Você está na página 1de 21

PROPOSAL

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN

MASALAH SOAL CERITA MENURUT POLYA

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia,

sebab dengan pendidikan inilah manusia dapat hidup sesuai dengan tujuan dan

fungsinya sebagai manusia. Untuk itu perlu upaya yang sungguh-sungguh dari

berbagai pihak, keterlibatan semua pihak dalam pendidikan akan sangat berpengaruh

terhadap keberhasilan pendidikan. Dengan kata lain kegiatan pendidikan tidak dapat

dipisahkan dari kehidupan seseorang sejak ia dilahirkan hingga ia meninggal dunia,

karena pendidikan merupakan proses pembinaan dan pengembangan sumber daya

manusia yang akan berguna untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dalam pendidikan terdapat sasaran dan tujuan seperti tujuan nasional,

institusional, kurikuler, dan instruksional. Berkaitan dengan tujuan instruksional,

guru dan siswa merupakan komponen yang sangat penting yang menjadi penentu

bagi tercapainya suatu tujuan instruksional. Tujuan instruksional menjadi tolak ukur

keberhasilan proses belajar mengajar. Proses yang tidak mencapai keberhasilan

diduga disebabkan oleh banyak faktor. Mungkin cara belajar siswa yang belum tepat,

pemilihan metode dan pendekatan mengajar guru yang belum sesuai dengan situasi

siswa, kurangnya fasilitas penunjang, atau yang lainnya. Untuk mengetahui

sejauhmana tercapainya tujuan tadi diperlukan evaluasi.


Sejalan dengan pernyataan di atas, Nana Sudjana (1995: 28) menyatakan

bahwa “Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin

dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja memecahkan masalah, metode, materi

dan lain-lain”.

Matematika merupakan salah satu bagian yang penting dalam bidang ilmu

pengetahuan. Apabila dilihat dari sudut pengklasifikasian bidang ilmu pengetahuan,

pelajaran matematika termasuk ke dalam kelompok ilmu-ilmu eksakta, yang lebih

banyak memerlukan pemahaman daripada hapalan. Untuk dapat memahami suatu

pokok bahasan dalam matematika, siswa harus mampu menguasai konsep-konsep

matematika dan keterkaitannya serta mampu menerapkan konsep-konsep tersebut

untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Banyak orang yang menyatakan bahwa matematika adalah pelajaran yang

sukar. Berkenaan dengan itu Ruseffendi (1991: 157) menyatakan bahwa “Terdapat

banyak anak-anak yang setelah belajar matematika, bagian yang sederhanapun

banyak yang tidak dipahaminya, banyak konsep yang dipahami secara keliru”.

Matematika dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet, dan banyak memperdayakan.

Hal ini membuktikan bahwa banyak anak yang mengalami kesulitan dalam belajar

matematika, karena kebanyakan dari mereka bukan memahami konsepnya melainkan

hanya menghapalnya. Penguasaan siswa terhadap pelajaran matematika sangat

rendah, terbukti dengan hasil pada setiap Ebtanas yang menunjukan bahwa nilai

matematika selalu dibawah rata-rata. Rendahnya penguasaan siswa dalam

matematika, mengakibatkan timbulnya kesulitan dalam memahami dan mempelajari


pelajaran matematika sehingga siswa menjadi kurang berminat dalam

mempelajarinya. Temuan dari tes diagnostik yang dilakukan Suryanto dan Somerset

(Zulkardi, 2001: 1) menunjukkan bahwa terdapat 16 SLTP dari beberapa propinsi di

Indonesia, dimana hasil tes mata pelajaran matematika sangat rendah terutama pada

penyelesaian soal bentuk cerita.

Berdasarkan pengamatan penulis ketika menjalani program pengalaman

lapangan (PPL), bahwa masalah yang terjadi pada siswa saat menyelesaikan soal

matematika diantaranya adalah menerapkan konsep-konsep matematika dan

keterkaitan antara konsep yang satu dengan yang lainnya. Hal ini tercermin dalam

ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika bentuk cerita yang

diberikan oleh guru. Ketika siswa diberikan soal-soal latihan, Berdasarkan penelitian

sebelumnya, sebagian kecil yaitu 25% siswa yang dapat mengerjakan soal tersebut

dengan baik sedangkan yang lainnya tidak tahu apa yang harus dilakukan, karena

siswa tidak memahami soal yang ditanyakan. Selain itu kebanyakan siswa bekerja

kurang sistematis dan kurang memperhatikan langkah-langkah penyelesaiannya.

