalamnya terdapat ungkapan-ungkapan yang sangat mirip dengan yang digunakan oleh
Dante. Selain meminjam dari karya Dante, menurut mereka si penulis juga mengambil
pendahuluan dari versi Spanyol untuk mendukung kesimpulan ini. Para peneliti lainnya
mencatat serangkaian persamaan tekstual antara ayat-ayat Injil Barnabas, dan berbagai teks
lainnya dari sejumlah harmoni dari keempat Injil kanonik bahasa sehari-hari dari akhir Abad
Pertengahan (dalam bahasa Inggris Pertengahan dan bahasa Belanda Pertengahan, tetapi
khususnya dalam bahasa Italia Pertengahan); yang semuanya diperkirakan berasal dari sebuah
versi Diatessaron karya Tatian (Jan Joosten, "The Gospel of Barnabas and the Diatessaron,"
Harvard Theological Review 95.1 (2002): 73-96). Hal ini pun akan mendukung pendapat bahwa
karya ini aslinya dari Italia.

Para peneliti lainnya berpendapat bahwa versi bahasa Spanyol yang lebih dulu terbit. Menurut
mereka, klaim dalam bagian pendahuluan versi bahasa Spanyol bahwa karya itu didasarkan pada
sebuah sumber dalam bahasa Italia dimaksudkan untuk mengangkat kredibilitas karya tersebut
dengan menghubungkannya dengan Perpustakaan Kepausan. Para peneliti ini mencatat paralel
dengan serangkaian karya pemalsuan Morisco, prasasti-prasasti Sacromonte dari Granada, yang
berasal dari tahun 1590-an; atau penulisan ulang Morisco atas tradisi-tradisi Kristen dan Islam,
yang dihasilkan setelah mereka diusir dari Spanyol (G.A.Wiegers, "Muhammad as the Messiah:
A comparison of the polemical works of Juan Alonso with the Gospel of Barnabas", Leiden,
Bibliotheca Orientalis, LII, no 3/4, April-Juni 1995, hlm.245-292).

Manuskrip Spanyol yang diklaim ditulis di Istanbul, dan manuskrip Italia yang selamat
mempunyai beberapa ciri Turki; jadi, apakah bahasa aslinya bahasa Spanyol atau Italia –
Istanbul dianggap oleh kebanyakan peneliti sebagai tempat asal teks yang sekarang. Pandangan
ini telah menambahkan kredibilitas, dalam arti bahwa banyak teks kuno Kristen dan patristik
mungkin masih ditemukan, pada abad ke-16, dalam perpustakaan-perpustakaan Yunani di
Istanbul - Konstantinopel kuno – dan bahwa kota itu memiliki sejumlah komunitas yang cukup
besar yang berbahasa Yunani, Italia dan Spanyol.

Setelah jatuhnya Granada Moor pada 1492, populasi Mudejar dan Sephardi (orang-orang
Muslim dan Yahudi yang menolak untuk berpindah ke agama Kristen) diusir dari Spanyol.
Meskipun sebagian mulanya menemukan tempat perlindungan di Italia (khususnya Venezia),
kebanyakan bermukim di Kesultanan Ottoman. Di sana orang-orang Yahudi yang berbahasa
Spanyol membangun sebuah sub-kultur yang kaya di Istanbul dengan industri cetak yang maju
dalam bahasa Ibrani dan Ladino. Jumlah ini semakin meningkat setelah 1550, setelah kampanye
penganiayaan oleh Inkuisisi Venezia terhadap orang-orang Italia anti-Trinitarian dan Yahudi.
Meskipun ajaran Islam pada saat ini sangat menentang pencetakan teks-teks Islam atau yang
berbahasa Arab, pencetakan bahan-bahan non-Muslim pada prinsipnya tidak dilarang. Bahkan
ada upaya-upaya pada 1570-an oleh pihak-pihak anti-Trinitarian untuk membangun sebuah
percetakan di ibukota Turki untuk menerbitkan karya-karya Protestan radikal. Dalam pengantar
berbahasa Spanyol, Fra Marino mencatat keinginannya agar Injil Barnabas dicetak, dan satu-
satunya tempat di Eropa yang memungkinkannya pada akhir abad ke-16 adalah Istanbul.

Namun demikian, segelintir peneliti curiga bahwa ciri-ciri 'Turki' yang tampak jelas dalam
manuskrip Italia; khususnya anotasi-anotasi berbahasa Arab, yang mereka nilai begitu penuh
dengan kesalahan-kesalahan mendasar sehingga kemungkinan sekali tidak ditulis di Istanbul
(bahkan oleh seorang penulis Italia). Secara khusus, mereka mencatat bahwa penonjolan
syahadat versi Italia ke dalam bahasa Arab, tidak persis sama dengan rumusan ritual standar
yang diucapkan setiap hari oleh setiap Muslim. Para peneliti ini cenderung untuk
menyimpulkan dari berbagai inkonsistensi ini bahwa kedua manuskrip kemungkinan merupakan
sebuah percobaan pemalsuan forensik, dan mereka cenderung menyimpulkan bahwa tempat
penulisannya adalah Roma.
Sedikit akademikus menyatakan bahwa teks ini, dalam bentuknya yang sekarang, tidak berasal
dari masa lebih awal daripada abad ke-14–16; meskipun segelintir dari mereka menganggapnya
mengandung bagian-bagian dari sebuah karya yang lebih awal, dan hampir semuanya
menemukan pengaruh dari sumber-sumber yang lebih tua— terutama sekali teks Vulgata dari
Alkitab bahasa Latin. Akibatnya kebanyakan peneliti sepakat bahwa teks yang ada sekarang
mengandung stratifikasi sekurang-kurangnya tiga lapisan komposisi yang berbeda:

