Você está na página 1de 11

Sungguh musibah silih berganti menimpa kaum muslimin.

Realita ini mengharuskan kita


semua untuk berpikir keras mencari solusi permasalahan. Banyak analisis yang diberikan
beberapa pihak untuk mengidentifikasi problem yang sebenarnya dihadapi oleh kaum
muslimin. Jika identifikasi yang diajukan tidak tepat, tentu solusi yang ditawarkan juga tidak
pas.

Ada yang mengatakan bahwa problema umat Islam yang paling mendasar adalah konspirasi
musuh-musuh Islam yaitu orang-orang kafir dan kemenangan orang kafir atas kaum
muslimin. Pihak pertama ini menawarkan solusi berupa menyibukan kaum muslimin dengan
strategi-strategi orang-orang kafir, perkataan dan penegasan mereka.

Ada juga yang mengatakan bahwa permasalahan kaum muslimin yang paling pokok adalah
berkuasanya para pemimpin yang zalim di berbagai negeri kaum muslimin. Sehingga pihak
kedua ini menawarkan solusi berupa upaya menggulingkan pemerintahan yang ada dan
menyibukkan kaum muslimin dengan hal ini.

Marilah kita telaah bersama pendapat-pendapat di atas dengan dua panduan kita yaitu Al
Qur’an dan Sunnah.
Terkait dengan pendapat pertama, kita jumpai firman Allah,

‫َوإِ ْن تَصْ بِرُوا َوتَتَّقُوا اَل يَضُرُّ ُك ْم َك ْي ُدهُ ْم َش ْيئًا‬

“Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak
mendatangkan kemudharatan kepadamu.” (Qs. Ali Imran: 120)

Ayat di atas dengan tegas menunjukkan bahwa jika kita benar-benar bertakwa kepada Allah
maka konspirasi musuh bukanlah ancaman yang berarti.

Tentang pendapat kedua, kita jumpai firman Allah,

َ‫ْض الظَّالِ ِمينَ بَ ْعضًا بِ َما َكانُوا يَ ْك ِسبُون‬


َ ‫ك نُ َولِّي بَع‬
َ ِ‫َو َك َذل‬

“Dan demikianlah, kami jadikan orang yang zalim sebagai pemimpin bagi orang zalim
disebabkan maksiat yang mereka lakukan.” (Qs. Al An’am: 129)

Ayat ini menunjukkan bahwa penguasa yang zalim hukuman yang Allah timpakan kepada
rakyat yang juga zalim disebabkan dosa-dosa rakyat. Jika demikian, penguasa yang zalim
bukanlah penyakit bahkan penyakit sebenarnya adalah keadaan rakyat.

Sedangkan untuk pendapat ketiga kita dapati firman Allah,

‫َويَوْ َم حُ نَي ٍْن إِ ْذ أَ ْع َجبَ ْت ُك ْم َك ْث َرتُ ُك ْم فَلَ ْم تُ ْغ ِن َع ْن ُك ْم َش ْيئًا‬

“Dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena
banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu
sedikitpun.” (Qs. At Taubah: 25)

Ayat ini menunjukkan bahwa persatuan dan jumlah yang banyak tidaklah bermanfaat jika
kemaksiatan tersebar di tengah-tengah mereka. Kita lihat dosa ujub telah menghancurkan
faedah dari jumlah yang banyak sehingga para shahabat menuai kekalahan pada saat perang
Hunain. Di antara maksiat adalah menyatukan barisan bersama orang-orang yang membenci
sunnah Nabi karena sikap tepat terhadap mereka adalah memberikan nasihat, bukan
mendiamkan kesalahan. Sikap minimal adalah mengingkari dengan hati dalam bentuk tidak
menghadiri acara-acara yang menyimpang dari sunnah bukan malah menikmati.

Untuk pendapat keempat kita katakan bahwa jihad itu bukanlah tujuan namun yang menjadi
tujuan adalah menegakkan agama Allah di muka bumi. Oleh karena itu, ketika kaum
muslimin lemah dari sisi agama dan persenjataan maka menabuh genderang perang pada saat
itu lebih banyak bahayanya dari pada manfaatnya. Oleh karena itu, Allah tidak mewajibkan
jihad kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau masih berada di Mekah
dikarenakan berperang ketika itu lebih banyak bahayanya dari pada manfaatnya.

Oleh karena itu, identifikasi yang tepat untuk penyakit yang membinasakan umat dan
menjadikan kaum muslimin terbelakang adalah dosa-dosa kita sendiri. Banyak dalil dari al
Qur’an yang menunjukkan hal ini. Di antaranya adalah firman Allah,

‫ص ْبتُ ْم ِم ْثلَ ْيهَا قُ ْلتُ ْم أَنَّى هَ َذا قُلْ ه َُو ِم ْن ِع ْن ِد أَ ْنفُ ِس ُك ْم إِ َّن هَّللا َ َعلَى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر‬
َ َ‫صيبَةٌ قَ ْد أ‬ َ َ‫أَ َولَ َّما أ‬
ِ ‫صابَ ْت ُك ْم ُم‬

“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), Padahal kamu telah
menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar),
kamu berkata: “Dari mana datangnya (kekalahan) ini?” Katakanlah, “Itu dari (kesalahan)
dirimu sendiri.” Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Qs. Ali Imran:
165)

Oleh sebab itu, obat yang mujarab adalah membersihkan diri kita dan seluruh umat dari dosa.
Sedangkan dosa yang paling berbahaya adalah syirik dan bid’ah. Demikian pula kita
berusaha dengan penuh kesungguhan untuk mengembalikan umat kepada panduan hidup
mereka yaitu Al Qur’an dan sunnah Rasul sebagaimana pemahaman salaf. Kita habiskan
umur dan harta kita untuk menegakan bendera tauhid dan sunnah dan menghancurkan
bendera syirik dan bid’ah dengan berbagai sarana dan media yang kita miliki.

