Você está na página 1de 10

PERSPEKTIF ERGOLOGI (INTEGRASI ERGONOMI DAN EKOLOGI)

DALAM MANAJEMEN/ PENGELOLAAN SAMPAH

Abstrak
Fakta di lapangan menunjukkan bahwa permasalahan sampah dengan manajemen
yang buruk merupakan penyebab utama dari hilangnya jaminan kesehatan dan keselamatan
hidup manusia, contohnya adalah tragedi longsoran sampah di TPA di Leuwigajah, Cimahi
pada tahun 2005 dan tragedi longsoran dan meledaknya sampah di TPA Bantar Gebang,
Bekasi pada tahun 2006. Tidak dapat dipungkiri pula bahwa permasalahan sampah yang ada
merupakan suatu bentuk kelalaian manusia terhadap penerapan prinsip – prinsip ekologi.
Untuk memberikan solusi yang tepat pada permasalahan sampah yang pelik, diperlukan
pemahaman yang menyeluruh terhadap sistem amatan. Pemahaman yang menyeluruh
tersebut akan menitikberatkan pada perancangan sistem secara makro, karena dalam
permasalahan sampah ini terdapat hubungan yang nyata antara kualitas hidup masyarakat
dengan teknik pengumpulan, pembuangan, dan kelayakan penyimpanan sampah. Oleh karena
itulah prinsip – prinsip ergonomi dan ekologi mengambil peranan penting dalam
menyelesaikan masalah manajemen sampah ini.
Berdasarkan pendekatan ergonomi dan ekologi, permasalahan sampah akan
dipahami secara SHIP (Sistemik, Holistik, Interdisipliner, dan Partisipatori). Sehingga
masalah sampah tersebut ditelaah berdasarkan aspek kebersinggungan dan keterkaitannya
secara erat dengan aspek – aspek aktivitas fungsional dan fasilitas, aspek pilihan teknologi,
aspek stakeholder, aspek pembiayaan dan retribusi, serta aspek legalitas dan hukum dalam
manajemen sampah. Paper ini bermaksud untuk memberikan ilustrasi mengenai perspektif
ergologi (ergonomi dan ekologi) dalam permasalahan manajemen sampah.

Kata kunci : ergonomi, ekologi, ergologi, manajemen/ pengelolaan sampah.

1. PENDAHULUAN
Manusia sebagai salah satu bagian dari alam merupakan bagian utama dari lingkungan
yang kompleks. Aktivitas – aktivitas manusia yang awalnya bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia seperti aktivitas perniagaan, pembangunan pemukiman, pembangunan
industri, dll dapat menjadi bumerang terhadap kehidupan manusia apabila konsep ekologi
diabaikan. Konsep - konsep ekologi pada kenyataannya sekarang ini kerap kali dipakai untuk
menganalisa masalah pencemaran lingkungan hidup. Pada dasarnya pencemaran lingkungan
hidup akan timbul karena kegiatan manusia yang tidak mengindahkan konsep ekologi.
Pencemaran limgkungan hidup yang paling banyak terjadi dewasa ini disebabkan oleh sampah
dan limbah. Timbulnya sampah dan limbah tersebut merupakan konsekuensi dari adanya
aktivitas manusia.

1
2

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa persoalan sampah dengan manajemen/


