Você está na página 1de 11

AGAMA:

MENUMPULKAN RASA SAKIT KAUM TERTINDAS

Makalah Disampaikan Dalam Diskusi Kelas


Mata Kuliah Sosiologi Agama

Dosen Pengampu:
Drs. Maryadi, MA

Oleh:
Bashir
0 000 010 096

PROGRAM MAGISTER STUDI ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2001/2002

1
Agama:
Menumpulkan Rasa Sakit Kaum Tertindas.

Pendahuluan
Masyarakat saat ini sebenanrnya hidup di bawah eksploitasi segelintir masyarakat
yakni si pemilik harta atau tanah dan para kapitalis. Sekelompok kecil masyarakat
ini melakukan eksploitasi terhadap masyarakat lainnya yang lebih luas sehingga
menciptakan sebuah masyarakat perbudakan, karena para pekerja yang bekerja
untuk mereka langsung atau tidak langsung hanya diberikan sedikit hak untuk
keperluan hidup sebagai budak padahal masyarakat pekerja ini telah bekerja
sepanjang hayat mereka demi keuntungan dan keselamatan para kapitalis.
Tidak dapat dipungkiri bahwa penindasan ekonomi terhadap para pekerja ini akan
membangkitkan dan mendorong lahirnya penindasan politik dan penistaan sosial
terhadap masyarakat, menggelapkan dan mempersuram kehidupan dan moral
banyak orang. Para pekerja mungkin bisa memperolejh kemerdekaan secara politik
untuk memperjuangkan kekbebasan ekonomi, tetapi kemerdekaan itu tidak dapat
membebeasakan mereka dari kemiskinan, pengangguran dan penindasan samapai
kekuasan kapital dapat ditumbangkan. Dalam hal ini, agama dianggap sebagai salah
satu pemicu munculnya kondisi semacam ini. Agama merupakan salah satu jenis
bentuk penindasan rohani dan membebani banyak orang di mana mereka berada.
Agama membebankan hakekat bekerja untuk orang lain. Ketidak berdayaan para
pekerja membebasakan diri dari ketergantungan para kapiltalis membangkitkan
kesadaran dan kepercayaan dalam mereka akan adanya kehidupan yang lebih baik
selepas mereka meninggal dunia. Mereka yang bekerja keras membanting tulang
dan mencoba memenuhi keinginannya diajar oleh agama agar bersabar dan
menahan diri dari kehidupan dunia dan mencari ketenangan serta ganjaean surga.
Tetapi mereka yang hidup dengan mempekerjakan orang laian diajari oleh agama
untuk mengamalakn sifat kebajikan di dunia ini. Hal ini memeberikan mereka cara
mudah untuk mewujudkan kemakmuran pribadi dan memberikan rasa pada diri
mereka bahwa menindasa itu sebagai hal yang wajar ( membeikan keawajaran
keberadaan mereka sebagai penindasa), sembari menjual tiket yang tidak seberapa
mahal untuk kehidupan senang di alam surga. Agama merupakan candu bagi

2
masyarakat. Agama ibarat minuman arak kejiwaan, yang digunakan oleh budak
kapitalis untuk melruhkan wajah kemanusiaanya dan tuntutan hidupnya bagi
kehidupan yang sedikit lebih layak untuk manusia. Agama dimanfaatkan oelh kaum
kapitalis untuk menjadi semacam justufikasi bagi keberadaan mereka sebai
pengeksploitasi masyarakat lain.
Makalah berikut ini mencoba untuk melihat teori sosiologi berkenaan dengan
dengan paparan tersebut di atas, bahwa agama dapat berperan sebagai candu bagi
masyarakat.