Karakteristik manhaj/dakwah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah yang membedakannya dengan


ahlul bid'ah sangat banyak dan telah dijelaskan oleh para Imam Ahlus Sunnah Wal
Jama'ah dalam banyak kitab karya mereka dan tersebar luas di kalangan kaum muslimin,
untuk itu kami sebutkan disini sebagian dari karakteristik tersebut. Mudah-mudahan
bermanfaat bagi para pembaca dan kaum muslimin pada umumnya untuk mengetahui
manhaj / dakwah Ahlussunnah wal Jama'ah yang sebenarnya. Amin. Diantara
karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Ahlus Sunnah Wal Jama'ah dalam menerima dan mengambil agama dari Al-Qur`an dan
As-Sunnah yang shahih.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :

َّ ‫ما تَ َذ‬
َ‫ك ُرون‬ َ ‫ه أَ ْولِيَا َء‬
َ ‫قلِياًل‬ ِ ِ‫ِن ُدون‬ ُ ِ‫ُم َواَل تَ َّتب‬
ْ ‫عوا م‬ ْ ‫ك‬LMِّ‫ِن َرِب‬
ْ ‫ُم م‬ َ ‫ما ُأ ْن ِز‬
ْ ‫ل إِلَ ْيك‬ َ ‫عوا‬
ُ ِ‫اتَّب‬

“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabb-mu dan janganlah kamu mengikuti
pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amatlah sedikit kalian mengambil pelajaran
(daripadanya)”.(QS.Al-A’raf : 3)

Dan Allah Jalla Dzikruhu menyatakan dalam surah Al-Hujurat ayat 1 :

‫ه‬
ِ ِ‫سول‬ ِ َّ‫ن يَ َديِ الل‬
ُ ‫ه َو َر‬ َ ‫موا بَ ْي‬
ُ ‫ِد‬ َ ُ‫م ُنوا اَل ت‬
LMِّ ‫ق‬ َ ‫يَاأَيُّ َها الَّذ‬
َ ‫ِين َءا‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya”.

Dan Rasulullah shollallahu 'alaihi wa ala alihi wa sallam bersabda :

‫ض‬
َ ‫ح ْو‬ َّ َ‫ح َّتى يَ ِردَا عَ ل‬
َ ‫ي ا ْل‬ َ ‫ف َّر‬
َ ‫قا‬ ْ َ‫ِي َول‬
َ ‫ن يَ َت‬ ُ ‫اب هللاِ َو‬
ْ ‫س َّنت‬ َ ‫ك َت‬ َ ُ‫ضلُّ ْوا بَ ْعدَه‬
َ : ‫ما‬ ْ َ‫ن ل‬
ِ َ‫ن ت‬ ِ ‫ش ْيئ َْي‬
َ ‫ُم‬
ْ ‫ْت ف ِْيك‬
ُ ‫تَ َرك‬

"Saya meninggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat sesudahnya
(yaitu) Kitabullah dan Sunnahku dan keduanya tidak akan bercerai sampai keduanya
menemuiku di telaga". (Shohih Jami' Ash-Shoghir karya Al-Albany jilid 3 hal. 39 no.
2934).

Berkata Imam Az-Zuhry rahimahullah : “Dari Allah (turunnya) Ar-Risalah


(agama,syari’at) dan kewajiban Rasul (shollallahu 'alaihi wa ala alihi wa sallam) adalah
menyampaikan dan kewajiban kita adalah At-Taslim (menerima, tunduk, berserahkan
diri)". (Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhary dalam Kitab At-Tauhid secara mu’allaq, lihat
Fathul Bary 13/508).

Dan Imam Ath-Thohawy menyatakan : “Tidaklah tsabit (kuat) keislaman seseorang


kecuali dengan menerima dan berserah diri (kepada kitab dan sunnah-pent.) dengan
sepenuh hati”. (Dari Syarh Al-Aqidah Ath-Thohawiyah hal.201)

2. Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah tidak membedakan antara Al-Qur`an dan As-Sunnah
karena keduanya dari sisi Allah Azza wa Jalla dan keharusan menerimanya adalah sama.

Allah Azza Wa Jalla berfirman :

‫حى‬
َ ‫ي ُيو‬ ْ ‫و إِاَّل َو‬
ٌ ‫ح‬ َ ‫عَن ا ْل َه‬
َ ُ‫وى إِنْ ه‬ ِ ‫ِق‬
ُ ‫ما يَ ْنط‬
َ ‫َو‬

"Dan tidaklah yang dia (Rasulullah) ucapkan itu menurut kemauan hawa nafsunya.
Ucapannya itu tiada lain

kecuali wahyu yang diwahyukan padanya. (QS.An-Najm : 3-4)

Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :


َ ‫قدْ أَطَا‬
َ َّ‫ع الل‬
‫ه‬ َ ‫ل‬
َ ‫ف‬ َ ‫سو‬
ُ ‫طعِ ال َّر‬
ِ ‫ن ُي‬
ْ ‫م‬
َ

"Barangsiapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia telah mentaati Allah". (An-Nisa` :


80)

Dan Rasulullah shollallahu 'alaihi wa ala alihi wa sallam bersabda :

ُ ‫ِّي ُأ ْوت ِْي‬ َ


‫َه‬
ُ ‫مع‬ ُ َ‫م ْثل‬
َ ‫ه‬ ِ ‫ت ا ْل ُق ْرآنَ َو‬ ْ LM‫أال َ إِِن‬

"Ketahuilah sesungguhnya saya telah diberi Al-Qur`an dan yang semisal dengannya".
(HR.Ahmad 4/130-131,Abu Daud 5/13 No.4605 dan dishohihkan oleh Al-Albany
rahimahullah dalam Shohih Al Jami' 2643.)

3. Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah berhujjah dengan hadits-hadits yang shohih, baik yang
mutawatir maupun Ahad, baik dalam masalah Aqidah maupun Ahkam dan tidak ada
perbedaan antara keduanya.

