Você está na página 1de 6

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM TRANSMISI II
“ FM STEREO”

CHAIRIL ANAM RH
06 36 047
III B

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
MAKASSAR
2009
Nama : Chairil Anam RH Pembimbing : Irawati Razak, ST., MT.
Kelas : III B Telkom
N I M : 06 36 047
Job : FM STEREO

No. Gambar Sinyal Keterangan


- Output Matrix L+R (TP1)
- Sinyal disamping merupakan sinyal R (sinyal
kanan) dengan frekuensi 1 KHz, Tegangan
sebesar 1 Vpp.
1

- Output Matrix L-R (TP2)


- Sama halnya dengan TP1, sinyal disamping
merupakan sinyal R saja tanpa ada proses
2 matrix, Frekuensi sebesar 1 KHz

- Output Balance Modulator (TP3)


- Sinyal disamping merupakan sinyal R yang
telah dimodulasi oleh Balance Modulator
3 untuk menghasilkan sinyal stereo (Modulasi
sinyal L-R pada sub-Pembawa).

- Output Frequensi Devider (TP5)


- Sinyal disamping adalah Sinyal Pilot (sinyal
pemandu) yang merupakan output dari local
osilator dengan frekuensi 19 KHz
4
- Output Composite Circuit (TP6)
- Gambar sinyal disamping adalah output sinyal
stereo setelah dikuatkan dengan frekuensi
sebesar 1,3 KHz
5

- Output Reactance Modulator pada FM


Transmitter (TP1)
- Sinyal output TP1 pada blok rangkaian FM
transmitter merupakan sinyal output
6 baseband dengan Frekuensi 3 MHz
- Daya 0,8 V

- Output Audio Frekuensi Control (AFC) pada


FM Transmitter (TP2)
- Frekuensi 2,96 MHz
- Daya 0,3 V
7

- Output Radio Frekuensi yaitu sebesar 6,01


MHz merupakan hasil dari multiplier (pengali
dua) dari input sebesar 3 MHz.

- Sinyal disamping merupakan sinyal RF output


TP1 pada Receiver.
- Frekuensi sebesar 36,01 MHz
9
- Sinyal output TP2 dengan frekuensi 100,8 MHz
- Sinyal ini merupakan output dari local osilator
pada receiver

10

- Sinyal disamping adalah sinyal input baseband


Amplifier pada blok rangkaian stereo MPX
- Frekuensi sekitar 88 – 108 MHz
11
ANALISA DATA

 Pada Bagian FM Transmitter

Secara blok diagram FM Transmitter terdiri dari 2 blok utama yaitu Blok Rangkaian
Multiplexer dan exiter FM. Pada bagian Mux, ada rangkaian matrix yang akan
menambahkan atau mengurangkan dua sinyal input dimana amplitudonya berlawanan
phasa L - R atau L + R. ada penguat L+R maka jika sefasa akan menghasilkan 2R. Sebelum
dikirim ke bagian Balance Modulator yang dimoduler oleh sebuah sub-carrier dimodulasi
DSB-SC. Frekuensi 38 KHz dibagi 2 oleh frekuensi devider, Hasilnya kemudian dijumlahkan
pada blok rangkaian matrix sambil dikirim frekuensi pilot 19 KHz yang kemudian digabung.
Di pemancar nanti di kali 2 untuk mendapatkan kembali spectrum yang akan keluar L+R
dibatasi sekitar 16 KHz. Untuk menghasilkan sinyal stereo pada jalur FM. Harus dihasilkan
suatu sinyal baseband yang terdiri dari campuran sinyal kiri (Left) dan sinyal kanan (Right)
atau L+R, dan selisih antara sinyal L dan Kanan yang memodulasi amplitudo suatu frekuensi
sub-carrier 38 KHz (AM-DSBSC).
Sinyal L dan R merupakan sinyal input dari Function Generator sebesar 1 KHz, akan
tetapi pada praktikum, sinyal input yang digunakan hanya sinyal R saja. Pre-emphasis untuk
sisi R berfungsi untuk memberikan penguatan level suara/sinyal dengan frekuensi rendah
sedangkan Pre-Emphasis untuk sisi L berfungsi untuk memberikan penguatan pada sinyal
dengan frekuensi tinggi. Hal ini bertujuan agar sinyal rentan terhadap noise dan interferensi.
Setelah melewati blok pre-empasis, selanjutnya diteruskan ke blok rangkaian Matrix. Matrix
berfungsi untuk menggabungkan sinyal suara dari sisi Right dan sisi Left sehingga
menghasilkan sinyal (L+R) dan (L-R). Sinyal output dari matrix (L-R) masuk ke Balance
Modulator untuk dimodulasikan dengan frekuensi sub-carrier 38 KHz. Kemudian output dari
balance modulator digabungkan dengan sinyal pilot (pilot tune) 19 KHz sehingga
menghasilkan sinyal baseband yang kemudian pada blok rangkaian composite. Sinyal
tersebut yaitu sinyal L+R dari rangkaian matrix dan sinyal baseband dikombinasikan,
sehingga output dari composite menghasilkan sinyal stereo. Composite berfungsi sebagai
kombinator penggabungan antara mono dan stereo.
Sinyal campuran (L+R) diperoleh dengan menjumlahkan kanal kiri dan kanan dari sinyal
audio, lebar bidang frekuensi dan sinyal dari 30 Hz- - 15 KHz, sinyal lain diredam karena tidak
diperlukan. Sinyal (L-R) yang memodulasi sinyal sub-carrier dan kemudian menekannya
sehingga terbentuk AM-DSBSC. Sinyal baseband stereo tersebut yang kemudian akan
ditransmisikan pada jalur FM dan dimodulasi frekuensi dengan suatu gelombang pambawa
dengan frekuensi 87,5 – 108 MHz. Semakin tinggi frekuensi semakin kecil amplitudonya,
begitu pula sebaliknya semakin rendah frekuensi maka semakin besar amplitudonya.

