Você está na página 1de 7

Apakah Ikhlas Berarti Tidak Boleh

Mengharap Pahala dan Surga


Segala puji bagi Allah, Rabb pemberi segala nikmat dan yang berhak disembah.
Shalawat dan salam kepada penutup para Nabi, yaitu Nabi Muhammad, istri-istri
beliau, keluarga, para sahabat yang berjuang keras membela Islam dan setiap
orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan hingga akhir zaman.

Sebagian ulama dan ahli ibadah punya keyakinan bahwa jika seseorang beribadah
dan mengharap-harap balasan akhirat yang Allah janjikan maka ini akan
mencacati keikhlasannya. Walaupun mereka tidak menyatakan batalnya amalan
karena maksud semacam ini, namun mereka membenci jika seseorang punya
maksud demikian.

Mereka pun mengatakan, “Jika aku beribadah pada Allah karena mengharap
surga-Nya dan karena takut akan siksa neraka-Nya, maka aku adalah pekerja
yang jelek. Tetapi aku hanya ingin beribadah karena cinta dan rindu pada-Nya.”
Perkataan ini juga dikemukakan oleh Robi'ah Al 'Adawiyah, Imam Al Ghozali
dan Syaikhul Islam Ismail Al Harowi.1 Di antara perkataan Robi'ah Al Adawiyah
dalam bait syairnya, “Aku sama sekali tidak mengharap surga dan takut pada
neraka (sebagai balasan ibadah). Dan aku tidak mengharap rasa cintaku ini
sebagai pengganti.”

Jadi intinya mereka bermaksud mengatakan bahwa janganlah seseorang beramal


karena ingin mengharap pahala, mengharap balasan di sisi Allah, ingin mengharap
surga atau takut pada siksa neraka. Ini namanya tidak ikhlas.

Namun jika kita perhatikan kembali pada Al Qur'an dan petunjuk Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam, sungguh pendapat mereka-mereka jauh dari
kebenaran. Berikut beberapa buktinya. Semoga Allah memberikan kepahaman.

Allah Memerintahkan untuk Berlomba Meraih Kenikmatan di Surga

Setelah menyebutkan berbagai kenikmatan di surga dalam surat Al Muthaffifin,


Allah Ta'ala pun memerintah untuk berlomba-lomba meraihnya,

َ ‫سو‬
‫ن‬ ُ ‫س اْلُمَتَناِف‬
ِ ‫ك َفْلَيَتَناَف‬
َ ‫َوِفي َذِل‬

“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba. ” (QS. Al


Muthaffifin: 26)

Dalam Al Qur'an pun Disebutkan Balasan dari Suatu Amalan

Allah Ta'ala berfirman,

)‫ل‬
ً ‫حَو‬
ِ ‫عْنَها‬
َ ‫ن‬
َ ‫ل َيْبُغو‬
َ ‫ن ِفيَها‬
َ ‫خاِلِدي‬
َ (107) ‫ل‬
ً ‫س ُنُز‬
ِ ‫ت اْلِفْرَدْو‬
ُ ‫جّنا‬
َ ‫ت َلُهْم‬
ْ ‫ت َكاَن‬
ِ ‫حا‬
َ ‫صاِل‬
ّ ‫عِمُلوا ال‬
َ ‫ن َآَمُنوا َو‬
َ ‫ن اّلِذي‬
ّ ‫ِإ‬
108)
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka
adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka
tidak ingin berpindah dari padanya.” (QS. Al Kahfi: 107-108)

Al Qur'an Memberi Kabar Gembira dan Peringatan

Allah Ta'ala berfirman,

‫سًنا‬
َ‫ح‬
َ ‫جًرا‬
ْ ‫ن َلُهْم َأ‬
ّ ‫ت َأ‬
ِ ‫حا‬
َ ‫صاِل‬
ّ ‫ن ال‬
َ ‫ن َيْعَمُلو‬
َ ‫ن اّلِذي‬
َ ‫شَر اْلُمْؤِمِني‬
ّ ‫ن َلُدْنُه َوُيَب‬
ْ ‫شِديًدا ِم‬
َ ‫سا‬
ً ‫َقّيًما ِلُيْنِذَر َبْأ‬

“Al Qur'an sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang
sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang
yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat
pembalasan yang baik.” (QS. Al Kahfi: 2)

Sifat Orang Beriman, Beribadah dengan Khouf (Takut) dan Roja' (Harap)