Allah Ta'ala berfirman :

َ ‫ه‬
‫فا ْن َت ُهوا‬ ُ ‫ُم عَ ْن‬
ْ ‫ما نَ َهاك‬
َ ‫خذُ و ُه َو‬ َ ‫ول‬
ُ ‫ف‬ ُ ‫س‬ُ ‫ُم ال َّر‬
ُ ‫ما َءاتَاك‬
َ ‫َو‬

"Dan apa-apa yang Rasul datangkan kepada kalian maka terimalah dan apa-apa yang
beliau larang maka tinggalkanlah" (QS. Al-Hasyr :7 )

Allah Ta'ala berfirman :

‫ن‬ُ ‫س‬ َ ‫ح‬ ْ َ‫خ ْي ٌر َوأ‬


َ ‫ك‬ َ ‫خ ِر‬
َ ِ‫ذل‬ ِ ‫ه َوا ْليَ ْو‬
ِ ‫م اآْل‬ ِ َّ ‫م ُنونَ بِالل‬
ِ ‫م تُ ْؤ‬ ُ ْ‫سولِ إِن‬
ْ ‫ك ْن ُت‬ ِ َّ‫دو ُه إِلَى الل‬
ُ ‫ه َوال َّر‬ َ ‫ي ٍء‬
ُّ ‫ف ُر‬ ْ ‫ش‬ َ
ْ ‫ف ِإنْ تَ َنا َزعْ ُت‬
َ ‫م فِي‬
‫وياًل‬
ِ ْ
‫َأ‬ ‫ت‬

"Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia


kepada Allah (Al Qur`an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.". (An-Nisa` : 59)

Berkata Ibnu Hazm rahimahullah dalam Al-Ihkam hal 102 : "Maka benarlah dengan ini
bahwa ummat ber-ijma' (bersepakat) dalam menerima khabar ahad seorang yang
terpercaya dari Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam dan juga seluruh kaum
muslimin menerima khabar ahad seorang yang terpercaya dari Nabi shollallahu 'alaihi wa
ala alihi wa sallam."

Berkata Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam Ash-Showa'iq Al-Mursalah 2/262 : "Maka yang
dijadikan sandaran oleh orang-orang yang menafikan ilmu (yakin) dari hadits-hadits
Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam, yang dengan hal tersebut mereka telah
mengoyak/merobek ijma' para shahabat yang dimaklumi secara darurat (pasti) dalam
agama, (mengoyak) ijma' para tabi'in dan ijma' para imam kaum muslimin. Dan mereka
(yaitu orang-orang yang menafikan bahwa hadits ahad memberi faedah ilmu-pent.)
dengan hal tersebut telah mencocoki kaum Mu'tazilah, Jahmiyah, Rafidhoh dan
Khawarij".

4. Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah dalam memahami, mengambil dan mengamalkan Al-
Qur`an dan As-Sunnah yang shohih dengan mengikuti jalan As-Salaf Ash-Sholeh.

Allah Azza wa Jalla kewajiban mengikuti jalan mereka dalam firman-Nya :

ُ ‫ضوا عَ ْن‬
‫ه‬ ُ ‫م َو َر‬ ْ ‫َّه عَ ْن ُه‬
ُ ‫ِي الل‬
َ ‫ان َرض‬ٍ ‫س‬َ ‫ح‬ْ ِ‫م بِإ‬ ْ ُ‫عوه‬ ُ َ‫ِين اتَّب‬ َ ‫ين َواأْل َ ْن‬
َ ‫صا ِر َوالَّذ‬ َ ‫ج ِر‬ ُ ‫ِن ا ْل‬
ِ ‫م َها‬ َّ َ ‫السابِ ُقونَ اأْل‬
َ ‫ولُونَ م‬ َّ ‫َو‬
‫ِيم‬
ُ ‫عظ‬ ْ
َ ‫ف ْو ُز ال‬ ْ
َ ‫ك ال‬ َ َ
َ ِ‫ِين فِي َها أبَدًا ذل‬
َ ‫خالِد‬ َ
َ ‫َح َت َها اأْل ْن َها ُر‬ْ ‫َج ِري ت‬
ْ ‫ج َّناتٍ ت‬
َ ‫م‬ َ
ْ ‫د ل ُه‬ َ
َّ َ‫َوأع‬

"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-
orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar". (QS. At-Taubah : 100)

Dan Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengancam orang yang menyelisihi jalan mereka
dengan firman-Nya :

‫م‬َ ‫ج َه َّن‬
َ ‫ه‬ِ ِ‫صل‬ْ ُ‫ول َّى َون‬
َ َ‫ما ت‬ ِ LMِّ‫وِل‬
َ ‫ه‬ َ ُ‫ن ن‬
َ ‫من ِْي‬ ُ ‫ل ا ْل‬
ِ ‫م ْؤ‬ ِ ‫سبِ ْي‬ َ ْ‫ه ا ْل ُهدَى َويَ َّتبِع‬
َ ‫غ ْي َر‬ ُ َ‫ن ل‬
َ َّ‫ما تَبَي‬
َ ‫د‬
ِ ‫ِن بَ ْع‬
ْ ‫لم‬
َ ‫س ْو‬
ُ ‫شاقِقِ ال َّر‬
َ ‫ن ُي‬
ْ ‫م‬
َ ‫َو‬
‫مص ِْيرًا‬ َ ‫ت‬ْ ‫سا َء‬
َ ‫َو‬

"Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu`min, maka Kami biarkan ia larut
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali".".(QS. An-Nisa :115)

Dan Rasulullah shollallahu 'alaihi wa ala alihi wa sallam bersabda :

