Você está na página 1de 5

B.

Pendidikan Dalam Perspektif Alquran

Paradigma pendidikan dalam Alquran tidak lepas dari tujuan Allah SWT menciptakan manusia itu seindiri,
yaitu pendidikan penyerahan diri secara ikhlas kepada sang Kholik yang mengarah pada tercapainya
kebahagiaan hidup dunia maupun akhirat, sebagaimna Firman-Nya dalam QS. Adz-Dzariyat: 56 : "Tidak
semata-mata kami ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah". Menurut Armai Arief
(2007:175) " bahwa tujuan pendidikan dalam Alquran adalah membina manusia secara pribadi dan
kelompok, sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah SWT. dan kholifah-Nya, guna
membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang diciptakan Allah".

Pendidikan dalam perspektif Alquran dapat dilihat bagaimana Luqman Al-Hakim memberikan pendidikan
yang mendasar kepada putranya, sekaligus memberikan contohnya, juga menunjukkan perbuatannya
lewat pengamalan dan sikap mental yang dilakukannya sehari-hari dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Diantara wasiat pendidikan 'monumental' yang dicontohkan Luqman lewat materi
billisan dan dilakukannya lewat bilamal terlebih dahulu adalah: Jangan sekali-kali menyekutukan Allah,
berbuat baiklah kepada kedua orang tua, jangan mengikuti seruan syirik, ingatlah bahwa manusia itu
pasti mati, hendaklah kita tetap merasa diawasi oleh Allah, hendaklah selalu mendirikan sholat, kerjakan
selalu yang baik dan tinggalkan perbuatan keji, jangan suka menyombongkan diri, sederhanalah dalam
berpergian, dan rendahkanlah suaramu.

Walaupun sederhana materi dan metode yang diajarkan Luqman Al-Hakim kepada putranya termasuk
kepada kita semua yang hidup di jaman modern ini, namun betapa cermat dan mendalam filosofi
pendidikan serta hikmah yang dimiliki Luqman untuk dapat dipelajari oleh generasi berikutnya sampai
akhir jaman.

Konsep pendidikan dalam perspektif Alquran yang direfleksikan Allah SWT dalam QS. Luqman (31):12-
19 selengkapnya berbunyi sebagai berikut :

12. Dan sesungguhnya telah kami berikan hikmah kepada Luqmman, yaitu : " bersyukurlah kepada Allah.
Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah) maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan
barang siapa tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".

13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran kepada
anaknya: "Hai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) itu adalah benar-benar kedzaliman yang besar".

14. Dan Kami perintahkan kepada manusia terhadap dua orang ibu-bapak; ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah lemah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-
Ku dan kepada dua orang ibu-bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuannya tentang itu, maka janganlah engkau mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, maka Kuberikan kepadamu apa yang telah engkau kerjakan.

16. (Luqman berkata): "Hai anakkua, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi dan
berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui".
17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka)
dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

18. Dan janganlah engkau memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah engkau
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
lagi membanggakan diri.

19. Dan sederhanalah engkau dalam berjalan dan lunakkan suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk
suara adalah suara keledai.

Ketokohan Luqman Al-Hakim seperti dijelaskan di atas merupakan suatu keniscayaan dalam dunia
pendidikan, hingga dapat melahirkan para ahli pendidikan dibidangnya masing-masing sejak Alquran
dilauncingkan oleh pembawa risalah terakhir Rosululloh Muhammad SAW empat belas abad yang lalu
hingga sekarang bahkan sampai akhir jaman. Islam memandang dan memposisikan sendi-sendi
keilmuan atau ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sesuatu yang sangat utama dan urgen. Ia
merangkul iptek sedemikian rupa sehingga menganggap suci dan disamakan derajatnya dengan jihad
bagi perjuangan orang-orang yang berilmu dan yang mencari ilmu, juga karya-karya yang mereka
temukan tentang fenomena dan rahasia alam semesta ini. Hal ini dijelaskan dengan firman Allah dalam
QS. Al-Mujadilah ayat 11 : "Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat."

