Você está na página 1de 8

PEMERIKSAAN KEHAMILAN (ANTENATAL CARE)

A. PENGERTIAN ANTENATAL CARE (ANC)


Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan yang diberikan oleh bidan atau dokter
kepada ibu selama masa kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil,
sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan kembalinya kesehatan
reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998).
Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa
keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang
ditemukan (Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar, 2004 : 1). Pengawasan
antenatal adalah pengawasan sebelum persalinan terutama untuk ditujukan pada pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim (Manuaba, 2002 : 129). Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan
kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan
upaya koreksi terhadap kegawatan yang ditemukan (Depkes RI, 2004 : 12). Pelayanan atau asuhan
merupakan cara untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil dan mendeteksi ibu dengan
kehamilan normal (Prawirohardjo, 2000 : 89).
Salah satu fungsi terpenting dari perawatan antenatal adalah untuk memberikan saran dan
informasi pada seorang wanita mengenai tempat kelahiran yang tepat sesuai dengan kondisi dan status
kesehatannya. Perawatan antenatal juga merupakan suatu kesempatan untuk menginformasikan kepada
para wanita mengenai tanda – tanda bahaya dan gejala yang memerlukan bantuan segera dari petugas
kesehatan (WHO, 2004 : 8).
Pemeriksaan antenatal seyogyanya dimulai segera setelah diperkirakan terjadi kehamilan.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dalam beberapa hari setelah terlambat menstruasi, terutama bagi
wanita yang menginginkan terminasi kehamilan, tetapi bagi semua wanita secara umum sebaiknya
jangan lebih dari saat terlambat menstruasi kedua kali.

B. TUJUAN ANTENATAL CARE (ANC)


Tujuan asuhan antenatal adalah:
1) Membantu kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu dan bayi.
3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama ibu hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya
dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6) Mempersiapkan peranan ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bagi bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal (Saifudin, dkk, 2002).

1
Perawatan antenatal mempunyai tujuan agar kehamilan dan persalinan berakhir dengan:
1. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan nifas tanpa trauma fisik
maupun mental yang merugikan.
2. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental.
3. Ibu sanggup merawat dan memberi ASI kepada bayinya.
4. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti keluarga berencana setelah
kelahiran bayinya (Poedji Rochjati, 2003 : 41).

C. MANFAAT ANTENATAL CARE (ANC)


Manfaat Antenatal Care (ANC) sangat besar karena dapat mengetahui berbagai resiko dan
komplikasi kehamilan sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan (Manuaba, 1998).
Pemeriksaan antenatal juga memberikan manfaat bagi ibu dan janin, antara lain:
1) Bagi ibu
a. Mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan mengobati secara
dini komplikasi yang mempengaruhi kehamilan.
b. Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil dalam
menghadapi persalinan.
c. Meningkatkan kesehatan ibu setelah persalinan dan untuk dapat memberikan ASI.
d. Memberikan konseling dalam memilih metode kontrasepsi (Manuaba, 1999).
2) Bagi janin
Manfaat untuk janin adalah memelihara kesehatan ibu sehingga mengurangi persalinan
prematur, BBLR, juga meningkatkan kesehatan bayi sebagai titik awal kualitas suber daya
manusia (Manuaba, 1999).

D. STANDAR MINIMAL PELAYANAN ANTENATAL


Menurut Saifuddin (2002) pelayanan antenatal mencakup banyak hal namun dalam penerapan
operasional dikenal standar minimal “7T” yang terdiri dari :

1. Timbang berat badan


Selama kehamilan antara 0,3 – 0,5 kg per minggu. Bila dikaitkan dengan umur
kehamilan kenaikan berat badan selama hamil muda ± 1 kg, selanjutnya pada trimester II dan
III masing – masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan pertambahan berat total adalah 9 –
12 kg. Bila ada kenaikan berat badan yang berlebihan perlu dipikirkan kearah adanya resiko
seperti bengkak, kehamilan kembar, hidramnion, dan anak besar (Depkes, 1997).

2. Ukur tekanan darah


Selama hamil tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila tekanan
darah meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih dan atau diastolik 15 mmHg atau lebih.
Kelainan ini dapat berlanjut menjadi preeklamsia dan eklamsia kalau tidak ditangani dengan
tepat (Depkes, 1997).
2
3. Ukur tinggi fundus uteri
Ukuran tinggi fundus uteri normal adalah sebagai berikut:
12 Minggu : Tinggi fundus uteri 1 – 2 jari diatas symphysis.
16 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara symphysis–pusat.
20 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah pusat.
24 Minggu : Tinggi fundus uteri setinggi pusat.
28 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari diatas pusat.
32 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan pusat-Proc.xyphoideus.
36 Minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah Proc.xyphoideus.
40 Minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara Proc.xyphoideus-pusat
(Mochtar, 1998).

