Você está na página 1de 26

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Perpajakan I

Semester II

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6

1. Sri Agustina (F0309085)

2. Ulva Navatilova Menes (F0309092)

3. Vika Vitri Anggraita (F0309093)

4. Maya Larasati Ardini (F0309106)

5. Nandhya Marfiana (F0309107)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010
PENGKREDITAN PAJAK LUAR NEGERI

(PPh PASAL 24 )

PPh pasal 24: Pajak Terutang yang dibayarkan di Luar Negeri atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh dari Luar Negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak penghasilan
terutang atas seluruh Penghasilan Wajib Pajak (WP) Dalam Negeri

 Pengkreditan pajak luar negeri tersebut dilakukan dalam tahun pajak digabungkannya
penghasilan dari luar negeri tersebut dengan penghasilan di Indonesia.

 Pengkreditan pajak yang dimaksudkan dalam pasal 24 ini untuk menghindarkan pajak berganda,
tetapi jumlah yang dikreditkan tidak melebihi perhitungan pajak yang terutang berdasarkan
undang-undang Pajak Penghasilan.

 Pengkreditan pajak luar negeri dilakukan sesuai dengan ketentuan pasal 24 undang - undang
pajak penghasilan yang diikuti dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
164/KMK.03/2002 tentang Kredit Pajak Luar Negeri yang mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan 19 April 2002.

 Untuk melaksanakan pengkreditan pajak luar negeri, Wajib Pajak wajib menyampaikan
permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan melampirkan :

1. Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri;

2. Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar negeri;

3. Dokumen pembayaran pajak di luar negeri.

PERLAKUAN PERPAJAKAN DAN PENENTUAN SUMBER PEBGHASILAN

Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak
yang terutang di Indonesia hanya pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak,

Contoh:

PT A di Indonesia merupakan pemegang saham tunggal dar Z Inc. Di Negara x. Z Inc. Tersebut
dalam tahun 1995 memperoleh keuntungan sebesar US$100.000.000. Pajak penghasilan yang
2
berlaku di Negara X adalah 48% dan Pajak Dividen adalah 38%. Penghitungan pajak atas
dividen tersebut adalah :

Keuntungan Z inc. US$100.000,00

Pajak Penghasilan(Corporate Income Tax)

Atas Z Inc.(48 %) US$ 48.000,00 (-)

US$ 52.000,00

Pajak atas dividen (38%) US$ 19.760,00 (-)

Dividen yang dikirim ke Indonesia US$ 32.240,00

Pajak penghasilan yang dapat dikreditkan terhadap seluruh Pajak Penghasilan yang terutang atas PT
A adalah pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar
negeri, dalam contoh di atas yaitu jumlah sebesar US$19.760,00. Pajak penghasilan (corporate
income tax) atas Z Inc. sebesar US$48.000,00 tersebut tidak dikenakan langsung atas penghasilan
yang diterima atau diperoleh PT A dari luar negeri, melainkan pajak yang dikenakan atas
keuntungan Z Inc. Di negara X.

 Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan, sumber penghasilan ditentukan
oleh :

1. Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham
dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atau
sekuritas tersebut didirikan atau bertempat kedudukan;

2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta
gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti atau
sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada;

3. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak bergerak adalah
negara tempat harta tersebut terletak;

4. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah
negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat
kedudukan atau berada;

5. Penghasilan Bentuk Usaha Tetap adalah negara tempat Bentuk Usaha Tetap tersebut
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan;

3
6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut
serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan adalah
negara tempat lokasi penambangan berada;

7. Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada;

8. Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu Bentuk Usaha
Tetap adalah negara tempat Bentuk Usaha Tetap berada.

PENGGABUNGAN PENGHASILAN

Untuk menghitung Pajak Penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak Dalam Negeri, baik dari dalam maupun luar negeri, maka seluruh
penghasilan Wajib Pajak tersebut digabungkan. Untuk penggabungan penghasilan yang berasal dari
luar negeri dilakukan untuk :

1. Penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya penghasilan tersebut.

2. Penghasilan lainnya dilakukan dalam Tahun Pajak diterimanya penghasilan tersebut.

3. Penghasilan berupa dividen sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (2) Undang-
Undang pajak Penghasilan, dilakukan dalam tahun pajak pada saat perolehan dividen
tersebut sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan.

Penggabungan penghasilan ini tidak diperkenankan apabila terjadi kerugian yang diderita di luar
negeri.

Tata Cara Perhitungan Kredit Pajak Luar Negeri

Ketentuan mengenai jumlah pajak luar negeri yang boleh dikreditkan adalah sebagai berikut :

1. Jumlah kredit pajak yang besarnya paling tinggi sama dengan jumlah pajak yang dibayar
atau terutang di luar negeri, tetapi tidak boleh melebihi jumlah tertentu (ordinary credit
method).

2. Jumlah tertentu seperti pada butir 1 dihitung menurut perbandingan antara penghasilan
antara penghasilan dari luar negeri terhadap Penghasilan Kena Pajak dikalikan dengan
pajak yang terutang atas penghasilan kena Pajak, paling tinggi sama dengan pajak yang

4
terutang atas Penghasilan Kena Pajak dalam hal Penghasilan Kena Pajak lebih kecil dari
penghasilan luar negeri.

3. Kemungkinan penghasilan dari luar negeri tersebut berasal dari beberapa negara, maka
penghitungan kredit pajak dilakukan untuk masing-masing negara.