Ilmu pengetahuan yang dituju oleh Alquran menurut Widodo (2007: 161) adalah ilmu pengetahuan
dengan pengertiannya yang menyeluruh, yang mengatur segala yang berhubungan dengan kehidupan
dan tidak terbatas pada ilmu syariah dan akidah saja. Ia mencakup berbagai disiplin ilmu seperti ilmu
sosial, ekonomi, sejarah, fisika, biologi, matematika, astronomi, dan geografi dalam bentuk gejala-gejala
umum, general ideas, atau grand theory yang perlu dikem,bangkan lagi oleh akal manusia. Dalam
pandangan yang bersifat internal-global, ilmu-ilmu dalam Alquran dapat dijabarkan ke dalam masalah-
masalah akidah, syariah, ibadah, muamalah, akhlak, kisah-kisah lampau,berita-berita akan dating, dan
ilmu pengetahuan ilahiah lainnya.

Demikian lengkapnya berbagai ilmu yang terdapat dalam Alquran, tidak terkecuali masalah sains dan
matematika. Tentang term ini Fahmi Basya (1427H: 95) menjelaskan bahwa Matematika Islam ialah
matematika yang menjadikan Alquran dan Sunnah Nabi sebagi postulat. Hal itu sejalan dengan apa yang
dikatakan Nabi Muhammad SAW bahwa: " Aku tinggalkan untuk kalian dua urusan, kamu tidakakan
tersesat selama berpegang kepada keduanya, yaitu Kitab Allah (Alquran) dan Sunnah Rasul Allah
(Hadits)."

Sebab itu masih menurut dia, dalam Matematika Islam, kita tidak lagi perlu membuktikan suatu data yang
datang dari Allah dan Rasul-Nya, sekalipun nanti dalam perjalananya, Matematika Islam seolah
membuktikan kebenaran sunnah-sunnah Nabi. Data bilangan dari Alquran dan Nabi, diolah dan dibuat
model matematikanya. Untuk memperjelas penemuannya dia mengutip QS. Al-Hasyr ayat 21 sebagai
berikut : â?oKalau Kami turunkan Alquran ini kepada gunung, sungguh kamu lihat dia tunduk terpecah
belah dari takut kepada Allah. Dan Dan itu perumpamaan yang Kami adakan untuk manusia supaya
mereka berfikir"

Cuplikan ayat di atas menjelaskan bahwa Alquran adalah suatu Formula. Oleh karena itu diakhir ayat tadi
dikatakan 'itu perumpamaan yang kami adakan untuk manusia supaya mereka berfikir. Fenomena ini
menandakan bahwa Alquran berisi Sains yang perlu difikirkan.
C. Kedudukan Ilmu dalam Alquran

Ilmu ialah pengetahuan yang disusun secara sistematis yang diperoleh melalui suatu penyelidikan yang
rasional dan empiris. Kebenaran hasil suatu penyelidikn atau penelitian yang rasional sudah barang tentu
mensyaratkan adanya kemampuan berfikir dan bernalar melalui akal yang sehat secara logis untuk
menetukan kesimpulan suatu kebenaran yang semuanya bersifat nisbi (sekarang aktual besok basi),
karena kebenaran yang hakiki hanyalah milik Allah SWT, seperti ditegaskan dengan firman-Nya QS.
AlBaqarah (2):147: "Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk
orang-orang yang ragu".

Dengan demikian, akal yang sehat menjadi syarat utama dapat memperolehnya. Irfan Hielmy (Ibid: 62)
mengatakan: "Ilmu, dalam bahasa Inggris disebut science, artinya ilmu pengetahuan. Atau sering pula
disebut dengan istilah epistemology, yaitu "part of philosophy which treats of the possibility, nature and
limits of human knowledge" (bagian dari ilmu filsafat yang tersusun atas kemungkinan, alam dan batasan
pengetahuan manusia)." Bagi manusia, ilmu berguna untuk merencanakan suatu aktivitas, mengontrol
atau mengevaluasinya, memprediksi suatu gejala, dan yang terpenting adalah untuk mengembangkan
teknologi, sehingga dapat memberikan manfaat yang besar bagi kepentingan seluruh umat manusia.