ِ‫ح َدثَات‬
ْ ‫م‬ ُ ‫ُم َو‬ْ ‫ذ َوإِيَاك‬ ِ ‫ج‬
ِ ‫وا‬ َ ‫ضوا عَ لَ ْي َها بِال َّن‬
ُّ َ‫ك ْوا بِ َها َوع‬ُ ‫س‬
َّ ‫م‬
َ َ‫ن ت‬
َ ‫د ْي‬
ِ ‫ش‬
ِ ‫ن ال َّرا‬
َ ‫د ْي ِي‬ َ ‫الخلَفَا ِء ال‬
ِ ‫م ْه‬ ُ ‫ة‬
ِ ‫س َّن‬
ُ ‫س َّنتِي َو‬ ْ ‫عَ لَ ْيك‬
ُ ِ‫ُم ب‬
ٌ َ‫ضالَل‬
‫ة‬ َ ‫ة‬ ٍ َ‫ع‬ ْ‫د‬ ‫ب‬ ‫ل‬ ‫ك‬
ُ
ِ َّ َ ‫و‬ ٌ
‫ة‬ َ‫ع‬ ْ‫د‬ ‫ب‬
ِ ٍ ‫ة‬ َ ‫ث‬ ‫د‬
َ ‫ح‬ ‫م‬
ْ ُ َّ ‫ل‬ ‫ك‬
ُ َّ‫ن‬ ‫إ‬ َ
‫ف‬ ‫ر‬‫و‬‫م‬
ِ ِ ْ ُ ُ ‫أل‬‫ا‬

"Wajib atas kalian untuk berpegang teguh kepada sunnahku dan kepada sunnah Al
Khulafa yang mendapat hidayah dan petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan
gigitlah dengan gigi-gigi geraham kalian. Dan hati-hatilah terhadap perkara yang baru
dalam agama. Karena sesungguhnya semua perkara yang baru dalam agama adalah
bid’ah, dan semua bid’ah adalah sesat".

Kata Imam Ahmad (Ushul As-Sunnah hal.14) : "Dasar–dasar sunnah (agama) di sisi kami
adalah berpegang teguh pada apa yang ada pada shahabat Rasulullah shollallahu 'alaihi
wa ala alihi wa sallam, mencontoh mereka dan menjauhi bid'ah-bid'ah karena setiap
bid'ah adalah kesesatan".

Dan berkata Imam Ash-Shabuni (Aqidatus Salaf hal.114) : "Dan mereka (Ahlus Sunnah
Wal Jama'ah, Ahlul Hadits-pent.) mengikuti para salaf yang sholeh dari Imam-Imam
dalam agama dan ulama-ulama kaum muslimin dan mereka berpegang teguh sesuai
dengan apa yang ada pada mereka, memegang teguh agama dengan kokoh dan berada
di atas kebenaran yang nyata".

5. Berdasarkan point di atas Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah meyakini bahwa jalan As-Salaf
Ash-Sholeh adalah Aslam (lebih selamat), A'lam (lebih 'alim) dan Ahkam (lebih
berhikmah) tidak sebagaimana yang disangka oleh Ahlul Kalam dan semisalnya bahwa
jalan As-Salaf Ash-Sholeh hanya Aslam sedangkan jalan Khalaf (Orang-orang
belakangan) A'lam dan Ahkam.

Berkata Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah : "Dan sungguh mereka telah membuat kedustaan
terhadap jalan Salaf dan mereka telah sesat dengan membenarkan jalan Khalaf. Maka
merekapun mengumpulkan antara kebodohan tentang jalannya Salaf dengan berdusta
atas mereka dan antara kebodohan dan kesesatan dengan membenarkan jalannya
Khalaf. ( Lihat :Fatawa Al-Hamawiyah Al-Kubro hal. 31-32, cet. Maktabatu Harro`)

6. Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah memulai dakwah mereka dengan yang paling penting
kemudian yang penting setelahnya. Karena mereka mendahulukan apa yang didahulukan
oleh Allah dan rasul-Nya dan mengakhirkan apa yang diakhirkan oleh Allah dan rasul-
Nya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

‫م‬ْ ‫عل َُّه‬ َ َ‫ة ل‬ ً ‫م‬َ ‫ح‬


ْ ‫اس َوهُ دًى َو َر‬
ِ َ َ‫ك َنا ا ْل ُق ُرونَ اأْل ُولَى ب‬
‫صائِ َر لِل َّن‬ ْ َ ‫ما أ‬
ْ َ ‫هل‬ َ ‫د‬
ِ ‫ِن بَ ْع‬ َ ‫وسى ا ْلكِ َت‬
ْ ‫اب م‬ َ ‫م‬ َ َ‫َول‬
ُ ‫قدْ َءات َْي َنا‬
َ‫ك ُرون‬ َّ ‫يَ َت َذ‬

"Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami
binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia dan
petunjuk dan rahmat, agar mereka ingat. ". (QS.Al-Qashash : 43)

Syeikh Sholih Al-Fauzan hafizhohullah dalam kaset yang berjudul “Al-Qowa’id Fii Al-
Minhaj” menukil dari Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah bahwa ayat ini menunjukkan
sesungguhnya ahkam (hukum-hukum) itu turun setelah tetapnya syari'at ketika Allah
telah membinasakan Fir'aun dan kaumnya. Kemudian setelah dakwah nabi Musa
'alihissalam kokoh, barulah Allah menurunkan kepadanya Al-Kitab yaitu Taurat.
Dan juga dalam hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah shollallahu
'alaihi wa ala alihi wa sallam bersabda :

‫ه‬
ِ ِ‫هللا ب‬ َ‫ما بَدَأ‬
َ ِ‫ن َْبد َُأ ب‬
ُ

"Kami memulai dengan apa yang Allah memulai dengannya". (HSR. Muslim)

7. Prioritas utama dakwah Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah adalah dakwah kepada tauhid.
Karena itu merupakan misi dakwah para nabi dan rasul di muka bumi ini. Mereka
memulai dakwahnya dengan tauhid dan mengakhirinya dengan tauhid.

