Você está na página 1de 111

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

i
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Tim Penyusun:
Hendri C Wijaya
Suhardi
Wahyu Pristiawan Buntoro
Endi Gunardi
Yudistiro
Dedy Firdaus
Editor – Teks: Adiseno
Editor- Layout : Suhardi
Design Cover : Endi Gunardi
Setting: Font Tahoma 10, dicetak diatas kertas ukuran A5 dengan HP LaserJet 1160.

Hak cipta dipegang oleh Federasi Panjat Tebing Indonesia. Jika menyunting isi buku ini mohon disebutkan pemegang hak
cipta. Buku ini dapat diperbanyak tanpa ijin, kecuali untuk tujuan komersil harus mendapat ijin tertulis dari FPTI.
File dalam bentuk pdf dapat diakses di website FPTI.
Saran atau komentar mohon disampaikan melalui email ke pp_fpti@yahoo.com.

ii
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI iii


KATA PENGANTAR vii

1. FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA 1


1.1 PENDAHULUAN 1
1.2 TUGAS FPTI 1
1.3 KOMPETISI/KEJUARAAN 1
1.4 OFISIAL KOMPETISI 2
1.5 ORGANISASI FPTI 6
1.6 PENGDA FPTI, PENYELENGGARA, SPONSOR DAN MEDIA 6
2. ORGANISASI KOMPETISI 7
2.1 REKOMENDASI KOMPETISI 7
2.2 PERMOHONAN UNTUK MENYELENGGARAKAN SEBUAH KOMPETISI
YANG DIAKUI DAN DISETUJUI OLEH FPTI 9
2.3 FASILITAS-FASILITAS KOMPETISI 10
2.4 PANITIA PENYELENGGARA 11
2.5 DINDING PANJAT DAN PEMBUATAN JALUR 12
2.6 ZONA ISOLASI DAN AREA PEMANASAN 12
2.7 KESELAMATAN/SAFETY 13
2.8 PENGUKURAN KETINGGIAN DAN PENGATURAN WAKTU 16
2.9 PENGUMUMAN HASIL DAN TAYANGAN VIDEO 16
2.10 DAFTAR PESERTA KOMPETISI 17
2.11 PEREKAMAN VIDEO PADA JALUR KOMPETISI 18
2.12 FASILITAS MEDIS 19
2.13 TES ANTI-DOPING 18
2.14 SIARAN TELEVISI 20
2.15 FASILITAS MEDIA 20
2.16 UPACARA 21
2.17 BIAYA KOMPETISI, UANG HADIAH DAN PENGHARGAAN 21
2.18 ASURANSI 22
2.19 SERTIFIKAT PARTISIPASI 23
2.20 LAPORAN KOMPETISI 23
3. PENYELENGGARA KOMPETISI, ATLIT, TIM DAN OFISIAL 25
3.1 PENDAHULUAN 25
3.2 KUOTA TIM – PESERTA DAN OFISIAL 25
3.3 BATAS WAKTU PENDAFTARAN PESERTA 25
3.4 PERLENGKAPAN DAN PAKAIAN TIM 26
4 PRASARANA, SARANA DAN PERSONIL KOMPETISI 27
4.1 PENDAHULUAN 27
4.2 PENYEDIAAN PRASARANA KOMPETISI 27
4.3 PENYEDIAAN SARANA PERALATAN KOMPETISI 29
4.4 PENYEDIAAN FASILITAS MEDIS 30
iii
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

4.5 PENYEDIAAN PERSONIL/ASISTEN KOMPETISI 30

5. PERATURAN UMUM KOMPETISI 31


5.1 KATEGORI KOMPETISI DAN NOMOR KOMPETISI 31
5.2 KESELAMATAN /SAFETY 32
5.3 PROSEDUR PENANGANAN KECELAKAAN 33
5.3 PROSEDUR PENGUNDIAN DALAM KOMPETISI 33
5.4 PERTEMUAN TEKNIS (TECHNICAL MEETING) 34
6. PERATURAN KOMPETISI LEAD 35
6.1 PENDAHULUAN 35
6.2 OBSERVASI JALUR 35
6.3 PERCOBAAN PEMANJATAN 35
6.4 BELAYING DAN KESELAMATAN 35
6.5 PROSEDUR PEMANJATAN 36
6.6 PERINGKAT SETIAP BABAK KOMPETISI 37
6.7 KUOTA SETIAP BABAK KOMPETISI 38
7. PERATURAN KOMPETISI MULTIPITCH 39
7.1 UMUM 39
7.2 KESELAMATAN DAN BELAYING 39
7.3 PROSEDUR PEMANJATAN 39
7.4 JUMLAH ATLIT DAN BABAK KOMPETISI 40
7.5 PROSEDUR PENILAIAN 40
7.6 PERINGKAT SETIAP BABAK 41
7.7 PENGHENTIAN PEMANJATAN 41
7.8 ATURAN TAMBAHAN 41
8 PERATURAN KOMPETISI BOULDERS 43
8.1 UMUM 43
8.2 PROSEDUR PEMANJATAN 44
8.3 PERINGKAT SETIAP BABAK 44
9 PERATURAN KOMPETISI SPEED 45
9.1 UMUM 45
9.2 JALUR PEMANJATAN 45
9.3 KESELAMATAN 45
9.4 PENGHITUNGAN WAKTU PEMANJATAN URUTAN PEMANJATAN 46
9.5 PENGUMUMAN HASIL 46
9.6 URUTAN PEMANJATAN DAN PERINGKAT ATLIT 46
9.7 DEMONSTRASI DAN PERIODE OBSERVASI 49
9.8 PROSEDUR PEMANJATAN 49
9.9 INSIDENT TEKNIS 50
10 PERATURAN KOMPETISI SPEED ESTAFET 51
10.1 UMUM 51
10.2 PROSEDUR PEMANJATAN SPEED ESTAFET 51
10.3 JUMLAH ATLIT DAN BABAK KOMPETISI 51
10.4 PENILAIAN KOMPETISI SPEED ESTAFET 52
11 KOMPETISI PANJAT TEBING TINGKAT NASIONAL, PROVINSI
DAN KABUPATEN/KOTA 53
11.1 PENGERTIAN 53
11.2 PENGHARGAAN DALAM KOMPETISI 53

iv
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

11.3 PERSYARATAN MENGIKUTI KOMPETISI 54


11.4 WAKTU PENYELENGGARAAN KOMPETISI 54
11.5 TANGGUNG JAWAB ATLIT 54
11.6 TANGGUNG JAWAB PENYELENGGARA 54
12 KEJUARAAN NASIONAL (KEJURNAS/KEJURDA) PANJAT TEBING FPTI 55
12.1 PENGERTIAN 55
12.2 KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI 55
12.3 KUOTA ATLIT DAN OFISIAL 55
12.4 PENGHARGAAN DALAM KEJURNAS/KEJURDA FPTI 56
12.5 NOMOR KOMPETISI DAN ALOKASI ATLIT PADA TIAP NOMOR KOMPETISI 56
12.6 BIAYA ADMINISTRASI PESERTA 57
12.7 LAIN-LAIN 58
13 KEJUARAAN NASIONAL (KEJURNAS/KEJURDA) FPTI KELOMPOK UMUR 59
13.1 PENGERTIAN 59
13.2 PENGELOMPOKAN UMUR 59
13.3 KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI 59
13.4 KUOTA ATLIT DAN OFFISIAL 59
13.5 ALOKASI ATLIT PADA TIAP NOMOR KOMPETISI 60
13.6 BIAYA ADMINISTRASI PESERTA 60
13.7 LAIN-LAIN 60
14 SIRKUIT PANJAT TEBING INDONESIA 61
14.1 PENGERTIAN 61
14.2 PENYELENGGARAAN SIRKUIT 61
14.3 KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI 61
14.4 KUOTA ATLIT DAN OFISIAL 61
14.5 PENGHARGAAN PADA SETIAP SERI SIRKUIT 62
14.6 BIAYA ADMINISTRASI PESERTA 62
14.7 LAIN-LAIN 62
15 KEJUARAAN NASIONAL ANTAR PELAJAR 63
15.1 PENDAHULUAN 63
15.2 PEMBAGIAN KELOMPOK PELAJAR 63
15.3 OFISIAL KOMPETISI FPTI 63
15.4 KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI 64
15.5 KUOTA ATLIT DAN OFISIAL 64
15.6 ADMINISTRASI DAN PENDAFTARAN PESERTA 64
16 PERINGKAT FPTI 65
16.1 PENGERTIAN 65
16.2 FORMAT TAMPILAN 65
16.3 PERHITUNGAN DAN PENERBITAN PERINGKAT 65
16.4 TUTUP BUKU DAN AWAL BUKU 65
16.5 PENGHARGAAN 65
16.6 IMPLEMENTASI PERINGKAT FPTI 66
17 ADMINISTRASI KEJUARAAN NASIONAL (KEJURNAS/(KEJURDA) FPTI
DAN KEJUARAAN NASIONAL (KEJURNAS/(KEJURDA) FPTI
KELOMPOK UMUR 67
17.1 PEMBAGIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB 67

v
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

17.2 PERIJINAN 68

17.3 UPACARA PEMBUKAAN DAN PENUTUPAN 68


17.4 LAIN-LAIN 70

DAFTAR KATA DAN ISTILAH 71

APENDIKS
Lampiran 1 Tata Ruang Kompetisi 75
Lampiran 2 Spesifikasi Dinding Panjat 76
Lampiran 3 Topo Jalur Speeed Rekor 77
Lampiran 4 Spesifikasi Fasilitas Zona Isolasi 78
Lampiran 5 Form Permohonan untuk Even FPTI 79
Lampiran 6 Kesepakatan mengenai Penyelenggaraan Kompetisi Antara FPTI
dengan Penyelenggaran 80
Lampiran 7 Biaya Kalender Kompetisi FPTI dan Biaya Administrasi 81
Lampiran 8 Standarisasi Uang Hadiah 82
Lampiran 9 Form Permohonan Rekomendasi Kompetisi Panjat Tebing 83
Lampiran 10 Formulir Detail Kompetisi 84
Lampiran 11 Pernyataan Kesediaan 85
Lampiran 12 Renumerasi Honor Ofisial Kompetisi FPTI 86
Lampiran 13 Form Surat Tugas Ofisial Kompetisi FPTI 87
Lampiran 14 Lembar Hasil Pemanjatan 88
Lampiran 15 Lembar Hasil Pemanjatan Boulder 89
Lampiran 16 Lembar Hasil Pemanjatan Provisional 90
Lampiran 17 Lembar Hasil Pemanjatan Setiap Babak 91
Lampiran 18 Lembar Hasil Pemanjatan Setiap Babak Provisional 92
Lampiran 19 Lembar Hasil Akhir Kompetisi 93
Lampiran 20 Laporan Kompetisi 94
Lampiran 21 Laporan Pelaksanaan Kompetisi 96
Lampiran 22 Laporan Penyelenggaraan Kompetisi 97
Lampiran 23 Form Pendaftaran Kejurnas FPTI 98
Lampiran 24 Struktur Organisasi Kompetisi FPTI 99
Lampiran 25 Naskah Janji Atlit 100
Lampiran 26 Naskah Janji Juri 101
Lampiran 27 Naskah Do’a 102
Lampiran 28 Contoh Sertifikat Partisipasi 103

vi
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

KATA PENGANTAR

Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi FPTI ini adalah pengembangan dari Pedoman kompetisi FPTI
versi sebelumnya. Sebagian besar isinya diambil murni dari IFSC Rules 2007 dan ICC Hand Book
Organiser 2005, yang diterbitkan secara terpisah oleh bidang Kompetisi FPTI, serta dokumen-
dokumen baru yang terfokus pada peraturan Sport Climbing, dan tata cara penyelenggaraan
Kompetisi Panjat Tebing. Peraturan-peraturan baru serta perubahan-perubahan yang telah
ditambahkan pada pembaharuan tahunan komisi regulasi IFSC, ditambah sedikit penyesuaian-
penyesuaian dari FPTI.
Kami berharap Pedoman Penyelenggaran Kompetisi FPTI 2010 ini dapat berguna bagi kemajuan
dunia kompetisi panjat tebing nasional dan tentu saja bagi seluruh yang terlibat didalamnya (Pengda
FPTI diseluruh Indonesia, para atlit dan tim ofisial, para penyelenggara kompetisi) dan semua pihak.

Jakarta, Januari 2010

FH.Mutter W.Pristiawan Buntoro


Ketua Harian FPTI Wk.Ka.Biro Kompetisi

vii
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

viii
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

1 FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA

1.1 PENDAHULUAN Federasi Panjat Tebing Indonesia (selanjutnya disingkat FPTI) bertanggung
jawab terhadap administrasi serta pengembangan segala aspek yang berhubungan dengan olahraga
dan kompetisi panjat tebing nasional. FPTI mempunyai kewenangan terhadap semua kompetisi panjat
tebing nasional, seperti diatur dalam pasal 1.2 dibawah. Adapun tanggung jawab FPTI adalah sebagai
berikut:

a. Melakukan pengawasan pada semua aspek teknis dan aspek lain yang berhubungan dengan
olahraga panjat tebing.

b. Menerima permohonan dari calon-calon penyelenggara untuk mengorganisir dan/atau


menyelenggarakan kompetisi/kejuaraan.

c. Menyetujui permohonan tersebut berkenaan dengan kemajuan olahraga panjat tebing setelah
menilai kemampuan pengorganisasian dan pendanaan.

d. Seluruh kompetisi yang telah disetujui atau disetujui dan diakui FPTI harus diselenggarakan dan
dijalankan dengan benar berdasarkan pada peraturan dan aturan yang telah ditetapkan.

1.2 TUGAS FPTI

a. Mengenai organisasi kompetisi panjat tebing nasional, tugas-tugas FPTI adalah:

i. Menerima semua permohonan untuk menyelenggarakan kompetisi yang disetujui FPTI


dan/atau, disetujui dan diakui FPTI.

ii. Mengurusi semua hal, baik yang berhubungan dengan masalah umum maupun hal-hal teknis
kompetisi panjat tebing disetujui FPTI dan/atau, disetujui dan diakui FPTI.

iii. Menyebarkan semua informasi mengenai kompetisi yang diakui dan/atau diselenggarakan oleh
FPTI.

iv. Menyebarkan dan mensosialisasikan peraturan-peraturan kompetisi panjat tebing dan


informasi-informasi penting lainnya.

v. Melakukan publikasi resmi mengenai semua hasil kompetisi, Peringkat Sirkuit Nasional dan
Peringkat Berjalan Nasional dan informasi resmi lainnya.

1.3 KOMPETISI/KEJUARAAN

a. Hanya anggota FPTI, atau organisasi-organisasi khusus yang telah dikenal oleh FPTI yang
diperbolehkan untuk mengajukan permohonan menyelenggarakan sebuah kompetisi yang diakui
dan atau disetujui dan diakui oleh FPTI.

b. Kompetisi panjat tebing nasional yang memerlukan rekomendasi untuk disetujui atau disetujui dan
diakui FPTI adalah sebagai berikut:

i. Jenis Kejuaraan, yang terdiri dari:

a). Terbuka.

b). Militer.
1
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

c). Kelompok Umur.

d). Pelajar.

ii. Tingkat Kejuaraan, yaitu:

a). Nasional.

b). Regional (beberapa provinsi yang berada dalam satu wilayah).

c). Provinsi/Daerah.

d). Kabupaten/Kota.

iii. Kejuaraan/kompetisi yang harus direkomendasi FPTI, yaitu:

a). Sirkuit Nasional.

b). Kejuaraan Nasional FPTI.

c). Kejuaraan Nasional Kelompok Umur FPTI.

d). Kejuaraan Nasional Antar Pelajar.

e). Kompetisi Regional.

f). Kompetisi Regional Kelompok Umur.

g). Kejuaraan Daerah / Sirkuit Daerah.

h). Even Kompetisi Nasional dan Daerah.

c. Dalam suatu kejuaraan/kompetisi dapat terdiri dari lebih dari satu jenis atau tingkat
kejuaraan/kompetisi.

d. Hanya atlit pemegang Kartu Identitas FPTI (A1 atau A0) yang masih berlaku yang berhak
mengikuti kejuaraan/kompetisi yang disetujui dan diakui oleh FPTI dan menjadi dasar
penghitungan peringkat Nasional.

1.4 OFISIAL KOMPETISI FPTI

a. FPTI mempunyai hak untuk secara resmi menentukan Ofisial Kompetisi dalam setiap
kejuaraan/kompetisi yang diakui FPTI, sesuai ayat 1.4.2

b. Ofisial Kompetisi FPTI terdiri dari:

i. FPTI Delegate, dan

ii. Juri Kompetisi, yang terdiri dari:

a). Jury President

b). Category Judge

c). Chief Routesetter

d). Route Judge

c. Hak dan wewenang Ofisial Kompetisi.

i. FPTI Delegate

2
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

a). Adalah pejabat FPTI yang ditunjuk untuk melakukan pengawasan aspek teknis dan
nonteknis dalam suatu kejuaraan/kompetisi.

b). Mempunyai kewenangan penuh untuk memastikan bahwa semua fasilitas dan pelayanan
telah disediakan oleh penyelenggara kompetisi (seperti: pendaftaran atlit dan lainnya,
pelayanan medis, media dan sebagainya) yang sesuai dengan peraturan FPTI.

c). FPTI Delegate mempunyai hak untuk menghadiri setiap pertemuan dengan penyelenggara
kompetisi.

d). Pada setiap rapat terkait dengan kompetisi dan penjurian, FPTI Delegate mempunyai
kapasitas sebagai penasehat.

e). Jika Jury President berhalangan atau belum tiba di area kompetisi, FPTI Delegate akan
bertindak atas nama Jury President di dalam area kompetisi.

f). Mengkoordinir masalah teknis dan non-teknis kompetisi selama berlangsungnya

kejuaraan/kompetisi.

g). FPTI Delegate harus membuat laporan kompetisi secara detil kepada FPTI.

ii. Jury President

a). Mempunyai kualifikasi yang sesuai sebagai juri dalam kompetisi. Kualifikasi yang
bersangkutan sebagai juri ditetapkan tersendiri oleh FPTI.

b). Jury President memiliki kewenangan penuh di dalam daerah kompetisi (lay out Zona
Kompetisi lihat Lampiran 1), termasuk yang berkaitan dengan aktivitas media massa dan
semua pihak lain yang telah ditunjuk oleh penyelenggara.

c). Jury President mempunyai kewenangan mencakup semua aspek dari jalannya kompetisi
dan memimpin semua rapat dan pertemuan resmi lainnya.

d). Memimpin pertemuan teknis (technical meeting) atau pertemuan penyelenggaraan


(organizational meeting) dengan penyelenggara kompetisi, ofisial tim, atlit dan pihak lain.

e). Jury President diwajibkan untuk membuat laporan lengkap mengenai teknis jalannya
kompetisi kepada FPTI dengan format yang sudah ditetapkan oleh FPTI.

f). Memberi penilaian terhadap calon Juri Kompetisi yang sedang menjalani tahap akhir dari
program pelatihan atau sertifikasi kualifikasi nasional.

iii. Category Judge

a). Mempunyai kualifikasi yang sesuai sebagai Juri kompetisi. Kualifikasi yang bersangkutan
sebagai juri ditetapkan tersendiri oleh FPTI.

b). Category Judge adalah seorang Wasit Nasional yang ditunjuk oleh FPTI untuk membantu
Jury President dalam menjalankan semua aspek penjurian dalam suatu
kejuaraan/kompetisi.

c). Category Judge dibantu oleh Wasit Jalur (Route Judge) dan/atau Wasit Boulder Problem
(Boulders Judge) untuk kategori Boulder.

3
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

iv. Chief Routesetter

a). Mempunyai kualifikasi yang sesuai sebagai pembuat jalur (routesetter) dalam kompetisi.
Kualifikasi yang bersangkutan sebagai juri ditetapkan tersendiri oleh FPTI.

b). Bertanggung jawab untuk memeriksa standar teknis dan keselamatan dari setiap jalur atau
Boulder Problem dalam suatu kompetisi.

c). Chief Routesetter bertanggung jawab untuk merencanakan dan mengkoordinasikan semua

aspek yang berhubungan dengan pembuatan dan pengaturan jalur yang akan digunakan

dalam kompetisi, termasuk desain dari setiap jalur, pemasangan tumpuan dan peralatan

lain yang berhubungan dengan peraturan kompetisi.

d). Chief Routesetter dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh beberapa pembuat jalur (tim

routesetting).

e). Memberi masukan Jury President pada setiap permasalahan teknis dalam area kompetisi.

f). Menyiapkan dan menyusun topo jalur Lead lengkap dengan nilai, memberi masukan

penentuan posisi kamera serta menentukan alokasi waktu pemanjatan untuk setiap jalur.

g). Memberi penilaian terhadap calon Juri Kompetisi dan calon Routesetter yang sedang

menjalani tahap akhir dari program pelatihan atau sertifikasi kualifikasi nasional.

h). Chief Routesetter diwajibkan untuk membuat laporan lengkap mengenai semua jalur yang

dipergunakan dalam kompetisi kepada FPTI dengan format yang sudah ditetapkan oleh

FPTI.

v. Route Judge (Juri Jalur)

Route Judge bertugas membantu tugas penjurian dan bertanggung jawab pada Category

Judge. FPTI Delegate, Jury President, Category Judge, Chief Routesetter dan Route Judge (Juri

Jalur) bersama-sama tergabung dalam Juri Kompetisi FPTI (FPTI Judge)

d. Ofisial Kompetisi yang bertugas wajib mendapat surat mandat penugasan dari FPTI.

e. Penyelenggara wajib menyediakan personil untuk membantu Jury President dan Chief Routesetter
sesuai kebutuhan atas pembiayaan dan tanggungjawab penyelenggara. Struktur Organisasi
Kompetisi sesuai Lampiran 24.

f. Penerbitan Surat Tugas

i. FPTI mempunyai kewenangan untuk menerbitkan Surat Tugas kepada Ofisial Kompetisi yang
akan melaksanakan suatu kejuaraan/kompetisi.

ii. Surat Tugas harus sudah diterbitkan paling lambat 15 (lima belas) hari kalender sebelum
tanggal pelaksanaan kejuaraan/kompetisi, format surat tugas sesuai Lampiran 13.

iii. Surat Tugas dinyatakan sah jika ditanda tangani oleh salah seorang pejabat berikut :

4
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

• Ketua Umum,

• Ketua Harian/Wakil Ketua Umum,

• Sekretaris Umum.

g. Mekanisme Penunjukkan Ofisial Kompetisi

Mengacu pada ayat 1.4.6 di atas, mekanisme Penugasan Ofisial Kompetisi adalah sebagai berikut:

i. FPTI Delegate.

Adalah orang pribadi anggota pengurus FPTI yang mengerti dan memahami seluruh peraturan
yang ada dalam Peraturan Kompetisi Panjat Tebing dan Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi
Panjat Tebing termasuk Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga FPTI, tapi tidak perlu
mempunyai kualifikasi sebagai Juri Kompetisi FPTI.

a). Untuk kejuaraan/kompetisi tingkat Kabupaten/Kota dan provinsi, penerbitan Surat


Tugas FPTI Delegate, menjadi kewenangan Pengurus Daerah FPTI.

b). Untuk kejuaraan/kompetisi tingkat Regional dan Nasional penerbitan Surat Tugas FPTI
Delegate menjadi kewenangan Pengurus Pusat FPTI.

c). Surat Tugas untuk FPTI Delegate dapat disatukan dengan Surat Tugas untuk Juri
Kompetisi.

ii. Juri Kompetisi.

a). Setelah menerima Surat Rekomendasi Kompetisi (lihat pasal 2), berkaitan dengan Juri
Kompetisi (Jury President, Chief Routesetter), Penyelenggara melakukan koordinasi
dengan Pengurus Daerah FPTI untuk menentukan nama Ofisial Kompetisi. Daftar
nama dapat dilihat di website FPTI.

b). Berdasarkan daftar nama tersebut diatas dan masukan dari Pengda FPTI,
Penyelenggara menentukan Ofisial Kompetisi (selain FPTI Delegate) yang akan
menangani kejuaraan/kompetisi yang akan diselenggarakan. Selanjutnya
penyelenggara mengajukan secara resmi kepada FPTI.

c). Selanjutnya FPTI akan menerbitkan Surat Tugas kepada Ofisial Kompetisi.

d). Untuk kompetisi tingkat Kabupaten/Kota dan provinsi penerbitan Surat Tugas menjadi
kewenangan Pengda FPTI, sedangkan untuk Kejuaraan/kompetisi tingkat Regional dan
Nasional penerbitan Surat tugas menjadi kewenangan Pengurus pusat FPTI.

e). Semua biaya yang timbul dari penunjukkan dan penugasan Ofisial Kompetisi menjadi
tanggung jawab Penyelenggara kecuali Kejurnas FPTI akan diatur tersendiri.

h. Renumerasi Ofisial Kompetisi.

i. Semua biaya yang timbul berkaitan dengan penunjukkan dan penugasan Ofisial Kompetisi,
terkecuali Kejurnas FPTI, Pra PON dan PON menjadi tanggung jawab Penyelenggara.

5
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

ii. Biaya dimaksud diantaranya adalah transport menuju tempat kompetisi pergi-pulang, honor
selama kegiatan kompetisi, akomodasi dan konsumsi selama kejuaraan/kompetisi
berlangsung.

iii. Standar honor Ofisial Kompetisi diatur dalam Lampiran 12 Pedoman Penyelenggaraan
Kompetisi FPTI.

1.5 ORGANISASI FPTI

a. FPTI telah diakui sebagai federasi anggota oleh Komite Olah Raga Nasional (KON) dan Komite
Olahraga Internasional (KOI). FPTI juga merupakan anggota dari International Federation Sport
Climbing (IFSC) dan Union Internationale Des Associations D’Alpinisme (UIAA)

b. Struktur organisasi FPTI digambarkan secara terperinci dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga.

1.6 PENGDA FPTI, PENYELENGGARA, SPONSOR DAN MEDIA

a. Adalah merupakan tanggung jawab dari Pengda FPTI, semua penyelenggara kompetisi dan
mereka yang berhubungan dengan kompetisi yang disetujui FTPI dan/atau disetujui dan diakui
FPTI, baik bekerja secara langsung maupun bekerja sama dengan FPTI, penyelenggara kompetisi,
harus:

i. Secara sukarela menerima bahwa promosi, pengembangan dan administrasi yang


berhubungan dengan kompetisi panjat tebing dikontrol sepenuhnya oleh FPTI.

ii. Menjamin bahwa tidak ada bantuan keuangan atau perjanjian lain yang akan diterima
organisasi (misal;televisi, sponsor kompetisi, dll), yang dikhawatirkan akan menimbulkan
konflik dengan perjanjian yang telah dibuat dengan FPTI tanpa terlebih dahulu mengajukan
permohonan tertulis kepada FPTI.

iii. Setiap saat meminta nasehat dan persetujuan dari FPTI berkenaan dengan segala keputusan
yang mungkin bertentangan dengan tujuan utama dari olahraga (panjat tebing).

Penyelenggara tidak diperkenankan menggunakan suatu nama selain yang diakui oleh FPTI
(misalnya; Sirkuit Nasional FPTI, Kejuaraan Nasional FPTI). Segala perubahan atau
penambahan yang dicantumkan dalam semua dokumen resmi (termasuk iklan) tunduk pada
ketetapan FPTI. Logo FPTI harus dicantumkan dalam semua dokumen resmi, termasuk
lembar hasil press release, dll.

6
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

2 ORGANISASI KOMPETISI

2.1 REKOMENDASI KOMPETISI


a. Surat Rekomendasi Kompetisi Panjat Tebing (SRK) akan diklasifikasikan menjadi:
a) Kompetisi yang disetujui .
Yaitu semua kompetisi yang memenuhi standar minimal pelaksanaan kompetisi sesuai dengan
Peraturan Kompetisi serta Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing.
b) Kompetisi yang disetujui dan diakui.
Yaitu semua kompetisi yang disetujui dan memenuhi standar Pelaksanaan Kompetisi sesuai
dengan Peraturan Kompetisi serta Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi panjat Tebing dan
memenuhi kriteria untuk masuk kedalam salah satu seri Sirkuit Nasional, serta dijadikan dasar
penghitungan Peringkat Nasional.
b. Suatu kompetisi akan mendapat Surat Rekomendasi Kompetisi untuk menjadi kompetisi yang
disetujui, Penyelenggara harus memenuhi aturan sebagai berikut:
i. Mengajukan permohonan penyelenggaraan kompetisi secara tertulis (format Permohonan
Rekomendasi Kompetisi Panjat Tebing dan Formulir Detil Kompetisi sesuai Lampiran 9 dan
Lampiran 10) kepada FPTI dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum tanggal
pembukaan kompetisi.
ii. Formulir Permohonan SRK yang sudah lengkap harus sudah diterima paling lambat 60
(enampuluh) hari kerja sebelum tanggal pembukaan kompetisi.
iii. Melampirkan rekomendasi tertulis penyelenggaraan kegiatan dari organisasi induk dimana
Penyelenggara bernaung.
iv. Melampirkan Pernyataan Kesediaan (dengan format sesuai Lampiran 6 dan 11) bermaterai
cukup yang isinya akan:
a) Menyelenggarakan kompetisi sesuai dengan peraturan kompetisi yang berlaku.
b) Menanggung biaya transport, akomodasi, dan honor Ofisial Kompetisi selama
kompetisi berlangsung yang besarnya disepakati secara tertulis antara Penyelenggara
dan masing-masing Ofisial Kompetisi.
c) Membuat dan mengirim Laporan Resmi Kegiatan kepada FPTI paling lambat 14 (tiga
puluh) hari sejak tanggal penutupan kompetisi.
d) Memenuhi janji untuk memberikan hadiah sebesar yang disebutkan.
e) Membayar uang administrasi rekomendasi kompetisi kepada FPTI sebesar:
1. Rp1.000.000 (Satu juta rupiah) untuk kompetisi tingkat nasional dan,
2. Rp500.000 (lima ratus ribu rupiah) untuk kompetisi tingkat provinsi ,
3. Rp250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) untuk kompetisi tingkat
kabupaten/kota.
v. Pembayaran uang administrasi dilakukan pada saat serah terima surat rekomendasi.
c. Suatu kompetisi akan mendapat Surat Rekomendasi Kompetisi untuk menjadi kompetisi yang
disetujui FPTI dan/atau disetujui dan diakui FPTI, Penyelenggara harus memenuhi aturan sebagai
berikut:
7
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

i. Mengajukan permohonan penyelenggaraan kompetisi secara tertulis (Format surat


permohonan dan Form Detil Kompetisi sesuai Lampiran 5 dan 9) kepada FPTI pada saat
diselenggarakan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) FPTI, atau mengajukan permohonan
tertulis dalam waktu paling lambat 4 (empat) bulan sebelum tanggal pembukaan kompetisi.
ii. Mengembalikan Formulir Permohonan SRK yang sudah lengkap ke FPTI paling lambat 5
(lima) bulan setelah permohonan penyelenggaraan even disetujui.
iii. Melampirkan rekomendasi tertulis penyelenggaraan kegiatan dari organisasi induk dimana
Penyelenggara bernaung.
iv. Prosedur pengajuan permohonan Even sesuai dengan pasal 2.2 b-e dibawah.
v. Melampirkan Pernyataan Kesediaan (dengan format sesuai Lampiran 6 dan 11) bermaterai
cukup yang isinya akan:
a) Menyelenggarakan kompetisi sesuai dengan peraturan kompetisi yang berlaku.
b) Menanggung biaya transport, akomodasi, dan honor Ofisial Kompetisi selama kompetisi
berlangsung yang besarnya disepakati secara tertulis antara Penyelenggara dan masing-
masing Ofisial Kompetisi.
c) Membuat dan mengirim Laporan Resmi Kegiatan kepada FPTI paling lambat 14 (empat
belas) hari sejak tenggal penutupan kompetisi.
d) memenuhi janji untuk memberikan hadiah sebesar yang disebutkan.
e) Membayar uang administrasi rekomendasi kompetisi kepada FPTI sebesar:
1. Rp1.000.000 (satu juta rupiah) untuk kompetisi tingkat nasional dan
2. Rp500.000 (lima ratus ribu rupiah) untuk kompetisi tingkat provinsi
3. Rp250.000 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) untuk kompetisi tingkat
kabupaten/kota
vi. Pembayaran uang administrasi dilakukan pada saat serah terima surat rekomendasi.

d. Distribusi uang Administrasi:


i. Untuk kompetisi tingkat nasional: 40% untuk Pengurus Pusat FPTI, masing-masing
30% untuk Pengurus Daerah FPTI dan 30% untuk Pengurus Cabang FPTI tempat
kompetisi akan dilaksanakan.
ii. Untuk kompetisi tingkat provinsi : 40% untuk Pengurus Daerah FPTI dan 60%
untuk Pengurus Cabang FPTI tempat kompetisi akan dilaksanakan.
iii. Untuk kompetisi tingkat kabupaten/kota: 100% untuk Pengurus Cabang FPTI tempat
kompetisi akan dilaksanakan.
e. Penerbitan Surat Rekomendasi Kompetisi (SRK):
i. Penerbitan SRK merupakan wewenang dari FPTI. Untuk itu FPTI dapat melakukan
peninjauan lapangan berkaitan dengan sarana kompetisi, kesiapan Penyelenggara, dan
aspek lain berkaitan dengan kompetisi yang akan diselenggarakan. Biaya perjalanan ke
tempat kompetisi pergi-pulang, akomodasi, dan konsumsi berkaitan dengan
peninjauan lapangan ini menjadi tanggung jawab Penyelenggara yang mengajukan
permohonan kompetisi.

