Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
i
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Tim Penyusun:
Hendri C Wijaya
Suhardi
Wahyu Pristiawan Buntoro
Endi Gunardi
Yudistiro
Dedy Firdaus
Editor – Teks: Adiseno
Editor- Layout : Suhardi
Design Cover : Endi Gunardi
Setting: Font Tahoma 10, dicetak diatas kertas ukuran A5 dengan HP LaserJet 1160.
Hak cipta dipegang oleh Federasi Panjat Tebing Indonesia. Jika menyunting isi buku ini mohon disebutkan pemegang hak
cipta. Buku ini dapat diperbanyak tanpa ijin, kecuali untuk tujuan komersil harus mendapat ijin tertulis dari FPTI.
File dalam bentuk pdf dapat diakses di website FPTI.
Saran atau komentar mohon disampaikan melalui email ke pp_fpti@yahoo.com.
ii
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
DAFTAR ISI
iv
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
v
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
17.2 PERIJINAN 68
APENDIKS
Lampiran 1 Tata Ruang Kompetisi 75
Lampiran 2 Spesifikasi Dinding Panjat 76
Lampiran 3 Topo Jalur Speeed Rekor 77
Lampiran 4 Spesifikasi Fasilitas Zona Isolasi 78
Lampiran 5 Form Permohonan untuk Even FPTI 79
Lampiran 6 Kesepakatan mengenai Penyelenggaraan Kompetisi Antara FPTI
dengan Penyelenggaran 80
Lampiran 7 Biaya Kalender Kompetisi FPTI dan Biaya Administrasi 81
Lampiran 8 Standarisasi Uang Hadiah 82
Lampiran 9 Form Permohonan Rekomendasi Kompetisi Panjat Tebing 83
Lampiran 10 Formulir Detail Kompetisi 84
Lampiran 11 Pernyataan Kesediaan 85
Lampiran 12 Renumerasi Honor Ofisial Kompetisi FPTI 86
Lampiran 13 Form Surat Tugas Ofisial Kompetisi FPTI 87
Lampiran 14 Lembar Hasil Pemanjatan 88
Lampiran 15 Lembar Hasil Pemanjatan Boulder 89
Lampiran 16 Lembar Hasil Pemanjatan Provisional 90
Lampiran 17 Lembar Hasil Pemanjatan Setiap Babak 91
Lampiran 18 Lembar Hasil Pemanjatan Setiap Babak Provisional 92
Lampiran 19 Lembar Hasil Akhir Kompetisi 93
Lampiran 20 Laporan Kompetisi 94
Lampiran 21 Laporan Pelaksanaan Kompetisi 96
Lampiran 22 Laporan Penyelenggaraan Kompetisi 97
Lampiran 23 Form Pendaftaran Kejurnas FPTI 98
Lampiran 24 Struktur Organisasi Kompetisi FPTI 99
Lampiran 25 Naskah Janji Atlit 100
Lampiran 26 Naskah Janji Juri 101
Lampiran 27 Naskah Do’a 102
Lampiran 28 Contoh Sertifikat Partisipasi 103
vi
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
KATA PENGANTAR
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi FPTI ini adalah pengembangan dari Pedoman kompetisi FPTI
versi sebelumnya. Sebagian besar isinya diambil murni dari IFSC Rules 2007 dan ICC Hand Book
Organiser 2005, yang diterbitkan secara terpisah oleh bidang Kompetisi FPTI, serta dokumen-
dokumen baru yang terfokus pada peraturan Sport Climbing, dan tata cara penyelenggaraan
Kompetisi Panjat Tebing. Peraturan-peraturan baru serta perubahan-perubahan yang telah
ditambahkan pada pembaharuan tahunan komisi regulasi IFSC, ditambah sedikit penyesuaian-
penyesuaian dari FPTI.
Kami berharap Pedoman Penyelenggaran Kompetisi FPTI 2010 ini dapat berguna bagi kemajuan
dunia kompetisi panjat tebing nasional dan tentu saja bagi seluruh yang terlibat didalamnya (Pengda
FPTI diseluruh Indonesia, para atlit dan tim ofisial, para penyelenggara kompetisi) dan semua pihak.
vii
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
viii
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
1.1 PENDAHULUAN Federasi Panjat Tebing Indonesia (selanjutnya disingkat FPTI) bertanggung
jawab terhadap administrasi serta pengembangan segala aspek yang berhubungan dengan olahraga
dan kompetisi panjat tebing nasional. FPTI mempunyai kewenangan terhadap semua kompetisi panjat
tebing nasional, seperti diatur dalam pasal 1.2 dibawah. Adapun tanggung jawab FPTI adalah sebagai
berikut:
a. Melakukan pengawasan pada semua aspek teknis dan aspek lain yang berhubungan dengan
olahraga panjat tebing.
c. Menyetujui permohonan tersebut berkenaan dengan kemajuan olahraga panjat tebing setelah
menilai kemampuan pengorganisasian dan pendanaan.
d. Seluruh kompetisi yang telah disetujui atau disetujui dan diakui FPTI harus diselenggarakan dan
dijalankan dengan benar berdasarkan pada peraturan dan aturan yang telah ditetapkan.
ii. Mengurusi semua hal, baik yang berhubungan dengan masalah umum maupun hal-hal teknis
kompetisi panjat tebing disetujui FPTI dan/atau, disetujui dan diakui FPTI.
iii. Menyebarkan semua informasi mengenai kompetisi yang diakui dan/atau diselenggarakan oleh
FPTI.
v. Melakukan publikasi resmi mengenai semua hasil kompetisi, Peringkat Sirkuit Nasional dan
Peringkat Berjalan Nasional dan informasi resmi lainnya.
1.3 KOMPETISI/KEJUARAAN
a. Hanya anggota FPTI, atau organisasi-organisasi khusus yang telah dikenal oleh FPTI yang
diperbolehkan untuk mengajukan permohonan menyelenggarakan sebuah kompetisi yang diakui
dan atau disetujui dan diakui oleh FPTI.
b. Kompetisi panjat tebing nasional yang memerlukan rekomendasi untuk disetujui atau disetujui dan
diakui FPTI adalah sebagai berikut:
a). Terbuka.
b). Militer.
1
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
d). Pelajar.
a). Nasional.
c). Provinsi/Daerah.
d). Kabupaten/Kota.
c. Dalam suatu kejuaraan/kompetisi dapat terdiri dari lebih dari satu jenis atau tingkat
kejuaraan/kompetisi.
d. Hanya atlit pemegang Kartu Identitas FPTI (A1 atau A0) yang masih berlaku yang berhak
mengikuti kejuaraan/kompetisi yang disetujui dan diakui oleh FPTI dan menjadi dasar
penghitungan peringkat Nasional.
a. FPTI mempunyai hak untuk secara resmi menentukan Ofisial Kompetisi dalam setiap
kejuaraan/kompetisi yang diakui FPTI, sesuai ayat 1.4.2
i. FPTI Delegate
2
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
a). Adalah pejabat FPTI yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan aspek teknis dan
nonteknis dalam suatu kejuaraan/kompetisi.
b). Mempunyai kewenangan penuh untuk memastikan bahwa semua fasilitas dan pelayanan
telah disediakan oleh penyelenggara kompetisi (seperti: pendaftaran atlit dan lainnya,
pelayanan medis, media dan sebagainya) yang sesuai dengan peraturan FPTI.
c). FPTI Delegate mempunyai hak untuk menghadiri setiap pertemuan dengan penyelenggara
kompetisi.
d). Pada setiap rapat terkait dengan kompetisi dan penjurian, FPTI Delegate mempunyai
kapasitas sebagai penasehat.
e). Jika Jury President berhalangan atau belum tiba di area kompetisi, FPTI Delegate akan
bertindak atas nama Jury President di dalam area kompetisi.
kejuaraan/kompetisi.
g). FPTI Delegate harus membuat laporan kompetisi secara detil kepada FPTI.
a). Mempunyai kualifikasi yang sesuai sebagai juri dalam kompetisi. Kualifikasi yang
bersangkutan sebagai juri ditetapkan tersendiri oleh FPTI.
b). Jury President memiliki kewenangan penuh di dalam daerah kompetisi (lay out Zona
Kompetisi lihat Lampiran 1), termasuk yang berkaitan dengan aktivitas media massa dan
semua pihak lain yang telah ditunjuk oleh penyelenggara.
c). Jury President mempunyai kewenangan mencakup semua aspek dari jalannya kompetisi
dan memimpin semua rapat dan pertemuan resmi lainnya.
e). Jury President diwajibkan untuk membuat laporan lengkap mengenai teknis jalannya
kompetisi kepada FPTI dengan format yang sudah ditetapkan oleh FPTI.
f). Memberi penilaian terhadap calon Juri Kompetisi yang sedang menjalani tahap akhir dari
program pelatihan atau sertifikasi kualifikasi nasional.
a). Mempunyai kualifikasi yang sesuai sebagai Juri kompetisi. Kualifikasi yang bersangkutan
sebagai juri ditetapkan tersendiri oleh FPTI.
b). Category Judge adalah seorang Wasit Nasional yang ditunjuk oleh FPTI untuk membantu
Jury President dalam menjalankan semua aspek penjurian dalam suatu
kejuaraan/kompetisi.
c). Category Judge dibantu oleh Wasit Jalur (Route Judge) dan/atau Wasit Boulder Problem
(Boulders Judge) untuk kategori Boulder.
3
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
a). Mempunyai kualifikasi yang sesuai sebagai pembuat jalur (routesetter) dalam kompetisi.
Kualifikasi yang bersangkutan sebagai juri ditetapkan tersendiri oleh FPTI.
b). Bertanggung jawab untuk memeriksa standar teknis dan keselamatan dari setiap jalur atau
Boulder Problem dalam suatu kompetisi.
c). Chief Routesetter bertanggung jawab untuk merencanakan dan mengkoordinasikan semua
aspek yang berhubungan dengan pembuatan dan pengaturan jalur yang akan digunakan
dalam kompetisi, termasuk desain dari setiap jalur, pemasangan tumpuan dan peralatan
d). Chief Routesetter dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh beberapa pembuat jalur (tim
routesetting).
e). Memberi masukan Jury President pada setiap permasalahan teknis dalam area kompetisi.
f). Menyiapkan dan menyusun topo jalur Lead lengkap dengan nilai, memberi masukan
penentuan posisi kamera serta menentukan alokasi waktu pemanjatan untuk setiap jalur.
g). Memberi penilaian terhadap calon Juri Kompetisi dan calon Routesetter yang sedang
menjalani tahap akhir dari program pelatihan atau sertifikasi kualifikasi nasional.
h). Chief Routesetter diwajibkan untuk membuat laporan lengkap mengenai semua jalur yang
dipergunakan dalam kompetisi kepada FPTI dengan format yang sudah ditetapkan oleh
FPTI.
Route Judge bertugas membantu tugas penjurian dan bertanggung jawab pada Category
Judge. FPTI Delegate, Jury President, Category Judge, Chief Routesetter dan Route Judge (Juri
d. Ofisial Kompetisi yang bertugas wajib mendapat surat mandat penugasan dari FPTI.
e. Penyelenggara wajib menyediakan personil untuk membantu Jury President dan Chief Routesetter
sesuai kebutuhan atas pembiayaan dan tanggungjawab penyelenggara. Struktur Organisasi
Kompetisi sesuai Lampiran 24.
i. FPTI mempunyai kewenangan untuk menerbitkan Surat Tugas kepada Ofisial Kompetisi yang
akan melaksanakan suatu kejuaraan/kompetisi.
ii. Surat Tugas harus sudah diterbitkan paling lambat 15 (lima belas) hari kalender sebelum
tanggal pelaksanaan kejuaraan/kompetisi, format surat tugas sesuai Lampiran 13.
iii. Surat Tugas dinyatakan sah jika ditanda tangani oleh salah seorang pejabat berikut :
4
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
• Ketua Umum,
• Sekretaris Umum.
Mengacu pada ayat 1.4.6 di atas, mekanisme Penugasan Ofisial Kompetisi adalah sebagai berikut:
i. FPTI Delegate.
Adalah orang pribadi anggota pengurus FPTI yang mengerti dan memahami seluruh peraturan
yang ada dalam Peraturan Kompetisi Panjat Tebing dan Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi
Panjat Tebing termasuk Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga FPTI, tapi tidak perlu
mempunyai kualifikasi sebagai Juri Kompetisi FPTI.
b). Untuk kejuaraan/kompetisi tingkat Regional dan Nasional penerbitan Surat Tugas FPTI
Delegate menjadi kewenangan Pengurus Pusat FPTI.
c). Surat Tugas untuk FPTI Delegate dapat disatukan dengan Surat Tugas untuk Juri
Kompetisi.
a). Setelah menerima Surat Rekomendasi Kompetisi (lihat pasal 2), berkaitan dengan Juri
Kompetisi (Jury President, Chief Routesetter), Penyelenggara melakukan koordinasi
dengan Pengurus Daerah FPTI untuk menentukan nama Ofisial Kompetisi. Daftar
nama dapat dilihat di website FPTI.
b). Berdasarkan daftar nama tersebut diatas dan masukan dari Pengda FPTI,
Penyelenggara menentukan Ofisial Kompetisi (selain FPTI Delegate) yang akan
menangani kejuaraan/kompetisi yang akan diselenggarakan. Selanjutnya
penyelenggara mengajukan secara resmi kepada FPTI.
c). Selanjutnya FPTI akan menerbitkan Surat Tugas kepada Ofisial Kompetisi.
d). Untuk kompetisi tingkat Kabupaten/Kota dan provinsi penerbitan Surat Tugas menjadi
kewenangan Pengda FPTI, sedangkan untuk Kejuaraan/kompetisi tingkat Regional dan
Nasional penerbitan Surat tugas menjadi kewenangan Pengurus pusat FPTI.
e). Semua biaya yang timbul dari penunjukkan dan penugasan Ofisial Kompetisi menjadi
tanggung jawab Penyelenggara kecuali Kejurnas FPTI akan diatur tersendiri.
i. Semua biaya yang timbul berkaitan dengan penunjukkan dan penugasan Ofisial Kompetisi,
terkecuali Kejurnas FPTI, Pra PON dan PON menjadi tanggung jawab Penyelenggara.