Tidak ada agama selain Islam, dan tidak ada kitab suci selain Alquran yang demikian tinggi menghargai
ilmu pengetahuan, mendorong untuk mencarinya, dan memuji orang-orang yang menguasainya. Yusuf
Qardhawi (1998: 91) mengingatkan bahwa, ayat Alquran yang pertama ke hati Rasulullah SAW menunjuk
pada keutamaan ilmu pengetahuan, yaitu denganmemerintahkannya membaca, sebagai kunci ilmu
pengetahuan, dan menyebut qalam, alat transformasi ilmu pengetahuan, sebagai mana ditegaskan
dalam QS.Al-Alaq : 1-5 sebagai berikut : "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan, Dia menciptakan manusia dari segumpal darh. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya."

Dalam wahyu pertama di atas, Allah SWT memulai surat dengan memerintahkan untuk membaca yang
timbul dari sifat 'tahu', lalu menyebutkan penciptaan manusia secara khusus dan umum, menyebut
nikmat-Nya dengan mengajarkan manusia apa yang ia tidak ketahui. Hal itu menunjukkan akan
kemuliaan belajar dan ilmu pengetahuan.

D. Adam Dimuliakan dengan Ilmu

Seperti telah penulis cantumkan di awal, disebutkan dalam Alquran- tidak dalam kitab agama lainnya-
bahwa Allah memberikan keutamaan kepada Adam, bapak manusia, juga menjadikannya sebagai
khalifah Allah di muka bumi dan meninggikannya di atas malaikat -yang mengisi seluruh waktunya
dengan ibadah kepada Allah-yaitu dengan ilmu yang diberikan Allah SWT kepadanya dan mengungguli
ilmu malaikat dan jin pada ujian yang dilakukan Allah antara mereka dan manusia.

Ibnul Qayyim seperti dikutip Qardhawi (Ibid: 96) berkata : Tentang keutamaan ilmu yang dikisahkan
dalam QS. Al-Baqarah: 30-33 seperti tercantum di awal tulisan ini, ada beberapa bentuk.

Pertama, Allah membalas pertanyaan malaikat ketika mereka menanyakan Allah SWT, "Kenapa Engkau
menjadikan khalifah di bumi, sementara malaikat lebih taat dibanding mereka," Allah menjawab, "Aku
lebih tahu atas apa yang engkau tidak ketahui". Allah menjawab bahwa Dia lebih tahu substansi terdalam
semua itu, sementara mereka tidak mengetahuinya. Allah Mahatahu lagi Mahbijaksana dari khalifah ini
akan lahir makhluk-makhluk pilihan, rasul-rasul, nabi-nabi, kaum shalihin, para syuhada, ulama, dan ahli
ilmu pengetahuan dan keimanan, yang lebih baik dari Malaikat. Dan, timbul dari Iblis makhluk yang paling
jahat di dunia. Allah SWT mengeluarkan dia (dari syurga yang menjadi tempat tinggal Adam). Sementara,
malaikat tidak mengetahui tentang keduanya, serta tentang penciptaan dan penempatannya di bumi yang
mengandung banyak hikmah.

Kedua, ketika akan menunjukkan kelebihan Adam dan meninggikan derajatnya, Allah SWT
melebihkannya dengan ilmu yang dimilikinya. Maka, Allah mengajarkan kepadanya nama-nama, setelah
melontarkan pertanyaan kepada para Malaikat, "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu memang orang-orang yang benar" (Al-Baqarah:31).

Dalam tafsir dikatakan bahwa para Malaikat berkata, "Allah tidak akan menciptakan makhluk yang lebih
mulia dari kita!" Mereka menyangka lebih baik daripada khalifah yang Allah jadikan di muka bumi. Ketika
Allah menguji mereka dengan ilmu yang dimiliki khalifah ini, maka mereka segera mengakui kelemahan
dan kebodohan ata apa yang mereka tidak ketahui. Saat itu Allah menampakkan keutamaan Adam
dengan ilmu yang dimilikinya. "Allah berfirman, â?oHai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-
nama benda ini! Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, (Al-Baqarah:33)
mereka mengakui kelebihan Adam.