8
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

ii. SRK akan diterbitkan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah formulir yang
telah diisi lengkap diterima dan semua syarat dipenuhi.
iii. Penerbitan SRK:
a) Tingkat nasional dan regional, termasuk untuk kelompok umur, SRK akan
diterbitkan oleh Pengurus Pusat FPTI.
b) Tingkat provinsi , termasuk kelompok umur, SRK diterbitkan oleh Pengurus
Daerah FPTI provinsi tempat kompetisi akan dilaksanakan.
c) Tingkat kabupaten/kota, termasuk kelompok umur, SRK diterbitkan oleh
Pengurus Cabang FPTI kabupaten/kota tempat kompetisi akan dilaksanakan. Jika
Pengurus Cabang FPTI di kabupaten/kota dimaksud belum ada, maka penerbitan
SRK dilakukan oleh Pengurus Daerah FPTI Provinsi tempat kompetisi akan
dilaksanakan.
d) Penerbitan SRK wajib memperhatikan jeda waktu antara satu kompetisi dengan
kompetisi lainnya yang setingkat (nasional, provinsi, kabupaten/kota) yaitu
minimal 3 (tiga) hari.

2.2 PERMOHONAN UNTUK MENYELENGGARAKAN KOMPETISI YANG DIAKUI FPTI

a. Suatu federasi anggota (Pengda FPTI) harus membuat sebuah permohonan kepada FPTI dengan
menggunakan formulir permohonan resmi (lihat Lampiran 5 dan 9). Hal ini berlaku untuk semua
even yang disetujui dan/atau disetujui dan diakui oleh FPTI. FPTI membuat suatu klasifikasi antara
jenis-jenis persetujuan yang diberikan untuk masing-masing kompetisi: suatu even mungkin
dimasukkan dalam Kalender Resmi FPTI sebagai kompetisi yang DISETUJUI atau kompetisi yang
DISETUJUI dan DIAKUI, hanya kompetisi yang disetujui dan diakui (termasuk Master) yang akan
diperhitungkan untuk peringkat berjalan nasional. Sebuah kompetisi yang akan disetujui dan
diakui namun bukan merupakan salah satu seri Sirkuit Nasional atau Kejurnas FPTI resmi, harus
memenuhi kriteria berikut:
1) Mengikuti peraturan-peraturan teknis FPTI.
2) Mengirim undangan dan atau informasi-informasi resmi lainnya (melalui Pengda/Pengprov
FPTI) sesuai dengan yang akan dijalankan.

b. Prosedur untuk permohonan even kompetisi nasional


Even-Even Nasional

Bulan 2010 Even 2011 Even 2012 Even 2013


April Keinginan,Jenis even, Mandatory Even istimewa Even
federasi dan Boleh istimewa
penyelenggara, tanggal mengajukan Boleh juga
even permohonan mengajukan
untuk 2012 mengajukan
Juli Konfirmasi keinginan dan 2013 untuk 2013-

9
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Batas waktu, pengembalian (kontrak 2 2015


formulir permohonan yang tahun)
terperinci. Jika tidak, even
September
tidak akan tercantum
dalam kalender FPTI tahun
yang akan datang

c. Sebelum persetujuan FPTI diberikan, venue kompetisi dan fasilitas-fasilitas yang terkait (antara
lain; jika itu adalah even baru) yang diajukan, mungkin akan diinspeksi oleh FPTI Delegate
dan/atau Chief Routesetter. Biaya perjalanan, akomodasi dan biaya inspeksi yang disetujui dan
diakui ditanggung oleh federasi anggota FPTI yang mengajukan penyelenggaraan kompetisi.
d. Selanjutnya, kontrak dan faktur untuk setiap even dikirim kepada calon penyelenggara. Faktur-
faktur yang tidak terbayar dan kontrak -kontrak yang tidak ditanda tangani bisa menyebabkan
dibatalkannya even tersebut. Jika disetujui dan diakui maka even akan masuk kalender sementara
yang disetujui dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) FPTI. Batas waktu untuk kalender tahun-
tahun selanjutnya adalah 30 September pada tahun berjalan.
e. Kompetisi Regional akan diatur oleh Pengda-Pengda yang menyelenggarakan dan pelaksanaannya
menyesuaikan dengan Kalender Nasional.

2.3 FASILITAS KOMPETISI


Penyelenggara berkewajiban menyediakan minimal fasilitas-fasilitas berikut sesuai dengan ketetapan
–ketetapan yang mengatur fasilitas tersebut:
a. Sekretariat Kepanitiaan dan,
b. Sekretariat Kompetisi.
c. Ruang Isolasi dan fasilitas-fasilitas pendukungnya.
d. Meja registrasi Ruang Isolasi untuk mendata semua orang yang masuk dan keluar.
e. Zona Isolasi.
f. Dinding pemanasan.
g. Zona Transit yang letaknya berdekatan dengan dinding panjat.
h. Zona Isolasi Khusus berdekatan dengan dinding panjat yang akan digunakan jika terjadi insiden
teknis. Harus diyakinkan bahwa aturan isolasi terjaga jika dua atau lebih atlit ada di ruang ini pada
saat bersamaan.
i. Daerah Kompetisi yang diberi pembatas khusus di depan dinding panjat yang untuk memasukinya
terbatas untuk:
a) Para Ofisial Kompetisi FPTI.
b) Panitia resmi yang mendapat ijin dari Jury president.
c) Atlit yang sedang dalam waktu pengamatan jalur atau yang sedang dalam proses pemanjatan.
d) Pihak media massa yang resmi mendapat ijin dari Jury President dan orang-orang yang secara
khusus ditentukan oleh FPTI delegate.
j. Pengukur ketinggian dan papan pengumuman hasil lomba.

10
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

k. Ruang medis dan mobil ambulan untuk penanganan awal kesehatan atau kecelakaan .
l. Kantor FPTI lengkap dengan fasilitas pemutar-ulang (video playback).
m. Ruang pers (press room);

Detail fasilitas kompetisi diatur secara lengkap pada Bab 3 Prasarana, Sarana dan Personil
Kompetisi

2.4 PANITIA PENYELENGGARA


Penyelenggara berkewajiban menyediakan personil berikut:
a. Ketua Panitia yang melakukan pengorganisasian masalah non-teknis kompetisi.
b. Petugas berikut yang akan membantu Ketua Panitia berkaitan dengan:
i. Kegiatan sebelum kompetisi, pembangunan dinding panjat dan fasilitas pendukung lainnya.
ii. Penyambutan kedatangan utusan FPTI, atlit , ofisial, dan Ofisial Kompetisi.
iii. Pencatatan dan pengontrolan orang yang keluar-masuk Ruang Isolasi.
iv. Keamanan Ruang Isolasi dan Daerah Kompetisi.
v. Pendampingan atlit sejak meninggalkan Ruang Isolasi menuju Ruang Transit dan dinding
kompetisi.
vi. Pengorganisasian acara pembukaan dan penutupan.
c. Route Judge (Juri Jalur) jika diperlukan untuk membantu Category Judge, termasuk untuk
pencatat waktu.
d. Tim Belayer yang kompeten, terdiri atas para belayer yang terlatih menurut tata cara
kompetisi.
e. Tim Pemelihara dan Pembersihan Jalur pemanjatan (Wall Maintenance).
f. Tim Routesetting dan perawatan dinding panjat, termasuk konstruksinya.
g. Tim Perekaman video dan pemutaran video.
h. Tim Pengukuran ketinggian dan pencatatannya.
i. Tim Penanganan kecelakaan dan kesehatan darurat yang terdiri dari minimal seorang dokter
dan dua orang paramedik.
j. Pengamanan yang cukup di semua tempat yang terkait dengan kompetisi tidak hanya terbatas
di tempat penginapan atlit dan ofisial, tempat parkir kendaraan, jika dianggap perlu dapat
melibatkan pihak berwajib.
k. Utusan Pers dan Media.

Personil pendukung dalam suatu kompetisi diuraikan pada Pasal 3.5

2.5 DINDING PANJAT DAN PEMBUAT JALUR


a. Dinding panjat: Dinding panjat dan/atau boulder harus dibuat sesuai dengan ketetapan IFSC
(EN 12572) yang mengatur tentang pembuatan dinding panjat dan ketentuan FPTI. Federasi
penyelenggara harus bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua sertifikat (yang
diminta oleh EN 12572 dan undang-undang lokal lainnya) disediakan oleh perusahaan pembuat
11
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

dinding panjat, dan dinding panjat dan atau boulder tersebut dibangun dengan memenuhi
aturan IFSC (EN 12572), FPTI dan aturan lokal yang lain, yang mengatur bangunan semacam
ini (lebih jelasnya lihat Lampiran 2)
a. FPTI setelah berkonsultasi dengan penyelenggara akan menunjuk Chief Routesetter beserta
tim routesetting.
Tugas-tugas dari Chief Routesetter meliputi:
i. Merancang jalur-jalur untuk masing-masing babak dalam kompetisi, memasang tumpuan
(holds) dan titik-titik pengaman serta peralatan untuk setiap jalur sesuai dengan ketetapan
FPTI, mengecek bahwa jalur-jalur tersebut memenuhi standar teknis dan mengikuti
ketetapan keselamatan FPTI.
ii. Mengkoordinr kerja dari para asisten pembuat jalur dan bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa pekerjaan dan prosedur keselamatan senantiasa diperhatikan baik
selama pendirian dan pembongkaran dinding maupun selama berjalannya kompetisi.
iii. Memperbaiki dan membersihkan jalur sebagaimana diperintahkan oleh Category Judge.
iv. Merancang, memasang dan memelihara fasilitas-fasilitas pemanasan.
v. Membantu tim scoring dan atau Route Judge / Category Judge dalam menyusun topo jalur
(sketsa topografi: bentuk permukaan dinding dan lintasan jalur) untuk masing-masing jalur
(lihat juga Lampiran 3).
vi. Memberikan masukan kepada Category Judge untuk masing-masing jalur dalam
memposisikan kamera video.
vii. Memberikan masukan kepada Jury President dan Category Judge untuk masing-masing
jalur dalam menentukan waktu maksimal atlit dalam menyelesaikan setiap jalur.

2.6 ZONA ISOLASI DAN AREA PEMANASAN


a. Zona isolasi harus terdiri atas 2 area yang saling berdekatan (lihat juga Lampiran 1):
1) Sebuah area untuk istirahat dan makan-minum.
2) Sebuah area yang memiliki dinding pemanasan.
Tidak boleh ada akses ke telepon umum bagi para peserta kompetisi.
Ukuran tempat harus cukup untuk menampung dengan nyaman semua peserta kompetisi
yang akan bertanding dalam satu babak kompetisi beserta peralatan mereka.
Area tersebut harus bertemperatur minimal 20 derajat Celcius. Area ini meliputi:
i. Fasilitas ganti seragam dan toilet baik untuk peserta laki-laki maupun perempuan.
ii. Alas duduk/kursi-kursi untuk para peserta melakukan stretching dan bersantai.
iii. Daftar atlit untuk babak kompetisi yang akan dipertandingkan.
iv. Adalah penting untuk menyediakan ruangan terpisah untuk merokok.
Merokok tidak diperbolehkan selain di ruangan tersebut.
b. Area Pemanasan
i. Dinding pemanasan yang tersedia minimal 1 meter persegi per peserta yang ada dalam suatu
babak yang akan dipertandingkan, dengan ukuran mutlak minimal 60 meter persegi.
ii. Tumpuan (Hold ) pada dinding pemanasan jenisnya harus sama seperti yang dipakai pada

12
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

dinding kompetisi.
iii. Demi alasan keselamatan, peserta kompetisi seharusnya tidak mempunyai akses ke kerangka
penyangga dinding.
iv. Tinggi dinding seharusnya tidak lebih dari 4 meter atau kurang dari 2 meter, dan harus
dilengkapi dengan matras yang sesuai di bawah permukaan dinding.
v. Permukaan dinding seharusnya bervariasi mulai dari vertical sampai horizontal dengan
mayoritas kemiringan dinding lebih dari 10 derajat. Banyaknya dinding yang kemiringannya
horizontal harus mencerminkan jumlah yang terdapat pada dinding utama kompetisi.
vi. Kekencangan tumpuan (hold) pada dinding pemanasan harus senantiasa dijaga.

2.7 KESELAMATAN/SAFETY
a. Penyelenggara harus bertanggung jawab untuk menjaga semua keamanan dan keselamatan di
dalam zona isolasi zona transit, area kompetisi, aula kompetisi, dan untuk semua aktifitas yang
berkaitan dengan berlangsungnya kompetisi.
b. Jury President, dengan berkonsultasi dengan Chief Routesetter, mempunyai wewenang penuh
berkenaan dengan suatu keraguan akan keselamatan di dalam area isolasi maupun kompetisi,
termasuk menunda pemberian ijin untuk memulai atau melanjutkan segala bagian dari kompetisi.
Ofisial atau seseorang yang oleh Jury President dianggap telah melanggar atau, menurut Jury
President terlihat telah menyalahi prosedur keselamatan akan dikenai pencopotan dengan segera
dari tugas- tugas mereka dan/atau pengusiran dari area isolasi dan kompetisi.
c. Setiap jalur harus dirancang sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan jatuhnya seorang
atlit, yang bisa:
i. Mencederai atlit
ii. Mencederai atau mengganggu atlit lain.
d. Jury President, Category Judge dan Chief Routesetter akan memeriksa setiap jalur sebelum suatu
babak kompetisi dimulai, untuk memastikan standar keselamatan terpenuhi.
Secara khusus, Category Judge dan Chief Routesetter akan:
i. Memastikan bahwa semua peralatan dan prosedur keselamatan memenuhi standar UIAA.
ii. Category Judge mempunyai wewenang untuk meminta penggantian dengan segera seorang
belayer (jika perlu menghentikan kompetisi dan mengumumkan adanya insiden teknis) dan
petugas lain yang mereka rasa membahayakan standar keselamatan.
iii. Demi kepentingan keselamatan, dan dengan berkonsultasi dengan Chief Routesetter dan Jury
President, Category Judge dapat memutuskan perlu tidaknya tali pemanjatan dikaitkan pada
titik pengaman pertama (dan bila dianggap perlu, titik pengaman yang lain). Namun
diusahakan rancangan jalur dibuat sedemikian rupa sehingga tindakan pencegahan semacam
itu tidak perlu.
e. Sebelum dimulainya setiap babak dalam sebuah kompetisi, Category Judge harus memastikan
bahwa tenaga medis yang memenuhi syarat sudah hadir sehingga bisa melakukan tindakan
dengan segera jika terjadi kecelakaan atau luka terhadap peserta kompetisi atau ofisial yang
bekerja di dalam area kompetisi/zona isolasi.

13
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

f. Semua peralatan yang digunakan dalam sebuah kompetisi harus memenuhi standar UIAA kecuali
kalau diatur secara khusus oleh FPTI atau, dalam situasi pengecualian, oleh Jury President melalui
ijin yang diberikan oleh FPTI. Di antara syarat- syarat umum tersebut adalah:

Atlit harus menggunakan tali tunggal (single rope) yang diakui oleh UIAA yang disediakan oleh
penyelenggara. Seberapa sering tali diganti, diputuskan oleh Category Judge.
Dalam situasi khusus, FPTI Delegate dapat diperintahkan oleh FPTI untuk membawa beberapa
peralatan teknis untuk disediakan kepada penyelenggara, alat-alat (Maillon Rapide/MR, tali, dll)
yang tidak tersedia di daerah mereka. FPTI akan meminta penyelenggara kompetisi untuk
membayar harga alat-alat tersebut.

g. Kelengkapan jalur.
Tindakan untuk keselamatan berikut ini harus diperhatikan:
i. MR dan sling quickdraw. Setiap titik pengaman yang digunakan dalam suatu babak kompetisi
harus dilengkapi dengan sling dan karabiner ‘quick-draw’ yang mana atlit akan mengaitkan tali.
Kemungkinan berputarnya karabiner harus diminimalkan. Sambungan penghubung antara sling
‘quickdraw’ dengan titik pengaman harus memakai MR 10 mm yang diakui UIAA
ii. Jika diperlukan sebuah sling quickdraw yang lebih panjang, harus menggunakan sling pita
langsung (yang dijahit mesin) yang mempunyai kekuatan yang sama (atau lebih kuat) sebagai
pengganti yang normal, quickdraw yang pendek. Pita perekat boleh digunakan untuk
menyatukan loop sling.
Bagaimanapun juga tidak dibenarkan memendekkan atau menyetel sling tersebut dengan
memakai simpul, serta tidak dibenarkan memakai sambungan dari quickdraw-quickdraw
normal (yang saling dihubungkan dengan MR, atau karabiner dengan atau tanpa pengunci).
Tali yang disimpul atau sling pita (webing) juga tidak diijinkan untuk dipakai.
h. Belaying (penambatan): Pada saat dimulainya setiap pemanjatan pada sebuah jalur kompetisi:
i. Harus memakai perlengkapan yang sesuai dengan ketetapan FPTI yang mengatur tentang
peralatan.
ii. Tali pemanjatan harus diikatkan pada harness setiap atlit dengan menggunakan simpul ’8’ yang
sudah terjamin sebagai simpul yang aman.
iii. Sebelum atlit memulai pemanjatan mereka pada sebuah jalur, belayer harus mengecek (lebih
baik di zona transit) bahwa tali sudah dikaitkan dengan benar pada harness atlit sesuai dengan
h.i dan h.ii diatas, dan seat harness sudah dikencangkan dengan sempurna.
iv. Sebelum membawa atlit menuju garis start suatu jalur, belayer harus memastikan bahwa tali
telah tergulung sedemikian rupa sehingga siap untuk segera digunakan.
v. Kompetisi Lead: Category Judge, dengan berkonsultasi dengan Chief Routesetter, akan
memutuskan apakah seorang belayer dibantu oleh seorang asisten pada awal sebuah jalur
untuk menambah keselamatan bagi atlit selama mereka berada di bagian bawah suatu jalur
pemanjatan.
i. Setiap tali akan dikendalikan oleh 2 belayer. Selama pemanjatan suatu jalur, para belayer harus

14
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

senantiasa memperhatikan dengan cermat jalannya pemanjatan yang dilakukan oleh atlit untuk,
memastikan:
i. Bahwa gerakan atlit tidak sampai terganggu dengan tali yang terlalu kencang.
ii. Bahwa ketika atlit mengaitkan tali ke suatu titik pengaman, dia tidak terganggu dalam
melakukannya, atau jika dia gagal dalam mengaitkan tali ke titik pengaman, kekendoran yang
berlebihan pada tali segera ditarik.
iii. Bahwa semua kasus jatuh dihentikan dengan cara yang dinamis dan aman.
iv. Bahwa tidak ada kasus jatuh yang berlebihan yang dialami oleh atlit yang sedang di-belay.
v. Bahwa perhatian istimewa diberikan untuk memastikan bahwa dalam menghentikan seorang
atlit yang jatuh, atlit tersebut jangan sampai mengalami luka yang disebabkan oleh suatu sisi
dari bagian pelengkap atau bagian manapun dari dinding kompetisi.
j. Setelah mengaitkan tali ke titik pengaman (quickdraw) terakhir atau setelah dihentikan ketika
terjatuh, atlit akan diturunkan ke bawah. Harus diperhatikan jangan sampai atlit terkena suatu
peralatan yang terletak di tanah.
k. Pada saat atlit melepaskan tali dari harness mereka, belayer akan menarik tali ke bawah dengan
cepat namun tanpa terlalu mengganggu ‘quickdraw’. Adalah tanggung jawab dari belayer untuk
memastikan bahwa atlit segera mengosongkan zona pemanjatan secepat mungkin.
l. Category Judge punya wewenang untuk memerintahkan federasi/penyelenggara untuk mengganti
seorang belayer kapan saja selama babak kompetisi sedang berlangsung. Jika sudah digantikan,
belayer yang bersangkutan tidak akan diijinkan untuk bertugas mem-belay seorang atlit pada
kompetisi tersebut.
m. Untuk memastikan bahwa seorang peserta kompetisi sedang tidak sehat untuk bertanding karena
alasan tertentu (misalnya terluka atau sakit), Jury President mempunyai wewenang untuk
dilakukannya check-up bagi atlit oleh dokter /paramedik yang akan mekukan tes fisik yang diakui.
Jika, dari hasil tes tersebut, dokter berpendapat bahwa atlit tidak sehat, Jury President boleh
menghentikan peserta dari pertandingan. Jika kemudian terdapat bukti bahwa atlit tersebut telah
sembuh, dia boleh meminta untuk menjalani lagi tes fisik yang diakui.
n. Bagaimanapun juga tidak akan ada tindakan khusus yang yang dilakukan atas permintaan seorang
atlit , misalnya: turun dari titik top suatu jalur boulder dengan menggunakan tangga.

2.8 PENGUKURAN KETINGGIAN DAN PENGATURAN WAKTU


a. Federasi anggota / penyelenggara akan membentuk sebuah tim yang berpengalaman yang secara
khusus bertanggung jawab untuk menyediakan pengukur ketinggian, penunjuk waktu dan layanan
hasil untuk setiap babak kompetisi, jika tidak disediakan sendiri oleh FPTI.
b. Tim pengukur ketinggian, dengan berkonsultasi dan atas persetujuan dari Chief Routesetter, akan
menyediakan sebuah sketsa topografi (‘Topo’) dari masing-masing jalur kompetisi yang
menunjukkan posisi dan ketinggian (pada saat traverse, jarak sepanjang poros suatu jalur) dari
setiap tumpuan (hold) dan titik pengaman pada suatu jalur. ‘Topo-topo’ tersebut hanya disediakan
untuk Jury President dan Category Judge.

15
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

2.9 PENGUMUMAN HASIL DAN TAYANGAN VIDEO


a. Federasi anggota / penyelenggara harus memastikan bahwa sebuah sistem display informasi
publik, yang meng-update perkembangan dari setiap atlit dan peringkat terkini dari atlit -atlit
terpasang selama berlangsungnya kompetisi.
b. Pada saat atlit memasuki arena, akan diinformasikan nama dan asal dari atlit yang
bersangkutan. Peringkat terkini dari masing-masing atlit harus ditampilkan secepat mungkin
setelah atlit selesai melakukan pemanjatan pada suatu kategori lead.
c. Dalam boulder, hasil sementara (provisional) yang baru harus ditunjukkan setelah waktu
pemanjatan selesai pada jalur boulder saat itu. Hasil sementara tersebut haruslah mendekati hasil
yang sesungguhnya.
d. Jika selama kompetisi memakai layar video untuk rekaman live, disarankan untuk menggunakan 2
layar: 1 untuk hasil, 1 untuk rekaman gambar.
e. Pada akhir setiap babak kompetisi, Category Judge harus segera membuat sebuah daftar
peringkat atlit yang lengkap. Setelah informasi tersebut dicek (dan bila perlu, dirubah) dan dengan
segera hasil resmi disetujui secara tertulis oleh Category Judge dan Jury President, daftar
peringkat terakhir harus dibuat dan siap untuk dipublikasikan.
f. Daftar Hasil Resmi: harus dibuat oleh tim pengukur ketinggian dan penunjuk waktu. Semua daftar
hasil harus dalam bentuk tercetak, daftar atau bagian dari daftar yang ditulis tangan tidak
diperbolehkan.
g. Daftar hasil dari masing-masing babak kompetisi harus dicetak pada lembar hasil yang diakui oleh
FPTI dan harus meliputi informasi berikut:
i. Kop dan logo FPTI yang diakui
ii. Nama kompetisi (misalnya Sirkuit Nasional)
iii. Tempat kompetisi (misalnya Yogyakarta)
iv. Kategori kompetisi (misalnya Kompetisi Lead)
v. Tanggal kompetisi
vi. Nama babak kompetisi (misalnya Final Putra)
vii. Jika suatu babak kompetisi menggunakan 1 atau lebih jalur yang parallel, hasil untuk
masing-masing jalur harus ditunjukkan dengan jelas (misalnya Jalur A)
viii. Nama, status jabatan dan tanda tangan dari ofisial yang memimpin, misalnya: Jury
President, Category Judge dan Route Judge
ix. Waktu pada saat peringkat dikeluarkan
h. Daftar hasil akhir suatu babak harus meliputi informasi berikut:
i. Susunan peringkat atlit dengan urutan menurun
ii. Nama belakang/keluarga (ditulis dengan huruf besar) setiap atlit
iii. Nama depan (kecuali huruf pertama, ditulis dengan huruf kecil) setiap atlit
iv. Kebangsaan setiap atlit dengan menggunakan undang-undang tiga-huruf yang diakui-IOC
untuk masing-masing negara.
i. Daftar hasil akhir (pada akhir kompetisi) harus meliputi semua hal yang terdapat pada g.i-iv
di atas serta informasi tambahan sebagai berikut:

16
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

i. Setiap atlit yang telah bertanding, harus dicantumkan ketinggian/nilai yang dicapai pada
setiap babak kompetisi sebelumnya di mana dia bertanding.
ii. Hasil lengkap dari masing-masing babak kompetisi.
j. Tidak ada informasi lain selain yang ditentukan di atas yang terdapat di dalam daftar hasil resmi
kecuali jika disetujui secara khusus oleh FPTI.
k. Setelah disetujuinya hasil untuk setiap babak kompetisi (termasuk babak final atau super-final),
sebuah salinan hasil yang lengkap harus segera diserahkan kepada:
i. Jury President
ii. Category Judge
iii. FPTI Delegate
iv. Manajer tim, atau jika sebuah tim tidak mempunyai manager, atlit tim yang ditunjuk.
v. Kantor Pers
vi. Petugas informasi publik
vii. Semua hasil resmi harus dikirim dalam waktu maksimum 15 hari setelah berakhirnya
kompetisi, kepada competition@fpti-climbing.org (atau kepada alamat e-mail lainnya yang
diberikan oleh FPTI) untuk segera dirilis pada website FPTI.

2.10 DAFTAR PESERTA KOMPETISI


a. Daftar peserta pada babak awal harus disusun dan diterbitkan dalam website FPTI 7 hari sebelum
dimulainya kompetisi. Daftar tersebut bisa dirubah (yang disebabkan oleh ketidakhadiran dan
pendaftaran tambahan) sampai pada saat technical meeting belum dimulai, sesuai dengan
Peraturan Kompetisi dan dibagikan kepada mereka yang terdaftar sebagai peserta kompetisi pada
suatu babak melalui manajer tim, daftar tersebut juga dipasang pada papan pengumuman resmi
dan papan pengumuman lainnya (misalnya di hotel-hotel utama dimana manajer tim dan para
peserta kompetisi menginap).
Daftar atlit untuk setiap babak berikutnya harus disusun dalam waktu 30 menit setelah suatu
babak selesai dipertandingkan, sesuai dengan ketetapan -ketetapan yang sama seperti di atas.
b. Setiap daftar atlit juga harus berisi informasi mengenai babak yang akan dipertandingkan, di
antaranya:
i. Waktu dibuka dan ditutupnya zona isolasi untuk babak yang akan dipertandingkan.
ii. Waktu dimulainya babak kompetisi tersebut.
iii. Segala informasi lainnya yang disetujui oleh FPTI dan atau Jury President.
c. Metode Penyusunan Daftar Atlit :
i. Jika babak awal sebuah kompetisi dilaksanakan dengan jalur atau sekumpulan problem
tunggal, urutan pemanjatan harus kebalikan dari peringkat Nasional pada saat itu.
ii. Jika babak awal sebuah kompetisi dilaksanakan dengan dua atau lebih jalur atau
sekelompok problem yang sama, atlit harus ditempatkan pada masing-masing jalur atau
sekelompok problem dari babak tersebut sesuai dengan:

17
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

• Berdasarkan posisi masing-masing atlit dalam Peringkat Nasional terkini,


misalnya: secara bertahap, para atlit yang mempunyai peringkat dalam
Peringkat Nasional harus ditempatkan secara berurutan di antara jalur-jalur
tersebut.
• Atlit yang tidak masuk peringkat akan ditempatkan pada masing-masing jalur
dengan cara dipilih acak sedemikian rupa sehingga jumlah atlit yang
ditempatkan pada masing-masing jalur seimbang (atau hampir seimbang).
• Sesuai dengan prosedur penempatan, urutan pemanjatan dari masing-masing
jalur atau sekelompok problem harus kebalikan dari peringkat Nasional pada
saat itu.
iii. Urutan pemanjatan untuk babak -babak setelah babak awal: kecuali seperti yang
ditentukan di bawah ini, urutan pemanjatan harus ditentukan oleh urutan terbalik dari
peringkat pada babak sebelumnya (yakni; peringkat pertama akan melakukan pemanjatan
terakhir). Jika terdapat atlit-atlit dengan hasil seri pada babak sebelumnya, urutan
pemanjatan di antara mereka harus kebalikan dari peringkat Nasional pada saat itu.
iv. Superfinal : Urutan pemanjatan akan sama seperti untuk babak final.

2.11 REKAMAN VIDEO PADA JALUR-JALUR KOMPETISI

a. Setiap pemanjatan yang dilakukan oleh atlit pada suatu jalur kompetisi harus direkam dengan
video oleh seorang petugas kamera yang berpengalaman. Setidak-tidaknya digunakan satu (lebih
bagus dua) kamera video pada setiap jalur. Disarankan bahwa petugas kamera dibantu oleh
seorang juri nasional.
b. Letak dari suatu kamera video harus ditentukan oleh Jury President dengan berkonsultasi dengan
Category Judge dan Chief Routesetter. Perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan
bahwa para petugas kamera tidak terganggu dalam menjalankan tugas mereka, dan bahwa tidak
ada seorang pun yang diperbolehkan menghalangi pandangan kamera pada masing-masing jalur.
c. Sebuah layar televisi yang dihubungkan ke sebuah sistem perekaman video harus disediakan
untuk pemutaran ulang pada saat terjadi suatu insiden untuk tujuan penjurian. Tidak seorang
pun selain Jury President dan Category Judge yang bisa memerintahkan untuk memutar ulang
suatu pemanjatan pada sebuah jalur. Layar pemutaran ulang harus ditempatkan sedemikian rupa
sehingga para juri bisa mengamati materi yang diputar ulang tersebut dan mendiskusikan suatu
insiden, dengan pemutaran video yang tanpa terlihat oleh orang lain selain para juri, dan selama
mereka berdiskusi tanpa didengar atau disela, tetapi letaknya harus dekat dengan meja para juri.
d. Kantor FPTI juga harus difasilitasi dengan sebuah mesin pemutaran ulang video dan sebuah layar
televisi untuk memungkinkan para juri memutar kembali rekaman video dari insiden-insiden yang
terjadi selama kompetisi berlangsung. Tidak seorang pun selain ofisial FPTI yang mempunyai
akses ke kantor FPTI dan atau perekaman video yang dibuat selama kompetisi.
e. Tidak seorang pun selain ofisial FPTI yang mempunyai hak untuk mengamati bagian manapun dari
pemutaran video kompetisi.

18
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

f. Pada akhir setiap babak kompetisi, kaset video harus diberikan kepada FPTI Delegate untuk
dibawa ke sekretariat FPTI.
g. Tidak boleh menggandakan kaset-kaset video tersebut kecuali atas ijin khusus dari FPTI.
h. Semua kaset video kompetisi adalah semata-mata untuk tujuan penjurian kompetisi dan untuk
kursus pelatihan FPTI. Bagaimanapun juga kaset-kaset tersebut tidak boleh dibuat/disediakan
untuk personil non-FPTI manapun.

2.12 FASILITAS MEDIS


a. Federasi anggota / penyelenggara harus menyiapkan sebuah tim medis yang terampil dan
berpengalaman yang tersedia selama berlangsungnya kompetisi (mulai dari dibukanya zona
isolasi, sampai pada saat atlit terakhir menyelesaikan pemanjatannya pada suatu jalur). Hadirnya
seorang dokter adalah suatu keharusan.
Setiap saat selama atlit melakukan pemanjatan pada sebuah jalur, dokter bersama anggota tim
medis yang terpilih, berpengalaman dan dilengkapi dengan alat-alat (medis) harus tetap berada di
dalam zona kompetisi, atau berada sangat dekat dengan, area kompetisi sehingga bisa
memberikan penanganan cepat jika ada yang mengalami luka atau butuh tindakan medis.
b. Minimalnya, sebuah ruangan medis privat dan dapat diakses dengan mudah harus disediakan dan
dilengkapi dengan peralatan (medis) untuk menangani luka atau sakit yang tidak parah.
c. Harus dilakukan persiapan dan uji coba dengan latihan untuk memastikan bahwa suatu
kecelakaan serius yang terjadi pada atlit , ofisial, anggota publik dan atau siapapun, akan
ditangani dengan cara yang efisien dan profesional.