• sebuah lapisan editorial yang berasal dari tahun 1590-an; dan terdiri, sekurang-
kurangnya, dari pendahuluan dalam bahasa Spanyol dan anotasi-anotasi dalam bahasa
Arab,

• sebuah lapisan komposisi naratif dalam bahasa vernakular, entah dalam bahasa Spanyol
atau Italia, dan berasal dari masa tidak lebih tua daripada pertengahan abad ke-14,

• sebuah lapisan yang berasal dari bahan-bahan sumber yang lebih awal, yang hampir
dapat dipastikan diteruskan kepada si pengarang/penerjemah bahasa vernakular ke dalam
bahasa Latin; dan terdiri, sekurang-kurangya, atas nas-nas yang panjang di dalam Injil
Barnabas yang sangat sejajar dengan perikop-perikop dalam kitab-kitab Injil kanonik;
tetapi yang lapisan yang ada di baliknya jelas berbeda dengan bahasa Latin pertengahan
Vulgata (seperti misalnya dalam versi alternatif dari Doa Bapa Kami dalam pasal 37,
yang menyertakan doksologi penutup, bertentangan dengan teks Vulgata, tetapi sesuai
dengan Diatessaron dan banyak tradisi varian yang lebih tua lainnya);

Banyak dari kontroversi dan pertikaian menyangkut otentisitas Injil Barnabas dapat
diungkapkan kembali sebagai perdebatan apakah tema-tema yang jelas-jelas sangat
menyinggung (dari perspektif Kristen ortodoks) sudah ada dalam bahan-bahan sumber yang
dipergunakan oleh seorang pengarang vernakular abad ke-14–16, mungkinkah tulisan itu adalah
hasil dari si pengarang sendiri, atau mungkinkah tulisan itu diinterpolasikan oleh penyunting
yang belakangan. Para peneliti yang menganggap tema-tema partikular ini sebagai tulisan yang
berasal dari masa Kristen perdana, toh pada umumnya tidak menyangkal bahwa bahwa bagian-
bagian lain dari Injil ini mungkin berasal dari masa yang belakangan dan anakronistik;
sementara mereka yang menolak otentisitas dari tema-tema partikular ini biasanya menyangkal
bahwa bagian-bagian lain dari Injil ini mungkin menyampaikan bacaan atau penafsiran yang
berbeda dari zaman Kristen perdana.

Analisis
Karya ini memiliki paralel yang kuat dengan iman Islam, bukan hanya dengan menyebutkan
Muhammad langsung dengan namanya, tetapi juga mencakup syahadat (pasal 39). Nada kitab
ini sangat anti-Paulus dan anti-Trinitarian. Dalam karya ini, Yesus digambarkan sebagai seorang
nabi dan bukan anak Allah, sementara Paulus digambarkan telah "diperdayakan". Lebih jauh,
Injil Barnabas menyatakan bahwa Yesus selamat dari penyaliban karena ia diangkat hidup-hidup
ke surga, sementara Yudas Iskariot sang pengkhianat — secara ajaib diubah — disalibkan
sebagai gantinya. Keyakinan-keyakinan ini; khususnya bahwa Yesus adalah seorang nabi Allah
dan diangkat hidup-hidup tanpa disalibkan; sesuai dengan keyakinan Islam. Namun demikian,
nas-nas yang lain berlawanan dengan teks/ajaran-ajaran Al Qur'an; seperti misalnya dalam cerita
tentang Kelahiran Yesus, di mana Maria digambarkan telah melahirkan Yesus tanpa mengalami
rasa sakit; atau seperti dalam pelayanan Yesus, di mana ia mengizinkan orang minum anggur
dan menganjurkan monogami. Tema-tema naratif, dan sejumlah ungkapan yang sangat khas,
juga terdapat dalam Comedia Divina karya Dante (Ragg). Bila (seperti yang disimpulkan oleh
kebanyakan peneliti) Injil Barnabas dianggap sebagai upaya untuk mensintesiskan unsur-unsur
dari agama Kristen dan Islam, maka dapat dikatakan adana kesejajaran dalam tulisan-tulisan
Morisco dan anti-Trinitarian; tetapi sebelumnya tidak pernah terjadi hal seperti ini.

Versi Spanyol mencakup sebuah laporan tentang ditemukannya Injil Barnabas di ruang belajar
pribadi Paus Siktus V (1585-1590), sebuah laporan yang bagi banyak peneliti tampaknya secara
historis tidak cocok; dan hal ini, besama-sama dengan berbagai inkonsistensi paleografi dalam
manuskrip Italia yang bertahan, telah membuat sejumlah pakar menyimpulkan bahwa kedua
manuskrip yang dikenal itu telah disiapkan untuk mendukung sebuah percobaan dalam
pemalsuan forensik, yang dimaksudkan untuk mendiskreditkan atau menjebak sejumlah tokoh
gereja Katolik Roma terkemuka di kalangan Kuria Roma pada 1590-an (David Sox; The Gospel
of Barnabas 1984). Ada sejumlah paralel sezaman bagi usaha seperti ini – khususnya "Casket
Letters" yang konon dipalsukan untuk menuduh Mary, Ratu Skotlandia. Oleh karena itu,
sebagian sarjana yang mengikuti pandangan ini menolak keseluruhan Injil ini dan
menganggapnya sebagai sebuah hoax; tetapi mayoritas akan menganggap bahwa lebih besar
kemungkinannya bahwa mereka yang dituduh sebagai pemalsu itu memanfaatkan teks
heterodoks yang telah ada sebelumnya.