4. Penghasilan kena pajak yang digunakan sebagai perbandingan (perhatikan butir 2) tidak
termasuk penghasilan yang dikenakan pajak yang bersifat final yang diatur dalam Pasal
4 ayat (2) tentang penghasilan yang dikenakan pajak tertentu yaitu atas dasar Peraturan
Pemerintah dan/atau penghasilan yang dikenakan pajak tersendiri sebagaimana diatur
dalam pasal 8 ayat (1) dan ayat (40 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Pasal 8 ayat (1) dan ayat (4) mengatur bahwa seluruh penghasilan atau kerugian wanita
yang telah kawin pada awal Tahun pajak atau awal Bagian tahun pajak, demikian halnya
kerugian yang berasal dari tahun-tahun sebelumnya yang belum dikompensasikan
dianggap penghasilan atau kerugian suaminya. Pengecualian yaitu apabila penghasilan
semata-mata diterima atau diperoleh dari 1 (satu) pemberi kerja yang telah dipotong PPh
Pasal 21 dan pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan
bebas suami atau anggota keluarga lainnya.

Penghasilan anak yang belum dewasa Pasal 8 ayat (4) mengatur bahwa penghasilan anak
yang belum dewasa digabung dengan penghasilan orang tuanya kecuali penghasilan
yang berasal dari pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha atau kegiatan
dari orang yang mempunyai hubungan istimewa dengan anak tersebut.

5. Apabila ternyata Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri melebihi
jumlah kredit pajak yang diperkenankan, atas kelebihan tersebut tidaklah dapat
diperhitungkan dengan Pajak Penghasilan yang terutang tahun berikutnya, maka
kelebihan itu tidak boleh dibebankan sebagai biaya atau pengurang penghasilan, dan
tidak dapat dimintakan restitusi/pengembalian.

Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang pajak Penghasilan mengatur kewenangan menteri Keuangan
untuk menetapkan saat diperolehnya dividen oleh Wajib Pajak Dalam Negeri atas penyertaan modal
usaha di luar negeri selain badan usaha yang menjual sahamya di bursa efek dengan ketentuan :

1. Penyertaan modal Wajib Pajak Dalam Negeri sekurang-kurangnya 50% (lima puluh
persen) dari jumlah saham yang disetor.

2. Secara bersama-sama dengan Wajib Pajak Dalam Negeri lainnya memiliki penyertaan
modal sebesar 50% (lima puluh persen) atau lebih dari jumlah saham yang disetor.
5
PERHITUNGAN KREDIT PAJAK LUAR NEGERI WAJIB PAJAK BADAN

PT Abadi di jakarta memeproleh penghasilan neto dalam tahun 2009 sebagai berikut :

Penghasilan dalam negeri Rp 1.000.000.000,00

Penghasilan luar negeri Rp 1.000.000.000,00

(dengan tarif pajak 20%)

Penghitungan jumlah maksimum kredit pajak luar negeri adalah :

1. Penghasilan luar negeri Rp 1.000.000.000,00

Penghasilan dalam negeri Rp 1.000.000.000,00 ( +)

Jumlah penghasilan neto Rp 2.000.000.000,00

2. Apabila jumlah penghasilan neto sama dengan Penghasilan Kena Pajak, maka sesuai
dengan tarif pasal 17, Pajak Panghasilan yang terutang sebesar :

28% x Rp 2.000.000.000,00 = Rp 560.000.000,00

3. Batas maksimum kredit pajak luar negeri adalah :

Oleh karena batas maksimum kredit pajak luar negeri sebesar Rp 280.000.000,00 lebih
besar dari jumlah pajak luar negeri yang terutang atau dibayar di luar negeri yaitu
sebesar Rp 200.000.0000,00 (20% x Rp 1.000.000.000,00), maka jumlah kredit pajak
luar negeri yang diperkenankan adalah Rp 200.000.000,00

PERHITUNGAN KREDIT PAJAK LUAR NEGERI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Seperti pada contoh di atas, apabila penghasilan tersebut diperoleh oleh Wajib Pajak Orang
pribadi, untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak harus dikurangi terlebih dahulu dengan
Penghasilan Tidak kena Pajak (PTKP). Oleh karena itu, penghitungan PPh Pasal 24 menjadi
sebagai berikut :

1. Penghasilan Neto Rp 2.000.000.000,00

PTKP (TK/0) (Rp 15.840.000,00

Penghasilan Kena Pajak Rp 1.984.160.000,00


6
2. Pajak penghasilan terutang sesuai tarif Pasal 17

5% x Rp 50.000.00000 = Rp 2.500.000,00

15% x Rp 200.000.000,00 = Rp 30.000.000,00

25% x Rp 250.000.000,00 = Rp 62.000.000,00

30% x Rp 1.484.160.000,00 = Rp 445.248.000,00

Total Rp 540.248.000,00

3. Batas maksimum kredit pajak luar negeri :

Pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri Rp 200.000.0000,00 ternyata masih lebih
kecil dibanding batas maksimumnya (Rp 272.280.461,00). Oleh karena itu, jumlah kredit
pajak luar negeri (Pasal 24) ang diperkenankan adalah Rp 200.000.000,00

KERUGIAN DI DALAM NEGERI

PT Tugu Indah di jakarta memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2009 sebagai berikut :