2.13 TES ANTI-DOPING


a. Jika memungkinkan penyelenggara kompetisi akan mengadakan tes anti doping yang sesuai
dengan peraturan nasional tentang olahraga Internasional, World Anti Doping Code, dan UIAA Anti
Doping Policy.

2.14 SIARAN TELEVISI


a. FPTI berhak untuk menunjuk satu badan untuk memberikan siaran televisi atas kompetisi. Dalam
kasus ini:
i. FPTI akan bertanggung jawab penuh atas semua biaya yang dibutuhkan untuk siaran
tersebut.
ii. Penyelenggara harus memberikan akses tanpa syarat kepada badan televisi yang
direkomendasikan oleh FPTI dan Penyelenggara memberikan semua bantuan yang wajar
untuk memungkinkan pihak televisi memberikan siaran yang professional dari semua aspek
dalam kompetisi.
Persyaratan yang berkaitan dengan hal ini akan dituangkan dalam perjanjian antara FPTI
dan Penyelenggara.
b. Jika FPTI memilih tidak untuk menggunakan haknya menunjuk satu pihak penyiaran televisi,
Penyelenggara akan mengadakan kesepakatan dengan FPTI mengenai hal ini. Penyelenggara

19
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

diminta untuk menginformasikan kepada FPTI semua persiapan berkaitan dengan penyiaran
televisi.

2.15 FASILITAS MEDIA


a. Ruang Pers: Penyelenggara harus menyediakan seorang koordinator publikasi, ruang konferensi
pers dan sejumlah orang yang melayani wartawan resmi.
b. Ruang pers harus dilengkapi dengan peralatan yang menunjang yang akan digunakan oleh
wartawan atau Delegasi FPTI antara lain:
i. Ruang kerja yang cukup.
ii. Informasi yang relevan menyangkut kompetisi.
iii. Tembusan urutan pemanjatan , hasil setiap babak dan hasil akhir.
c. Daerah wawancara, Penyelenggara akan memberikan ruang terpisah yang nyaman dan tenang
untuk melakukan wawancara. Fasilitas ini sebaiknya terletak dekat dengan daerah kompetisi.
Wawancara oleh wartawan media cetak atau elektronik atau siapapun tidak boleh dilakukan
didepan dinding panjat pada saat kompetisi sedang berlangsung (atau jika dilakukan akan
mengganggu jalannya kompetisi).
d. Fotografer, disediakan tempat pada setiap sisi Daerah Kompetisi untuk Pemotret. Jika
memungkinkan disediakan alat yang memungkinkan Pemotret mendapat sudut yang lebih baik,
misalnya menggunakan electronic lifter. Atas ijin Jury president, Pemotret bisa mengambil gambar
dari bagian kontruksi dinding panjat.
e. Pemotret (professional atau amatir) atau orang lainnya tidak diperkenankan untuk memasuki
daerah kompetisi kecuali atas ijin Jury president. Tidak diijinkan penggunaan lampu kilat (blitz)
yang akan mengganggu atlit ketika sedang melakukan Pemanjatan.
f. Dengan ijin Jury president kru media bisa diijinkan bekerja di area dinding kompetisi.
Mereka diijinkan dengan catatan:
i. Tidak mengganggu atlit yang sedang melakukan persiapan atau sedang melakukan
pemanjatan.
ii. Tidak menggganggu belayer atau asisten belayer.
iii. Peralatan yang digunakan tidak akan mengganggu atlit atau belayer. Perhatian khusus
harus diberikan untuk memastikan bahwa jika atlit jatuh tidak akan menimpa kru media dan
peralatannya.
iv. Kru media harus mematuhi semua perintah yang diberikan oleh Category Judge dan atau
Jury President.
v. Kru media boleh bekerja dari puncak dinding pemanjatan atas ijin dari Jury president, dan
tidak mengubah atau menggunakan tata lampu berlebihan, atau mengganggu atlit yang
sedang melakukan pemanjatan.
g. Kru media dan pemotret bisa diiinkan memasuki ruang isolasi (tapi tidak ke ruang transit) dengan
ijin khusus dari Jury president. Selama di ruang isolasi, mereka harus ditemani dan diawasi oleh
petugas yang bertanggung jawab di ruang isolasi untuk memastikan bahwa pengamanan di ruang
isolasi tetap terjaga dan atlit tidak mengalami sesuatu yang tidak diinginkan.

20
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

h. Wartawan dan kru media akan diberikan kartu identitas resmi oleh Penyelenggara.

2.16 UPACARA
a. Kecuali ditetapkan lain oleh FPTI Delegate, semua atlit peserta kompetisi harus hadir pada saat
upacara pembukaan, penutupan, adalah wajib untuk sirkuit Nasional dan Kejurnas. Pelanggaran
terhadap peraturan tersebut bisa menyebabkan peserta kompetisi dikenai hukuman sebuah ‘Kartu
Kuning’.
b. Untuk even Nasional atau kejuaraan yang disetujui dan diakui FPTI boleh diadakan atau tidak
upacara yang dimaksud pada poin a. diatas
c. Upacara penghormatan pemenang (UPP) mengikuti aturan yang ditetapkan oleh FPTI.
d. Kecuali jika secara khusus diberi ijin oleh FPTI Delegate dan Jury President, semua finalis harus
menghadiri upacara penyerahan hadiah. Pelanggaran terhadap peraturan tersebut bisa
menyebabkan peserta kompetisi akan diberikan peringatan keras ditandai dengan pemberian
Kartu Merah.

2.17 BIAYA, HADIAH, DAN BOBOT KOMPETISI


a. Penyelenggara bertanggung jawab atas semua biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan dan
melaksanakan kompetisi sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan antara Penyelenggara dan
FPTI
b. Hadiah yang akan diberikan kepada pemenang kompetisi diatur sebagai berikut:
i. Penyelenggara harus memberikan informasi secara tertulis Total Hadiah yang diperebutkan
untuk setiap nomor kompetisi pada saat mempromosikan kompetisi.
ii. Total Hadiah berupa uang untuk semua nomor kompetisi dalam setiap kelas akan
menentukan bobot kompetisi bersangkutan dengan aturan sebagai berikut:

Bobot
Total Hadiah Kompetisi

Lebih dari Rp20juta 4

Lebih dari Rp15juta sampai dengan Rp20juta 3

Lebih dari Rp10juta sampai dengan Rp15juta 2

Rp5juta sampai dengan Rp10 juta 1

c. Hadiah untuk nomor kompetisi putri adalah sama dengan Total Hadiah yang diterima nomor
kompetisi putra untuk setiap kategori.
d. Total hadiah adalah hadiah berupa uang yang disediakan oleh Penyelenggara untuk semua
kategori yang dikompetisikan. Hadiah yang tidak berbentuk uang tidak diperhitungkan dalam
Total Hadiah.

21
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

e. Jika kompetisi kelompok umur digabungkan dalam suatu kegiatan kompetisi umum, maka Total
Hadiah yang disediakan untuk kelompok umur akan menentukan bobot kompetisi untuk kelompok
umur. Sehingga bobot kompetisi untuk kelompok umum ditentukan oleh sisa Total Hadiah
kegiatan kompetisi setelah dikurangi Total Hadiah yang disediakan untuk kelompok umur.
f. Hadiah yang menjadi hak pemenang kompetisi harus diberikan secara tunai oleh Penyelenggara
pada saat penyerahan hadiah sebelum pelaksanaan kompetisi ditutup.
g. Penyelenggara yang tidak bisa memenuhi komitmennya terhadap waktu pembayaran dan
besarnya hadiah akan mendapat sanksi berupa:
i. Denda sebesar 200% (dua ratus persen) dari Total Hadiah yang dinyatakan dalam
permohonan Surat Rekomendasi Kompetisi (SRK)
ii. Tidak berhak mendapat SRK untuk kompetisi berikutnya, Selain harus tetap memenuhi
kewajibannya kepada peserta pemenang dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sejak tanggal penutupan kompetisi.
h. Denda seperti dimaksud pada ayat f) diatas dibayarkan kepada FPTI paling lambat 3 (tiga) bulan
setelah tanggal penutupan kompetisi. Selanjutnya FPTI akan menyampaikan seluruhnya kepada
semua pemenang kompetisi secara proposional, setelah dipotong biaya administrasi,
i. Jika penyelenggara tetap tidak dapat memenuhi komitmennya, FPTI akan membawa kasus
tersebut ke pihak berwenang untuk diselesaikan secara hukum.

2.18 ASURANSI
a. Panitia penyelenggara harus memastikan, dan memberikan jaminan, bahwa asuransi yang
diterapkan untuk kompetisi tersebut benar-benar sesuai dengan semua peraturan nasional
maupun internasional mengenai even -even olahraga.

2.19 SERTIFIKAT PARTISIPASI


a. Penyelenggara wajib memberikan sertifikat kepada:
i. Atlit dan ofisial.
ii. Ofisial Kompetisi
iii. Anggota panitia pelaksana yang secara resmi terdaftar oleh Penyelenggara dan
berpartisipasi dalam kompetisi yang telah dilaksanakan
b. Sertifikat harus diberikan paling lambat pada saat penutupan kompetisi.
c. Logo Federasi Panjat Tebing Indonesia wajib tercantum dalam setiap lembar sertifikat. Sertifikat
minimal ditandatangani dan distempel oleh Penyelenggara. Format sertifikat sesuai Lampiran 26.

2.20 LAPORAN KOMPETISI

a. Laporan Hasil Pemanjatan


i. Jury president bertanggungjawab untuk menginformasikan kepada penonton hasil setiap
pemanjatan yang dilakukan oleh atlit dengan cara yang seksama

22
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

ii. Prosedur penyampaian informasi adalah sebagai berikut:


a) Setiap atlit menyelesaikan pemanjatan, Juri akan mengisi
Lembar Hasil Pemanjatan sesuai Lampiran 6.
b) Lembar Hasil Pemanjatan yang telah diisi dan diparaf oleh Juri di sampaikan
kepada operator komputer untuk diinput dan kepada announcer untuk
diumumkan dengan cara yang paling efisien.
iii. Hasil Pemanjatan yang telah diumumkan segera setelah pemanjatan selesai dilakukan oleh
atlit belum merupakan hasil akhir yang akan diumumkan secara resmi setelah seluruh atlit
menyelesaikan pemanjatan pada suatu babak kompetisi.

b. Laporan Kompetisi
i. Laporan dibuat oleh Jury President.
ii. Laporan harus sudah diterima oleh FPTI dalam waktu 3x24 jam setelah kompetisi secara
resmi dinyatakan ditutup.
iii. Laporan dapat disampaikan menggunakan faksimil atau e-mail.
iv. Tembusan laporan ini harus disampaikan kepada penyelenggara.
v. Format laporan hasil kompetisi sesuai Lampiran 10.

c. Laporan Pelaksanaan Kompetisi


i. Laporan ini dibuat oleh Delegasi FPTI
ii. Laporan harus sudah diterima paling lambat 7 (tujuh) hari sejak kompetisi secara resmi
dinyatakan ditutup.
iii. Format laporan sesuai Lampiran 21.

d. Laporan Penyelenggaraan Kompetisi


i. Laporan ini dibuat oleh penyelenggara
ii. Laporan harus sudah diterima paling lambat 14 (empatbelas) hari sejak kompetis secara resmi
dinyatakan ditutup.
iii. Format laporan sesuai Lampiran 22.

e. Sanksi administrasi atas kelalaian menyampaikan laporan kompetisi akan ditetapkan


oleh FPTI.

23
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

3. PENYELENGGARA KOMPETISI, ATLIT , TIM DAN OFISIAL

3.1 PENDAHULUAN
a. FPTI menghormati semua hal yang berkaitan dengan aktivitas-aktivitas penyelenggara
kompetisi, atlit , tim dan ofisial.

3.2 KUOTA TIM – PESERTA KOMPETISI DAN OFISIAL


a. Peserta kompetisi: kuota tim ditentukan menurut jenis dari kompetisi, misalnya: Sirkuit
Nasional, Kejurnas FPTI, dll.
b. Ofisial: Setiap federasi anggota FPTI diijinkan untuk mendaftarkan sampai dengan/maksimal 5
(lima) ofisial tim yang akan diberi kebebasan masuk ke dalam venue kompetisi (juga sesuai
dengan 3.1. di atas). Nama-nama dari para ofisial tersebut harus dicantumkan dalam formulir
permohonan dan secara khusus ditunjuk untuk satu dari peran -peran berikut:
i. Satu (1) manajer tim
ii. Dua (2) pelatih tim
iii. Dua (2) personil medis atau para-medis .
c. Ofisial tim akan diijinkan memasuki dan meninggalkan zona isolasi menurut ketentuan
yang sama seperti yang berlaku bagi peserta kompetisi. Hanya dalam situasi-situasi
pengecualian dan dengan persetujuan khusus dari Jury President, seorang ofisial tim –
termasuk personil medis tim – diijinkan mendekati dan atau berkomunikasi dengan
seorang peserta kompetisi ketika dia masih berada di dalam zona isolasi.
Pelanggaran terhadap peraturan ini berakibat peserta kompetisi langsung dikenai diskualifikasi.
d. Ofisial tim tidak akan diijinkan menemani atlit mereka ke dinding pemanjatan selama
pengamatan jalur yang resmi. Ofisial tim (atau atlit lain yang tidak bertanding) tidak akan
diijinkan berkomunikasi dengan cara apapun dengan atlit yang akan bertanding selama
periode pengamatan jalur. Pelanggaran terhadap peraturan ini bisa menyebabkan atlit
langsung dikenai diskualifikasi.

3.3 BATAS WAKTU UNTUK PENDAFTARAN PESERTA KOMPETISI


a. Batas waktu untuk pendaftaran peserta kompetisi yang dilaporkan dalam halaman informasi
kompetisi yang dikeluarkan oleh FPTI harus dipatuhi.
b. Pendaftaran setelah batas waktu akan dikenai biaya tambahan sebesar 2 kali biaya pendaftaran.
c. Biaya pendaftaran peserta kompetisi yang sudah dibayarkan tidak akan dikembalikan apabila
peserta yang sudah terdaftar tidak menghadiri even yang bersangkutan tanpa memberitahukan
kepada FPTI dalam waktu 10 hari menjelang even tersebut (dihitung mulai hari pertama
kompetisi).
d. Atas kebijakan dari FPTI Delegate, perubahan pada daftar atlit yang terdaftar bisa diterima.
Perubahan tersebut harus diberitahukan kepada Jury President sebelum isolasi ditutup.

24
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

3.4 PERLENGKAPAN DAN SERAGAM TIM


a. Pakaian dan Perlengkapan Memanjat : Semua perlengkapan dan pakaian yang digunakan oleh
setiap atlit harus sesuai dengan ketetapan FPTI yang mengatur tentang perlengkapan dan
pakaian. Pelanggaran atas peraturan tersebut akan menyebabkan dikeluarkannya sebuah kartu
kuning atau diskualifikasi, tergantung dari pelanggaran tersebut.
b. Seragam Tim: jika memungkinkan, dan khususnya dalam upacara penyerahan hadiah, atlit dan
ofisial tim seharusnya memakai seragam tim yang masing-masing kontingen.
c. Semua perlengkapan yang digunakan oleh seorang atlit dalam sebuah kompetisi harus sesuai
dengan standar UIAA kecuali jika itu ditentukan lain oleh FPTI, atau ada pengecualian, oleh Jury
President melalui wewenang yang diberikan kepada dia oleh FPTI. Dengan pengecualian kostum
kompetisi yang disediakan oleh federasi anggota/penyelenggara, setiap atlit bebas
menggunakan diantaranya; harness yang diakui UIAA (CATATAN: pemakaian sebuah harness
duduk atau full-body adalah wajib), sepatu panjat, chalk bag, helm panjat (jika atlit memilih
untuk memakainya), dan pakaian yang disukai pada saat atlit melakukan pemanjatan jalur, sesuai
dengan peraturan-peraturan berikut:
i. Headwear: hanya nama dan atau logo dari perusahaan (sponsor)
ii. Kostum kompetisi: kostum tersebut, yang mana harus dipakai oleh atlit , tidak boleh dipotong
atau tidak dimodifikasi dan harus ditempeli nomor pemanjatan resmi dari peserta kompetisi
dibelakang kostum. Pelanggaran terhadap penggunaan nomor pemanjatan resmi akan
menyebabkan dikeluarkannya kartu kuning bagi peserta yang bersangkutan.
iii. Pakaian yang lain boleh dikenakan di bawah kostum resmi, asalkan tidak berlogo.
iv. Logo lain tidak diperbolehkan pada lengan.
v. Harness: nama perusahaan dan atau logo dan label dari sponsor – dengan total tidak
melebihi 200 centimeter persegi.
vi. Chalk bag: hanya nama perusahaan dan atau logo dan label dari sponsor – tidak lebih dari
100 centimeter persegi.
vii. Kaki (celana): hanya nama perusahaan dan atau logo dan label dari sponsor – dengan total
tidak lebih dari 300 centimeter persegi pada masing-masing kaki.
viii. Sepatu dan kaos kaki: hanya nama perusahaan dan atau logo.
d. Pelanggaran dalam mentaati peraturan-peraturan tersebut akan menyebabkan terkena
diskualifikasi dari kompetisi.

25
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

4. PRASARANA, SARANA DAN PERSONIL KOMPETISI

4.1. PENDAHULUAN

a. Bab ini harus dibaca bersamaan dengan Bab 2 Organisasi Kompetisi

b. Aturan ini berlaku untuk seluruh kompetisi panjat tebing di Indonesia.

4.2. PENYEDIAAN PRA-SARANA KOMPETISI

a. Dengan melihat kategori kompetisi yang akan dilaksanakan, Penyelenggara menyediakan wajib

pra- sarana kompetisi yang memadai.

b. Dinding pemanjatan:

i. Ukuran minimal dinding panjat yang digunakan pada kompetisi ditentukan oleh tingkat

kompetisi yang akan dilaksanakan dan kategori kompetisinya, yaitu:

TINGKAT KOMPETISI
KATEGORI
Nasional Provinsi Kabupaten/ Kota

LEAD 2 x 3 m lebar x 15 m tinggi 1 x 3 m lebar x 15 m tinggi 1 x 3 m lebar x 12 m tinggi

SPEED 4 x 3 m lebar x 18 m tinggi 2 x 3 m lebar x 15 m tinggi 2 x 3 m lebar x 12 m tinggi

BOULDERS 8 x 3 m lebar x 4 m tinggi 6 x 3 m lebar x 4 m tinggi 6 x 3 m lebar x 4 m tinggi

SPEED
ESTAFET 8 x 3m lebar x 18 m tinggi 8 x 2 m lebar x 18 m tinggi 8 x 2 m lebar x 15 m tinggi

SPEED REKOR 2 x 3m lebar x 15m tinggi 50 2 x 3m lebar x 15m tinggi 50 2 x 3m lebar x 15m tinggi 50

MULTIPITCH 1 x 6 m lebar x 20 m tinggi 1 x 4 m lebar x 20 m tinggi 1 x 3 m lebar x 20 m tinggi

ii. Di ruang isolasi harus disediakan dinding pemanjatan yang digunakan sebagai fasilitas

pemanasan:

a) Kategori Lead dan Speed: 4 meter lebar x 3 meter tinggi

b) Kategori Boulders: satu contoh jalur-masalah dengan warna-warna tanda yang sama

dengan yang digunakan untuk kompetisi.

iii. Material yang digunakan pada dinding panjat untuk kompetisi dapat dibuat dari:

a) Dinding batu atau beton.

b) Papan multipleks dengan ketebalan minimal 18 mm.

c) Fiberglass resin block dengan ketebalan minimal 7 mm.

iv. Konstruksi yang digunakan untuk menopang dinding panjat harus mempunyai kekuatan yang

memadai. Konstruksi dapat terbuat dari:

26
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

a) Beton bertulang,

b) Besi baja atau,

c) Scafolding.

v. Terkait dengan poin iv) diatas, FPTI Delegate dapat meminta pihak ketiga untuk melakukan uji

kekuatan konstruksi. Jika hasil uji menyatakan bahwa konstruksi dinding panjat tidak memadai,

Delegasi FPTI diberi kewenangan untuk membatalkan kompetisi dilakukan pada dinding panjat
tersebut dan memindahkan ke lokasi lain yang lebih baik.

vi. Spesifikasi teknis kompetisi mengenai dinding diatur lebih lanjut sebagai berikut:

a) Lubang tumpuan dapat digunakan untuk galvanised nut dengan diameter 10 mm.

b) Untuk dinding dengan material kayu atau multipleks, jarak antar lubang untuk setiap

tumpuan adalah 25cm x 25 cm.

c) Hanger pengaman harus terpasang pada konstruksi. Diamater galvanis baut hanger minimal

8mm.

d) Bagian belakang lubang tumpuan dikunci menggunakan skrup 2x15mm untuk menghindari

lubang tumpuan berputar ketika dipasang tumpuan dari bagian depan.

e) Dinding kompetisi Speed mempunyai sudut kemiringan 15o .

vii. Detail Sarana dan spesifikasi sesuai lampiran 2 – 4.

b. Pra-sarana pendukung kompetisi yang wajib disediakan adalah:

NAMA BARANG TINGKAT KOMPETISI


Nasional Provinsi Kabupaten/Kota
4 x 1000
a. Lamput Spot 6 x 1000 Watt Watt 3 x 1000 Watt
b. Ruang Sekretariat 4 x 6 m2 3 x 4 m2 2 x 3 m2
c. Zona Kompetisi 40 x 30 m2 35 x 20 m2 10 x 15 m2
d. Zona Isolasi 50 m 2 40 m2 30 m2
e. Zona Isolasi Khusus 6 m2 4 m2 4 m2
f. Zona Transit 2 x 4 m2 2 x 2 m2 2 x 2 m2
g. Tribun undangan,
kapasitas
orang 200 100 50
h. Podium juara 1 1 1
i. Kursi undangan 150 75 50
j. Kursi VIP 50 25 10
k. Toilet Ruang Karantina,
pasang: 2 1 1
l. Toilet wasit/panitia,
pasang: 1 1 0

27
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

m. Toilet umum, pasang: 1 1 1

d. Penyediaan seluruh pra-sarana dimaksud merupakan tanggung jawab penyelenggara dan


harus sudah disiapkan paling lambat 3 (tiga) hari sebelum acara pembukaan. Delegasi FPTI
berkewajiban memastikan hal tersebut, dan Delegasi FPTI berwenang untuk menunda
pelaksanaan kompetisi sampai dengan seluruh pra- sarana dimaksud dapat disediakan oleh
Penyelenggara.

4.3. PENYEDIAAN SARANA PERALATAN KOMPETISI


a. Dengan melihat kategori kompetisi yang akan dilaksanakan, Penyelenggara minimal
menyediakan sarana sebagai berikut :
Nama Barang, Unit Nasional Provinsi Kabupaten/Kota
Teknis Kompetisi
a. Tali Kernmantle:
— Dynamic 10,5 mm x 50 m 8 4 2
— Static 10,5 mm x 50 m 4 2 2
b. Carabinner
— Bent Gate (Competition Carabiner) 40 20 15
— Screw Gate Carabiner 40 20 15
c. Sewn Sling
— 10 cm 20 10 5
— 15 cm 20 10 5
— 20 cm 20 10 5
— 50 cm 20 10 5
d. Belay Device 8 4 3
e. Harness untuk Belayer 12 6 4
f. Electronic Timer Device 3 2 1
g. Electronic Scoring Board 1 1 0
h. Stopwatch 7 5 3
i. Video Camera/ Handycam 5 3 2
j. TV Monitor 2 1 1
k. Komputer, Unit 3 2 1
l. Printer Laser 1 1 1
m. Sound System, watt 3000 2000 1000
n. Tangga Lipat 3 2 1
o. Tumpuan (Hold) , set 50 30 10
p. Keranjang Barang/sepatu atlit 8 6 4
2 x 3 m x 15 1 x 3 m x 15
q. Kain Penutup Jalur m m 1 x 3 m x 15 m
r. Matras/Karpet Dinding Lead & Speed Sesuai Kebutuhan
s. Matras Boulder, 30 cm x 3 m x 4 m 8 6 4
t. Magnesium Karbonat, Kg 5 3 2
Non Teknis Kompetisi
a. Handy -Talky 8 5 3
b. Tiang Bendera Sesuai Kebutuhan
28
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

c. Meja dan Kursi Juri, kapasitas orang 8 6 4


d. Kostum Panitia Sesuai Kebutuhan
e. Kostum Atlit Sesuai Kebutuhan
f. Ambulans 1 1 1

4.4. PENYEDIAAN FASILITAS MEDIS

a. Penyelenggara harus menyiapkan tim medis yang siaga selama kompetisi berlangsung (yaitu sejak
dibukanya Ruang Isolasi hingga pemanjatan terakhir dilakukan). Keberadaan seorang dokter
adalah wajib.
Pada setiap dilakukan pemanjatan , dokter dan para medis yang berpengalaman dan berperalatan
lengkap harus selalu berada di atau sangat dekat dengan daerah kompetisi agar dapat
memberikan pertolongan dengan cepat jika ada cidera atau keperluan medis.
b. Minimal ruang medis disediakan dan dilengkapi dapat menangani sakit dan cidera ringan.
c. Perencanaan dan persiapan harus dibuat dan dites secara praktis untuk memastikan bahwa setiap
kecelakaan serius pada atlit , offisial, penonton dan/atau orang lain akan ditangani dengan cara
yang professional dan efisien.

4.5. PENYEDIAAN PERSONIL ASISTEN KOMPETISI

a. Dengan melihat kategori kompetisi yang akan dilaksanakan, Penyelenggara minimal menyediakan
Personil sebagai berikut:
Profesi/Jabatan Nasional Provinsi Kabupaten/Kota
Asisten Teknis Kompetisi
1. Belayer 10 6 4
2. Asisten Belayer 4 2 2
3. Pencatat Waktu 6 4 3
4. Routesetters 4 3 2
5. Pengolah Data (Data Entry) 4 2 1
6. Juru Kamera Video/Handycam 5 3 2
7. Penjaga Zona Isolasi 3 2 2
8. Pembersih Jalur (Route Cleaner) 3 2 2
9. Pendamping Ruang Transit 4 2 2
Asisten Non Teknis Kompetisi
1. Maintenance Konstruksi dinding panjat 4 3 2
2. Pembawa Acara (MC) 3 2 2
3. Safety Emergency Manager 1 1 1
4. Penerima Tamu (Reception) 4 3 2
5. Dokter 1 1 1
6. Paramedic 2 2 2
7. Soundman operator 1 1 1
8. Electrical Mechanical 1 1 1
b. Penyediaan seluruh personill dimaksud merupakan tanggung jawab Penyelenggara dan wajib
disiapkan paling lambat 3 (tiga) hari sebelum acara pembukaan. Delegasi FPTI berkewajiban
memastikan hal tersebut, dan Delegasi FPTI berwenang untuk menund a pelaksanaan kompetisi
sampai dengan seluruh personil dimaksud dapat disediakan oleh Penyelenggara.
c. Untuk memperjelas peran dan fungsi masing-masing pihak yang terlibat dalam kompetisi dapat
dilihat Struktur Organisasi Kompetisi pada Lampiran 24.

29
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

5. PERATURAN UMUM KOMPETISI

5.1 KATEGORI DAN NOMER KOMPETISI


a. FPTI mempertandingkan kategori kompetisi sebagai berikut:
i. Lead: merupakan kompetisi dimana pemanjatan dilakukan dengan cara merintis (leading), atlit
diamankan (di-belay) dari bawah, setiap titik pengaman (quickdraw) dikaitkan secara
berurutan, sesuai dengan peraturan, dan ketinggian yang dicapai (atau, dalam kasus gerakan
pemanjatan menyamping -traverse) atau horisontal dari satu tempat ketempat lain atau (roof
section), jarak yang paling lebar yang dapat ditempuh antara sumbu jalur menentukan
peringkat atlit pada satu babak.
ii. Boulders : merupakan kompetisi yang terdiri dari sejumlah boulder problem. Setiap
pemanjatan pada boulder problem dilakukan secara solo (solo climbing) dan diamankan
dengan matras landasan jatuh. Jumlah Keseluruhan nilai yang diraih oleh atlit pada tiap
boulder problem , dan jumlah Usaha yang digunakan untuk mencapai titik tertentu (tumpuan
bonus atau tumpuan top) menentukan peringkat atlit .
iii. Speed: merupakan kompetisi dimana pemanjatan dilakukan dengan top-rope, atlit di-belay
dari bawah. Waktu yang ditempuh seorang atlit dalam menyelesaikan jalur menentukan
peringkat atlit dalam suatu babak kompetisi.
iv. Speed Estafet: kompetisi kategori speed yang terdiri dari 4 (empat) jalur speed untuk setiap
regu dan dipertandingkan secara estafet dengan 4 (empat) orang atlit setiap regu berhadapan
dengan regu yang lain. Waktu yang ditempuh oleh suatu regu akan menentukan peringkat
masing-masing regu.
v. Multipitch: adalah kompetisi kategori Lead yang dilakukan oleh dua orang atlit yang
bekerjasama dalam menyelesaikan suatu jalur pemanjatan. Jalur pemanjatan dibagi menjadi 2
(dua) pitch dan dalam melakukan pemanjatan kedua atlit saling membantu dan bergantian
untuk menjadi leader dan belayer.
b. Pada setiap katagori kompetisi harus dipertandingkan nomor putra dan putri, tidak
direkomendasikan kejuaraan yang hanya ditujukan bagi putra saja atau putri saja.
c. Nomor Kompetisi.
Pada suatu kejuaraan dapat dipertandingkan nomor:
i. Perorangan.
ii. Non-Perorangan
d. Perorangan sudah cukup jelas
e. Nomor Kompetisi Non-Perorangan
i. Nomor beregu Kategori
a) Lead
b) Speed Format – A
c) Boulders
ii. Nomor Beregu Campuran
a) Lead
b) Speed
c) Boulders
iii. Nomor Beregu Estafet
a) Speed
iv. Nomor Beregu Estafet Campuran
a) Speed
v. Nomor Beregu Multipitch
vi. Nomor Beregu Multipitch Campuran
f. Nomor Beregu terdiri dari beregu putra dan beregu putri
g. Suatu nomor kompetisi beregu hanya dapat dilaksanakan jika jumlah regu yang mendaftar paling
sedikit 6 (enam) regu.