5
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
ii. Biaya dimaksud diantaranya adalah transport menuju tempat kompetisi pergi-pulang, honor
selama kegiatan kompetisi, akomodasi dan konsumsi selama kejuaraan/kompetisi
berlangsung.
iii. Standar honor Ofisial Kompetisi diatur dalam Lampiran 12 Pedoman Penyelenggaraan
Kompetisi FPTI.
a. FPTI telah diakui sebagai federasi anggota oleh Komite Olah Raga Nasional (KON) dan Komite
Olahraga Internasional (KOI). FPTI juga merupakan anggota dari International Federation Sport
Climbing (IFSC) dan Union Internationale Des Associations D’Alpinisme (UIAA)
b. Struktur organisasi FPTI digambarkan secara terperinci dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga.
a. Adalah merupakan tanggung jawab dari Pengda FPTI, semua penyelenggara kompetisi dan
mereka yang berhubungan dengan kompetisi yang disetujui FTPI dan/atau disetujui dan diakui
FPTI, baik bekerja secara langsung maupun bekerja sama dengan FPTI, penyelenggara kompetisi,
harus:
ii. Menjamin bahwa tidak ada bantuan keuangan atau perjanjian lain yang akan diterima
organisasi (misal;televisi, sponsor kompetisi, dll), yang dikhawatirkan akan menimbulkan
konflik dengan perjanjian yang telah dibuat dengan FPTI tanpa terlebih dahulu mengajukan
permohonan tertulis kepada FPTI.
iii. Setiap saat meminta nasehat dan persetujuan dari FPTI berkenaan dengan segala keputusan
yang mungkin bertentangan dengan tujuan utama dari olahraga (panjat tebing).
Penyelenggara tidak diperkenankan menggunakan suatu nama selain yang diakui oleh FPTI
(misalnya; Sirkuit Nasional FPTI, Kejuaraan Nasional FPTI). Segala perubahan atau
penambahan yang dicantumkan dalam semua dokumen resmi (termasuk iklan) tunduk pada
ketetapan FPTI. Logo FPTI harus dicantumkan dalam semua dokumen resmi, termasuk
lembar hasil press release, dll.
6
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
2 ORGANISASI KOMPETISI
8
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
ii. SRK akan diterbitkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah formulir yang
telah diisi lengkap diterima dan semua syarat dipenuhi.
iii. Penerbitan SRK:
a) Tingkat nasional dan regional, termasuk untuk kelompok umur, SRK akan
diterbitkan oleh Pengurus Pusat FPTI.
b) Tingkat provinsi , termasuk kelompok umur, SRK diterbitkan oleh Pengurus
Daerah FPTI provinsi tempat kompetisi akan dilaksanakan.
c) Tingkat kabupaten/kota, termasuk kelompok umur, SRK diterbitkan oleh
Pengurus Cabang FPTI kabupaten/kota tempat kompetisi akan dilaksanakan. Jika
Pengurus Cabang FPTI di kabupaten/kota dimaksud belum ada, maka penerbitan
SRK dilakukan oleh Pengurus Daerah FPTI Provinsi tempat kompetisi akan
dilaksanakan.
d) Penerbitan SRK wajib memperhatikan jeda waktu antara satu kompetisi dengan
kompetisi lainnya yang setingkat (nasional, provinsi, kabupaten/kota) yaitu
minimal 3 (tiga) hari.
a. Suatu federasi anggota (Pengda FPTI) harus membuat sebuah permohonan kepada FPTI dengan
menggunakan formulir permohonan resmi (lihat Lampiran 5 dan 9). Hal ini berlaku untuk semua
even yang disetujui dan/atau disetujui dan diakui oleh FPTI. FPTI membuat suatu klasifikasi antara
jenis-jenis persetujuan yang diberikan untuk masing-masing kompetisi: suatu even mungkin
dimasukkan dalam Kalender Resmi FPTI sebagai kompetisi yang DISETUJUI atau kompetisi yang
DISETUJUI dan DIAKUI, hanya kompetisi yang disetujui dan diakui (termasuk Master) yang akan
diperhitungkan untuk peringkat berjalan nasional. Sebuah kompetisi yang akan disetujui dan
diakui namun bukan merupakan salah satu seri Sirkuit Nasional atau Kejurnas FPTI resmi, harus
memenuhi kriteria berikut:
1) Mengikuti peraturan-peraturan teknis FPTI.
2) Mengirim undangan dan atau informasi-informasi resmi lainnya (melalui Pengda/Pengprov
FPTI) sesuai dengan yang akan dijalankan.
9
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
c. Sebelum persetujuan FPTI diberikan, venue kompetisi dan fasilitas-fasilitas yang terkait (antara
lain; jika itu adalah even baru) yang diajukan, mungkin akan diinspeksi oleh FPTI Delegate
dan/atau Chief Routesetter. Biaya perjalanan, akomodasi dan biaya inspeksi yang disetujui dan
diakui ditanggung oleh federasi anggota FPTI yang mengajukan penyelenggaraan kompetisi.
d. Selanjutnya, kontrak dan faktur untuk setiap even dikirim kepada calon penyelenggara. Faktur-
faktur yang tidak terbayar dan kontrak -kontrak yang tidak ditanda tangani bisa menyebabkan
dibatalkannya even tersebut. Jika disetujui dan diakui maka even akan masuk kalender sementara
yang disetujui dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) FPTI. Batas waktu untuk kalender tahun-
tahun selanjutnya adalah 30 September pada tahun berjalan.
e. Kompetisi Regional akan diatur oleh Pengda-Pengda yang menyelenggarakan dan pelaksanaannya
menyesuaikan dengan Kalender Nasional.
10
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
k. Ruang medis dan mobil ambulan untuk penanganan awal kesehatan atau kecelakaan .
l. Kantor FPTI lengkap dengan fasilitas pemutar-ulang (video playback).
m. Ruang pers (press room);
Detail fasilitas kompetisi diatur secara lengkap pada Bab 3 Prasarana, Sarana dan Personil
Kompetisi
dinding panjat, dan dinding panjat dan atau boulder tersebut dibangun dengan memenuhi
aturan IFSC (EN 12572), FPTI dan aturan lokal yang lain, yang mengatur bangunan semacam
ini (lebih jelasnya lihat Lampiran 2)
a. FPTI setelah berkonsultasi dengan penyelenggara akan menunjuk Chief Routesetter beserta
tim routesetting.
Tugas-tugas dari Chief Routesetter meliputi:
i. Merancang jalur-jalur untuk masing-masing babak dalam kompetisi, memasang tumpuan
(holds) dan titik-titik pengaman serta peralatan untuk setiap jalur sesuai dengan ketetapan
FPTI, mengecek bahwa jalur-jalur tersebut memenuhi standar teknis dan mengikuti
ketetapan keselamatan FPTI.
ii. Mengkoordinr kerja dari para asisten pembuat jalur dan bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa pekerjaan dan prosedur keselamatan senantiasa diperhatikan baik
selama pendirian dan pembongkaran dinding maupun selama berjalannya kompetisi.
iii. Memperbaiki dan membersihkan jalur sebagaimana diperintahkan oleh Category Judge.
iv. Merancang, memasang dan memelihara fasilitas-fasilitas pemanasan.
v. Membantu tim scoring dan atau Route Judge / Category Judge dalam menyusun topo jalur
(sketsa topografi: bentuk permukaan dinding dan lintasan jalur) untuk masing-masing jalur
(lihat juga Lampiran 3).
vi. Memberikan masukan kepada Category Judge untuk masing-masing jalur dalam
memposisikan kamera video.
vii. Memberikan masukan kepada Jury President dan Category Judge untuk masing-masing
jalur dalam menentukan waktu maksimal atlit dalam menyelesaikan setiap jalur.
12
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
dinding kompetisi.
iii. Demi alasan keselamatan, peserta kompetisi seharusnya tidak mempunyai akses ke kerangka
penyangga dinding.
iv. Tinggi dinding seharusnya tidak lebih dari 4 meter atau kurang dari 2 meter, dan harus
dilengkapi dengan matras yang sesuai di bawah permukaan dinding.
v. Permukaan dinding seharusnya bervariasi mulai dari vertical sampai horizontal dengan
mayoritas kemiringan dinding lebih dari 10 derajat. Banyaknya dinding yang kemiringannya
horizontal harus mencerminkan jumlah yang terdapat pada dinding utama kompetisi.
vi. Kekencangan tumpuan (hold) pada dinding pemanasan harus senantiasa dijaga.
2.7 KESELAMATAN/SAFETY
a. Penyelenggara harus bertanggung jawab untuk menjaga semua keamanan dan keselamatan di
dalam zona isolasi zona transit, area kompetisi, aula kompetisi, dan untuk semua aktifitas yang
berkaitan dengan berlangsungnya kompetisi.
b. Jury President, dengan berkonsultasi dengan Chief Routesetter, mempunyai wewenang penuh
berkenaan dengan suatu keraguan akan keselamatan di dalam area isolasi maupun kompetisi,
termasuk menunda pemberian ijin untuk memulai atau melanjutkan segala bagian dari kompetisi.
Ofisial atau seseorang yang oleh Jury President dianggap telah melanggar atau, menurut Jury
President terlihat telah menyalahi prosedur keselamatan akan dikenai pencopotan dengan segera
dari tugas- tugas mereka dan/atau pengusiran dari area isolasi dan kompetisi.
c. Setiap jalur harus dirancang sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan jatuhnya seorang
atlit, yang bisa:
i. Mencederai atlit
ii. Mencederai atau mengganggu atlit lain.
d. Jury President, Category Judge dan Chief Routesetter akan memeriksa setiap jalur sebelum suatu
babak kompetisi dimulai, untuk memastikan standar keselamatan terpenuhi.
Secara khusus, Category Judge dan Chief Routesetter akan:
i. Memastikan bahwa semua peralatan dan prosedur keselamatan memenuhi standar UIAA.
ii. Category Judge mempunyai wewenang untuk meminta penggantian dengan segera seorang
belayer (jika perlu menghentikan kompetisi dan mengumumkan adanya insiden teknis) dan
petugas lain yang mereka rasa membahayakan standar keselamatan.
iii. Demi kepentingan keselamatan, dan dengan berkonsultasi dengan Chief Routesetter dan Jury
President, Category Judge dapat memutuskan perlu tidaknya tali pemanjatan dikaitkan pada
titik pengaman pertama (dan bila dianggap perlu, titik pengaman yang lain). Namun
diusahakan rancangan jalur dibuat sedemikian rupa sehingga tindakan pencegahan semacam
itu tidak perlu.
e. Sebelum dimulainya setiap babak dalam sebuah kompetisi, Category Judge harus memastikan
bahwa tenaga medis yang memenuhi syarat sudah hadir sehingga bisa melakukan tindakan
dengan segera jika terjadi kecelakaan atau luka terhadap peserta kompetisi atau ofisial yang
bekerja di dalam area kompetisi/zona isolasi.
13
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
f. Semua peralatan yang digunakan dalam sebuah kompetisi harus memenuhi standar UIAA kecuali
kalau diatur secara khusus oleh FPTI atau, dalam situasi pengecualian, oleh Jury President melalui
ijin yang diberikan oleh FPTI. Di antara syarat- syarat umum tersebut adalah:
Atlit harus menggunakan tali tunggal (single rope) yang diakui oleh UIAA yang disediakan oleh
penyelenggara. Seberapa sering tali diganti, diputuskan oleh Category Judge.
Dalam situasi khusus, FPTI Delegate dapat diperintahkan oleh FPTI untuk membawa beberapa
peralatan teknis untuk disediakan kepada penyelenggara, alat-alat (Maillon Rapide/MR, tali, dll)
yang tidak tersedia di daerah mereka. FPTI akan meminta penyelenggara kompetisi untuk
membayar harga alat-alat tersebut.
g. Kelengkapan jalur.
Tindakan untuk keselamatan berikut ini harus diperhatikan:
i. MR dan sling quickdraw. Setiap titik pengaman yang digunakan dalam suatu babak kompetisi
harus dilengkapi dengan sling dan karabiner ‘quick-draw’ yang mana atlit akan mengaitkan tali.
Kemungkinan berputarnya karabiner harus diminimalkan. Sambungan penghubung antara sling
‘quickdraw’ dengan titik pengaman harus memakai MR 10 mm yang diakui UIAA
ii. Jika diperlukan sebuah sling quickdraw yang lebih panjang, harus menggunakan sling pita
langsung (yang dijahit mesin) yang mempunyai kekuatan yang sama (atau lebih kuat) sebagai
pengganti yang normal, quickdraw yang pendek. Pita perekat boleh digunakan untuk
menyatukan loop sling.
Bagaimanapun juga tidak dibenarkan memendekkan atau menyetel sling tersebut dengan
memakai simpul, serta tidak dibenarkan memakai sambungan dari quickdraw-quickdraw
normal (yang saling dihubungkan dengan MR, atau karabiner dengan atau tanpa pengunci).
Tali yang disimpul atau sling pita (webing) juga tidak diijinkan untuk dipakai.
h. Belaying (penambatan): Pada saat dimulainya setiap pemanjatan pada sebuah jalur kompetisi:
i. Harus memakai perlengkapan yang sesuai dengan ketetapan FPTI yang mengatur tentang
peralatan.
ii. Tali pemanjatan harus diikatkan pada harness setiap atlit dengan menggunakan simpul ’8’ yang
sudah terjamin sebagai simpul yang aman.
iii. Sebelum atlit memulai pemanjatan mereka pada sebuah jalur, belayer harus mengecek (lebih
baik di zona transit) bahwa tali sudah dikaitkan dengan benar pada harness atlit sesuai dengan
h.i dan h.ii diatas, dan seat harness sudah dikencangkan dengan sempurna.
iv. Sebelum membawa atlit menuju garis start suatu jalur, belayer harus memastikan bahwa tali
telah tergulung sedemikian rupa sehingga siap untuk segera digunakan.
v. Kompetisi Lead: Category Judge, dengan berkonsultasi dengan Chief Routesetter, akan
memutuskan apakah seorang belayer dibantu oleh seorang asisten pada awal sebuah jalur
untuk menambah keselamatan bagi atlit selama mereka berada di bagian bawah suatu jalur
pemanjatan.
i. Setiap tali akan dikendalikan oleh 2 belayer. Selama pemanjatan suatu jalur, para belayer harus
14
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
senantiasa memperhatikan dengan cermat jalannya pemanjatan yang dilakukan oleh atlit untuk,
memastikan:
i. Bahwa gerakan atlit tidak sampai terganggu dengan tali yang terlalu kencang.
ii. Bahwa ketika atlit mengaitkan tali ke suatu titik pengaman, dia tidak terganggu dalam
melakukannya, atau jika dia gagal dalam mengaitkan tali ke titik pengaman, kekendoran yang
berlebihan pada tali segera ditarik.
iii. Bahwa semua kasus jatuh dihentikan dengan cara yang dinamis dan aman.
iv. Bahwa tidak ada kasus jatuh yang berlebihan yang dialami oleh atlit yang sedang di-belay.
v. Bahwa perhatian istimewa diberikan untuk memastikan bahwa dalam menghentikan seorang
atlit yang jatuh, atlit tersebut jangan sampai mengalami luka yang disebabkan oleh suatu sisi
dari bagian pelengkap atau bagian manapun dari dinding kompetisi.
j. Setelah mengaitkan tali ke titik pengaman (quickdraw) terakhir atau setelah dihentikan ketika
terjatuh, atlit akan diturunkan ke bawah. Harus diperhatikan jangan sampai atlit terkena suatu
peralatan yang terletak di tanah.
k. Pada saat atlit melepaskan tali dari harness mereka, belayer akan menarik tali ke bawah dengan
cepat namun tanpa terlalu mengganggu ‘quickdraw’. Adalah tanggung jawab dari belayer untuk
memastikan bahwa atlit segera mengosongkan zona pemanjatan secepat mungkin.
l. Category Judge punya wewenang untuk memerintahkan federasi/penyelenggara untuk mengganti
seorang belayer kapan saja selama babak kompetisi sedang berlangsung. Jika sudah digantikan,
belayer yang bersangkutan tidak akan diijinkan untuk bertugas mem-belay seorang atlit pada
kompetisi tersebut.
m. Untuk memastikan bahwa seorang peserta kompetisi sedang tidak sehat untuk bertanding karena
alasan tertentu (misalnya terluka atau sakit), Jury President mempunyai wewenang untuk
dilakukannya check-up bagi atlit oleh dokter /paramedik yang akan mekukan tes fisik yang diakui.