Penghasilan dari usaha di luar negeri Rp 1.000.000.000,00

Rugi usaha di dalam negeri (Rp 200.000.000,00)

Pajak atas penghasilan di luar negeri misalnya 40 % Rp 400.000.000,00

Penghitungan maksimum kredit pajak luar negeri serta pajak terutang adalah sebagai berikut
:

1. Penghasilan dari usaha di luar negeri Rp 1.000.000.000,00

Rugi usaha di dalam negeri (Rp 200.000.000,00)

Jumlah penghasilan neto Rp 800.000.000,00

2. Apabila jumlah penghasilan neto sama dengan Penghasilan kena Pajak, maka sesuai
dengan tarif Pasal 17, Pajak Penghasilan yang terutang :

28 % x Rp 800.000.000,00 = Rp 224.000.000,00

3. Batas maksimum kredit pajak luar negeri :

7
Oleh karena pajak yang dibayar di luar negeri (Rp 400.000.000,00) dan batas maksimum
kredit pajak luar negeri yang dapat dikreditkan (Rp 280.000.000,00) lebih besar dari
jumlah pajak yang terutang (Rp 224.000.000,00), maka pajak yang dibayar di luar negeri
diperkenankan untuk dikreditkan dalam penghitungan Pajak Penghasilan adalah sebesar
Pajak Penghasilan yang terutang yaitu Rp 224.000.000,00

PENGHASILAN LUAR NEGERI BERASAL DARI BEBERAPA NEGARA

Apabila penghasilan luar negeri berasal dari bebrapa negara, jumlah maksimum kredit pajak
luar negeri dihitung untuk masing-masing negara dengan cara penghitungan di atas.

PT Elok di jakarta dalam tahun 2009 memperoleh penghasilan neto sebaga berikut :

Penghasilan dari dalam negeri Rp 2.000.000.000,00

Penghasilan dari singapura

(dengan tarif pajak 40%) Rp 1.000.000.000,00

Penghasilan dari Malaysia

(dengan tarif pajak 30%) Rp 2.000.000.000,00 (+)

Jumlah penghasilan neto Rp 5.000.000.000,00

Apabila penghasilan neto sama dengan Penghasilan Kena Pajak, maka besarnya Pajak
Penghasilan yang terutang menurut tarif Pasal 17 sebesar :

28% x Rp 5.000.000.000,00 = Rp 1.400.000.000,00

Batas maksimum kredit pajak luar negeri untuk setiap negara adalah :

a. Untuk Singapura

Pajak yang terutang di luar negeri sebesar Rp 400.000.000,00 lebih besar dari batas
maksimum kredit pajak yang dapat dikreditkan, maka jumlah kredit yang diperkenankan
hanya sebesar Rp 280.000.000,00.

b. Untuk Malaysia

8
Pajak yang terutang di luar negeri sebesar Rp 600.000.000,00 lebih besar dari batas
maksimum kredit pajak yang dapat dikreditkan, maka jumlah kredit pajak yang
diperkenankan Rp 560.000.000,00.

Jumlah kredit pajak luar negeri :

Rp 280.000.000,00 + Rp 560.000.000,00 = Rp 840.000.000,00

KERUGIAN DI LUAR NEGERI

Dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak, kerugian yang diderita di luar negeri tidak
boleh digabungkan/ dikompensasikan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh dari
Indonesia.

Contoh :

PT Batavia di Jakarta memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2009 sebagai

berikut :

1. Di Singapura memperoleh penghasilan (laba) Rp 1.000.000.000,00 dengan tarif pajak


sebesar 40% (Rp 400.000.000,00).

2. Di Malaysia, memperoleh penghasilan (laba) Rp 3.000.000.000,00 dengan tarif pajak


sebesar 25% (Rp 750.000.000,00).

3. Di Filipina, menderita kerugiaan Rp 2.500.000.000,00.

4. Penghasilan usaha di dalam negeri Rp 4.000.000.000,00.

Penghasilan kredit pajak luar negeri adalah :

1. Penghasilan luar negeri :

a. Laba di Singapura Rp 1.000.000.000,00

b. Laba di Malaysia Rp 3.000.000.000,00

c. Rugi di filipina Rp - (+)

Jumlah pengahasilan luar negeri Rp 4.000.000.000,00

2. Penghasilan dalam negeri Rp 4.000.000.000,00 ( + )

3. Jumlah penghasilan neto Rp 8.000.000.000,00

4. PPh terutang ( menurut tarif pasal 17)

9
28 % x Rp 8.000.000.000,00 = Rp 2.240.000.000,00

5. Batas maksimum kredit pajak luar negeri untuk masing-masing negara adalah :

a. untuk Singapura

Pajak yang terutang di Singapura Rp 400.000.000,00, namun maksimum pajak yang


dapat dikreditkan hanya sebesar Rp 280.000.000,00.

b. Untuk Malaysia

Pajak yang terutang di Malaysia sebesar Rp 750.000.000,00 ternyata masih lebih


kecil dibanding batas maksimumnya ( Rp 840.000.000,00). Oleh karena itu, jumlah
kredit pajak luar negeri yang diperkenankan adalah Rp 750.000.000,00.

Jumlah kredit pajak luar negeri yang diperkenankan sebesar :

Rp 280.000.000,00 + Rp 750.000.000,00 = Rp 1.030.000.000,00.