Tema-tema keagamaan
Injil Barnabas tidak banyak dikenal di luar kalangan akademik hingga belakangan ini, ketika
sejumlah orang Muslim menerbitkannya untuk berargumen dengan konsepsi Kristen ortodoks
tentang Yesus. Pada umumnya karya ini lebih menggemakan pandangan-pandangan Muslim
yang ada daripada pandangan Kristen: karya ini meramalkan kedatangan Muhammad dengan
menyebutkan namanya; bukannya menggambarkan penyaliban Yesus, kitab ini menggambarkan
bahwa ia diangkat ke surga, serupa dengan gambaran tentang Elia dalam 2 Raja-raja, pasal 2;
dan kitab ini menyebut Yesus seorang "nabi" yang misinya dibatasi hanya pada "bani Israel".
Namun demikian, karya ini juga berbeda dengan konsepsi Islam dalam sekurang-kurangnya dua
hal penting; karya ini melaporkan bahwa Muhammad, dan bukan Yesus, yang disebut Mesias,
sementara Qur'an dan Hadits sama-sama menyebut Yesus sebagai Mesias, dan tidak ada varian
ortodoks Islam manapun yang menyebut Muhammad sebagai Mesias. Selain itu, karya ini secara
eksplisit menyangkal doktrin-doktrin Islam (dan Kristen) tentang penghakiman mutlak dan pra-
pengetahuan Allah — dengan menyatakan bahwa, dalam masalah perdamaian: "Allah
menunggu manusia untuk bertobat" (pasal 114); sedemikian rupa sehingga jiwa-jiwa orang yang
jahat di Neraka pada akhirnya dapat diselamatkan pada akhir zaman, bila mereka bersedia
bertobat (pasal 113); sementara orang-orang yang benar —bahkan orang-orang suci dan para
nabi— tidak dapat selamat dari rasa takut akan penghukuman; karena tidak ditolak
kemungkinan bahwa suatu saat di masa mendatang, karena terlalu yakin akan kebenaran mereka
sendiri, mereka terjatuh ke dalam kesombongan (pasal 112).

Karya ini memuat sebuah polemik yang panjang melawan doktrin predestinasi (pasal 164), dan
mendukung ajaran pembenaran oleh iman; bahwa tujuan kekal jiwa ke surga atau neraka tidak
ditetapkan sebelumnya oleh karunia Allah (seperti dalam Calvinisme), ataupun penghakiman
Allah, dalam belas kasih-Nya, terhadap iman orang-orang percaya di muka bumi (seperti dalam
Islam ortodoks). Sebaliknya dinyatakan bahwa mereka yang dihukum pada penghakiman
terakhir, tetapi yang kemudian menjawab dalam iman, yang memeprlihatkan penyesalan yang
sungguh-sungguh, dan yang membuat pilihan bebas untuk diberkati, pada akhirnya akan
memperoleh perdamaian (pasal 137). Hanya mereka yang tetap sombong akan terhalang dari
pertobatan yang sungguh-sungguh dan karenanya akan tetap tinggal di dalam neraka.

Keyakinan Pelagian yang sangat radikal ini pada abad ke-16 ditemukan di antara tradisi-tradisi
Protestan anti-Trinitarian di kemudian hari yang disebut sebagai Unitarianisme. Beberapa tokoh
anti-Trinitarian abad ke-16 berusaha mempertemukan agama Kristen, Islam dan Yudaisme;
bedasarkan argumen-argumen yang mirip sekali dengan apa yang diajukan dalam Injil Barnabas,
dengan mengatakan bahwa bila perdamaian tetap tidak terpecahkan hingga akhir zaman, maka
agama manapun dari ketiga agama ini dapat menjadi jalan yang sahih untuk masuk ke surga bagi
para pemeluknya. Michael Servetus atau Miguel Servet dari Spanyol, menolak rumusan Kristen
ortodoks tentang Tritunggal (membuktikan bahwa satu-satunya rujukan yang eksplisit terhadap
Tritunggal dalam Perjanjian Baru sebagai interpolasi di kemudian hari); dan berharap dengan
demikian dapat menjembatani perbedaan doktriner antara agama Kristen dan Islam. Pada 1553
ia dihukum mati di Geneva di bawah kekuasaan Yohanes Calvin, tetapi ajaran-ajarannya tetap
sangat berpengaruh di antara para pelarian Protestan Italia. Pada akhir abad ke-16 banyak anti-
Trinitarian, yang dianiaya baik oleh kaum Calvinis maupun oleh Inkuisisi, mencari perlindungan
di Transylvania; yang saat itu berada di bawah perlindungan Turki dan memiliki hubungan yang
erat dengan Istanbul. (Christopher J. Burchill:The Heidelberg Antitrinitarians Bibliotheca
Dissidentium: vol XI, Baden-Baden 1989,308p).

