Você está na página 1de 7

I.

Pengertian wewenang
Wewenang adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar mencapai tujuan
tertentu. Wewenang berfungsi untuk menjalankan kegiatan yang ada dalam
organisasi.
T. Hani Handoko membagi dua pandangan yang saling berlawanan mengenai
sumber wewenang:
• Teori Formal(Pandangan klasik): wewenang adalah anugrah ;
wewenang ada karena seseorang diberikan atau dilimpahkan hal tersebut.
Pandangan mengangap bahwa wewenang berasal dari tingkat masyarakat
yang sangat tinggi dan kemudian secara hukum diturunkan dari tingkat
ketingkat.
• Teori Penerimaan (acceptance theory of authority): berpendapat
bahwa wewenang seseorang timbul hanya bila hal itu diterima oleh
kelompok atau individu kepada siapa wewenang tersebut dijalankan dan
ini tidak tergantung pada penerima ( receiver).
I.1 Struktur Lini, Staf , dan Wewenangnya
1. Organisasi lini: semua organisasi mempunyai sejumlah fungsi-fungsi dasar
yang harus dilaksanakan. Contohnya: organisasi perusahaan biasanya
mempunyai tiga fungsi dasar yaitu produksi manufaktur atau operasi,
pemasaran atau penjualan dan keuangan. Fungsi-fungsi dasar tersebut
dilaksanakan oleh semua organisasi.
2. Organisasi Lini dan Staf: staf merupakan individu atau kelompok dalam
struktur organisasi yang fungsi utamanya memberikan saran dan
pelayanan terhadap fungsi lini. Karyawan staf atau staf departemen tidak
secara langsung terlibat dalam kegiatan utama organisasi atau
departemen.
I.2 Wewenag Lini, Staf, dan Fungsional
1. Wewenang lini, adalah wewenang dimana atasan melakukannya
atas bawahannya langsung. Yaitu atasan langsung memberi wewenang
kepada bawahannya, wujudnya dalam wewenang perintah dan tercermin
sebagai rantai perintah yang diturunkan ke bawahan melalui tingkatan
organisasi.
2. Wewenang staf, adalah hak yang dipunyai oleh satuan-satuan staf
atau para spesialis untuk menyarankan, memberi rekomendasi, atau
konsultasi kepada personalia ini. Kualifikasi yang harus dipenuhi oleh

1
orang yang duduk sebagai staf , yaitu dengan menganalisa melalui
metode kuisioner, metode observasi, metode wawancara atau dengan
menggabungkan ketiganya.
3. wewenang staf fungsional, adalah hubungan terkuat yang dapat
dimiliki staf dengan satuan-satuan lini.
Agar wewenang yang dimiliki oleh seseorang dapat di taati oleh bawahan maka
diperlukan adannya.
• Kekuasaan ( power ) yaitu kemampuan untuk melakukan hak
tersebut, dengan cara mempengaruhi individu, kelompok, keputusan.
Menurut jenisnya kekuasaan dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Kekuasaan posisi ( position power ) yang didapat dari wewenang
formal, besarnya ini tergantung pada besarnya pendelegasian
orang yang menduduki posisi tersebut.
2. Kekuasaan pribadi ( personal power ) berasal dari para pengikut dan
didasarkan pada seberapa besar para pengikut mengagumi, respek
dan merasa terikat pada pimpinan.
• Tanggung jawab dan akuntabilitas tanggung jawab ( responsibility)
yaitu kewajiban untuk melakukan sesuatu yang timbul bila seorang
bawahan menerima wewenang dari atasannya. Akuntability yaitu
permintaan pertanggung jawaban atas pemenuhan tanggung jawab yang
dilimpahkan kepadanya.
• Pengaruh ( influence ) yaitu transaksi dimana seseorang dibujuk
oleh orang lain untuk melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan
harapan orang yang mempengaruhi.
II. Struktur Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu organisasi melalui tenaga medis profesional
yang berorganisasi serta sarana kedokteran yang permanen
menyelenggarakan pelayanan kesehatan asuhan keperawatan yang
berkemampuan diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh
pasien (American Hospital Association,1974).
Wolper Pene (1987), Mengidentifikasikan rumah sakit adalah tempat dimana
pendidikan klinik untuk mahasiswa kedokteran, keperawatan dan berbagai
kerja profesi kesehatan lainnya.
Jika di tinjau dari kemapuan yang dimiliki rumah sakit di Indonesia dibedakan
atas lima macam, yaitu :
1. Rumah Sakit Tipe A

2
Adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis dan subspesialis luas oleh pemerintah ditetapkan
sebagai rujukan tertinggi (Top Referral Hospital) atau disebut pula sebagai
rumah sakit pusat. Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum
yangmempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit
4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua
belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis. Rumah Sakit ini sudah
ada bagian subspesialisasinya. Contoh, Rumah Sakit Pendidikan seperti
RSCM, RS. Hasan Sadikin.
2. Rumah Sakit Tipe B
Adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas.Rumah sakit ini didirikan
disetiap Ibukota propinsi yang menampung pelayanan rujukan di rumah
sakit kabupaten. Rumah Sakit ini memiliki spesialisasi lengkap, hanya
belum ada subspesialisasinya (hanya ada dokter anak tapi tak ada dokter
jantung anak, ada dokter bedah tapi tak ada bedah abdomen).
3. Rumah Sakit Tipe C
Adalah rumah sakit yang mapu memberikan pelayanan kedokeran
spesialis terbatas.Rumah sakit ini didirikan disetiap ibukota Kabupaten
(Regency hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.
Rumah Sakit ini hanya memiliki 4 spesialis : anak, penyakit dalam, obgyn,
dan bedah.
4. Rumah Sakit Tipe D
Adalah rumah sakit yang bersifat transisi dengan kemampuan
hanya memberikan pelayanan kedokteran umum dan gigi.Rumah sakit ini
menampung rujukan yang berasal dari puskesmas. Rumah Sakit ini hanya
memiliki dokter umum (klinik).
5. Rumah Sakit Tipe E
Adalah rumah sakit khusus (spesial hospital) yang
menyalenggarakan hanya satu macam pelayan kesehatan kedokteran
saja.Saat ini banyak rumah sakit kelas ini ditemukan misal, rumah sakit
kusta, paru, jantung, kanker, ibu dan anak.
III. Sistem Rujukan
Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan
dalam Sistem kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan.
Untuk mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna

3
(efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas
diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem
rujukan. Dalam pengertiannya, sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu
tatanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung
jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau
masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal,
kepada yang berwenang dan dilakukan secara rasional.
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan internal
dan rujukan eksternal.
• Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit
pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas
(puskesmas pembantu) ke puskesmas induk
• Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam
jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan
ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah
sakit umum daerah).

Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan Medik


dan rujukan Kesehatan
• Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi
upaya penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya,
merujuk pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner,
hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Adapun jenis
rujukan medic antara lain :
1. Transfer of patient . Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostic,
pengobatan, tindakan operatif dll
2. Transfer of specimen . Pengiriman bahan (specimen) untuk
pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap
3. Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih
kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan pengobatan
setempat

• Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan


dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan
(preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik
konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah
kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).

4
Tata Laksana Rujukan

1. Internal antar- petugas di satu rumah


2. Antara puskesmas pembantu dan puskesmas
3. Antara masyarakat dan puskesmas
4. Antara satu puskesmas dan puskesmas lainnya
5. Antara puskesmas dan rumah sakit, laboratorium atau fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya.
6. Internal antar-bagian/unit pelayanan di dalam satu rumah sakit.
7. Antara rumah sakit, laboratorium, atau fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya.
IV. Hubungan antara Dinas Kesehatan Kota, Provinsi, dan
Departemen Kesehatan.
Merujuk UU No. 32 Tahun 2004 Pasal 13 dan Pasal 14 penanganan
kesehatan merupakan urusan yang wajib dilaksanakan oleh Pemerintah
Daerah baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota, maka Pemerintah Daerah
baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota harus dapat memenuhi hak-hak
konstitusional bagi seluruh warga.
a. Urusan Pemerintah Daerah Provinsi meliputi :
1. Bimbingan dan pengendalian standar, norma, prosedur,persyaratan
dan kriteria bidang kesehatan.
2. Penyelenggaraan survailans epidemiologi, penyelidikan kejadian
luar biasa/KLB dan gizi buruk lintas Kabupaten/Kota
3. Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan penyakit
menular lintas Kabupaten/Kota.
4. Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan pencemaran
lingkungan skala Provinsi.
5. Pemantauan penanggulangan gizi buruk.
6. Pengendalian operasional penanggulangan bencana dan wabah
skala Provinsi.
7. Bimbingan dan pengendalian pelayanan kesehatan haji
8. Bimbingan dan pengendalian upaya kesehatan pada daerah
perbatasan, terpencil, rawan dan kepulauan skala Provinsi.
9. Bimbingan dan pengendalian Penyelenggaraan Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Nasional.
10. Pengelolaan Jaminan Kesehatan skala Provinsi

5
11. Penyediaan dan pengelolaan bufferstock obat Provinsi, alat
kesehatan, reagensia dan vaksin lainnya.
12. Penempatan tenaga kesehatan strategis, pemindahan tenaga
tertentu antar Kabupaten/Kota skala Provinsi.
13. Registrasi, akreditasi, sertifikasi sarana kesehatan sesuai peraturan
perundang-undangan.
14. Registrasi, akreditasi, sertifikasi sarana kesehatan sesuai peraturan
perundangan-undangan.
b. Urusan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, meliputi :
1. Penyelenggaraan, bimbingan dan pengendalian operasionalisasi
bidang kesehatan
2. Penyelenggaraan survailans epidemiologi, penyelidikan kejadian
luar biasa/KLB dan gizi buruk
3. Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan penyakit
menular.
4. Penyelenggaraan pencegahan dan penanggulangan pencemaran
lingkungan skala Kabupaten/Kota.
5. Penyelenggaraan penanggulangan gizi buruk.
6. Pengendalian operasional penanggulangan bencana dan wabah
skala Kabupaten/Kota.
7. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan haji setempat.
8. Penyelenggaraan upaya kesehatan pada daerah perbatasan,
terpencil, rawan dan kepulauan skala Kabupaten/Kota.
9. Penyelenggaraan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Nasional.
10. Pengelolaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan sesuai kondisi lokal.
11. Penyediaan dan pengelolaan bufferstock obat Provinsi, alat
kesehatan, reagensia dan vaksin
12. Penempatan tenaga kesehatan strategis
13. Registrasi, akreditasi, sertifikasi tenaga kesehatan tertentu sesuai
peraturan perundang-undangan.
14. Registrasi, akreditasi, sertifikasi sarana kesehatan sesuai peraturan
perundangan-undangan.
15. Pengambilan sampling/contoh sediaan farmasi di lapangan
16. Pemeriksaan setempat sarana produksi dan distribusi sediaan
farmasi

6
17. Pengawasan dan registrasi makanan minuman produksi rumah
tangga

Você também pode gostar