Mereka hanya mementingkan hasil akhir jawaban, sehingga banyak langkah-langkah

yang tidak ditempuh padahal merupakan langkah yang menentukan hasil akhir

jawaban.

Untuk menyelesaikan masalah dalam matematika, diperlukan langkah-

langkah yang sistematis agar proses penyelesaiannya mudah dan terarah. Pemecahan

masalah merupakan suatu cara belajar yang dianggap efisien dalam usaha untuk

mencapai tujuan pengajaran, salah satunya dengan heuristik pemecahan masalah

menurut Polya. Berdasarkan pendapat Ruseffendi (1991), “Polya menyajikan teknik

pemecahan-pemecahan masalah yang tidak hanya menarik, tetapi juga dimaksudkan


untuk meyakinkan konsep-konsep yang dipelajari selama belajar matematika.

Teknik/strateginya disebut Heuristik (memberi kesempatan menemukan), merupakan

strategi yang membantu dalam menyelesaikan soal-soal matematika”.

Dengan melihat pengalaman dan kenyataan adanya fenomena tersebut,

tampak menarik apabila diteliti secara khusus mengenai kesulitan siswa terhadap

mata pelajaran matematika. Pada kesempatan ini penulis akan membahas tentang hal

tersebut melalui judul: “ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM

MEMECAHKAN MASALAH SOAL CERITA MENURUT POLYA”. Di kelas

II SMU Muhammadiyah 3 Ciparay Kabupaten Bandung.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan memberikan gambaran yang lebih jelas

mengenai masalah yang diteliti, serta berdasarkan latar belakang masalah yang telah

dikemukakan, rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi:

1. Bagaimana kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa SMU kelas II

dalam memecahkan masalah pada soal cerita menurut Polya?

2. Kesalahan bagian mana yang paling banyak dialami siswa SMU kelas

II dalam memecahkan masalah pada soal cerita menurut Polya?

3. Bagaimana cara mengatasi dan mencegah kesulitan yang dihadapi

siswa SMU kelas II dalam memecahkan masalah pada soal cerita menurut

Polya?

Untuk lebih memfokuskan letak kesulitan yang dihadapi siswa, juga karena

keterbatasan waktu, dana, dan kemampuan penulis, masalah dibatasi pada pokok

bahasan Program Linear.


C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui letak terjadinya kesulitan yang dilakukan siswa SMU kelas II

dalam memecahkan masalah soal cerita pada pokok bahasan Program Linear,

sehingga menghasilkan suatu alternatif penyelesaian yang baik dan tepat.

D. Kerangka Pemikiran

Abin Syamsudin Maknum (2002: 307) mengatakan bahwa “Seorang siswa

diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan menunjukan

kegagalan”. Sejalan dengan itu Burton (Abin Syamsudin Makmun, 2002: 307)

mengungkapkan bahwa kegagalan belajar didefinisikan sebagai berikut:

a. Siswa dikatakan gagal apabila dalam waktu tertentu yang


bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat
penguasaan minimal dalam pelajaran tertentu, seperti yang telah ditetapkan
oleh guru.
b. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat
mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya (berdasarkan ukuran
tingkat kemampuan, intelegensia, bakat). Ia diramalkan akan dapat
mengerjakannya atau mencapai suatu prestasi, namun ternyata tidak sesuai
dengan kemampuannya.
c. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat
mewujudkan tugas-tugas perkembangan termasuk penyesuaian sosial sesuai
dengan pola organismiknya, pada fase perkembangan tertentu seperti yang
berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan.
d. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak
berhasil mencapai tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai prasyarat bagi
kelanjutan pada tingkat pelajaran selanjutnya.

Dalam menyelesaikan soal yang dihadapinya siswa akan terlibat dalam suatu

proses berpikir yang mengharuskan siswa untuk menghubungkan konsep-konsep dan

aturan yang telah diketahui sebelumnya. Hal ini sejalan dengan definisi pemecahan
masalah yang dikemukakan Gagne (Fannyta, 1999: 7) bahwa “Suatu proses berpikir

manusia dalam menghubungkan konsep-konsep atau aturan-aturan untuk

menghasilkan aturan yang lebih komplek”. Pendapat lainnya dikemukakan oleh

Hudoyo (Fannyta, 1999: 4) mengatakan bahwa “Dalam menyelesaikan masalah siswa

perlu dilatih berpikir untuk mendapatkan langkah-langkah penyelesaian secara

terurut, sistematis, dan penarikan kesimpulan yang sah (valid) berdasarkan kaidah-

kaidah yang telah ditetapkan”.