Termasuk dalam pasal 145 adalah "Buku kecil Elia"; yang memberikan pengajaran tentang
kehidupan yang benar berupa spiritualitas asketik dan pertapa. Dalam 47 pasal berikutnya,
Yesus dicatat mengembangkan sebuah tema bahwa para nabi dari zaman purbakala, khususnya
Obaja, Hagai dan Hosea, adalah para pertapa suci yang mengikuti aturan-aturan keagamaan ini;
dan mengkontraskan para pengikut mereka – yang disebut sebagai "orang-orang Farisi sejati" –
dengan "Farisi-Farisi palsu" yang hidup di dunia, dan yang merupakan lawan-lawan utamanya..
Para "Farisi sejati" ini dilaporkan berkumpul di Gunung Karmel. Hal ini cocok dengan ajaran
Ordo Karmelit abad pertengahan, yang hidup sebagai kongregasi pertama di gunung Karmel
pada abad ke-13; tetapi yang mengklaim (tanpa bukti) sebagai keturunan langsung Elia dan para
nabi Perjanjian Lama. Pada 1291 bangsa Mamluk masuk ke Suriah memaksa para biarawan di
Karmel untuk meninggalkan biara mereka, tetapi ketika menyebar di seluruh Eropa Barat
mereka mendirikan kongregasi Karmelit Barat – khususnya di Italia – dan telah meninggalkan
kehidupan pertapa dan idealisme asketik, dan sebaliknya mengambil kehidupan biara dan misi
dari para Ordo Mendikan lainnya. Sebagian peneliti menganggap bahwa kontroversi-kontroversi
yang muncul pada abad ke-14 hingga ke-16 dapat ditemukan tercermin dalam teks Injil
Barnabas.

Injil ini juga sesekali mengambil nada yang sangat anti-Paulin, dengan mengatakan pada awal
versi Italia: "banyak orang yang diperdayakan oleh Setan, dengan berpura-pura saleh,
mengajarkan doktrin yang paling keji, yang menyebut Yesus anak Allah, menolak sunat yang
diperintahkan oleh Allah untuk selama-lamanya, dan mengizinkan setiap daging yang haram: di
antaranya juga Paulus telah diperdayakan."

Ramalan tentang Nabi Muhammad s.a.w.

Injil Barnabas mengklaim bahwa Yesus meramalkan kedatangan Nabi Muhammad s.a.w.,
sehingga cocok dengan Qur'an yang menyebutkan:

"Dan (ingatlah) ketika 'Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku
adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan
memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang
sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala rasul itu datang kepada
mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir yang
nyata!" (Surah 61)

Ahmad adalah nama lain dari Muhammad. Sebuah tradisi ilmiah Islam mengaitkan nas Qur’an
ini dengan rujukan-rujukan Perjanjian Baru kepada Parakletos (Yohanes 14:16, 14:26, 15:26,
16:7). Kata Yunani "parakletos" dapat diterjemahkan menjadi "Penghibur"; dan dalam tradisi
Kristen, kata ini dikatakan merujuk kepada Roh Kudus. Sebagian sarjana Muslim telah mencatat
kemiripannya dengan kata Yunani "periklutos" yang dapat diterjemahkan sebagai "yang terpuji";
atau dalam bahasa Arab, "Ahmad".

Nama "Muhammad" seringkali disebutkan secara tegas dalam Injil Barnabas, seperti dalam
kutipan berikut:

"Yesus menjawab: `Nama sang Mesias adalah yang terpuji, karena Allah sendiri telah
memberikan nama itu ketika Ia menciptakan jiwanya, dan menempatkannya di dalam
kemuliaan surgawi. Allah berkata: "Nantikanlah Muhammad; demi engkau, Aku akan
menciptakan firdaus, dunia, dan begitu banyak makhluk, yang akan Aku serahkan
kepadamu sebagai hadiah, sedemikian rupa sehingga barangsiapa memberkai engkau, dia
akan diberkati, dan barangsiapa mengutuk engkau, ia akan dikutuk. Ketika Aku
mengutus engkau ke dalam dunia, Aku akan mengutus engkau sebagai utusan
keselamatan-Ku dan kata-katamu akan menjadi kenyataan, sedemikian rupa sehingga
meskipun langit dan bumi akan gagal, imanmu tidak akan pernah gagal." Muhammad
adalah namanya yang diberkati.' Kemudian khalayak itu mengangkat suara mereka, lalu
berkata, `O Allah, utuslah kepada kami utusan-Mu: O Yang Terpuji, datanglah segera
demi perdamaian dunia!'" Barnabas 97:9-10. Manuskrip Italia mengganti "Yang Terpuji"
dengan "Muhammad" [4].

