Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pada waktu itu, sebagian besar penduduk Eropa utara dan tengah
masih belum mendengar tentang Kabar Gembira. St. Bonifasius memutuskan
untuk menjadi seorang misionaris bagi mereka. Setelah satu perjuangan
singkat, ia mohon persetujuan resmi dari Paus St. Gregorius II. Bapa Suci
menugaskannya untuk mewartakan Injil kepada orang-orang Jerman. (Juga
pada waktu itu St. Bonifasius mengubah namanya dari Winfrid menjadi
Bonifasius). St. Bonifasius menjelajah Jerman melalui pegunungan Alpen
hingga ke Bavaria dan kemudian ke Hesse dan Thuringia. Pada tahun 722,
paus mentahbiskan St. Bonifasius sebagai uskup dengan wewenang meliputi
seluruh Jerman. Ia tahu bahwa tantangannya yang terbesar adalah
melenyapkan takhayul kafir yang menghambat diterimanya Injil dan
bertobatnya penduduk. Dikenal sebagai “Rasul Jerman”, St. Bonifasius terus
mewartakan Injil hingga ia wafat sebagai martir pada tahun 754. Marilah kita
memulai cerita kita tentang Pohon Natal.
dan berbadai ganas ini ke dalam pelukan tanah airku yang aman dan
damai! Tetapi, kita punya tugas yang harus kita lakukan sebelum kita
berpesta malam ini. Sebab sekarang inilah Malam Natal, dan orang-orang
kafir di hutan ini sedang berkumpul dekat pohon Oak Geismar untuk memuja
dewa mereka, Thor; hal-hal serta perbuatan-perbuatan aneh akan terjadi di
sana, yang menjadikan jiwa mereka hitam. Tetapi, kita diutus untuk
menerangi kegelapan mereka; kita akan mengajarkan kepada saudara-
saudara kita itu untuk merayakan Natal bersama kita karena mereka belum
mengenalnya. Ayo, maju terus, dalam nama Tuhan!”
Di depan pohon oak itu ada api unggun yang sangat besar. Percikan-
percikan apinya menari-nari di udara. Warga desa mengelilingi api unggun
menghadap ke pohon keramat. St. Bonifasius menyela pertemuan mereka,
“Salam, wahai putera-putera hutan! Seorang asing mohon kehangatan api
unggunmu di malam yang dingin.” Sementara St. Bonifasius dan para
pengikutnya mendekati api unggun, mata orang-orang desa menatap orang-
orang asing ini. St. Bonifasius melanjutkan, “Aku saudaramu, saudara
bangsa German, berasal dari Wessex, di seberang laut. Aku datang untuk
menyampaikan salam dari negeriku, dan menyampaikan pesan dari Bapa-
Semua, yang aku layani.”
Hunrad menggiring anak itu ke sebuah altar batu yang besar antara
pohon oak dan api unggun. Ia mengenakan penutup mata pada anak itu dan
menyuruhnya berlutut dan meletakkan kepalanya di atas altar batu. Orang-
orang bergerak mendekat, dan St. Bonifasius menempatkan dirinya dekat
sang pendeta. Hunrad kemudian mengangkat tinggi-tinggi palu dewa Thor
keramat miliknya yang terbuat dari batu hitam, siap meremukkan batok
kepala Asulf yang kecil dengannya. Sementara palu dihujamkan, St.
Bonifasius menangkis palu itu dengan tongkat uskupnya sehingga palu
terlepas dari tangan Hunrad dan patah menjadi dua saat menghantam altar
batu. Suara decak kagum dan sukacita membahana di udara. Thekla lari
menjemput puteranya yang telah diselamatkan dari kurban berdarah itu lalu
memeluknya erat-erat.
Baldur yang Menawan, lebih agung dari Odin yang Bijaksana, lebih
berbelas kasihan dari Freya yang Baik. Sebab Ia datang, kurban disudahi.
Thor, si Gelap, yang kepadanya kalian berseru dengan sia-sia, sudah mati.
Jauh dalam bayang-bayang Niffelheim ia telah hilang untuk selama-lamanya.
Dan sekarang, pada malam Kristus ini, kalian akan memulai hidup baru.
Pohon darah ini tidak akan menghantui tanah kalian lagi. Dalam nama
Tuhan, aku akan memusnahkannya.” St. Bonifasius kemudian mengeluarkan
kapaknya yang lebar dan mulai menebas pohon. Tiba-tiba terasa suatu
hembusan angin yang dahsyat dan pohon itu tumbang dengan akar-akarnya
tercabut dari tanah dan terbelah menjadi empat bagian.
During this time there are many people shopping for gifts, there are
many radio announcements, TV commercials, and in every part of the
world everyone is talking that my birthday is getting closer and
closer. It is really very nice to know, that at least once a year,
some people think of me. As you know, the celebration of my birthday
began many years ago. At first people seemed to understand and be
thankful of all that I did for them, but in these times, no one seems
to know the reason for the celebration. Family and friends get
together and have a lot of fun, but they don't know the meaning of
the celebration. I remember that last year there was a great feast in
my honor. The dinner table was full of delicious foods, pastries,
fruits, assorted nuts and chocolates. The decorations were exquisite
and there were many, many beautifully wrapped gifts.
To top it all, this big fat man all dressed in red wearing a long
white beard entered the room yelling Ho-Ho-Ho! He seemed drunk. He
sat on the sofa and all the children ran to him, saying: "Santa
Claus, Santa Claus"as if the party were in his honor!
Suddenly they all began to share gifts. They opened them one by one
with great expectation. When all had been opened, I looked to see if,
maybe, there was one for me. What would you feel if on your birthday
everybody shared gifts and you did not get one?
I then understood that I was unwanted at that party and quietly left.
Every year it gets worse. People only remember the gifts, the
parties, to eat and drink, and nobody remembers me. I would like this
Christmas that you allow me to enter into your life. I would like
that you recognize the fact that almost two thousand years ago I came
to this world to give my life for you, on the cross, to save you.
Today, I only want that you believe this with all your heart. I want
to share something with you. As many didn't invite me to their party,
I will have my own celebration, a grandiose party that no one has
ever imagined, a spectacular party. I'm still making the final
arrangements..
Jesus
MERRY
CHRISTM
AST 2010
&
HAPPY
NEW
YEAR
2011