Untuk menyelesaikan masalah dalam matematika, Polya (Ruseffendi, 1991:

177) menganjurkan langkah-langkah pemecahan masalah yaitu, memahami

persoalan, membuat rencana penyelesaian, menjalankan rencana yang telah dibuat,

melihat kembali apa yang telah dilakukan. Dengan mengikuti langkah-langkah tadi

siswa akan terbiasa untuk mengerjakan soal secara sistematis. Pada akhirnya siswa

tidak akan merasa takut, bahkan sebaliknya akan merasa mudah untuk menyelesaikan

berbagai jenis soal.

Pada dasarnya setiap kesulitan belajar selalu berlatar belakang pada

komponen-komponen yang berpengaruh pada proses belajar mengajar itu sendiri.

Burton (Sapuro, 1997: 8) mengelompokkan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar

ke dalam dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

adalah faktor yang terdapat pada diri siswa itu sendiri, yang meliputi kelemahan

jasmaniah, kelemahan mental, kelemahan yang disebabkan karena kebiasaan dan sifat

yang salah, serta kurangnya keterampilan dan pengetahuan dasar siswa. Sedangkan
faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar diri siswa, antara lain situasi

belajar, sikap dan cara mengajar guru, situasi keluarga dan lingkungan sekolah.

Karena itu guru sangatlah diperlukan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa,

namun guru tidak dapat mengambil keputusan dalam membantu siswanya yang

mengalami kesulitan belajar jika guru tidak tahu dimana letak kesulitannya. Oleh

karena itu seorang guru perlu mengenal karakteristik siswa yang mengalami kesulitan

dalam belajar matematika. Menurut Inda (Ari Sabilulungan, 2001: 13) mengatakan

bahwa “Kesulitan yang dialami siswa dalam mempelajari matematika

diklasifikasikan ke dalam tiga jenis kesulitan yaitu kesulitan dalam memahami

konsep, kesulitan dalam menerapkan konsep, dan kesulitan dalam menyelesaikan

konsep”.

Sebelum menentukan alternatif pengajaran yang tepat, seorang guru haruslah

mendiagnosis dahulu kesulitan belajar matematika. Diagnosis itu terbagi dua macam,

yaitu diagnosis individual dan diagnosis kelompok. Dalam diagnosis individual setiap

individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda sehingga masalah yang dihadapi

pun akan lebih bervariatif. Karenanya membutuhkan alat diagnotik yang cukup

banyak dan lebih intensif untuk setiap individu. Sedangkan diagnosis kelompok

menurut E. T. Ruseffendi (1991: 469-471) memberikan langkah-langkah

pendiagnosisan kelompok dalam suatu kelas yaitu:

1. Melihat tahap perkembangan mental siswa.


2. Meneliti TPK yang belum tercapai.
3. Meneliti prasyarat yang belum tercapai.
4. Membuat soal-soal diagnostik.
5. Melaksanakan tes diagnosis dan mengolah hasilnya.
Langkah yang diambil dalam penelitian ini adalah dengan memberikan tes

diagnostik untuk mengetahui letak kesulitan belajarnya. Karena dengan memberikan

tes diagnostik maka penulis akan mengetahui bagian mana yang belum dipahami oleh

siswa dan dapat mengungkapkan kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siswa.

E. Langkah-langkah Penelitian

4. Sumber Data

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di lingkungan SMU Muhammadiyah 3 Ciparay

Kabupaten Bandung. Lokasi ini dipilih karena berdasarkan hasil observasi

awal dan di sinilah penulis menemukan permasalahan, ternyata banyak

siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah soal cerita

khususnya pada bidang studi matematika.

b. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SMU

Muhammadiyah 3 Ciparay yang terdiri dari tiga kelas (2.1, 2.2, 2.3).

Subjek penelitiannya diambil satu kelas yaitu kelas 2.1 dari tiga kelas

yang ada dengan cara sampling purposif atau sampling pertimbangan.

Menurut Suharsimi (1997: 127) menyatakan bahwa “Sampel bertujuan

atau sampel purposif dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan

didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya

tujuan tertentu”. Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa

pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan waktu, tenaga, dan dana


sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan jauh.