Allah Ta'ala berfirman,

َ‫ك َكان‬َ ‫ب َرّب‬


َ ‫عَذا‬
َ ‫ن‬
ّ ‫عَذاَبُه ِإ‬
َ ‫ن‬
َ ‫خاُفو‬
َ ‫حمََتُه َوَي‬
ْ ‫ن َر‬
َ ‫جو‬
ُ ‫ب َوَيْر‬
ُ ‫سيَلَة َأّيُهْم َأْقَر‬
ِ ‫ن ِإَلى َرّبِهُم اْلَو‬
َ ‫ن َيْبَتُغو‬
َ ‫عو‬
ُ ‫ن َيْد‬
َ ‫ك اّلِذي‬
َ ‫ُأوَلِئ‬
‫حُذوًرا‬
ْ ‫َم‬

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan
mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan
mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab
Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. ” (QS. Al Israa': 57)

Sifat 'Ibadurrahman Berlindung dari Siksa Neraka

Allah Ta'ala berfirman,

‫غَراًما‬
َ ‫ن‬
َ ‫عَذاَبَها َكا‬
َ ‫ن‬
ّ ‫جَهّنَم ِإ‬
َ ‫ب‬
َ ‫عَذا‬
َ ‫عّنا‬
َ ‫ف‬
ْ ‫صِر‬
ْ ‫ن َرّبَنا ا‬
َ ‫ن َيُقوُلو‬
َ ‫َواّلِذي‬

“Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari
kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal". ” (QS. Al
Furqon: 65)

Sifat Ulil Albab juga Berlindung dari Siksa Neraka

Allah Ta'ala berfirman,

‫ت َهَذا‬
َ ‫خَلْق‬ َ ‫ض َرّبَنا َما‬ ِ ‫لْر‬ َْ ‫ت َوا‬ ِ ‫سَماَوا‬ ّ ‫خْلقِ ال‬ َ ‫ن ِفي‬ َ ‫جُنوِبِهْم َوَيَتَفّكُرو‬ ُ ‫عَلى‬ َ ‫ل ِقَياًما َوُقُعوًدا َو‬َّ ‫ن ا‬ َ ‫ن َيْذُكُرو‬َ ‫اّلِذي‬
(192) ‫صاٍر‬ َ ‫ن َأْن‬ ْ ‫ن ِم‬َ ‫ظاِلِمي‬ّ ‫خَزْيَتُه َوَما ِلل‬ ْ ‫ل الّناَر َفَقْد َأ‬
ِ‫خ‬ ِ ‫ن ُتْد‬ْ ‫ك َم‬ َ ‫( َرّبَنا ِإّن‬191) ‫ب الّناِر‬ َ ‫عَذا‬ َ ‫ك َفِقَنا‬َ ‫حاَن‬
َ ‫سْب‬
ُ ‫ل‬ ً‫ط‬ ِ ‫َبا‬
‫سّيَئاِتَنا َوَتَوّفَنا َمَع‬
َ ‫عّنا‬ َ ‫غِفْر َلَنا ُذُنوَبَنا َوَكّفْر‬ ْ ‫ن َآِمُنوا ِبَرّبُكْم َفَآَمّنا َرّبَنا َفا‬ ْ ‫ن َأ‬
ِ ‫ليَما‬ِْ ‫سِمْعَنا ُمَناِدًيا ُيَناِدي ِل‬
َ ‫َرّبَنا ِإّنَنا‬
194) ‫ف اْلِميَعاَد‬ ُ ‫خِل‬ ْ ‫ل ُت‬
َ ‫ك‬ َ ‫خِزَنا َيْوَم اْلِقَياَمِة ِإّن‬ْ ‫ل ُت‬
َ ‫ك َو‬َ ‫سِل‬ ُ ‫عَلى ُر‬ َ ‫عْدَتَنا‬ َ ‫( َرّبَنا َوَآِتَنا َما َو‬193) ‫لْبَراِر‬ َْ ‫)ا‬

“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan
sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Ya Tuhan
kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka
sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim
seorang penolongpun. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan)
yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka
kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan
hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta
orang-orang yang banyak berbakti. Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah
Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan
janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak
menyalahi janji." ” (QS. Ali Imron: 191-194)

Malaikat pun Meminta pada Allah Surga

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ketika menceritakan keadaan para malaikat,


beliau bersabda bahwa Allah Ta'ala berfirman,

‫جّنَة‬
َ ‫ك اْل‬
َ ‫سَأُلوَن‬
ْ ‫ل َي‬
َ ‫سَأُلوِنى َقا‬
ْ ‫َفَما َي‬

“Apa yang para malaikat mohon pada-Ku?” “Mereka memohon pada-Mu surga,”
sabda beliau.

