Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ASAM ABSISAT
Disusun Oleh:
ZEN HABIBI (
RATNA
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2010
Latar belakang
Saat ini dengan kondisi yang terus berjalan dan berkembang memungkinkan manusia untuk
berkreasi dan mencoba sesuatu yang baru, termasuk dengan memberikan kendali pada
tanaman. Salah satunya adalah dengan pemberian hormone ABA, dimana hormone ini akan
berperan sebagai ZPT dan mampu untuk mengendalikan perkembangan dan pertumbuhan sel.
Namun perlu diingat bahwa pertumbuhan tanaman tidak hanya tergantung dari keberadaan
A. Faktor Luar
1. Air dan Mineral berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar. Diferensiasi salah satu unsur
hara atau lebih akan menghambat atau menyebabkan pertumbuhan tak normal.
2. Kelembaban.
3. Suhu di antaranya mempengaruhi kerja enzim. Suhu ideal yang diperlukan untuk
pertumbuhan yang paling baik adalah suhu optimum, yang berbeda untuk tiap jenis
tumbuhan.
4. Cahaya mempengaruhi fotosintesis. Secara umum merupakan faktor penghambat.
Etiolasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat di tempat yang gelap
Fotoperiodisme adalah respon tumbuhan terhadap intensitas cahaya dan panjang
penyinaran.
B. Faktor Dalam
1. Faktor hereditas.
2. Hormon.
a. Auksin
adalah senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung meristem apikal
(ujung akar dan batang). F.W. Went (1928) pertama kali menemukan auksin pada
ujung koleoptil kecambah gandum Avena sativa.
- membantu perkecambahan
dilihat bahwa salah satu pertumbuhan tanaman dipengaruhi dengan keberdaan ABA. ABA atau
Asam absisat adalah seskuiterpenoid berkarbon 15, yang disintesis sebagian di kloroplas dan
plastid melalui lintasan asam mevalonat (Salisbury dan Ross 1995). Semua jaringan tanaman
terdapat hormon ABA yang dapat dipisahkan secara kromatografi Rf 0.9. Senyawa tersebut
dan absisi. Beberapa peneliti akhirnya menemukan senyawa yang sama yaitu asam absisat
kapas dan Rothwell serta Wain pada tahun 1964 pada tanaman lupin (Wattimena 1992).
Menurut Salisbury dan Ross (1995) zat pengatur tumbuhan yang diproduksi di dalam tanaman
disebut juga hormon tanaman. Hormon tanaman yang dianggap sebagai hormon stress
diproduksi dalam jumlah besar ketika tanaman mengalami berbagai keadaan rawan
diantaranya yaitu ABA. Keadaan rawan tersebut antara lain kurang air, tanah bergaram, dan
suhu dingin atau panas. ABA membantu tanaman mengatasi dari keadaan rawan tersebut.
Batasan masalah
Dikarenakan cakupan hormone ABA cukup luas, maka kami membatasi makalah ini dan akan
lebih terkonsentrasi serta membahas tentang biosintesa ABA serta pengangkutan ABA.
yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan atau fitohormon. Penggunaan istilah
“hormon” sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada
hewan, hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli
berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon
endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian
zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon eksogen, diberikan dari luar
sistem individu). Mereka lebih suka menggunakan istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai
hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai
ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses
jenisnya.
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian
dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh yang sama dengan
fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup
kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu
musiman).
Sejauh ini dikenal sejumlah golongan zat yang dianggap sebagai fitohormon
Salisbury dan Ross (1995) menambahkan hormon yang pertama kali ditemukan adalah auksin.
Auksin endogen yaitu IAA (Indol Acetic Acid) ditemukan pada tahun 1930-an bahkan saat itu
hormon mula-mula dimurnikan dari air seni. Karena semakin banyak hormon ditemukan maka
efek serta konsentrasi endogennya dikaji. Hormon pada tanaman jelas mempunyai ciri : setiap
hormon mempengaruhi respon pada bagian tumbuhan, respon itu bergantung pada species,
bagian tumbuhan, fase perkembangan, konsentrasi hormon, interaksi antar hormon, yang
diketahui dan berbagai faktor lingkungan yaitu cahaya, suhu, kelembaban, dan lainnya.
Semua jaringan tanaman terdapat hormon ABA yang dapat dipisahkan secara kromatografi Rf
0.9. Senyawa tersebut merupakan inhibitor B –kompleks. Senyawa ini mempengaruhi proses
pertumbuhan, dormansi dan absisi. Beberapa peneliti akhirnya menemukan senyawa yang
sama yaitu asam absisat (ABA). Peneliti tersebut yaitu Addicott et al dari California USA pada
tahun 1967 pada tanaman kapas dan Rothwell serta Wain pada tahun 1964 pada tanaman lupin
(Wattimena 1992).
