Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah transportasi telah berkembang sejak dahulu kala ketika manusia hidup
pada masa primitif, manusia selalu mengadakan perjalanan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan perkembangan sejarah, jalan sebagai salah satu
sarana transportasi telah mulai ada sejak manusia menghuni bumi yang terus
berkembang sesuai dengan pola pemikiran manusia untuk terus menyempurnakan
hasil temuan terdahulu. Pada perkembangan terakhir manusia telah mengenal sistem
perkerasan jalan yang baik dan mudah dikerjakan serta pola perencanaan jalan raya
yang semakin sempurna. Menurut Djamal Abdat (1981), jalan raya adalah suatu
lintasan yang bertujuan sebagai penghubung lalu lintas dari suatu tempat ke tempat
lainnya. Lintasan artinya menyangkut jalur tanah yang diperkuat atau diperkeras dan
jalur tanah tanpa perkerasan. Lalu lintas artinya menyangkut semua benda dan
makhluk yang melewati jalan tersebut. Jalan raya yang dimaksud adalah jalan raya
biasa, dibangun dengan syarat-syarat tertentu hingga dapat dilalui oleh kendaraan
(lalu lintas). Syarat-syarat yang diperlukan jalan raya terutama adalah untuk
memperoleh :
a. permukaan yang rata dengan maksud agar lalu lintas dapat berjalan dengan lancar;
c. dapat dilalui dengan kecepatan tinggi, hingga permukaan jalan tidak tergusur,
berserakan dan sebagainya.
Kelompok 3 Page 1
Perencanaan Geometri Jalan Raya
Pada dasarnya, perencanaan konstruksi jalan raya terdiri dari beberapa bagian
besar. Bagian-bagian itu adalah perencanaan geometrik jalan, perencanaan perkerasan
material jalan dan perencanaan dalam pembangunan serta administrasinya. Pada
dasarnya, perencanaan konstruksi jalan raya terdiri dari beberapa bagian besar, yaitu :
- perencanaan geometrik jalan
Kelompok 3 Page 2
Perencanaan Geometri Jalan Raya
ataupun proses pengangkutan dapat berjalan dengan cepat, aman, nyaman, tepat, dan
efisien.
Dalam perencanaan ini dibuat tiga alternatif lintasan, kemudian dipilih satu lintasan
yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada.
Kelompok 3 Page 3
Perencanaan Geometri Jalan Raya
Kelompok 3 Page 4
Perencanaan Geometri Jalan Raya
Kecepatan rencana
Standar perencanaan
Keadaan topografi
Alinyemen horizontal
Alinyemen vertikal
Bentuk tikungan
Jarak pandangan
Kelompok 3 Page 5
Perencanaan Geometri Jalan Raya
c. lebar perkerasan 7 m;
Kelompok 3 Page 6
Perencanaan Geometri Jalan Raya
a. Lebar perkerasan
Pada umumnya lebar perkerasan ditentukan berdasarkan lebar jalur lalu lintas
normal yang besarnya adalah 3,5 meter sebagaimana tercantum dalam daftar I
PPGJR, kecuali :
- jalan penghubung dan jalan kelas II c = 3,00 meter
- jalan lalu lintas padat = 3,50 meter
- jalan utama = 3,75 meter
b. Lebar bahu
Untuk jalan kelas III, lebar bahu jalan (berm/shoulder) minimum adalah 1,50 – 2,50
m untuk semua jenis medan.
c. Drainase
Drainase merupakan bagian yang sangat penting pada suatu jalan seperti saluran
tepi, saluran melintang, dan sebagainya, harus direncanakan berdasarkan data
hidrologis setempat seperti intensitas hujan, lamanya frekuensi hujan, serta sifat
daerah aliran. Drainase harus dapat membebaskan konstruksi akibat pengaruh air.
Volume lalu lintas dinyatakan dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP) yang
besarnya menunjukkan jumlah lalu lintas harian rata-rata (LHR) untuk kedua jurusan.
Kelompok 3 Page 7
Perencanaan Geometri Jalan Raya
Adapun pengaruh keadaan medan terhadap perencanaan suatu jalan raya meliputi hal-
hal sebagai berikut :
a. Tikungan
Jari-jari tikungan pada pelebaran perkerasan diambil sedemikian rupa
sehingga terjamin keamanan dan kenyamanan jalannya kendaraan dan pandangan
bebas harus cukup luas.
b. Tanjakan
Adanya tanjakan yang cukup curam dapat mengurangi kecepatan kendaraan,
dan jika tenaga tariknya ridak cukup, maka berat muatan kendaraan harus dikurangi
yang berarti mengurangi kapasitas angkut sehingga sangat merugikan. Oleh karena
itu, dalam perencanaan diusahakan agar tanjakan dibuat dengan kelandaian sekecil
mungkin.