Allah Azza wa Jalla berfirman :

‫وت‬
َ ُ‫اج َتن ُِبوا الطَّاغ‬ َ َّ‫سواًل أَنِ اُعْ ُب ُدوا الل‬
ْ ‫ه َو‬ ُ ‫ة َر‬ َّ ‫ِل ُأ‬
ٍ ‫م‬ LMِّ ‫ك‬
ُ ‫ع ْث َنا فِي‬ َ َ‫َول‬
َ َ‫قدْ ب‬

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan) : "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu".". (QS. An-Nahl : 30)

Dan Allah Jalla Dzikruhu berfirman :

َ ‫ه إِاَّل أَنَا‬
ِ‫فاعْ ُب ُدون‬ ُ ‫ه أَن‬
َ َ‫َّه اَل إِل‬ ِ ‫ول إِاَّل نُوحِي إِلَ ْي‬
ٍ ‫س‬ُ ‫ِن َر‬
ْ ‫كم‬ َ ‫ِن‬
َ ِ‫ق ْبل‬ َ ‫ما أَ ْر‬
ْ ‫س ْل َنا م‬ َ ‫َو‬

"Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan
kepadanya: "Bahwasanya tidak ada sesembahan (yang hak) melainkan Aku, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Aku".". (QS. Al-Nahl : 36)

Dan Allah Jalla Sya`nuhu menyatakan :

‫ين‬ ِ ‫ِن ا ْلخَا‬


َ ‫س ِر‬ َّ ‫ك َولَ َتكُون‬
َ ‫َن م‬ َّ َ‫حبَط‬
َ َ‫ن ع‬
َ ُ‫مل‬ ْ َ‫ْت لَي‬ ْ َ‫ِن أ‬
َ ‫ش َرك‬ ْ ‫ك لَئ‬ َ ‫ِن‬
َ ِ‫ق ْبل‬ َ ‫ك َوإِلَى الَّذ‬
ْ ‫ِين م‬ َ ‫قدْ ُأوح‬
َ ‫ِي إِلَ ْي‬ َ َ‫َول‬

"Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang


sebelummu : "Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan
tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.". (QS. Az-Zumar : 65)

Dan Allah Rabbul 'Izzah berfirman :

‫ك‬
َ ِ‫ه َءابَائ‬َ َ‫ك َوإِل‬ َ ‫ِن بَ ْعدِي‬
َ ‫قالُوا نَع ُْب ُد إِلَ َه‬ ْ ‫ما تَع ُْب ُدونَ م‬َ ‫ه‬ِ ‫ل لِبَنِي‬ َ ‫ت إِ ْذ‬
َ ‫قا‬ َ ‫ُوب ا ْل‬
ُ ‫م ْو‬ َ ‫ض َر يَ ْعق‬ َ ‫ش َهدَا َء إِ ْذ‬
َ ‫ح‬ ُ ‫م‬ ْ َ‫أ‬
ْ ‫م ُك ْن ُت‬
َ‫مون‬ ُ ِ‫سل‬ ْ ‫م‬ ُ ‫ه‬ ُ َ‫ن ل‬ُ ‫َح‬
ْ ‫حدًا َون‬ ِ ‫حاقَ إِلَهًا َوا‬
َ ‫س‬ْ ِ‫ل َوإ‬
َ ‫ماعِي‬َ ‫س‬ ْ ِ‫م َوإ‬
َ ‫إِ ْب َراهِي‬

"Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata
kepada anak-anaknya : "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab :
"Kami akan menyembah sesembahanmu dan sesembahan nenek moyangmu, Ibrahim,
Ismail dan Ishaq, (yaitu) sesembahan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh
kepada-Nya" (QS.Al-Baqarah : 133).

Dan dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau berkata :


‫م‬ َ ‫م عَ لَى‬
ٍ ‫ق ْو‬ ُ ‫ْد‬
ُ ‫ك تَق‬ َ َّ‫ه إِن‬ ُ َ‫ل ل‬
َ ‫قا‬ َ ‫ن‬ ِ ‫م‬ َ َ‫ل إِلَى ا ْلي‬ ٍ َ ‫جب‬ َ ‫ن‬ َ ‫ذ ْب‬ َ ‫معَا‬
ُ ‫م‬ َ َّ ‫سل‬ َ ‫ه َو‬ِ ِ‫ه َوعَ لَى آل‬
ِ ‫هللا عَ لَ ْي‬
ُ ‫صلَّى‬
َ ‫ي‬
ُّ ِ‫َث ال َّنب‬ َّ َ‫ل‬
َ ‫ما بَع‬
‫هللا تَعَالَى‬
َ ‫ا‬ ‫و‬
ْ ‫ِّد‬
ُ ‫ِح‬
L
M ‫و‬
َ ‫ي‬
ُ ْ‫ن‬ َ ‫أ‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ِ ‫إ‬ ‫م‬ْ ُ‫ه‬ ‫و‬
ْ ‫ع‬
ُ ْ‫َد‬ ‫ت‬ ‫ا‬‫م‬َ ‫ل‬
َ ‫و‬
َّ َ ‫أ‬ ‫ُن‬
ْ ‫ك‬ َ ‫ي‬‫ل‬ْ َ
‫ف‬ ‫ب‬
ِ ‫ا‬ ‫ت‬
َ ‫ك‬
ِ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ل‬
ِ ْ
‫ه‬ َ ‫أ‬ ‫ِن‬
ْ ‫م‬.