pengelolaan yang buruk dan mengabaikan konsep ekologi menjadi penyebab utama dari
hilangnya jaminan keselamatan dan keamanan hidup manusia diberbagai daerah, karena selain
dapat mengakibatkan penyakit, masuknya cairan lindi ke dalam tanah dapat mengakibatkan
pencemaran kualitas air tanah, bau tidak sedap/ menyengat dalam radius yang luas, selain juga
dapat mengancam keselamatan dan ketentraman jiwa manusia akibat longsoran dan peledakan
sampah [5]. Sebagai contoh adalah tragedi longsoran sampah di TPA Leuwigajah, Cimahi
pada 21 Februari 2005 dan tragedi longsoran dan meledaknya sampah di TPA Bantar Gebang,
Bekasi pada 8 September 2006. Untuk memberikan solusi yang tepat pada permasalahan
sampah yang pelik, diperlukan suatu dasar yang kuat melalui pemahaman yang menyeluruh
terhadap sistem amatan [1 dan 12]. Pemahaman yang menyeluruh tersebut lebih
menitikberatkan pada perancangan sistem secara makro karena dalam permasalahan sampah
ini terdapat hubungan yang nyata antara kualitas hidup manusia dengan teknik pengumpulan,
pembuangan, dan kelayakan penyimpanan sampah. Oleh karena itulah fokus sentral dari
permasalahan sampah ini terletak pada manusianya, dimana kesehatan manusia akan menjadi
indikator relevan kualitas hidup manusia pada keberhasilan manajemen/ pengelolaan sampah
[11].
Paper ini akan memberikan ilustrasi mengenai integrasi ergonomi dengan ekologi
dalam menangani permasalahan sampah yang akan dilihat dari perspektif yang menyeluruh,
mulai dari bagian hulu atau penghasil sampah hingga ke tempat pengolahan akhir atau hilir.
Berdasarkan pendekatan ergonomi, manajemen sampah akan dikelola berdasarkan aspek
kebersinggungan dan keterkaitannya secara erat dengan aspek – aspek lain dengan
menekankan pada konsep ekologi dasar yaitu sustainability, siklus biogeokimiawi, dan
carrying capacity. Oleh karena itulah ergonomi mengambil peranan penting dalam
menyelesaikan masalah sampah ini.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ergonomi Total
Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup yang terjamin, maka faktor manusia
didalam seluruh sistem kerja dari hulu sampai ke hilir, dari pusat kerja sampai ke jaringan
kerja yang ada harus diberdayakan, sehingga mampu memberikan kinerja yang optimal.
Dalam usaha mencapai maksud tersebut, harus dilakukan suatu pendekatan yang mampu
memikirkan masalah dari segala lini kehidupan secara holistik dan berkesinambungan.
Menurut Manuaba dan Artayasa [3 dan 8] salah satu pendekatan yang dapat dilakukan
3

adalah ergonomi total. Pendekatan ini terdiri atas pendekatan SHIP (Sistemik, Holistik,
Interdisipliner, dan Partisipatori) dan TTG (Teknologi Tepat Guna).
Pendekatan TTG (Teknologi Tepat Guna) adalah suatu pendekatan dimana teknologi
yang akan dirancang harus dikaji secara komprehensif melalui 6 kriteria yaitu secara teknis,
ekonomis, ergonomis, dan sosiobudaya dapat dipertanggungjawabkan, hemat akan energi dan
tidak merusak lingkungan. Ekonomis adalah sesuai dengan kebutuhan dan
mempertimbangkan skala prioritas. Teknis adalah mudah diaplikasikan di lapangan.
Ergonomis maksudnya adalah mengikuti prinsip ergonomi. Sosiobudaya mencakup kebiasaan
yang ada. Hemat energi berarti memberikan kontribusi pada pengembangan berkelanjutan.
Sedangkan melindungi lingkungan berarti tidak memberikan dampak negatif pada lingkungan
[2 dan 3].
Dalam perancangan TTG tersebut, proses harus dianalisa dengan pendekatan SHIP
(Sistemik, Holistik, Interdisipliner, dan Partisipatori). Sistemik berarti bahwa analisa harus
dilakukan dalam kaitan sistem, tidak terlepas sendiri, karena bagaimanapun juga semuanya
selalu berada dalam satu sistem tertentu. Holistik berarti bahwa antara satu sistem dengan
sistem lainnya selalu ada kaitannya, jadi tidak dapat dilepaskan begitu saja. Interdisipliner
artinya bahwa semua disiplin yang terkait harus ikut terlibat didalam menganalisis
permasalahan yang ada. Dan partisipasi artinya semua yang akan terlibat terhadap pemecahan
masalah atau terlaksananya suatu gagasan harus dilibatkan sejak awal kegiatan. Partisipasi
diperlukan agar masalah yang ditangani sesuai dengan keinginan semua pihak yang terlibat
dalam pemecahan permasalahan yang ada [3 dan 8]. Untuk selanjutnya, ergonomi yang
dimaksud dalam paper ini adalah ergonomi total.