Dalam contoh pengitungan di atas tampak dengan jelas bahwa kerugian yang diderita di
Filipina Rp 2.500.000.000,00 tidak boleh digabungkan / dikompensasikan dengan
penghasilan yang diterima /diperoleh dari Indonesia.

PENGHASILAN WAJIB PAJAK DIKENAKAN PAJAK BERSIFAT FINAL

Mengacu pada pasal 4 ayat (2) yaitu 4ndang-Undang Pajak Penghasilan mengatur Objek
Pajak yang pengenaan pajaknya tersendiri (diatur dengan Peraturan Pemerintah).
Penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final tidak digabungkan dengan penghasilan
teratur lainnya.

Contoh :

PT Jayakarta memperoleh penghasilan tahun 2009 yang terdiri atas :

1. Penghasilan dari Cina Rp 2.000.000.000,00 dengan tarif pajak 30 %.

2. Penghasilan dalam negeri Rp 3.500.000.000,00.

Dalam penghasilan dalam negeri ini termasuk penghasilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (2) Undang- Undang Pajak Penghasilan sebesar Rp 500.000.000,00.
10
Penghitungan kredit pajak luar negeri :

1. Penghasilan luar negeri

Penghasilan dari Cina Rp 2.0000.000.000,00

2. Penghasilan dari dalam negeri Rp 3.500.000.000,00

Koreksi (Pasal 4 ayat (2)) Rp 500.000.000,00

Rp 3.000.000.000,00

3. Total penghasilan neto Rp 5.000.000.000,00

4. PPh terutang :

28% x Rp 5.000.000.000,00 = Rp 1.400.000.000,00

5. Batas maksimum kredit pajak luar negeri sebesar :

Pajak yang terutang di Cina sebesar 30 % x Rp 2.000.000.000,00 = Rp


600.000.000,00 namun maksimum kredit pajak yang dapat dikreditkan sebesar Rp
560.000.000,00, sehingga jumlah kredit pajak luar negeri yang diperkenankan hanya
sebesar Rp 560.000.000,00.

PENGURANGAN/PENGEMBALIAN KREDIT PAJAK LUAR NEGERI

Sebagaimana dinyatakan dalam penjelasan pasal 24 ayat (5) Undang-Undang Pajak


Penghasilan, apabila terjadi pengurangan atau pengembalian pajak atas penghasilan yang dibayar di
luar negeri sehingga besarnya pajak yang dapat dikreditkan di Indonesia menjadi lebih kecil dari
besarnya perhitungan semula, maka selisihnya ditambahkan pada Pajak Penghasilan yang terutang
atas seluruh penghasilan Wajib Pajak Dalam Negeri pada tahun pengurangan atau pengembalian itu
dilakukan.

PERUBAHAN BESARNYA PENGHASILAN LUAR NEGERI

 Dalam hal terjadi perubahan besarnya penghasilan yang berasal dari luar negeri, Wajib Pajak harus
melakukan pembetulan SPT untuk tahun pajak yang bersangkutan dengan melampirkan dokumen terkait.

 Apabila akibat pembetulan tersebut terjadi koreksi fiskal di luar negeri yang menyebabkan adanya
tambahan penghasilan yang mengakibatkan pajak atas penghasilan yang terutang di luar negeri lebih
11
besar daripada yang dilaporkan dalam SPT, sehingga pajak di luar negeri kurang dibayar, maka terdapat
kemungkinan Pajak Penghasilan di Indonesia juga kurang dibayar.

 Apabila koreksi fiskal di luar negeri menyebabkan penghasilan dan pajak atas penghasilan yang terutang
di luar negeri lebih kecil dari yang dilaporkan dalam SPT, sehingga pajak yang di luar negeri lebih
dibayar, maka hal ini akan mengakibatkan Pajak Penghasilan yang terutang di Indonesia juga menjadi
lebih kecil, sehingga Pajak Penghasilan menjadi lebih bayar. Atas kelebihan bayar pajak tersebut dapat
dikembalikan kepada Wajib Pajak setelah diperhitungkan dengan utang pajak lainnya.

 Sepanjang koreksi fiskal di luar negeri tersebut dilaporkan sendiri oleh Wajib Pajak melalui surat
pembetulan Surat Pemberitahuan tahunan, maka atas kekurangan tersebut tidak dikenakan bunga
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2997 tentang KUP.

 Apabila koreksi fiskal di luar negeri menyebabkan penghasilan dan pajak atas penghasilan yang terutang
di luar negeri lebih kecil dari yang dilaporkan dalam SPT, sehingga pajak di luar negeri lebih bayar, maka
hal ini akan mengakibatkan Pajak Penghasilan yang terutang di Indonesia juga menjadi lebih kecil,
sehingga Pajak Penghasilan menjadi lebih bayar. Atas kelebihan bayar pajak tersebut dapat dikembalikan
kepada wajib pajak setelah diperhitungkan dengan utang pajak lainnya.

PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

PPh Pasal 25 : Angsuran Pajak Penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk
setiap bulan dalam Tahun Pajak berjalan.

Pembayaran angsuran setiap bulan itu sendiri dimaksudkan untuk meringankan beban Wajib Pajak
dalam membayar pajak terutang.