30
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

5.2 KESELAMATAN/SAFETY
a. Penyelenggara kompetisi mempunyai kewenangan dan bertanggung jawab penuh untuk menjaga
dan menjamin keselamatan (safety) didalam zona isolasi, zona transit, zona kompetisi, area publik
dan pada semua aktivitas lain yang terkait dengan jalannya kompetisi.
b. Jury President, setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter, mempunyai wewenang penuh
dalam mengambil keputusan atas setiap hal terkait dengan keselamatan diseluruh area kompetisi,
termasuk menolak untuk memberi ijin untuk memulai atau melanjutkan suatu babak dalam
kompetis i.
c. Ofisial Kompetisi atau atau personil panitia yang dianggap oleh Jury President melanggar prosedur
keselamatan, atau dianggap dapat membahayakan keselamatan, maka orang tersebut dapat
dibebastugaskan dalam kompetisi dan atau dikeluarkan dari arena kompetisi.
d. Belayer yang ditunjuk penyelenggara harus sudah terlatih untuk melakukan belaying
(penambatan) sesuai dalam aturan kompetisi. Category Judge mempunyai wewenang untuk
memerintahkan mengganti belayer setiap saat selama kompetisi berlangsung. Jika seorang belayer
telah diganti, yang bersangkutan tidak diijinkan lagi untuk menjadi belay bagi atlit lain pada
kompetisi tersebut.
e. Sebelum kejuaraan dimulai, Jury President harus memastikan bahwa seluruh pra-sarana dan
sarana kompetisi telah memenuhi standar keselamatan (safety) dan layak digunakan dalam
kompetisi.
f. Semua tindakan pencegahan harus diambil untuk menjamin keselamatan. Setiap jalur pemanjatan
atau boulder problem harus dirancang untuk menghindari kemungkinan jatuhnya atlit :
i. Dapat mencederai atlit .
ii. Dapat mencederai atau menganggu atlit lain.
g. Jury President, Category Judge dan Chief Routesetter harus memeriksa setiap jalur atau boulder
problem sebelum memulai suatu babak kompetisi, untuk memastikan bahwa standar keselamatan
telah terpenuhi. Secara khusus, Jury President, Category Judge dan Chief Routesetter harus
memastikan bahwa semua perlengkapan dan prosedur keselamatan sesuai dengan standar UIAA
dan peraturan FPTI.
h. Semua perlengkapan yang digunakan dalam kompetisi harus sesuai dengan standar UIA A atau
peraturan FPTI, kecuali ada kebijakan lain yang ditentukan oleh FPTI, atau terdapat keadaan luar
biasa, berdasarkan wewenang yang diberikan Jury President oleh FPTI. Atlit yang berkompetisi
pada kategori Lead dan Speed harus menggunakan tali tunggal (single rope) yang memenuhi
standar UIAA yang disediakan penyelenggara.
Frekuensi pergantian tali pengaman harus diputuskan oleh Category Judge.
i. Beberapa tindakan pencegahan yang harus diperhatikan dalam mengamankan jalur pemanjatan :
i. Setiap titik pengamanan yang digunakan selama kompetisi harus dilengkapi dengan
quickdraw yang dapat disambung dengan karabiner sehingga seorang atlit dapat
mengaitkan talinya. Hubungan sambungan antara quickdraw dan titik pengamanan
(protection point) harus sesuai standar UIAA yaitu Maillon Rapide (MR) 10 mm, dimana
kunci pengamannya dapat ditutup dan dikencangkan sesuai dengan spesifikasi .
ii. Jika diperlukan penambahan quickdraw yang tidak normal harus menggunakan satu
quickdraw panjang dengan kekuatan yang sama dengan quickdraw yang lebih pendek.
§ Tidak diperkenankan menyambung dua quickdraw atau lebih menggunakan
screw-gate karabiner atau non screw -gate karabiner untuk memperoleh satu
quickdraw yang lebih panjang.
§ Tidak diperkenankan memperpendek quickdraw yang panjang dengan cara
mengikatnya untuk mendapatkan satu quickdraw yang diinginkan.
j. Sebelum memulai setiap babak kompetisi, Category Judge harus memastikan bahwa tenaga medis
dan paramedis yang berkualifikasi selalu hadir untuk memastikan respon yang cepat jika terjadi
kecelakaan atau cideranya atlit maupun Ofisial Kompetisi yang bertugas didalam zona kompetisi.
k. Jika ada keyakinan, bahwa seorang atlit tidak sehat untuk mengikuti kompetisi, karena berbagai
sebab, seperti cedera atau sakit, maka Jury President memiliki kewenangan untuk meminta
pemeriksaan terhadap yang bersangkutan oleh dokter yang akan melakukan tes fisik yang diakui,
31
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

sebagai berikut:
• Tubuh bagian bawah: atlit mampu melakukan 10 (sepuluh) kali scotch-trush
berturut-turut.
• Tubuh bagian atas: atlit mampu melakukan 10 (sepuluh) Push-up berturut-turut.
Jika berdasar hasil tes,dokter menganggap atlit yang bersangkutan tidak layak untuk mengikuti
kompetisi, maka Jury President dapat melarang atlit tersebut untuk mengikuti kompetisi.
Namun jika pada babak ber ikutnya terbukti si-atlit tersebut telah pulih, maka ia bisa meminta
kembali untuk menjalani tes-tes fisik yang telah diakui tersebut.
l. Tidak dapat dibenarkan melakukan sesuatu atas permintaan dari atlit, misal pada kompetisi
Boulder turun kedasar/lantai dari atas (top) pada boulder problem dengan melalui sebuah tangga.

5.3 PROSEDUR PENANGANAN KECELAKAAN


a. Kecelakaan adalah terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan yang menyebabkan cedera badan
atau kerugian lain selama berlangsungnya Kejuaraan/kompetisi. Kecelakaan dapat terjadi karena
salah satu faktor berikut:
kesalahan manusia, kegagalan peralatan, atau kejadian diluar kekuasaan manusia (force majeure).
b. Sebelum suatu kecelakaan terjadi.
i. Penyelenggara wajib menyediakan personil yang mempunyai kemampuan memadai dalam
mengelola kecelakaan.
ii. Penyelenggara wajib menjalin kerjasama dengan klinik atau rumah sakit terdekat sebelum
kompetisi dimulai sebagai antisipasi terhadap kecelakaan yang akan membutuhkan
penanganan lebih lanjut.
c. Setelah kecelakaan terjadi.
i. Jika terjadi kecelakaan yang mengharuskan korban dipindahkan ke rumah sakit menggunakan
ambulans, harus dipastikan bahwa ambulans dan tenaga medis pengganti berada di arena
kompetisi pada saat kejuaraan/kompetisi sedang berlangsung.
ii. Penyelenggara wajib melakukan berbagai langkah yang perlu dalam menangani kecelakaan.
iii. FPTI dapat melakukan penelitian terhadap kecelakaan yang terjadi dan memberikan sanksi
kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap terjadinya kecelakaan dimaksud.

5.4 PROSEDUR PENGUNDIAN DALAM KOMPETISI


a. Pengundian dilakukan untuk berbagai keperluan dalam suatu kompetisi.
b. Tidak diijinkan melakukan protes terhadap proses pengundian dan hasil undian yang telah
dilakukan.
c. Penggunaan prosedur pengundian merupakan kewenangan dari Jury President.
d. Proses pengundian dilakukan oleh Jury President atau Category Judge yang bertanggung jawab
pada kejuaraan/kompetisi atau suatu babak kompetisi yang sedang dilaksanakan.
e. Peserta undian dapat merupakan atlit atau regu. Peserta undian harus menguasakan pelaksanaan
undian kepada manajer tim.
f. Pemilihan prosedur pengundian ditentukan berdasarkan jumlah peserta yang terlibat pengundian :
i. Jika peserta undian adalah 2 (dua), maka proses pengundian dilakukan menggunakan sekeping
Mata uang logam, yaitu dengan cara sebagai berikut:
a) Pengundi (Jury President atau Category Judge) menentukan masing-masing satu sisi mata
uang untuk setiap peserta yang terlibat pengundian. Pengundi dan kedua peserta wajib
mengingat hal ini.
b) Disaksikan kedua peserta, Pengundi akan menempatkan sekeping mata uang logam
diantara kuku ibu-jari dan telunjuk-yang dilingkarkan, dimana salah satu sisi mata uang
menghadap ke langit. Perlu diperhatikan bahwa penempatan ini harus dilakukan secara
random, peserta undian tidak diijinkan mengatur penempatan ini.
c) Pengundi menyentil mata uang tersebut ke atas langit, dan membiarkannya jatuh ke tanah
atau lantai.
d) Pengundi dan peserta yang terlibat undian melihat sisi mata uang yang menghadap ke
langit, berdasarkan hasil ini dapat ditentukan siapa yang memenangkan undian.
32
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

ii. Jika peserta undian lebih dari 2 (dua), maka proses pengundian dilakukan menggunakan kertas
tergulung, yaitu dengan cara sebagai berikut :
a) Pengundi membuat gulungan kertas yang berukuran dan berwarna sama. Jumlah gulungan
kertas adalah sesuai dengan jumlah peserta undian. Setiap gulungan kertas diberi nomor
terurut.
b) Kemudian kertas bernomor yang telah tergulung dimasukkan kedalam wadah.
c) Masing-masing peserta mengambil kertas tergulung tersebut. Peserta dengan abjad awal
namanya mengambil gulungan kertas lebih dulu. Tidak boleh ada kertas gulungan tersisa
setelah semua peserta mengambil bagiannya. Setelah membuka gulungan kertas dan
membaca angka yang tertera, sebagai bukti peserta undian wajib menandatangani
gulungan kertas tersebut .
d) Pemenang dari undian ditentukan berdasarkan urutan nomor yang diperoleh oleh setiap
peserta undian. Nomor yang paling kecil adalah pemenang undian.

5.5 PERTEMUAN TEKNIS (TECHNICAL MEETING)


a. Technical meeting wajib dilaksanakan oleh penyelenggara. Untuk itu harus disediakan minimal
ruang dengan penerangan memadai untuk menampung seluruh jumlah Tim Ofisial semua peserta
kejuaraan/kompetisi, peralatan pengeras suara, papan tulis dan alat tulisnya, dan konsumsi untuk
pimpinan Technical Meeting dan pendampingnya. Konsumsi untuk peserta selama Technical
Meeting bukan menjadi tanggung jawab penyelenggara.
b. Technical Meeting harus sudah selesai dilaksanakan paling lambat 12 (dua belas) jam sebelum
kejuaraan/kompetisi di buka. Tanggal dan waktu pelaksanaan Technical Meeting wajib
diinformasikan kepada seluruh calon peserta kejuaraan/kompetisi. Pelaksanaan Technical Meeting
dilakukan tidak lebih dari 2,5 (dua setengah) jam.
c. Technical Meeting dibuka secara resmi oleh penyelenggara, selanjutnya Jury President harus
memimpin pelaksanaan Technical Meeting didampingi oleh Category Judge dan Chief Routesetter.
Sebelum technical meeting dimulai Penyelenggara dapat melakukan heregistrasi akhir kepada
seluruh atlit peserta.
d. Seluruh Manajer Tim atau atlit yang tidak mempunyai manajer tim wajib mengikuti Technical
Meeting. Jury President berwenang mendiskualifikasi atlit atau atlit yang tim Manjernya tidak
mengikuti technical meeting.
e. Selain Manajer tim atau atlit yang tidak memiliki manajer tim tidak diijinkan mengikuti Technical
Meeting.
f. Materi dalam Technical Meeting adalah :
i. Penjelasan umum tentang permasalahan teknis kompetisi dan kategori yang dipertandingkan.
Pendistribusian jadwal kompetisi, Denah lay out Kompetisi, dan daftar Ofisial Kompetisi yang akan
bertugas.
ii. Penjelasan alokasi hadiah untuk setiap nomor Kompetisi.
iii. Pendistribusian daftar atlit yang akan berkompetisi dan kategori kompetisi yang akan diikuti
oleh masing-masing atlit . Jury President wajib menandatangani daftar tersebut, perubahan
nama dan kategori kompetisi tidak diijinkan setelah daftar tersebut ditanda tangani.
iv. Perubahan nama dan Kategori setelah daftar resmi ditandatangani oleh Jury President, akan
dikenakan biaya perubahan yang besarnya akan ditentukan oleh Jury President.
v. Pengundian urutan pemanjatan untuk nomor-nomor kompetisi yang akan dilaksanakan setelah
upacara pembukaan. Demi alasan teknis, Jury President berhak melakukan proses pengundian
urutan pemanjatan tanpa melibatkan peserta Technuical Meeting. Urutan pemanjatan hasil
pengundian wajib ditempel pada tempat pengumuman yang elah ditentukan.
vi. Hal-hal lain yang menurut Jury President perlu untuk diketahui oleh semu peserta
kejuaraan/kompetisi.

33
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

6. PERATURAN KOMPETISI LEAD

6.1 PENDAHULUAN
a. Peraturan ini harus dibaca bersamaan dengan BAB 3 Peraturan Umum Kompetisi.
b. Semua kompetisi yang diakui FPTI harus dilaksanakan dengan menggunakan dinding panjat
buatan yang dirancang khusus yang mempunyai lebar minimal 3 meter untuk masing-masing jalur,
tinggi minimal 15 meter, dimana akan memungkinkan dibuatnya jalur-jalur dengan panjang
minimal 18 meter. Atas kebijakan FPTI Delegate, lebar yang kurang dari 3 meter bisa diterima,
hanya untuk bagian-bagian tertentu pada dinding.
c. Semua jalur kompetisi Lead dipanjat secara on-lead dimana atlit dibelay dari bawah. Kecuali
untuk Kejuaraan Kelompok Umur kelas Spider Kids, pemanjatan dapat dilakukan secara top-rope.
d. Kompetisi Kategori Lead dapat terdiri dari jalur-jalur yang dipanjat secara:
i. On-sight: yaitu dipanjat setelah melakukan observasi jalur resmi pada periode tertentu.
ii. Flash: setelah pemanjatan demontrasi jalur oleh pencoba jalur yang sah, atau setelah melihat
pemanjatan yang dilakukan oleh atlit lain.
iii. After work: setelah dilakukan pemanjatan percobaan pada suatu jalur yang selesai dibuat.
e. Suatu jalur pemanjatan dianggap telah berhasil dipanjat jika pemanjatan dilakukan sesuai dengan
peraturan mengenai kompetisi kategori Lead dan jika tali pengaman telah dikaitkan dengan
karabiner dari quickdraw terakhir oleh atlit dengan urutan yang benar dari posisi yang sah.
f. Kompetisi Kategori Lead terdiri dari:
i. Babak Kualifikasi, dimana akan ditempatkan dalam satu atau dua jalur yang identik atau dua
jalur yang tidak identik. Jika dilakukan pada dua jalur yang tidak identik , jalaur-jalur tesebut
haruslah mempunyai grade dan karakter yang sama.
ii. Semi final, final, dan jika diperlukan babak super final, yang harus dilakukan pada satu jalur
pemanjatan Untuk kompetisi yang lebih spesifik alternatif yang lain akan digunakan dan akan
ditetapkan oleh FPTI.

6.2 OBSERVASI JALUR


a. Sesuai dengan Peraturan Umum, atlit atau (sebagai satu group) diijinkan untuk melakukan
observasi jalur pemanjatan on-sight yang akan dipanjatnya.
b. Waktu observasi jalur ditentukan oleh Jury President setelah berkonsultasi dengan Chief
Routestter dan tidak lebih dari 6 (enam) menit untuk setiap jalur pemanjatan. Jika jalur
pemanjatan cukup panjang, waktu observasi dapat lebih dari 6 (enam) menit.
c. Pada kasus Super Final, Jury President dapat memutuskan meniadakan waktu observasi jalur.
d. Atlit diijinkan/diperbolehkan menyentuh pegangan (hold) pertama, tanpa kedua kaki
meninggalkan/beranjak dari dasar atau lantai.
e. Setelah waktu observasi jalur berakhir, atlit harus segera kembali ke zona isolasi. Setiap
keterlambatan melaksanakan instruksi ini dapat membuat atlit menerima peringatan (ditandai
dengan pemberian kartu kuning), keterlambatan lebih lanjut dapat menyebabkan atlit
didiskualifikasi (ditandai dengan pemberian kartu merah) dari kompetisi sesuai dengan Prosedur
Kedisiplinan dalam Kompetisi.

6.3 PERCOBAAN PEMANJATAN


a. Jika percobaan jalur pemanjatan merupakan bagian dari kompetisi, Jury President setelah
berkonsultasi dengan Chief Routesetter( kepala pembuat jalur) akan menentukan jadwal
pemanjatan, prosedur pemanjatan, dan berapa lama periode percobaan jalur untuk setiap atlit .

6.4 BELAYING DAN KESELAMATAN


a. Tali yang digunakan untuk memanjat harus dikontrol oleh 2 (dua) orang belayer. Selama atlit
melakukan pemanjatan Belayer harus benar-benar memperhatikan gerakan dari atlit
selama proses pemanjatan untuk memastikan bahwa:
i. Gerakan atlit tidak terbantu/terhalangi oleh regangan tali yang terlalu tegang.

34
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

ii. Ketika atlit berusaha mengaitkan tali dengan protection point (titik pengaman) dia tidak
terhalang atau terbantu sedemikian rupa, jika atlit gagal dalam mengaitkan tali ke protection
point, maka belayer harus mengendorkan regangan tali ( slack) dengan segera.
iii. Jika atlit terjatuh harus segera dihentikan dengan cara yang dinamis dan aman.
iv. Kemungkinan jatuh yang berlebihan tidak terjadi pada atlit yang sedang di-belay .
v. Perhatian yang lebih besar harus diberikan untuk menjamin bahwa jatuhnya atlit tidak akan
menimbulkan cedera yang disebabkan karena pinggir atau features (kontur) serta bagian lain
dari dinding panjat.
b. Category Judge, setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter dan dengan persetujuan Jury
President, dapat memutuskan apakah climbing rope telah terpasang pada protection point
(pengaman) yang pertama. Jika memungkinkan, rancangan jalur harus dibuat sedemikian rupa
dengan memperhitungkan keamanannya sehingga tidak perlu melakukan hal tersebut.
c. Pada saat mulai melakukan pemanjatan pada setiap jalur pemanjatan:
i. Semua atlit harus dilengkapi sesuai peraturan kompetisi dan aturan mengenai peralatan
pemanjatan.
ii. Tali pemanjatan harus diikatkan pada harness setiap atlit dengan menggunakan simpul ”figure
of eight”.
iii. Sebelum atlit memulai pemanjatan, di zona transit belayer harus memeriksa apakah
perlengkapan atlit sesuai dengan aturan dan tali pemanjatan telah diikatkan ke harness atlit
sesuai (4.4.3 b), dan harness atlit telah cukup kencang.
iv. Sebelum atlit memulai pemanjatan, belayer harus memastika bahwa gulungan tali telah diurai
sedemikian rupa sehingga dapat digunakan dengan baik selama proses pemanjatan.
v. Setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter, Category Judge dapat memutuskan apakah
belayer perlu dibantu oleh seorang asisten pada awal jalur pemanjatan untuk memberikan
pengamanan tambahan pada atlit di bagian bawah jalur pemanjatan.
d. Belayer harus siap untuk mengendorkan tali (slack) setiap saat selama proses pemanjatan. Setiap
usaha mengencangkan tali (tension) dapat dianggap sebagai bantuan tambahan atau halangan
terhadap atlit, dapat dinyatakan sebagai insiden teknis oleh Category Judge.
e. Setelah dapat menghubungkan tali dengan protecion point (quickdraw) yang terakhir atau setelah
atlit terjatuh, atlit harus diturunkan. Perhatian harus diberikan untuk menjamin bahwa atlit tidak
akan menginjak peralatan yang ada dibawah atau lantai.
f. Ketika atlit melepaskan tali dari harness-nya, belayer dapat menarik tali kebawah secepat
mungkin dan hati-hati agar tidak menganggu posisi runner pengaman (quickdraw). Menjadi
tanggung jawab belayer untuk memastikan atlit untuk keluar dari daerah pemanjatan secepat
mungkin.

6.5 PROSEDUR PEMANJATAN


a. Setiap jalur pemanjatan harus dialokasikan waktu untuk setiap atlit melakukan pemanjatan.
Waktu ini harus juga termasuk waktu persiapan selama 40 (empat puluh) detik sebagai persiapan
akhir di depan jalur pemanjatan, sesuai dengan pasal 4.5.2 dibawah ini. Periode waktu
pemanjatan ditentukan oleh Jury President setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter dan
diinformasikan kepada atlit pada saat pengarahan teknis (technical briefing) di zona isolasi
sebelum pengamatan jalur atau ditulis pada daftar urutan urutan pemnajatan (starting list) yang
ditempel di zona isolasi.
b. Pada saat masuk zona kompetisi di depan dinding panjat, atlit diminta untuk segera melewati
garis start. Pada saat tersebut, Category Judge akan memulai menghitung waktu yang diambil
oleh atlit dalam menyelesaikan pemanjatan. Setiap atlit diperbolehkan selama 40 detik pertama
untuk melakukan pemanasan, 40 detik ini merupakan bagian dari seluruh waktu pemanjatan yang
telah ditentukan. Jika atlit tidak melakukan pemanjatan setelah berakhir detik ke- 40, atlit akan
diperintahkan dengan segera melakukan pemanjatan. Pelanggaran atas perintah akan
menyebabkan akan terkena Prosedur Kedisiplinan dalam Kompetisi.
c. Pemanjatan yang dilakukan dianggap telah dimulai jika kedua ujung kaki atlit telah meninggalkan
dasar (lantai atau tanah).
35
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

d. Atlit boleh bertanya kepada Category Judge setiap saat selama melakukan pemanjatan mengenai
waktu pemanjatan yang masih tersisa, dan Category Judge segera menginformasikan waktu yang
masih tersisa. Category Judge tanpa diminta akan memberikan informasi kepada atlit jika waktu
masih tersisa 60 (enam puluh) detik. Jika waktu pemanjatan telah habis, Category Judge akan
menghentikan pemanjatan dan prosedur penilaian akan dilakukan. Atlit yang tidak mematuhi
perintah dari Category Judge untuk menghentikan p emanjatan akan menyebabkan terkena
Prosedur Kedisiplinan dalam Kompetisi.
e. Selama pemanjatan dilakukan:
i. Atlit akan mengaitkan semua quickdraw secara berurutan. Quickdraw harus dikaitkan sebelum
bagian terbawah tubuh atlit bergerak meninggalkan karabiner terbawah dari quickdraw (dalam
hal jalur menyamping (traverse) atau roof, sebelum tubuh terbawah atlit melewati quickdraw
yang belum dikaitkan sesuai dengan sumbu jalur yang dibuat oleh pembuat jalur). Setiap
pelanggaran atas aturan ini akan menyebabkan pemanjatan yang sedang dilakukan dihentikan
dan dilakukan pengukuran sesuai dengan pasal 4.6 di bawah. Penolakan yang dilakukan oleh
atlit atas instruksi Category Judge untuk menghentikan pemanjatan akan menyebabkan atlit
mendapat peringatan (ditandai dengan pemberian kartu kuning) sesuai Prosedur Kedisiplinan
dalam Kompetisi.
ii. Dalam hal-hal khusus (untuk tujuan keselamatan) Jury President mempunyai wewenang untuk
membuat aturan tambahan pada pasal 4.5.5 (a) untuk jalur pemanjatan tertentu. Dalam kasus
ini posisi terakhir yang benar untuk mengaitkan adalah point (hold) terakhir dimana atlit dapat
mengaitkan tanpa memanjat turun (climb down) atau memanjat balik (back climb).
iii. Ketika atlit mengaitkan tali ke quickdraw sesuai dengan pasal 4.5.5 (a) tapi terjadi kesalahan
teknis (technical error) pada tali yang dikaitkan, atlit diijinkan untuk mengaitkan quickdraw
` berikutnya secara berurutan kemudian melepaskan kaitan pada quickdraw yang mengalami
kesalahan teknis dan mengaitkan ulang (jika perlu dengan pemanjatan menurun). Pada
akhirnya semua titik pengaman harus dikaitkan secara berurutan.
d. Category Judge dapat memerintahkan pemanjatan dihentikan dan mengukur ketinggian
maksimum (jarak maksimum, dalam hal jalur pemanjatan menyamping atau roof) jika ia
menganggap bahwa pemanjatan selanjutnya akan membahayakan keselamatan atlit .
f. Tumpuan-tumpuan (pegangan atau pijakan) pada jalur harus selalu dibersihkan secara teratur
dengan metode yang diputuskan oleh Category Judge setelah berkonsultasi dengan Chief
Routesetter sebelum suatu babak dimulai. Sangat dianjurkan jalur pemanjatan dibersihkan setiap
maksimum 20 atlit telah melakukan pemanjatan. Periode pembersihan harus diumumkan kepada
atlit selama mengikuti technical meeting tentang observasi suatu jalur dan/atau dican tumkan
pada daftar urutan pemanjatan (starting list) di zona isolasi.

6.6 PERINGKAT SETIAP BABAK KOMPETISI


a. Setelah babak kompetisi berakhir, semua atlit atau regu akan di peringkat berdasarkan tumpuan
tertinggi yang dipegang atau disentuh sesuai dengan pasal 4.7.3 diatas.
b. Dalam hal terdapat peringkat sama, perhitungan mundur akan digunakan, yaitu hasil babak
sebelumnya dipakai untuk memisahkan peringkat yang sama ini. Jika masih sama, babak
sebelumnya akan digunakan. Proses prosedur ini tidak digunakan jika atlit tidak menggunakan
jalur yang sama pada suatu babak.
c. Jury President boleh memutuskan bahwa Bagian 4.8.2 dapat ditangguhkan dan prosedur hitung
mundur (countback) tidak boleh digunakan untuk menentukan peringkat pada akhir babak final.
Keputusan ini harus diinformasikan.
d. Jika tidak dinyatakan lain dalam format kompetisi, jika suatu babak kualifikasi mengharuskan para
atlit dibagi menjadi dua atau lebih jalur yang tidak sama tapi mempunyai tingkat kesulitan yang
sama, para atlit yang tidak berhak ke babak selanjutnya, peringkat akhir akan ditentukan
berdasarkan akumulasi nilai yang diperolehnya dari peringkat pada jalur-jalur tersebut.
e. Jika prosedur hitung mundur digunakan terdapat peringkat sama untuk tempat pertama setelah

36
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

akhir babak final, super final akan dilakukan. Jika peringkat sama masih tetap terjadi setelah super
final, jika tetap diperoleh hasil yang sama, maka peringkat ditentukan berdasarkan catatan yang
ditempuh, atlit yang mempunyai catatan waktu lebih baik mempunyai peringkat lebih baik.

6.7 KUOTA SETIAP BABAK KOMPETISI


a. Pasal ini harus dibaca bersamaan dengan pasal 4.8 diatas yaitu prosedur Peringkat Setiap Babak
Kompetisi harus diselesaikan dulu sebelum pasal 4.9 ini diterapkan.
b. Jika terdapat kekurangan jumlah atlit atau regu yang dapat menyelesaikan jalur pada babak
sebelumnya, sisa tempat dari kuota yang telah ditentukan akan diisi oleh peringkat terbaik
berikutnya.
c. Kuota pasti atlit kualifikasi untuk babak semi final dan final adalah 26 (dua puluh enam) dan 8
(delapan) atlit.
d. Jika kuota pasti untuk semi final dan final berlebih setelah prosedur hitung mundur digunakan,
jumlah terbanyak dari atlit atau regu akan mengikuti babak selanjutnya dalam kompetisi.
e. Jika terdapat dua kelompok dalam babak kualifikasi, kuota tetap untuk babak selanjutnya harus
dibagi sama untuk kedua group tersebut.

37
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

7. PERATURAN KOMPETISI MULTIPITCH (Lead Berantai)

7.1 UMUM.
a. Peraturan ini sebaiknya dibaca bersamaan dengan Bab 3 Peraturan Umum Kompetisi
b. Multipitch adalah merupakan kategori yang merupakan bagian dari kategori lead dan mengadopsi
sistem climbing procedure dengan membagi suatu jalur pemanjatan menjadi 2 (dua) pitch, yang
dilakukan oleh dua orang atlit yang bekerjasama untuk menyelesaikan jalur pemanjatan dengan
waktu dan prosedur yang telah ditentukan.
c. Nomor kompetisi ini hanya dapat dilakukan jika panjang jalur pemanjatan minimal 20 (dua puluh)
meter dan menurut FPTI Delegate konstruksi dinding panjat memenuhi standar untuk digunakan
kategori kompetisi ini.
d. Kategori Multipitch terdiri dari:
i. Beregu putra dan putri
ii. Beregu Campuran
e. Suatu nomor kompetisi beregu-multipitch hanya dapat dilaksanakan jika jumlah regu yang
mendaftar paling sedikit 6 (enam) regu.
f. Kategori multipitch terdiri dari 2 (dua) babak :
i. Babak semi final
ii. Babak final, dan jika diperlukan akan diadakan babak super-final.

7.2 KESELAMATAN DAN BELAYING


a. Titik pengamanan (protection point) pada Pitch 1 (P1) disediakan 3 buah hanger. dan pada Pitch 2
(P2) disediakan 4 buah hanger.
i. Posisi protection point (hanger) harus sejajar.
ii. Setiap hanger dihubungkan dengan karabiner autolock.
iii. Pada masing-masing Pitch sudah ditentukan posisi dari Czwtail, simpul Clove Hitch (pangkal)
dan figure of eight knot.
iv. Atlit harus menempatkan semua pengaman sesuai dengan urutan yang telah ditentukan.
b. Semua quickdraw (runners) sudah dalam posisi terpasang sesuai dengan sumbu jalur pemanjatan.
c. Quickdraw (runner set) harus terhubung dengan hanger dengan Mailom Rapide (MR) 10mm.
d. Semua atlit dibekali dengan cowtail dan belay device yang telah ditentukan.
e. Semua belay device yang digunakan pada nomor beregu-multipitch adalah Stich Plate atau ATC .

7.3 PROSEDUR PEMANJATAN


a. Sebelum melewati garis Start, kedua pemanjat telah mengaitkan kedua ujung tali ke Harnest
masing–masing dengan simpul figure of eight sebelum melakukan pemanjatan.
b. Waktu pemanjatan dihitung ketika pemanjat telah melewati garis Start.
c. Pemanjat pertama (C1), melakukan pemanjatan secara sepengamatan (on-sight) menuju Pitch
(P1) di belay oleh Pemanjat kedua (C2) dengan System Body Belay
d. Pemanjat pertama mengaitkan tali ke quickdraw (runner) yang sudah terpasang, secara berurutan
sampai di Pitch 1 (P1).
e. Pemanjat pertama (C1) dinyatakan telah sampai di Pitch 1 (P1), apabila telah memasang
pengaman dengan urutan sebagai berikut:
i. Mengaitkan tali pemanjatan ke quickdraw (runner) yang di tandai Khusus, memasang Cowtail
pada hanger yang telah di tandai.
ii. Memasang Pengaman untuk melakukan Hanging Belay dengan menggunakan simpul Clove
Hitch pada pengaman (protection point)/hanger, dan simpul tersebut diupayakan sedekat
mungkin dengan harness.
iii. Selanjutnya pemanjat tersebut memasang simpul 8 yang akan dihubungkan pada pengaman
(protection point) terakhir.
iv. Pemanjat kedua (C2) dapat membuka belay device setelah mendapat bendera kuning dari Juri

38
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

kemudianpemanjat pertama (C1) menarik tali sisa dan menjulurkan ke bawah.


v. Pada proses pemasangan ( point e.1 s/d point e.5 ) pada P1 atau P2 Atlit tidak diperkenankan
menggunakan hanger dan karabiner autolock sebagai pegangan.
f. Pemanjat pertama menyiapkan peralatan belaying untuk pemanjat kedua (C2) dengan system
Hanging Body Belay.
g. Pemanjat kedua (C2) melakukan pemanjatan setelah mendapat tanda dari juri yang berupa
bendera berwarna hijau, dengan melepaskan tali dari quickdraw (runner) secara berurutan, dan
melanjutkan pemanjatan sampai Pitch 2 (P2) atau TOP.
h. Pemanjat kedua (C2) melakukan prosedur pengamanan yang sama seperti yang dilakukan
pemanjat pertama (C1) pada Pitch 1 (P1) sesuai dengan point e.1 s/d point e.5.
i. Pemanjat kedua (C2) menyiapkan belaying untuk pemanjat pertama (C1) untuk mencapai Pitch 2
(P2) atau TOP.
j. Pemanjat pertama (C1) dapat membuka belay device setelah mendapat tanda dari Juri berupa
bendera kuning, dan pemanjat kedua dapat menarik tali pemanjatan dan menjulurkannya
kebawah.
k. Pemanjat pertama (C1) dapat membuka semua pengaman di Pitch 1 (P1) setelah mendapat tanda
dari Juri berupa bendera hijau dengan urutan terbalik pada saat pemasangan pengaman,
kemudian melakukan pemanjatan menuju Pitch 2 (TOP) dengan melepas tali dari quickdraw
(runner) secara berurutan. Pada proses membuka pengaman pada P1 Atlit tidak diperkenankan
menggunakan hanger dan karabiner autolock sebagai pegangan.
l. Pemanjat Pertama (C1) dinyatakan telah sampai di pitch 2 (TOP) apabila telah memasang
pengaman dengan urutan sebagai berikut:
i. Memegang tumpuan terakhir,
ii. Memasang cowtail pada hanger atau pengaman yang sudah ditandai.
iii. Selanjutnya pemanjat pertama (C1) memegang tanda/Bel sebagai tanda akhir pemanjatan.
iv. Prosedur diatas dilakukan tanpa melepas runner top di P2.
m. Pemanjatan dinyatakan selesai dan kedua pemanjat diturunkan melalui fixrope oleh petugas.

7.4 JUMLAH ATLIT DAN BABAK KOMPETISI.


a. Jumlah atlit untuk setiap regu pada setiap kategori adalah 2 (dua) atlit.
b. Untuk nomor beregu Campuran, terdiri dari 1 (satu) atlit putra dan 1 (satu) atlit putri.
c. Jika jumlah regu yang mengikuti kompetisi kategori Multipitch lebih dari atau sama dengan 8
(delapan) regu, maka kompetisi kategori ini dilaksanakan dalam 2 (dua) babak, yaitu semi-final
dan babak final.