"Tatkala Nabi shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam mengutus Mu'adz bin Jabal ke
Yaman beliau berkata kepadanya : "Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum
dari Ahli Kitab, maka hendaknya yang engkau dakwahkan di awal kali kepada mereka
adalah untuk mentauhidkan Allah Ta'ala". (HSR.Bukhary-Muslim)

Dan di akhir hayat Rasulullah shollallahu 'alaihi wa ala alihi wa sallam dalam keadaan
sakit, beliau juga memperingatkan dari kesyirikan sebagaimana sabda beliau :

‫ج َد‬
ِ ‫سا‬
َ ‫م‬
َ ‫م‬ ِ ‫ى اتَّخَذُ ْوا ق ُُب ْو َر أَ ْن ِبيَائ‬
ْ ‫ِه‬ َ ‫صا َر‬ َ ‫هللا ا ْليَ ُه ْو‬
َ ‫د َوال َّن‬ ُ َ ‫لَع‬
‫َن‬

"Allah telah melaknat orang yahudi dan nashoro, mereka menjadikan kubur para nabi
mereka sebagai masjid". (HSR.Bukhary-Muslim)

8. Dakwah Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah adalah dakwah sumuliyah (universal) mencakup
seluruh bagian agama tanpa terkecuali. Mereka mengagungkan dan memuliakan seluruh
perkara agama karena sifat syariat itu adalah cocok untuk segala zaman, setiap umat
dan keadaan.

Allah Jalla wa 'ala berfirman :

‫ين‬
ٌ ِ‫مب‬ ٌّ ‫عَد‬
ُ ‫و‬ ُ ‫ُم‬ْ ‫َّه لَك‬
ُ ‫الش ْيطَانِ إِن‬
َّ ِ‫وات‬
َ ُ‫خط‬
ُ ‫عوا‬ ً ‫ف‬
ُ ِ‫ة َواَل تَ َّتب‬ َّ ‫م كَا‬
ِ ‫الِس ْل‬
ِّLM ‫ْخلُوا فِي‬
ُ ‫م ُنوا اد‬ َ ‫يَاأَيُّ َها الَّذ‬
َ ‫ِين َءا‬

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya,
dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu”. (QS. Al-Baqorah : 208)

Kata Ibnu Katsir mentafsirkan ayat ini : "Allah Ta'ala berfirman memerintahkan hamba-
hamba-Nya yang beriman kepada-Nya lagi membenarkan rasul-Nya, untuk mengambil
seluruh bagian-bagian Islam dan syariatnya, mengerjakan semua perintah-perintahnya
dan meninggalkan seluruh larangannya sesuai dengan apa yang mereka mampu".

Dan Allah Jalla tsana`uhu berfirman :

ِ‫وى ا ْل ُقلُوب‬
َ ‫ِن تَ ْق‬ َ ‫ه‬
ْ ‫ف ِإنَّ َها م‬ ِ َّ ‫شعَائِ َر الل‬ ْ M ‫عِظ‬
َ ‫ِّم‬L َ ‫ن ُي‬
ْ ‫م‬
َ ‫ك َو‬ َ
َ ِ ‫ذل‬

"Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi`ar-syi`ar Allah, maka


sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati". (QS. Al-Hajj : 32)

Dan Allah Azzat Azhomatuhu berfirman :

‫ه‬
ِ LMِّ‫ع ْن َد َرِب‬ ُ َ‫خ ْي ٌر ل‬
ِ ‫ه‬ َ ‫و‬ َ ‫ه‬
َ ‫ف ُه‬ ِ َّ ‫ت الل‬
ِ ‫ما‬
َ ‫ح ُر‬ ْ M ‫عِظ‬
ُ ‫ِّم‬L َ ‫ن ُي‬
ْ ‫م‬
َ ‫ك َو‬ َ
َ ِ ‫ذل‬
"Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat
di sisi Allah maka itu adalah yang terbaik baginya di sisi Rabbnya". (QS. Al-Hajj : 30)

Bahkan perkara-perkara yang kelihatannya sepelepun diterangkan dalam agama ini


sehingga membuat orang-orang musyrikin dan ahlul kitab iri hati dan dengki
sebagaimana dalam hadits Salman Al-Farisy beliau berkata :

‫ة‬ َ َ‫ل ا ْلق ِْبل‬ ْ ‫قدْ نَ َهانَا أَنْ ن‬


َ ‫َس َت ْق ِب‬ َ َ‫ل ل‬ْ ‫ج‬َ َ‫ل أ‬ َ ‫قا‬ َ ,‫خ َرا َء َة‬ ِ ‫ح َّتى ا ْل‬
َ ‫ئ‬ ٍ ‫ش ْي‬َ ‫ل‬ َّ ‫ُم ُك‬ ْ ‫ُم نَ ِبيُّك‬ َ َّ ‫ل عَ ل‬
ْ ‫مك‬ َ َ‫ك ْون‬
ْ ‫ه‬ ُ ‫ش ِر‬ ْ ‫م‬ُ ‫ل لَ َنا ا ْل‬ َ
َ ‫قا‬
‫ي بِ َرج ِْيعٍ أَ ْو‬ ‫ج‬
َ ِ ْ ْ ‫ن‬ ‫ت‬
َ ‫َس‬ ‫ن‬ ْ‫ن‬َ ‫أ‬ ‫و‬ َ
ْ ٍ ‫أ‬ ‫ر‬ ‫ا‬ ‫ج‬
َ ‫ح‬
ْ َ ‫أ‬ ‫ة‬
ِ َ ‫ث‬َ ‫ال‬ َ ‫ث‬ ‫ِن‬
ْ ‫م‬ ‫ِل‬
L
M ِّ َ
‫ق‬ َ ‫أ‬ ‫ب‬ ‫ي‬ ‫ج‬ ‫ن‬
ِ َ ِ ْ ْ‫ت‬
َ ‫َس‬ ‫ن‬ ْ‫ن‬َ ‫أ‬ ‫و‬ َ ‫أ‬ ‫ن‬ ‫ِي‬
‫م‬ ‫ي‬
ْ ِ ْ َ ِ َ ِ ْ ْْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫ب‬ ‫ي‬ ‫ج‬ ‫ن‬‫ت‬َ ‫َس‬ ‫ن‬ ‫و‬
ْ َ ‫أ‬ ‫ل‬
ٍ ‫و‬َ
ْ ْ‫ب‬ ‫و‬ َ ‫أ‬ ‫ط‬
ٍ ِ ‫ئ‬ ‫َا‬
‫غ‬ ِ ‫ب‬
‫م‬
ٍ ‫ظ‬ ْ ‫ع‬ َ ِ‫ب‬.