Pengambilan kelas yang dijadikan subjek penelitian dilakukan

berdasarkan hasil observasi peneliti dan atas pertimbangan sebagai

berikut:

1. Kelas 2.1 mempunyai waktu efektif belajar yang lebih banyak

dibandingkan dua kelas lainnya yang kebetulan ada jadwal pelajaran

matematika hari Sabtu, pada semester II banyak digunakan untuk

persiapan UAN kelas III, sehingga waktu efektif belajar kelas 2.2 dan

2.3 jadi berkurang. Prestasi siswa dalam bidang studi matematika

cukup baik.

2. Suasana belajar di kelas 2.1 cukup kondusif, hal ini terlihat dari sikap

siswa kelas 2.1 yang mempunyai kedisiplinan dalam belajar dan

respons terhadap pelajaran yang lebih baik dibandingkan kelas 2.2

dan 2.3.

Dari pertimbangan di atas, kelas 2.1 yang terdiri dari 40 orang siswa

sangat cocok untuk dipakai penelitian. Hal ini pun sesuai dengan saran

guru-guru dan kepala sekolah SMU yang bersangkutan.

5. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif, yaitu dengan cara menafsirkan data yang ada dengan tujuan untuk

mendapatkan informasi tentang kesulitan yang dihadapi siswa dalam

memecahkan masalah soal cerita pada pokok bahasan Program Linear

menurut heuristik Polya.


Penelitian bersifat kualitatif yaitu dengan menggambarkan makna data atau

fenomena yang diperoleh peneliti dengan menunjukkan bukti-bukti, dalam

hal ini bukti didapat dari hasil tes tertulis dan wawancara (terlampir).
6. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini, yaitu berupa:

a. Obervasi

Observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan

pengamatan terhadap objek baik secara langsung maupun tidak langsung

(Mohammad Ali, 1993: 72). Observasi ini digunakan untuk mengetahui

kondisi objektif SMU Muhammadiyah 3 Ciparay.

b. Wawancara

Menurut Mohammad Ali (1992: 64), “wawancara merupakan salah satu

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya

jawab baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data.”

Wawancara dimaksudkan untuk mengetahui lebih jauh mengenai letak

kesulitan dan faktor penyebab kesulitan yang dihadapi siswa serta untuk

melengkapi data yang tidak terungkap melalui tes tertulis. Dengan

demikian wawancara secara langsung dilakukan penulis kepada siswa

kelas 2-1 SMU Muhammadiyah 3 Ciparay. Sedangkan wawancara secara

tidak langsung dilakukan penulis melalui guru bidang studi matematika.

c. Tes Tertulis

Tes tertulis digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

mengorganisasi pengetahuannya ketika memecahkan masalah. Tes tertulis

dalam penelitian ini berfungsi sebagai tes diagnostik, menurut Mardiati

(Henny, 1999: 6) menyatakan bahwa “Diagnostik adalah suatu


pengetahuan untuk mengenali sesuatu (masalah) dengan mencari sebab-

sebab dan gejala-gejala karakteristik dari masalah tersebut".

Bentuk tes dalam penelitian ini adalah bentuk essay atau uraian sebanyak

8 soal yang dilaksanakan sebanyak dua kali masing-masing terdiri dari 4

soal untuk pre test dan 4 soal untuk post test. Sebelum diujikan pada

siswa tes tersebut diuji validitasnya, dalam hal ini yang diuji adalah

validitas isi atau content. Menurut Ruseffendi (Lia, 2001: 31) menyatakan

bahwa “Validitas isi ditentukan oleh pakar yang berpengalaman dan tidak

ada rumus atau hitungan yang dapat digunakan untuk

menginterprestasikan validitas isi suatu test”. Validitas isi dilakukan

dengan mengundang pertimbangan (Judgement) dari pakar yang

berpengalaman, dalam penelitian ini dilakukan konsultasi dengan

pembimbing/dosen yang berkompeten dalam bidang matematika dan guru

di lapangan. Judgement (terlampir)

7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data diperoleh dari hasil tes, selanjutnya diolah atau dianalisis.

Langklah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data adalah sebagai

berikut:

a. Melakukan analisis terhadap penyelesaian soal-soal hasil tes.