2. 2 Ekologi
Inti dari permasalahan ekologi adalah hubungan makhluk hidup, khususnya manusia
dengan lingkungan hidupnya [10]. Ekologi juga berkaitan dengan berbagai ilmu pengetahuan
yang relevan dengan kehidupan (peradaban) manusia. Dengan demikian pembahasan ekologi
menaruh perhatian yang sangat besar terhadap manusia yang merupakan makhluk hidup/
organisme dalam kehidupan di biosfer secara keseluruhan. Selanjutnya dengan adanya
gerakan kesadaran lingkungan dimana perhatian terhadap permasalahan lingkungan mulai
dipikirkan, seperti polusi/ pencemaran lingkungan hidup, kenaikan suhu bumi akibat efek
rumah kaca, ozon berlubang, dll telah memberikan efek yang mendalam terhadap
perkembangan teori ekologi. Sehingga pengelolaan lingkungan hidup bersifat antroposentris,
artinya perhatian utama pada ekologi akan dihubungkan dengan kepentingan manusia yang
4

sangat ditentukan oleh organisme lain dan unsur tak hidup [6]. Bentuk pengelolaan
lingkungan hidup yang dimaksud pada paper ini adalah manajemen/ pengelolaan sampah.
Pengelolaan lingkungan hidup akibat pencemaran dalam prakteknya akan menekankan
konsep ekologi dasar yaitu sustainability, siklus biogeokimiawi, dan carrying capacity. Yang
dimaksud dengan sustainability adalah keberlanjutan sistem kehidupan yang berjalan secara
terus menerus, sehingga dapat menjamin kelangsungan hidup generasi mendatang terutama
generasi manusia. Siklus biogeokomiawi merupakan proses biologi, geologi, dan kimia yang
berkaitan dengan materi. Carrying capacity merupakan kemampuan lingkungan untuk
mendukung kehidupan populasi yang ada didalamnya, termasuk manusia. [6 ; 7 ; 9 dan 10]

2. 3 Ergologi
Yang dimaksud dengan ergologi adalah penggabungan disiplin ilmu ergonomi dengan
disiplin ilmu ekologi. Sesuai dengan yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan
bahwasanya kedua disiplin ilmu tersebut memiliki fokus perhatian yang sama yakni manusia.
Berikut ini merupakan visualisasi keterkaitan antara ergonomi dan ekologi :

ERGONOMI EKOLOGI
Ilmu yang mengarahkan penggunaan Ilmu yang mempelajari hubungan
pengetahuan secara sistematis mengenai organisme - organisme/
relevansi karakteristik MANUSIA dalam kelompok organisme (komponen
mencapai kesesuaian perancangan sistem biotis), khususnya MANUSIA
interaksi antara manusia, peralatan/ terhadap lingkungannya (komponen
perkakas, mesin, lingkungan, tugas, abiotis). Teori Ekologi juga menaruh
pekerjaan, sistem organisasi, kebijakan, perhatian pada pengelolaan
dan keputusan sehingga dapat menjamin lingkungan hidup akibat pencemaran.
pecapaian tujuan secara spesifik. MANUSIA

Gambar 1. Keterkaitan Antara Ergonomi dan Ekologi


5

3. DISKUSI DAN PEMBAHASAN


Diskusi dan pembahasan pada paper ini didasarkan pada skema berikut.
MANAJEMEN/ PENGELOLAAN
SAMPAH

Mengurangi efek
negatif thd
manusia
ERGONOMI
TOTAL EKOLOGI

SHIP TTG Sustainability


Sistemik ; Ekonomis ; Siklus Biogeokimiawi
Holistik ; Teknis ;
Carrying capacity
Interdisipliner ; Ergonomis ;
Sosiobudaya ;
Partisipatori. Hemat energi ;
Melindungi lingkungan.