Jika, dari hasil tes tersebut, dokter berpendapat bahwa atlit tidak sehat, Jury President boleh
menghentikan peserta dari pertandingan. Jika kemudian terdapat bukti bahwa atlit tersebut telah
sembuh, dia boleh meminta untuk menjalani lagi tes fisik yang diakui.
n. Bagaimanapun juga tidak akan ada tindakan khusus yang yang dilakukan atas permintaan seorang
atlit , misalnya: turun dari titik top suatu jalur boulder dengan menggunakan tangga.
15
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
16
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
i. Setiap atlit yang telah bertanding, harus dicantumkan ketinggian/nilai yang dicapai pada
setiap babak kompetisi sebelumnya di mana dia bertanding.
ii. Hasil lengkap dari masing-masing babak kompetisi.
j. Tidak ada informasi lain selain yang ditentukan di atas yang terdapat di dalam daftar hasil resmi
kecuali jika disetujui secara khusus oleh FPTI.
k. Setelah disetujuinya hasil untuk setiap babak kompetisi (termasuk babak final atau super-final),
sebuah salinan hasil yang lengkap harus segera diserahkan kepada:
i. Jury President
ii. Category Judge
iii. FPTI Delegate
iv. Manajer tim, atau jika sebuah tim tidak mempunyai manager, atlit tim yang ditunjuk.
v. Kantor Pers
vi. Petugas informasi publik
vii. Semua hasil resmi harus dikirim dalam waktu maksimum 15 hari setelah berakhirnya
kompetisi, kepada competition@fpti-climbing.org (atau kepada alamat e-mail lainnya yang
diberikan oleh FPTI) untuk segera dirilis pada website FPTI.
17
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
a. Setiap pemanjatan yang dilakukan oleh atlit pada suatu jalur kompetisi harus direkam dengan
video oleh seorang petugas kamera yang berpengalaman. Setidak-tidaknya digunakan satu (lebih
bagus dua) kamera video pada setiap jalur. Disarankan bahwa petugas kamera dibantu oleh
seorang juri nasional.
b. Letak dari suatu kamera video harus ditentukan oleh Jury President dengan berkonsultasi dengan
Category Judge dan Chief Routesetter. Perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan
bahwa para petugas kamera tidak terganggu dalam menjalankan tugas mereka, dan bahwa tidak
ada seorang pun yang diperbolehkan menghalangi pandangan kamera pada masing-masing jalur.
c. Sebuah layar televisi yang dihubungkan ke sebuah sistem perekaman video harus disediakan
untuk pemutaran ulang pada saat terjadi suatu insiden untuk tujuan penjurian. Tidak seorang
pun selain Jury President dan Category Judge yang bisa memerintahkan untuk memutar ulang
suatu pemanjatan pada sebuah jalur. Layar pemutaran ulang harus ditempatkan sedemikian rupa
sehingga para juri bisa mengamati materi yang diputar ulang tersebut dan mendiskusikan suatu
insiden, dengan pemutaran video yang tanpa terlihat oleh orang lain selain para juri, dan selama
mereka berdiskusi tanpa didengar atau disela, tetapi letaknya harus dekat dengan meja para juri.
d. Kantor FPTI juga harus difasilitasi dengan sebuah mesin pemutaran ulang video dan sebuah layar
televisi untuk memungkinkan para juri memutar kembali rekaman video dari insiden-insiden yang
terjadi selama kompetisi berlangsung. Tidak seorang pun selain ofisial FPTI yang mempunyai
akses ke kantor FPTI dan atau perekaman video yang dibuat selama kompetisi.
e. Tidak seorang pun selain ofisial FPTI yang mempunyai hak untuk mengamati bagian manapun dari
pemutaran video kompetisi.
18
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
f. Pada akhir setiap babak kompetisi, kaset video harus diberikan kepada FPTI Delegate untuk
dibawa ke sekretariat FPTI.
g. Tidak boleh menggandakan kaset-kaset video tersebut kecuali atas ijin khusus dari FPTI.
h. Semua kaset video kompetisi adalah semata-mata untuk tujuan penjurian kompetisi dan untuk
kursus pelatihan FPTI. Bagaimanapun juga kaset-kaset tersebut tidak boleh dibuat/disediakan
untuk personil non-FPTI manapun.
19
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
diminta untuk menginformasikan kepada FPTI semua persiapan berkaitan dengan penyiaran
televisi.
20
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
h. Wartawan dan kru media akan diberikan kartu identitas resmi oleh Penyelenggara.
2.16 UPACARA
a. Kecuali ditetapkan lain oleh FPTI Delegate, semua atlit peserta kompetisi harus hadir pada saat
upacara pembukaan, penutupan, adalah wajib untuk sirkuit Nasional dan Kejurnas. Pelanggaran
terhadap peraturan tersebut bisa menyebabkan peserta kompetisi dikenai hukuman sebuah ‘Kartu
Kuning’.
b. Untuk even Nasional atau kejuaraan yang disetujui dan diakui FPTI boleh diadakan atau tidak
upacara yang dimaksud pada poin a. diatas
c. Upacara penghormatan pemenang (UPP) mengikuti aturan yang ditetapkan oleh FPTI.
d. Kecuali jika secara khusus diberi ijin oleh FPTI Delegate dan Jury President, semua finalis harus
menghadiri upacara penyerahan hadiah. Pelanggaran terhadap peraturan tersebut bisa
menyebabkan peserta kompetisi akan diberikan peringatan keras ditandai dengan pemberian
Kartu Merah.
Bobot
Total Hadiah Kompetisi
c. Hadiah untuk nomor kompetisi putri adalah sama dengan Total Hadiah yang diterima nomor
kompetisi putra untuk setiap kategori.
d. Total hadiah adalah hadiah berupa uang yang disediakan oleh Penyelenggara untuk semua
kategori yang dikompetisikan. Hadiah yang tidak berbentuk uang tidak diperhitungkan dalam
Total Hadiah.
21
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
e. Jika kompetisi kelompok umur digabungkan dalam suatu kegiatan kompetisi umum, maka Total
Hadiah yang disediakan untuk kelompok umur akan menentukan bobot kompetisi untuk kelompok
umur. Sehingga bobot kompetisi untuk kelompok umum ditentukan oleh sisa Total Hadiah
kegiatan kompetisi setelah dikurangi Total Hadiah yang disediakan untuk kelompok umur.
f. Hadiah yang menjadi hak pemenang kompetisi harus diberikan secara tunai oleh Penyelenggara
pada saat penyerahan hadiah sebelum pelaksanaan kompetisi ditutup.
g. Penyelenggara yang tidak bisa memenuhi komitmennya terhadap waktu pembayaran dan
besarnya hadiah akan mendapat sanksi berupa:
i. Denda sebesar 200% (dua ratus persen) dari Total Hadiah yang dinyatakan dalam
permohonan Surat Rekomendasi Kompetisi (SRK)
ii. Tidak berhak mendapat SRK untuk kompetisi berikutnya, Selain harus tetap memenuhi
kewajibannya kepada peserta pemenang dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sejak tanggal penutupan kompetisi.
h. Denda seperti dimaksud pada ayat f) diatas dibayarkan kepada FPTI paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah tanggal penutupan kompetisi. Selanjutnya FPTI akan menyampaikan seluruhnya kepada
semua pemenang kompetisi secara proposional, setelah dipotong biaya administrasi,
i. Jika penyelenggara tetap tidak dapat memenuhi komitmennya, FPTI akan membawa kasus
tersebut ke pihak berwenang untuk diselesaikan secara hukum.
2.18 ASURANSI
a. Panitia penyelenggara harus memastikan, dan memberikan jaminan, bahwa asuransi yang
diterapkan untuk kompetisi tersebut benar-benar sesuai dengan semua peraturan nasional
maupun internasional mengenai even -even olahraga.
22
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
b. Laporan Kompetisi
i. Laporan dibuat oleh Jury President.
ii. Laporan harus sudah diterima oleh FPTI dalam waktu 3x24 jam setelah kompetisi secara
resmi dinyatakan ditutup.
iii. Laporan dapat disampaikan menggunakan faksimil atau e-mail.
iv. Tembusan laporan ini harus disampaikan kepada penyelenggara.
v. Format laporan hasil kompetisi sesuai Lampiran 10.
23
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
3.1 PENDAHULUAN
a. FPTI menghormati semua hal yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas penyelenggara
kompetisi, atlit , tim dan ofisial.
24
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
25
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
4.1. PENDAHULUAN
a. Dengan melihat kategori kompetisi yang akan dilaksanakan, Penyelenggara menyediakan wajib
b. Dinding pemanjatan:
i. Ukuran minimal dinding panjat yang digunakan pada kompetisi ditentukan oleh tingkat
TINGKAT KOMPETISI
KATEGORI
Nasional Provinsi Kabupaten/ Kota
SPEED
ESTAFET 8 x 3m lebar x 18 m tinggi 8 x 2 m lebar x 18 m tinggi 8 x 2 m lebar x 15 m tinggi
SPEED REKOR 2 x 3m lebar x 15m tinggi 50 2 x 3m lebar x 15m tinggi 50 2 x 3m lebar x 15m tinggi 50
ii. Di ruang isolasi harus disediakan dinding pemanjatan yang digunakan sebagai fasilitas
pemanasan:
b) Kategori Boulders: satu contoh jalur-masalah dengan warna-warna tanda yang sama
iii. Material yang digunakan pada dinding panjat untuk kompetisi dapat dibuat dari:
iv. Konstruksi yang digunakan untuk menopang dinding panjat harus mempunyai kekuatan yang
26
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
a) Beton bertulang,
c) Scafolding.
v. Terkait dengan poin iv) diatas, FPTI Delegate dapat meminta pihak ketiga untuk melakukan uji
kekuatan konstruksi. Jika hasil uji menyatakan bahwa konstruksi dinding panjat tidak memadai,
Delegasi FPTI diberi kewenangan untuk membatalkan kompetisi dilakukan pada dinding panjat
tersebut dan memindahkan ke lokasi lain yang lebih baik.
vi. Spesifikasi teknis kompetisi mengenai dinding diatur lebih lanjut sebagai berikut:
a) Lubang tumpuan dapat digunakan untuk galvanised nut dengan diameter 10 mm.
b) Untuk dinding dengan material kayu atau multipleks, jarak antar lubang untuk setiap
c) Hanger pengaman harus terpasang pada konstruksi. Diamater galvanis baut hanger minimal
8mm.
d) Bagian belakang lubang tumpuan dikunci menggunakan skrup 2x15mm untuk menghindari
27
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
a. Penyelenggara harus menyiapkan tim medis yang siaga selama kompetisi berlangsung (yaitu sejak
dibukanya Ruang Isolasi hingga pemanjatan terakhir dilakukan). Keberadaan seorang dokter
adalah wajib.
Pada setiap dilakukan pemanjatan , dokter dan para medis yang berpengalaman dan berperalatan
lengkap harus selalu berada di atau sangat dekat dengan daerah kompetisi agar dapat
memberikan pertolongan dengan cepat jika ada cidera atau keperluan medis.
b. Minimal ruang medis disediakan dan dilengkapi dapat menangani sakit dan cidera ringan.
c. Perencanaan dan persiapan harus dibuat dan dites secara praktis untuk memastikan bahwa setiap
kecelakaan serius pada atlit , offisial, penonton dan/atau orang lain akan ditangani dengan cara
yang professional dan efisien.
a. Dengan melihat kategori kompetisi yang akan dilaksanakan, Penyelenggara minimal menyediakan
Personil sebagai berikut:
Profesi/Jabatan Nasional Provinsi Kabupaten/Kota
Asisten Teknis Kompetisi
1. Belayer 10 6 4
2. Asisten Belayer 4 2 2
3. Pencatat Waktu 6 4 3
4. Routesetters 4 3 2
5. Pengolah Data (Data Entry) 4 2 1
6. Juru Kamera Video/Handycam 5 3 2
7. Penjaga Zona Isolasi 3 2 2
8. Pembersih Jalur (Route Cleaner) 3 2 2
9. Pendamping Ruang Transit 4 2 2
Asisten Non Teknis Kompetisi
1. Maintenance Konstruksi dinding panjat 4 3 2
2. Pembawa Acara (MC) 3 2 2
3. Safety Emergency Manager 1 1 1
4. Penerima Tamu (Reception) 4 3 2
5. Dokter 1 1 1
6. Paramedic 2 2 2
7. Soundman operator 1 1 1
8. Electrical Mechanical 1 1 1
b. Penyediaan seluruh personill dimaksud merupakan tanggung jawab Penyelenggara dan wajib
disiapkan paling lambat 3 (tiga) hari sebelum acara pembukaan. Delegasi FPTI berkewajiban
memastikan hal tersebut, dan Delegasi FPTI berwenang untuk menund a pelaksanaan kompetisi
sampai dengan seluruh personil dimaksud dapat disediakan oleh Penyelenggara.
c. Untuk memperjelas peran dan fungsi masing-masing pihak yang terlibat dalam kompetisi dapat
dilihat Struktur Organisasi Kompetisi pada Lampiran 24.
