Você está na página 1de 12

Tugas Kelompok

ASAM ABSISAT

(BIOSINTESA DAN PENGANGKUTAN PADA TANAMAN


SERTA FUNGSI)

Disusun Oleh:

ANGGI ROMADHONI (0806113934)

ZEN HABIBI (

RATNA

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2010

ASAM ABSISAT Page 1


Asam absisat

Latar belakang

Saat ini dengan kondisi yang terus berjalan dan berkembang memungkinkan manusia untuk

berkreasi dan mencoba sesuatu yang baru, termasuk dengan memberikan kendali pada

tanaman. Salah satunya adalah dengan pemberian hormone ABA, dimana hormone ini akan

berperan sebagai ZPT dan mampu untuk mengendalikan perkembangan dan pertumbuhan sel.

Namun perlu diingat bahwa pertumbuhan tanaman tidak hanya tergantung dari keberadaan

hormone, secara umum pertumbuhan tanaman berkisar dikarenakan

A. Faktor Luar
1. Air dan Mineral berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar. Diferensiasi salah satu unsur
hara atau lebih akan menghambat atau menyebabkan pertumbuhan tak normal.
2. Kelembaban.
3. Suhu di antaranya mempengaruhi kerja enzim. Suhu ideal yang diperlukan untuk
pertumbuhan yang paling baik adalah suhu optimum, yang berbeda untuk tiap jenis
tumbuhan.
4. Cahaya mempengaruhi fotosintesis. Secara umum merupakan faktor penghambat.
Etiolasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat di tempat yang gelap
Fotoperiodisme adalah respon tumbuhan terhadap intensitas cahaya dan panjang
penyinaran.

B. Faktor Dalam
1. Faktor hereditas.
2. Hormon.
a. Auksin
adalah senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung meristem apikal
(ujung akar dan batang). F.W. Went (1928) pertama kali menemukan auksin pada
ujung koleoptil kecambah gandum Avena sativa.
- membantu perkecambahan

ASAM ABSISAT Page 2


- dominasi apical
b. Giberelin
Senyawa ini dihasilkan oleh jamur Giberella fujikuroi atau Fusarium moniliformae,
ditemukan oleh F. Kurusawa.
Fungsi giberelin :
- pemanjangan tumbuhan
- berperan dalam partenokarpi
c. Sitokinin
Pertama kali ditemukan pada tembakau. Hormon ini merangsang pembelahan sel.
d. Gas etilen
Banyak ditemukan pada buah yang sudah tua
e. Asam absisat
f. Florigen
g. Kalin
Hormon pertumbuhan organ, terdiri dari :
- Rhizokalin
- Kaulokali
- Filokalin
- Antokalin
h. Asam traumalin atau kambium luka
Merangsang pembelahan sel di daerah luka sebagai mekanisme untuk menutupi luka
 
Selanjutnya dari satatement yang kami dapatkan dari sebuah sumber diinternet, maka dapat

dilihat bahwa salah satu pertumbuhan tanaman dipengaruhi dengan keberdaan ABA. ABA atau

Asam absisat adalah seskuiterpenoid berkarbon 15, yang disintesis sebagian di kloroplas dan

plastid melalui lintasan asam mevalonat (Salisbury dan Ross 1995). Semua jaringan tanaman

terdapat hormon ABA yang dapat dipisahkan secara kromatografi Rf 0.9.   Senyawa tersebut

merupakan inhibitor B –kompleks.  Senyawa ini mempengaruhi proses pertumbuhan, dormansi

dan absisi.   Beberapa peneliti akhirnya menemukan senyawa yang sama yaitu asam absisat

ASAM ABSISAT Page 3


(ABA).   Peneliti tersebut yaitu Addicott et al dari California USA pada tahun 1967 pada tanaman

kapas dan Rothwell serta Wain pada tahun 1964 pada tanaman lupin (Wattimena 1992).

Menurut Salisbury dan Ross (1995) zat pengatur tumbuhan yang diproduksi di dalam tanaman 

disebut juga hormon tanaman.  Hormon tanaman yang dianggap sebagai hormon stress

diproduksi dalam jumlah besar ketika tanaman mengalami berbagai keadaan rawan

diantaranya yaitu ABA.  Keadaan rawan tersebut antara lain kurang air,  tanah bergaram, dan

suhu dingin atau panas.  ABA membantu tanaman mengatasi dari keadaan rawan tersebut.

Batasan masalah

Dikarenakan cakupan hormone ABA cukup luas, maka kami membatasi makalah ini dan akan

lebih terkonsentrasi serta membahas tentang biosintesa ABA serta pengangkutan ABA.