Gambar 2. Skema Integrasi Ergonomi Total dan Ekologi

Dalam konteks ergologi, skema pada gambar 2 di atas apabila diaplikasikan, maka
perancangan manajemen/ pengelolaan sampah akan didahului oleh eksplorasi kondisi
eksisting manajemen/ pengelolaan sampah menggunakan prinsip SHIP (Sistemik, Holistik,
Interdisipliner, dan Partisipatori). Kemudian alternatif TTG (Teknologi Tepat Guna) sebagai
salah caru solusi unutk mengatasi masalah sampah akan dirumuskan berdasarkan hasil
eksplorasi kondisi eksisting. Alternatif TTG tersebut akan menekankan konsep ekologi dasar
yaitu sustainability, siklus biogeokimiawi, dan carrying capacity sehingga mampu
meminimalisasi tekanan atau efek negatif terhadap manusia.
Berikut penjelasan masing – masing bagian dari skema tersebut :
a. Pengelolaan sampah
Pengelolaan sampah didefinisikan sebagai kontrol terhadap timbulan sampah,
pewadahan, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, proses dan
pembuangan akhir sampah, dimana semua hal tersebut dikaitkan dengan prinsip –
prinsip terbaik untuk kesehatan, ekonomi, keteknikan/ engineering, konservasi,
estetika, lingkungan, dan juga terhadap sikap masyarakat [13 dan 14].
6

b. SHIP (Sistemik, Holistik, Interdisipliner, dan Holistik)

SHIP berarti bahwa setiap pemecahan masalah dianalisa dengan cara bersistem,
melibatkan berbagai sistem yang terkait secara bersama – sama atau holistik,
memanfaatkan berbagai ilmu/ disiplin yang terlibat dan harus ada partisipasi sejak
fase perencanaan dari seluruh stakeholder yang ada [3 dan 8].
Eksplorasi kondisi eksisting manajemen/ pengelolaan sampah harus mencakup
keseluruhan aspek yang ada, karena manajemen/ pengelolaan sampah yang ada
saat ini hanya dipahami secara parsial, yaitu sebatas urusan memindahkan,
membuang, memusnahkan, dan belum mengoptimalkan potensi daur ulang
sampah, sehingga akhirnya dapat mengakibatkan hilangnya jaminan keselamatan
dan keamanan hidup manusia diberbagai daerah. Eksplorasi kondisi eksisting
disini merupakan bagian yang sangat vital, karena akan menjadi dasar dalam
merancang manajemen/ pengelolaan sampah yang sesuai dengan kondisi di
lapangan.
Berikut merupakan penjelasan singkat mengenai masing – masing aspek yang
perlu dieksplorasi :
 Aspek aktivitas fungsional dan fasilitas
Aktivitas fungsional merupakan kegiatan yang berkaitan langsung dengan
manajemen sampah, mulai dari munculnya sampah/ waste generation,
penyimpanan sampah pada sumbernya, pengumpulan sampah menuju TPS,
pemindahan dan transportasi, pengolahan dan pembuangan akhir sampah.
Masing – masing aktivitas fungsional tersebut memiliki fasiltas dalam
operasionalnya, yaitu bak sampah, gerobak sampah, TPS, truk pengangkut, dan
TPA.
 Aspek Pilihan Teknologi
Aspek pilihan teknologi ini terdiri atas pilihan teknologi apa saja yang dapat
diterapkan dalam menangani masalah sampah.
 Aspek Stakeholder
Stakeholder adalah pihak – pihak yang berkepentingan/ bersangkut paut
dengan keberadaan sampah. Pada aspek ini akan dieksplorasi stakeholder yang
saat ini intens pada manajemen sampah.
 Aspek Pembiayaan dan Retribusi
7

Perspektif ini menjelaskan sumber dana untuk operasional manajemen sampah


eksisting. Sumber dana yang ada berasal dari APBD (Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah) Kota dan retribusi kebersihan.
 Aspek Legalitas dan Hukum
Perspektif ini menjelaskan keberadaan produk hukum yang ada dalam rangka
menunjang keberhasilan manajemen sampah.
AKTIVITAS FUNGSIONAL

1. Waste Generation ;
2. Pewadahan sampah ;
3. Pengumpulan sampah ;
4. Pemindahan & pengangkutan ;
5. Pengolahan & pembuangan akhir.

FASILITAS
1. Mencegah ;
2. Minimalisasi ; 1. Bak sampah ;
3. Penggunaan kembali ; 2. Gerobak sampah ;
4. Daur ulang ; 3. Tempat Pembuangan Sementara ;
5. Recovery energi ; 4. Truk pengangkut ;
6. Pembuangan akhir. 5. Tempat Pembuangan Akhir.