Namun demikian, sementara ada banyak nas di mana Injil Barnabas memberikan bacaan
alternatif terhadap perikop-perikop yang terdapat dalam Injil-injil kanonik, tak ada satupun
rujukan kepada Muhammad yang langsung menyebut namanya muncul dalam nas-nas sinoptik;
dan khususnya, tak ada satupun rujukan kepada "Muhammad" di dalam Barnabas yang sesuai
dengan rujukan "Parakletos" dalam Injil Yohanes yang kanonik. Hanya ada satu kesempatan di
mana Injil Barnabas dapat dianggap "mengoreksi" sebuah perikop kanonik yang dikenal,
sehingga mencatat sebuah nubuat oleh Yesus tentang seorang Utusan Allah (yang tidak
disebutkan namanya):

Lalu Yesus berkata: "Akulah suara yang berseru-seru di seluruh Yudea, dan berkata:
"Persiapkanlah jalan untuk utusan Tuhan," bahkan sebagaimana tertulis dalam Yesaya."
Mereka berkata: "Bila engkau bukanlah Mesias atau Elia, atau nabi manapun juga,
mengapa engkau mengajarkan suatu ajaran yang baru, dan membuat dirimu lebih penting
daripada Mesias?" Yesus menjawab: "Mujizat yang Allah kerjakan melalui tanganku
membuktikan bahwa aku berbicara tentang apa yang Allah kehendaki; akupun tidak
membuat diriku sebagai dia yang engkau katakan. Karena aku tidak layak untuk
melepaskan tali kasut ataupun pengikat sepatu Utusan Allah yang engkau sebut
"Mesias," yang telah diciptakan sebelum aku, dan datang setelah aku, dan akan
membawa firman kebenaran, sehingga imannya tidak akan pernah berakhir." (Pasal 43):

Nas ini sangat mirip dengan ayat-ayat dalam Injil Yohanes 1:19-30 yang kanonik, kecuali bahwa
dalam nas ini, kata-kata tersebut diucapkan oleh Yohanes Pembaptis (di dalam Qur'an; Yahya
ibn Zakariya) dan merujuk kepada Yesus.

Muhammad sebagai Sang Mesias

Menurut salah satu versi dari Injil Barnabas:

'Kemudian imam itu berkata: "Dengan nama apakah Mesias itu akan dipanggil?" {Yesus
menjawab} "Muhammad adalah namanya yang diberkati" ' (ps. 97).

dan

Yesus mengaku, dan mengatakan kebenaran: "Aku bukanlah Mesias itu." (ps. 42:2)

Seperti telah disebutkan di atas, pernyataan-pernyataan ini tampaknya mengkontradiksikan


keyakinan Islam. Namun demikian, seorang apologet Muslim terkenal, Ahmed Deedat
berpendapat bahwa karena "Mesias" artinya sekadar "dia yang diurapi", maka kata itu dapat
dihubungkan dengan nabi manapun, dan Yesus tentu memaksudkan bahwa Muhammad diurapi
oleh Allah.

Namun demikian, mengenai Mesias sebagai sinonim dengan orang yang diurapi, hal ini tidak
konsisten dengan konotasi yang kompleks dari Mesias menurut orang-orang Yahudi dari abad
ke-1. Lihat Mesias. Mesias merujuk kepada seorang pribadi; dua orang tidak mungkin bersama-
sama menjadi Sang Mesias. Mesias adalah seorang pemimpin Yahudi, yang berjuang dengan
orang-orang Yahudi untuk memulihkan mereka menjadi suatu bangsa yang aman. Islam tidak
mengatribusikan sifat ini kepada Muhammad.

Bila penulis Injil Barnabas telah berpengalaman dalam sebuah komunitas Kristen, ia akan
paham makna Mesias yang berbeda. Dalam Dunia Kristen, kata ini telah mengandung konotasi
dari seorang penguasa yang telah dinubuatkan yang menyelamatkan orang-orang percaya dari
penghukuman. Deskripsi ini cocok sekali dengan pandangan Islam mengenai Muhammad.

Mesias keturunan Ismael

Menurut salah satu versi dari Injil Barnabas, Yesus menyangkal bahwa dialah sang Mesias itu,
dan mengklaim bahwa Mesias akan datang dari kalangan keturunan Ismael (yakni, Arab):

"Pada saat itu Yesus berkata: 'Engkau menipu dirimu sendiri; karena Daud di dalam Roh
menyebutnya Tuan, dan dengan demikian berkata: "Allah berkata kepada tuanku,
duduklah di sebelah kananku, sampai musuh-musuhmu kutaruh di bawah kakimu lawan-
lawanmu pijakan kakimu. Allah akan mengirimkan tongkatmu sehingga engkau
berkuasa di antara lawan-lawanmu." Bila utusan Allah yang engkau sebut Mesias adalah
anak Daud, bagaimana mungkin Daud menyebutnya tuan? Percayalah padaku, karena
sesungguhnya aku berkata kepadamu, bahwa janji itu telah dibuat dalam diri Ismael,
bukan Ishak.'" (Barnabas 43:10)

Hajj Sayed (Anggota Senior dari CIMS), dalam bukunya yang baru di Mesir, membandingkan
hal ini dengan pernyataan berikut dari Alkitab yang kanonik :

"Apakah pendapatmu tentang Mesias? Anak siapakah Dia?" Kata mereka kepada-Nya:
"Anak Daud." Kata-Nya kepada mereka: "Jika demikian, bagaimanakah Daud oleh
pimpinan Roh dapat menyebut Dia Tuannya, ketika ia berkata: Tuhan telah berfirman
kepada Tuanku: duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai musuh-musuh-Mu Kutaruh di
bawah kaki-Mu. Jadi jika Daud menyebut Dia Tuannya, bagaimana mungkin Ia anaknya
pula?" Matius 22:42-46

Menurut Injil-injil kanonik, Yesus adalah "anak" (keturunan) Daud; karenanya, Hajj Sayed
berpendapat bahwa pernyataan ini menguatkan pendapat Injil Barnabas.