 Pada Bagian FM Receiver

Pesawat penerima memliki sejumlah tugas, yaitu receiver harus memisahkan sinyal
radio yang diinginkan dengan sinyal lain yang diterima oleh antena Rx. Selanjutnya, receiver
harus menguatkan sinyal yang diinginkan sampai ke tingkat yang dapat digunakan dan
akhirnya dapat disampaikan ke tujuan secara ringkas dapat dijelaskan prinsip kerja
penerima FM stereo yaitu, antena penerima menerima gelombang elektromagnetikdan
mengubahnya menjadi sinyal listrik dengan frekuensi (F1) diantara 87,5 – 108 Mhz yang
kemudian diperkuat oleh penguat RF selanjutnya sinyal yang telah mempunyai amplitudo
lebih besar bersama-sama sinyal (F2) dari osilator masuk ke mixer
Sinyal yang dihasilkan mixer diambil F1 – F2 = 107 MHz yang disebut sinyal intermediet
frekuensi (IF), penguat IF merupakan tube voltage yang akan memperkuat sinyal IF setelah
sinyal tersebut diperkuat kemudian bermodulasi frekuensi (Fm). oleh radio detektor FM
sinyal IF yang berubah frekuensi sebagai fungsi amplitudo sinyal bermodulasi dapat
diperoleh kembali sinyal pemodulasinya (sinyal suara baseband).
Sinyal pemodulasi audio masuk ke stereo decoder, bila yang diterima sinyal mono, maka
stereo bekerja sebagai penguat sinyal mono diperkuat oleh penguat audio dan diubah
menjadi getaran suara oleh loudspeaker (9A + 9B) dengan keras suara yang sama. Bila yang
diterima sinyal stereo, maka keluaran dari stereo dekoder berupa sinyal kiri (L)dan sinyal
kanan (R), sinyal L diperkuat oleh penguat 8A dan sinyal R diperkuat oleh penguat 8B. sinyal
L diubah menjadi sinyal suara oleh loudspeaker 9A dan sinyal R oleh loudspeaker 9B dan
akan dirasakan efek stereo. Untuk mengatur keluaran speaker, pada penguat audio di beri
tuning berupa resistor dan kapasitor yang dipasang paralel, tuning tersebut akan mengubah
nilai dari resistor dan kapasitor tersebut sehingga dapat menyebabkan output yang
frekuensi tinggi dikuatkan oleh trible.

KESIMPULAN
1. Pilot tune berfungsi saat proses demodulasi kembali dan juga dapat mengurangi
terjadinya distorsi pada sinyal kiri menjadi dua jenis sinyal, yaitu (L+R) dan (L-R)
2. Matrix berfungsi untuk menggabungkan sinyal suara dari sisi Right dan sisi Left sehingga
menghasilkan sinyal (L+R) dan (L-R).
3. Sinyal R adalah sinyal dengan frekuensi rendah atau biasa dikenal dengan Bass,
sedangkan sinyal L adalah sinyal dengan frekuensi tinggi atau biasa dikenal dengan trible
pada music. Semakin tinggi frekuensi semakin kecil amplitudonya, begitu pula sebaliknya
semakin rendah frekuensi maka semakin besar amplitudonya.

Você também pode gostar