"Kaum musyrikin berkata kepada kami : "Apakah nabi kalian mengajarkan kepada kalian
segala sesuatu sampai (masalah) tata cara buang air, maka dia menjawab : benar,
sungguh beliau telah melarang kami menghadap ke kiblat ketika buang air besar atau
kencing, (melarang) kami beristinja` dengan tangan kanan, (melarang) kami beristinja`
kurang dari tiga batu atau kami beristinja` dengan kotoran atau tulang. (HR.Muslim)

9. Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah terus-menerus menampakkan kebenaran dan


membelanya sampai hari kiamat dan tidak takut cercaan orang yang mencela mereka.

Allah 'Azza wa Jalla berfirman :

‫ِين‬
َ ‫ش ِرك‬ ُ ‫عَن ا ْل‬
ْ ‫م‬ ِ ْ ‫م ُر َوأَعْ ِر‬
‫ض‬ َ ‫ما تُ ْؤ‬
َ ِ‫صدَعْ ب‬ َ
ْ ‫فا‬

"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan


(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik." (QS. Al-Hijr : 94)

Dan Allah Jalla tsana`uhu berfirman :

‫ِين‬
َ ‫ج ِرم‬ ُ ‫يل ا ْل‬
ْ ‫م‬ ُ ِ‫سب‬
َ ‫ين‬ ْ ‫ِّل اآْل يَاتِ َولِ َت‬
َ ِ‫س َتب‬ ُ ML‫فِص‬ َ ِ‫ك َذل‬
َ ُ‫ك ن‬ َ ‫َو‬

"Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al Qur'an, (supaya jelas jalan orang-orang
yang saleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa.". (QS. Al-An'am :
55)

Dan Allah Jalla Sya`nuhu telah mengambil janji kepada manusia supaya tidak
menyembunyikan kebenaran dalam firman-Nya :

‫َه‬
ُ ‫مون‬ ْ َ‫اس َواَل ت‬
ُ ‫ك ُت‬ ِ ‫ه لِل َّن‬ َ ‫ِين ُأو ُتوا ا ْلكِ َت‬
ُ ‫ ُن َّن‬LM‫اب لَ ُتبَ ِِّي‬ َ َ‫َوإِ ْذ أ‬
ُ ‫خ َذ الل‬
َ ‫َّه مِيثَاقَ الَّذ‬

"Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab
(yaitu): "Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu
menyembunyikannya." (QS. Ali 'Imran : 187)

Dan Allah Jalla Sya`nuhu menyatakan ancaman untuk mereka yang menyembunyikan
kebenaran dalam firman-Nya :

‫م إِاَّل ال َّنا َر‬ ِ ‫كلُونَ فِي ُبطُون‬


ْ ‫ِه‬ ُ ‫ما يَ ْأ‬َ ‫ك‬ َ ِ‫قلِياًل ُأولَئ‬
َ ‫منًا‬ َ َ‫ه ث‬
ِ ِ‫ش َت ُرونَ ب‬ ْ َ‫ِن ا ْلكِ َتابِ َوي‬
َ ‫َّه م‬ َ ‫ما أَ ْن َز‬
ُ ‫ل الل‬ َ َ‫مون‬ َ ‫إِنَّ الَّذ‬
ْ َ‫ِين ي‬
ُ ‫ك ُت‬
‫م‬
ٌ ‫ِي‬ ‫ل‬َ ‫أ‬ ‫اب‬
ٌ َ
‫ذ‬ َ‫ع‬ ‫م‬ ‫ه‬ َ ‫ل‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ِّيه‬
L
M
ْ ُ َ ْ ِ َ ُ َ ‫ِك‬‫ز‬ ‫ي‬ ‫اَل‬‫و‬ ‫ة‬
ِ ‫م‬
َ َ‫ا‬‫ي‬ ‫ق‬
ِ ْ
‫ل‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫و‬ ‫ي‬
َ ْ َ ُ‫َّه‬ ‫ل‬ ‫ال‬ ‫م‬ ‫ه‬
ُ ُ ُ ‫م‬ M L
‫ِل‬
ِّ َ
‫ك‬ ‫ي‬ ‫اَل‬
ُ َ ‫و‬

"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah,


yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu
sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah
tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak akan mensucikan
mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih.". (QS. Al-Baqorah : 174)

Dan Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam bersabda dalam hadits yang
mutawatir riwayat Bukhary,Muslim dan lain-lainnya :

ْ َ‫ِي أ‬
ِ‫م ُر هللا‬ َ ‫ح َّتى يَ ْأت‬
َ ‫م‬ ُ ‫خالَف‬
ْ ‫َه‬ َ ‫ن‬
ْ ‫م‬ ْ ‫خ َذلَ ُه‬
َ َ ‫م َوال‬ َ ‫ن‬
ْ ‫م‬
َ ‫م‬ ُ َ‫ِق ال َ ي‬
ْ ُ‫ضرُّه‬ َ ‫ن عَ لَى ا ْل‬
ِّ LM ‫ح‬ ِ ‫ِي ظَا‬
َ ‫ه ِر ْي‬ َّ ‫ِن ُأ‬
ْ ‫مت‬ َ ِ‫ال طَائ‬
ٌ ‫ف‬
ْ ‫ةم‬ ُ ‫ال َ تَ َز‬
َ ِ‫ك َذل‬
‫ك‬ َ ‫م‬ ْ ُ‫َوه‬

“Terus menerus ada sekelompok dari ummatku yang mereka tetap nampak di atas
kebenaran, tidak membahayakan mereka orang mencerca dan orang yang menyelisihi
mereka sampai datang ketentuan Allah (hari kiamat) dan mereka dalam keadaan seperti
itu”.