7.5 PROSEDUR PENILAIAN


a. Nilai Max 2 Top.
Jika Pemanjat pertam a (C1) telah melakukan pemanjatan sesuai dengan aturan dan memegang
Tumpuan terakhir, kemudian memasang cowtail pada hanger atau pengaman yang sudah
ditandai, dan memegang tanda/Bel sebagai tanda akhir pemanjatan.
b. Top 1 + Nilai.
Jika Pemanjat kedua (C2) m elakukan prosedur pengamanan pada Picth 2 yang sama seperti yang
dilakukan pemanjat pertama di Pitch 1. dan pemanjat pertama (C1) tidak sampai picth 2(P2)
c. Pitch 1 + Nilai.
Jika pemanjat pertama (C1) dinyatakan telah sampai di Pitch 1 (P1), dan sudah memasang
pengaman sesuai dengan prosedur. Selanjutnya Pemanjat Kedua (C2) telah memulai pemanjatan
dan tidak sampai di Pitch 2(P2)
d. Min Nilai Pemanjatan.
Jika Pemanjat pertama (C1) jatuh dan tidak sampai ke Pitch 1(P!)

39
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

7.6 PERINGKAT SETIAP BABAK.


a. Penyusunan peringkat regu didasarkan pada akumulasi nilai tertinggi yang diperoleh kedua atlit
pada setiap babak.
b. Regu dengan akumulasi nilai tertingi menempati peringkat tertinggi.
c. Jika terjadi nilai sama yang melibatkan lebih dari satu regu, maka semua regu yang mempunyai
nilai pemanjatan sama berhak menempati peringkat sama.
d. Jika nilai sama terjadi pada babak final terdapat lebih dari satu regu, maka penentuan peringkat
ditentukan dengan melihat hasil babak sebelumnya.
e. Jika penentuan peringkat tidak dapat ditentukan dengan melihat babak sebelumnya, maka
penentuan peringkat dilakukan babak Super final. Dan jika pada babak Super final masih
mempunyai nilai yang sama maka penentuan pemenang akan ditentukan dengan melihat catatan
waktu terbaik.

7.7 PENGHENTIAN PEMANJATAN


a. Jika salah satu pemanjat terjatuh, maka pemanjatan dianggap selesai, dan dinilai berdasarkan
tumpuan (hold) yang terakhir di pegang.
b. Jika salah satu pemanjat melakukan kesalahan pada pembuatan dan penempatan simpul, akan
mendapatkan peringatan pertama. Dan jika melakukan kesalahan yang sama kedua kalinya (untuk
masing-masing pemanjat), maka pemanjatan tersebut akan diberhentikan.
c. Apabila gerakan yang dilakukan oleh belaying membantu pemanjat untuk menambah ketinggian,
maka Juri berhak memberhentikan pemanjatan yang dilakukan oleh suatu regu.
d. Apabila salah satu pemanjat melepas pengaman dan atau belay device sebelum juri memberikan
tanda berupa bendera hijau, pemanjatan akan dihentikan.
e. Apabila salah satu pemanjat melepas pengaman dan belay device tidak secara berurutan.
f. Apabila pemanjat melepas runners dengan tidak berurutan.
g. Untuk ketentuan penghentian pemanjatan lainnya mengikuti peraturan umum kategori Lead.

7.8 ATURAN TAMBAHAN


a. Tegangan tali diperbolehkan selama tidak membantu pemanjat menambah ketinggian.
b. Limit waktu pemanjatan ditentukan oleh Chief Routte dan di umumkan oleh Jury President.
c. Apabila pemanjat melakukan kesalahan memasang urutan pengaman pada Pitch 1 dan Pitch 2,
juri lintasan akan memberi peringatan dengan menyampaikan urutan yang benar.

40
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

41
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

8. PERATURAN KOMPETISI BOULDERS


8.1 UMUM
a. Aturan ini sebaiknya dibaca bersamaan dengan BAB 3, Aturan Umum Kompetisi.
b. Kompetisi Boulders terdiri dari serangkaian jalur pemanjatan pendek yang disebut boulder
problem. Semua boulder problem harus dipanjat tanpa tali pengaman. Jumlah tumpuan pada tiap
boulder problem harus paling banyak 12 (dua belas) dan jumlah rata-rata Pegangan untuk semua
boulder problem antara 4 (empat) dan 8 (delapan). dalam satu babak .
c. Seluruh boulder problem pada kompetisi boulders harus diamankan dengan matras landasan
jatuh. Menjadi tanggung jawab pembuat jalur untuk menentukan jumlah dan karakter dari boulder
problem sesuai dengan ukuran dan posisi matras, jika beberapa matras/landasan jatuh
digabungkan, maka harus ditutup sedemikian rupa hingga tidak memungkinkan atlit jatuh
diantaranya.
d. Kompetisi Bouldersterdiri atas 3 (tiga) babak, yaitu babak kualifikasi , Semi-final dan babak final.
Jika terjadi hal diluar kekuasaan (forece majeur), jumlah babak dalam kompetisi dapat dikurangi
menjadi hanya 2 (dua) babak. Jika suatu babak dibatalkan, maka hasil dari babak sebelumnya
akan diperhitungkan sebagai nilai akhir untuk menentukan rangking atlit.
e. Babak semi-final dan final harus dilakukan pada hari yang sama. Harus ada jeda waktu minimal 2
(dua) jam antara akhir babak semi-final dan awal babak final. Ruang isolasi ditutup paling lambat
1 (satu) jam sebelum babak final dimulai.
f. Jumlah boulder problem dalam babak kualifikasi tidak kurang dari 6 (enam) dan tidak lebih dari 8
(delapan). Jumlah minimum dari boulder problem pada babak final harus berjumlah 4 (empat).
Jika terjadi hal diluar kekuasaan (forece majeur), jumlah boulders problem dapat dikurangi atas
kebijakan Jury President.
g. Demi alasan keselamatan, boulder problem harus dibuat sedemikian rupa, sehingga bagian tubuh
atlit yang paling rendah harus tidak lebih tinggi dari 3 (tiga) meter di atas matras landasan jatuh.
h. Juga demi alasan keselamatan , boulder problem tidak dirancang untuk memungkinkan atlit
meloncat ke bawah (downward jumps).
i. Wasit pada setiap boulder problem terdiri dari seorang juri dan satu orang asisten, salah
satunya harus pemegang kualifikasi nasional.
j. Setiap boulder problem harus mempunyai posisi start yang sudah ditentukan dimana semua usaha
pemanjatan harus dimulai. Posisi untuk start ini setidaknya posisi yang tetap dan diberi tanda
untuk kedua tangan, serta posisi yang tetap dan ditandai untuk salah satu atau kedua kaki. Posisi
start ini harus ditandai dengan jelas, dan tanda tersebut harus dibuat sama untuk setiap boulder
problem. Warna yang digunakan harus berbeda dengan warna yang digunakan untuk menandai
tumpuan bonus serta pembatas yang dimaksud dalam pasal 3.2.4. Atas keputusan Chief
Routesetter, tumpuan start yang sudah ditentukan diberi label/tulisan kiri dan kanan.
k. Nilai bonus diberikan untuk penggunaan tumpuan tertentu pada boulder problem. Penempatan
tumpuan bonus ditentukan oleh Chief Routesetter. Tumpuan ini harus ditandai dengan jelas, dan
digunakan warna yang berbeda dengan warna yang digunakan untuk menandai tumpuan start
dan finish (top). Nilai bonus akan diberikan kepada pemanjat yang dapat menyelesaikan
pemanjatan tanpa memegang point bonus.
l. Tumpuan akhir (top point) harus diberi tanda dengan warna yang sama dengan tumpuan start.
m. Pemanjatan boulder problem dinyatakan berhasi jika atlit berhasil memegang tumpuan akhir (top)
dengan kedua tangan dengan sempurna.
n. Tanda yang dimaksud dalam ayat 8.1. j, 8.1.k, dan 8.1. l. akan selalu sama selama
kejuaraan/kompetisi berlangsung. Suatu contoh penandaan yang digunakan harus ditempatkan
pada dinding pemanasan di Zona Isolasi.
o. Untuk menarik perhatian penonton, semua boulder problem harus dibuat sedemikian rupa.
Sehingga pada akhirnya empat boulder problem yang tersisa pada masing-masing babak
kualifikasi, dan semua boulder problem pada babak semi-final dan final harus disejajarkan
sedemikian rupa sehingga penonton dapat melihat dari berbagai jarak pada tempat pertandingan
terbuka.

42
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

p. Babak Final untuk Putra dan Putri harus dilaksanakan secara bersamaan.

8.2 PROSEDUR PEMANJATAN


a. Pada babak kualifikasi dan semi-final, atlit melakukan pemanjatan pada beberapa boulder
problem dengan urutan yang telah ditentukan. Setelah menyelesaikan setiap boulder problem ,
atlit mendapat masa istirahat yang waktunya sama dengan waktu pemanjatan yang disebut waktu
rotasi (rotation period) yaitu 6 (enam) menit. Setiap boulder problem terdiri dari suatu daerah
yang ditandai dengan jelas agar atlit dapat melihat route dan termasuk matras landasan jatuh.
b. Pada setiap akhir waktu rotasi, atlit harus segera menghentikan pemanjatan dan masuk ketempat
istirahat (resting area). Tempat tersebut harus tidak memungkinkan atlit mengamati boulder
problem manapun. Atlit yang telah menyelesaikan waktu istirahatnya harus segera masuk ke
boulder problem selanjutnya bersamaan dengan terdengarnya tanda waktu rotasi.
c. Harus dipastikan bahwa atlit telah menandatangani Lembar Hasil Pemanjatan Boulders sesuai
lampiran 7 sebelum meniggalkan suatu boulder problem.
d. Pada babak final, setiap boulder problem harus dipanjat oleh semua atlit sesuai dengan urutan
start masing-masing sebelum melanjutkan ke boulder problem berikutnya.
e. Waktu rotasi untuk babak final adalah 6 (enam) menit. Jika sebelum 6 (enam) menit atlit telah
menyelesaikan pemanjatannya, atlit tersebut akan segera ke Zona isolasi terpisah dari atlit yang
belum menyelesaikan pemanjatan, dan atlit berikutnya segera melakukan pemanjatan pada
boulder problem tersebut. Fasilitas peman asan harus disediakan di ruang isolasi terpisah.
f. Jika semua atlit telah menyelesaikan boulder problem pertama pada babak final, mereka semua
bergerak menuju boulder problem kedua. Prosedur yang sama dilakukan untuk dua boulder
problem lainnya.
g. Suatu pemanjatan pada boulder problem dianggap telah mulai dilakukan ketika semua anggota
tubuh atlit telah meninggalkan matras landasan jatuh.
h. Awal dan akhir setiap waktu rotasi diumumkan dengan jelas dan tegas. Satu menit tersisa dari
waktu rotasi akan diinformasikan dengan tanda yang lain. Tanda yang dipakai akan disepakati
pada Technical Meeting dan akan diinformasikan kepada atlit sebelum suatu babak dimulai.
i. Semua tumpuan harus dibersihkan oleh juri atau asisten juri sebelum atlit memulai usaha
pemanjatan pertamanya pada suatu boulder problem. Atlit boleh meminta tumpuan untuk
dibersihkan sebelum melakukan pemanjatan pada boulder problem, pembersihan atas permintaan
atlit tidak mengubah kuota waktu pemanjatan yang dimilikinya. Sikat atau alat lainnya dapat
digunakan oleh atlit untuk membersihkan tumpuan yang dapat diraih dari lantai/dasar. Hanya
sikat atau bahan lain yang disediakan penyelenggara pada setiap boulder problem yang dapat
digunakan untuk tujuan tersebut.
j. Penggunaan bahan lain selain chalk (kapur) hanya dapat dilakukan bila mendapat ijin dari Jury
President.

8.3 PERINGKAT SETIAP BABAK


a. Setelah setiap babak kompetisi para atlit diberi peringkat berdasarkan kriteria berikut ini:
i. Jumlah total boulder problem yang berhasil diselesaikan (memegang tumpuan top).
ii. Jumlah total usaha pemanjatan (attempt) yang dilakukan untuk menyelesaikan boulder
problem (memegang tumpuan top).
iii. Jumlah total tumpuan bonus yang berhasil di pegang dengan sempurna.
iv. Jumlah total usaha pemanjatan (attempt) untuk memegang tumpuan bonus.
b. Jika terjadi peringkat sama, hasil dari babak sebelumnya diperhitungkan melalui cara perhitungan
mundur. Penghitungan mundur tidak dapat diterapkan jika atlit-atlit yang telah pemanjatan dibagi
menjadi 2 (dua) grup atau lebih.

43
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

9. PERATURAN KOMPETISI SPEED

9.1 UMUM
a. Aturan ini sebaiknya dibaca bersama dengan Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Bagian 3,
Peraturan Umum.
b. Kompetisi speed pada dasarnya terdiri atas babak kualifikasi dan babak putaran final.
c. Kompetisi kategori Speed dapat dilakukan pada:
i. 2 (dua) jalur pemanjatan dengan panjang lintasan yang sama serta feature (kontur) dan
tingkat kesulitan (grade) yang mirip ( Format A).
ii. 4 (empat) jalur pemanjatan dengan panjang lintasan, feature, rancangan dan tingkat
kesulitan (grade) yang identik (Format B).
iii. 2 (dua) jalur pemanjatan dengan panjang dan lebar lintasan, feature, rancangan jalur serta
grade yang tetap ( Format Rekor Dunia Speed).
iv. 8 (delapan) jalur pemanjatan dengan panjang lintasan yang sama serta feature (kontur)
dan tingkat kesulitan (grade) yang mirip ( Speed Estafet).
d. Ketinggian yang direkomendasikan antara 12 – 20 meter dengan panjang overhang maksimal 5
meter. Jika dalam jalur pemanjatan terdapat roof, panjangnya tidak lebih dari 1 meter.

9.2 JALUR PEMANJATAN


a. Jalur pemanjatan kategori speed untuk semua babak harus dibuat dengan tingkat kesulitan
(grade) yang hampir sama untuk semua jalur yang dipakai pada suatu babak kompetisi, tidak
dibenarkan jalur yang memiliki tingkat kesulitan yang jauh antara jalur satu dengan jalur lainnya
pada suatu babak kompetisi.
b. Jika babak kualifikasi dan babak putaran-final dilaksanakan:
i. Pada hari yang sama: jalur-jalur untuk kedua babak sama.
ii. Pada hari yang berbeda: jalur-jalur untuk masing-masing babak harus berbeda. Para atlit
akan diberitahu mengenai hal tersebut.
c. Ketinggian sebuah jalur antara 15 - 21 meter, dengan total overhang tidak lebih dari 5º (lima)
derajat. Apabila jalur mempunyai roof, panjang roof tidak lebih dari 1 meter.
d. Ketinggian dan konstruksi Jalur Rekor Dunia Speed, panjang lintasan 15 (lima belas) meter
dengan kemirirngan (overhang) 5º (lima) derajat. Ketentuan mengenai dimensi dan material
dinding panjat sesuai Peraturan Kompetisi Panjat Tebing pasal 3.2.

9.3 KESELAMATAN/SAFETY
a. Atlit melakukan pemanjatan pada semua jalur secara top-rope di-belay dari bawah dengan body-
belay.
b. Top rope harus melalui dua titik pengaman (protection point) yang terpisah, dimana masing-
masing protection point terdiri dari satu cincin kait terkunci (Screwgate Carabiner) ke titik
pengaman (protection point ) dengan quickdraw sling dan Maillon Rapide 10mm, yang sesuai
dengan spesifikasi pabrik.
c. Konstruksi Pengaman (protection point ) top-rope harus dipasang pada batang kontruksi besi yang
dibuat khusus untuk itu pada konstruksi dinding panjat dengan pengamanan back up yang
memadai.
d. Posisi dari protection point terakhir harus diatas tombol finish (tombol alat pengatur tanda selesai
pemanjatan) pada suatu jalur.
e. Posisi dari protection point harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membantu, menghalangi
maupun membahayakan atlit selama melakukan pemanjatan suatu jalur.
f. Tali untuk memanjat harus dihubungkan dengan harness atlit dengan:
i. Simpul figure of eight atau,
ii. Dengan menggunakan dua screwgate karabiner dalam posisi berlawanan (opposition).
g. Setiap tali dikendalikan oleh dua orang belayer. Belayer harus menempatkan diri di bawah dinding
panjat sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya kecelakaan akibat kejatuhan tumpuan (hold)

44
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

atau peralatan lain yang mungkin terjadi selama pemanjatan. Selama atlit melakukan usaha
pemanjatan suatu jalur, belayer harus memusatkan perhatian terhadap pergerakan atlit untuk
menjamin:
i. Bahwa pergerakan atlit tidak terhalangi dengan cara apapun oleh tali yang terlalu ketat
atau yang terlalu longgar.
ii. Kemungkinan jatuh harus terjadi dengan aman.
iii. Atlit tidak mengalami jatuh terlalu jauh atau terlalu deras.
iv. Perhatian lebih harus diberikan, sehingga jatuhnya atlit tidak membuatnya cedera karena
menimpa bagian pinggir atau bagian lain dari dinding panjat.
h. Setelah atlit menyelesaikan jalur pemanjatan, atau setelah terjatuh, atlit harus diturunkan ke
dasar/lantai. Perhatian harus tetap dilakukan untuk menjamin bahwa atlit tidak akan
menimpa/menginjak peralatan yang ada di dasar lantai.
i. Semua perlengkapan (karabiner, quickdraw, hanger dll) yang tidak diperlukan harus disingkirkan
dari jalur pemanjatan.
j. Jalur-jalur pemanjatan harus dirancang sedemikian rupa, sehingga atlit tidak bisa saling
mengganggu satu dengan lainnya. Jika axis (sumbu/garis tengah) dari jalur tidak tegak lurus,
maka harus dibuat dengan arah berlawanan.

9.4 PENGHITUNGAN WAKTU PEMANJATAN


a. Penghitungan waktu pemanjatan pada setiap jalur pemanjatan harus dilakukan dengan
menggunakan sistem mekanik-elektrik (electric timer device).
b. Jika menggunakan pencatatan waktu mekanik-elektrik (electric timer device). tombol yang
mengatur waktu harus mempunyai tingkat ketepatan 0,01 detik. Jika sistem pengatur waktu ini
mengalami kegagalan pada suatu pemanjatan, maka akan dinyatakan sebagai insiden teknis pada
kedua atau semua atlit yang ada di heat pemanjatan. Sistem penghitungan waktu manual tidak
akan digunakan dalam kasus ini.
c. Jika terpaksa menggunakan sistem penghitungan waktu secara manual, setiap jalur harus
dilengkapi dengan tombol yang dengan indikator lampu warna merah, dan signal yang dapat
didengar. Setiap jalur harus dicatat waktunya oleh wasit dan dua asisten, yang masing-masing
mengoperasikan stopwatch. Waktu yang ditempuh atlit ditentukan oleh Category Judge dengan
menghitung rata-rata dari ketiga stopwatch, dengan mengabaikan kesalahan pencatatan waktu
yang terjadi. Stopwatch yang digunakan memiliki tingkat akurasi 0,01 detik, dengan merk dan
spesifikasi harus sama.

9.5 PENGUMUMAN HASIL


a. Informasi mengenai peringkat dan catatan waktu pemanjatan untuk tiap atlit dalam setiap babak
kompetisi dapat ditunjukkan kepada penonton dan manajer, segera setelah pemanjatan selesai
setelah hasil diputuskan.
i. Dengan pengumuman elektronik (pada papan atau layar) atau,
ii. Dengan sebarkan informasi melalui poster atau papan tulis jika i. tidak tersedia.
b. Hasil keseluruhan pertandingan harus menunjukkan cacatan waktu yang ditempuh atlit pada
setiap jalur dan tiap babak.
c. Laporan hasil kompetisi pada setiap babak dan akhir kompetisi pada semua jalur dan babak
kompetisi sesuai format pada Lampiran 16 - Lampiran 19.

9.6 URUTAN PEMANJATAN DAN PERINGKAT ATLIT– FORMAT A


a. Urutan pemanjatan pada babak kualifikasi merupakan kebalikan dari Peringkat Sirkuit Nasional
terbaru. Atlit yang tidak masuk peringkat nasional mendapat urutan awal pada babak kompetisi
dengan urutan acak sesuai Peraturan Kompetisi Panjat Tebing Pasal 3.4.4.a.
b. Jika babak kualifikasi dan babak putaran final diadakan pada hari yang sama, maka jalur untuk

45
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

kedua babak tersebut adalah sama. Jika babak kualifikasi dan babak final dilakukan pada hari yang
berbeda, maka jalur untuk tiap babak harus berbeda. Atlit harus diinformasikan mengenai hal
tersebut pada saat technical meeting.
c. Atlit melakukan pemanjatan pada jalur pertama. Apabila berhasil melakukan pemanjatan di jalur
pertama, maka dilanjutan memanjat pada jalur kedua.
d. Setiap atlit harus dirangking berdasarkan rata-rata waktu yang diperoleh dari kedua jalur yang
berhasil diselesaikan.
e. Jika atlit gagal menyelesaikan salah satu dari jalur pemanjatan pada babak kualifikasi, maka atlit
tersebut tersisih dan menempati peringkat terakhir.
f. Jumlah atlit pada babak final adalah:
i. Jika jumlah atlit yang menyelesaikan babak kualifikasi adalah 16 (enam belas) atlit atau
lebih, maka 16 jumlah atlit yang berhak mengikuti babak final adalah 16 (enam belas)
atlit.
ii. Jika jumlah atlit yang menyelesaikan babak kualifikasi kurang dari 16 (enam belas) atlit,
maka jumlah atlit yang berhak mengikuti babak final adalah 8 (delapan) atlit .
iii. Jika jumlah atlit yang menyelesaikan babak kualifikasi kurang dari (delapan) atlit, maka
jumlah atlit yang berhak mengikuti babak final adalah 4 (empat) atlit .
iv. Jika jumlah atlit yang dapat menyelasaikan babak kualifikasi kurang dari 4 (empat) atlit,
maka babak kualifikasi akan diulang hingga mencapai jumlah atlit yang berhak mengikuti
babak final adalah 4 (empat) atlit.
Babak putaran -final terdiri dari: perdelapan final, perempat final, dan semi- final serta final.
g. Pemanjatan pada babak putaran-final dilakukan dengan menggunakan sistem gugur, yaitu
ditentukan dari total waktu yang ditempuh atlit pada kedua jalur p emanjatan.
h. Urutan pemanjatan pada babak final didasarkan pada rangking akhir babak kualifikasi, sebagai
berikut:
Skema 1: Jika babak final melibatkan 16 atlit
Heat
Number Kompetitor dengan Rangking VS Kompetitor dengan Rangking
1 1 16
2 8 9
3 4 13
4 5 12
5 2 15
6 7 10
7 3 14
8 6 11
Skema 2: Jika babak final melibatkan 8 Atlit
Heat
Number Kompetitor dengan Rangking VS Kompetitor dengan Rangking
1 1 8
2 4 5
3 2 7
4 3 6
Skema 3: Jika babak final melibatkan 8 Atlit
Heat
Number Kompetitor dengan Rangking VS Kompetitor dengan Rangking
1 1 4
2 2 3

46
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Urutan pemanjatan dalam babak final ditunjukkan dalam skema pada Gambar 1 dibawah:
Gambar 1 : Skema 1 – Jika babak final melibatkan 16 atlit

Gambar 1
Bagan urutan dalam babak final dengan melibatkan 16, 8 dan 4 atlit. (Huruf Roman tertulis
menunjukkan rangking akhir dari atlit).
i. Kegagalan menyelesaikan jalur pemanjatan pada babak final:
47
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

i. Jika seorang atlit dalam babak semi final atau final gagal untuk menyelesaikan salah satu
dari jalur pemanjatan, maka atlit tersebut gugur dan atlit lawannya dinyatakan sebagai
pemenang heat pemanjatan tersebut, apabila atlit lawannya dapat menyelesaikan kedua
jalur pemanjatan. Jika kedua atlit gagal untuk menyelesaikan salah satu jalur, maka heat
pemanjatan tersebut akan diulang untuk mendapatkan pemenang pada heat pemanjatan
tersebut.
ii. Heat pemanjatan untuk menentukan tempat ketiga dan keempat harus tetap dilakukan dan
harus menghasilkan pemenang.
iii. Jika kedua atlit dalam heat pemanjatan final gagal untuk menyelesaikan jalur mereka,
maka heat pemanjatan harus diulang lagi sampai diperoleh pemenangnya.
j. Peringkat sama (Tied competitor):
i. Pada babak kualifikasi:
a) Jika terdapat dua atau lebih atlit mempunyai peringkat yang sama pada babak
kualifikasi untuk ranking terakhir yang berhak mengikuti babak putaran final, maka
semua atlit tersebut tidak berhak mengikuti babak putaran-final. dan mereka semua
diberi peringkat sama.
b) Jika dua atau lebih atlit yang mempunyai peringkat yang sama dalam babak kualifikasi,
tapi bukan pada peringkat terakhir, maka mereka akan dipisahkan secara acak untuk
menentukan peringkatnya dalam babak final, mereka harus dibagi secara acak untuk
penempatan urutan pemanjatan
ii. Pada Babak Putaran Final:
a) jika dua atlit mempunyai waktu pemanjatan yang sama pada heat pemanjatan babak
semi final dan final, pemenang akan ditentukan dengan melakukan heat pemanjatan
tambahan antara kedua atlit.
b) Jika dua atlit mempunyai waktu pemanjatan yang sama pada heat pemanjatan selain
babak semi-final dan final, maka pemenang akan ditentukan dengan melihat hasil pada
heat pemanjatan sebelumnya pada babak final, atau hasil pemanjatan pada babak
kualifikasi untuk heat pertama dalam babak final.
k. Tentang jalur rekor akan ada penambahan setelah peraturan IFSC dikeluarkan.

9.7 DEMONSTRASI DAN OBSERVASI


a. Chief Routesetter atau anggota lain yang tergabung dalam tim routesetting harus melakukan
demontrasi pemanjatan pada jalur-jalur pemanjatan yang ada.
b. Pemanjatan demo harus dilakukan sebanyak dua kali, pemanjatan yang pertama dengan
kecepatan rendah dan pemanjatan yang kedua dengan kecepatan penuh. Hal ini akan diikuti
dengan periode observasi untuk tiap jalur yang didemonstrasikan, Waktu yang dipergunakan
untuk periode observasi biasanya dilakukan paling lama 6 (enam) menit, yang mana Jury
President. dapat menentukan berapa waktu observasinya.
c. Jika digunakan Format-B, Jury President setelah berkonsultasi dengan Chief Routesetter dapat
menentukan hanya satu jalur yang dilakukan demonstrasi pemanjatan.
d. Atlit diijinkan untuk memegang tumpuan-tumpuan pertama, yang terjangkau dengan tidak
meninggalkan dasar/lantai.

9.8 PROSEDUR PEMANJATAN


a. Pada saat diinstruksikan untuk memulai/start pemanjatan suatu jalur oleh Category Judge,
masing-masing atlit harus mengambil posisi start.
b. Posisi Start yang benar adalah satu kaki harus di dasar/lantai dan kaki lainnya pada (foothold yang
pertama), dan dengan satu atau kedua tangan pada tumpuan pertama (first handhold). Posisi
tangan tidak boleh melewati garis start, dan atlit tidak boleh melakukan gerakan apapun sebelum
Jury meneriakakan ’’Ya’’ atau tanda start yang lain.
c. Jika kedua atlit sudah pada posisi start, maka Category Judge akan berteriak ”Bersedia” . Kecuali
bila ada atlit yang belum siap, selanjutnya Category Judge akan mengatakan ”Siap” dan setelah

48
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

jeda sebentar (short pause) (<2 detik) Category Judge akan memberikan aba-aba dengan singkat
(< 2detik) dan keras, tanda/signal untuk start yang jelas terdengar, atau meneriakkan ”Ya”. jika
penghitung waktu yang digunakan adalah manual. Semua instruksi lisan yang diberikan harus
diberikan dengan keras dan dapat didengar dengan jelas.
d. Penempatan tanda/signal start harus berjarak sama jauhnya dari kedua atau semua atlit yang
akan melakukan pemanjatan.
e. Ketika Category Judge memberikan tanda atau instruksi untuk start, harus dipastikan tidak ada
keributan atau gangguan apapun yang bisa mengganggu atlit atau wasit untuk mendengar tanda
untuk start.
f. Jika terjadi kesalahan start (false start), Category Judge akan menghentikan pemanjatan kedua
atlit secepatnya. Instruksi ini harus diberikan dengan keras dan jelas terdengar. Atlit yang
melakukan 2 kali kesalahan start akan dinyatakan tersisih.
g. Setelah sampai pada akhir jalur, atlit harus menghentikan pencatat waktunya dengan menekan
tombol pencatat waktu menggunakan tangannya.
h. Setelah berhasil menyelesaikan usaha pemanjatan pada suatu jalur dalam babak kualifikasi, atlit
harus kembali ke zona isolasi terpisah sampai Category Judge memerintahkan mereka untuk
meninggalkan zona tersebut.
i. Jika suatu heat pemanjatan dalam babak putaran-final sudah diselesaikan, harus diperhatikan
beberapa prosedur berikut:
i. Ketika Format A yang diterapkan, atlit yang berhak masuk ke heat pemanjatan berikutnya
harus menuju ke zona isolasi terpisah.
ii. Ketika Format B yang diterapkan, semua atlit yang dapat menyelesaikan jalur
pemanjatannya harus menuju ke zona isolasi terpisah.

9.9 INSIDEN TEKNIS


a. Insiden teknis dalam kompetisi speed didefinisikan sebagai:
i. Tumpuan (Hold) yang pecah atau berputar.
ii. Tali pemanjatan yang terlalu tegang, yang dapat membantu atau mengarahkan pemanjatan
seorang atlit.
iii. Kegagalan alat pengukur waktu (Electric Timer Device)
iv. Kejadian lain yang menyebabkan kerugian atau keuntungan yang tidak-fair bagi seorang
atlit yang bukan hasil dari usaha pemanjatan yang dilakukannya.
b. Jika seorang atlit mengalami insiden teknis dan menghentikan usaha pemanjatannya, maka atlit
yang bersangkutan dapat mengulang pemanjatannya dengan segera setelah perbaikan selesai
dilakukan.
c. Jika seorang atlit mengalami insiden teknis pada heat pemanjatan dalam babak putaran- final
ketika Format A diterapkan, dan atlit menghentikan usaha pemanjatannya, maka atlit yang
menjadi lawan tersebut akan meneruskan untuk memanjat. Jika insiden teknis dinyatakan benar
terjadi, maka kedua atau semua atlit harus mengulang heat pemanjatan tersebut.
d. Atlit yang terkena insiden teknis harus menunggu di zona isolasi terpisah sampai perbaikan
dilakukan. Hal ini juga berlaku pada semua atlit pada babak kualifikasi speed Format A, yang telah
menyelesaikan usaha pemanjatan pada suatu jalur yang tidak terjadi insiden teknis, dan pada atlit
yang tetap harus menyelesaikan usaha pemanjatan pada jalur pemanjatan lainnya.
e. Diberikan waktu jeda minimal 5 (lima) menit untuk atlit yang mengalami technical insiden.

49
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

10. PERATURAN KOMPETISI SPEED - ESTAFET


10.1 UMUM
a. Speed Beregu – estafet terdiri dari estafet putra, estafet putri dan beregu-estafet campuran.
b. Untuk setiap regu disediakan 4 (empat) jalur pemanjatan.
c. Suatu nomor kompetisi Speed Estafet hanya dapat dilaksanakan, jika jumlah regu yang mendaftar
minimal 6 (enam) regu.
d. Pada setiap jalur lintasan akan diawasi oleh satu orang juri lintasan.

10.2 PROSEDUR PEMANJATAN SPEED ESTAFET


a. Kompetisi Speed-Estafet dilakukan pada 4 (empat) jalur untuk masing-masing regu:
i. Semua atlit dari masing-masing regu bersiap di jalur masing-masing sesuai dengan urutan
pemanjatan yang dibuat oleh manajer tim.
ii. Atlit pertama dari masing-masing regu bersiap di jalur pertama, dan segera melakukan
pemanjatan setelah aba-aba start disampaikan. Jika terjadi kesalahan start pada atlit
pertama maka atlit yang bersangkutan akan diberikan peringatan dan pemanjatan diulang
diantara keduanya. Jika terjadi dua kali kesalahan start maka akan didiskualifikasi.
iii. Segera setelah atlit pertama menyentuh tanda akhir (finish) jalur pemanjatan, ditandai
dengan indikator 2 buah lampu menyala di finish berwarna merah dan di start pada jalur ke
2 dengan 2 buah lampu berwarna hijau dan signal suara (bel), atlit kedua mulai melakukan
pemanjatan di jalur kedua.
iv. Segera setelah atlit kedua menyentuh tanda selesai jalur pemanjatan, ditandai dengan
indikator 2 buah lampu menyala di finish berwarna merah dan di start pada jalur ke 2
dengan 2 buah lampu berwarna hijau dan signal suara (bel), atlit ketiga mulai melakukan
pemanjatan di jalur ketiga.
v. Segera setelah atlit ketiga menyentuh tanda selesai jalur pemanjatan, ditandai dengan
indikator 2 buah lampu menyala di finish berwarna merah dan di start pada jalur ke 2
dengan 2 buah lampu berwarna hijau dan signal suara (bel), atlit keempat mulai melakukan
pemanjatan di jalur keempat.
vi. Atlit keempat adalah atlit yang harus menyentuh tombol pencatat waktu sebagai tanda
akhir dari pemanjatan beregu Speed-Estafet.
vii. Selanjutnya kedua regu akan bertukar tempat. Dan prosedur 10.2 a dilaksanakan lagi.
b. Suatu regu dinyatakan gugur apabila:
i. Jika Juri menyatakan ada atlit dari regu tersebut yang melakukan pemanjatan sementara
atlit pada jalur pemanjatan sebelumnya belum menyelesaikan pemanjatan (mencuri start
pada jalur berikutnya). Jika terjadi hal tersebut juri akan memberikan isyarat dengan
mengangkat tangan.
ii. Jika salah satu dari anggota regu gagal menyelesaikan pemanjatan.
c. Jika terjadi insiden teknis pada salah satu regu,maka pemanjatan regu tersebut akan diulang
seluruhnya.