Analisis atau pengolahan terhadap penyelesaian soal dari hasil tes

dimaksudkan untuk menentukan apakah siswa termasuk kategori yang

mengalami kesulitan atau tidak pada setiap tahap pemecahan masalah


menurut Polya (tahap tertentu). Kriteria pengelompokkan siswa menjadi

kelompok yang mengalami kesulitan atau tidak mengalami kesulitan pada

tahap tertentu adalah batas kelulusan dari tiap tahap yang dinyatakan

sebagai batas minimum. Batas kelulusan yang digunakan adalah batas

lulus ideal dengan menggunakan rumus:

X minimum = X ideal + 0,25 . SD ideal

X ideal = nilai rata-rata ideal

= ½ Skor maksimum

SDideal = simpangan baku ideal (Standar Deviasi)

= 1/3 X ideal (Musiri, 2000: 44)

Siswa dianggap megalami kesulitan pada tahap tertentu jika pada tahap

itu siswa memperoleh nilai kurang dari X mnimun atau tidak memberikan

jawaban dan siswa dianggap tidak mengalami kesulitan jika siswa

memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan X . Dalam penelitian


minimum

ini skor maksimum tiap tahap bervariasi untuk tiap tahap pokok uji. Di

bawah ini dicantumkan nilai skor maksimum dan batas lulus untuk tiap

tahap pada tabel berikut:


Tabel 1.1.
BATAS LULUS

No. Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV


Pokok Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai
Uji Maks BL Maks BL Maks BL Maks BL
1 25 13,5 25 13,5 40 21,7 10 5,4

2 25 13,5 25 13,5 40 21,7 10 5,4

3 25 13,5 25 13,5 40 21,7 10 5,4

4 25 13,5 25 13,5 40 21,7 10 5,4


(Lia, 2001: 34)
Tabel 1.2.
SKOR KEMAMPUAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

Aspek yang dinilai Reaksi terhadap soal atau masalah Sko


r
Tidak memahami soal/tidak ada jawaban 0
Tidak mengindahkan syarat-syarat soal/cara 10
Pemahaman masalah/soal
interpretasi soal kurang tepat
Memahami soal dengan baik 25
Tidak ada rencana strategi penyelesaian 0
Strategi yang dijalankan kurang relevan 10
Menggunakan satu strategi tertentu tetapi tidak 15
Perencanaan strategi dapat dilanjutkan/salah langkah
penyelesaian soal Menggunakan satu strategi tertentu tetapi 20
mengarah pada jawaban yang salah
Menggunakan beberapa strategi yang benar dan 25
mengarah pada jawaban yang benar pula
Tidak ada penyelesaian sama sekali 0
Ada penyelesaian, tetapi prosedur tidak jelas 10
Menggunakan satu prosedur tertentu yang 20
Pelaksanaan rencana mengarah kepada jawaban yang benar
strategi penyelesaian Menggunakan satu prosedur tertentu yang benar 30
tetapi salah dalam menghitung
Menggunakan prosedur tertentu yang benar dan 40
hasil benar
Pengecekan jawaban Tidak diadakan pengecekan jawaban 0
Pengecekan hanya pada jawaban (perhitungan) 5
Pengecekan hanya pada prosesnya 5
Pengecekan terhadap proses dan jawaban 10
b. Menghitung Persentase Siswa yang Mengalami Kesulitan

Untuk menghitung persentase siswa yang mengalami kesulitan setiap

tahap dari soal yang diberikan, digunakan rumus sebagai berikut:

Ti
Pi = x100 % (Musiri, 2000: 45)
N
i = 1,2,3,4

Keterangan:
Pi = persentase siswa yang mengalami kesulitan pada tahap ke-i
Ti = jumlah siswa yang mengalami kesulitan pada tahap ke-i
N = jumlah total siswa

c. Menafsirkan Data

Untuk memudahkan menafsirkan data tentang kesulitan yang dihadapi

siswa dalam menyelesaikan soal-soal pada pokok bahasan Program

Linear yang diperoleh setelah menghitung prosentase, dilakukan

penetapan klasifikasi penafsiran data. Dalam penelitian ini akan

digunakan pedoman penafsiran data dari Kuntjaraningrat sebagai berikut:

Tabel 1.3.
PEDOMAN PENAFSIRAN DATA

Persentase Kriteria
0% Tidak ada kesulitan
1 % - 25 % Sebagian kecil mengalami kesulitan
26 % - 49 Hampir setengahnya mengalami kesulitan
%
50 % Setengahnya mengalami kesulitan
51 % - 75 Sebagian besar mengalami kesulitan
%
76 % - 99 Pada umumnya mengalami kesulitan
%
100 % Seluruhnya mengalami kesulitan

