Você está na página 1de 3

Anak Misterius Dalam Mimpi

“Hah? Ada… Ada dimana aku ini?”

“Kenta? Karin, cepat kesini! Dia sudah siuman!”

“Apa? Apa yang terjadi padaku? Dimana aku?”

“Tenang teman, kau ada di rumah sakit sekarang.”

“Ya, kau adalah orang yang sangat beruntung, untung kau hanya terserempet kereta
itu…”

Namaku Kenta, aku pikir aku sudah tidak bernyawa lagi, tapi aku menyadari bahwa aku
masih bernafas. Saat aku sadar, yang pertama kali kulihat adalah kedua sahabatku, Karin dan
Takumi. Semuanya bermulai dua hari yang lalu, dimana semua peristiwa yang hampir memakan
nyawa ini terjadi.

Rabu, 11 Agustus 2010, adalah hari yang melelahkan, karena semalam aku begadang
mengerjakan semua tugas yang diberikan guruku. Saat guru sedang mengajar di kelas, mataku
tiba-tiba terasa sangat berat, dan aku pun tertidur di meja kelasku.

“Kenta! Bangun!” Sayup-sayup kudengar suara itu, dan makin lama makin jelas.

“Kenta! Cepat bangun! Kau tidak mau melihat Bu Konoka marah kan?” Ternyata
Takumilah yang membangunkanku. Aku segera bangun dengan sigap, dan kembali
memperhatikan pelajaran di kelas. Setelah menunggu lima belas menit, bel pulang sekolahpun
berbunyi.

Aku pulang sekolah bersama Takumi dan Karin, kebetulan mereka berdua tinggal
disebelah rumahku, jadi tidak heran mengapa kami bertiga selalu pulang bersama.

“Aku pulang.” Sapaku kepada semua penghuni rumah.

“Selamat datang kak!” Ternyata yang menjawab hanya adikku saja, orangtuaku belum
pulang juga. Kadang aku bingung, sebenarnya pekerjaan apa yang dilakukan oleh orangtuaku di
luar sana? Tapi pertanyaan itu sengaja tak kujawab. Setelah melepas sepatu, aku langsung pergi
ke kamarku dengan sempoyongan.

Setelah mengerjakan semua pekerjaan rumah yang cukup banyak, aku menghidupkan
komputerku dan mengecek adakah yang ingin menjadi temanku di jejaring sosial. Ternyata
tidak ada satupun permintaan teman yang datang, daripada aku menghabiskan waktu yang
berharga ini dengan percuma, lebih baik aku menyiapkan semua barang yang akan dibawa
besok dan pergi tidur.

Esoknya, aku pergi ke sekolah seperti biasa bersama Takumi dan Karin. Pada jam
istirahat, aku tak sengaja melihat Karin pergi ke belakang gedung olahraga pada saat aku ingin
membeli jajanan keluar kelas. Aku mengikutinya dari jauh, dan saat aku melihat apa yang
terjadi, aku terkejut. Ternyata dia sedang memberi makan anak kucing liar yang berada di
belakang gedung olahraga tersebut. Tanpa sadar, aku menginjak sebuah ranting pohon, dan
benda itulah yang membongkar tempat persembunyianku. Tanpa ragu lagi, aku menanyakan
hal itu padanya.

“Um, Karin, jadi setiap kau menghilang pada jam istirahat sebenarnya kau kesini ya?”
Tanyaku padanya.

“Iya, tapi jangan beritau siapa siapa ya, ini hanya rahasia kita berdua saja.” Jawabnya
dengan singkat. Pada saat itu aku berjanji tidak akan membongkar rahasianya pada orang lain.

Sepulang sekolah, akupun pulang ke rumah sendirian. Aneh rasanya jika aku pulang
mendahului sahabatku sendiri, tapi apa boleh buat, aku harus pergi menuju rumah sesegera
mungkin. Pada saat aku sedang beristirahat sejenak di taman bermain, aku melihat seorang
anak misterius, pandangannya tajam kearahku. Akupun berjalan menuju anak itu, saat aku
berjalan kearah anak itu, tiba tiba dia berlari kencang. Sepertinya dia ingin aku mengikutinya,
maka aku berlari mengejarnya. Tak disangka dia berlari menuju sebuah perlintasan kereta api,
pada saat itu ada sebuah palang pembatas yang menghalangi setiap kendaraan bermotor yang
ingin melintas, tapi anak kecil itu terus berlari menerobos palang pembatas tersebut.