10.3 JUMLAH ATLIT DAN BABAK KOMPETISI.


a. Jumlah atlit untuk setiap regu pada setiap nomor adalah 4 (empat) atlit.
b. Jumlah atlit untuk nomor beregu-estafet campuran untuk setiap regu terdiri dari 2 (dua) atlit putra
dan 2 (dua) atlit putri
c. Setiap regu dapat mendaftarkan masing-masing 2 (dua) atlit cadangan, untuk estafet-campuran
atlit cadangan terdiri 1(satu) orang putra dan 1 (satu) orang putri.
d. Daftar nama atlit dan atlit cadangan harus sudah diterima oleh Category Judge 60 (enam puluh)
menit sebelum ruang isolasi nomor beregu- estafet dibuka.
e. Jika jumlah regu yang mengikuti kompetisi kategori beregu-estafet terdiri dari 8 (delapan) regu
atau lebih, maka kompetisi akan dilakukan dalam 2 (dua) babak, yaitu Kualifikasi dan Putaran-
Final.

50
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

10.4 PENILAIAN KOMPETISI SPEED ESTAFET


Penilaian nomor beregu Speed Estafet d itentukan sebagai berikut:
a. Babak Kualifikasi:
i. Penyususunan peringkat dilakukan berdasarkan total waktu yang diperoleh setiap regu yang
ditentukan oleh atlit keempat. Untuk setiap anggota regu yang gagal menyelesaikan jalur
pemanjatan, maka regu tersebut mendapat penalti tambahan waktu 150 detik untuk
pemanjat pertama, 100 detik untuk pemanjat kedua, 75 detik untuk pemanjat ketiga, 50
detik untuk pemanjat keempat.
ii. Jika terjadi peringkat sama, urutan ditentukan dengan melihat catatan waktu terbaik dari
masing-masing anggota regu, regu yang memiliki atlit dengan catatan waktu terbaik berhak
atas peringkat yang lebih baik.
iii. Jika peringkat atlit tidak bisa dipisahkan dengan mekanisme a.ii, maka akan diadakan
kualifikasi ulang dengan hanya melibatkan satu pemanjat dari masing-masing regu. Regu
dengan catatan waktu terbaik berhak atas peringkat yang lebih baik.
b. Babak Putaran-Final:
i. Pemanjatan pada babak ini dilakukan menggunakan bagan pada Bab 9 Gambar 1 (urutan
pemanjatan pada babak final lomba speed).
ii. Penentuan pemenang pada setiap putaran dilakukan dengan sistem gugur, yaitu:
a). Berdasarkan total waktu yang ditempuh semua atlit dari masing-masing regu pada
keempat jalur pemanjatan.
b). Jika terjadi total waktu sama, maka pemanjatan kedua regu diulang sampai
pemisahan peringkat dapat dilakukan, maksimal 4 (empat) kali. jika sampai dengan
pemanjatan yang keempat nilai masih sama, maka penentuan pemenang akan
dilakukan dengan melihat catatan waktu terbaik dari masing-masing anggota regu,
regu yang memiliki anggota dengan catatan waktu terbaik berhak atas peringkat
yang lebih baik.
c). Untuk setiap anggota regu yang gagal menyelesaikan jalur pemanjatan, maka regu
tersebut dinyatakan gugur.
c. Penggantian Atlit:
i. Atlit yang mengikuti putaran final dapat diganti oleh manajer tim dengan atlit cadangan
yang telah didaftarkan.
ii. Apabila atlit yang bersangkutan diganti dikarenakan cedera atau sakit, harus dinyatakan
oleh dokter atau paramedis serta memiliki kualifikasi yang disediakan panitia.
iii. Selama putaran-final, setiap regu hanya diijinkan melakukan penggantian satu kali untuk
atlit putra dan satu kali untuk atlit putri
iv. Atlit yang telah digantikan tidak dapat menggantikan atlit lainnya lagi.

51
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

11. KOMPETISI PANJAT TEBING TINGKAT NASIONAL, PROVINSI, DAN


KABUPATEN/KOTA

11.1. PENGERTIAN
a. Kompetisi panjat tebing tingkat nasional adalah:
i. Kompetisi panjat tebing yang diadakan oleh setiap penyelenggara dimana rekomendasi
kompetisi diterbitkan oleh Pengurus Pusat FPTI.
ii. Kompetisi yang dapat diikuti oleh atlit dari seluruh Indonesia.
b. Kompetisi panjat tebing tingkat provinsi adalah:
i. Kompetisi panjat tebing yang diadakan oleh setiap penyelenggara dimana rekomendasi
kompetisi diterbitkan oleh Pengurus Daerah FPTI.
ii. Kompetisi yang dapat diikuti oleh atlit yang berdomisili di provinsi dimana kompetisi
tersebut diadakan.
c. Kompetisi panjat tebing tingkat kabupaten/kota adalah
i. Kompetisi panjat tebing yang diadakan oleh setiap penyelenggara dimana rekomendasi
kompetisi diterbitkan oleh Pengurus Cabang FPTI.
ii. Kompetisi yang dapat diikuti oleh atlit yang berdomisili di kabupaten/kota dimana kompetisi
tersebut diadakan.
d. Kompetisi panjat tebing dapat dilakukan untuk kelas:
i. Terbuka, adalah kompetisi yang dapat diikuti oleh atlit dari seluruh Indonesia.
ii. Militer, adalah kompetisi yang hanya diikuti oleh atlit dari kalangan militer atau kepolisian.
iii. Kelompok Umur, adalah kompetisi yang diikuti atlit berdasarkan usia atlit yang terbagi
menjadi:
a). Spider Kid-C: 7 – 9 tahun.
b). Spider Kid-B: 10 – 11 tahun.
c). Spider Kid-A: 12 – 13 tahun.
d). Youth B: 14 – 15 tahun.
e). Youth A: 16 – 17 tahun.
f). Junior: 18 – 19 tahun.
iv. Pelajar, adalah kompetisi yang diikuti oleh siswa mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD),
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
a) Sekolah Dasar (SD):
b) Sekolah Menengah Pertama (SMP):
c) Sekolah Menengah Atas (SMA) :
v. Untuk Pekan Olahraga Pelajar dan Pekan Seni dan Olahraga Pelajar akan dikelompokkan
sesuai Kelompok Umur, sebagai berikut:
a) Sekolah Dasar (SD):
i) Spider Kid – C: 7 – 9 Tahun
ii) Spider Kid – B: 10 – 12 Tahun
b) Sekolah Menengah Pertama (SMP):
i) Spider Kid – A: 12 – 13 Tahun
ii) Youth B: 14 – 15 Tahun
c) Sekolah Menengah Atas (SMA) :
i) Youth A: 16 – 17 Tahun
ii) Junior: 18 – 19 Tahun
e. Kejuaraan/Kompetisi panjat tebing dapat dilaksanakan untuk nomor perorangan dan non
perorangan (beregu).

11.2. PENGHARGAAN DALAM KOMPETISI FPTI


a. Sedikitnya tiga atlit terbaik pada setiap nomor kompetisi berhak atas medali atau trophy atau
hadiah berupa uang tunai.
b. Tigapuluh (30) atlit peringkat pertama pada setiap nomor kompetisi perorangan berhak atas nilai

52
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

berikut:
Peringkat Nilai Peringkat Nilai Peringkat Nilai
1 100 11 31 21 10
2 80 12 28 22 9
3 65 13 26 23 8
4 55 14 24 24 7
5 51 15 22 25 6
6 47 16 20 26 5
7 43 17 18 27 4
8 40 18 16 28 3
9 37 19 14 29 2
10 34 20 12 30 1

c. Khusus untuk kejuaraan kelas Kelompok Umur akan dilakukan pemeringkatan berdasarkan
kelompok umur masing-masing.
d. Atlit Kelompok Umur tidak diperbolehkan mengikuti kejuaraan/kompetisi Kelas Umum,
pelanggaran terhadap ketentuan ini akan menyebabkan atlit tersebut tidak berhak lagi mengikuti
kejuaraan/kompetisi maupun Kejuaraan Nasional/Kejuaraan Daerah Kelompok Umur FPTI sesuai
dengan kelompok umurnya.

11.3. PERSYARATAN MENGIKUTI KOMPETISI


a. Atlit yang akan mengikuti kompetisi pada tahun dilaksanakannya kompetisi telah berulangtahun
ke 16 (enam belas), kecuali untuk kelas Kelompok Umur.
b. Atlit yang akan mengikuti kompetisi wajib mempunyai Kartu Identitas Atlit FPTI yang syah tanpa
memandang status domisilinya. Jury President tidak dibenarkan memberikan ijin atlit yang tidak
mempunyai Kartu Identitas Atlit yang syah untuk mengikuti kompetisi.
Pelanggaran atas aturan ini dapat menyebabkan Jury President mendapat sanksi dari FPTI.
c. Atlit warga negara asing dapat mengikuti kompetisi dengan menunjukkan rekomendasi dari
federasi panjat tebing di negaranya, atau mempunyai Kartu Identitas FPTI dengan status domisili
sementara (A0).

11.4. WAKTU PENYELENGGARAAN KOMPETISI


a. Kecuali dalam keadaan tertentu, kompetisi berlangsung paling lama dalam waktu 6 (enam) hari

11.5. TANGGUNG JAWAB SETIAP ATLIT


a. Setiap atlit menanggung semua biaya transportasi menuju tempat kompetisi pergi-pulang,
akomodasi dan konsumsi selama mengikuti mengikuti kompetisi.
b. Atlit yang akan mengikuti suatu kompetisi membayar biaya pendaftaran kepada Penyelenggara
sebesar jumlah yang telah ditentukan.

11.6. TANGGUNGJAWAB PENYELENGGARA


a. Penyelenggara wajib menyediakan pra- sarana dan sarana kompetisi sesuai dengan aturan pada
Bab 4.

53
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

12. KEJUARAAN NASIONAL (KEJURNAS/KEJURDA) PANJAT TEBING FPTI

12.1. PENGERTIAN
a. Kejuaraan Nasional (Kejurnas) FPTI adalah:
i. Kompetisi panjat tebing yang dilaksanakan oleh FPTI.
ii. Agenda tetap FPTI yang tempat dan tanggal pelaksanaannya ditentukan dan ditetapkan
oleh Rapat Kerja Nasional FPTI.
iii. Atlit yang berhak mengikuti kompetisi adalah atlit yang diutus oleh Pengurus Daerah FPTI
dimana atlit tersebut bertempat tinggal.
iv. Atlit adalah pemegang Kartu Identitas Atlit yang syah dengan status domisili tetap di suatu
provinsi yang mengutusnya.
v. Panitia Pelaksana, selanjutnya disebut Panitia, adalah susunan kepanitiaan yang dapat
terdiri dari unsur-unsur Pengurus Daerah FPTI tuan rumah dan Pengurus Pusat FPTI.
vi. Semua biaya yang timbul akibat penunjukan Ofisial Kompetisi menjadi tanggungjawab
Pengurus Pusat FPTI antara lain biaya transportasi menuju tempat kompetisi pergi-pulang,
akomodasi dan honor.
Standar honor Ofisial Kompetisi mengikuti aturan yang diterbitkan tersendiri.
vii. Juara umum adalah kontingen dengan jumlah medali terbaik.

b. Kejuaraan Daerah (Kejurda) FPTI adalah


i. Kompetisi panjat tebing yang dilaksanakan oleh Pengurus Daerah FPTI.
ii. Agenda tetap FPTI yang tempat dan tanggal pelaksanaannya ditentukan dan ditetapkan
oleh Rapat Kerja Daerah FPTI.
iii. Atlit yang berhak mengikuti kompetisi adalah atlit yang diutus oleh Pengurus
Cabang/Pengkab FPTI dimana atlit tersebut bertempat tinggal.
iv. Atlit adalah pemegang Kartu Identitas Atlit yang syah dengan status domisili tetap di suatu
kabupaten/kota yang mengutusnya.
v. Panitia Pelaksana, selanjutnya disebut Panitia, adalah susunan kepanitiaan yang dapat
terdiri dari unsur-unsur Pengurus Cabang FPTI tuan rumah dan Pengurus Daerah FPTI.
vi. Semua biaya yang timbul akibat penunjukan Ofisial Kompetisi menjadi tanggungjawab
Pengurus Daerah FPTI antara lain biaya transportasi menuju tempat kompetisi pergi-
pulang, dan honor.
vii. Juara umum adalah kontingen dengan jumlah medali terbaik.

12.2. KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI


a. Kategori kompetisi yang wajib dilaksanakan dalam Kejurnas atau Kejurda meliputi:
i. Lead
ii. Speed Format A
iii. Boulder
iv. Multipitch
v. Speed Estafet
vi. Speed Rekor
b. Nomor kompetisi yang wajib dilaksanakan adalah perorangan dan non-perorangan .

12.3. KUOTA ATLIT DAN OFISIAL


a. Kuota atlit dan ofisial:
i. Setiap kontingen Pengda FPTI berhak mengirimkan atlit sebanyak 8 (delapan) putra dan 8
(delapan) putri.
ii. Pengda FPTI tuan rumah penyelenggara Kejurnas berhak mengirimkan 12 (dua belas) putra
dan 12(dua belas) putri.
iii. Setiap Pengda FPTI berhak mengirimkan paling banyak 5 (lima) orang ofisial (satu orang
manajer tim, dua orang pelatih dan dua orang ofisial).

54
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

iv. Daftar nama atlit, manajer tim dan ofisial harus sudah diterima FPTI paling lambat 14
(empat belas) hari sebelum tanggal pembukaan Kejurnas/Kejurda. Daftar atlit inti dan
cadangan wajib diisi pada Formulir Pendaftaran Kejurnas/Kejurda (Lampiran 23)

12.4. PENGHARGAAN DALAM KEJURNAS/KEJURDA


a. Tiga terbaik untuk setiap nomor berhak atas medali yang disediakan oleh FPTI. Untuk peringkat 1,
2, dan 3 tidak diperkenankan terdapat lebih dari satu atlit atau regu.
b. Tigapuluh (30) atlit pertama pada setiap nomor kompetisi perorangan berhak atas nilai sesuai
dengan aturan pada 12.2.b.
c. Kejurnas/Kejurda ditetapkan sebagai kompetisi Kelas Utama dengan bobot kompetisinya adalah 5
(lima).

12.5. NOMOR KOMPETISI DAN ALOKASI ATLIT PADA SETIAP NOMOR KOMPETISI
a. Dari kuota atlit pada 8.4 diatas dialokasikan untuk setiap nomor kompetisi dengan aturan sebagai
berikut (lihat halaman selanjutnya):

55
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Alokasi Atlit
No Nomor Kompetisi Atlit Inti Atlit
Semua Pengda Tuan Rumah Cadangan
A Nomor perorangan
A.1 Nomor Peorangan Putra
1 Lead 2 4 2
2 Speed 2 4 2
3 Boulders 2 4 2
4 Speed Rekor 2 4 2
A.2 Nomor Perorangan Putri
1 Lead 2 4 2
2 Speed 2 4 2
3 Boulder 2 4 2
4 Speed Rekor 2 4 2
B Nomor Non Perorangan
B.1 Beregu Putra
1 Lead 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
2 Speed 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
3 Boulder 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
4 Multipitch 2 ( 1 Tim ) 4 ( 2 Tim) 2
5 Speed Estafet 4 ( 1 Tim ) 8 ( 2 Tim ) 2
B.2 B.2 Beregu Putri
1 Lead 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
2 Speed 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
3 Boulder 3 ( 1 Tim ) 6 ( 2 Tim) 2
4 Multipitch 2 ( 1 Tim ) 4 ( 2 Tim) 2
5 Speed Estafet 4 ( 1 Tim ) 8 ( 2 Tim ) 2
B.3 Beregu ganda-campuran
2 pa+2 pi (2 Tim 1 pa + 1
1 Lead 1 pa+1 pi (1 Tim ) ) pi
2 pa+2 pi (2 Tim 1 pa + 1
2 Speed 1 pa+1 pi (1 Tim ) ) pi
2 pa+2 pi (2 Tim 1 pa + 1
3 Boulder 1 pa+1 pi (1 Tim ) ) pi
Multipitch ( Lead 2 pa+2 pi (2 Tim 1 pa + 1
4 Berantai ) 1 pa+1 pi (1 Tim ) ) pi
4 pa+4 pi (2 Tim 1 pa + 1
5 Speed Estafet 2 pa+2 pi (1 Tim ) ) pi

b. Atlit Cadangan boleh tidak ada pada setiap nomor yang diikuti, konskuensinya tidak akan ada
pengecualian jika atlit inti tidak dapat meneruskan kompetisi

56
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

12.6. BIAYA ADMINISTRASI PESERTA


a. Setiap kontingen yang berpartisipasi dikenakan biaya administrasi kompetisi sebesar
Rp.1.000.000,- untuk Kejurnas dan Rp.500.000,- untuk Kejurda.
b. Uang administrasi administrasi pada ayat 1 dan 2 diatas disetorkan ke rekening resmi sebelum
kompetisi dimulai.
c. Uang administrasi kompetisi pada poin 12.6.a-b. selanjutnya dialokasikan sebagai berikut:
• 40% untuk PP FPTI (Kejurnas), Pengda FPTI (Kejurda)
• 60% untuk Pengda FPTI tuan rumah (Kejurnas), Pengcab FPTI tuan rumah (Kejurda)

12.7. LAIN-LAIN
a. Kejurnas
i. Atlit pemegang Kartu ID FPTI dengan status domisili sementara atau atlit pindah domisili
tetap dari provinsi lain kurang dari 6 (enam) bulan memperoleh Kartu ID dari suatu Pengda
FPTI tidak diperkenankan mengikuti Kejurnas.
ii. Atlit yang pernah mewakili provinsi lain dalam 2 (dua) Kejurnas sebelumnya hanya boleh
mengikuti Kejurnas jika telah berdomisili-tetap dan mempunyai KARTU ID minimal sejak
6 (bulan) sebelum Kejurnas dibuka dengan resmi.
iii. Mengacu kepada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga FPTI Pasal 30.2.2, Pengda
FPTI yang tidak mengirimkan kontingen dalam suatu Kejurnas dikenakan sanksi tidak
diperkenankan mengikuti dan melaksanakan kompetisi berskala nasional dan internasional
selama 1 (satu) tahun sejak tanggal penutupan Kejurnas tersebut.
iv. Pengurus Daerah yang tidak mengirimkan kontingen pada suatu kejurnas akan dikenakan
denda sebesar 3 (tiga) kali biaya pendaftaran dan dibayarkan bersamaan dengan
diselenggarakannya kejurnas 2 tahun berikutnya
b. Kejurda
i. Atlit pemegang Kartu ID dengan status domisili sementara atau atlit pindah domisili tetap
dari provinsi lain atau kabupaten/kota lain kurang dari 3 (enam) bulan memperoleh Kartu
ID tidak diperkenankan mengikuti Kejurda.
ii. Atlit yang pernah mewakili provinsi lain atau kabupaten/kota lain dalam 2 (dua) Kejurda
sebelumnya hanya boleh mengikuti Kejurda jika telah berdomisili-tetap dan mempunyai
Kartu ID minimal sejak 3 (bulan) sebelum Kejurda dibuka dengan resmi.
iii. Mengacu kepada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga FPTI Pasal 30.2.2, Pengcab
FPTI yang tidak mengirimkan kontingen dalam suatu Kejurda dikenakan sanksi tidak
diperkenankan mengikuti dan melaksanakan kompetisi berskala provinsi , nasional dan
internasional selama 1 (satu) tahun sejak tanggal penutupan Kejurda tersebut.
iv. Pengurus Cabang yang tidak mengirimkan kontingen pada suatu kejurda akan dikenakan
denda sebesar 3 (tiga) kali biaya pendaftaran dan dibayarkan bersamaan dengan
diselenggarakannya kejurda 2 tahun berikutnya
c. Pembagian tugas dan tanggungjawab antara Pengurus Pusat FPTI dan Pengda FPTI tuan rumah,
perijinan, dan tata upacara pembukaan dan penutupan mengacu pada Bab 17.
d. Menjadi tanggung jawab Pengurus Pusat FPTI untuk Kejurnas dan Pengurus Daerah FPTI untuk
Kejurda menyediakan Medali Juara dan trophy Juara Umum.
e. Dengan dikeluarkan aturan pada Bab ini maka ketentuan -ketentuan terdahulu mengenai
Kejurnas/Kejurda FPTI yang bertentangan atau tidak sesuai dengan pedoman ini, dinyatakan tidak
berlaku.
f. Hal-hal lain yang belum diatur dalam Bab ini akan diatur kemudian oleh Ketua Umum PP FPTI.

57
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

13. KEJURNAS/KEJURDA PANJAT TEBING KELOMPOK UMUR FPTI

13.1. PENGERTIAN
a. Kejuaraan Nasional (Kejurnas) atau Kejuaraan Daerah FPTI Kelompok Umur adalah kompetisi
panjat tebing untuk kelompok umur tertentu yang dilaksanakan oleh FPTI setiap tahun yang
tempat dan tanggal pelaksanaannya ditentukan dan ditetapkan oleh Rapat Kerja FPTI.
b. Atlit adalah atlit kelompok umur yang diutus oleh Pengurus Daerah FPTI dimana atlit tersebut
bertempat tinggal. Atlit adalah pemegang Kartu Identitas Atlit yang syah dengan status domisili
tetap.
c. Panitia Pelaksana, selanjutnya disebut Panitia, adalah susunan kepanitiaan yang dapat terdiri dari
unsur-unsur FPTI tuan rumah dan FPTI.
d. Juara umum adalah FPTI peserta yang memperoleh medali terbaik.
e. Ofisial Kompetisi adalah personal yang ditunjuk oleh FPTI yang bertugas dan bertanggung jawab
secara teknis atas terlaksananya kompetisi yaitu terdiri dari Jury President, Category Judge, Chief
Route , Routesetter , dan Route Judge.

13.2. PENGELOMPOKAN UMUR


a. Pembagian kelompok umur sebagai berikut :
i. Spider Kid-C: 7 – 9 tahun
ii. Spider Kid- B: 10 – 11 tahun
iii. Spider Kid-A: 12 – 13 tahun
iv. Youth B: 14 – 15 tahun
v. Youth A: 16 – 17 tahun
vi. Junior: 18 – 19 tahun
b. Atlit Kelompok Umur yang sudah ikut serta dalam kejuaraan/kompetisi kelas Umum tidak bisa ikut
serta pada kejuaraan/kompetisi Kelompok Umur lagi dan secara otomatis peringkatnya pada
Kelompok Umur hilang.

13.3. KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI


a. Kategori kompetisi yang dilaksanakan dalam Kejurnas ini meliputi:
i. Lead
ii. Speed
iii. Boulder.
b. Setiap kategori kompetisi terdiri dari nomor perorangan putra dan putri.
c. Suatu nomor kompetisi pada satu kelompok umur hanya dapat dilaksanakan secara tersendiri jika
jumlah peserta minimal 6 (enam) atlit. Jika tidak memenuhi kuota ini, maka pelaksanaan kompetisi
nomor tersebut digabung dengan nomor kompetisi kelompok lainnya, namun penyusunan
peringkat tetap dilakukan tersendiri berdasarkan kelompok umurnya.

13.4. KUOTA ATLIT DAN OFISIAL TIM


a. Kuota atlit dan ofisial:
i. Setiap Pengda FPTI berhak mengirimkan atlit paling banyak 3 (tiga) putra dan 3 (tiga) putri
untuk setiap kelompok umur, kecuali Tuan Rumah berhak mengirimkan paling banyak 5 (lima)
putra dan 5 (lima) putri untuk setiap setiap kelompok umur.
ii. Setiap Pengda FPTI berhak mengirimkan paling banyak satu orang manajer tim dan tiga orang
ofisial tim.
iii. Daftar nama atlit berikut kategori kompetisi yang akan diikutinya harus sudah diterima FPTI
paling lambat 10 (sepuluh) hari sebelum tanggal pembukaan Kejurnas Kelompok Umur. Jury
President berhak tidak menerima daftar atlit yang diterima terlambat atau meminta perubahan
kategori kompetisi. Daftar atlit, manajer tim dan ofisial wajib diisi pada Formulir Pendaftaran
Kejurnas pada Lampiran 23.

58
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

13.5. ALOKASI ATLIT PADA SETIAP NOMOR KOMPETISI


a. Dari kuota atlit pada Pasal 6.4 diatas dialokasikan untuk setiap nomor kompetisi pada masing-
masing kelompok umur dengan aturan sebagai berikut:
Alokasi Tuan
No Nomor Kompetisi Atlit Rumah
01 Lead perorangan putra 2 4
02 Lead perorangan putri 2 4
03 Speed perorangan putra 2 4
04 Speed perorangan putri 2 4
05 Boulder perorangan putra 2 4
06 Boulder perorangan putri 2 4

b. Setiap Atlit diijinkan mengikuti lebih dari satu kategori kompetisi.

13.6. BIAYA ADMINISTRASI PESERTA


a. Setiap FPTI peserta yang berpartisipasi dalam Kejurnas/Kejurda Kelompok Umur dikenakan biaya
administrasi sebesar Rp.500.000.
b. Pelunasan biaya administrasi dan denda administrasi dilakukan sebelum dilaksanakan Kejurnas
Kelompok Umur FPTI. Peserta yang tidak melunasi biaya dan denda administrasi tidak akan
diijinkan berpartisipasi pada Kejurnas/Kejurda Kelompok Umur berikutnya.
c. Uang administrasi dan denda administrasi pada ayat 13.6.a-b diatas disetorkan ke rekening resmi
FPTI selanjutnya dialokasikan dengan aturan sebagai berikut:
• 40% untuk FPTI
• 60% untuk FPTI tuan rumah

13.7. LAIN-LAIN
a. Untuk efisiensi waktu dan biaya pelaksanaan Kejurnas/Kejurda FPTI Kelompok Umur dapat
dilaksanakan segera setelah Kejurnas/Kejurda FPTI Kelompok Umur dianggap selesai.
b. Mengacu kepada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga FPTI Pasal 30.2.2,
c. Pengda atau Pengcab FPTI yang tidak mengirimkan kontingen dalam suatu Kejurnas/Kejurda FPTI
Kelompok Umur dikenakan sanksi tidak diperkenankan mengikuti dan melaksanakan kompetisi
Berskala provinsi , nasional dan internasional kelompok umur selama 1 (satu) tahun sejak tanggal
penutupan Kejurda tersebut.
d. Hal-hal lain yang belum diatur dalam Bab ini akan diatur kemudian oleh Ketua Umum PP FPTI.
e. Dengan dikeluarkan aturan pada Bab 12 ini maka ketentuan -ketentuan terdahulu yang
bertentangan atau tidak sesuai dengan pedoman ini, dinyatakan tidak berlaku.
f. Pembagian tugas antara Pengurus Pusat FPTI dan Pengda FPTI tuan rumah, perijinan, dan
upacara pembukaan dan penutupan mengacu hal yang sama pada Lampiran 6.

59
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

14. SIRKUIT PANJAT TEBING INDONESIA

14.1. PENGERTIAN
a. Sirkuit Panjat Tebing Indonesia (selanjutnya disebut Sirkuit) adalah rangkaian kompetisi panjat
tebing yang terjadwal.
b. Sirkuit Panjat Tebing Indonesia terdiri dari:
i. Sirkuit Nasional.
ii. Sirkuit Provinsi.
c. Atlit adalah atlit panjat tebing pemegang Kartu Identitas Atlit yang syah dengan status domisili
tetap di suatu provinsi yang diutus oleh Pengurus Daerah FPTI dimana atlit tersebut bertempat
tinggal.
d. Panitia Penyelenggara adalah susunan kepanitiaan yang memastikan suatu Sirkuit dapat
terlaksana sesuai dengan rencana.
e. Ofisial Kompetisi adalah personal yang ditunjuk oleh Pengurus Pusat FPTI yang bertugas dan
bertanggung jawab secara teknis atas terlaksananya kompetisi pada setiap seri Sirkuit yaitu terdiri
dari Jury President, Juri Pembuat Jalur, dan Delegasi FPTI.

14.2. PENYELENGGARAAN SIRKUIT


a. Setiap seri kompetisi diselenggarakan oleh suatu organisasi.
b. Penyelenggaraan setiap seri Sirkuit harus sudah diagendakan pada saat Rapat Kerja
Nasional/Daerah FPTI.
c. Jadwal setiap seri Sirkuit paling lambat sudah diumumkan setiap akhir tahun.
d. Penyelenggara wajib menanggung setiap kerugian yang timbul karena perubahan jadwal yang
dilakukannya. Penyelenggara yang tidak bertanggungjawab dimasukkan kedalam daftar-hitam
(blacklist organiser) yang hanya bisa dibatalkan atas kebijakan Ketua Umum FPTI.
e. Untuk mengkoordinasikan pelaksanaan seluruh seri Sirkuit, FPTI membentuk suatu badan yaitu
Badan Sirkuit Nasional. Tugas badan tersebut antara lain:
i. Mempromosikan kegiatan Sirkuit kepada masyarakat.
ii. Mengkoordinasikan bidang-bidang teknis dalam FPTI untuk tujuan memperlancar setiap seri
Sirkuit.
iii. Memastikan bahwa jadwal setiap seri dilaksanakan sesuai dengan rencana.

14.3. KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI


a. Setiap seri Sirkuit wajib memainkan ketiga kategori kompetisi yaitu:
i. Lead.
ii. Speed.
iii. Boulder.
b. Hanya nomor perorangan yang wajib dilaksanakan pada setiap kategori kompetisi.

14.4. KUOTA ATLIT DAN OFISIAL


a. Kuota atlit dan ofisial:
i. Setiap Pengda FPTI berhak mengirimkan paling banyak 10 (sepuluh) atlit putra dan 10
(sepuluh) atlit putri,
ii. Pengda FPTI tuan rumah berhak mengirimkan paling banyak 15 (limabelas) atlit putra dan 15
(limabelas) atlit putri.
iii. Setiap Pengda FPTI berhak mengirimkan paling banyak satu orang manajer tim dan dua orang
ofisial.
iv. Daftar nama atlit, manajer tim dan ofisial harus sudah diterima Pengurus Pusat FPTI paling
lambat 10 (sepuluh) hari sebelum tanggal pembukaan suatu seri Sirkuit. Daftar atlit inti dan
cadangan wajib diisi pada Formulir Pendaftaran pada Lampiran 23.

60
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

14.5. PENGHARGAAN PADA SETIAP SERI SIRKUIT


a. Minimal tiga terbaik untuk setiap nomor berhak atas medali dan hadiah uang yang disediakan oleh
Penyelenggara dalam setiap seri kompetisi.
b. Tigapuluh (30) atlit pertama pada setiap nomor kompetisi perorangan berhak atas nilai seperti
diatur pada Pasal 11.2.b.
c. Penyelenggara wajib menyediakan hadiah berupa uang dengan total hadiah minimal sebesar
Rp.20 juta (Sirkuit Nasional) dan Rp. 10 juta (Sirkuit Provinsi) untuk setiap seri. Nilai hadiah dalam
bentuk barang tidak dianggap sebagai hadiah berupa uang.
d. Setiap seri Sirkuit ditetapkan sebagai kompetisi kelas utama dengan bobot kompetisinya adalah 4
(empat).

14.6. BIAYA ADMINISTRASI PESERTA


a. Setiap peserta yang berpartisipasi dalam setiap seri kompetisi dikenakan biaya administrasi
kompetisi sebesar Rp.100.000 (Sirkuit Nasional) dan Rp.50.000 (Sirkuit Provinsi) untuk setiap atlit
dan setiap seri Sirkuit yang akan diikutinya.
b. Uang administrasi diatas dialokasikan 40% sebagai uang kas FPTI (PP FPTI untuk Sirkuit Nasional
dan Pengda FPTI tuan rumah untuk Sirkuit Provinsi) dan 60% menjadi hak Panitia Penyelenggara.
c. Uang yang telah dibayarkan tidak dapat dikembalikan dengan berbagai alasan.