Dan dalam hadits 'Ubadah bin Shomit riwayat Bukhary-Muslim, beliau membaiat
Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam atas beberapa perkara, diantaranya :

َ ‫م‬
ٍ ‫ة اَل ئ‬
‫ِم‬ َ ‫َاف فِي هللاِ لَ ْو‬
ُ ‫ك َّنا اَل نَخ‬ َ ‫ق أَ ْي َن‬
ُ ‫ما‬ َّ ‫ح‬ َ ‫َوعَ لَى أَنْ نَ ُق ْو‬
َ ‫ل ا ْل‬

"Dan agar kami mengucapkan kebenaran dimanapun kami berada, kami tidak boleh
takut di (jalan) Allah terhadap cercaan orang yang mencerca."

Dan dari Abu Dzar Al-Ghifary radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala
alihi wa sallam memerintahkannya dengan tujuh perkara, diantaranya :

‫ا‬LM‫م ًًّر‬
ُ َ‫ق َوإِنْ كَان‬ َ ‫َوأَنْ أَ ُق ْو‬
َ ‫ل ا ْل‬
َّ ‫ح‬

"Dan hendaknya aku mengucapkan kebenaran walaupun itu pahit". (H.R Ahmad
5/159.173 dan lain-lainnya dan dishohihkan oleh Al-Muddits Al-'Allamah Al-Albany
rahimahullah dalam Ash-Shohihah no. 2166 dan Syaikh Muqbil Al-Wadi'iy rahimahullah
dalam Ash-Shohih Al-Musnad)

10. Ahlus Sunnnah Wal Jama’ah tetap di atas Al-Haq dan tidak ragu, bimbang, goncang,
atau kontradiksi sebagaimana kebiasaannya pengekor hawa nafsu.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

‫ك‬َ َ‫ج ُد ل‬
ِ َ‫م اَل ت‬ َّ ُ‫ت ث‬
ِ ‫ما‬ َ ‫ْف ا ْل‬
َ ‫م‬ َ ‫ضع‬ َ ‫ْف ا ْل‬
ِ ‫حيَا ِة َو‬ َ ‫ضع‬
ِ ‫ك‬ َ َ ‫ذا أَل‬
Lَ ‫ذ ْق َنا‬ ً ِ‫قلِياًل إ‬
َ ‫ش ْي ًئا‬
َ ‫م‬ ِ ‫َن إِلَ ْي‬
ْ ‫ه‬ ُ ‫ت تَ ْرك‬
َ ْ‫قدْ كِد‬ َ ‫َولَ ْواَل أَنْ ثَبَّ ْت َنا‬
َ َ‫ك ل‬
‫عَ لَ ْي َنا نَصِيرًا‬

"Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati) mu, niscaya kamu hampir-hampir condong
sedikit kepada mereka, kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan
kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda
sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun terhadap Kami".
(QS. Al-Isra` : 74-75)

Dan Rasulullah shollallahu 'alaihi wa 'ala alihi wa sallam bersabda dalam hadits Abu
Hurairah :

‫ه‬
ٍ ‫ج‬
ْ ‫و‬ َ ‫ه َو‬
َ ِ‫هؤُاَل ِء ب‬ ٍ ‫ج‬ َ ‫ِي‬
َ ِ‫هؤُاَل ِء ب‬
ْ ‫و‬ ْ ْ ‫ن الَّذ‬ َ ِ‫ ال َّناس‬LM‫ش ِِّر‬
َ ‫ذا ا ْل‬ ْ ‫إِنَّ م‬
ْ ‫ِي يَأت‬ ِ ‫ج َه ْي‬
ْ ‫و‬ َ ‫ِن‬

"Sesungguhnya dari sejelel-jelek manusia adalah yang mempunyai dua muka yang
datang kepada mereka (suatu kaum) dengan satu wajah dan (datang) kepada mereka
(kaum yang lain) dengan dengan satu wajah (yang lain) ". (HSR. Bukhary-Muslim)

Mereka selalu ingat dan memperhatikan nasehat Hudzaifah bin Yaman kepada Abu
Mas'ud radhiyallahu 'anhuma :

ِ‫ن هللا‬ َ َ‫ك َوال َّتلَوُّن‬


َ ‫ف ِإنَّ ِد ْي‬ َ ‫ف َوإِيَّا‬
ُ ‫ت تَ ْع ِر‬ َ ‫ت تُ ْنكِ ُر َوأَنْ تُ ْنكِ َر‬
َ ‫ما ُك ْن‬ َ َ‫ة أَنْ تَ ْع ِرف‬
َ ‫ما ُك ْن‬ ِ َ‫ضالَل‬
َّ ‫ق ال‬
َّ ‫ح‬
َ ‫ة‬ َّ ‫م أَنَّ ال‬
َ َ‫ضالَل‬ ْ َ‫اعْ ل‬
‫د‬
ٌ ‫ح‬ ِ ‫َوا‬

"Ketahuilah bahwa sesungguhnya kesesatan yang sebenarnya adalah kamu ketahui apa
yang dulu kamu ingkari dan kamu ingkari apa yang dulu kamu ketahui dan berhati-
hatilah terhadap berubah-ubah dalam agama karena sesungguhnya agama Allah itu
satu". (Diriwayatkan oleh Ma'mar bin Rasyid dalam Jami'nya sebagaimana di akhir
Mushonnaf 'Abdurrazzaq 11/249, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnafnya 7/140, Al-
Harits bin Abi Usamah dalam Musnadnya no. 470 (Zawa`id Al-Haitsamy), Al-Baihaqy
10/42 dan Al-Lalaka`iy dalam Ushul I'tiqod Ahlis Sunnah Wal Jama'ah 1

Você também pode gostar