29
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
30
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
5.2 KESELAMATAN/SAFETY
a. Penyelenggara kompetisi mempunyai kewenangan dan bertanggung jawab penuh untuk menjaga
dan menjamin keselamatan (safety) didalam zona isolasi, zona transit, zona kompetisi, area publik
dan pada semua aktivitas lain yang terkait dengan jalannya kompetisi.
b. Jury President, setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter, mempunyai wewenang penuh
dalam mengambil keputusan atas setiap hal terkait dengan keselamatan diseluruh area kompetisi,
termasuk menolak untuk memberi ijin untuk memulai atau melanjutkan suatu babak dalam
kompetis i.
c. Ofisial Kompetisi atau atau personil panitia yang dianggap oleh Jury President melanggar prosedur
keselamatan, atau dianggap dapat membahayakan keselamatan, maka orang tersebut dapat
dibebastugaskan dalam kompetisi dan atau dikeluarkan dari arena kompetisi.
d. Belayer yang ditunjuk penyelenggara harus sudah terlatih untuk melakukan belaying
(penambatan) sesuai dalam aturan kompetisi. Category Judge mempunyai wewenang untuk
memerintahkan mengganti belayer setiap saat selama kompetisi berlangsung. Jika seorang belayer
telah diganti, yang bersangkutan tidak diijinkan lagi untuk menjadi belay bagi atlit lain pada
kompetisi tersebut.
e. Sebelum kejuaraan dimulai, Jury President harus memastikan bahwa seluruh pra-sarana dan
sarana kompetisi telah memenuhi standar keselamatan (safety) dan layak digunakan dalam
kompetisi.
f. Semua tindakan pencegahan harus diambil untuk menjamin keselamatan. Setiap jalur pemanjatan
atau boulder problem harus dirancang untuk menghindari kemungkinan jatuhnya atlit :
i. Dapat mencederai atlit .
ii. Dapat mencederai atau menganggu atlit lain.
g. Jury President, Category Judge dan Chief Routesetter harus memeriksa setiap jalur atau boulder
problem sebelum memulai suatu babak kompetisi, untuk memastikan bahwa standar keselamatan
telah terpenuhi. Secara khusus, Jury President, Category Judge dan Chief Routesetter harus
memastikan bahwa semua perlengkapan dan prosedur keselamatan sesuai dengan standar UIAA
dan peraturan FPTI.
h. Semua perlengkapan yang digunakan dalam kompetisi harus sesuai dengan standar UIA A atau
peraturan FPTI, kecuali ada kebijakan lain yang ditentukan oleh FPTI, atau terdapat keadaan luar
biasa, berdasarkan wewenang yang diberikan Jury President oleh FPTI. Atlit yang berkompetisi
pada kategori Lead dan Speed harus menggunakan tali tunggal (single rope) yang memenuhi
standar UIAA yang disediakan penyelenggara.
Frekuensi pergantian tali pengaman harus diputuskan oleh Category Judge.
i. Beberapa tindakan pencegahan yang harus diperhatikan dalam mengamankan jalur pemanjatan :
i. Setiap titik pengamanan yang digunakan selama kompetisi harus dilengkapi dengan
quickdraw yang dapat disambung dengan karabiner sehingga seorang atlit dapat
mengaitkan talinya. Hubungan sambungan antara quickdraw dan titik pengamanan
(protection point) harus sesuai standar UIAA yaitu Maillon Rapide (MR) 10 mm, dimana
kunci pengamannya dapat ditutup dan dikencangkan sesuai dengan spesifikasi .
ii. Jika diperlukan penambahan quickdraw yang tidak normal harus menggunakan satu
quickdraw panjang dengan kekuatan yang sama dengan quickdraw yang lebih pendek.
§ Tidak diperkenankan menyambung dua quickdraw atau lebih menggunakan
screw-gate karabiner atau non screw -gate karabiner untuk memperoleh satu
quickdraw yang lebih panjang.
§ Tidak diperkenankan memperpendek quickdraw yang panjang dengan cara
mengikatnya untuk mendapatkan satu quickdraw yang diinginkan.
j. Sebelum memulai setiap babak kompetisi, Category Judge harus memastikan bahwa tenaga medis
dan paramedis yang berkualifikasi selalu hadir untuk memastikan respon yang cepat jika terjadi
kecelakaan atau cideranya atlit maupun Ofisial Kompetisi yang bertugas didalam zona kompetisi.
k. Jika ada keyakinan, bahwa seorang atlit tidak sehat untuk mengikuti kompetisi, karena berbagai
sebab, seperti cedera atau sakit, maka Jury President memiliki kewenangan untuk meminta
pemeriksaan terhadap yang bersangkutan oleh dokter yang akan melakukan tes fisik yang diakui,
31
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
sebagai berikut:
• Tubuh bagian bawah: atlit mampu melakukan 10 (sepuluh) kali scotch-trush
berturut-turut.
• Tubuh bagian atas: atlit mampu melakukan 10 (sepuluh) Push-up berturut-turut.
Jika berdasar hasil tes,dokter menganggap atlit yang bersangkutan tidak layak untuk mengikuti
kompetisi, maka Jury President dapat melarang atlit tersebut untuk mengikuti kompetisi.
Namun jika pada babak ber ikutnya terbukti si-atlit tersebut telah pulih, maka ia bisa meminta
kembali untuk menjalani tes-tes fisik yang telah diakui tersebut.
l. Tidak dapat dibenarkan melakukan sesuatu atas permintaan dari atlit, misal pada kompetisi
Boulder turun kedasar/lantai dari atas (top) pada boulder problem dengan melalui sebuah tangga.
ii. Jika peserta undian lebih dari 2 (dua), maka proses pengundian dilakukan menggunakan kertas
tergulung, yaitu dengan cara sebagai berikut :
a) Pengundi membuat gulungan kertas yang berukuran dan berwarna sama. Jumlah gulungan
kertas adalah sesuai dengan jumlah peserta undian. Setiap gulungan kertas diberi nomor
terurut.
b) Kemudian kertas bernomor yang telah tergulung dimasukkan kedalam wadah.
c) Masing-masing peserta mengambil kertas tergulung tersebut. Peserta dengan abjad awal
namanya mengambil gulungan kertas lebih dulu. Tidak boleh ada kertas gulungan tersisa
setelah semua peserta mengambil bagiannya. Setelah membuka gulungan kertas dan
membaca angka yang tertera, sebagai bukti peserta undian wajib menandatangani
gulungan kertas tersebut .
d) Pemenang dari undian ditentukan berdasarkan urutan nomor yang diperoleh oleh setiap
peserta undian. Nomor yang paling kecil adalah pemenang undian.
33
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
6.1 PENDAHULUAN
a. Peraturan ini harus dibaca bersamaan dengan BAB 3 Peraturan Umum Kompetisi.
b. Semua kompetisi yang diakui FPTI harus dilaksanakan dengan menggunakan dinding panjat
buatan yang dirancang khusus yang mempunyai lebar minimal 3 meter untuk masing-masing jalur,
tinggi minimal 15 meter, dimana akan memungkinkan dibuatnya jalur-jalur dengan panjang
minimal 18 meter. Atas kebijakan FPTI Delegate, lebar yang kurang dari 3 meter bisa diterima,
hanya untuk bagian-bagian tertentu pada dinding.
c. Semua jalur kompetisi Lead dipanjat secara on-lead dimana atlit dibelay dari bawah. Kecuali
untuk Kejuaraan Kelompok Umur kelas Spider Kids, pemanjatan dapat dilakukan secara top-rope.
d. Kompetisi Kategori Lead dapat terdiri dari jalur-jalur yang dipanjat secara:
i. On-sight: yaitu dipanjat setelah melakukan observasi jalur resmi pada periode tertentu.
ii. Flash: setelah pemanjatan demontrasi jalur oleh pencoba jalur yang sah, atau setelah melihat
pemanjatan yang dilakukan oleh atlit lain.
iii. After work: setelah dilakukan pemanjatan percobaan pada suatu jalur yang selesai dibuat.
e. Suatu jalur pemanjatan dianggap telah berhasil dipanjat jika pemanjatan dilakukan sesuai dengan
peraturan mengenai kompetisi kategori Lead dan jika tali pengaman telah dikaitkan dengan
karabiner dari quickdraw terakhir oleh atlit dengan urutan yang benar dari posisi yang sah.
f. Kompetisi Kategori Lead terdiri dari:
i. Babak Kualifikasi, dimana akan ditempatkan dalam satu atau dua jalur yang identik atau dua
jalur yang tidak identik. Jika dilakukan pada dua jalur yang tidak identik , jalaur-jalur tesebut
haruslah mempunyai grade dan karakter yang sama.
ii. Semi final, final, dan jika diperlukan babak super final, yang harus dilakukan pada satu jalur
pemanjatan Untuk kompetisi yang lebih spesifik alternatif yang lain akan digunakan dan akan
ditetapkan oleh FPTI.
34
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
ii. Ketika atlit berusaha mengaitkan tali dengan protection point (titik pengaman) dia tidak
terhalang atau terbantu sedemikian rupa, jika atlit gagal dalam mengaitkan tali ke protection
point, maka belayer harus mengendorkan regangan tali ( slack) dengan segera.
iii. Jika atlit terjatuh harus segera dihentikan dengan cara yang dinamis dan aman.
iv. Kemungkinan jatuh yang berlebihan tidak terjadi pada atlit yang sedang di-belay .
v. Perhatian yang lebih besar harus diberikan untuk menjamin bahwa jatuhnya atlit tidak akan
menimbulkan cedera yang disebabkan karena pinggir atau features (kontur) serta bagian lain
dari dinding panjat.
b. Category Judge, setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter dan dengan persetujuan Jury
President, dapat memutuskan apakah climbing rope telah terpasang pada protection point
(pengaman) yang pertama. Jika memungkinkan, rancangan jalur harus dibuat sedemikian rupa
dengan memperhitungkan keamanannya sehingga tidak perlu melakukan hal tersebut.
c. Pada saat mulai melakukan pemanjatan pada setiap jalur pemanjatan:
i. Semua atlit harus dilengkapi sesuai peraturan kompetisi dan aturan mengenai peralatan
pemanjatan.
ii. Tali pemanjatan harus diikatkan pada harness setiap atlit dengan menggunakan simpul ”figure
of eight”.
iii. Sebelum atlit memulai pemanjatan, di zona transit belayer harus memeriksa apakah
perlengkapan atlit sesuai dengan aturan dan tali pemanjatan telah diikatkan ke harness atlit
sesuai (4.4.3 b), dan harness atlit telah cukup kencang.
iv. Sebelum atlit memulai pemanjatan, belayer harus memastika bahwa gulungan tali telah diurai
sedemikian rupa sehingga dapat digunakan dengan baik selama proses pemanjatan.
v. Setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter, Category Judge dapat memutuskan apakah
belayer perlu dibantu oleh seorang asisten pada awal jalur pemanjatan untuk memberikan
pengamanan tambahan pada atlit di bagian bawah jalur pemanjatan.
d. Belayer harus siap untuk mengendorkan tali (slack) setiap saat selama proses pemanjatan. Setiap
usaha mengencangkan tali (tension) dapat dianggap sebagai bantuan tambahan atau halangan
terhadap atlit, dapat dinyatakan sebagai insiden teknis oleh Category Judge.
e. Setelah dapat menghubungkan tali dengan protecion point (quickdraw) yang terakhir atau setelah
atlit terjatuh, atlit harus diturunkan. Perhatian harus diberikan untuk menjamin bahwa atlit tidak
akan menginjak peralatan yang ada dibawah atau lantai.
f. Ketika atlit melepaskan tali dari harness-nya, belayer dapat menarik tali kebawah secepat
mungkin dan hati-hati agar tidak menganggu posisi runner pengaman (quickdraw). Menjadi
tanggung jawab belayer untuk memastikan atlit untuk keluar dari daerah pemanjatan secepat
mungkin.
d. Atlit boleh bertanya kepada Category Judge setiap saat selama melakukan pemanjatan mengenai
waktu pemanjatan yang masih tersisa, dan Category Judge segera menginformasikan waktu yang
masih tersisa. Category Judge tanpa diminta akan memberikan informasi kepada atlit jika waktu
masih tersisa 60 (enam puluh) detik. Jika waktu pemanjatan telah habis, Category Judge akan
menghentikan pemanjatan dan prosedur penilaian akan dilakukan. Atlit yang tidak mematuhi
perintah dari Category Judge untuk menghentikan p emanjatan akan menyebabkan terkena
Prosedur Kedisiplinan dalam Kompetisi.
e. Selama pemanjatan dilakukan:
i. Atlit akan mengaitkan semua quickdraw secara berurutan. Quickdraw harus dikaitkan sebelum
bagian terbawah tubuh atlit bergerak meninggalkan karabiner terbawah dari quickdraw (dalam
hal jalur menyamping (traverse) atau roof, sebelum tubuh terbawah atlit melewati quickdraw
yang belum dikaitkan sesuai dengan sumbu jalur yang dibuat oleh pembuat jalur). Setiap
pelanggaran atas aturan ini akan menyebabkan pemanjatan yang sedang dilakukan dihentikan
dan dilakukan pengukuran sesuai dengan pasal 4.6 di bawah. Penolakan yang dilakukan oleh
atlit atas instruksi Category Judge untuk menghentikan pemanjatan akan menyebabkan atlit
mendapat peringatan (ditandai dengan pemberian kartu kuning) sesuai Prosedur Kedisiplinan
dalam Kompetisi.
ii. Dalam hal-hal khusus (untuk tujuan keselamatan) Jury President mempunyai wewenang untuk
membuat aturan tambahan pada pasal 4.5.5 (a) untuk jalur pemanjatan tertentu. Dalam kasus
ini posisi terakhir yang benar untuk mengaitkan adalah point (hold) terakhir dimana atlit dapat
mengaitkan tanpa memanjat turun (climb down) atau memanjat balik (back climb).
iii. Ketika atlit mengaitkan tali ke quickdraw sesuai dengan pasal 4.5.5 (a) tapi terjadi kesalahan
teknis (technical error) pada tali yang dikaitkan, atlit diijinkan untuk mengaitkan quickdraw
` berikutnya secara berurutan kemudian melepaskan kaitan pada quickdraw yang mengalami
kesalahan teknis dan mengaitkan ulang (jika perlu dengan pemanjatan menurun). Pada
akhirnya semua titik pengaman harus dikaitkan secara berurutan.
d. Category Judge dapat memerintahkan pemanjatan dihentikan dan mengukur ketinggian
maksimum (jarak maksimum, dalam hal jalur pemanjatan menyamping atau roof) jika ia
menganggap bahwa pemanjatan selanjutnya akan membahayakan keselamatan atlit .
f. Tumpuan-tumpuan (pegangan atau pijakan) pada jalur harus selalu dibersihkan secara teratur
dengan metode yang diputuskan oleh Category Judge setelah berkonsultasi dengan Chief
Routesetter sebelum suatu babak dimulai. Sangat dianjurkan jalur pemanjatan dibersihkan setiap
maksimum 20 atlit telah melakukan pemanjatan. Periode pembersihan harus diumumkan kepada
atlit selama mengikuti technical meeting tentang observasi suatu jalur dan/atau dican tumkan
pada daftar urutan pemanjatan (starting list) di zona isolasi.