Lihatlah malaikat pun meminta pada Allah surga, padahal mereka adalah
seutama-utamanya wali Allah. Sifat-sifat para malaikat adalah,

َ ‫ن َما ُيْؤَمُرو‬
‫ن‬ َ ‫ل َما َأَمَرُهْم َوَيْفَعُلو‬
َّ ‫ن ا‬
َ ‫صو‬
ُ ‫ل َيْع‬
َ

“Malaikat-malaikat itu tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang


diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)

Asiyah, istri Fir'aun yang Beriman Meminta Rumah di Surga

Allah Ta'ala berfirman,

َ‫عْون‬َ ‫ن ِفْر‬ْ ‫جِني ِم‬ ّ ‫جّنِة َوَن‬


َ ‫ك َبْيًتا ِفي اْل‬
َ ‫عْنَد‬
ِ ‫ن ِلي‬
ِ ‫ب اْب‬
ّ ‫ت َر‬
ْ ‫ن ِإْذ َقاَل‬
َ ‫عْو‬
َ ‫ن َآَمُنوا ِاْمَرَأَة ِفْر‬
َ ‫ل ِلّلِذي‬
ً ‫ل َمَث‬
ُّ ‫ب ا‬
َ ‫ضَر‬
َ ‫َو‬
َ ‫ظاِلِمي‬
‫ن‬ ّ ‫ن اْلَقْوِم ال‬
َ ‫جِني ِم‬ ّ ‫عَمِلِه َوَن‬
َ ‫َو‬

“Dan Allah membuat isteri Fir'aun perumpamaan bagi orang-orang yang


beriman, ketika ia berkata: "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di
sisi-Mu dalam firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya,
dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim. ” (QS. At Tahrim: 11). Padahal
Asiyah lebih utama dari Robi'ah Al Adawiyah, namun ia pun masih meminta pada
Allah surga.

Para Nabi Beribadah dengan Roghbah (Harap) dan Rohaba (Cemas/Takut)

Allah Ta'ala berfirman,

َ ‫شِعي‬
‫ن‬ ِ ‫خا‬
َ ‫غًبا َوَرَهًبا َوَكاُنوا َلَنا‬
َ ‫عوَنَنا َر‬
ُ ‫ت َوَيْد‬
ِ ‫خْيَرا‬
َ ‫ن ِفي اْل‬
َ ‫عو‬
ُ ‫ساِر‬
َ ‫ِإّنُهْم َكاُنوا ُي‬
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam
(mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami
dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada
Kami. ” (QS. Al Anbiya': 90)2

Nabi Ibrahim 'alaihis salam pun Meminta Surga

Sebagaimana do'a Nabi Ibrahim -kholilullah/ kekasih Allah-,

َ ‫خِزِني َيْوَم ُيْبَعُثو‬


‫ن‬ ْ ‫ل ُت‬
َ ‫( َو‬86) ‫ن‬
َ ‫ضاّلي‬
ّ ‫ن ال‬
َ ‫ن ِم‬
َ ‫لِبي ِإّنُه َكا‬
َِ ‫غِفْر‬
ْ ‫( َوا‬85) ‫جّنِة الّنِعيِم‬
َ ‫ن َوَرَثِة‬
ْ ‫جَعْلِني ِم‬
ْ ‫َوا‬

“Dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh
kenikmatan, dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk
golongan orang-orang yang sesat, dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari
mereka dibangkitkan.” (QS. Asy Syu'ara: 85-87)

Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam pun Meminta Surga

Dari Abu Sholih, dari beberapa sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau
shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bertanya kepada seseorang, “Do'a apa yang
engkau baca di dalam shalat?”