Lariku makin kencang untuk menyelamatkan anak itu, tapi terlambat. Anak itu jatuh
tepat di lintasan kereta itu dan diapun tertabrak oleh kereta api yang sedang melaju kencang.
Aku benar-benar terkejut pada saat itu, tapi saat kulihat sekelilingku kembali, pemandangannya
berubah. Aku berada di taman bermain itu lagi, ternyata aku hanya bermimpi. Aku bingung,
mimpi tadi terlihat seolah olah nyata, apa yang terjadi? Biarkanlah rasa bingung ini berlalu,
lebih baik aku pulang dan memikirkan hal ini di rumah.

“Aku pulang” Sapa ku pada penghuni rumah.

“Kak Kenta, tadi Kak Karin menitipkan pesan.” Ujar adikku, ternyata hanya adikku saja
yang ada dirumah.

“Kata Kak Karin, Besok kakak harus ikut Kak Karin” Kata adikku, Karin tidak bilang pada
adikku aku harus mengikutinya kemana, lebih baik aku mengiriminya pesan untuk
mendapatkan informasi. Malamnya aku mengirim sebuah pesan pada Karin, Dia hanya
menyuruhku untuk mengikutinya saja, aku menyetujui ajakannya lalu pergi tidur.

Esoknya, pada saat pulang sekolah dia mengajakku ke sebuah taman bermain, ternyata
taman itu adalah taman yang pernah aku pakai untuk beristirahat.

“Kenta, kamu mau tidak menjalin hubungan kita lebih jauh” Ucap Karin terbata-bata.

“Maksudmu kita berpacaran begitu?” Balasku

“Iya, kamu bersedia kan?” Tanya Karin padaku, aku terkejut karena dia mengatakan
bahwa dia telah menyukaiku pada saat pertama kali masuk sekolah. Karena aku tak mau
menyakiti hatinya, maka aku menerima dia kedalam hatiku, 30 menit kemudian aku berpaling
pada sebuah toko mainan, disana aku melihat seorang anak. Aku sadar, bahwa wajah anak itu
mirip sekali dengan anak kecil yang menjadi korban kereta api dalam mimpiku. Aku menyuruh
Karin untuk tetap diam disana menungguku sebab aku mempunyai firasat buruk pada anak itu.
Ternyata memang benar, anak itu berlari ke perlintasan kereta api mengejar ibunya, ibunya
sudah sampai ke sebrang perlintasan itu, tapi si anak tidak. Dia terjatuh di lintasan kereta api
dan kakinya tersangkut di selah rel kereta api, aku tidak tinggal diam, aku berlari menuju anak
itu, melompati palang pembatas, dan segera menolongnya. Tapi sayang, saat ku menolong anak
itu, ada kereta yang melaju dengan kencang kearah kami. Aku berfikir bahwa aku akan mati dan
memang inilah saatnya, aku tertabrak kereta tersebut, tiba-tiba pandanganku kabur, dan
akhirnya akupun pingsan di tempat.

“Hah? Ada… Ada dimana aku ini?” Kataku sambil bertanya dimana aku ini

“Kenta? Karin, cepat kesini! Dia sudah siuman!” Ucap seorang lelaki yang ada
didepanku.

“Apa? Apa yang terjadi padaku? Dimana aku?” Aku bertanya pada lelaki yang
sebenarnya adalah Takumi

“Tenang teman, kau ada di rumah sakit sekarang.” Ujar Takumi

“Ya, kau adalah orang yang sangat beruntung, untung kau hanya terserempet kereta
itu…” Balas Karin padaku dengan perasaan cemas, kukira aku akan mati disana, ternyata tidak.
Aku bersyukur karena masih diberi kesempatan hidup. Aku bertanya pada Takumi soal anak itu,
dia berkata bahwa anak itu tidak apa-apa, jadi dia diperbolehkan pulang. Ketika aku pulang
kerumah, aku terkejut, anak tersebut datang ke rumahku dengan ibunya hanya untuk
mengucapkan terima kasih. Aku lebih terkejut lagi karena ibu dari anak tersebut adalah anak
dari guruku, Ibu Konoka. Dan pada saat itulah aku mulai percaya bahwa kesempatan kedua itu
ada, untukku, untuk anak itu, dan untuk semua orang yang ada di dunia ini.

Você também pode gostar