36
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
akhir babak final, super final akan dilakukan. Jika peringkat sama masih tetap terjadi setelah super
final, jika tetap diperoleh hasil yang sama, maka peringkat ditentukan berdasarkan catatan yang
ditempuh, atlit yang mempunyai catatan waktu lebih baik mempunyai peringkat lebih baik.
37
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
7.1 UMUM.
a. Peraturan ini sebaiknya dibaca bersamaan dengan Bab 3 Peraturan Umum Kompetisi
b. Multipitch adalah merupakan kategori yang merupakan bagian dari kategori lead dan mengadopsi
sistem climbing procedure dengan membagi suatu jalur pemanjatan menjadi 2 (dua) pitch, yang
dilakukan oleh dua orang atlit yang bekerjasama untuk menyelesaikan jalur pemanjatan dengan
waktu dan prosedur yang telah ditentukan.
c. Nomor kompetisi ini hanya dapat dilakukan jika panjang jalur pemanjatan minimal 20 (dua puluh)
meter dan menurut FPTI Delegate konstruksi dinding panjat memenuhi standar untuk digunakan
kategori kompetisi ini.
d. Kategori Multipitch terdiri dari:
i. Beregu putra dan putri
ii. Beregu Campuran
e. Suatu nomor kompetisi beregu-multipitch hanya dapat dilaksanakan jika jumlah regu yang
mendaftar paling sedikit 6 (enam) regu.
f. Kategori multipitch terdiri dari 2 (dua) babak :
i. Babak semi final
ii. Babak final, dan jika diperlukan akan diadakan babak super-final.
38
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
39
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
40
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
41
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
42
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
p. Babak Final untuk Putra dan Putri harus dilaksanakan secara bersamaan.
43
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
9.1 UMUM
a. Aturan ini sebaiknya dibaca bersama dengan Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Bagian 3,
Peraturan Umum.
b. Kompetisi speed pada dasarnya terdiri atas babak kualifikasi dan babak putaran final.
c. Kompetisi kategori Speed dapat dilakukan pada:
i. 2 (dua) jalur pemanjatan dengan panjang lintasan yang sama serta feature (kontur) dan
tingkat kesulitan (grade) yang mirip ( Format A).
ii. 4 (empat) jalur pemanjatan dengan panjang lintasan, feature, rancangan dan tingkat
kesulitan (grade) yang identik (Format B).
iii. 2 (dua) jalur pemanjatan dengan panjang dan lebar lintasan, feature, rancangan jalur serta
grade yang tetap ( Format Rekor Dunia Speed).
iv. 8 (delapan) jalur pemanjatan dengan panjang lintasan yang sama serta feature (kontur)
dan tingkat kesulitan (grade) yang mirip ( Speed Estafet).
d. Ketinggian yang direkomendasikan antara 12 – 20 meter dengan panjang overhang maksimal 5
meter. Jika dalam jalur pemanjatan terdapat roof, panjangnya tidak lebih dari 1 meter.
9.3 KESELAMATAN/SAFETY
a. Atlit melakukan pemanjatan pada semua jalur secara top-rope di-belay dari bawah dengan body-
belay.
b. Top rope harus melalui dua titik pengaman (protection point) yang terpisah, dimana masing-
masing protection point terdiri dari satu cincin kait terkunci (Screwgate Carabiner) ke titik
pengaman (protection point ) dengan quickdraw sling dan Maillon Rapide 10mm, yang sesuai
dengan spesifikasi pabrik.
c. Konstruksi Pengaman (protection point ) top-rope harus dipasang pada batang kontruksi besi yang
dibuat khusus untuk itu pada konstruksi dinding panjat dengan pengamanan back up yang
memadai.
d. Posisi dari protection point terakhir harus diatas tombol finish (tombol alat pengatur tanda selesai
pemanjatan) pada suatu jalur.
e. Posisi dari protection point harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membantu, menghalangi
maupun membahayakan atlit selama melakukan pemanjatan suatu jalur.
f. Tali untuk memanjat harus dihubungkan dengan harness atlit dengan:
i. Simpul figure of eight atau,
ii. Dengan menggunakan dua screwgate karabiner dalam posisi berlawanan (opposition).
g. Setiap tali dikendalikan oleh dua orang belayer. Belayer harus menempatkan diri di bawah dinding
panjat sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya kecelakaan akibat kejatuhan tumpuan (hold)
44
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
atau peralatan lain yang mungkin terjadi selama pemanjatan. Selama atlit melakukan usaha
pemanjatan suatu jalur, belayer harus memusatkan perhatian terhadap pergerakan atlit untuk
menjamin:
i. Bahwa pergerakan atlit tidak terhalangi dengan cara apapun oleh tali yang terlalu ketat
atau yang terlalu longgar.
ii. Kemungkinan jatuh harus terjadi dengan aman.
iii. Atlit tidak mengalami jatuh terlalu jauh atau terlalu deras.
iv. Perhatian lebih harus diberikan, sehingga jatuhnya atlit tidak membuatnya cedera karena
menimpa bagian pinggir atau bagian lain dari dinding panjat.
h. Setelah atlit menyelesaikan jalur pemanjatan, atau setelah terjatuh, atlit harus diturunkan ke
dasar/lantai. Perhatian harus tetap dilakukan untuk menjamin bahwa atlit tidak akan
menimpa/menginjak peralatan yang ada di dasar lantai.
i. Semua perlengkapan (karabiner, quickdraw, hanger dll) yang tidak diperlukan harus disingkirkan
dari jalur pemanjatan.
j. Jalur-jalur pemanjatan harus dirancang sedemikian rupa, sehingga atlit tidak bisa saling
mengganggu satu dengan lainnya. Jika axis (sumbu/garis tengah) dari jalur tidak tegak lurus,
maka harus dibuat dengan arah berlawanan.
45
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
kedua babak tersebut adalah sama. Jika babak kualifikasi dan babak final dilakukan pada hari yang
berbeda, maka jalur untuk tiap babak harus berbeda. Atlit harus diinformasikan mengenai hal
tersebut pada saat technical meeting.
c. Atlit melakukan pemanjatan pada jalur pertama. Apabila berhasil melakukan pemanjatan di jalur
pertama, maka dilanjutan memanjat pada jalur kedua.
d. Setiap atlit harus dirangking berdasarkan rata-rata waktu yang diperoleh dari kedua jalur yang
berhasil diselesaikan.
e. Jika atlit gagal menyelesaikan salah satu dari jalur pemanjatan pada babak kualifikasi, maka atlit
tersebut tersisih dan menempati peringkat terakhir.
f. Jumlah atlit pada babak final adalah:
i. Jika jumlah atlit yang menyelesaikan babak kualifikasi adalah 16 (enam belas) atlit atau
lebih, maka 16 jumlah atlit yang berhak mengikuti babak final adalah 16 (enam belas)
atlit.
ii. Jika jumlah atlit yang menyelesaikan babak kualifikasi kurang dari 16 (enam belas) atlit,
maka jumlah atlit yang berhak mengikuti babak final adalah 8 (delapan) atlit .
iii. Jika jumlah atlit yang menyelesaikan babak kualifikasi kurang dari (delapan) atlit, maka
jumlah atlit yang berhak mengikuti babak final adalah 4 (empat) atlit .
iv. Jika jumlah atlit yang dapat menyelasaikan babak kualifikasi kurang dari 4 (empat) atlit,
maka babak kualifikasi akan diulang hingga mencapai jumlah atlit yang berhak mengikuti
babak final adalah 4 (empat) atlit.
Babak putaran -final terdiri dari: perdelapan final, perempat final, dan semi- final serta final.
g. Pemanjatan pada babak putaran-final dilakukan dengan menggunakan sistem gugur, yaitu
ditentukan dari total waktu yang ditempuh atlit pada kedua jalur p emanjatan.
h. Urutan pemanjatan pada babak final didasarkan pada rangking akhir babak kualifikasi, sebagai
berikut:
Skema 1: Jika babak final melibatkan 16 atlit
Heat
Number Kompetitor dengan Rangking VS Kompetitor dengan Rangking
1 1 16
2 8 9
3 4 13
4 5 12
5 2 15
6 7 10
7 3 14
8 6 11
Skema 2: Jika babak final melibatkan 8 Atlit
Heat
Number Kompetitor dengan Rangking VS Kompetitor dengan Rangking
1 1 8
2 4 5
3 2 7
4 3 6
Skema 3: Jika babak final melibatkan 8 Atlit
Heat
Number Kompetitor dengan Rangking VS Kompetitor dengan Rangking
1 1 4
2 2 3
46
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Urutan pemanjatan dalam babak final ditunjukkan dalam skema pada Gambar 1 dibawah:
Gambar 1 : Skema 1 – Jika babak final melibatkan 16 atlit
Gambar 1
Bagan urutan dalam babak final dengan melibatkan 16, 8 dan 4 atlit. (Huruf Roman tertulis
menunjukkan rangking akhir dari atlit).
i. Kegagalan menyelesaikan jalur pemanjatan pada babak final:
47
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
i. Jika seorang atlit dalam babak semi final atau final gagal untuk menyelesaikan salah satu
dari jalur pemanjatan, maka atlit tersebut gugur dan atlit lawannya dinyatakan sebagai
pemenang heat pemanjatan tersebut, apabila atlit lawannya dapat menyelesaikan kedua
jalur pemanjatan. Jika kedua atlit gagal untuk menyelesaikan salah satu jalur, maka heat
pemanjatan tersebut akan diulang untuk mendapatkan pemenang pada heat pemanjatan
tersebut.
ii. Heat pemanjatan untuk menentukan tempat ketiga dan keempat harus tetap dilakukan dan
harus menghasilkan pemenang.
iii. Jika kedua atlit dalam heat pemanjatan final gagal untuk menyelesaikan jalur mereka,
maka heat pemanjatan harus diulang lagi sampai diperoleh pemenangnya.
j. Peringkat sama (Tied competitor):
i. Pada babak kualifikasi:
a) Jika terdapat dua atau lebih atlit mempunyai peringkat yang sama pada babak
kualifikasi untuk ranking terakhir yang berhak mengikuti babak putaran final, maka
semua atlit tersebut tidak berhak mengikuti babak putaran-final. dan mereka semua
diberi peringkat sama.
b) Jika dua atau lebih atlit yang mempunyai peringkat yang sama dalam babak kualifikasi,
tapi bukan pada peringkat terakhir, maka mereka akan dipisahkan secara acak untuk
menentukan peringkatnya dalam babak final, mereka harus dibagi secara acak untuk
penempatan urutan pemanjatan
ii. Pada Babak Putaran Final:
a) jika dua atlit mempunyai waktu pemanjatan yang sama pada heat pemanjatan babak
semi final dan final, pemenang akan ditentukan dengan melakukan heat pemanjatan
tambahan antara kedua atlit.
b) Jika dua atlit mempunyai waktu pemanjatan yang sama pada heat pemanjatan selain
babak semi-final dan final, maka pemenang akan ditentukan dengan melihat hasil pada
heat pemanjatan sebelumnya pada babak final, atau hasil pemanjatan pada babak
kualifikasi untuk heat pertama dalam babak final.
k. Tentang jalur rekor akan ada penambahan setelah peraturan IFSC dikeluarkan.
48
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
jeda sebentar (short pause) (<2 detik) Category Judge akan memberikan aba-aba dengan singkat
(< 2detik) dan keras, tanda/signal untuk start yang jelas terdengar, atau meneriakkan ”Ya”. jika
penghitung waktu yang digunakan adalah manual. Semua instruksi lisan yang diberikan harus
diberikan dengan keras dan dapat didengar dengan jelas.
d. Penempatan tanda/signal start harus berjarak sama jauhnya dari kedua atau semua atlit yang
akan melakukan pemanjatan.
e. Ketika Category Judge memberikan tanda atau instruksi untuk start, harus dipastikan tidak ada
keributan atau gangguan apapun yang bisa mengganggu atlit atau wasit untuk mendengar tanda
untuk start.
f. Jika terjadi kesalahan start (false start), Category Judge akan menghentikan pemanjatan kedua
atlit secepatnya. Instruksi ini harus diberikan dengan keras dan jelas terdengar. Atlit yang
melakukan 2 kali kesalahan start akan dinyatakan tersisih.
g. Setelah sampai pada akhir jalur, atlit harus menghentikan pencatat waktunya dengan menekan
tombol pencatat waktu menggunakan tangannya.
h. Setelah berhasil menyelesaikan usaha pemanjatan pada suatu jalur dalam babak kualifikasi, atlit
harus kembali ke zona isolasi terpisah sampai Category Judge memerintahkan mereka untuk
meninggalkan zona tersebut.
i. Jika suatu heat pemanjatan dalam babak putaran-final sudah diselesaikan, harus diperhatikan
beberapa prosedur berikut:
i. Ketika Format A yang diterapkan, atlit yang berhak masuk ke heat pemanjatan berikutnya
harus menuju ke zona isolasi terpisah.
ii. Ketika Format B yang diterapkan, semua atlit yang dapat menyelesaikan jalur
pemanjatannya harus menuju ke zona isolasi terpisah.