‫ل َدْنَدَنَة ُمَعاٍذ‬
َ ‫ك َو‬
َ ‫ن َدْنَدَنَت‬
ُ‫س‬ِ‫ح‬
ْ ‫ل ُأ‬
َ ‫ن الّناِر َأَما ِإّنى‬
َ ‫ك ِم‬
َ ‫عوُذ ِب‬
ُ ‫جّنَة َوَأ‬
َ ‫ك اْل‬
َ ‫سَأُل‬
ْ ‫ل الّلُهّم ِإّنى َأ‬
ُ ‫شّهُد َوَأُقو‬
َ ‫َأَت‬

“Aku membaca tahiyyat, lalu aku ucapkan 'Allahumma inni as-alukal jannah wa
a'udzu bika minannar' (aku memohon pada-Mu surga dan aku berlindung dari
siksa neraka). Aku sendiri tidak mengetahui kalau engkau mendengungkannya
begitu pula Mu'adz”, jawab orang tersebut. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda, “Kami sendiri memohon surga (atau berlindung dari neraka).”3

Nabi Menyuruh Meminta Tempat yang Mulia untuknya di Surga

Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, beliau mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

ّ‫شًرا ُثم‬ ْ‫ع‬َ ‫عَلْيِه ِبَها‬


َ ‫ل‬ُّ ‫صّلى ا‬ َ ‫لًة‬ َ‫ص‬َ ‫ى‬ ّ ‫عَل‬َ ‫صّلى‬ َ ‫ن‬ ْ ‫ى َفِإّنُه َم‬
ّ ‫عَل‬
َ ‫صّلوا‬ َ ‫ل ُثّم‬ ُ ‫ل َما َيُقو‬
َ ‫ن َفُقوُلوا ِمْث‬ َ ‫سِمْعُتُم اْلُمَؤّذ‬َ ‫ِإَذا‬
َ ‫ل ِل‬
‫ى‬ َ ‫سَأ‬
َ ‫ن‬ْ ‫ن َأَنا ُهَو َفَم‬َ ‫ن َأُكو‬
ْ ‫جو َأ‬
ُ ‫ل َوَأْر‬
ِّ ‫عَباِد ا‬
ِ ‫ن‬
ْ ‫ل ِلَعْبٍد ِم‬ّ ‫ل َتْنَبِغى ِإ‬
َ ‫جّنِة‬
َ ‫سيَلَة َفِإّنَها َمْنِزَلٌة ِفى اْل‬
ِ ‫ى اْلَو‬
َ ‫ل ِل‬ َّ ‫سُلوا ا‬
َ
‫عُة‬
َ ‫شَفا‬ّ ‫ت َلُه ال‬
ْ ‫حّل‬
َ ‫سيَلَة‬ ِ ‫اْلَو‬

“Apabila kalian mendengar mu’adzin, maka ucapkanlah sebagaimana yang


diucapkan oleh muadzin, lalu bershalawatlah kepadaku, maka sungguh siapa
saja yang bershalawat kepadaku sekali, Allah akan bershalawat kepadanya
sebanyak 10 kali. Kemudian mintalah pada Allah wasilah bagiku karena wasilah
adalah sebuah kedudukan di surga. Tidaklah layak mendapatkan kedudukan
tersebut kecuali untuk satu orang di antara hamba Allah. Aku berharap aku
adalah dia. Barangsiapa meminta wasilah untukku, dia berhak mendapatkan
syafa’atku.”4

Yang dimaksud dengan wasilah adalah kedudukan tinggi di surga. Sebagaimana


terdapat dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
‫خْلِقِه‬
َ ‫عَلى‬
َ ‫سْيَلَة‬
ِ ‫ن ُيْؤِتَيِني الَو‬
ْ ‫ل َأ‬
َ ‫سّلْوا ا‬
َ ‫جٌة َف‬
َ ‫س َفْوَقَها َدَر‬
َ ‫ل َلْي‬
ِ ‫عْنَد ا‬
ِ ‫جٌة‬
َ ‫سْيَلَة َدَر‬
ِ ‫ن الَو‬
ّ ‫ِإ‬

“Sesungguhnya wasilah adalah kedudukan (derajat yang mulia) di sisi Allah.


