Você está na página 1de 1

ANALISA SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG (SEMA) NO 2 TAHUN 1959

Surat edaran Mahkamah Agung no 2 tahun 1959 turun karena adanya salah kaprah
dalam memberikan surat kuasa, karena tidak terpenuhinya syarat-syarat
Suatu contoh dalam SEMA telah disebutkan Berdasarkan Pasal 7 ayat Undang-
undang No. 20 tahun 1947 (untuk daerah Jawa dan Madura), Pasal 199 ayat 1
Rechstraglement Buitengewesten (untuk daerah luar Jawa dan Madura) dan Pasal 7
Undang-undang Darurat 1951 No. 1 (untuk seluruh Indonesia) permohonan banding
dapat diajukan oleh pihak-pihak yang berperkara dalam perkara perdata, oleh terdakwa
dalam perkara pidana atau oleh seorang wakil yang dengan sengaja, jadi secara khusus,
diberi kuasa untuk memajukan permohonan tersebut; begitu pun mengenai permohonan
kasasi, Pasal-pasal 113 ayat 1 dan 122 ayat 1 Undang-undang Mahkamah Agung
Indonesia akan tetapi adakalanya pembuatan surat kuasa itu bersifat umum, yakni
dengan banyak menggunakan kata-kata yang kurang lebih berbunyi sebagai berikut:
"Memberi kuasa kepada X untuk mewakili A menghadap, di semua sidang-sidang
pengadilan, menggunakan perlawanan, memajukan permohonan banding dan
permohonan kasasi dan sebagainya". Ini tidak diperkenankan.
Dan tentang surat kuasa Pasal 123 ayat (1) HIR tidak merinci lebih lanjut
bagaimana surat kuasa khusus harus dibuat. Pasal tersebut hanya mensyaratkan bahwa
kuasa khusus harus dibuat secara tertulis (In writing). Hal ini berarti, dengan mengatakan
dalam surat tersebut untuk “memberikan kuasa untuk menghadap di semua pengadilan”
adalah sudah cukup sebagai surat kuasa khusus. Namun, untuk dapat benar-benar
membedakannya dengan surat kuasa umum, maka sistem peradilan di Indonesia telah
memperbaikinya dengan beberapa Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA). Menurut
SEMA ini, surat kuasa khusus yang memenuhi syarat pasal 123 HIR adalah apabila surat
tersebut: menyebutkan kopetensi relatif PN yang mengadili perkara, menyebutkan para
pihak yang berperkara, dan menyebutkan obyek perkara secara ringkas dan kongkret.
Syarat ini bersifat kumulatif, sehingga satu saja tidak terpenuhi maka surat kuasanya
cacat formil dan gugatannya tidak sah.

Você também pode gostar