Gagasan tentang Mesias sebagai seorang Arab juga ditemukan dalam pasal yang lain dari Injil
Barnabas:

"Bila aku melakukan kejahatan, tegurlah aku, dan Allah akan mengasihimu, karena
engkau melakukan kehendak-Nya, akan tetapi bila tak seorang pun dapat menegur
dosaku, maka itu adalah tanda bahwa engkau bukanlah anak-anak Abraham sebagaimana
yang engkau katakan, dan engkau bukanlah bagian dari Dia yang ke dalamnya Abraham
terhisab. Sebagaimana Allah yang hidup, demikianlah dalamnya kasih Abraham kepada
Allah, sehingga ia tidak hanya menghancurkan semua berhala dan meninggalkan ayah
dan ibunya, tetapi juga bersedia mengurbankan anaknya sendiri dalam ketaatan kepada
Allah.
Imam agung menjawab: "Aku menanyakan hal ini kepadamu, dan aku tidak berusaha
membunuh engkau, karena itu katakanlah kepada kami: Siapakah putra Abraham itu?"
Yesus menjawab: "Semangat kehormatan-Mu, ya Allah, membakar diriku, dan aku tidak
dapat berdiam diri. Sesungguhnya aku berkata, putra Abraham adalah Ismael, dan
daripadanya akan datang Mesias yang dijanjikan kepada Abraham, bahwa di dalam dia
semua suku di muka bumi akan diberkati." Mendengar hal itu, imam agung murka, dan
berseru: "Baiklah kita merajam orang yang durhaka ini, karena ia adalah seorang
keturunan Ismael, dan ia telah menghujat Musa dan Hukum Allah." (Barnabas 208:1-2)

Di sini, salah satu versi Injil Barnabas juga mengutip Yesus yang mengatakan bahwa anak
Abraham yang dikurbankan adalah Ismael, bukan Ishak, sesuai dengan keyakinan Islam tetapi
berlawanan dengan keyakinan Yahudi dan Kristen. Dapat pula ditarik kaitan antara pernyataan
dalam alinea terakhir bahwa "di dalam dia semua suku di muka bumi akan diberkati", dengan
makna nama "Muhammad", yang "Dipuji (atau Berbahagia)". (Bdk.Life of Prophet
Muhammad).
Yesus bukan Allah ataupun Anak Allah

Menurut Injil Barnabas, Yesus meramalkan dan menolak penyembahan dirinya sebagai Allah:

dan setelah mengatakan hal ini, Yesus memukul wajahnya dengan kedua tangannya, dan
kemudian menutupi tanah dengan kepalanya, sambil berkata: "Terkutuklah barangsiapa
yang memasukkan ke dalam ucapan-ucapanku bahwa aku adalah anak Allah" (53:6)
dan setelah berkata demikian Yesus keluar dari Bait Allah. Dan rakyat
mengagungkannya, karena mereka membawa semua orang yang sakit yang dapat mereka
kumpulkan, dan Yesus setelah berdoa memulihkan kesehatan mereka: oleh karena itu,
pada hari itu di Yerusalem tentara-tentara Romawi, melalui pekerjaan Setan, mulai
menghasut rakyat, sambil berkata Yesus adalah Allah Israel, yang telah datang untuk
melawat umat-Nya." (69:6)
Yesus menjawab: "Dan engkau; menurut engkau siapakah aku?" Petrus menjawab:
"Engkau adalah Kristus, anak Allah". Lalu Yesus menjadi marah, dan dengan murka
Yesus menegurnya sambil berkata: "Pergilah daripadaku, karena engkau adalah iblis
yang berusaha membuat aku berdosa" (70:1)
Yesus berkata lagi: "Aku mengaku di hadapan surga, dan meminta kesaksian dari semua
yang hidup di muka bumi, bahwa aku adalah seorang asing bagi semua orang yang telah
berkata tentang aku, yakni, bahwa aku lebih daripada seorang manusia biasa. Karena
aku, yang lahir dari seorang perempuan, takluk kepada penghakiman Allah; yang hidup
di sini seperti semua orang lainnya, sama-sama dapat mengalami penderitaan yang
sama." (94:1)
Kemudian imam itu menjawab, dengan gubernur dan raja: "Jangan sesali dirimu, O
Yesus, yang kudus dari Allah, karena di masa kita pemisahan ini tidak akan ada lagi,
karena kami akan menulis kepada senat Romawi yang suci dengan cara yang sedemikian
bijaksana sehingga dengan dekrit kaisar tak seorangpun akan menyebut engkau Allah
atau anak Allah." Kemudian Yesus berkata: "Kata-katamu tidak menghibur aku, karena
ketika engkau mengharapkan terang, kegelapanlah yang akan datang; tetapi
penghiburanku terdapat dalam kedatangan sang Utusan, yang akan menghancurkan
setiap pandangan yang salah tentang aku, dan imannya akan menyebar dan akan
menguasai seluruh dunia, karena demikianlah yang telah Allah janjikan kepada Abraham
bapak kita." (97:1)