Kelompok 3 Page 8
Perencanaan Geometri Jalan Raya
Δ = sudut tikungan
Vr = kecepatan rencana
Rumus yang digunakan adalah rumus yang dikutip dari “Dasar-Dasar Perencanaan
Geometrik Jalan (Silvia Sukirman) halaman 142, yaitu sebagai berikut:
Radius lengkung untuk lintasan luar roda depan (Rc)
Rc = R – ¼ bn
Kelompok 3 Page 9
Perencanaan Geometri Jalan Raya
Δb = Bt – Bn Keterangan :
n = jumlah lajur
C = koefisien kebebasan samping (0,5)
b = lebar kendaraan (m)
bn= lebar perkerasan (m) Tetapi dalam tugas perencanaan ini besar pelebaran
perkerasan pada daerah tikungan tidak dihitung.
d. Pandangan bebas pada tikungan
Kelompok 3 Page 10
Perencanaan Geometri Jalan Raya
Sesuai dengan panjang jarak pandangan yang diperlukan baik jarak pandangan henti
maupun jarak pandangan menyiap, maka diperlukan kebebasan samping. Suatu
tikungan tidak harus selalu harus dilengkapi dengan kebebasan samping yang
tergantung pada :
2). kecepatan rencana (Vr) yang langsung berhubungan dengan jarak pandangan (S);
Kelompok 3 Page 11
Perencanaan Geometri Jalan Raya
b. Landai Minimum
Pada setiap pengantian landai dibuat lengkung vertikal yang memenuhi keamanan,
kenyamanan, dan drainase yang baik.
3. jari-jari kelengkungan.
Bentuk tikungan jalan raya yang digunakan dalam perhitungan ini terdiri dari dua
macam, yakni :
1. Full Circle (FC)
Bentuk ini digunakan pada tikungan yang mempunyai jari-jari besar dan sudut
tangent yang relatif kecil. Batas yang diambil untuk bentuk circle adalah sebagai
berikut :
Kelompok 3 Page 12
Perencanaan Geometri Jalan Raya
Rumusan yang digunakan untuk bentuk circle dalam menentukan harga–harga Tc, L
dan Ec adalah :
Kelompok 3 Page 13
Perencanaan Geometri Jalan Raya
Keterangan :
b. Bentuk Tikungan Spiral – Circle – Spiral (SCS) Bagian circle yang panjangnya
diperhitungkan dengan mempertimbangkan bahwa perubahan gaya sentrifugal dari
nol (pada bagian lurus) sampai mencapai harga berikut :
Kelompok 3 Page 14
Perencanaan Geometri Jalan Raya
Catatan: Bila Lc < 20, maka bentuk tikungannya spiral-spiral dimana: R = jari-jari
lengkung yang direncanakan (m)
Kelompok 3 Page 15
Perencanaan Geometri Jalan Raya
a. Jarak Pandangan Henti Jarak ini minimum harus dipenuhi oleh setiap pengemudi
untuk menghentikan kendaraan yang sedang berjalan setelah melihat adanya
rintangan di depannya.
Jarak ini merupakan jumlah dua jarak dari :
1) Jarak pandangan henti minimum (d1), yaitu jarak yang ditempuh pengemudi untuk
menghentikan kendaraan yang bergerak setelah melihat adanya rintangan pada lajur
jalannya atau jarak yang ditempuh dari saat melihat benda sampai mengijak rem.
Rumus yang digunakan adalah :
d1 = 0,278 V × t
Keterangan :
d1 = jarak dari saat melihat rintangan sampai menginjak pedal rem (m)
Kelompok 3 Page 16
Perencanaan Geometri Jalan Raya
2) Jarak mengerem (d2), yaitu jarak yang ditempuh oleh kendaraan dari menginjak
rem sampai kendaraan itu berhenti.
Rumus yang digunakan adalah :
Keterangan :
fm = koefisien gesekan antara ban dan muka jalan dalam arah memanjang jalan
(besar nilainya dapat dilihat pada tabel di lampiran)
b. Jarak Pandangan Menyiap Jarak pandangan menyiap adalah jarak yang dibutuhkan
pengemudi sehingga dapat melakukan gerakan menyiap dengan aman dan dapat
melihat kendaraan dari arah depan dengan bebas, pada umumnya untuk jalan 2 lajur 2
arah. Besarnya jarak pandang menyiap minimum dapat dilihat dalam daftar II PPGRJ
No. 13/1970. Rumus jarak pandangan menyiap standar :
d = d1 + d2 + d3 + d4
Kelompok 3 Page 17
Perencanaan Geometri Jalan Raya
dimana :
Keterangan :
d1 = jarak yang ditempuh kendaraan yang berhak menyiap selama waktu reaksi dan
waktu membawa kendaraannya yang hendak membelok ke lajur kanan (m)
t1 = waktu reaksi, yang besarnya tergantung dari kecepatan yang dapat ditentukan
dengan korelasi
a = 2,052 + 0,0036 V
d2 = jarak yang ditempuh selama kendaraan menyiap berada pada lajur kanan (m)
t2 = waktu dimana kendaraan yang menyiap berada pada lajur kanan yang dapat
ditentukan dengan mempergunakan korelasi
Kelompok 3 Page 18
Perencanaan Geometri Jalan Raya
t2 = 6,56 + 0,048 V
Kelompok 3 Page 19
Perencanaan Geometri Jalan Raya
BAB II
PEMILIHAN TRASE JALAN
Kelompok 3 Page 20
Perencanaan Geometri Jalan Raya
Kelompok 3 Page 21
Perencanaan Geometri Jalan Raya
Jika beda tinggi antara titik 1 dengan titik 2 dinyatakan dengan h12 dan jarak antara
titik 1 dengan titik 2 dinyatakan dengan d12, maka besarnya kelandaian trase dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
Kelompok 3 Page 22