Agama: Definisi Sosiologis


Bicara mengenai agama dan sosial, kita tidak bisa melepaskan dari, paling tidak ,
Marx, Engels dan Weber. Maka yang pertamakali perlu dikemukan adalah apa yang
mereka kemukanan mengenai candu social tersebut. Bagaimana mereka melihat
agama, sisi mana dari agama yang merupakan candu social. Dalam masalah social
apa agama menjadi candu. Beberapa pertanyaan ini kiranya dapat memandu
membahas hubungan antara agama dan candu social. Sebenarnya pertanyaan ini
bisa dikembangakan , menurut alur piker strukturalis, bila agama itu bias menjadi
candu social, maka bagaimana ke- candu-an agama itu dapat dimodifikasi atau
direkayasa sehingga mengurangi porsi sisi candu dari agama atau bila bisa agama
tidak lagi menjadi candu. Kajian kali ini akan mengetengahkan kajian teori candu
sosial, dari Karl Marx.

Berikut ini akan dipaparkan terlebih dahulu mengenai pengertian agama. Apakah
agama itu ?. Mengambil pendapat klasik Emile Durkheim yang dikutip oleh Lester
R Kurtz (1995:9), agama merupakan kesatuan sistem kepercayaan dan amalan yang
berhubungan dengan sesuatu yang suci, demikian itu untuk mengatakan segala
sesuatu yang berdiri terpisah dan terlarang- kepercayaan serta amalan yang menyatu
dalam satu bentuk moral masyarakat yang disebut sebagai gereja, seluruhnya yang
merekatkan mereka.Lebih lanjut mengenai definisi agama baik definisi substantif,
fungsional dan politetis dapat dilhat dalam Malcolm Hamilton (1995:14 dst)
Pengertian agama seperti dipaparkan Durkheim tersebut secara ringkas: dapat
diungkapkan seperti berikut:

3
Agama berarti suatu sistem kepercayaan dan amalan yang mana suatu kelompok
masyarakat menafsirkan dan menaggapi pada apa yang mereka rasakan sebagai
supernatural dan suci (supernatural and sacred).
Dengan demikian, dapat ditarik konklusi bahwa agama terdiri dari kepercayaan-
kepercayaan (beliefs), praktek-praktek keagamaan (rituals), hal-hal suci (sacred),
dan masyarakat atau organisasi sosial masyarakat yang diikat oelh tradisi
keagamaan.
Setiap agama memiliki sistem kepercayaan mengenai dunia ini dan apa yang mesti
disadari sebagai yang suci dan dihormati. Praktek ritual keagamaan juga
mengandung keteraturan masyarakat. Termasuk ritual adalah festifal keagamaan,
rites of passsages (lahir, menikah, mati).(Lester R Kurtz:1995:9).
Sebagai kepercayaan ia membentuk ideologi pemeluknya. Agar bertindak sesuai
dengan nilai yang ada pada ideolgi tersebut. Ia menjadi world view dari suatu
masyarakat. Pemahaman seperti ini berlaku manakala kita memakai teori yang
diajukan Weber. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut pada pembahasan berikutnya.

Kemudian, agama sebagai amalan-amalan ia mengambil beberapa bentuk:


1. menempati dalam struktur agama
2. ada standarisasi amalan, diformalkan dan diterima oleh anggota masyarakat
sebagai sesuatu yang perlu dan penting.
3. masyarakat biasa tidak bisa diakui secara organisasi dan herarki keagamaan
( seperti pendeta, kiyai dan uskup)

Pendekatan sosiologi agama:


Sosiologi tidak berkepentingan mengkaji kebenaran suatu agama, ia tidak berkaitan
dengan apakah kepercayaan keagamaan itu benar atau salah akan tetapi sosiologi
berusaha menyingkap dan membeberkan bagaimana kepercayaan keagamaan itu
mempengaruhi tingkah laku dan interaksi masyarakat.
- mengapa beberapa kepercayaan menekankan pada pengucilan orang yang
lain (seperti moral seksual)
- Bagaimana agama diorganisakan
- Bagaimana kepercayaan dipergunakan bagai kemajuan sosial
- Kontribusi apa yang diberikan untuk membuat tatanan sosial dan perubahan
sosial

4
- Bagaimana kepercayaan itu berhubungan dengan aspek lain dalam
masyarakat seperti pendidikan, keluarga, politik dan budaya,

Bagaimana agama mempengaruhi dan membantu menjadikan rasa, perubahan


sosial.