Hal ini sepenuhnya cocok dengan keyakinan Islam yang menyatakan bahwa Yesus ini adalah
manusia dan seorang nabi. Menurut sejumlah hadits, Yesus akan kembali ke muka bumi di masa
depan dan menyatakan kepada dunia bahwa ia adalah "seorang hamba Allah". Menurut Imam
Anwar Al-Awlaki dalam ceramah audionya Lives of the Prophets, hal pertama yang dikatakan
oleh nabi Isa ketika ia berada di buaiannya adalah "Sesungguhnya aku ini hamba Allah", dan hal
pertama yang akan dikatakan oleh Isa ketika ia kembali ke muka bumi adalah hal yang sama,
"Sesungguhnya aku ini hamba Allah". Menurut Qur'an:

Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya
berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat
mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang
jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina", Maryam dipanggil "saudara
perempuan Harun", karena ia seorang wanita yang shaleh seperti keshalehan Nabi Harun
a.s. maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan
berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?" Berkata Isa: "Sesungguhnya
aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang
nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia
memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup;
dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi
celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada
hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali". Itulah Isa putera
Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan
tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila
Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: "Jadilah", maka
jadilah ia. (Surat Maryam:27-35)

Paulus dan Barnabas

Hajj Sayed berpendapat bahwa deskripsi Surat Galatia tentang pertikaian antara Paulus dan
Barnabas mendukung gagasan bahwa Injil Barnabas telah ada di masa Paulus. Blackhirst,
sebaliknya, telah mengajukan pendapatnya bahwa laporan Galatia tentang argumen ini dapat
menjadi alasan bagi si penulis Injil ini untuk mengatribusikannya kepada Barnabas.[5] Paulus
menulis dalam (Galatia pasal 2):

"Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia


salah. Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan
sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia
mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang
bersunat. Dan orang-orang Yahudi yang lainpun turut berlaku munafik dengan dia,
sehingga Barnabas sendiri turut terseret oleh kemunafikan mereka. Tetapi waktu kulihat,
bahwa kelakuan mereka itu tidak sesuai dengan kebenaran Injil, aku berkata kepada
Kefas di hadapan mereka semua: "Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan
bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak
bersunat untuk hidup secara Yahudi?." (Surat Galatia 2:11-14)

Paulus di sini menyerang Petrus dan Barnabas karena "berusaha memuaskan orang-orang
Yahudi" dengan tetap berpegang pada hukum-hukum mereka, seperti sunat. Hal ini
memperlihatkan, pada saat itu, bahwa Barnabas mengikuti Petrus dan tidak setuju dengan
Paulus. Sebagian merasa bahwa hal ini juga menunjukkan bahwa para penduduk Galatia pada
waktunya itu menggunakan sebuah Injil atau sejumlah Injil yang bertentangan dengan
keyakinan-keyakinan Paulus, dan Injil Barnabas bisa merupakan salah satu di antaranya
(meskipun Injil Petrus mestinya adalah kandidat yang lebih wajar, mengingat isi surat yang
kedua.). Terhadap laporan Galatia ini, kita dapat membandingkannya dengan Pengantar Pasal
Injil Barnabas, di mana kita membaca:

"Saudara-saudara yang terkasih, Allah yang besar dan ajaib pada hari-hari terakhir ini
telah mengunjungi kita melalui nabinya Yesus Kristus dalam in great mercy of teaching
dan miracles, karena alasan itulah banyak orang, yang telah diperdayakan oleh Setan,
dengan berpura-pura saleh, mengajarkan doktrin yang paling jahat, menyebut Yesus
anak Allah, menolak sunat untuk telah diperintahkan Allah untuk selama-lamanya, dan
mengizinkan setiap daging yang tidak halal; di antara mereka juga Paulus telah
diperdayakan, dan tentang itu aku berbicara dengan penuh duka cita; karena itulah aku
menuliskan kebenaran yang telah aku lihat dan dengar, dalam pergaulan yang telah
kuperoleh bersama Yesus, agar engkau dapat diselamatkan, dan tidak terpedaya oleh
Setan dan binasa dalam penghakiman Allah. Oleh karena itu, waspadalah terhadap
siapapun yang mengajarkan kepadamu ajaran yang baru yang bertentangan dengan apa
yang aku tulis, agar engkau dapat diselamatkan untuk selama-lamanya." (Introduction To
the Gospel of Barnabas)

Dalam konteks ini, perhatikan pula bahwa Petrus adalah salah satu dari ke-12 murid Yesus, dan
Barnabas adalah salah seorang pengikut pertama Yesus, sementara Paulus, seorang warga
negara Romawi, tidak pernah hidup bersama Yesus, dan telah biasa menganiaya pengikut-
pengikut Yesus sebelum pertobatannya.

Kisah 9:26-27: "Setibanya di Yerusalem Saulus [Paulus] mencoba menggabungkan diri


kepada murid-murid, tetapi semuanya takut kepadanya, karena mereka tidak dapat
percaya, bahwa ia juga seorang murid. Tetapi Barnabas menerima dia dan membawanya
kepada rasul-rasul..."
Dari nas-nas sebelumnya, kita juga dapat menyimpulkan bahwa pada mulanya, Paulus dan
Barnabas berhubungan baik satu sama lain; namun, pada akhirnya, mereka mulai berbeda dalam
keyakinan mereka.

Sebagai kesimpulan, sebagian sarjana Muslim percaya bahwa perbedaan-perbedaan antara Injil
Barnabas dan keyakinan Paulus mungkin telah menjadi alasan bahwa Injil Barnabas dan injil-
injil lainnya tidak dimasukkan ke dalam Perjanjian Baru.