ER
GO
AKTIVITAS
PILIHAN
FUNGSIONAL &
TEKNOLOGI
NO

FASILITAS
MI
STAKEHOLDER

1. Pemerintah ;
ASPEK MANAJEMEN/
S

2. Masyarakat/ komunitas ;
3. Sektor swasta; PENGELOLAAN SAMPAH
4. Perguruan tinggi/ peneliti. <Sistemik - Holistik - Interdisipliner - Partisipatori>
S
MI
NO

PEMBIAYAAN & LEGALITAS &


RETRIBUSI HUKUM
GO
ER

1. APBD Kota ; 1. Peraturan Pemerintah ;


2. Retribusi kebersihan. 2. Peraturan Daerah.
8

Gambar 3 Aspek dalam Manajemen/ Pengelolaan Sampah


[Diformulasikan dari 4 ; 13 ; 14 dan 15]

c. TTG (Teknologi Tepat Guna)

Teknologi Tepat Guna adalah teknologi yang memiliki kriteria ekonomis, teknis,
ergonomis, sosiobudaya, hemat energi, dan melindungi lingkungan. Ekonomis
adalah sesuai dengan kebutuhan dan mempertimbangkan skala prioritas. Teknis
adalah mudah diaplikasikan di lapangan. Ergonomis maksudnya adalah mengikuti
prinsip ergonomi. Sosiobudaya mencakup kebiasaan yang ada. Hemat energi
berarti memberikan kontribusi pada pengembangan berkelanjutan. Sedangkan
melindungi lingkungan berarti tidak memberikan dampak negatif pada lingkungan.
[2 ; 3 dan 8].

d. Sustainability, Siklus Biogeokimiawi dan Carrying Capacity

Sustainability adalah keberlanjutan sistem kehidupan yang berjalan secara


sinambung. Siklus biogeokomiawi merupakan proses biologi, geologi, dan kimia
yang berkaitan dengan materi. Sampah adalah materi yang merupakan Sumber
Daya Alam. Menurut hukum kekekalan materi, maka materi tak ada habisnya,
mengalir dari suatu bagian ke bagian lain dan dari dunia hidup ke tak hidup serta
kembali ke dunia hidup. Materi pada sampah dapat berupa unsur kimia seperti C
(karbon), H (hidrogen), O (oksigen), N (nitrogen), dan S (Sulfur). Sustainability
dan Siklus biogeokimiawi yang berjalan dengan baik akan memberikan daya
dukung lingkungan (carrying capacity) yang baik pula pada kehidupan manusia.
Carrying capacity merupakan kemampuan lingkungan untuk mendukung
kehidupan populasi yang salah satunya adalah manusia [6 ; 7 ; 9 dan 10].

TTG (Teknologi Tepat Guna) pada manajemen/ pengelolaan sampah yang


dirumuskan, selain didasarkan pada 6 kriteria TTG pada ergonomi total,
perumusannya juga harus mengacu pada sustainability, siklus biogeokimiawi, dan
daya dukung lingkungan. TTG (Teknologi Tepat Guna) ini merupakan salah satu
solusi saja untuk mengatasi masalah sampah. Tentunya solusi lain/ pendukung
untuk dapat mengatasi masalah sampah yang pelik juga dapat di-generate dengan
menerapkan prinsip SHIP. Contohnya adalah mengenai bagaimana memunculkan
partisipasi aktif dari masyarakat.
9

4. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari paper ini adalah manajemen/ pengelolaan sampah
membutuhkan pemahaman yang menyeluruh terhadap sistem amatan. Permasalahan yang ada
dalam manajemen sampah yang buruk dapat diselesaikan melalui penerapan ergologi
(integrasi disiplin ilmu ergonomi dan ekologi) yang mengedepankan pemahaman masalah
sampah/ eksplorasi kondisi eksisting secara menyeluruh. Kemudian alternatif TTG
(Teknologi Tepat Guna) akan dirumuskan berdasarkan hasil eksplorasi kondisi eksisting
sebagai salah satu solusi yang diajukan. Selain memperhatikan 6 kriteria TTG pada eronomi
total, alternatif TTG tersebut juga akan memperhatikan konsep ekologi dasar yaitu
sustainability, siklus biogeokimiawi, dan carrying capacity. Sehingga pada akhirnya mampu
meminimalisasi tekanan atau efek negatif terhadap manusia.
5. DAFTAR PUSTAKA

[1] Anonim (2005) Solid Waste Management in Kitakyushu. PUSDAKOTA’s Archives.