ASAM ABSISAT Page 4


Landasan theory

Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa golongan zat

yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan atau fitohormon. Penggunaan istilah

“hormon” sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada

hewan, hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli

berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon

endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian

zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon eksogen, diberikan dari luar

sistem individu). Mereka lebih suka menggunakan istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris

plant growth regulator).

Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai

prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi

hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai

ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses

adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup

jenisnya.

Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian

dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh yang sama dengan

fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup

pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman

terhadap lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan

kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu

ASAM ABSISAT Page 5


berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah

musiman).

Sejauh ini dikenal sejumlah golongan zat yang dianggap sebagai fitohormon  

Salisbury dan Ross (1995) menambahkan hormon yang pertama kali ditemukan adalah auksin.  

Auksin endogen yaitu IAA (Indol Acetic Acid) ditemukan  pada tahun 1930-an bahkan saat itu

hormon mula-mula dimurnikan dari air seni.  Karena semakin banyak hormon ditemukan maka

efek serta konsentrasi endogennya dikaji.  Hormon pada tanaman jelas mempunyai ciri : setiap

hormon mempengaruhi respon pada bagian tumbuhan, respon itu bergantung pada species,

bagian tumbuhan, fase perkembangan, konsentrasi hormon, interaksi antar hormon, yang

diketahui dan berbagai faktor lingkungan yaitu cahaya, suhu, kelembaban, dan lainnya.

Hormon ABA (Asam absisat)

Semua jaringan tanaman terdapat hormon ABA yang dapat dipisahkan secara kromatografi Rf

0.9.   Senyawa tersebut merupakan inhibitor B –kompleks.  Senyawa ini mempengaruhi proses

pertumbuhan, dormansi dan absisi.   Beberapa peneliti akhirnya menemukan senyawa yang

sama yaitu asam absisat (ABA).   Peneliti tersebut yaitu Addicott et al dari California USA pada

tahun 1967 pada tanaman kapas dan Rothwell serta Wain pada tahun 1964 pada tanaman lupin

(Wattimena 1992).

Menurut Salisbury dan Ross (1995) zat pengatur tumbuhan yang diproduksi di dalam tanaman 

disebut juga hormon tanaman.  Hormon tanaman yang dianggap sebagai hormon stress

diproduksi dalam jumlah besar ketika tanaman mengalami berbagai keadaan rawan

diantaranya yaitu ABA.  Keadaan rawan tersebut antara lain kurang air,  tanah bergaram, dan

suhu dingin atau panas.  ABA membantu tanaman mengatasi dari keadaan rawan tersebut.

ASAM ABSISAT Page 6


 ABA adalah seskuiterpenoid berkarbon 15, yang disintesis sebagian di kloroplas dan plastid

melalui lintasan asam mevalonat (Salisbury dan Ross 1995).   Reaksi awal sintesis ABA sama

dengan reaksi sintesis isoprenoid seperti gibberelin sterol dan karotenoid.   Menurut Crellman

(1989) biosintesis ABA pada sebagian besar tumbuhan terjadi secara  tak langsung melalui

peruraian karotenoid tertentu (40 karbon) yang ada di plastid.  ABA pergerakannya dalam

tumbuhan sama dengan pergerakan gibberelin yaitu dapat diangkut secara mudah melalui

xilem floem dan juga sel-sel parenkim di luar berkas pembuluh.    

Hormon IAA (asam indol- 3 asetat)

Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frist Went seorang mahasiswa PascaSarjana di negeri

Belanda pada tahun 1926 yang kini diketahui sebagai asam indol-3 asetat atau IAA (Salisbury

dan Ross  1995).   Senyawa ini terdapat cukup banyak di ujung koleoptil tanaman oat ke arah

cahaya.   Dua mekanisme sintesis IAA yaitu pelepasan gugus amino dan gugus karboksil akhir

dari rantai triphtofan.  Enzim yang paling aktif diperlukan untuk mengubah tripthofan menjadi

IAA terdapat di jaringan muda seperti meristem tajuk, daun serta buah yang sedang tumbuh. 

Semua jaringan ini kandungan IAA paling tinggi  karena disintesis di daerah tersebut.

IAA terdapat di akar pada konsentrasi yang hampir sama dengan di bagian tumbuhan lainnya

(Salisbury dan Ross  1995).   IAA dapat memacu pemanjangan akar pada konsentrasi yang

sangat rendah.  IAA  adalah auksin endogen atau auksin yang terdapat dalam tanaman.  IAA

berperan dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu pembesaran sel yaitu

koleoptil atau batang penghambatan mata tunas samping, pada konsentrasi tinggi

menghambat pertumbuhan mata tunas untuk menjadi tunas absisi (pengguguran) daun

ASAM ABSISAT Page 7


aktivitas dari kambium dirangsang oleh IAA pertumbuhan akar  pada konsentrasi tinggi dapat

menghambat perbesaran sel-sel akar.