Agama sebagai candu sosial


Marx pada masa mudanya menerima penuh kebenaran tradisional kristiani. Pada
masa tuanya kritik marx difakuskan pada fungsi politik agama, khususnya sebagai
ideologi sebuah negara. Target utama kritik Marx adalah:
Diarahkan melawan penggunaan agama kresten oleh eksploitasi ekonomi dan sosial
negara Prusia bagi tujuan negara tersebut ... Protestanism sebenarnya merupakan
agama yang sangat cocok, secara alamiah, bagi berbagai penggunaan oleh aturan
politik, bagi ide-idenya yang secara umum memiliki kedekatan hubungan dengan
keadaan manusia di masyarakat kapitalis.(Bryan S. Turner: 1991: 64)

Dalam kaitan dengan agama ini ada beberapa teori yang bersifat menjelaskan agama
kaitannya dengan masyarakat, diantaranya adalah:
1. social cohesion ( functionalism)
2. social control ( marxism, colonization, feminism)
3. social change ( weber dilafadzkan ‘vay-bur’, feminism, NRMs)

Tulisan ini akan membahas agama dalam kontek sosial kontrol dari marxism.
Ada beberapa kata kunci dari Marx yang dapat menjelaskan teori kontrol sosial dari
agama, yaitu:
1. membuat masyarakat kecanduan
2. represi
3. opresi
4. alienasi
5. ideologi
6. dominan ideologi
7. Konflik
8. kekuatan konservatif
9. teologi pembebasan

5
Ide pokoknya adalah bahwa:
“agama memberikan kontribusi bagi kontrol sosial lewat ideologi”

Penulis tidak sepenuhnya dapat menjelaskan kata-kata kunci diatas, mengingat


segala macam keterbatasan yang ada. Namun sedikit penjelasan singkat dari kata-
kata kunci di atas adalah:
Marx menyatakan bahwa agama bersifat sebagai candu sosial . Ia menyokong
status quo, menumpulkan rasa tertindas pada kaum tertindas dan memberikan
legitimasi bagi ekslpoitasi kaum kapitalis. (agama merupakan candu
sosial,repression,oppression, )

Marx (www.sociology.org.uk) menjelaskan agama lewat term teori sosial secara


umum, yakni ideologi dan alienasi. Dalam term ideologi, sebagaimana ilmuwan
sosial lainnya seperti Durkheim dan Weber, Marx juga melihat potensi agama
sebagai sebuah kekuatan integrasi bagi masyarakat, agama merepresentasikan rasa
kebersamaan, ikatan persaudaraan, nilai bersama dan sejenisanya.

Berbeda dengan Durkheim yang melihat agama dari sisi fungsi integrasi sosial,
sebaliknya Marx memandang agama sebagai salah satu aspek kontrol sosial yang
dimanfaatkan oleh the rulling class untuk memaksakan ideologi dominan bagi kelas
lainnya dalam masyarakat. Pandangan ini didasarkan pada teori dasar Marx bahwa
masyarakat (kapitalis) itu tersusun dari berbagai konflik kelas sosial.

Mengingat ini, maka agama tidak hanya sebagai ideologi integrasi yang
menjelaskan dunia sosial, tapi agama juga menyediakan maksud menjustifikasi
ketidakadilan ditribusi dalam masyarakat. Agama bisa menopang status quo dalam
masyarakat Agama melanggengkan tatana sosial dengan memberikan penekanan
bahwa tatanan itu merupakan petunjuk Tuhan, dan berperan sebagai komponen
sentral dari ideologi dominan. Melegitimasi eksploitasi ekonomi. Menjustifikasi
kemiskinan dan ketidakadilan.
Agama: fungsi penenang
Menurut Marx (www.umsl.edu) ada empat bentuk,dimana agama menumpulkan
rasa sakit kaum tertindas.