[2] Arimbawa, I. M. G. (2006) Efisiensi sistem Produksi dengan Intervensi Ergonomi untuk
Meningkatkan Prouktivitas. Jurnal Seminar Nasional Ergonomi, Kesehatan, dan
Keselamatan Kerja. H-08. 1 - 7.
[3] Artayasa, I. N. (2006) Ergonomi Total Mengimplementasikan Revitalisasi Pertanian
Demi Meningkatnya Kualitas Hidup Petani. Jurnal Seminar Nasional Ergonomi,
Kesehatan, dan Keselamatan Kerja. A-02. 1 - 8.
[4] Christianto (2003) Resume Reportase Talk Show RUU Pengelolaan Sampah. Laporan
Pertanggungjawaban Pusdakota. 8 Desember 2003.
[5] Daroyni, S. (2006) Longsornya TPA Bantar Gebang, Buruknya Manajemen Sampah
DKI Jakarta, Rakyat Selalu Dikorbankan.
http://www..walhi.or.id/kampanye/cemar/sampah/060908_smph-dki-jkt_sp/
[6] Irwan, Z. D. (1992) Prinsip – Prinsip Ekologi dan Organisasi. Ekosistem Komunitas dan
Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta.
[7] Nissa, K. (2006) Analisa Kelayakan Proyek Recycle Multilayer Plastic
[8] Manuaba, A. (2004) Total Ergonomics Approach to Enhance And Harmonize the
Development of Agriculture, Tourism, and Small Scale Industry, with Special Reference
to Bali.
ERGONOMI EKOLOGI
Ilmu yang mengarahkan penggunaan Ilmu yang mempelajari hubungan10
pengetahuan secara sistematis mengenai organisme - organisme/
relevansi karakteristik MANUSIA dalam kelompok organisme (komponen
mencapai kesesuaian perancangan sistem
[9] Odum, Eugene P. (1979). Fundamentals of Ecology biotis),
third khususnya MANUSIA
Edition. Georgia: Saunders
interaksi antara manusia, peralatan/ terhadap lingkungannya (komponen
perkakas, mesin,College
lingkungan, tugas,
Publishing. abiotis). Teori Ekologi juga menaruh
pekerjaan, sistem organisasi, kebijakan, perhatian pada pengelolaan
[10]sehingga
dan keputusan Riberu, P. (2002)
dapat Pembelajaran Ekologi. Jurnal Pendidikan
menjamin Penabur.
lingkungan hidupNo. 01/ pencemaran.
akibat Tahun 01.
pecapaian tujuanMaret.
secara spesifik. MANUSIA
[11] Silas, J. (2003) Dari Clean and Green ke Ecopolis atau Biopolis? Lokakarya
Peningkatan Peran Pemerintah Daerah dalam Program Bangun Praja (Jakarta). 22 –
24 Juli.
[12] Snel, M. and Ali, M. (1999) Stakeholder Analysis in Local Solid Waste Management
Schemes. WELL - Water and Environmental Health at London and Loughborough.
Loughborough University, UK.
[13] Tchobanoglous, G., Theisen H. and Vigil, S. (1993) Integrated Solid Waste
Management; Engineering Principles and Management Issues. McGraw-Hill, Inc.
Singapore.
[14] Trihadiningrum, Y. dkk (2002) Program Pelatihan Sistem Pengelolaan Sampah.
Makalah Pelatihan. Jurusan Teknik Lingkungan ITS. Surabaya.
[15] Yudoko, G. (2002) Municipal Solid Waste Planning and Management in Developing
Countries : A State of the Art and Implications for Future Research. Jurnal Teknologi
dan Manajemen Industri 22 (3).

Você também pode gostar