Tidak ada lagi kedudukan yang mulia di atasnya. Maka mintalah pada Allah agar
memberiku wasilah di antara hamba-Nya yang lain.”5

Setelah Kita Menyaksikan

Setelah kita melihat sendiri dan menyaksikan dengan seksama berbagai ayat al
Qur'an dan riwayat hadits yang telah kami kemukakan di atas, ini menunjukkan
bahwa seluruh ajaran agama ini mengajak setiap hamba untuk mencari surga dan
berlindung dari neraka-Nya. Dalil-dalil tersebut juga menunjukkan bahwa para
rasul, para nabi, para shidiq, para syuhada', para malaikat dan para wali Allah
yang mulai, mereka semua beramal karena ingin meraih surga dan takut akan
siksa neraka. Mereka adalah hamba Allah terbaik, lantas pantaskah mereka
disebut pekerja yang jelek?!
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,

ِ ‫ب اْلَيِمي‬
‫ن‬ ِ ‫حا‬
َ‫ص‬
ْ ‫ن َوَأ‬
َ ‫ن اْلُمَقّرِبي‬
َ ‫ساِبِقي‬
ّ ‫جِميِع َأْوِلَياِئِه ال‬
َ ‫سِلِه َو‬
ُ ‫ل َوُر‬
ِّ ‫ق َأْنِبَياِء ا‬
ُ ‫طِري‬
َ ‫ن الّناِر‬
ْ ‫سِتَعاَذِة ِم‬
ْ‫ل‬ِ ‫جّنِة َوا‬
َ ‫ب اْل‬
ُ ‫طَل‬
َ ‫َو‬

“Meminta surga dan berlindung dari siksa neraka adalah jalan hidup para Nabi
Allah, utusan Allah, seluruh wali Allah, ahli surga yang terdepan (as sabiqun al
muqorrobun) dan ahli surga pertengahan (ash-habul yamin).”6

Salah Paham dengan Kenikmatan di Surga dan Siksa Neraka

Mengenai perkataan sebagian sufi,

َ ‫ن َناِر‬
‫ك‬ ْ ‫خْوًفا ِم‬
َ ‫ل‬
َ ‫ك َو‬
َ ‫جّنِت‬
َ ‫شْوًقا إَلى‬
َ ‫ك‬
َ ‫عُبْد‬
ْ ‫َلْم َأ‬

“Aku tidaklah beribadah pada-Mu karena menginginkan nikmat surga-Mu dan


takut pada siksa neraka-Mu”, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah telah memberikan
jawaban,

“Perkataan ini muncul karena sangkaannya bahwa surga sekedar nama tempat
yang akan diperoleh berbagai macam nikmat. Sedangkan neraka adalah nama
tempat yang mana makhluk akan mendapat siksa di dalamnya. Ini termasuk
mendeskreditkan dan meremehkan yang dilakukan oleh mereka-mereka karena
salah paham dengan kenikmatan surga. Kenikmatan di surga adalah segala
sesuatu yang dijanjikan kepada wali-wali Allah dan juga termasuk kenikmatan
karena melihat Allah. Yang terakhir ini juga termasuk kenikmatan di surga. Oleh
karenanya, makhluk Allah yang paling mulia selalu meminta surga pada Allah
dan selalu berlindung dari siksa neraka.”7

Melihat wajah Allah di akhirat kelak, itulah kenikmatan yang paling besar dan
istimewa dari kenikmatan lainnya. Dari Shuhaib, Nabi shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda,
« ‫جوَهَنا‬ُ ‫ض ُو‬
ْ ‫ن َأَلْم ُتَبّي‬
َ ‫شْيًئا َأِزيُدُكْم َفَيُقوُلو‬
َ ‫ن‬
َ ‫ك َوَتَعاَلى ُتِريُدو‬َ ‫ل َتَباَر‬
ُّ ‫ل ا‬
ُ ‫ َيُقو‬- ‫ل‬
َ ‫ َقا‬- ‫جّنَة‬
َ ‫جّنِة اْل‬َ ‫ل اْل‬
ُ ‫ل َأْه‬
َ‫خ‬ َ ‫ِإَذا َد‬
‫عّز‬
َ ‫ظِر ِإَلى َرّبِهْم‬
َ ‫ن الّن‬َ ‫ب ِإَلْيِهْم ِم‬
ّ ‫ح‬
َ ‫شْيًئا َأ‬
َ ‫طوا‬ُ‫ع‬ْ ‫ب َفَما ُأ‬
َ ‫جا‬
َ‫ح‬ ِ ‫ف اْل‬
ُ ‫ش‬ِ ‫ َفَيْك‬- ‫ل‬
َ ‫ َقا‬- ‫ن الّناِر‬
َ ‫جَنا ِم‬ّ ‫جّنَة َوُتَن‬
َ ‫خْلَنا اْل‬
ِ ‫َأَلْم ُتْد‬
ّ‫ج‬
‫ل‬َ ‫» َو‬.