49
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
50
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
51
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
11.1. PENGERTIAN
a. Kompetisi panjat tebing tingkat nasional adalah:
i. Kompetisi panjat tebing yang diadakan oleh setiap penyelenggara dimana rekomendasi
kompetisi diterbitkan oleh Pengurus Pusat FPTI.
ii. Kompetisi yang dapat diikuti oleh atlit dari seluruh Indonesia.
b. Kompetisi panjat tebing tingkat provinsi adalah:
i. Kompetisi panjat tebing yang diadakan oleh setiap penyelenggara dimana rekomendasi
kompetisi diterbitkan oleh Pengurus Daerah FPTI.
ii. Kompetisi yang dapat diikuti oleh atlit yang berdomisili di provinsi dimana kompetisi
tersebut diadakan.
c. Kompetisi panjat tebing tingkat kabupaten/kota adalah
i. Kompetisi panjat tebing yang diadakan oleh setiap penyelenggara dimana rekomendasi
kompetisi diterbitkan oleh Pengurus Cabang FPTI.
ii. Kompetisi yang dapat diikuti oleh atlit yang berdomisili di kabupaten/kota dimana kompetisi
tersebut diadakan.
d. Kompetisi panjat tebing dapat dilakukan untuk kelas:
i. Terbuka, adalah kompetisi yang dapat diikuti oleh atlit dari seluruh Indonesia.
ii. Militer, adalah kompetisi yang hanya diikuti oleh atlit dari kalangan militer atau kepolisian.
iii. Kelompok Umur, adalah kompetisi yang diikuti atlit berdasarkan usia atlit yang terbagi
menjadi:
a). Spider Kid-C: 7 – 9 tahun.
b). Spider Kid-B: 10 – 11 tahun.
c). Spider Kid-A: 12 – 13 tahun.
d). Youth B: 14 – 15 tahun.
e). Youth A: 16 – 17 tahun.
f). Junior: 18 – 19 tahun.
iv. Pelajar, adalah kompetisi yang diikuti oleh siswa mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
a) Sekolah Dasar (SD):
b) Sekolah Menengah Pertama (SMP):
c) Sekolah Menengah Atas (SMA) :
v. Untuk Pekan Olahraga Pelajar dan Pekan Seni dan Olahraga Pelajar akan dikelompokkan
sesuai Kelompok Umur, sebagai berikut:
a) Sekolah Dasar (SD):
i) Spider Kid – C: 7 – 9 Tahun
ii) Spider Kid – B: 10 – 12 Tahun
b) Sekolah Menengah Pertama (SMP):
i) Spider Kid – A: 12 – 13 Tahun
ii) Youth B: 14 – 15 Tahun
c) Sekolah Menengah Atas (SMA) :
i) Youth A: 16 – 17 Tahun
ii) Junior: 18 – 19 Tahun
e. Kejuaraan/Kompetisi panjat tebing dapat dilaksanakan untuk nomor perorangan dan non
perorangan (beregu).
52
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
berikut:
Peringkat Nilai Peringkat Nilai Peringkat Nilai
1 100 11 31 21 10
2 80 12 28 22 9
3 65 13 26 23 8
4 55 14 24 24 7
5 51 15 22 25 6
6 47 16 20 26 5
7 43 17 18 27 4
8 40 18 16 28 3
9 37 19 14 29 2
10 34 20 12 30 1
c. Khusus untuk kejuaraan kelas Kelompok Umur akan dilakukan pemeringkatan berdasarkan
kelompok umur masing-masing.
d. Atlit Kelompok Umur tidak diperbolehkan mengikuti kejuaraan/kompetisi Kelas Umum,
pelanggaran terhadap ketentuan ini akan menyebabkan atlit tersebut tidak berhak lagi mengikuti
kejuaraan/kompetisi maupun Kejuaraan Nasional/Kejuaraan Daerah Kelompok Umur FPTI sesuai
dengan kelompok umurnya.
53
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
12.1. PENGERTIAN
a. Kejuaraan Nasional (Kejurnas) FPTI adalah:
i. Kompetisi panjat tebing yang dilaksanakan oleh FPTI.
ii. Agenda tetap FPTI yang tempat dan tanggal pelaksanaannya ditentukan dan ditetapkan
oleh Rapat Kerja Nasional FPTI.
iii. Atlit yang berhak mengikuti kompetisi adalah atlit yang diutus oleh Pengurus Daerah FPTI
dimana atlit tersebut bertempat tinggal.
iv. Atlit adalah pemegang Kartu Identitas Atlit yang syah dengan status domisili tetap di suatu
provinsi yang mengutusnya.
v. Panitia Pelaksana, selanjutnya disebut Panitia, adalah susunan kepanitiaan yang dapat
terdiri dari unsur-unsur Pengurus Daerah FPTI tuan rumah dan Pengurus Pusat FPTI.
vi. Semua biaya yang timbul akibat penunjukan Ofisial Kompetisi menjadi tanggungjawab
Pengurus Pusat FPTI antara lain biaya transportasi menuju tempat kompetisi pergi-pulang,
akomodasi dan honor.
Standar honor Ofisial Kompetisi mengikuti aturan yang diterbitkan tersendiri.
vii. Juara umum adalah kontingen dengan jumlah medali terbaik.
54
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
iv. Daftar nama atlit, manajer tim dan ofisial harus sudah diterima FPTI paling lambat 14
(empat belas) hari sebelum tanggal pembukaan Kejurnas/Kejurda. Daftar atlit inti dan
cadangan wajib diisi pada Formulir Pendaftaran Kejurnas/Kejurda (Lampiran 23)
12.5. NOMOR KOMPETISI DAN ALOKASI ATLIT PADA SETIAP NOMOR KOMPETISI
a. Dari kuota atlit pada 8.4 diatas dialokasikan untuk setiap nomor kompetisi dengan aturan sebagai
berikut (lihat halaman selanjutnya):
55
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Alokasi Atlit
No Nomor Kompetisi Atlit Inti Atlit
Semua Pengda Tuan Rumah Cadangan
A Nomor perorangan
A.1 Nomor Peorangan Putra
1 Lead 2 4 2
2 Speed 2 4 2
3 Boulders 2 4 2
4 Speed Rekor 2 4 2
A.2 Nomor Perorangan Putri
1 Lead 2 4 2
2 Speed 2 4 2
3 Boulder 2 4 2
4 Speed Rekor 2 4 2
B Nomor Non Perorangan
B.1 Beregu Putra
1 Lead 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
2 Speed 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
3 Boulder 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
4 Multipitch 2 ( 1 Tim ) 4 ( 2 Tim) 2
5 Speed Estafet 4 ( 1 Tim ) 8 ( 2 Tim ) 2
B.2 B.2 Beregu Putri
1 Lead 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
2 Speed 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
3 Boulder 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
4 Multipitch 2 ( 1 Tim ) 4 ( 2 Tim) 2
5 Speed Estafet 4 ( 1 Tim ) 8 ( 2 Tim ) 2
B.3 Beregu ganda-campuran
2 pa+2 pi (2 Tim 1 pa + 1
1 Lead 1 pa+1 pi (1 Tim ) ) pi
2 pa+2 pi (2 Tim 1 pa + 1
2 Speed 1 pa+1 pi (1 Tim ) ) pi
2 pa+2 pi (2 Tim 1 pa + 1
3 Boulder 1 pa+1 pi (1 Tim ) ) pi
Multipitch ( Lead 2 pa+2 pi (2 Tim 1 pa + 1
4 Berantai ) 1 pa+1 pi (1 Tim ) ) pi
4 pa+4 pi (2 Tim 1 pa + 1
5 Speed Estafet 2 pa+2 pi (1 Tim ) ) pi
b. Atlit Cadangan boleh tidak ada pada setiap nomor yang diikuti, konskuensinya tidak akan ada
pengecualian jika atlit inti tidak dapat meneruskan kompetisi
56
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
12.7. LAIN-LAIN
a. Kejurnas
i. Atlit pemegang Kartu ID FPTI dengan status domisili sementara atau atlit pindah domisili
tetap dari provinsi lain kurang dari 6 (enam) bulan memperoleh Kartu ID dari suatu Pengda
FPTI tidak diperkenankan mengikuti Kejurnas.
ii. Atlit yang pernah mewakili provinsi lain dalam 2 (dua) Kejurnas sebelumnya hanya boleh
mengikuti Kejurnas jika telah berdomisili-tetap dan mempunyai KARTU ID minimal sejak
6 (bulan) sebelum Kejurnas dibuka dengan resmi.
iii. Mengacu kepada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga FPTI Pasal 30.2.2, Pengda
FPTI yang tidak mengirimkan kontingen dalam suatu Kejurnas dikenakan sanksi tidak
diperkenankan mengikuti dan melaksanakan kompetisi berskala nasional dan internasional
selama 1 (satu) tahun sejak tanggal penutupan Kejurnas tersebut.
iv. Pengurus Daerah yang tidak mengirimkan kontingen pada suatu kejurnas akan dikenakan
denda sebesar 3 (tiga) kali biaya pendaftaran dan dibayarkan bersamaan dengan
diselenggarakannya kejurnas 2 tahun berikutnya
b. Kejurda
i. Atlit pemegang Kartu ID dengan status domisili sementara atau atlit pindah domisili tetap
dari provinsi lain atau kabupaten/kota lain kurang dari 3 (enam) bulan memperoleh Kartu
ID tidak diperkenankan mengikuti Kejurda.
ii. Atlit yang pernah mewakili provinsi lain atau kabupaten/kota lain dalam 2 (dua) Kejurda
sebelumnya hanya boleh mengikuti Kejurda jika telah berdomisili-tetap dan mempunyai
Kartu ID minimal sejak 3 (bulan) sebelum Kejurda dibuka dengan resmi.
iii. Mengacu kepada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga FPTI Pasal 30.2.2, Pengcab
FPTI yang tidak mengirimkan kontingen dalam suatu Kejurda dikenakan sanksi tidak
diperkenankan mengikuti dan melaksanakan kompetisi berskala provinsi , nasional dan
internasional selama 1 (satu) tahun sejak tanggal penutupan Kejurda tersebut.
iv. Pengurus Cabang yang tidak mengirimkan kontingen pada suatu kejurda akan dikenakan
denda sebesar 3 (tiga) kali biaya pendaftaran dan dibayarkan bersamaan dengan
diselenggarakannya kejurda 2 tahun berikutnya
c. Pembagian tugas dan tanggungjawab antara Pengurus Pusat FPTI dan Pengda FPTI tuan rumah,
perijinan, dan tata upacara pembukaan dan penutupan mengacu pada Bab 17.
d. Menjadi tanggung jawab Pengurus Pusat FPTI untuk Kejurnas dan Pengurus Daerah FPTI untuk
Kejurda menyediakan Medali Juara dan trophy Juara Umum.
e. Dengan dikeluarkan aturan pada Bab ini maka ketentuan -ketentuan terdahulu mengenai
Kejurnas/Kejurda FPTI yang bertentangan atau tidak sesuai dengan pedoman ini, dinyatakan tidak
berlaku.
f. Hal-hal lain yang belum diatur dalam Bab ini akan diatur kemudian oleh Ketua Umum PP FPTI.
57
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
13.1. PENGERTIAN
a. Kejuaraan Nasional (Kejurnas) atau Kejuaraan Daerah FPTI Kelompok Umur adalah kompetisi
panjat tebing untuk kelompok umur tertentu yang dilaksanakan oleh FPTI setiap tahun yang
tempat dan tanggal pelaksanaannya ditentukan dan ditetapkan oleh Rapat Kerja FPTI.
b. Atlit adalah atlit kelompok umur yang diutus oleh Pengurus Daerah FPTI dimana atlit tersebut
bertempat tinggal. Atlit adalah pemegang Kartu Identitas Atlit yang syah dengan status domisili
tetap.
c. Panitia Pelaksana, selanjutnya disebut Panitia, adalah susunan kepanitiaan yang dapat terdiri dari
unsur-unsur FPTI tuan rumah dan FPTI.
d. Juara umum adalah FPTI peserta yang memperoleh medali terbaik.
e. Ofisial Kompetisi adalah personal yang ditunjuk oleh FPTI yang bertugas dan bertanggung jawab
secara teknis atas terlaksananya kompetisi yaitu terdiri dari Jury President, Category Judge, Chief
Route , Routesetter , dan Route Judge.
58
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
13.7. LAIN-LAIN
a. Untuk efisiensi waktu dan biaya pelaksanaan Kejurnas/Kejurda FPTI Kelompok Umur dapat
dilaksanakan segera setelah Kejurnas/Kejurda FPTI Kelompok Umur dianggap selesai.
b. Mengacu kepada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga FPTI Pasal 30.2.2,
c. Pengda atau Pengcab FPTI yang tidak mengirimkan kontingen dalam suatu Kejurnas/Kejurda FPTI
Kelompok Umur dikenakan sanksi tidak diperkenankan mengikuti dan melaksanakan kompetisi
Berskala provinsi , nasional dan internasional kelompok umur selama 1 (satu) tahun sejak tanggal
penutupan Kejurda tersebut.
d. Hal-hal lain yang belum diatur dalam Bab ini akan diatur kemudian oleh Ketua Umum PP FPTI.
e. Dengan dikeluarkan aturan pada Bab 12 ini maka ketentuan -ketentuan terdahulu yang
bertentangan atau tidak sesuai dengan pedoman ini, dinyatakan tidak berlaku.
f. Pembagian tugas antara Pengurus Pusat FPTI dan Pengda FPTI tuan rumah, perijinan, dan
upacara pembukaan dan penutupan mengacu hal yang sama pada Lampiran 6.
59
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
14.1. PENGERTIAN
a. Sirkuit Panjat Tebing Indonesia (selanjutnya disebut Sirkuit) adalah rangkaian kompetisi panjat
tebing yang terjadwal.
b. Sirkuit Panjat Tebing Indonesia terdiri dari:
i. Sirkuit Nasional.
ii. Sirkuit Provinsi.
c. Atlit adalah atlit panjat tebing pemegang Kartu Identitas Atlit yang syah dengan status domisili
tetap di suatu provinsi yang diutus oleh Pengurus Daerah FPTI dimana atlit tersebut bertempat
tinggal.
d. Panitia Penyelenggara adalah susunan kepanitiaan yang memastikan suatu Sirkuit dapat
terlaksana sesuai dengan rencana.
e. Ofisial Kompetisi adalah personal yang ditunjuk oleh Pengurus Pusat FPTI yang bertugas dan
bertanggung jawab secara teknis atas terlaksananya kompetisi pada setiap seri Sirkuit yaitu terdiri
dari Jury President, Juri Pembuat Jalur, dan Delegasi FPTI.
60
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
14.7. LAIN-LAIN
a. Atlit pemegang Kartu Identitas Atlit dengan status domisili sementara atau atlit pindah domisili
tetap dari provinsi lain kurang dari 6 (enam) bulan sejak memperoleh Kartu Identitas Atlit FPTI
dari suatu Pengda FPTI tidak diperkenankan mengikuti suatu seri dalam Sirkuit.
b. Rentang waktu antar- seri Sirkuit dalam satu tingkat (nasional atau provinsi ) tidak boleh kurang
dari 10 (sepuluh) hari, kecuali jika dua seri atau lebih dilakukan dalam jarak tidak lebih dari 100
(seratus) km atau 2 (dua) jam perjalanan darat.
c. Aturan lebih lanjut mengenai Sirkuit Panjat Tebing Indonesia akan dibuat dengan Surat Keputusan
tersendiri.