 Aturan pelaksanaan diperbaharui, yaitu :

1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 522/KMK.04/2000 tanggal 14 Desember


2000 tentang Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak Penghasilan Dalam Tahun Pajak
Berjalan yang Harus Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak Baru, Bank, Sewa dengan Hak Opsi,
BUMN, BUMD, dan Wajib Pajak lainnya termasuk Wajib Pajak Orang Pribadi, Pengusaha
Tertentu. Keputusan ini telah diubah dengan Keputusan menteri Keuangan Nomor
394/KMK.03/2001 terakhir diadakan perubahan kembali dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 84/ KMK.03/2002 Tanggal 8 maret 2002.

12
2. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 210/Pj./2001 Tanggal 12 Maret 2001
mengatur masalah besarnya pembayaran angsuran bulanan PPh Pasal 25 dalam masa transisi
Tahun Pajak 2001.

3. Keputusan Direktur jenderal pajak Nomor Kep. 537/Pj./2000 Tanggal 29


Desember 2000 tentang Penghitungan Besarnya Anggaran Pajak pada Tahun Berjalan dalam
Hal-hal Tertentu.

Penghitungan Pajak Terutang digunakan tarif baru yang sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan perpajakan yaitu undang-undang Pajak Penghasilan berlaku mulai 11 Januari 2009.

CARA MENGHITUNG PPh PASAL 25

 Besarnya angsuran pajak Penghasilan Pasal 25 adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang
menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak yang lalu dikurangi
dengan Pajak Penghasilan yang dipotong dan/atau dipungut serta Pajak Penghasilan yang
dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksudkan dalam
Pasal 21,22,23,dan 24, kemudian dibagi 12(dua belas) atau banyaknya bulan dalam Bagian
Tahun Pajak.

Besarnya PPh pasal 25 untuk Bulan-Bulan Sebelum Batas Waktu Penyampaian SPT
Tahunan

Angsuran bulanan untuk bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh adalah sebesar
angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu.

Contoh: Apabila Surat pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan oleh Wajib pajak
Orang pribadi pada bulan Februari 2010 maka besarnya angsuran pajak yang harus di bayar Wajib
pajak tersebut untuk bulan Januari 2010 adalah sebesar angsuran pajak bulan Desember 2009,
misalnya sebesar Rp 1.000.000.000,00

Surat Ketetapan Pajak sebagai Dasar Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25

13
 Apabila dalam Tahun pajak berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak untuk tahun Pajak yang
lalu, maka besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan surat ketetapan pajak
tersebut dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan surat ketetapan pajak.

 Penetapan besarnya angsuran pajak berdasarkan Surat Ketetapan Pajak tersebut bisa sama,
lebih besar atau lebih kecil dari angsuran pajak sebelumnya berdasarkan Surat Pemberitahuan
Tahunan.

Angsuran PPh Pasal 25 untuk Setiap Bulan dan Sesudah Adanya Keputusan Mengenai
Kelebihan Pembayaran Pajak

 Apabila Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan Tahun Pajak yang lalu lebih kecil dari jumlah Pajak penghasilan yang telah dibayar,
dipotong, dan/atau dipungut selama Tahun Pajak yang bersangkutan dan oleh karena itu Wajib
Pajak mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau permohonan
untuk memperhitungkan dengan utang pajak yang lain, sebelum Direktur Jenderal Pajak
memberikan keputusan mengenai pengembalian atau perhitungan kelebihan tersebut, maka
besarnya angsuran pajak untuk setiap bulan adalah sama dengan angsuran pajak untuk bulan
terakhir dari Tahun Pajak yang lalu.

 Setelah dikeluarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak, angsuran pajak untuk bulan-bulan
berikutnya setelah tanggal keputusan itu, dihitung berdasarkan jumlah pajak yang terutang
menurut keputusan tersebut.

PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 25

Ketentuan perundang-undangan Perpajakan mengatur penyetoran PPh pasal 25 sebagai berikut ini :

1. Pajak Penghasilan Pasal 25 dibayar/disetorkan selambat-lambatnya 15(lima belas) bulan takwim


berikutnya.

2. Wajib pajak diwajibkan untuk menyampaikan Surat Pemberutahuan Masa paling lambat 20 (dua
puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir dalam Surat Setoran Pajak (SSP) lembar ke 3.

PERHITUNGAN PPh PASAL 25 DALAM HAL – HAL TERTENTU

Yang dimaksud dengan peerhitungan PPh Pasal 25 dalam hal-hal tertentu adalah perhitungan PPh
pasal 25 dalam hal :
14
1. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian ;

2. Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur ;

3. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun yang lalu disampaikan setelah lewat
batas waktu yang telah ditentukan ;

4. Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan


Tahunan Pajak Penghasilan ;

5. Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang
mengakibatkan angsuran buklanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan ; dan

6. Tejadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan wajib pajak.

PPH PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK BARU, BANK, SEWA DENGAN HAK OPSI, BUMN,
DAN BUMD

PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak Baru


 WP Baru : WP orang pribadi dan badan yang baru pertama kali memperoleh penghasilan dari
usaha atau pekerjaan bebas dalam tahun pajak berjalan.
 Prinsip perhitungannya :
1. Bagi Wajib Pajak baru yang mulai menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dalam Tahun
Pajak perlu diatur perhitungan besarnya angsuran, karena Wajib Pajak belum pernah
memasukkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan. Besarnya didasarkan atas kenyataan usaha atau
kegiatan Wajib Pajak.
2. Bagi Wajib Pajak yang bergerak dalam bidang perbankan, BUMN, BUMD, Wajib Pajak masuk
bursa, dan lainnya berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan berkala yang
dipakai sebagai dasar perhitungan.
 Penentuan Penghasilan Neto :
1. Bagi Wajib Pajak baru menyelenggarakan pembukuan yang dapat diketahui penghasilan
neto per bulan, maka penghasilan neto Wajib Pajak dihitung berdasarkan pembukuannya.
2. Bagi Wajib Pajak baru menggunakan Norma penghitungan Penghasilan Neto atau
menyelenggarakan pembukuan tetapi dari pembukuannya tidak dapat dihitung besarnya
penghasilan neto setiap bulan, maka penghasilan neto dihitung berdasarkan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto atas peredaran atau penerimaan brutonya.
PPh Pasal 25 bagi WP Bank dan Sewa dengan Hak Opsi