4. Pemberian imunisasi TT
Pemberian TT baru akan menimbulkan efek perlindungan apabila diberikan sekurang-
kurangnya dua kali dengan interval minimal 4 minggu. Kecuali jika sebelumnya ibu pernah
mendapat TT dua kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin maka TT
cukup diberikan satu kali saja. Dosis pemberian imunisasi TT yaitu 0,5 cc IM pada lengan atas.
Adapun syarat pemberian imunisasi TT adalah sebagai berikut :
1) Bila ibu belum pernah mendapat imunisasi TT atau meragukan diberikan II
sedini mungkin sebanyak dua kali dengan jarak minimal dua minggu.
2) Bila ibu pernah mendapat imunisasi TT dua kali, diberikan suntikan
ulang/boster satu kai pada kunjungan antenatal yang pertama (Depkes RI,
1997).

5. Pemberian tablet zat besi


Pada dasarnya pemberian tablet zat besi dimulai dengan pemberian satu tablet sehari
sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60
mg) dan asam folat 500 ug, minimal 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama
kopi atau teh karena akan mengganggu penyerapan (Saifuddin, 2002). Sebaiknya tablet besi
diminum bersama air putih ataupun air jeruk. Selain itu perlu diberitahukan juga bahwa ada
kemungkinan tinja menjadi berwarna hitam setelah ibu minum obat ini, hal tersebut adalah
normal (Depkes, 1997).

6. Tes terhadap penyakit menular seksual.


Selama kehamilan, ibu perlu dilakukan tes terhadap penyakit menular seksual seperti
HIV/AIDS, Gonorrhoe, Siphilis. Hal tersebut dikarenakan sangat berpengaruh pada janin yang
dikandungnya. Apabila ditemukan penyakit – penyakit menular seksual harus segera ditangani.

3
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Persiapan rujukan perlu disiapkan karena kematian ibu dan bayi disebabkan
keterlambatan dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2002). Perlu diingat
juga bahwa pelayanan antenatal hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional dan
tidak dapat dilakukan oleh dukun bayi.
Standar Pelayanan antenatal mencakup banyak hal yakni terdiri dari :

a) Identifikasi ibu hamil


Mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilannya. Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan
masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu,
suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan
kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
b) Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Memberikan pelayanan berkualitas dan deteksi dini komplikasi
kehamilan. Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal.
c) Palpasi Abdominal
Palpasi juga disebut periksa raba. Palpasi guna memperkirakan usia
kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dan bagian
bawah janin palpasi abdomen pada wanita hamil dilakukan mulai umur
kehamilan 36 minggu untuk kehamilan normal, dan umur kehamilan 28 minggu
bila pada pemeriksaan Mc. Donald ditemukan tinggi fundus uteri lebih tinggi
dari seharusnya.
Tinggi fundus uteri dalam sentimeter (cm) yang normal harus sama
dengan umur kehamilan dalam minggu yang ditentukan berdasarkan hari
pertama haid terakhir. Jika hasil pengukuran berbeda 1-2 cm, masih dapat
ditoleransi, tetapi jika deviasi lebih kecil 2 cm dari umur kehamilan,
kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin (Mandriwati, 2006 : 84).
Tinggi fundus uteri normal sebagai berikut :
24 minggu : Tinggi fundus uteri setinggi pusat.
28 minggu : Tinggi fundus uteri 3 jari atas pusat
32 minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan pusat – processus xyphoideus.
36 minggu :Tinggi fundus uteri 3 jari di bawah processus xyphoideus.
40 minggu : Tinggi fundus uteri pertengahan antara processus xyphoideus –
pusat.
d) Pengelolaan Anemia Pada Kehamilan.
Menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan melakukan tindak
lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung.
Bidan melakukan tindakan penemuan, penanganan dan atau rujukan semua kasus
anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4
e) Pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Mengenali dan menemukan secara dini hipertensi pada kehamilan dan
melakukan tindakan yang diperlakukan. Bidan menemukan secara dini setiap
kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenai tanda serta gejala
preeklamsia lainnya serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
Akibat yang dapat ditimbulkan dari pemeriksaan kehamilan yang tidak sesuai
dengan standar minimal yaitu komplikasi obstetri yang mungkin terjadi selama
kehamilan tidak dapat dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai.
Komplikasi obstetri itu antara lain: komplikasi obstetri langsung (perdarahan,
preeklamsi/eklamsi, kelainan letak, anak besar, kehamilan kembar, ketuban
pecah dini), komplikasi obstetri tidak langsung (sakit jantung, hepatitis,
tuberkulosa, anemia, diabetes melitus) dan komplikasi yang berhubungan dengan
obstetri (cedera akibat keclakaan kendaraan, keracuan, kebakaran).