14.7. LAIN-LAIN
a. Atlit pemegang Kartu Identitas Atlit dengan status domisili sementara atau atlit pindah domisili
tetap dari provinsi lain kurang dari 6 (enam) bulan sejak memperoleh Kartu Identitas Atlit FPTI
dari suatu Pengda FPTI tidak diperkenankan mengikuti suatu seri dalam Sirkuit.
b. Rentang waktu antar- seri Sirkuit dalam satu tingkat (nasional atau provinsi ) tidak boleh kurang
dari 10 (sepuluh) hari, kecuali jika dua seri atau lebih dilakukan dalam jarak tidak lebih dari 100
(seratus) km atau 2 (dua) jam perjalanan darat.
c. Aturan lebih lanjut mengenai Sirkuit Panjat Tebing Indonesia akan dibuat dengan Surat Keputusan
tersendiri.

61
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

15. KEJUARAAN NASIONAL ANTAR PELAJAR

15.1 PENDAHULUAN
a. Kejuaraan Nasional Panjat Tebing Antar Pelajar adalah kompetisi panjat tebing yang dilaksanakan
oleh FPTI bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional, Komite Olahraga Nasional dan
Menegpora yang diselenggarakan setiap tahun yang tempat dan tanggal pelaksanaannya
ditentukan dan ditetapkan oleh Musyawarah Nasional Bidang pembinanaan Olahraga Departemen
Pendidikan Nasional (BAPOPSI) dan Rapat Kerja FPTI
b. Kejuaraan Nasional Antar Pelajar, yaitu kompetisi yang diikuti oleh siswa/siswi atau pelajar
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menegah Atas (SMA), yang
dilaksanakan sesuai dengan jenjang pendidikan.
c. Kejuaraan Nasional Antar Pelajar diklasifikasikan menjadi beberapa tingkat, yaitu:
i. Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS).
ii. Pekan Olahraga Pelajar Wilayah (POPWIL).
iii. Pekan Olahraga Pelajar Provinsi (PORJAR/PORSENIJAR).
iv. Pekan Olahraga Pelajar Kabupaten.
d. Atlit adalah siswa/pelajar yang diutus Diknas Kecamatan, Diknas Kabupaten dan Diknas Propvinsi
yang merupakan wakil/atau juara dari setiap jenjang atau tingkat Kejuaran antar Pelajar .
e. Panitia Pelaksana, selanjutnya disebut Tuan Rumah, yang terdiri dari unsur Pengurus FPTI dan
diknas Kabupaten, Provinsi dan diknas pusat, sesuai dengan tingkat kejuaraan, yaitu Kejurnas
Antar Pelajar, POPNAS, POPWIL, PORJAR/PORSENIJAR yang diselenggarakan.
f. Juara umum adalah Diknas Kecamatan, Kabupaten, dan Diknas Provinsi yang memperoleh medali
terbaik.

15.2 PEMBAGIAN KELOMPOK PELAJAR


a. Peserta Kejuaraan Nasional Antar Pelajar, dikelompokkan sesuai dengan tingkat pendidikan siswa
atau pelajar, sebagai berikut :
i. Sekolah Dasar (SD)/Sederajat.
ii. Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Sederajat.
iii. Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sederajat.
b. Untuk Pekan Olahraga Pelajar : POPNAS, POPWIL, PORJAR/PORSENIJAR, dikelompokkan sesuai
dengan usia dan tingkat pendidikan siswa/pelajar, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), yang dilaksanakan sesuai kelompok
umur, yaitu:
i. Sekolah Dasar (SD):
a) Spider Kid – C: 7 – 9 Tahun
b) Spider Kid – B: 10 – 12 Tahun
ii. Sekolah Menengah Pertama (SMP):
a) Spider kid – A: 12 – 13 Tahun
b) Youth B: 14 – 15 Tahun
iii. Sekolah Menengah Atas (SMA):
a) Youth A: 16 – 17 Tahun
b) Junior: 18 – 19 Tahun
c. Untuk pelaksanaan Porseni, Popwil dan Popsi akan diatur dengan petunjuk pelaksanaan tersendiri.

15.3 OFISIAL KOMPETISI FPTI


a. Ofisial Kompetisi FPTI adalah personal yang ditunjuk oleh Pengurus Pusat FPTI untuk Kejuaran
Nasional Antar Pelajar dan Pekan Olahraga Pelajar; POPNAS dan POPWIL dan personal yang
ditunjuk oleh Pengurus Daerah FPTI untuk Kejuraan Antar Pelajar Daerah dan PORJAR/
PORSENIJAR provinsi, atas Permintaan Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan
Provinsi dan Kabupaten sesuai dengan tingkatan Kejuaraan. Yang bertugas dan bertanggung

62
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

jawab secara teknis atas terlaksananya Kejuaraan Nasional Antar Pelajar dan Pekan Olahraga
Pelajar.
b. Ofisial Kompetisi tersebut, terdiri: FPTI Delegate, Jury President, Category Judge, Chief
Routesetter ditambah dengan Tim Routesetting yang berjumlah 5 orang atau lebih.
c. Semua biaya yang timbul akibat penunjukan Ofisial Kompetisi FPTI menjadi tanggung jawab
Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten sesuai dengan
tingkatan Kejuaraan. antar lain biaya transportasi menuju tempat kompetisi pergi-pulang,
akomodasi, konsumsi, dan honor.

15.4 KATEGORI DAN NOMOR KOMPETISI


a. Kategori kompetisi yang dilaksanakan dalam Kejurnas/Kejurda meliputi:
i. Lead.
ii. Boulder.
iii. Speed.
iv. Speed Rekor.
b. Setiap kategori kompetisi wajib terdiri dari nomor:
i. Perorangan putra dan putri.
ii. Beregu putra dan putri, tiap regu terdiri dari 3 atlit.
iii. Beregu ganda-campuran: tiap regu terdiri dari 2 atlit (1 pa dan 1 pi).
c. Untuk nomor beregu/beregu ganda-campuran setiap tim hanya berhak mendaftarkan satu regu,
kecuali tim Tuan Rumah berhak mendaftarkan dua regu.
d. Suatu nomor kompetisi hanya dapat dikompetisikan, jika jumlah atlit atau regu yang akan
berpartisipasi minimal 12 atlit untuk nomor perorangan dan atau 6 regu untuk nomor
beregu/beregu ganda-campuran.
e. Penyusunan Peringkat untuk nomor beregu/beregu ganda-campuran ditentukan berdasarkan:
i. Lead-Boulders beregu/beregu ganda-campuran: didasarkan pada nilai akumulasi yang
diperoleh tiap regu pada setiap babak.
ii. Speed beregu/beregu ganda-campuran: didasarkan akumulasi waktu tercepat yang diperoleh
tiap regu pada setiap babak.
f. Kompetisi nomor beregu/beregu ganda-campuran Lead dan Boulders terdiri dari 3 (tiga) babak
yaitu kualifikasi, semi-final dan final. Kuota regu pada babak semi-final untuk nomor beregu
ganda-campuran Lead dan Boulder adalah 12 (dua belas) regu dan babak final adalah 6 (enam)
regu.

15.5 KUOTA ATLIT DAN OFISIAL


a. Kuota atlit dan ofisial:
i. Setiap Diknas Kabupaten/Pengcab FPTI, Diknas Provinsi/Pengda FPTI berhak mengirimkan atlit
sebanyak 5 (lima) putra dan 5 (lima) putri, untuk masing-masing kelompok, sesuai poin 12.2.1
diatas.
ii. Setiap Diknas/Pengda FPTI berhak mengirimkan paling banyak 5 (lima) orang ofisial (satu
orang manajer tim, 2 (dua) orang pelatih dan 2 (dua) orang ofisial).
iii. Daftar nama atlit, manajer tim dan ofisial harus sudah diterima FPTI paling lambat 14 (empat
belas) hari sebelum tanggal pembukaan Kejuaraan. Daftar atlit inti dan cadangan wajib diisi
pada Formulir Pendaftaran.
iv. Ketentuan mengenai Kuota mengikuti aturan yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan
Nasional dan atau Diknas Provinsi/Kabupaten.

15.6 ADMINISTRASI DAN PENDAFTARAN


a. Ketentuan mengenai administarasi dan pendafataran tunduk pada aturan yang dikeluarkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional dan atau Diknas Provinsi/Kabupaten.
b. Ketentuan yang belum diatur disini akan diatur antara FPTI dengan Dinas Pendidikan.

63
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

16 PERINGKAT FPTI

16.1 PENGERTIAN
a. Kompetisi adalah kompetisi/kejuaraan, atau Sirkuit panjat tebing yang dikoordinasikan atau
direkomendasikan oleh FPTI.
b. Peringkat FPTI adalah susunan peringkat atlit perorangan yang disusun secara akumulatif dari
satu atau lebih kompetisi untuk tahun tertentu.
Peringkat FPTI terdiri dari Peringkat Nasional FPTI dan Peringkat Provinsi FPTI.
Peringkat Nasional FPTI disusun berdasarkan kompetisi tingkat nasional yang diikuti oleh atlit ,
Peringkat Provinsi FPTI disusun berdasarkan kompetisi tingkat provinsi yang diikuti oleh atlit.
c. Atlit adalah pemegang Kartu Identitas Atlit FPTI yang syah dan berhak mengikuti kompetisi yang
dikoordinasikan atau direkomendasikan oleh FPTI untuk periode tahun kalender tertentu.
d. Pengurus Pusat adalah Pengurus Pusat FPTI

16.2 FORMAT TAMPILAN


a. Yang wajib ditampilkan dalam Peringkat FPTI adalah:
i. Nomor urutan peringkat.
ii. Nama lengkap.
iii. No. Kartu Identitas Atlit FPTI
iv. Provinsi asal atlit untuk Peringkat Nasional FPTI atau Kabupaten/kota asal atlit untuk Peringkat
Provinsi FPTI.
v. Total Nilai
b. Total Nilai adalah akumulasi penjumlahan nilai satu atau lebih kompetisi yang diikuti atlit pada
tahun berjalan.
c. Tanggal perhitungan wajib diterakan pada lembar Peringkat FPTI.
d. Khusus untuk dengan status domisili sementara, Provinsi atau Kabupaten/Kota asal Atlit tidak diisi.

16.3 PERHITUNGAN DAN PENERBITAN PERINGKAT


a. FPTI wajib melakukan perhitungan Peringkat FPTI secara rutin.
b. Pemeringkatan atlit ditentukan berdasarkan peringkat atlit pada suatu kompetisi menurut Laporan
Hasil Kompetisi yang disampaikan oleh Jury President segera setelah berakhirnya suatu kompetisi
dan bobot kompetisi dimaksud. Bobot Kompetisi diatur pada Pasal 2.17.ii.
c. Pemeringkatan atlit dilakukan untuk semua kategori dan nomor kompetisi perorangan, serta untuk
semua kategori dan nomor kompetisi perorangan Kelompok Umur.
d. Perhitungan dan penerbitan Peringkat Nasional FPTI dilakukan dan menjadi tanggungjawab
Pengurus Pusat FPTI. Sedangkan perhitungan dan penerbitan Peringkat Provinsi FPTI dilakukan
dan menjadi tanggungjawab Pengurus Daerah FPTI.
e. Pengumuman Peringkat FPTI dilakukan menggunakan media resmi FPTI dapat berbentuk format
elektronik maupun tercetak.

16.4 TUTUP BUKU DAN AWAL BUKU


a. Tutup buku tahun kompetisi dilakukan pada tanggal 31 Desember setiap tahunnya.
b. Pada awal tahun kompetisi, peringkat 1 (satu) hingga peringkat ke 10 (sepuluh) pada tahun
kompetisi sebelumnya secara otomatis menempati peringkat yang sama sampai dilaksanakan
kompetisi pada tahun kompetisi berjalan.

16.5 PENGHARGAAN
a. FPTI wajib memberikan penghargaan kepada 3 (tiga) atlit terbaik dari setiap kategori kompetisi
untuk putra dan putri pada kompetisi terakhir yang dilakukan sebelum tutup buku 31 Desember.
b. Bentuk penghargaan kepada 3 atlit tersebut minimal berupa medali.

64
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

16.6 IMPLEMENTASI PERINGKAT FPTI


a. Peringkat FPTI diterapkan pada nomor perorangan untuk kategori:
i. Lead.
ii. Speed.
iii. Boulder.
b. Untuk peringkat Kelompok Umur dibuat Peringkat FPTI tersendiri yang disusun berdasarkan
kelompok umur.
c. Tidak diperkenankan seorang atlit memiliki dua peringkat di kelas Umum dan atau di kelas
Kelompok Umur.
d. Atlit warga negara asing yang mengikuti kompetisi di Indonesia tidak dapat masuk dalam
Peringkat FPTI.

65
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

17 ADMINISTRASI KEJUARAAN NASIONAL (KEJURNAS/KEJURDA) FPTI DAN


KEJUARAAN NASIONAL (KEJURNAS/KEJURDA) FPTI KELOMPOK UMUR

17.1 PEMBAGIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB


a. Pengurus Pusat FPTI (Kejurnas), Pengurus Daerah FPTI (Kejurda):
i. Ketua biro Kompetisi FPTI dan Badan Sirkuit Nasional (BSN) bertugas melakukan koordinasi
secara keseluruhan kegiatan Kejurnas/Kejurda ditambah kegiatan koordinasi ke seluruh Pengda
FPTI, Pengcab FPTI dan KON.
ii. Ofisial Kompetisi yang bertugas ditentukan dan ditunjuk oleh FPTI (Pengurus Pusat FPTI untuk
Kejurnas dan Pengurus Daerah FPTI untuk Kejurda), untuk itu FPTI bertanggung jawab atas
biaya transportasi, dan honor Ofisial Kompetisi tersebut.
b. FPTI Peserta Kejurnas/Kejurda:
i. FPTI peserta Kejurnas/Kejurda bertanggung jawab atas semua biaya transportasi akomodasi,
dan konsumsi menuju lokasi dan kembali ke daerah asal. Penggunaan transportasi, akomodasi,
dan konsumsi diluar yang telah disediakan oleh tuan rumah selama pelaksanaan Kejurnas
merupakan tanggung jawab masing-masing Pengda FPTI.
ii. FPTI peserta harus menyediakan 2 (dua) buah bendera daerah berukuran 80 x 120 cm yang
diserahkan kepada panitia paling lambat satu hari sebelum kegiatan secara resmi dibuka.
c. FPTI Tuan Rumah
i. Persiapan.
a) FPTI yang telah ditetapkan menjadi tuan rumah pada Rapat Kerja FPTI melakukan langkah
-langkah persiapan yang diperlukan dan kegiatan koordinasi dengan FPTI (Pengurus Pusat
FPTI untuk Kejurnas dan Pengurus Daerah FPTI untuk Kejurda) mengenai kemampuan
teknis dan finansial untuk melaksanakan kegiatan.
b) Langkah -langkah persiapan harus sudah dituntaskan paling lambat 4 (empat) bulan
sebelum tanggal pelaksanaan Kejurnas.
c) Jika tidak ada halangan yang berarti pada tahap persiapan FPTI mengeluarkan Surat
Keputusan yang isinya menetapkan FPTI tuan rumah, tempat dan tanggal pelaksanaan
kegiatan.
d) Setelah tahap persiapan bisa dianggap selesai FPTI akan menginformasikan pelaksanaan
Kejurnas/Kejurda kepada seluruh FPTI peserta, Komite Olahraga Nasional (KON), dan pihak
terkait lainnya paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum pelaksanaan kegiatan.
e) Pembatalan kesanggupan menjadi tuan rumah Kejurnas/Kejurda harus sudah diterima oleh
FPTI paling lambat 6 (enam) bulan sebelum tanggal pelaksanaan. Jika terjadi pembatalan
maka pelaksanaan Kejurnas/Kejurda akan diberikan kepada alternatif Pengda/Pengcab FPTI
berikutnya sesuai dengan ketetapan yang dihasilkan Rapat Kerja FPTI. Jika tidak ada
Pengda/Pengcab FPTI yang sanggup menjadi tuan rumah, FPTI (Pengurus Pusat FPTI
untuk Kejurnas dan Pengurus Daerah FPTI untuk Kejurda) berhak mengambil langkah-
langkah yang tepat untuk mengatasi hal tersebut.
ii. Pembuatan dan Distribusi Proposal.
a) Proposal Kejurnas/Kejurda dibuat dan diajukan oleh FPTI tuan rumah untuk dikoordinasikan
dan disesuaikan. Proposal Kejurnas/Kejurda minimal harus meliputi: Hakikat Kejurnas,
Maksud dan Tujuan Kejurnas, Kepanitiaan, Rencana Anggaran, Waktu dan Tempat
Pelaksanaan.
b) Distribusi dan penggunaan proposal Kejurnas harus sepengetahuan dan seijin Ketua Panitia.
iii. Kepanitiaan
Pelaksana Kejurnas merupakan kepanitiaan yang unsur-unsurnya terdiri dari FPTI tuan
rumah dan FPTI (Pengurus Pusat FPTI untuk Kejurnas dan Pengurus Daerah FPTI untuk
Kejurda) minimal meliputi:
a) Penasihat: Dewan Penasihat FPTI ditambah unsur dari tuan rumah.
b) Pembina: Dewan Pembina FPTI ditambah unsur dari tuan rumah.
c) Penanggung jawab: Ketua Umum FPTI dan Ketua Umum FPTI tuan rumah.

66
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

d) Ketua I (unsur tuan rumah), bertugas mengkoordinir keseluruhan kegiatan


Kejurnas/Kejurda.
e) Ketua II, bertugas mengkoordinir seluruh kegiatan Kejurnas/Kejurda yang terjadi di Pusat
Pemerintahan.
f) Sekretaris, bertugas membantu masalah administrasi yang dihadapi oleh Ketua.
g) Bendahara I: unsur FPTI tuan rumah.
h) Bendahara II: unsurPP-FPTI.
i) Koordinator Akomodasi, bertugas mengatur dan mengkoordinir penyediaan akomodasi bagi
Atlit , Ofisial Kompetisi, dan panitia lainnya, unsur dari FPTI tuan rumah.
j) Koordinator Konsumsi, bertugas mengatur dan mengkoordinir penyediaan konsumsi bagi
Atlit , Ofisial Kompetisi, dan panitia lainnya, unsur dari Pengda tuan rumah.
k) Koordinator Transportasi, bertugas mengkoordinir kegiatan yang berkaitan dengan
transportasi Atlit , Ofisial Kompetisi , serta panitia lainnya, unsur dari Pengda FPTI tuan
rumah.
l) Koordinator Acara, bertugas merancang, menyusun, dan mengkoordinir jalannya acara
pembukaan, acara penutupan, dan pelaksanaan kompetisi, unsur dari Pengda FPTI tuan
rumah.
m) Koordinator Kompetisi, bertugas mengkoordinir personil, diluar Ofisial Kompetisi, yang
bertugas mendukung terlaksananya kompetisi, Ketua Bidang Kompetisi FPTI dan FPTI tuan
rumah.
n) Koordinator Usaha Dana, bertugas mengkoordinir usaha penggalangan dana, unsur dari
FPTI tuan rumah dan FPTI.
o) Koordinator Dokumentasi, bertugas mendokumentasikan Kejurnas baik untuk kepentingan
FPTI maupun dalam rangka membantu publikasi Kejurnas, unsur dari FPTI tuan rumah dan
FPTI.
p) Koordinator Publikasi, bertugas mempublikasikan Kejurnas untuk diketahui oleh rakyat
banyak, unsur dari Pengda tuan rumah.
q) Koordinator Umum, bertugas untuk melakukan kegiatan lain demi terlaksananya Kejurnas,
unsur dari Pengda tuan rumah.
r) Koordinator Keamanan, bertugas untuk melakukan pengamanan selama berlangsungnya
Kejurnas serta melakukan koordinasi dengan pihak berwajib yang mendukung pengamanan
di lokasi Kejurnas, unsur dari Pengda tuan rumah.
iv. FPTI tuan rumah wajib menyediakan:
a) Akomodasi dan konsumsi Ofisial Kompetisi selama kegiatan berlangsung, ditambah
beberapa hari persiapan yang diperlukan Ofisial Kompetisi berdasarkan Surat Tugas dari
Pengurus FPTI (Pengurus Pusat FPTI untuk Kejurnas dan Pengurus Daerah FPTI untuk
Kejurda).
b) Pra-sarana dan sarana kompetisi sesuai dengan aturan pada Pasal 3.

17.2 PERIJINAN
a. Ijin tertulis mengenai penggunaan dari pemilik/pengelola tempat, menjadi tanggung jawab FPTI
tuan rumah.
b. FPTI tuan rumah bertanggung jawab atas proses perijinan pelaksanaan kegiatan Kejurnas dari
pihak berwajib.

17.3 UPACARA PEMBUKAAN/PENUTUPAN


a. Fasilitas yang diperlukan, minimal:
i. Tribun: 4 x 10 m.
ii. Kursi kehormatan: 10 orang.
iii. Kursi biasa: 50 orang.
iv. Gong atau alat lain: 1 unit.
v. Sound System: 2.000 watt.
b. Personil yang dibutuhkan:
67
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

i. Pembina Upacara: Pejabat yang ditentukan oleh PP FPTI atau Pengda FPTI tuan rumah.
ii. Pemandu Acara: mengkoordinir jalannya upacara.
iii. Pembawa Acara: membacakan susunan acara satu -per- satu.
iv. Pemandu Upacar: menyiapkan peserta upacara.
v. Pembaca Doa: dari FPTI tuan rumah.
vi. Dirigen: dari FPTI tuan rumah.
vii. Peserta Upacara: Atlit, manajer tim dan ofisial, Ofisial Kompetisi .
c. Upacara Pembukaan ( max. 45 menit )
i. Gladi bersih: dalam waktu 24 jam sebelum Upacara Pembukaan.
ii. Pelaksanaan Upacara Pembukaan ( maksimal 45 menit ):
a) Jalur Pemanjatan ditutup dengan kain penutup agar tidak terlihat oleh atlit yang akan
berkompetisi.
b) Atlit dan offisial menyusun barisan sesuai nama daerah menurtut abjad.
c) Juri membuat barisan paling pinggir.
d) Utusan FPTI menempati tribun kehormatan.
e) Utusan FPTI peserta menempati tribun.
f) Inspektur Upacara tiba di tempat upacara, disambut oleh Ketua Umum FPTI, dan Ketua
Panitia.
g) Barisan disiapkan oleh Komandan Upacara.
h) Menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dipimpin oleh Dirigen.
i) Barisan diistirahatkan.
j) Defile peserta:
• Berurutan sesuai abjad
• Tuan rumah terakhir
• Pada saat melewati podium kehormatan memberikan hormat
k) Laporan Ketua Penyelenggara.
l) Sambutan Ketua Umum FPTI kepada Pembina Upacara.
m) Sambutan dari Pembina Upacara sekaligus membuka Kejurnas.
n) Pemukulan gong atau sejenisnya dan penyerahan tali Pemanjatan atau alat lainnya dari
Pembina Upacara kepada Juri Kepala.
o) Penyerahan Trophy dari Juara Umum Kejurnas sebelumnya kepada Utusan FPTI.
p) Pengucapan Janji Atlit dan Janji Juri (pada saat janji diucapkan semua atlit atau juri harus
mengikutinya dan bendera provinsi ditundukkan ). Naskah Janji Atlit dan Juri sesuai
Lampiran 14 dan Lampiran 15.
q) Pembacaan doa. Naskah doa lihat Lampiran 16.
r) Acara atraksi atau hiburan seni.
s) Lagu mars patriot olahraga (diperdengarkan).
t) Barisan dibubarkan oleh Komandan Upacara.
u) Pemanjatan pertama dilakukan.
v) Pembina Upacara meninggalkan tempat upacara.
d. Upacara Penutupan (maksimal 45 menit)
i. Gladi bersih : jika diperlukan
ii. Pelaksanaan Upacara Penutupan:
a) Atlit dan offisial menyusun sesuai nama daerah.
b) Juri membuat barisan paling pinggir.
c) Jajaran FPTI (Pengurus Pusat FPTI untuk Kejurnas dan Pengurus Daerah FPTI untuk
Kejurda) menempati tribun kehormatan.
d) FPTI peserta menempati tribun.
e) Inspektur Upacara tiba ditempat upacara, disambut oleh Ketua Umum PP FPTI. Ketua
Umum FPTI tuan rumah, dan Ketua Panitia.
f) Barisan disiapkan oleh Komandan Upacara.
g) Menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dipimpin oleh seorang dirigen.
h) Barisan diistirahatkan.
68
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

i) Defile peserta.
j) Laporan Ketua Penyelenggara kepada Ketua Umum FPTI.
k) Sambutan Ketua Umum FPTI kepada Pembina Upacara.
l) Sambutan dari Pembina Upacara sekaligus menutup Kejurnas.
m) Penyerahan tali dari Juri Kepala kepada Pembina Upacara tanda kompetisi telah berakhir.
n) Penyerahan piala Juara Umum oleh Pembina Upacara.
o) Penyerahan bendera FPTI dari FPTI tuan rumah Kejurnas yang baru ditutup kepada FPTI
tuan rumah Kejurnas tahun depan oleh Pembina Upacara.
p) Pembacaan Doa.
q) Acara atraksi atau hiburan seni.
r) Lagu mars Patriot Olahraga (diperdengarkan).
s) Pembina Upacara dipersilahkan meninggalkan tempat upacara.
t) Barisan dibubarkan.

17.4 LAIN-LAIN
a. Hal-hal lain yang belum diatur dalam Bab ini akan diatur kemudian oleh Ketua Umum FPTI.
b. Dengan dikeluarkan pedoman ini maka ketentuan-ketentuan terdahulu yang bertentangan atau
tidak sesuai dengan pedoman ini, dinyatakan tidak berlaku.

69
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

DAFTAR KATA DAN ISTILAH

After Work = Setelah dicoba


Attemp = Usaha Pemanjatan
Belayer = Penambat
Boulder = Jalur Pendek
Boulder Problem = Jalur Masalah
Category Judge = Juri Kategori
Chief Routesetter = Kepala Pembuat Jalur
Chalk bag = Kantong kapur/MgCO3
Carabiner = Cincin kait
FPTI Delegate = Delegasi FPTI
Grade = Tingkat Kesulitan
Hold = Point, Tumpuan
Handhold = Tumpuan tangan
Heat = Putaran
Jury President = Juri Kepala
Lead = Kesulitan
Official = Ofisial
Overhang = Bentuk menggantung
Onsight = Langsung
Quickdraw/Runner = Titik Pengaman
Roof = bentuk permukaan dinding panjat yang menyerupai atap
Routesetting = Pembuat Jalur
Route Judge = Wasit Jalur
Speed = Kecepatan
Sling Quickdraw = Tali Pita Berjahit
Sit Harness = Sabuk Pengaman bentuk Duduk
Stage = bagian
Start = Memulai
Spider kids = Kelas Penjelajah
Traverse = Menyamping

70
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

71
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

LAMPIRAN-LAMPIRAN

72
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

73
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 1

TATA RUANG KOMPETISI PANJAT TEBING

74
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 2

SPESIFIKASI DINDING PANJAT


Untuk kompetisi LEAD, unsur-unsur wajib
• Tinggi dinding minimal = 12m
• Tinggi dinding maksimal = 20 m
• Lebar masing-masing bagian dari dinding minimal = 5m (keadaan khusus akan berlaku)
• Panjang jalur minimal = 15m
• Dinding harus mampu menampung setidak -tidaknya 2 jalur yang dijalankan secara serentak
• Dinding harus cukup miring untuk memungkinkan dibuatnya jalur-jalur 8b style-kompetisi
• Dinding panjat memiliki overhang minimal 20 dan memiliki roof minimal 2 m.
0

• Karakter dinding harus mempunyai variasi yang signifikan dalam tinggi dan lebar dinding
• Disain dinding dan kerangka harus memenuhi standar nasional yang relevan, di Eropa standar ini adalah EN 12572
• Karakter dinding tidak boleh hanya sebuah struktur 2-D yang sederhana, beberapa unsur 3-Dimensi dan variasi
bentuk harus dibuat.
• Dinding harus di-desain sedemikian rupa sehingga memungkinkan digunakannya semua sisi dinding panjat dengan
kata lain bagian -bagian samping dinding harus ditambahkan
Untuk kompetisi LEAD, unsur-unsur bebas
• Karakter dinding boleh dirubah pada malam hari atau bahkan di antara babak-babak kompetisi
Untuk kompetisi BOULDERS, unsur-unsur wajib
• Harus ada cukup bagian -bagian dari dinding boulder yang berlainan untuk memungkinkan 6 problem dipanjat
dengan serempak, masing-masing dinding boulder harus memiliki sebuah kadar perbedaan yang signifikan dari
diantara dinding Boulder problem yang lain
• Setidak-tidaknya untuk babak final, semua problem harus bisa dilihat dari satu arah, dengan kata lain bahwa semua
problem harus menghadap kearah yang sama
• Matras landasan jatuh harus disediakan dengan ketebalan minimal 30 cm
• Matras harus bersambungan, jika matras terdiri dari susunan terpisah harus di cover, sehingga tidak ada
kemungkinan atlit jatuh diantara sambungan matras.
• Tinggi maksimal seorang pemanjat di atas matras harus 3m, ini diukur dari titik terendah pada tubuh atlit
• Karakter dinding tidak boleh hanya sebuah struktur 2-D yang sederhana, beberapa unsur 3-Dimensi harus dibikin.
• Boulder seharusnya tidak di-disain sedemikian rupa yang mendorong pemanjat untuk memanjat bagian atas boulder
kecuali jika aturan tinggi maksimal tidak terlewati
• Dinding harus didisain sedemikian rupa sehingga memungkinkan digunakannya sisi lain dinding panjat, dengan
kata lain bagian -bagian samping harus ditambahkan
Untuk kompetisi BOULDERS, unsur-unsur bebas
• Boulder-boulder harus ditinggikan dari lantai atau tempat duduk harus diatur untuk memberi sebanyak mungkin
penonton dapat memperoleh sudut pandang yang bagus dari semua boulder problem.
• Jika babak kualifikasi akan dijalankan dengan serentak maka harus ada cukup bagian-bagian yang berlainan dari
boulder untuk memungkinkan 12 problem dipanjat dengan serentak.
Untuk kompetisi SPEED, unsur -unsur wajib
• Tinggi jalur harus 15-20m
• Total Overhang pada dinding maksimal 5 m
• Lebar dinding speed harus 3 m
• Dinding tidak boleh mempunyai roof yang lebih panjang dari 1m
• Dinding harus di-disain untuk menampung 2 jalur dengan panjang/kesulitan/style yang sama
• Masing-masing jalur harus diamankan dengan 2 titik belay, dan diatur sedemikian rupa sehingga tali tidak
mengganggu pemanjat
• Jalur-jalur dan titik belay harus diatur sehingga para pemanjat jatuh menjauh satu sama lain
• Untuk Speed Rekor : - Tinggi jalur 15 m, lebar 3m dan overhang 5
0

- Topo jalur dan jenis tumpuan (hold), mengikuti ketentuan IFSC


Untuk Speed Estafet, Unsur wajib
• Harus tersedia 8 papan speed yang bentuk dan kemiringannya identik
• Kemiringan yang dianjurkan adalah 10 0

• Diusahakan tingkat kesulitan jalur tidak terlalu jauh diantara ke 8 jalur speed estafet.
Untuk kompetisi Speed, unsur-unsur bebas
• Variasai Jalur dan tumpuan selalu berubah pada setiap kompetisi.

75
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 3

TOPO JALUR SPEED REKOR

76
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 4

FASILITAS ZONA ISOLASI


• Dinding pemanasan harus dilengkapi dengan matras, yang harus bersambungan.
Dinding • Dinding pemanasan harus mempunyai Hold-hold pilihan yang jenis dan pembuatnya sama
pemanasan
isolasi - dengan yang dipakai dalam kompetisi.
wajib
• Ketinggian maksimal seorang pemanjat di atas matras harus 3m, ini diukur dari titik terbawah
dari badan.
• Sebuah dinding pendinginan yang terpisah, yang bisa digunakan oleh pemanjat setelah mereka
Dinding
pemanasan selesai melakukan pemanjatan (yaitu, tidak di dalam zona isolasi) bisa disediakan. Area ini
isolasi - seharusnya dilengkapi dengan makanan dan minuman dan tidak boleh dimasuki oleh
bebas
publik/orang umum.