15
 Besarnya angsuran yang harus dibayar Wajib Pajak yang bergerak dalam bidang perbankan atau
sewa dengan hak opsi adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan
tarif umum atas laba rugi fiskal menurut laporan keuangan triwulan terakhir yang disetahunkan
dikurangi pajak Penghasilan Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri untuk Tahun
Pajak yang lalu, dibagi 12.
 Untuk Wajib Pajak baru, besarnya angsuran setiap bulan untuk triwulan pertama adalah jumlah
Pajak penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas penerimaan laba rugi
fiskal triwulan pertama yang disetahunkan, dibagi 12.

PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak BUMN dan BUMD


1. Besarnya angsuran adalah dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba rugi fiskal
menurut Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan Tahun Pajak yang bersangkutan yang telah
disahkan Rapat Umum Pemegang Saham dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan PPh
Pasal 22, 23, serta 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri Tahun Pajak yang lalu, dibagi 12.
2. Jika RKAP belum disahkan, maka besarnya angsuran setiap bulan sebelum pengesahan
adalah sama dengan angsuran pajak Penghasilan Pasal 25 bulan terakhir.

PPh PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU


Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008 Tanggal 31 Desember 2008 yang
diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 2009 adalah Waji Pajak yang melakukan kegiatan usaha di
bidang perdagangan yang mempunyai tempat usaha lebih dari satu, atau berbeda alamat dengan
domisili.

Kewajiban Orang Pribadi Pengusaha Tertentu


Dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep. 171/Pj./2002 Tanggal 28 Maret 2002 yang
berlaku per 1 April 2002 sebagai berikut :
1. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh
NPWP bagi setiap tempat usaha/ gerai (outlet) di Kantor Pelayanan Pajak lokasi yang
wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak.
2. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu harus membayar angsuran Pajak
Penghasilan Pasal 25 sebesar 2% dari jumlah berdasarkan pembukuan atau pencatatan setiap
bulan yang dibayarkan atas nama dan NPWP Wajib Pajak masing-masing tempat usaha.
Kedudukan pembayaran angsuran :

16
3. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu wajib menyampaikan SPT Tahunan Pajak
Penghasilan dengan melampirkan jumlah penghasilan dan pembayaran Pajak Penghasilan
Pasal 25 .
4. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu wajib menyampaikan SPT masa Pajak
penghasilan Pasal 25 dengan menggunakan bentuk formulir dan dilampiri lembar ke-3 Surat
Setoran Pajak (SSP) ke Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak terdaftar.
Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu Menerima Penghasilan Lainnya
1. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 atas penghasilan lain yang diterima untuk bulan sebelum
batas penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan, sama dengan besarnya angsuran pajak
untuk bulan terakhir Tahun Pajak yang lalu.
2. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 atas penghasilan lain yang diterima untuk bulan setelah
batas waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan adalah sebesar perbandingan
antara penghasilan lain neto dengan total penghasilan neto dikalikan besarnya angsuran
yang terutang berdasarkan SPT Tahunan tahun sebelumnya.
Kompensasi Kerugian
Perlakuan kompensasi kerugian untuk tahun-tahun sebelumnya;
1. Dalam hal Wajib Pajak tidak menerima atau memproleh penghasilan lain yang dikenakan
PPh yang bersifat tiak final, kompensasi kerugian tidak dapat diperhitungkan.
2. Dalam hal Wajib Pajak menerima atau memperoleh penghasilan lain yang dikenakan PPh
yang bersifat tidak final kompensasi kerugian dapat diperhitungkan dengan penghasilan
pengusaha tertentu sepanjang belum habis masa kompensasinya.
Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)
Dasar penghitungan :
1. Hasil pemeriksaan lapangan dalam rangka pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak.
2. Peredaran bruto menurut SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai meliputi gerai yang dimiliki
Wajib Pajak terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak yang sama dimana Pengusaha Kena
Pajak terdaftar.
ANGSURAN PPh PASAL 25 WAJIB PAJAK MASUK BURSA DAN WAJIB PAJAK
LAINNYA YANG WAJIB MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN BERKALA
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 yang dimaksud sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung
berdasarkan tarif umum atas laba rugi fiskal menurut laporan keuangan berkala terakhir yang
disetahunkan dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 dan Pasal
23 serta Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri untuk Tahun Pajak yang lalu, dibagi 12.
PENGURANGAN PPh PASAL 25 DALAM TAHUN 2009