61
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
15.1 PENDAHULUAN
a. Kejuaraan Nasional Panjat Tebing Antar Pelajar adalah kompetisi panjat tebing yang dilaksanakan
oleh FPTI bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional, Komite Olahraga Nasional dan
Menegpora yang diselenggarakan setiap tahun yang tempat dan tanggal pelaksanaannya
ditentukan dan ditetapkan oleh Musyawarah Nasional Bidang pembinanaan Olahraga Departemen
Pendidikan Nasional (BAPOPSI) dan Rapat Kerja FPTI
b. Kejuaraan Nasional Antar Pelajar, yaitu kompetisi yang diikuti oleh siswa/siswi atau pelajar
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menegah Atas (SMA), yang
dilaksanakan sesuai dengan jenjang pendidikan.
c. Kejuaraan Nasional Antar Pelajar diklasifikasikan menjadi beberapa tingkat, yaitu:
i. Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS).
ii. Pekan Olahraga Pelajar Wilayah (POPWIL).
iii. Pekan Olahraga Pelajar Provinsi (PORJAR/PORSENIJAR).
iv. Pekan Olahraga Pelajar Kabupaten.
d. Atlit adalah siswa/pelajar yang diutus Diknas Kecamatan, Diknas Kabupaten dan Diknas Propvinsi
yang merupakan wakil/atau juara dari setiap jenjang atau tingkat Kejuaran antar Pelajar .
e. Panitia Pelaksana, selanjutnya disebut Tuan Rumah, yang terdiri dari unsur Pengurus FPTI dan
diknas Kabupaten, Provinsi dan diknas pusat, sesuai dengan tingkat kejuaraan, yaitu Kejurnas
Antar Pelajar, POPNAS, POPWIL, PORJAR/PORSENIJAR yang diselenggarakan.
f. Juara umum adalah Diknas Kecamatan, Kabupaten, dan Diknas Provinsi yang memperoleh medali
terbaik.
62
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
jawab secara teknis atas terlaksananya Kejuaraan Nasional Antar Pelajar dan Pekan Olahraga
Pelajar.
b. Ofisial Kompetisi tersebut, terdiri: FPTI Delegate, Jury President, Category Judge, Chief
Routesetter ditambah dengan Tim Routesetting yang berjumlah 5 orang atau lebih.
c. Semua biaya yang timbul akibat penunjukan Ofisial Kompetisi FPTI menjadi tanggung jawab
Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten sesuai dengan
tingkatan Kejuaraan. antar lain biaya transportasi menuju tempat kompetisi pergi-pulang,
akomodasi, konsumsi, dan honor.
63
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
16 PERINGKAT FPTI
16.1 PENGERTIAN
a. Kompetisi adalah kompetisi/kejuaraan, atau Sirkuit panjat tebing yang dikoordinasikan atau
direkomendasikan oleh FPTI.
b. Peringkat FPTI adalah susunan peringkat atlit perorangan yang disusun secara akumulatif dari
satu atau lebih kompetisi untuk tahun tertentu.
Peringkat FPTI terdiri dari Peringkat Nasional FPTI dan Peringkat Provinsi FPTI.
Peringkat Nasional FPTI disusun berdasarkan kompetisi tingkat nasional yang diikuti oleh atlit ,
Peringkat Provinsi FPTI disusun berdasarkan kompetisi tingkat provinsi yang diikuti oleh atlit.
c. Atlit adalah pemegang Kartu Identitas Atlit FPTI yang syah dan berhak mengikuti kompetisi yang
dikoordinasikan atau direkomendasikan oleh FPTI untuk periode tahun kalender tertentu.
d. Pengurus Pusat adalah Pengurus Pusat FPTI
16.5 PENGHARGAAN
a. FPTI wajib memberikan penghargaan kepada 3 (tiga) atlit terbaik dari setiap kategori kompetisi
untuk putra dan putri pada kompetisi terakhir yang dilakukan sebelum tutup buku 31 Desember.
b. Bentuk penghargaan kepada 3 atlit tersebut minimal berupa medali.
64
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
65
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
66
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
17.2 PERIJINAN
a. Ijin tertulis mengenai penggunaan dari pemilik/pengelola tempat, menjadi tanggung jawab FPTI
tuan rumah.
b. FPTI tuan rumah bertanggung jawab atas proses perijinan pelaksanaan kegiatan Kejurnas dari
pihak berwajib.
i. Pembina Upacara: Pejabat yang ditentukan oleh PP FPTI atau Pengda FPTI tuan rumah.
ii. Pemandu Acara: mengkoordinir jalannya upacara.
iii. Pembawa Acara: membacakan susunan acara satu -per- satu.
iv. Pemandu Upacar: menyiapkan peserta upacara.
v. Pembaca Doa: dari FPTI tuan rumah.
vi. Dirigen: dari FPTI tuan rumah.
vii. Peserta Upacara: Atlit, manajer tim dan ofisial, Ofisial Kompetisi .
c. Upacara Pembukaan ( max. 45 menit )
i. Gladi bersih: dalam waktu 24 jam sebelum Upacara Pembukaan.
ii. Pelaksanaan Upacara Pembukaan ( maksimal 45 menit ):
a) Jalur Pemanjatan ditutup dengan kain penutup agar tidak terlihat oleh atlit yang akan
berkompetisi.
b) Atlit dan offisial menyusun barisan sesuai nama daerah menurtut abjad.
c) Juri membuat barisan paling pinggir.
d) Utusan FPTI menempati tribun kehormatan.
e) Utusan FPTI peserta menempati tribun.
f) Inspektur Upacara tiba di tempat upacara, disambut oleh Ketua Umum FPTI, dan Ketua
Panitia.
g) Barisan disiapkan oleh Komandan Upacara.
h) Menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dipimpin oleh Dirigen.
i) Barisan diistirahatkan.
j) Defile peserta:
• Berurutan sesuai abjad
• Tuan rumah terakhir
• Pada saat melewati podium kehormatan memberikan hormat
k) Laporan Ketua Penyelenggara.
l) Sambutan Ketua Umum FPTI kepada Pembina Upacara.
m) Sambutan dari Pembina Upacara sekaligus membuka Kejurnas.
n) Pemukulan gong atau sejenisnya dan penyerahan tali Pemanjatan atau alat lainnya dari
Pembina Upacara kepada Juri Kepala.
o) Penyerahan Trophy dari Juara Umum Kejurnas sebelumnya kepada Utusan FPTI.
p) Pengucapan Janji Atlit dan Janji Juri (pada saat janji diucapkan semua atlit atau juri harus
mengikutinya dan bendera provinsi ditundukkan ). Naskah Janji Atlit dan Juri sesuai
Lampiran 14 dan Lampiran 15.
q) Pembacaan doa. Naskah doa lihat Lampiran 16.
r) Acara atraksi atau hiburan seni.
s) Lagu mars patriot olahraga (diperdengarkan).
t) Barisan dibubarkan oleh Komandan Upacara.
u) Pemanjatan pertama dilakukan.
v) Pembina Upacara meninggalkan tempat upacara.
d. Upacara Penutupan (maksimal 45 menit)
i. Gladi bersih : jika diperlukan
ii. Pelaksanaan Upacara Penutupan:
a) Atlit dan offisial menyusun sesuai nama daerah.
b) Juri membuat barisan paling pinggir.
c) Jajaran FPTI (Pengurus Pusat FPTI untuk Kejurnas dan Pengurus Daerah FPTI untuk
Kejurda) menempati tribun kehormatan.
d) FPTI peserta menempati tribun.
e) Inspektur Upacara tiba ditempat upacara, disambut oleh Ketua Umum PP FPTI. Ketua
Umum FPTI tuan rumah, dan Ketua Panitia.
f) Barisan disiapkan oleh Komandan Upacara.
g) Menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dipimpin oleh seorang dirigen.
h) Barisan diistirahatkan.
68
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
i) Defile peserta.
j) Laporan Ketua Penyelenggara kepada Ketua Umum FPTI.
k) Sambutan Ketua Umum FPTI kepada Pembina Upacara.
l) Sambutan dari Pembina Upacara sekaligus menutup Kejurnas.
m) Penyerahan tali dari Juri Kepala kepada Pembina Upacara tanda kompetisi telah berakhir.
n) Penyerahan piala Juara Umum oleh Pembina Upacara.
o) Penyerahan bendera FPTI dari FPTI tuan rumah Kejurnas yang baru ditutup kepada FPTI
tuan rumah Kejurnas tahun depan oleh Pembina Upacara.
p) Pembacaan Doa.
q) Acara atraksi atau hiburan seni.
r) Lagu mars Patriot Olahraga (diperdengarkan).
s) Pembina Upacara dipersilahkan meninggalkan tempat upacara.
t) Barisan dibubarkan.
17.4 LAIN-LAIN
a. Hal-hal lain yang belum diatur dalam Bab ini akan diatur kemudian oleh Ketua Umum FPTI.
b. Dengan dikeluarkan pedoman ini maka ketentuan-ketentuan terdahulu yang bertentangan atau
tidak sesuai dengan pedoman ini, dinyatakan tidak berlaku.
69
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
70
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
71
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
LAMPIRAN-LAMPIRAN
72
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
73
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 1
74
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 2
• Karakter dinding harus mempunyai variasi yang signifikan dalam tinggi dan lebar dinding
• Disain dinding dan kerangka harus memenuhi standar nasional yang relevan, di Eropa standar ini adalah EN 12572
• Karakter dinding tidak boleh hanya sebuah struktur 2-D yang sederhana, beberapa unsur 3-Dimensi dan variasi
bentuk harus dibuat.
• Dinding harus di-desain sedemikian rupa sehingga memungkinkan digunakannya semua sisi dinding panjat dengan
kata lain bagian -bagian samping dinding harus ditambahkan
Untuk kompetisi LEAD, unsur-unsur bebas
• Karakter dinding boleh dirubah pada malam hari atau bahkan di antara babak-babak kompetisi
Untuk kompetisi BOULDERS, unsur-unsur wajib
• Harus ada cukup bagian -bagian dari dinding boulder yang berlainan untuk memungkinkan 6 problem dipanjat
dengan serempak, masing-masing dinding boulder harus memiliki sebuah kadar perbedaan yang signifikan dari
diantara dinding Boulder problem yang lain
• Setidak-tidaknya untuk babak final, semua problem harus bisa dilihat dari satu arah, dengan kata lain bahwa semua
problem harus menghadap kearah yang sama
• Matras landasan jatuh harus disediakan dengan ketebalan minimal 30 cm
• Matras harus bersambungan, jika matras terdiri dari susunan terpisah harus di cover, sehingga tidak ada
kemungkinan atlit jatuh diantara sambungan matras.
• Tinggi maksimal seorang pemanjat di atas matras harus 3m, ini diukur dari titik terendah pada tubuh atlit
• Karakter dinding tidak boleh hanya sebuah struktur 2-D yang sederhana, beberapa unsur 3-Dimensi harus dibikin.
• Boulder seharusnya tidak di-disain sedemikian rupa yang mendorong pemanjat untuk memanjat bagian atas boulder
kecuali jika aturan tinggi maksimal tidak terlewati
• Dinding harus didisain sedemikian rupa sehingga memungkinkan digunakannya sisi lain dinding panjat, dengan
kata lain bagian -bagian samping harus ditambahkan
Untuk kompetisi BOULDERS, unsur-unsur bebas
• Boulder-boulder harus ditinggikan dari lantai atau tempat duduk harus diatur untuk memberi sebanyak mungkin
penonton dapat memperoleh sudut pandang yang bagus dari semua boulder problem.
• Jika babak kualifikasi akan dijalankan dengan serentak maka harus ada cukup bagian-bagian yang berlainan dari
boulder untuk memungkinkan 12 problem dipanjat dengan serentak.
Untuk kompetisi SPEED, unsur -unsur wajib
• Tinggi jalur harus 15-20m
• Total Overhang pada dinding maksimal 5 m
• Lebar dinding speed harus 3 m
• Dinding tidak boleh mempunyai roof yang lebih panjang dari 1m
• Dinding harus di-disain untuk menampung 2 jalur dengan panjang/kesulitan/style yang sama
• Masing-masing jalur harus diamankan dengan 2 titik belay, dan diatur sedemikian rupa sehingga tali tidak
mengganggu pemanjat
• Jalur-jalur dan titik belay harus diatur sehingga para pemanjat jatuh menjauh satu sama lain
• Untuk Speed Rekor : - Tinggi jalur 15 m, lebar 3m dan overhang 5
0
• Diusahakan tingkat kesulitan jalur tidak terlalu jauh diantara ke 8 jalur speed estafet.
Untuk kompetisi Speed, unsur-unsur bebas
• Variasai Jalur dan tumpuan selalu berubah pada setiap kompetisi.
75
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 3
76
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 4
Toilet • Toilet harus disediakan di zona isolasi, sebagai sebuah kemutlakan minimal 2 untuk putra dan 2
untuk putri.
• Zona isolasi harus ditempatkan di dalam jarak tempuh 5 menit dengan jalan kaki dari arena
pemanjatan utama.
• Pertimbangan harus diberikan untuk menyediakan transport dari zona isolasi terutama jika
Lokasi
jaraknya melebihi 300m.
• Berbagai sarana untuk menjaga pemanjat tetap hangat dan kering harus disediakan jika
perjalanannya termasuk keluar ruangan.
• Zona isolasi harus memiliki dinding pemanasan.
• Zona isolasi harus memiliki sebuah area dengan tempat duduk untuk semua pemanjat.
Ukuran zona
dan fasilitas • Zona isolasi harus memiliki sebuah area untuk aktivitas aerobik.
umum – • Total area zona harus minimal 2m persegi dari luas lantai per pemanjat.
wajib
• Zona isolasi tidak boleh memiliki telepon umum.
• Sebuah area untuk merokok harus disediakan, ini harus di luar tetapi harus dijaga.
• Zona isolasi seharusnya berada di tempat yang tidak memungkinkan untuk mendengar apa yang
sedang terjadi di arena kompetisi.
Ukuran zona
dan fasilitas • Sebuah area untuk stretching harus disediakan.
umum – • Sebuah area terpisah seharusnya disediakan untuk katering.
bebas
• Koran, majalah panjat dan video panjat seharusnya disediakan begitu juga dengan suatu
‘hiburan’ lainnya.
• Zona isolasi harus benar-benar tertutup dari area publik. Hanya pemanjat, ofisial tim dan ofisial
resmi yang diperbolehkan berada di dalam area.
• Orang lain (seperti: kru TV) hanya diperbolehkan masuk ke zona isolasi jika ada ijin dari Jury
President.