Koentjaraningrat (Musiri, 2000: 45)

d. Menyimpulkan Data

Dalam menyimpulkan data, kesimpulan diambil berdasarkan hasil

penafsiran data, kemudian kesimpulan yang diperoleh diklasifikasikan

kedalam tahapan menurut Polya yang dibagi menjadi empat bagian,

masing-masing memberi informasi sebagai berikut:

1. Kesimpulan pada tahap pemahaman soal.

2. Kesimpulan pada tahap pemikiran suatu rencana.

3. Kesimpulan pada tahap pelaksanaan rencana.

4. Kesimpulan pada tahap peninjauan kembali.

Dari uraian di atas, teknik pengolahan dan analisis data dapat digambarkan

sebagai berikut:

Gambar 1.1.
SISTEMATIKA PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

Tes Pokok Uji Program Linear

Kesulitan Siswa dalam Memecahkan Masalah Soal Cerita


Pada Pokok Bahasan Program Linear

Kesulitan pada Kesulitan pada Kesulitan pada Kesulitan pada


Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV

Temuan I Temuan II Temuan III Temuan IV


KESIMPULAN
Berdasarkan bagan di atas, kegiatan penelitian ini secara garis besar dapat

dijelaskan sebagai berikut:

- Untuk menjawab permasalahan penelitian, diperlukan

tes pokok uji Program Linear dengan menggunakan instrumen penelitian, dalam

hal ini tes tertulis yang sudah teruji validitasnya, dalam hal ini validitas

isi/content.

- Dari hasil tes pokok uji Program Linear, kita dapat

mengetahui letak kesulitan siswa dalam memecahkan masalah soal cerita pada

pokok bahasan Program Linear.

- Setelah mengetahui letak kesulitan, kita harus

mengklasifikasikan kesulitan tersebut berdasarkan heuristik Polya yang

diharapkan akan menghasilkan temuan-temuan sesuai dengan permasalahan yang

diajukan.

- Temuan/hasil penelitian tersebut dijadikan dasar dalam

pengambilan kesimpulan yang diperkuat dengan hasil dari wawancara.


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ......................................... 4

C. Tujuan Penelitian ............................................................. 5

D. Kerangka Pemikiran .......................................................... 5

E. Langkah-langkah Penelitian .............................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kesulitan Belajar Matematika ............. 17

1. Pengertian Belajar .................................. 17

2. Kesulitan Belajar .................................... 19

B. Diagnosis Kesulitan Belajar .................................. 21

C. Pemecahan Masalah Menurut Polya ..................... 25

1. Pengertian Masalah dalam Pelajaran Matematika ............. 25

2. Pemecahan Masalah Menurut G. Polya ............................. 26


BAB III DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

A......................................Kondisi Objektif Lokasi Penelitian

.............................................................................................35

B.........................................Hasil Penelitian dan Pembahasan

.............................................................................................37

1...............................................................Hasil Penelitian

.......................................................................................37

2....................................................................Pembahasan

.......................................................................................55

a. Kesulitan Setiap Tahap Pemecahan Masalah

Menurut Heuristik Polya ................................................................................

55

b. Upaya untuk Mengatasi dan Mencegah Kesulitan . . . 58

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A..........................................................................Kesimpulan

.............................................................................................61

B.....................................................................................Saran

.............................................................................................63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN

MASALAH SOAL CERITA MENURUT POLYA

(Penelitian Deskriptif di SMU Muhammadiyah 3 Ciparay Kelas II Semester II


Pada Materi Soal Cerita Pokok Bahasan Program Linear)

Oleh:
RICCA CAMBERA NUR ROSITA
99419489

BANDUNG
2004 M/1425 H
ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN

MASALAH SOAL CERITA MENURUT POLYA

Oleh:

Ricca Cambera Nur Rosita


NIM: 99419489

Menyetujui:

Pembimbing I Tanda tangan

Dra. Hj. Nunung Sobarningsih


NIP. 150 218 918

Pembimbing II Tanda tangan

Dra. Wati Susilawati


NIP. 150 262 389

Mengetahui:
Ketua Jurusan Tadris

Drs. H. Adang Hambali, M.Pd.


NIP. 150 232 911

Você também pode gostar