E. KUNJUNGAN IBU HAMIL


Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Kunjungan disini bukan hanya ibu hamil yang
datang ke tempat pelayanan tetapi juga setiap kontak dengan tenaga kesehatan dan diberikan pelayanan
antenatal sesuai standar baik di Posyandu, Polindes, atau kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan.
Kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya adalah sebanyak empat kali yang
dikenal dengan istilah K1, K2, K3, dan K4. Satu kali pada triwulan pertama (sebelum 14 minggu), satu
kali pada triwulan kedua (antara 14 – 28 minggu), dan dua kali pada triwulan ketiga (antara minggu 28
– 36 dan sesudah minggu ke 36) (Depkes RI, 2004 : 47).
Adapun uraianya sebagai berikut :
1) K1 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester I
(sebelum usia kehamilan 12 minggu) dengan jumlah kunjungan minimal satu kali
dan mendapatkan pelayanan 7T yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah,
imunisasi Tetanus Toxoid, periksa fundu uteri, pemberian tablet tambah darah, tes
PMS, dan temu wicara. K1 ini mempunyai peranan penting dalam program
kesehatan ibu dan anak yaitu sebagai indikator pemantauan yang dipergunakan
untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam
menggerakkan masyarakat (Depkes RI, 2001).
2) K2 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester II
(usia kehamilan 12 – 28 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T setelah melewati
K1.
3) K3 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester III
(usia kehamilan 28 – 36 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T setelah melewati
K1 dan K2.

5
4) K4 adalah kunjungan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya pada trimester III
(usia kehamilan >36 minggu) dan mendapatkan pelayanan 7T setelah melewati K1,
K2, dan K3.

6
KESIMPULAN
1) Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan yang diberikan oleh bidan atau dokter
kepada ibu selama masa kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik
ibu hamil, sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998).
2) Tujuan asuhan antenatal adalah:
1. Membantu kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu dan bayi.
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama ibu hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan
pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6. Mempersiapkan peranan ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bagi bayi agar
dapat tumbuh kembang secara normal (Saifudin, dkk, 2002).
3) Perawatan antenatal mempunyai tujuan agar kehamilan dan persalinan berakhir dengan :
1. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan nifas tanpa trauma fisik
maupun mental yang merugikan.
2. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental.
3. Ibu sanggup merawat dan memberi ASI kepada bayinya.
4. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti keluarga berencana
setelah kelahiran bayinya (Poedji Rochjati, 2003 : 41).
4) Manfaat Antenatal Care (ANC) sangat besar karena dapat mengetahui berbagai resiko dan
komplikasi kehamilan sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan
(Manuaba, 1998).
5) Standar minimal pelayanan antenatal :
1. Timbang berat badan
2. Ukur tekanan darah
3. Ukur tinggi fundus uteri
4. Pemberian imunisasi TT
5. Pemberian tablet zat besi
6. Tes terhadap penyakit menular seksual.
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
6) Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Kunjungan disini bukan hanya ibu hamil
yang datang ke tempat pelayanan tetapi juga setiap kontak dengan tenaga kesehatan dan
diberikan pelayanan antenatal sesuai standar baik di Posyandu, Polindes, atau kunjungan
rumah oleh tenaga kesehatan.
7
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul BS, Gulardi HW, Biran A, Djoko W, editor. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal. Ed. 1. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: 2002.
2. Ariani DW, Astari MA, Anita H, Anastasia M, Bilal L, Eva S, et al. Pengetahuan, sikap, dan
perilaku pada ibu hamil nonprimigravida. Majalah Kedokteran Indonesia 2005; 10(55): 632-38.
3. Douglas RG, stomme WB. Operative Obstetric. 3rd Ed. Appleton-Century Crofts. Newyork:
1976.

Você também pode gostar