Você está na página 1de 6

Mekanisme batuk dibagi menjadi 3 fase:

1. Fase 1 (Inspirasi), paru2 memasukan kurang lebih 2,5 liter udara,  oesofagus dan pita suara menutup,
sehingga udara terjerat dalam paru2
2. Fase 2 (Kompresi), otot perut berkontraksi, so diafragma naik dan mnekan paru2, diikuti pula dengan
kontraksiintercosta internus.  yang pada akhirnya akan menyebabkan tekanan pada paru2 meningkat
hingga 100mm/hg.
3. Fase 3 (Ekspirasi), Spontan oesofagus dan pita suara terbuka dan udara meledak keluar dari paru2

* Batuk rejan. Batuk yang kerap diakhiri dengan suara seperti ingin muntah ketika kita mengambil nafas. Batuk
seperti ini disebabkan oleh bakteri pertussis, yang dapat menular melalui percikan cairan dari hidung atau mulut
orang yang terinfeksi, yang dapat keluar karena bersin, batuk, atau tertawa.
* Batuk sesak (croup). Batuk dengan suara nafas yang keras, seperti ada lendir di dalam dada. Suara yang timbul
adalah akibat dari pembengkakan di sekitar pita suara (pangkal tenggorokan) dan batang tenggorokan. Biasanya
disebabkan oleh virus.
* Batuk kering. Batuk dengan suara nyaring dan membuat perut ikut sakit, biasanya makin parah saat malam hari.
Bisa disebabkan karena masuk angin, bronchiolitis, atau asma.
* Batuk produktif/batuk basah. Batuk yang sering diiringi dengan riak atau lendir, yang biasanya disebabkan oleh
infeksi atau asma.
* Batuk bronchiolitis. Batuk yang diikuti suara nyaring seperti bersiul saat bernafas. Batuk seperti ini biasanya
disebabkan infeksi virus yang terjadi pada saluran udara kecil pada paru-paru yang disebut bronchioles. Penyebab
lainnya adalah asma.

Batuk 

merupakan mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernafasan dan merupakan gejala


suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan karena adanya lendir,
makanan, debu, asap dan sebagainya. Batuk dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
batuk akut dan batuk kronis, keduanya dikelompokkan berdasarkan waktu.

Batuk akut 

adalah batuk yang berlangsung kurang dari 14 hari, serta dalam 1 episode. Bila batuk
sudah lebih dari 14 hari atau terjadi dalam 3 episode selama 3 bulan berturut-
turut, disebut batuk kronis atau batuk kronis berulang. Batuk kronis berulang yang
sering menyerang anak-anak adalah karena asma, tuberkolosis (TB), dan pertusis (batuk
rejan/batuk 100 hari).

Pertusis adalah batuk kronis yang disebabkan oleh kuman Bordetella pertussis. Pertussis
dapat dicegah dengan imunisasi DPT.
 
PENYEBAB BATUK

Ada beberapa macam penyebab batuk :


1. Umumnya disebabkan oleh infeksi di saluran pernafasan bagian atas yang merupakan
gejala flu.
2. Infeksi saluran pernafasan bagian atas (ISPA).
3. Alergi
4. Asma atau tuberculosis
5. Benda asing yang masuk kedalam saluran napas
6. Tersedak akibat minum susu
7. Menghirup asap rokok dari orang sekitar
8. Batuk Psikogenik. Batuk ini banyak diakibatkan karena masalah emosi dan psikologis.
 
Beberapa obat batuk yang dapat dibeli tanpa resep dokter antara lain yang
mengandung:

* Guaifenesin (Cohistan Expectorant, Probat, Bisolvon Extra, Actifed Expectorant, dll).


Yang harus diingat adalah jika minum obat-obatan yang mengandung Guaifenesin
adalah harus minum banyak air.
* Dekongestan seperti pseudoephedrine (Actifed, Actifed Expectorant, Disudrin,
Clarinase, Rhinos SR, Triaminic, dll). Obat-obatan yang mengandung
pseudoephedrine ini dapat digunakan untuk menghentikan pilek encer (meler) dan
postnasal drip.

Tidak boleh digunakan jika ada penyakit darah tinggi atau untuk anak-anak di bawah usia 6
tahun kecuali atas resep dokter anda.