Toilet • Toilet harus disediakan di zona isolasi, sebagai sebuah kemutlakan minimal 2 untuk putra dan 2
untuk putri.
• Zona isolasi harus ditempatkan di dalam jarak tempuh 5 menit dengan jalan kaki dari arena
pemanjatan utama.
• Pertimbangan harus diberikan untuk menyediakan transport dari zona isolasi terutama jika
Lokasi
jaraknya melebihi 300m.
• Berbagai sarana untuk menjaga pemanjat tetap hangat dan kering harus disediakan jika
perjalanannya termasuk keluar ruangan.
• Zona isolasi harus memiliki dinding pemanasan.
• Zona isolasi harus memiliki sebuah area dengan tempat duduk untuk semua pemanjat.
Ukuran zona
dan fasilitas • Zona isolasi harus memiliki sebuah area untuk aktivitas aerobik.
umum – • Total area zona harus minimal 2m persegi dari luas lantai per pemanjat.
wajib
• Zona isolasi tidak boleh memiliki telepon umum.
• Sebuah area untuk merokok harus disediakan, ini harus di luar tetapi harus dijaga.
• Zona isolasi seharusnya berada di tempat yang tidak memungkinkan untuk mendengar apa yang
sedang terjadi di arena kompetisi.
Ukuran zona
dan fasilitas • Sebuah area untuk stretching harus disediakan.
umum – • Sebuah area terpisah seharusnya disediakan untuk katering.
bebas
• Koran, majalah panjat dan video panjat seharusnya disediakan begitu juga dengan suatu
‘hiburan’ lainnya.
• Zona isolasi harus benar-benar tertutup dari area publik. Hanya pemanjat, ofisial tim dan ofisial
resmi yang diperbolehkan berada di dalam area.
• Orang lain (seperti: kru TV) hanya diperbolehkan masuk ke zona isolasi jika ada ijin dari Jury
President.
Keselamatan • Pemanjat dan ofisial tim tidak diperbolehkan memiliki (membawa) telepon genggam dan alat-alat
perekam atau transmisi elektronik di dalam zona isolasi. Penyelenggara harus mempunyai
sarana untuk mengumpulkan, memberi label, menyimpan dengan aman dan mengembalikannya
kepada pemilik setelah pemanjat bertanding dalam babak tersebut atau bagi Ofisial Tim ketika
mereka meninggalkan zona isolasi.
• Minuman dingin: Penyelenggara harus menyediakan cukup air untuk pemanjat dalam setiap
babak. Harus ada air mineral dan air bersoda. Akan lebih baik jika ada jus buah dan soft-drink
lainnya.
• Minuman hangat: Penyelenggara harus menyediakan kopi dan teh untuk pemanjat dalam setiap
Catering
babak.
• Makanan: Penyelenggara harus menyediakan buah, kue-kue, sport bar, roti dan roti isi seperti;
keju dan yang lain untuk pemanjat dalam setiap babak.
• Makanan hangat dapat juga disediakan di antara babak-babak.

77
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 5

Formulir Permohonan untuk Even-even FPTI yang masuk Kalender Kompetisi FPTI
Formulir isian harus disampaikan pada saat Rapat Kerja FPTI
Federasi anggota FPTI/penyelenggara
Orang yang bertanggung jawab di dalam f ederasi/
Nomor telepon
E-mail
Even/kategori dan tanggal untuk masing-masing Kategori 1. kategori 2. kategori 3.kategori
penting: harap disebutkan juga tanggal-tambahan untuk
even jika terjadi even-even yang waktunya bersamaan
Alamat venue
Panitia penyelenggara
Telepon dan e-mail
Koordinator
Utusan pers
Komunikasi/PR
Teknis/logistis
Apakah federasi yang mengajukan juga sebagai
penyelenggara utama? Bagaimana tugas-tugas dibagi?
Keterangan perjalanan menuju lokasi even (termasuk
jalan, kereta, pesawat)
Halaman
Hotel-hotel beserta daftar harga kamar: telepon dan
tambahan
nomor fax terkait, dan pilihan pembayaran
Tipe dan gambaran singkat mengenai dinding panjat
yang akan digunakan, termasuk tinggi, lebar dan tingkat
kecondongan keseluruhan (sketsa dinding)
Kapasitas penonton di dalam venue kompetisi
Halaman
Program sementara
tambahan
(sangat penting, terutama bila lebih dari satu kategori
yang diselenggarakan)

Hal-hal yang harus diperhatikan


• April: Penyampaian minat: jenis even, tanggal
• Juli: Konfirmasi minat
• Batas waktu permohonan: September
• Permohonan harap dikirim ke PP FPTI/atau untuk calon penyelenggara di Daerah permohonan disampaikan
melalui Pengda FPTI.
• Buku Pedoman bagi Penyelenggara harap diperhatikan
• Kami mengajukan dan memilih kalender sementara dalam Rapat Paripurna Nasional (Rakernas) FPTI
• Faktur dan kontrak akan dikirim kemudian, batas waktu untuk kalender resmi adalah Desember

78
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 6

Kesepakatan mengenai Penyelenggaraan Kompetisi

Antara FPTI dengan Penyelenggara

Dengan menandatangani kesepakatan ini berarti, FPTI dan Penyelenggara (Pengda FPTI atau klub lokal atau
penyelenggara yang lain) menyetujui untuk diikat oleh Buku PEDOMAN PENYELENGGARAAN KOMPETISI FPTI
dan menyetujui untuk bekerja sama dalam meningkatkan kualitas kompetisi demi kesenangan peserta kompetisi
dan penonton, untuk memaksimalkan promosi dan profil media, dan menambah nilai atas sponsor-sponsor.

FPTI setuju untuk melaksanakan semua tugas yang berasal dari Buku Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi
Panjat Tebing Nasional dan peraturan-peraturan mengenai kompetisi panjat tebing yang berlaku.

Penyelenggara setuju untuk membayar biaya pencantuman pada kalender FPTI untuk (tahun…) sesuai dengan
standar FPTI untuk jenis even y ang berkaitan.

Apabila untuk suatu alasan Penyelenggara membatalkan kompetisi, FPTI tidak akan mengembalikan uang
kalender.

Pelanggaran terhadap peraturan dan garis pedoman bagi penyelenggara akan dikenakan sanksi-sanksi (lihat
secara detail Buku PEDOMAN PENYELENGGARAAN KOMPETISI ). Laporan dari FPTI Delegate dan Jury President
akan relevan untuk pembuatan kalender kompetisi tiap tahun.

UNTUK DIBACA DAN DITANDATANGANI OLEH PENYELENGGARA

Saya menyatakan bahwa saya telah membaca dan memahami Buku PEDOMAN PENYELENGGARAAN KOMPETISI
dan Peraturan Kompetisi FPTI dan bahwa kompetisi berikut diajukan untuk dicantumkan dalam kalender
kompetisi FPTI. Saya menerima kesepakatan mengenai yang berkaitan dengan kompetisi nasional.

Nama dan alamat Penyelenggara: …...........…………………………………………………………………

Nama dan tanggal kompetisi yang diajukan: …...…………………………………………………………

Ditandatangani oleh wakil yang sah atas nama Penyelenggara:

Tanggal:...........................................................

UNTUK DIBACA DAN DITANDATANGANI ATAS NAMA FPTI

Kami menyatakan bahwa penyelenggara dengan nama di atas telah diterima untuk even berikut dalam kalender
kompetisi pada kesepakatan mengenai kompetisi FPTI.

Nama dan tanggal kompetisi yang dinyatakan:.............................................

Ditandatangani atas nama FPTI

Tanggal : ……………………………………………………………..

79
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 7

Biaya Kalender Kompetisi FPTI dan Biaya Administrasi

Biaya kalender terkait akan dibayarkan kepada FPTI oleh Pengda FPTI atau penyelenggara yang
mengajukan, apabila kompetisi yang diajukan telah secara resmi disetujui atau disetujui dan diakui
dan masuk dalam kalender kompetisi FPTI.

Biaya-biaya tersebut telah ditetapkan sebagai berikut:

− Biaya kalender KEJURNAS FPTI Rp. 1.000.000,-

− Biaya kalender Seri SIRKUIT NASIONAL Rp. 1.000.000,-

− Biaya kalender even Nasional Rp. 500.000,-

− Biaya peserta Seri SIRKUIT NASIONAL Rp. 200.000,-/peserta/musim

− Biaya Keterlambatan Pendaftaran Rp. 400.000,-

− Kartu Identitas Atlit (baik baru maupun perpanjangan) Rp. 100.000,- /atlit

Biaya kalender harus dibayarkan paling lambat 31 Desember dari tahun yang sudah berjalan. Yang
lainnya pada saat menerima faktur yang berkaitan.

80
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 8

STANDARISASI UANG HADIAH

Besarnya uang hadiah yang wajib disediakan oleh penyelenggara, berdasarkan kategori dan kompetisi tingkat
Nasional diklasifikasikan sebagai berikut :

LEAD DAN BOULDER (sama untuk putra dan putri)

1. Jumlah minimal dari hadiah yang akan dibagikan kepada peserta kompetisi yang ada dalam peringkat 1
sampai 6, tidak termasuk pajak ditetapkan sebagai berikut:

1. Juara I Rp. 1.500.000,-

2. Juara II Rp. 1.000.000,-

3. Juara III Rp. 750.000,-

4. Juara IV Rp. 500.000,-

5. Juara V Rp. 300.000,-

6. Juara VI Rp. 250.000,-

Total hadiah untuk Putra dan Putri Rp. 8.600.000,-

2. Apabila jumlah total yang diajukan oleh penyelenggara melebihi minimal, jumlah tambahan akan dibagi
untuk semifinalis, sampai dengan peringkat 15, dan jika masih mungkin, untuk menaikkan hadiah bagi 6
pemanjat peringkat teratas mengikuti yang telah ditetapkan dan atau sesuai dengan Panitia
Penyelenggara.

SPEED (sama untuk putra dan putri)

1. Jumlah minimal dari hadiah yang akan dibagikan kepada peserta kompetisi yang ada dalam peringkat 1
sampai 4 tidak termasuk pajak , ditetapkan sebagai berikut:

1. Juara I Rp. 1.250.000,-

2. Juara II Rp. 800.000,-

3. Juara III Rp. 650.000,-

4. Juara IV Rp. 500.000,-

Total hadiah untuk Putra dan Putri Rp 6.400.000,-

2. Apabila jumlah total yang diajukan oleh penyelenggara melebihi minimal, jumlah tambahan akan dibagi untuk
¼ finalis (sampai dengan peringkat 8), dan jika masih mungkin, untuk menaikkan hadiah bagi 4 pemanjat
peringkat teratas mengikuti yang telah ditetapkan oleh Dewan Pengurus FPTI, sesuai dengan Panitia
Penyelenggara.

81
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 9

FORM PERMOHONAN REKOMENDASI KOMPETISI PANJAT TEBING

Nomor surat…………………………………..

[Kop surat kompetisi]

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : ……………………………....................................…

Alamat domisili : ……………………………………...................…….

Telepon : ………………….. Tel Seluler: …………………………….

Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Panitia ……………………….[sebutkan nama kompetisi],
bersama ini mengajukan permohonan rekomendasi untuk menyelenggarakan kompetisi panjat
tebing.Untuk maksud tersebut kami lampirkan:

1. Proposal kegiatan.

2. Rekomendasi untuk melaksanakan kegiatan dari organisasi/ lembaga..

3. Formulir Detil Kompetisi.

4. Surat Pernyataan Kesediaan.

Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamnya kami ucapkan terima kasih.

Hormat kami,

Tempat : …………………………………..

Tanggal : ………………………………….

…………………….

Ketua Panitia

82
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 10

FORMULIR DETAIL KOMPETISI

[Kop surat kompetisi]

DETAIL KOMPETISI

1. Nama Kompetisi : ……………………………………………………………………………


2. Organisasi/Lembaga : ……………………………………………………………………………
3. Tgl pembukaan : ……………………………………………………………………………
4. Tgl penutupan : …………………………………………………………………………..
5. Tgl technical meeting: …………………………………………………………………………..
6. Jenis Kompetisi yang akan diselenggarakan:
[ ] Terbuka
[ ] Militer
[ ] Kelompok Umur
[ ] Pelajar
7. Tingkat Kompetisi:
[ ] Nasional
[ ] Regional
[ ] Provinsi
[ ] Kabupaten/Kota
8. Kategori yang akan dikompetisikan:
[ ] Lead
[ ] Speed
[ ] Boulders
9. Tempat kompetisi akan dilaksanakan
Alamat : ……………………………………………………………………………….
[ ] Indoor [ ] Outdoor
10. Total Hadiah yang akan diberikan untuk setiap jenis kompetisi.

Jenis Kompetisi Tingkat Kompetisi Total Hadiah


………………... ………………………. …………………..
………………... ………………………. …………………..
………………... ………………………. …………………..
Dibuat di : ………………………………………….
Pada tanggal : …………………………………………

…………………………………………

Ketua Panitia

83
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 11
PERNYATAAN KESEDIAAN
[Kop surat organisasi pemohon]

PERNYATAAN KESEDIAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama: …………………………………………
Alamat domisili: ………………………………………
Bertindak untuk dan atas nama Panitia Kompetisi
………………………………………….[sebutkan nama kompetisi].
Dengan ini menyatakan bahwa kami bersedia:

c. Menyelenggarakan kompetisi sesuai dengan peratutan kompetisi yang berlaku.


d. Menanggung biaya transport, akomodasi, dan honor Ofisial Kompetisi selama
kompetisi berlangsung yang nilainya mengikuti ketentuan yang berlaku.
e. Membuat dan mengirim Laporan Resmi Kegiatan kepada FPTI paling lambat 14
(empat belas) hari sejak tenggal penutupan kompetisi.
f. Menunaikan janji untuk memberikan hadiah sebesar yang telah disebutkan.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk memenuhi


persyaratan rekomendasi kompetisi, dan bersedia mempertanggungjawabkan
pernyataan ini dilanggar di kemudian hari.
Dibuat di : …………………………………………
Pada tanggal : …………………………………………

[Materai Rp.6000]

…………………………………………
Saksi-saksi

…………………………………… ………………………………………
Sekertaris Umum Panitia Ketua Umum Organisasi

84
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 12

RENUMERASI HONOR OFISIAL KOMPETISI FPTI

1. Sesuai dengan SK No.532/KEP-FPTI/11.2006, tentang standar renumerasi Offisial Kompetisi,


maka Ofisial Kompetisi Panjat Tebing akan menerima honor minimal, sebagai berikut:

Honor/hari Honor/hari
Jabatan Kualifikasi kerja Kualifikasi kerja

FPTI Delegate --- Rp. 300.000,- --- ---

President Jury C-1 Rp. 300.000,- --- ---

Chief
Routesetter C-1 Rp. 250.000,- C-2 Rp. 150.000,-

Category Judge C-1 Rp. 200.000,- C-2 Rp. 100.000,-

Route Judge C-1 Rp. 150.000,- C-2 Rp. 75.000,-

Route Setting C-1 Rp. 150.000,- C-2 Rp. 75.000,-

Belayer --- Rp. 100.000,- --- ---

Scoring --- Rp. 75.000,- --- ---

Data Entry --- Rp. 75.000,- --- ---

Wall
Maintenance --- Rp. 75.000,- --- ---

2. Ofisial Kompetisi juga berhak mendapatkan akomodasi, konsumsi dan transportasi lokal yang
layak selama melaksanakan tugas.

3. Hari kerja Ofisial Kompetisi dihitung berdasarkan jumlah hari pelaksanaan kompetisi ditambah
jumlah hari persiapan yang dihadiri oleh masing-masing Ofisial Kompetisi. Adalah tugas Jury
President untuk mendata kehadiran masing-masing Ofisial Kompetisi lainnya.

4. Hal-hal yang belum tercantum disini akan diatur kemudian.

85
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 13

FORMAT SURAT TUGAS OFISIAL KOMPETISI

SURAT TUGAS

Nomor :…../TGS/PP-FPTI/….. . …….

Pengurus Pusat/Derah Federasi Panjat Tebing Indonesia …………………………………….dengan ini


menugaskan nama-nama berikut untuk menjadi Ofisial Kompetisi pada

Nama Kompetisi: ………………………....…………………………………..


Penyelenggara: ………………………………………………………………
Tanggal kegiatan:…………………..... Sampai ….......………………..
Tempat: ………………………………………………………………
No Nama Lengkap Kualifikasi Jabatan dalam Kompetisi

Kepada penerima tugas ini wajib mengikuti Peraturan Kompetisi Panjat Tebing dan Pedoman
Penyelenggaraan Kompetisi serta peraturan lainnya yang berlaku.
Semua biaya transportasi, akomodasi, dan honor atas penugasan ini menjadi tanggungjawab
Penyelenggara.
Demikian Surat Tugas dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Diterbitkan di: ………………………………………….
Pada tanggal: …………………………………………

Pengurus Pusat/Daerah
Federasi Panjat Tebing Indonesia
…………………………………………

…………………………………………

Jabatan
86
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 14
LEMBAR HASIL PEMANJATAN

[Kop surat kompetisi]

Nama kompetisi: …………………………………………[isi dg nama kompetisi]

Tanggal kompetisi: …………………………………………[isi dg tgl kompetisi]

LEMBAR HASIL PEMANJATAN

BABAK: [Kualifikasi/Semi-final/ Final/Super - final]


NOMOR: [Putra/Putri]
NAMA ATLIT : …………………………………………
NO. ID CARD: …………………………………………

KATEGORI: Lead
LEAD
WAKTU PEMANJATAN: ………………………..
NILAI DICAPAI: ………………………..
KATEGORI: Boulder
BOULDER
NOMOR JALUR: ……………….
TOP: YA/TIDAK
JIKA YA, JUMLAH USAHA MENCAPAI TOP: …………………
BONUS: YA/TIDAK
JIKA YA, JUMLAH USAHA MENCAPAI BONUS: ………………..
KATEGORI: Kecepatan
SPEED - FORMAT A
CATATAN WAKTU:
JALUR-A : …………………….
JALUR-B : …………………….
SPEED RECORD
CATATAN WAKTU :
JALUR-A : ………………………….
JALUR-B : ………………………….
SPEED – FORMAT B
CATATAN WAKTU : ………………………..

Category Judge:

………………………………….

87
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 15
Lembar Hasil Pemanjatan Boulders

Lihat tabulasi pada Jalur-Masalah 2.

Isilah tabulasi setiap kali atlit menyentuh bagian dinding boulders, bukan saat atlit meninggalkan
matras (bukan setiap atlit jatuh). Hal ini yang disebut sebagai usaha-pemanjatan (attemp), dan
jika atlit berhasil meraih nilai bonus pada attemp ini beri tanda dengan huruf B pada garis
tabulasinya.

Jika atlit berhasil meraih Tumpuan TOP pada usaha-pemanjatan yang dilakukan, pada contoh Jalur-
Masalah 2 dibawah diberikan tanda dengan huruf T pada attemp ke-5.

Nama kompetisi: …………………………………………..


Tanggal: …………………………………………..
Babak: [Kualifikasi/Semi-final/Final]

Nama Atlit : …………………………………………..


NoID: …………………………………………..

Jika atlit meraih Tumpuan TOP tanpa menyentuh Tumpuan Bonus, beri tanda dengan huruf B dan T
pada attemp yang dilakukannya.
Setelah waktu rotasi selesai, pastikan atlit membubuhkan paraf di kolom yang disediakan. Jangan
lupa mengisi nama juri di sebelah kanan nomor Jalur-Masalah dan berikan paraf pada kolom yang
tersedia.
Jika jumlah jalur-masalah kurang dari 6, coret tabel yang tidak digunakan.
Selain mengisi lembar ini, Juri juga mengisi bagian yang sesuai Lampiran 13 untuk diserahkan kepada
operator display untuk diumumkan kepada penonton.

88
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 16
LEMBAR HASIL SETIAP BABAK - PROVISIONAL

[Kop surat kompetisi]

Nama kompetisi: ……………………………………………………………………..[isi dg nama kompetisi]


Jenis kompetisi: …………………………………………………………………… [isi dengan jenis kompetisi]

LEMBAR HASIL

BABAK: ……….....………………………………………………………... [Kualifikasi/Semi-final/ Final/Super- final]


KATEGORI: ………………………………………………………………… [Lead/ Speed/ Boulders]

No. No. ID Nama Lengkap Klub Daerah Nilai/Waktu Rangking

NOMOR: …....………………………………………………………………. [Putra/Putri]

Tempat kompetisi: …………………………………………...


Tanggal: …………………………………………...
Waktu diumumkan: …………………………………………...
Batas waktu protes: …………………………………………...

Category Judge

…………………………………………...

89
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 17

LEMBAR HASIL PEMANJATAN SETIAP BABAK

[Kop surat kompetisi]

Nama kompetisi: ……………………………………………………………………..[isi dg nama kompetisi]


Jenis kompetisi: …………………………………………………………………..… [isi dengan jenis kompetisi]

LEMBAR HASIL

BABAK: ………………………………………………………………... [Kualifikasi/Semi-final/ Final/Super- final]


KATEGORI: ………………………………………………………………… [Lead/ Speed/ Boulders]
NOMOR: …………………………………………………………………. [Putra/Putri]

No. ID Nama Lengkap Klub Daerah Nilai/Waktu Rangking


No.

Tempat kompetisi: …………………………………………...


Tanggal: …………………………………………...
Waktu diumumkan: …………………………………………...
Batas waktu protes: …………………………………………...

Category Judge Jury President

…………………………………………... ………………………………
90
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran18
Contoh pemeringkatan kompetisi Jalur-pendek
LEMBAR HASIL PEMANJATAN SETIAP BABAK - PROVISIONAL
[Kop surat kompetisi]

Nama kompetisi: ……………………………………………………………….. [isi dg nama kompetisi]


Jenis kompetisi: ……………………………………………………………….. [isi dengan jenis kompetisi]
LEMBAR HASIL
BABAK: Kualifikasi
KATEGORI: Boulders
NOMOR: Putri

Tempat kompetisi: ……………………………………………………


Tanggal: ……………………………………………………
Waktu diumumkan: ……………………………………………………
Batas waktu protes: ……………………………………………………

Category Judge

……………………………………………………
KETERANGAN

Pada kolom Jalur-1 sampai Jalur -4

TOP=1, artinya atlit berhasil menyelesaikan jalur-masalah


AT=1, artinya atlit berhasil meraih TOP pada usaha pemanjatan (attemp) ke-1.

B=1, artinya atlit berhasil meraih Tumpuan Bonus pada usaha pemanjatan (attemp) pertama.
Atlit yang berhasil TOP walaupun tidak menyentuh Tumpuan bonus, otomatis dihitung telah meraih
Tumpuan Bonus (sesuai Pasal 4.1.14).
AB=3, artinya atlit baru berhasil m eraih Tumpuan bonus setelah melakukan 3 kali usaha
pemanjatan.

Atlit yang tidak berhasil meraih Tumpuan Bonus maupun TOP pada suatu jalur-masalah otomatis
mempunyai nilai
TOP=0, AT=0, B=0, AB=0 tidak peduli berapa kali pun melakukan usaha pemanjatan.

Pada kolom total


TOP=3, artinya atlit berhasil menyelesaikan 3 jalur-masalah
AT=3, artinya untuk 3 TOP tersebut atlit melakukan dalam 3 kali attemp.
B=4, artinya atlit berhasil meraih 4 Tumpuan Bonus.
AB=6, artinya untuk meraih 4 Tumpuan bonus tersebut, atlit melakukan 6 kali usaha pemanjatan
(attemp).
Peringkat 6 dan 7 seharusnya mempunyai peringkat sama yaitu 6. Peringkat 8 dan 9 harus
mempunyai peringkat sama yaitu 8.

91
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 19

LEMBAR HASIL AKHIR KOMPETISI

[Kop Surat Kompetisi]

Nama kompetisi : ………………………………………………………….…. [isi dengan nama kompetisi]


Jenis kompetisi : ……………………………………………………………….[isi dengan jenis kompetisi]

LEMBAR HASIL AKHIR KOMPETISI

KATEGORI: …………………………………………………………… [Lead/ Speed/ Boulders]


NOMOR: ……………………………………………................. [Putra/Putri]

Nama Nilai/Waktu
No. No. ID Klub Daerah
Lengkap Kualifikasi Semi-final Final Rangking

Tempat kompetisi: ………………………………………………………………


Tanggal: ………………………………………………………………
Waktu diumumkan: ………………………………………………………………
Batas waktu protes: ……………………………………………………………….

Category Judge Jury President

……………………... …………………………

92
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 20

LAPORAN KOMPETISI

[Kop Surat Kompetisi]

LAPORAN KOMPETISI

Dengan ini kami laporkan detail pelaksanaan kompetisi:

1. Nama kompetisi: ………………………………………………………………


2. Tanggal kompetisi: ……………………..sampai …………………………….
3. Tingkat kompetisi: ………………………………………………………………
[ ] Nasional
[ ] Regional
[ ] Provinsi
[ ] Kabupaten/Kota
4. Jenis Kompetisi:
[ ] Terbuka
[ ] Militer
[ ] Kelompok Umur
5. Kategori yang dikompetisikan:
[ ] Rintisan
[ ]Kecepatan
[ ] Jalur-Pendek
6. Nomor kompetisi: [ ] Putra [ ] Putri
7. Tabel Daftar atlit penerima kartu kuning:
No. No. ID Nama Lengkap Klub Daerah Keterangan

8. Tabel Daftar atlit penerima kartu merah:

No. No. ID Nama Lengkap Klub Daerah Keterangan

9. Tabel Daftar Protes:


Protes
No. Pemrotes Protes atas Detail Keterangan
diterima/ditolak

10. Tabel Daftar Ofisial Kompetisi


No. No. ID Nama Lengkap Provinsi Jabatan

93
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Jenis
No. Tanggal Waktu Nama dan Alamat Korban Status korban
Cedera

11. Tabel Daftar Kecelakaan*

*Keterangan tabel daftar kecelakaan untuk diketahui oleh Jury President:


Tanggal: tanggal kejadian
Waktu: waktu terjadinya kecelakaan
Nama dan
Alamat Korban: cukup jelas
Status korban: pilih atlit , Ofisial Kompetisi, panitia, atau penonton
Jenis cedera:
[Ringan]: jika luka yang bisa ditangani dengan tenaga medis yang ada di daerah kompetisi.
[Sedang]: jika diperlukan perlu penanganan lebih lanjut di rumah sakit.
[Berat]: jika diperlukan perawatan inap atau operasi di rumah sakit
[Sangat berat]: jika ada korban meninggal dunia.

12. Hal yang perlu dilaporkan berkaitan dengan Peraturan Kompetisi Panjat Tebing dan Pedoman
PenyelenggaraanKompetisi Panjat Tebing:
13. Hal/kejadian lain yang dianggap perlu untuk dilaporkan:
14. Lampiran yang merupakan bagian tak terpisahkan:
• Lembar Hasil Setiap Babak Kompetisi
• Lembar Hasil Akhir Kompetisi

Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan
Laporan ini jika diperlukan.

Dibuat di: …………………………………………..


Pada tanggal: …………………………………………..

…………………………………………
Nama Jury President

94
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 21
LAPORAN PELAKSANAAN KOMPETISI

[Kop Surat Kompetisi]

LAPORAN PELAKSANAAN KOMPETISI

Dengan ini kami laporkan detil pelaksanaan kompetisi:


1. Nama kompetisi: ……………………………………………………………
2. Tanggal kompetisi: …………………sampai ………………………….
3. Penilaian terhadap:

a. Jalannya kompetisi: [ ] baik [ ]cukup [ ] kurang


b. Dukungan panitia: [ ] baik [ ]cukup [ ] kurang
c. Atlit secara umum: [ ] baik [ ]cukup [ ] kurang
d. Penonton: [ ] baik [ ]cukup [ ] kurang
e. Komitmen panitia pada hadiah: [ ] baik [ ] tidak -baik
f. Ofisial Kompetisi:
• Jury President: [ ] baik [ ]cukup [ ] kurang
• Chief Route: [ ] baik [ ]cukup [ ] kurang
• Juri lainnya: [ ] baik [ ]cukup [ ] kurang
• Route Setter: [ ] baik [ ]cukup [ ] kurang

4. Daftar Ofisial Kompetisi yang mendapat sanksi:

No. No.ID Nama Lengkap Kesalahan Sanksi

5. Hal/kejadian lain yang perlu dilaporkan:

Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan
Laporan ini jika diperlukan.

Dibuat di: ……………………………………………………….


Pada tanggal: ……………………………………………………….

……………………………………
Nama FPTI Delegate

95
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 22
LAPORAN PENYELENGARAAN KOMPETISI

[Kop surat kompetisi]

LAPORAN PENYELENGGARAAN KOMPETISI

Dengan ini kami laporkan detil penyelenggaraan kompetisi:

1. Nama kompetisi: …………………………………………………………………

2. Tanggal kompetisi: …………………..sampai …………………………………

3. Penilaian terhadap:

a) Atlit secara umum: [ ] baik [ ]cukup [ ] kurang

b) Dukungan PP/Pengda FPTI: [ ] baik [ ]cukup [ ] kurang

c) Jalannya kompetisi

• Penjurian: [ ] baik [ ]cukup [ ] kurang


• Pembuatan Jalur: [ ] baik [ ]cukup [ ] kurang
4. Hal/kejadian lain yang perlu dilaporkan:

Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan
Laporan ini jika diperlukan.

Dibuat di: ……………………………………………………………..

Pada tanggal: …………………………………………………………….

…………………………………………..

Nama Ketua Panitia

96
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 23
PENDAFTARAN KEJURNAS KELOMPOK UMUR
[Kop surat Pengda FPTI]

FORM PENDAFTARAN KEJURNAS/KEJURNAS KELOMPOK UMUR FPTI

Pengurus Daerah: ………………………………………………………


Daftar nama atlit:
Kategori
No Nama Lengkap Tgl Lahir No. ID
Lead Speed Bolder
Putri
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Putra
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Daftar ofisial :
1. ……………………………………
2. ……………………………………
3. …………………………………..
4. ………………………………….. Manajer tim : ……………………………………

Demikian formulir ini diisi dengan sebenarnya.

Diisi di : ………………………………….
Tanggal :…………………………………..
Pengurus Daerah ………………………….
Federasi Panjat Tebing Indonesia

…………………………………………….
Ketua Umum/Sekertaris Umum
* Formulir ini harus disampaikan ke Pengurus Pusat FPTI untuk Kejurnas/Kejurnas Kel Umur, atau ke
Pengda FPTI untukKejurda/Kejurda Kel Umur.

97
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 24
STRUKTUR ORGANISASI KOMPETISI

98
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 25

NASKAH JANJI ATLIT

JANJI ATLIT

KAMI ATLIT PANJAT TEBING INDONESIA BERJANJI AKAN:

1. MENTAATI PERATURAN KOMPETISI YANG BERLAKU

2. MENJUNJUNG TINGGI NILAI SPORTIVITAS

3. MENJUNJUNG TINGGI NILAI PERSAHABATAN

4. MENJAGA NAMA BAIK OLAHRAGA PANJAT TEBING

5. MENJAGA NAMA BAIK FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA

99
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 26

NASKAH JANJI JURI

JANJI JURI

KAMI JURI KOMPETISI BERJANJI AKAN:

1. MENTAATI PERATURAN KOMPETISI YANG BERLAKU

2. MELAKSANAKAN TUGAS PENJURIAN DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH

3. MEMBUAT KEPUTUSAN PENJURIAN DENGAN ADIL DAN BIJAKSANA

4. MENJAGA NAMA BAIK OLAHRAGA PANJAT TEBING

5. MENJAGA NAMA BAIK FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA

100
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 27

NASKAH DOA

NASKAH DOA

[**marilah kita menundukkan kepala dan berdoa berdoa menurut keyakinan


masing].

Ya Allah ya Tuhan kami, Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Engkau Maha Pemurah, berilah rahmat Mu agar (sehingga*) kami dapat


melaksanakan kompetisi ini tanpa gangguan yang berarti, sehingga dapat* (telah*)
menghasilkan prestasi yang maksimal.

Engkau Maha Pengasih, tuntunlah kami dalam melaksanakan kompetisi* (hidup*) ini
agar dapat berjalan sesuai harapan kami.

Engkau Maha Kuasa, berilah kekuatan kepada kami untuk dapat berlaku sportif.

Ya Allah Tuhan yang Maha Bijaksana, jangan jadikan sombong ketika kami juara, dan
jangan jadikan kami putus harapan ketika kami kalah. Berilah kami kekuatan dan
ketabahan untuk menerima hasil kompetisi yang akan* (telah*) dilaksanakan.

Ya Allah, Engkau Maha Pengampun, ampunilah dosa dan kesalahan kami, dosa
kesalahan ibu-bapak kami, dosa dan kesalahan semua umat manusia .

Ya Allah ya Tuhan Kami, kabulkanlah doa dan permohonan kami.

Amin.

* sesuaikan dengan jenis upacara: pembukaan atau penutupan.

** minta kepada seluruh peserta upacara

101
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

Lampiran 28

CONTOH SERTIFIKAT PARTISIPASI

102
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010
Pedoman Penyelenggaraan Kompetisi Panjat Tebing Indonesia

103
Federasi Panjat Tebing Indonesia 2010

Você também pode gostar