“Jika penduduk surga memasuki surga, Allah Ta'ala pun mengatakan pada
mereka, “Apakah kalian ingin sesuatu sebagai tambahan untuk kalian?”
“Bukankah engkau telah membuat wajah kami menjadi berseri, telah
memasukkan kami ke dalam surga dan membebaskan kami dari siksa neraka?”,
tanya penduduk surga tadi. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Allah
pun membuka hijab (tirai). Maka mereka tidak pernah diberi nikmat yang begitu
mereka suka dibanding dengan nikmat melihat wajah Rabb mereka 'azza wa
jalla.”8

Siksaan di neraka yang paling berat adalah karena tidak memperoleh nikmat yang
besar ini yaitu melihat Allah Ta'ala. Orang-orang kafir tidak merasakan melihat
wajah Allah yang merupakan nikmat terbesar yang diperoleh oleh penduduk
surga. Inilah kerugian dan siksaan bagi mereka. Allah Ta'ala berfirman,

َ ‫جوُبو‬
‫ن‬ ُ‫ح‬
ْ ‫ن َرّبِهْم َيْوَمِئٍذ َلَم‬
ْ‫ع‬
َ ‫ل ِإّنُهْم‬
ّ ‫َك‬

“Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari
melihat wajah Tuhan mereka. ” (QS. Al Muthaffifin: 15). Imam Syafi'i berdalil
dengan mafhum (makna tersirat) ayat ini,

‫هذه الية دليل على أن المؤمنين يرونه عز وجل يومئذ‬

“Ayat ini adalah dalil bahwa orang-0rang beriman akan melihat Allah 'azza wa
jalla pada hari itu (hari kiamat).”9

Inilah pikiran picik yang membatasi kenikmatan di surga hanya dengan


merasakan berbagai nikmat, seperti sungai, bidadari, buah-buahan, namun ada
nikmat yang lebih daripada itu yaitu nikmat melihat Allah Ta'ala.

Kesimpulan

Yang namanya ikhlas adalah seseorang beramal dengan mengharap segala apa
yang ada di sisi Allah, yaitu mengharap surga dengan segala kenikmatannya (baik
bidadari, berbagai buah, sungai di surga, rumah di surga, dsb), termasuk pula
dalam hal ini adalah ingin melihat Allah di akhirat kelak. Begitu pula yang
namanya ikhlas adalah seseorang beribadah karena takut akan siksa neraka. Inilah
yang namanya ikhlas.

Jika seseorang tidak memiliki harapan untuk meraih surga dan takut akan neraka,
maka semangatnya dalam beramalnya pun jadi lemah. Namun jika seseorang
dalam beramal selalu ingin mengharapkan surga dan takut akan siksa neraka,
maka ia pun akan semakin semangat untuk beramal dan usahanya pun akan ia
maksimalkan.
Semoga Allah senantiasa menganugerahkan kita keikhlasan dalam beramal,
harapan yang kuat untuk meraih surga-Nya dan rasa takut akan siksa neraka-
Nya.

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi
sempurna.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal


Artikel Rumaysho.com
Disempurnakan di Pangukan-Sleman, 26 Muharram 1431 H

Footnote:

1 Ta'thirul Anfas min Haditsil Ikhlas, Dr. Sayid bin Husain Al 'Afani, hal. 365-
366, Darul 'Affani, 1421 H. [Pembahasan selanjutnya banyak kami ambil faedah
dari kitab ini]

2 Ada dua tafsiran mengenai surat Al Anbiya' ayat 90. Ada yang mengatakan
bahwa yang dimaksud adalah Zakariya dan istrinya. Ada pula sebagian ulama
yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah semua nabi yang disebutkan
dalam surat Al Anbiya'. Lihat penjelasan Ibnul Jauzi dalam Zaadul Masiir ketika
menjelaskan surat ini.

3 HR. Abu Daud no. 792, Ibnu Majah no. 910, dan Ahmad (3/474). Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. LihatShahih wa Dhoif Sunan Abu
Daud no. 792.

4 HR. Muslim no. 875

5 HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Awsoth. Hadits ini dikatakan shohih oleh
Syaikh Al Albani dalam Fadhlu Sholah ‘alan Nabi no. 49

6 Majmu' Al Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 10/701, Darul Wafa',cetakan


ketiga, 1426 H

7 Majmu' Al Fatawa, 10/240-241.

8 HR. Muslim no. 181.

9 Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim, Ibnu Katsir, 14/287, Muassasah Qurthubah

Você também pode gostar