Menurut Salisbury dan Ross (1995) zat pengatur tumbuhan yang diproduksi di dalam tanaman
disebut juga hormon tanaman. Hormon tanaman yang dianggap sebagai hormon stress
diproduksi dalam jumlah besar ketika tanaman mengalami berbagai keadaan rawan
diantaranya yaitu ABA. Keadaan rawan tersebut antara lain kurang air, tanah bergaram, dan
suhu dingin atau panas. ABA membantu tanaman mengatasi dari keadaan rawan tersebut.
melalui lintasan asam mevalonat (Salisbury dan Ross 1995). Reaksi awal sintesis ABA sama
dengan reaksi sintesis isoprenoid seperti gibberelin sterol dan karotenoid. Menurut Crellman
(1989) biosintesis ABA pada sebagian besar tumbuhan terjadi secara tak langsung melalui
peruraian karotenoid tertentu (40 karbon) yang ada di plastid. ABA pergerakannya dalam
tumbuhan sama dengan pergerakan gibberelin yaitu dapat diangkut secara mudah melalui
Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frist Went seorang mahasiswa PascaSarjana di negeri
Belanda pada tahun 1926 yang kini diketahui sebagai asam indol-3 asetat atau IAA (Salisbury
dan Ross 1995). Senyawa ini terdapat cukup banyak di ujung koleoptil tanaman oat ke arah
cahaya. Dua mekanisme sintesis IAA yaitu pelepasan gugus amino dan gugus karboksil akhir
dari rantai triphtofan. Enzim yang paling aktif diperlukan untuk mengubah tripthofan menjadi
IAA terdapat di jaringan muda seperti meristem tajuk, daun serta buah yang sedang tumbuh.
Semua jaringan ini kandungan IAA paling tinggi karena disintesis di daerah tersebut.
IAA terdapat di akar pada konsentrasi yang hampir sama dengan di bagian tumbuhan lainnya
(Salisbury dan Ross 1995). IAA dapat memacu pemanjangan akar pada konsentrasi yang
sangat rendah. IAA adalah auksin endogen atau auksin yang terdapat dalam tanaman. IAA
berperan dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu pembesaran sel yaitu
koleoptil atau batang penghambatan mata tunas samping, pada konsentrasi tinggi
menghambat pertumbuhan mata tunas untuk menjadi tunas absisi (pengguguran) daun
Namun, berbeda halnya dengan hormon ABA, ketika IAA sebagai mempercepat pemanjangan
ABA adalah seskuiterpenoid berkarbon 15, yang disintesis sebagian di kloroplas dan plastid
melalui lintasan asam mevalonat (Salisbury dan Ross 1995). Reaksi awal sintesis ABA sama
dengan reaksi sintesis isoprenoid seperti gibberelin sterol dan karotenoid. Menurut Crellman
(1989) biosintesis ABA pada sebagian besar tumbuhan terjadi secara tak langsung melalui
peruraian karotenoid tertentu (40 karbon) yang ada di plastid. ABA pergerakannya dalam
tumbuhan sama dengan pergerakan gibberelin yaitu dapat diangkut secara mudah melalui
Asam absisat adalah molekul sesquiterpenoid (memiliki 15 atom karbon) yang merupakan salah
satu hormon tumbuhan. Selain dihasilkan secara alami oleh oleh tanaman, hormon ini juga
dihasilkan oleh ganggang hijau dan cendawan. Hormon ini ditemukan pada tahun 1963 oleh
Frederick Addicott. Addicott berhasil mengisolasi senyawa abscisin I dan II dari tanaman kapas.
Senyawa abscisin II inilah yang disebut dengan asam absisat atau disingkat ABA Pada saat yang
bersamaan, dua kelompok peneliti yang dipimpin oleh Philip Wareing dan Van Steveninck juga
Abscisic Acid
Sumber : internet
Sejarah
Pada tahun 1963, ABA pertama kali di indentifikasi oleh frederick Addicot dan asosiasinya.
Mereka mempelajari tentang penambahan dan respon terhadap ABA pada buah (tepatnya
Kapuk). 2 senyawa itu diisolasikan dan diberi nama abscisin 1 dan 2. Namn yang menjadi
Absisat adalah dari abcissin 2 oleh addicot 1963. 2 kelompok lain menemukan senyawa lainnya
dimana sebagai dormansi dan kelompok lainnya mempelajari ABA pada bunga. Dan mereka
“In 1963, abscisic acid was first identified and characterized by Frederick Addicott and his associates.