17
Untuk mengantisipasi dampak krisis global yang dapat berakibat perubahan keadaan usaha atau
kegiatan WP perlu adanya aturan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan Pasal
25 dalam tahun 2009. ketentuan tersebut tertuang dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
10/Pj./2009 berlaku per 11 Februari 2009.
KUALIFIKASI WAJIB PAJAK DAN BESARNYA PENGURANGAN PPh PASAL 25
Besarnya pengurangan yang dapat diberikan kepada Wajib Pajak sampai dengan 25% untuk Masa
Pajak Januari sampai Juni 2009 dihitung dari besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 bulan Desember
2008. Wajib Pajak yang dapat diberikan pengurangan wajib menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis kepada KPP disertai :
1. Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan
Tahun Pajak 2008 atau Penghitungan Sementara Pajak Penghasilan Terutang Tahun Pajak
2008
2. Perkiraan perhitungan Pajak Penghasilan yang akan terutang tahun 2009.
TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN
Mengenai pengurangan besarnya Pajak penghasilan Pasal 25 untuk masa pajak Juli sampai
Desember 2009 diatur :
1. WP dapat mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala KPP tempat WP terdaftar
paling lambat 30 Juni 2009. juka WP dapat menunjukkan besarnya Pajak Penghasilan yang
akan terutang untuk tahun 2009 kurang dari 75% dari Pajak Penghasilan yang terutang yang
menjadi dasar penghitungan.
2. Pengajuan permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 disertai perkiraan
penghitungan berdasarkan :
a. penghasilan yang diterima sampai dengan bulan terakhir sebelum bulan pengajuan
permohonan.
b. Perkiraan penghasila yang akan diterima sejak bulan pengajuan permohonan sampai
Desember 2009.
3. Atas permohonan yang diajukan WP KPP melakukan evaluasi dengan mempertimbangkan
kondisi WP di tahun 2009.
4. Kepala KPP menerbitka surat keputusan tentang besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 masa
pajak Juli sampai dengan Desember 2009 berdasarkan evaluasi, paling lama 15 hari kerja
setelah permohonan diterima lengkap.
5. Apabila pada butir 4 Kepala KPPtidak memberikan keputusan, permohonan sebagaimana
disebutkan pada butir 1 dianggap dikabulkan dan kepala KPP harus menerbitkan surat

18
keputusan tersebut paling lama tiga hari kerja sejak jangka waktu yang dimaksud pada butir
4 berakhir.

Evaluasi diskon PPh di atas 25% akan lebih lama

JAKARTA: Pemerintah akan menggunakan ketentuan umum atas perlakuan pembayaran pajak
penghasilan (PPh) Pasal 25 terhadap perusahaan yang mengalami penurunan omzet di atas 25%.

Konsekuensi aturan ini, WP yang hendak mengajukan permohonan pengurangan PPh Pasal 25 di
atas 25% akan membutuhkan proses evaluasi lebih lama.

Sebelumnya, pemerintah memberikan insentif pengurangan PPh Pasal 25 hingga 25%, guna
meringankan likuiditas bagi wajib pajak (WP) yang mengalami perubahan keadaan usaha atau
kegiatan usaha akibat krisis ekonomi global. (Bisnis, 13 Februari)

19
Direktur Perpajakan II Ditjen Pajak Djonifar Abdul Fatah mengatakan ketentuan umum itu diatur
dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak KEP-537/ PJ/2000 tentang Penghitungan Besarnya
Angsuran Pajak Dalam Tahun Pajak Berjalan Dalam Hal-hal Tertentu.

"Berdasarkan Keputusan itu, wajib pajak bisa mengajukan pengurangan di atas 25% bahkan bisa
sampai 100% tergantung kondisi wajib pajak," katanya di Jakarta, kemarin.

Wakil Ketua Kadin Bidang Kebijakan Publik, Perpajakan, dan Kepabeanan Hariyadi B. Sukamdani
mengatakan pihaknya dapat menerima perlakuan yang diberikan Ditjen Pajak, dengan catatan
proses permohonannya harus dipercepat.

"Selama ini repot kalau mau mengajukan. Jadi prosesnya harus dicepetin dan Dirjen Pajak akan
membantu mempercepat."

Berdasarkan ketentuan dalam KEP-537/PJ/2000, WP diperbolehkan mengajukan permohonan


pengurangan besarnya PPh Pasal 25.

Syaratnya, yaitu apabila dalam waktu 3 bulan atau lebih berjalannya suatu tahun pajak, PPh yang
akan terutang untuk tahun pajak kurang dari 75% dari PPh yang terutang, yang menjadi dasar
penghitungan besarnya PPh Pasal 25.

Akan tetapi, sebelum mendapatkan pengurangan WP akan terlebih dahulu diteliti untuk kemudian
diterbitkan surat keputusan. Apabila dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal diterimanya surat
permohonan kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tidak memberikan keputusan, permohonan
dianggap diterima.

Sumber: Bisnis Indonesia, 18 Februari 2009


Tanggapan:

1. Dalam melakukan kebijakan pengurangan angsuran pajak, hendaknya harus dilakukan


penilaian secara teliti, jujur dan bertanggung jawab mengenai kondisi Wajib Pajak, agar
tidak terjadi penyalahgunaan nantinya.