6
1. Agama menjanjikan surga sebagai berkah abadi di kehidupan kelak sehabis
mati .Agama menawarkan “kue di langit”- sesuatu yang ada di depan
sesudah kematian yang mengalihkan mereka dari rasa sakit dan kesusahan
kehidupan sehari-hari.
2. Beberapa agama menjadikan suatu kebajikan dari derita yang dilahirkan
oleh penindasan. Agama juga memberikan keyakinan bagi kaum proletariat
hal tersebut merupakan saksi ketuhanan. Bahwa hal tersebut harus
dipandang sebagai ujian atau cobaan yang bila bersabar akan meningkatkan
derajat.
3. Agama juga menawarkan harapan solusi supernatural bagi pemecahan
masalah di dunia.
4. Agama menjustifikasi tatanan sosial (status quo).

Untuk lebih jelas mengetahui apa yang dimaksud oleh Marx bahwa agama sebagai
sebagai candu sosial (opium of the people), berikut ini dikutipkan pernyataan Marx:
(www.sociology.org.uk)

... Religion is the opium of the people... Religious distress is at the


same time the expression of real distress and the protest against
real distress. Religion is the sigh of the oppressed creature, the
heart of the heartless world, just as it is the spirit of spiritless
situation. It is the opium of people.
The abolition of religion as the illusory happiness of the people is
required for their real happiness. The demand to give up the
illusion about its conditions is the demand to give up a condition
which needs illusions.

Dapat dibaca dari pernyataan marx tersebut, bahwa agama bermakna menciptakan
khayalan ilusi bagi orang miskin. Realita ekonomi menghalangi mereka untuk
menemukan kebahagian sejati dalam hidup, agama mengajari bahwa hal demikian
benar belaka, OK-OK saja. Karena mereka akan menemukan kebahagian sejati di
akherat kelak. Hal ini bukan berarti Marx tidak memiliki simpati: masyarakat yang
menderita dan agama sekedar menyediakan pelipur laranya, seperti orang yang
secara fisik sakit dan memperoleh obat yang hanya menghilangkan nyerinya. Marx
sejatinya juga mengkritik masyarakat yang dikatakannya sebagai “dunia yang tak
berhati dan yang tak berjiwa”

7
Bagi Marx, masalah utamanya jelas bahwa obat yang bersifat candu telah gagal
mengobati secara fisik, obat ini hanya membantu mengatasi rasa sakit. Hal ini hanya
berlangsung sesaat selama mencari penyebab sakit. Sama halnya dengan agama,
yang tidak memperbaiki penyebab sakit, malahan hanya membantu melupakan
kenapa mereka terserang sakit dan mengajak mereka untuk menengok ke depan
pada masa depan imajinasi.

Ketidaksukaan dan kemarahan yang nyata terhadap agama, tidak membuat Marx
menjadikan agama sebagai musuh utama bagi para pekerja dan komunis. Marx
memang memandang agama sebagai musuh yang serious, dan ini diulang-ulang
dalam tulisannya.

Perlu diingat pula, bahwa sebenarnya agama tidaklah menjadi masalah benar-
agama bukan problem sesungguhnya. Agama adalah ide, dan ide merupakan
ekspresi realita material. Ia merupakan gejala penyakit bukan sakitnya itu sendiri.