They were studying compounds responsible for the abscission of fruits (cotton). Two compounds
were isolated and called abscisin I and abscisin II. Abscisin II is presently called abscisic acid (ABA)
(Addicot, 1963). Two other groups at about the same time discovered the same compound. One
group headed by Philip Wareing was studying bud dormancy in woody plants. The other group led by
Van Steveninck was studying abscission of flowers and fruits from lupine. Plant physiologists agreed
to call the compound abscisic acid (Salisbury and Ross, 1992).
Selain itu ABA juga berbeda dengan senyawa lainnya seperti auksin dan giberalin atau sitokinin, ABA
1
Abscisic acid is a single compound unlike the auxins, gibberellins, and cytokinins. It was called "abscisin II" originally because it
was thought to play a major role in abscission of fruits. At about the same time another group was calling it "dormin" because they
thought it had a major role in bud dormancy. The name abscisic acid (ABA) was coined by a compromise between the two groups.
Though ABA generally is thought to play mostly inhibitory roles, it has many promoting functions as well(Arteca, 1996; Mauseth,
1991; Raven, 1992; Salisbury and Ross, 1992
Asam absisat berperang penting dalam memulai masa dormansi biji. Dalam keadaan dorman
atau "istirahat", tidak terjadi pertumbuhan tanaman dan aktivitas fisiologis berhenti sementara.
Proses dormansi biji ini penting untuk menjaga agar biji tidak berkecambah sebelum waktu
yang tidak dikehendaki. Hal ini terutama sangat dibutuhkan pada tumbuhan tahunan dan
tumbuhan dwitahunan yang membutuhkan biji sebagai cadangan makanan di musim dingin
Pada tanaman kapas yang tahan kadar garam tinggi ditemukan adanya peningkatan konsentrasi
Oleh karena itu, tumbuhan menghasilkan ABA untuk maturasi biji dan menjaga biji agar
berkecambah di musim yang diinginkan. ABA juga sangat penting untuk menghadapi kondisi
lingkungan yang "mencekam" seperti kekeringan. Hormon ini dapat menutup stomata pada
daun dengan menurunkan tekanan osmotik dalam sel dan menyebabkan sel turgor. Akibatnya,
2
The following are some of the phyysiological responses known to be associated with abscisic acid (Davies, 1995; Mauseth, 1991; Raven, 1992;
Salisbury and Ross, 1992).
Stimulates the closure of stomata (water stress brings about an increase in ABA synthesis).
Inhibits shoot growth but will not have as much affect on roots or may even promote growth of roots.
Induces gene transcription especially for proteinase inhibitors in response to wounding which may explain an apparent role in
pathogen defense.
ABA juga mencegah kehilangan air dari tanaman dengan membentuk lapisan epikutikula atau
lapisan lilin.[4] Selain itu, ABA juga dapat menstimulasi pengambilan air melalui akar. Selain
untuk menghadapi kekeringan, ABA juga berfungsi dalam menghadapi lingkungan dengan suhu
rendah dan kadar garam atau salinitas yang tinggi. Peningkatan konsentrasi ABA pada daun
dapat diinduksi oleh konsentrasi garam yang tinggi pada akar. Dalam menghadapi musim
dingin, ABA akan menghentikan pertumbuhan primer dan sekunder Hormon yang dihasilkan
pada tunas terminal ini akan memperlambat pertumbuhan dan memicu perkembangan
primordia daun menjadi sisik yang berfungsi melindungi tunas dorman selama musim dingin.
Biosintesis ABA dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
memanfaatkan karotenoid, suatu pigmen yang dihasilkan oleh kloroplas. Ada dua jalur
metabolisme yang dapat ditempuh untuk menghasilkan ABA, yaitu jalur asam mevalonat (MVA)
dan jalur metileritritol fosfat (MEP). Secara tidak langsung, ABA dihasilkan dari oksidasi senyawa
violaxanthonin menjadi xanthonin yang akan dikonversi menjadi ABA. Sedangkan pada
beberapa jenis cendawan patogenik, ABA dihasilkan secara langsung dari molekul isoprenoid
Pengangkutan hormon ABA dapat terjadi baik di xilem maupun floem dan arah pergerakkannya
bisa naik atau turun. Transportasi ABA dari floem menuju ke daun dapat distimulasi dengan
salinitas. Pada tanaman tertentu, terdapat perbedaan transportasi ABA dalam siklus hidupnya.
Daun muda memerlukan ABA dari xilem dan floem, sedangkan daun dewasa merupakan
The transport of ABA can occur in both xylem and phloem tissues. It can also be translocated through paranchyma cells. The
movement of abscisic acid in plants does not exhibit polarity like auxins. ABA is capable of moving both up and down the stem
(Walton and Li, 1995; Salisbury and Ross).