2. Sistem pengajuan permohonan pengurangan pph tersebut harus lebih efektif dan tidak
memakan jangka waktu lama.

DAFTAR PUSTAKA

Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat


Suandy, Erly. 2008. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat
“Evaluasi Diskon PPh di atas 25% Akan Lebih Lama”, [http://bisnis.com] [12 Februari 2009]
[diakses tanggal 05 April 2010]
“PPh Pasal 24”, [http://pajakonline.com] [diakses tanggal 06 April 2010]
“PPh Pasal 25”, [http://pajakonline.com] [diakses tanggal 06 April 2010]

20
Lampiran

FORMULIR BIODATA
PESERTA MATA KULIAH PERPAJAKAN I
SEMESTER GENAP TA. 2009/2010

Program Studi : Akuntansi S1 Reguler


Dosen : Agus Widodo, SE., M.Si., Ak

21
Nama Lengkap : Sri Agustina
NIM : F0309085
Semester/Tingkat : II (dua) / I (satu)
Tempat/Tanggal Lahir : Pati, 10 Agustus 1990
Agama : Islam
Asal SLTA/SMU : SMA Negeri 1 Pati
Jurusan : IPS
Hobby : Belajar, baca buku, traveling
Pengalaman Organisasi : 1. Staff Kesekjendan BEM FE UNS
2. Staff HRD HMJ – Akuntansi
3. Staff Dept. Of Research KEI
Alamat Asal (Rumah) : Jln. Penjawi No.535. Kaborongan. Pati - 59111
Alamat di Solo : Kost Annisa. Panggungrejo RT 02. RW 23. Jebres
E-mail : tina.frea@gmail.com
No. HP : 088215014373

Solo, 07 April 2010

(Sri Agustina)

22
FORMULIR BIODATA
PESERTA MATA KULIAH PERPAJAKAN I
SEMESTER GENAP TA. 2009/2010

Program Studi : Akuntansi S1 Reguler


Dosen : Agus Widodo, SE., M.Si., Ak

Nama Lengkap : Ulva Navatilova Menes


NIM : F0309092
Semester/Tingkat : II (dua) / I (satu)
Tempat/Tanggal Lahir : Bojonegoro, 18 Desember 1990
Agama : Islam
Asal SLTA/SMU : SMA Negeri 1 Lamongan
Jurusan : IPA
Hobby : mendengarkan musik, baca,nyanyi
Pengalaman Organisasi :-
Alamat Asal (Rumah) : Jl. Kombes Pol. M. Duryat No. 29 Lamongan
Alamat di Solo : Ngoresan
E-mail : www.navatilova@yahoo.com
No. HP : 085230009877

Solo, 07 April 2010

( Ulva Navatilova Menes)

23
FORMULIR BIODATA
PESERTA MATA KULIAH PERPAJAKAN I
SEMESTER GENAP TA. 2009/2010

Program Studi : Akuntansi S1 Reguler


Dosen : Agus Widodo, SE., M.Si., Ak

Nama Lengkap : Vika Fitri Anggraita


NIM : F0309093
Semester/Tingkat : II (dua) / I (satu)
Tempat/Tanggal Lahir : Pacitan, 15 April 1991
Agama : Islam
Asal SLTA/SMU : SMA Negeri 1 Pacitan
Jurusan : IPA
Hobby : Baca, Maen game
Pengalaman Organisasi :-
Alamat Asal (Rumah) : RT/RW 02/06 Kayen, Pacitan
Alamat di Solo : Panggung Rejo RT/RW 01/23 Jebres
E-mail : vikashasy@yahoo.com
No. HP : 081949749574

Solo, 07 April 2010

( Vika Fitri Anggraita )

24
FORMULIR BIODATA
PESERTA MATA KULIAH PERPAJAKAN I
SEMESTER GENAP TA. 2009/2010

Program Studi : Akuntansi S1 Reguler


Dosen : Agus Widodo, SE., M.Si., Ak

Nama Lengkap : Maya Larasati Ardini


NIM : F03091
Semester/Tingkat : II (dua) / I (satu)
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Mei 1991
Agama : Islam
Asal SLTA/SMU : SMA Negeri 68 Jakarta
Jurusan : IPS
Hobby : Baca, Jalan-jalan, Foto-foto
Pengalaman Organisasi : BEM, BAPEMA
Alamat Asal (Rumah) : Jalan Kayumanis X Gang Sukun V RT 10/09 No.5
Kayumanis, Matraman, Jakarta Timur 13130
Alamat di Solo : Wisma Putri Permata Bunda
Jalan Kabut No.74
E-mail : larasz_cutegirl@yahoo.co.id
No. HP : 08561000865

Solo, 07 April 2010

( Maya Larasati Ardini )

25
FORMULIR BIODATA
PESERTA MATA KULIAH PERPAJAKAN I
SEMESTER GENAP TA. 2009/2010

Program Studi : Akuntansi S1 Reguler


Dosen : Agus Widodo, SE., M.Si., Ak

Nama Lengkap : Nandhya Marfiana


NIM : F03091
Semester/Tingkat : II (dua)/ I (satu)
Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Februari 1991
Agama : Islam
Asal SLTA/SMU : SMA Negeri 14 Jakarta
Jurusan : IPS
Hobby : baca, jalan-jalan
Pengalaman Organisasi : BEM, HMJA, FORMI
Alamat Asal (Rumah) : Jln. Palem 2 G VI/12 Duta-Indah Jatimakmur.
Pondok Gede
Alamat di Solo : Jln. Kalingga Barat III/7 Banyu-Agung Kadipiro,
Banjarsari Surakarta
E-mail : nandhya@live.com
No. HP : 08561820811

Solo, 07 April 2010

(Nandhya Marfiana )

26

Você também pode gostar