Berdasar alasan ini, kaum marxis belakangan juga bersimpati pada agama seperti
Karl Kautsky (lebih lanjut lih.C.Wright Mills:2003: 159 dst). Dan kategorisasi
Marxis juga dipakai teolog Katholik Amerika Latin untuk mengkritik ketidak adilan
ekonomi sehingga menghasilkan apa yang disebut sebagai “teologi pembebasan”.
Agama:fungsi Represi
Di atas telah dipaparkan bagaimana Marx menggambarkan fungsi integrasi sosial
agama dari sisi kaum tertindas. Berikut ini akan dipaparkan bagaimana Marx
menerangkan kerja agama yang memberikan semacam legitimasi bagi penindasan
atau eksploitasi terhadap orang lain.
Dalam terminologi ideologi, Marx (www.sociology.org.uk) , sebagaimana lainnya,
memandang bahwa agama bisa sebagai kekuatan integrasi masyarakat, agama dapat
dipakai sebagai alat untuk menciptakan rasa kebersamaan, ikatan bersama, nilai-
nilai yang disepakati bersama.
Mengingat dasar pemikiran Marx bahwa masyarakat terdiri dari berbagai konflik
kelas, maka ia melihat agama sebagai salah satu aspek mekanisme sosial kontrol
yang dipakai the rulling class untuk memaksa dominasi ideologi terhadap kelas lain
dalam masyarakat. Agama, dengan demikian, menyediakan beragam justufikasi

8
terhadap ketidakadilan distribusi penghargaan atau rewards di dunia. Sebagai misal,
agama dapat dimanipulasikan sebagai berikut:
Melanggengkan status quo dalam masyarakat. Sebagai contohnya, bahwa tatanan
dunia sosial dapat dilegitimasikan merupakan “pemberian Tuhan” (God given), dan
konsekuensinya maka semua itu berada dibalik kekuatan manusia untuk
merubahnya.
Agama juga memberikan legitimasi eksploitasi ekonomi. Sebagai misal, katakanlah
ketika Tuhan menciptakan dunia ini berdasar imejNya, jelas sudah bahwa Dia
mempunyai rencana bagi dunia dan manusia penghuninya. Bukan tempatnya bagi
manusia untuk mempertanyakan bentuk skema ini.
Agama menjustifikasi kemiskinan dan ketidakadilan. Bahwa kemiskinan dapat
digambarkan sebagai suatu kebajikan dan keutamaan. Penjara bagi orang beriman
dan surga bagi ateis. Sesuatu yang harus dipikul tanpa mengeluh, karena
kemiskinan merupakan sarana yang harus ditempuh untuk memperoleh kekayaan
spiritual yang hasilnya akan dipetik di akherat kelak.

Penutup
Berikut ini diberikan beberapa poin analogi Marx terhadap agama sebagai candu
sosial:
1. Mengambil agama sebagai obat untuk menyembuhkan sakit ketertindasan
hanya akan memberikan kesembuhan sementara saja.
2. Kesembuhan, walau secra singkat nampak nyata, namun merupakan sebuah
kesembuhan ilusi pada jangka panjang.
3. Untuk menerima kesembuhan yang nyata dan lama, seseorang harus
menyerang penyebab sakit tersebut (sistem eksploitasi ekonomi) dan
akhirnya akan memberikan efek penyembuhan.
4. Selagi penyembuhan itu telah dilakukan, seseorang tidak perlu lagi obat
agama sementara disana tidak ada alagi gejala penyakit kaum tertindas yang
perlu ditumpulkan.
5. Agama bisa berperan sebagai alasan untuk melakukan represi dan dominasi
bahkan eksploitasi terhadap kelas lainnya. Bahkan agama juga dapat
berperan menjadi penenang bagi rasa sakit bagi kaum tertindas akibat

9
penindasan untuk menerima keadaan tertindas dan kemiskinannya sehingga
tidak mau memberontak atau mengubah garis nasibnya.
Secara ringkas, agama menjanjikan keselamatan di kehidupan sesudah mati,
masyarakat diajarkan menerima bagiannya di dunia ini.
Wallahu a’lam.

10
Daftar Bacaan
1. Hamilton, Malcomm. The Sociology of Religionm Theoritical and
comparative perspectives,1995, London, Routledge.
2. Kurtz, Lester R, Gods in the Global Vollage, 1995, California, Pine Forge
Press.
3. Mills, C. Wright, Kaum Marxis Ide-Ide dasar dan Sejarah
Perkembangannya, 2003, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
4. Turner, Bryan S., Religion and Social Theory, 1991, London, SAGE
Publication,Ltd.
5. www.sociology.org.uk
6. www.umsl.edu

11

Você também pode gostar