Perbedaan-perbedaan non-kanonik lainnya

• Menurut kutipan berikut ini, Yesus berbicara kepada Barnabas dan memberikan
kepadanya sebuah "rahasia":

Sambil menangis Yesus berkata: "O Barnabas, aku harus menyingkapkan kepadamu
rahasia-rahasia besar, yang, setelah aku meninggalkan dunia ini, harus engkau
singkapkan kelak." Kemudian, menjawablah dia yang menulis, dan katanya: "Janganlah
menangis, O guru, dan juga orang-orang lain, karena kita semua adalah orang berdosa.
Dan engkau, yang kudus dan nabi Allah, tidaklah layak bagimu untuk menangis seperti
itu."
Yesus menjawab: "Percayalah kepadaku, Barnabas bahwa aku tidak dapat menangis
sebagaimana yang seharusnya. Karena bila manusia tidak menyebut aku Allah, aku tentu
akan melihat Allah di sini sebagaimana Ia tampak kelak di firdaus, dan aku akan selamat
dan tidak takut akan hari penghakiman. Tetapi Allah tahu bahwa aku tidak bersalah,
karena aku tidak pernah terpikir bahwa aku lebih daripada sekadar seorang hamba yang
malang. Tidak, aku katakan kepadamu bahwa andaikan aku tidak disebut Allah, maka
aku tentu sudah diangkat ke firdaus bila aku meninggalkan dunia ini, sementara sekarang
ini aku tidak akan ke sana hingga hari penghakiman. Sekarang engkau tahu bahwa aku
mempunyai alasan untuk menangis.
Ketahuilah, O Barnabas, bahwa karena itulah aku akan mengalami penganiayaan yang
hebat, dan akan dijual oleh salah seorang muridku dengan harga tiga puluh keping uang.
Karena itu aku yakin bahwa dia yang akan menjualku akan dibunuh atas namaku, karena
Allah akan mengangkat aku dari muka bumi, dan akan mengubah wajah si pengkhianat
sehingga setiap orang akan percaya bahwa dia adalah aku; namun demikian, bila ia
meninggal dalam kematian yang kejam, aku akan tetap tinggal dalam kehinaan tersebut
untuk waktu yang lama. Tetapi ketika Muhammad datang, Utusan Allah yang kudus,
kehinaan itu akan diangkat. Dan inilah yang akan dilakukan Allah karena aku telah
mengakui kebenaran tentang sang Mesias yang akan memberikan kepadaku ganjaran ini,
bahwa orang akan tahu bahwa aku hidup dan bahwa aku tidak mengalami kematian yang
penuh kehinaan itu."

• Juga, menurut Injil Barnabas, Yesus menyuruh Barnabas untuk menulis injil ini:

Yesus berpaling kepada dia yang menulis dan berkata: "Barnabas, usahakanlah dengan
cara apapun untuk menulis injilku mengenai semua yang telah terjadi sepanjang hidupku
di dunia. Dan tuliskanlah dengan cara yang sama apa yang telah terjadi atas diri Yudas,
agar orang-orang percaya tidak terpedaya, dan agar setiap orang boleh percaya akan
kebenaran."

Perspektif Islam
Beberapa organisasi Islam mengutip karya ini untuk mendukung pandangan Islam tentang Yesus
(Isa Almasih), khususnya para pemikir Islam terkemuka Rashid Rida di Mesir dan Sayyid Abul
Ala Maududi di Pakistan, kedua-duanya telah menerima injil ini sampai batas tertentu, meskipun
Maududi kemudian mengatakan bahwa penyebutan nama Muhammad dalam injil ini adalah
sebuah interpolasi.
Sebagian sarjana Muslim juga setuju bahwa Injil Barnabas ini adalah sebuah rekayasa atau
telah diubah di kemudian hari, yang lainnya percaya bahwa Barnabas sendirilah yang menulis
Injil ini, sedangkan Kitab-kitab Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes ditulis oleh para
pengikut Paulus, lama setelah kejadian-kejadian yang mereka gambarkan itu berlalu. Oleh
karena itu, Injil Barnabas lebih otentik daripada injil-injil yang lain.

Beberapa orang Muslim mengambil posisi di antara kedua kutub ini dan menyatakan bahwa
meskipun karya ini mengandung "interpolasi Muslim"[1], betapapun juga ia mengandung banyak
bahan dari masa Kristen Perdana yang mengkontradiksikan tradisi-tradisi Kristen dan
mengukuhkan keyakinan-keyakinan Muslim.

Meskipun dalam beberapa hal Injil Barnabas tidak konsisten dengan ajaran Islam, sejumlah
sarjana Muslim mengutipnya sebagai bukti dari keaslian Injil dengan argumentasi bahwa tak
seorang Muslim pun akan memalsukan sebuah dokumen dan bahwa hal itu bertentangan dalam
al-Qur'an. Mereka yakin bahwa kontradiksi-kontradiksi al-Qur'an di dalam Injil Barnabas adalah
tanda-tanda kerusakan tekstual yang menurut pemeluk Islam terjadi pada sebagian besar isi
Alkitab), tetapi bahwa Injil Barnabas tidak akan sekorup karya-karya keagamaan lainnya, dan
masih mempertahankan kebenaran tentang Yesus bahwa ia tidak disalibkan dan bahwa ia bukan
Allah ataupun Anak Allah.

Você também pode gostar