Namun, berbeda halnya dengan hormon ABA, ketika IAA sebagai mempercepat pemanjangan

akar dan lainnya, ABA lebih sebagi inhibitor tanaman.

ABA adalah seskuiterpenoid berkarbon 15, yang disintesis sebagian di kloroplas dan plastid

melalui lintasan asam mevalonat (Salisbury dan Ross 1995).   Reaksi awal sintesis ABA sama

dengan reaksi sintesis isoprenoid seperti gibberelin sterol dan karotenoid.   Menurut Crellman

(1989) biosintesis ABA pada sebagian besar tumbuhan terjadi secara  tak langsung melalui

peruraian karotenoid tertentu (40 karbon) yang ada di plastid.  ABA pergerakannya dalam

tumbuhan sama dengan pergerakan gibberelin yaitu dapat diangkut secara mudah melalui

xilem floem dan juga sel-sel parenkim di luar berkas pembuluh. 

Asam absisat adalah molekul sesquiterpenoid (memiliki 15 atom karbon) yang merupakan salah

satu hormon tumbuhan. Selain dihasilkan secara alami oleh oleh tanaman, hormon ini juga

dihasilkan oleh ganggang hijau dan cendawan. Hormon ini ditemukan pada tahun 1963 oleh

Frederick Addicott. Addicott berhasil mengisolasi senyawa abscisin I dan II dari tanaman kapas.

Senyawa abscisin II inilah yang disebut dengan asam absisat atau disingkat ABA Pada saat yang

bersamaan, dua kelompok peneliti yang dipimpin oleh Philip Wareing dan Van Steveninck juga

meneliti tentang hormon tersebut.

ASAM ABSISAT Page 8


Pembahasan

Abscisic Acid

Sumber : internet

Sejarah

Pada tahun 1963, ABA pertama kali di indentifikasi oleh frederick Addicot dan asosiasinya.

Mereka mempelajari tentang penambahan dan respon terhadap ABA pada buah (tepatnya

Kapuk). 2 senyawa itu diisolasikan dan diberi nama abscisin 1 dan 2. Namn yang menjadi

Absisat adalah dari abcissin 2 oleh addicot 1963. 2 kelompok lain menemukan senyawa lainnya

dimana sebagai dormansi dan kelompok lainnya mempelajari ABA pada bunga. Dan mereka

setuju mamnggil senyawa itu sebagai Absisat.

“In 1963, abscisic acid was first identified and characterized by Frederick Addicott and his associates.
They were studying compounds responsible for the abscission of fruits (cotton). Two compounds
were isolated and called abscisin I and abscisin II. Abscisin II is presently called abscisic acid (ABA)
(Addicot, 1963). Two other groups at about the same time discovered the same compound. One
group headed by Philip Wareing was studying bud dormancy in woody plants. The other group led by
Van Steveninck was studying abscission of flowers and fruits from lupine. Plant physiologists agreed
to call the compound abscisic acid (Salisbury and Ross, 1992).

Selain itu ABA juga berbeda dengan senyawa lainnya seperti auksin dan giberalin atau sitokinin, ABA

merupakan senywa tunggal.1

1
Abscisic acid is a single compound unlike the auxins, gibberellins, and cytokinins. It was called "abscisin II" originally because it
was thought to play a major role in abscission of fruits. At about the same time another group was calling it "dormin" because they
thought it had a major role in bud dormancy. The name abscisic acid (ABA) was coined by a compromise between the two groups.
Though ABA generally is thought to play mostly inhibitory roles, it has many promoting functions as well(Arteca, 1996; Mauseth,
1991; Raven, 1992; Salisbury and Ross, 1992

ASAM ABSISAT Page 9


Fungsi aba 2

Asam absisat berperang penting dalam memulai masa dormansi biji. Dalam keadaan dorman

atau "istirahat", tidak terjadi pertumbuhan tanaman dan aktivitas fisiologis berhenti sementara.

Proses dormansi biji ini penting untuk menjaga agar biji tidak berkecambah sebelum waktu

yang tidak dikehendaki. Hal ini terutama sangat dibutuhkan pada tumbuhan tahunan dan

tumbuhan dwitahunan yang membutuhkan biji sebagai cadangan makanan di musim dingin

ataupun musim kemarau panjang

Pada tanaman kapas yang tahan kadar garam tinggi ditemukan adanya peningkatan konsentrasi

ABA pada bagian akar, daun, dan xilem.