Keselamatan • Pemanjat dan ofisial tim tidak diperbolehkan memiliki (membawa) telepon genggam dan alat-alat
perekam atau transmisi elektronik di dalam zona isolasi. Penyelenggara harus mempunyai
sarana untuk mengumpulkan, memberi label, menyimpan dengan aman dan mengembalikannya
kepada pemilik setelah pemanjat bertanding dalam babak tersebut atau bagi Ofisial Tim ketika
mereka meninggalkan zona isolasi.
• Minuman dingin: Penyelenggara harus menyediakan cukup air untuk pemanjat dalam setiap
babak. Harus ada air mineral dan air bersoda. Akan lebih baik jika ada jus buah dan soft-drink
lainnya.
• Minuman hangat: Penyelenggara harus menyediakan kopi dan teh untuk pemanjat dalam setiap
Catering
babak.
• Makanan: Penyelenggara harus menyediakan buah, kue-kue, sport bar, roti dan roti isi seperti;
keju dan yang lain untuk pemanjat dalam setiap babak.
• Makanan hangat dapat juga disediakan di antara babak-babak.
77
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 5
Formulir Permohonan untuk Even-even FPTI yang masuk Kalender Kompetisi FPTI
Formulir isian harus disampaikan pada saat Rapat Kerja FPTI
Federasi anggota FPTI/penyelenggara
Orang yang bertanggung jawab di dalam f ederasi/
Nomor telepon
E-mail
Even/kategori dan tanggal untuk masing-masing Kategori 1. kategori 2. kategori 3.kategori
penting: harap disebutkan juga tanggal-tambahan untuk
even jika terjadi even-even yang waktunya bersamaan
Alamat venue
Panitia penyelenggara
Telepon dan e-mail
Koordinator
Utusan pers
Komunikasi/PR
Teknis/logistis
Apakah federasi yang mengajukan juga sebagai
penyelenggara utama? Bagaimana tugas-tugas dibagi?
Keterangan perjalanan menuju lokasi even (termasuk
jalan, kereta, pesawat)
Halaman
Hotel-hotel beserta daftar harga kamar: telepon dan
tambahan
nomor fax terkait, dan pilihan pembayaran
Tipe dan gambaran singkat mengenai dinding panjat
yang akan digunakan, termasuk tinggi, lebar dan tingkat
kecondongan keseluruhan (sketsa dinding)
Kapasitas penonton di dalam venue kompetisi
Halaman
Program sementara
tambahan
(sangat penting, terutama bila lebih dari satu kategori
yang diselenggarakan)
78
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 6
Dengan menandatangani kesepakatan ini berarti, FPTI dan Penyelenggara (Pengda FPTI atau klub lokal atau
penyelenggara yang lain) menyetujui untuk diikat oleh Buku PEDOMAN PENYELENGGARAAN KOMPETISI FPTI
dan menyetujui untuk bekerja sama dalam meningkatkan kualitas kompetisi demi kesenangan peserta kompetisi
dan penonton, untuk memaksimalkan promosi dan profil media, dan menambah nilai atas sponsor-sponsor.
FPTI setuju untuk melaksanakan semua tugas yang berasal dari Buku Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi
Panjat Tebing Nasional dan peraturan-peraturan mengenai kompetisi panjat tebing yang berlaku.
Penyelenggara setuju untuk membayar biaya pencantuman pada kalender FPTI untuk (tahun…) sesuai dengan
standar FPTI untuk jenis even y ang berkaitan.
Apabila untuk suatu alasan Penyelenggara membatalkan kompetisi, FPTI tidak akan mengembalikan uang
kalender.
Pelanggaran terhadap peraturan dan garis pedoman bagi penyelenggara akan dikenakan sanksi-sanksi (lihat
secara detail Buku PEDOMAN PENYELENGGARAAN KOMPETISI ). Laporan dari FPTI Delegate dan Jury President
akan relevan untuk pembuatan kalender kompetisi tiap tahun.
Saya menyatakan bahwa saya telah membaca dan memahami Buku PEDOMAN PENYELENGGARAAN KOMPETISI
dan Peraturan Kompetisi FPTI dan bahwa kompetisi berikut diajukan untuk dicantumkan dalam kalender
kompetisi FPTI. Saya menerima kesepakatan mengenai yang berkaitan dengan kompetisi nasional.
Tanggal:...........................................................
Kami menyatakan bahwa penyelenggara dengan nama di atas telah diterima untuk even berikut dalam kalender
kompetisi pada kesepakatan mengenai kompetisi FPTI.
Tanggal : ……………………………………………………………..
79
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 7
Biaya kalender terkait akan dibayarkan kepada FPTI oleh Pengda FPTI atau penyelenggara yang
mengajukan, apabila kompetisi yang diajukan telah secara resmi disetujui atau disetujui dan diakui
dan masuk dalam kalender kompetisi FPTI.
− Kartu Identitas Atlit (baik baru maupun perpanjangan) Rp. 100.000,- /atlit
Biaya kalender harus dibayarkan paling lambat 31 Desember dari tahun yang sudah berjalan. Yang
lainnya pada saat menerima faktur yang berkaitan.
80
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 8
Besarnya uang hadiah yang wajib disediakan oleh penyelenggara, berdasarkan kategori dan kompetisi tingkat
Nasional diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Jumlah minimal dari hadiah yang akan dibagikan kepada peserta kompetisi yang ada dalam peringkat 1
sampai 6, tidak termasuk pajak ditetapkan sebagai berikut:
2. Apabila jumlah total yang diajukan oleh penyelenggara melebihi minimal, jumlah tambahan akan dibagi
untuk semifinalis, sampai dengan peringkat 15, dan jika masih mungkin, untuk menaikkan hadiah bagi 6
pemanjat peringkat teratas mengikuti yang telah ditetapkan dan atau sesuai dengan Panitia
Penyelenggara.
1. Jumlah minimal dari hadiah yang akan dibagikan kepada peserta kompetisi yang ada dalam peringkat 1
sampai 4 tidak termasuk pajak , ditetapkan sebagai berikut:
2. Apabila jumlah total yang diajukan oleh penyelenggara melebihi minimal, jumlah tambahan akan dibagi untuk
¼ finalis (sampai dengan peringkat 8), dan jika masih mungkin, untuk menaikkan hadiah bagi 4 pemanjat
peringkat teratas mengikuti yang telah ditetapkan oleh Dewan Pengurus FPTI, sesuai dengan Panitia
Penyelenggara.
81
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 9
Nomor surat…………………………………..
Nama : ……………………………....................................…
Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Panitia ……………………….[sebutkan nama kompetisi],
bersama ini mengajukan permohonan rekomendasi untuk menyelenggarakan kompetisi panjat
tebing.Untuk maksud tersebut kami lampirkan:
1. Proposal kegiatan.
Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamnya kami ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
Tempat : …………………………………..
Tanggal : ………………………………….
…………………….
Ketua Panitia
82
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 10
DETAIL KOMPETISI
…………………………………………
Ketua Panitia
83
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 11
PERNYATAAN KESEDIAAN
[Kop surat organisasi pemohon]
PERNYATAAN KESEDIAAN
[Materai Rp.6000]
…………………………………………
Saksi-saksi
…………………………………… ………………………………………
Sekertaris Umum Panitia Ketua Umum Organisasi
84
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 12
Honor/hari Honor/hari
Jabatan Kualifikasi kerja Kualifikasi kerja
Chief
Routesetter C-1 Rp. 250.000,- C-2 Rp. 150.000,-
Wall
Maintenance --- Rp. 75.000,- --- ---
2. Ofisial Kompetisi juga berhak mendapatkan akomodasi, konsumsi dan transportasi lokal yang
layak selama melaksanakan tugas.
3. Hari kerja Ofisial Kompetisi dihitung berdasarkan jumlah hari pelaksanaan kompetisi ditambah
jumlah hari persiapan yang dihadiri oleh masing-masing Ofisial Kompetisi. Adalah tugas Jury
President untuk mendata kehadiran masing-masing Ofisial Kompetisi lainnya.
85
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 13
SURAT TUGAS
Kepada penerima tugas ini wajib mengikuti Peraturan Kompetisi Panjat Tebing dan Pedoman
Penyelenggaraan Kompetisi serta peraturan lainnya yang berlaku.
Semua biaya transportasi, akomodasi, dan honor atas penugasan ini menjadi tanggungjawab
Penyelenggara.
Demikian Surat Tugas dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Diterbitkan di: ………………………………………….
Pada tanggal: …………………………………………
Pengurus Pusat/Daerah
Federasi Panjat Tebing Indonesia
…………………………………………
…………………………………………
Jabatan
86
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 14
LEMBAR HASIL PEMANJATAN
KATEGORI: Lead
LEAD
WAKTU PEMANJATAN: ………………………..
NILAI DICAPAI: ………………………..
KATEGORI: Boulder
BOULDER
NOMOR JALUR: ……………….
TOP: YA/TIDAK
JIKA YA, JUMLAH USAHA MENCAPAI TOP: …………………
BONUS: YA/TIDAK
JIKA YA, JUMLAH USAHA MENCAPAI BONUS: ………………..
KATEGORI: Kecepatan
SPEED - FORMAT A
CATATAN WAKTU:
JALUR-A : …………………….
JALUR-B : …………………….
SPEED RECORD
CATATAN WAKTU :
JALUR-A : ………………………….
JALUR-B : ………………………….
SPEED – FORMAT B
CATATAN WAKTU : ………………………..
Category Judge:
………………………………….
87
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 15
Lembar Hasil Pemanjatan Boulders
Isilah tabulasi setiap kali atlit menyentuh bagian dinding boulders, bukan saat atlit meninggalkan
matras (bukan setiap atlit jatuh). Hal ini yang disebut sebagai usaha-pemanjatan (attemp), dan
jika atlit berhasil meraih nilai bonus pada attemp ini beri tanda dengan huruf B pada garis
tabulasinya.
Jika atlit berhasil meraih Tumpuan TOP pada usaha-pemanjatan yang dilakukan, pada contoh Jalur-
Masalah 2 dibawah diberikan tanda dengan huruf T pada attemp ke-5.
Jika atlit meraih Tumpuan TOP tanpa menyentuh Tumpuan Bonus, beri tanda dengan huruf B dan T
pada attemp yang dilakukannya.
Setelah waktu rotasi selesai, pastikan atlit membubuhkan paraf di kolom yang disediakan. Jangan
lupa mengisi nama juri di sebelah kanan nomor Jalur-Masalah dan berikan paraf pada kolom yang
tersedia.
Jika jumlah jalur-masalah kurang dari 6, coret tabel yang tidak digunakan.
Selain mengisi lembar ini, Juri juga mengisi bagian yang sesuai Lampiran 13 untuk diserahkan kepada
operator display untuk diumumkan kepada penonton.
88
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 16
LEMBAR HASIL SETIAP BABAK - PROVISIONAL
LEMBAR HASIL
Category Judge
…………………………………………...
89
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 17
LEMBAR HASIL
…………………………………………... ………………………………
90
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran18
Contoh pemeringkatan kompetisi Jalur-pendek
LEMBAR HASIL PEMANJATAN SETIAP BABAK - PROVISIONAL
[Kop surat kompetisi]
Category Judge
……………………………………………………
KETERANGAN
B=1, artinya atlit berhasil meraih Tumpuan Bonus pada usaha pemanjatan (attemp) pertama.
Atlit yang berhasil TOP walaupun tidak menyentuh Tumpuan bonus, otomatis dihitung telah meraih
Tumpuan Bonus (sesuai Pasal 4.1.14).
AB=3, artinya atlit baru berhasil m eraih Tumpuan bonus setelah melakukan 3 kali usaha
pemanjatan.
Atlit yang tidak berhasil meraih Tumpuan Bonus maupun TOP pada suatu jalur-masalah otomatis
mempunyai nilai
TOP=0, AT=0, B=0, AB=0 tidak peduli berapa kali pun melakukan usaha pemanjatan.
91
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 19
Nama Nilai/Waktu
No. No. ID Klub Daerah
Lengkap Kualifikasi Semi-final Final Rangking
……………………... …………………………
92
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 20
LAPORAN KOMPETISI
LAPORAN KOMPETISI
93
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Jenis
No. Tanggal Waktu Nama dan Alamat Korban Status korban
Cedera
12. Hal yang perlu dilaporkan berkaitan dengan Peraturan Kompetisi Panjat Tebing dan Pedoman
PenyelenggaraanKompetisi Panjat Tebing:
13. Hal/kejadian lain yang dianggap perlu untuk dilaporkan:
14. Lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan:
• Lembar Hasil Setiap Babak Kompetisi
• Lembar Hasil Akhir Kompetisi
Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan
Laporan ini jika diperlukan.
…………………………………………
Nama Jury President
94
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 21
LAPORAN PELAKSANAAN KOMPETISI
Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan
Laporan ini jika diperlukan.
……………………………………
Nama FPTI Delegate
95
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 22
LAPORAN PENYELENGARAAN KOMPETISI
3. Penilaian terhadap:
c) Jalannya kompetisi
Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan
Laporan ini jika diperlukan.
…………………………………………..
96
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 23
PENDAFTARAN KEJURNAS KELOMPOK UMUR
[Kop surat Pengda FPTI]
Diisi di : ………………………………….
Tanggal :…………………………………..
Pengurus Daerah ………………………….
Federasi Panjat Tebing Indonesia
…………………………………………….
Ketua Umum/Sekertaris Umum
* Formulir ini harus disampaikan ke Pengurus Pusat FPTI untuk Kejurnas/Kejurnas Kel Umur, atau ke
Pengda FPTI untukKejurda/Kejurda Kel Umur.
97
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 24
STRUKTUR ORGANISASI KOMPETISI
98
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 25
JANJI ATLIT
99
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 26
JANJI JURI
100
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 27
NASKAH DOA
NASKAH DOA
Engkau Maha Pengasih, tuntunlah kami dalam melaksanakan kompetisi* (hidup*) ini
agar dapat berjalan sesuai harapan kami.
Engkau Maha Kuasa, berilah kekuatan kepada kami untuk dapat berlaku sportif.
Ya Allah Tuhan yang Maha Bijaksana, jangan jadikan sombong ketika kami juara, dan
jangan jadikan kami putus harapan ketika kami kalah. Berilah kami kekuatan dan
ketabahan untuk menerima hasil kompetisi yang akan* (telah*) dilaksanakan.
Ya Allah, Engkau Maha Pengampun, ampunilah dosa dan kesalahan kami, dosa
kesalahan ibu-bapak kami, dosa dan kesalahan semua umat manusia .
Amin.
101
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
Lampiran 28
102
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia
103
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010