Ketiga, Setelah menunjukkan keutamaan Adam dengan ilmu yang dimilikinya dan ketidak thuan Malaikat
atas ilmu tersebut, Allah SWT berfirman kepada mereka : "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu bahwa
sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan
apa yang kamu sembunyikan?" (Al-Baqarah:33).

Dengan firmanNya di atas, Allah memberitahukan kepada mereka akan ilmu Allah dan bahwa Dia
mengetahui segala sesuatu, baik lahir maupun batin, dan kegaiban langit. Allah memperkenalkan diri
kepada merka dengan sifat ilmu, dan memberitahukan mereka bahwa keutamaan nabi-Nya adalah
dengan ilmu, dan kelemahan mereka atas Adam adalah dalam segi ilmu. Semua itu menunjukkan
kem,uliaan ilmu.

Keempat, Allah SWT menjadikan sebagian sifat kesempurnaan pada Adam sehingga ia lebih mulia dari
makhluk yang lainnya. Allah ingin menunjukan kemulian dan keutamaan Adam, maka Allah menampilkan
sisi terbaiknya, yaitu ilmunya. Ini menunjukan bahwa ilmu adalah sisi yang paling mulia dalam diri
manusia dan kemuliaan manusia karena ilmunya.Hal seperti ini sama dengan apa yang terjadi terhadap
Nabi Yusuf a.s.. Ketika Allah ingin menunjukan keutamaan dan kemuliannya atas seluruh manusiaa pada
masanya. Dia memperlihatkan kepada raja dan penduduk Mesir ilmu Yusuf a.s.tentang tabir mimpi yang
tidak dapat di pecahkan oleh para ahli. Pada saat itu, sang raja menampilkannya dan memberikannya
kedudukan, yaitu memegang perbendaharaan Negara. Padahal, sebelumnya raja itu memenjarakannya
karena melihat ketampanannya, namun ketika tampak ketinggian ilmu dan pengetahuannya, ia
melepaskan bahkan memberikannya kedudukan. Ini menunjukan bahwa penguasaan ilmu oleh bani
Adam lebih dimuliakan dan lebih baik dari bentuk fisik.

Sementara menurut jalan pemikiran Muhammad Syadid (2003: 132) bahwa Alquran menjadikan alam
sebagai 'buku' untuk mengetahui Allah (ma'rifatullah), menyeru akal dan hati untuk memikirkan keindahan
ciptaan Allah dan ayat-ayat-Nya, mengungkap berbagai macam rahasia penciptaan-Nya. Dengan
pengarahan ini Alquran membuka pintu ilmu, memerdekakan akal dan pikiran dari belenggu kebodohan
dan kebekuan, serta mendorong kita untuk mengadakan pengkajian, penelitian dan pembelajaran. Allah
Azza wa Jalla telah menciptakan segala sesuatu dan mengaturnya sesuai dengan undang-undang,
sekaligus menyiapkan manusia untuk mengenal undang-undang tersebut dan menggunakannya dengan
kesiapan yang juga dianugerahkan Allah kepadanya.

Selanjutnya Syadid menyitir contoh pada kisah Nabi Sualaiman yang ingin memindahkan singgasana
Ratu Bilqis dari Yaman ke istananya sebelum Ratu Bilqis datang memenuhi undangannya, mungkin
terdapat isyarat Alquran yang mengagumkan untuk bisa menyibak rahasia alam, guna memotivasi akal
agar mau berpikir dan mengkaji, sehingga bisa melahirkan berbagai macam penemuan. Kisah
selengkapnya diabadikan dalam QS. An-Naml (27): 38-40 sebagai berikut : "Berkata Sulaiman: Hai
pembesar-pembesar, siapakah diantara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya
kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. Berkata Ifrit (yang
cerdik) dari golongan Jin ; aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu sebelum kamu
berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat
dipercaya. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab: aku akan membawa singgasana itu
kepadamu sebelum matamu berkedip. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di
hadapannya, ia pun berkata: Ini termasuk karunia Robb-ku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur
atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia
bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Robb-ku
Mahakaya lagi Maha Mulia."

Você também pode gostar