Oleh karena itu, tumbuhan menghasilkan ABA untuk maturasi biji dan menjaga biji agar

berkecambah di musim yang diinginkan. ABA juga sangat penting untuk menghadapi kondisi

lingkungan yang "mencekam" seperti kekeringan. Hormon ini dapat menutup stomata pada

daun dengan menurunkan tekanan osmotik dalam sel dan menyebabkan sel turgor. Akibatnya,

2
The following are some of the phyysiological responses known to be associated with abscisic acid (Davies, 1995; Mauseth, 1991; Raven, 1992;
Salisbury and Ross, 1992).

 Stimulates the closure of stomata (water stress brings about an increase in ABA synthesis).

 Inhibits shoot growth but will not have as much affect on roots or may even promote growth of roots.

 Induces seeds to synthesize storage proteins.

 Inhibits the affect of gibberellins on stimulating de novo synthesis of a-amylase.

 Has some effect on induction and maintanance of dormancy.

 Induces gene transcription especially for proteinase inhibitors in response to wounding which may explain an apparent role in
pathogen defense.

ASAM ABSISAT Page 10


kehilangan cairan tanaman yang disebabkan oleh transpirasi melalui stomata dapat dicegah.

ABA juga mencegah kehilangan air dari tanaman dengan membentuk lapisan epikutikula atau

lapisan lilin.[4] Selain itu, ABA juga dapat menstimulasi pengambilan air melalui akar. Selain

untuk menghadapi kekeringan, ABA juga berfungsi dalam menghadapi lingkungan dengan suhu

rendah dan kadar garam atau salinitas yang tinggi. Peningkatan konsentrasi ABA pada daun

dapat diinduksi oleh konsentrasi garam yang tinggi pada akar. Dalam menghadapi musim

dingin, ABA akan menghentikan pertumbuhan primer dan sekunder Hormon yang dihasilkan

pada tunas terminal ini akan memperlambat pertumbuhan dan memicu perkembangan

primordia daun menjadi sisik yang berfungsi melindungi tunas dorman selama musim dingin.

ABA juga akan menghambat pembelahan sel kambium pembuluh.

Biosintesis dan metabolismeABA

Biosintesis ABA dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan

memanfaatkan karotenoid, suatu pigmen yang dihasilkan oleh kloroplas. Ada dua jalur

metabolisme yang dapat ditempuh untuk menghasilkan ABA, yaitu jalur asam mevalonat (MVA)

dan jalur metileritritol fosfat (MEP). Secara tidak langsung, ABA dihasilkan dari oksidasi senyawa

violaxanthonin menjadi xanthonin yang akan dikonversi menjadi ABA. Sedangkan pada

beberapa jenis cendawan patogenik, ABA dihasilkan secara langsung dari molekul isoprenoid

C15, yaitu farnesil difosfat. 3


3
ABA is a naturally occurring compound in plants. It is a sesquiterpenoid (15-carbon) which is partially produced via the mevalonic
pathway in chloroplasts and other plastids. Because it is sythesized partially in the chloroplasts, it makes sense that biosynthesis
primarily occurs in the leaves. The production of ABA is accentuated by stresses such as water loss and freezing temperatures. It is
believed that biosynthesis occurs indirectly through the production of carotenoids. Carotenoids are pigments produced by the
chloroplast which have 40 carbons. Breakdown of these carotenoids occurs by the following mechanism:
Violaxanthin is a carotenoid which has forty carbons.
It is isomerized and then split via an isomerase reaction followed by an oxidation reaction.
One molecule of xanthonin is produced from one molecule of violaxanthonin and it is uncertain what happens to the remaining
biproduct.
The one molecule of xanthonin produced is unstable and spontaneously changed to ABA aldehyde.
Further oxidation results in ABA.
Activation of the molecule can occur by two methods. In the first method, an ABA-glucose ester can form by attachment of glucose
to ABA. In the second method, oxidation of ABA can occur to form phaseic acid and dihyhdrophaseic acid.

ASAM ABSISAT Page 11


Transportasi ABA

Pengangkutan hormon ABA dapat terjadi baik di xilem maupun floem dan arah pergerakkannya

bisa naik atau turun. Transportasi ABA dari floem menuju ke daun dapat distimulasi dengan

salinitas. Pada tanaman tertentu, terdapat perbedaan transportasi ABA dalam siklus hidupnya.

Daun muda memerlukan ABA dari xilem dan floem, sedangkan daun dewasa merupakan

sumber dari ABA dan dapat ditranspor ke luar daun.

The transport of ABA can occur in both xylem and phloem tissues. It can also be translocated through paranchyma cells. The
movement of abscisic acid in plants does not exhibit polarity like auxins. ABA is capable of moving both up and down the stem
(Walton and Li, 1995; Salisbury and Ross).

ASAM ABSISAT Page 12

Você também pode gostar