Mekanisme Pertahanan Saluran Nafas


Mekanisme Pertahanan Saluran Napas Atas
Mekanisme pertahanan selalu terkait dengan adanya pertahanan tubuh dari benda asing
berupa proses inflamasi yang sering muncul akibat adanya benda asing. Secara umum,
mekanisme inflamasi bisa digambarkan adanya luka dari kulit sebagai berikut.
merah dan panas.(1) Kerusakan jaringan memicu adanya pelepasan histamin yang
menyebabkan dilatasi pembuluh darah setempat sehingga aliran darah meningkat ke area
yang terjadi kerusakan
nyeri dan bengkak.(2) Selain itu, histamin dapat meningkatkan permeabilitas kapiler
sehingga cairan dan sel keluar dari pembuluh darah
(3) Migrasi leukosit terutama neutrofil PMN dan makrofag (prekursornya monosit) dari
pembuluh darah ke jaringan. Sel-sel yang sudah berada di jaringan akan bergerak menuju
tempat terdapatnya benda asing, mikroorganisme atau jar.rusak dengan proses kemotaksis
oleh komponen komplemen C5a. Tahap migrasi sel ke jaringan terjadi melalui beberapa
tahap yaitu: (a) selektin-P dan selektin-E segera diekspresikan oleh sel endotel beberapa
saat setelah adanya induksi oleh TNFa. Molekul ini merupakan agen inflamasi. Selektin ini
akan berikatan dengan leukosit, menimbulkan perlekatan yang lemah antara leukosit dan
sel endotel. (b) aliran darah tidak dapat melepaskan ikatan ini, bahkan akan mendorong
leukosit untuk menggelinding sepanjang endotel pembuluh darah. (c) terjadi perlekatan
lebih kuat antara leukosit dan endotel melalui interaksi integrin leukosit (LFA-1, Mac-1)
dengan ICAM-1 yang diekspresikan oleh sel endotel setelah diinduksi oleh TNF. Perlekatan
makin kuat karena adanya aktivasi leukosit oleh leukotrien B4, platelet activating factor,
dan IL-8 yang meningkatkan aktivitas LFA-1 dan Mac-1 untuk ICAM-1. Kuatnya perlekatan
akan menghentikan sel leukosit menggelinding. (d) Leukosit menembus dinding pembuluh
darah dengan proses diapedesis melalui celah antar sel. Kapsul
(4) Edema muncul akibat adanya respons dari mediator farmakologis seperti histamin
akibat terbukanya hubungan antara sel endotel. 
(5) Mediator inflamatori lain juga berperan seperti IL-1, IL-6, dan TNF. Mediator yang
diproduksi oleh sel mast, basofil, dan trombosit seperti histamin dan vasoactive amin
berperan pada inflamasi akut.

Pertahanan Saluran Napas


Hidung merupakan penjaga utama dari udara yang masuk pertama kali. Dalam sehari, kita
menghirup sekitar 10.000-20.000 liter udara. Fungsi hidung antara lain: jalan masuk
udara, menghangatkan udara, melembabkan udara, penyaring udara, dan memperoleh
oksigen yang lebih baik. Mekanisme pertahanan utama dari saluran napas adalah epitel
permukaan yang cukup istimewa yaitu epitel respiratorius atau epitel bertingkat (berlapis
semu) silindris bersilia dan bersel goblet. Epitel ini terdiri dari lima macam jenis sel yaitu: 
terdapat badan basal dan mitokondria (di bawah silia) untuk menyediakan ATP dalam
membantu pergerakan silia.1. Sel silindris bersilia: sel terbanyak (1 sel mengandung 300
silia)
2. Sel goblet mukosa: bagian apikal mengandung droplet mukus yang terdiri dari
glikoprotein.
3. Sel sikat (brush cells): banyak mikrovili pada apikalnya. Terdapat ujung saraf aferen pada
permukaan basal (reseptor sensorik).
4. Sel basal (pendek): sel bulat kecil terletak di atas lamina basal dan tidak meluas sampai
lumen epitel.
5. Sel granul kecil: mirip sel basal tetapi mempunyai banyak granul dengan bagian pusat
yang padat.
Lamina propria dibawah dari epitel ini banyak mengandung pembuluh darah yang berguna
untuk menghangatkan udara masuk serta dibantu dengan silia yang membersihkan udara
dari partikel asing dan kelenjar serosa dan mukosa yang melembabkan udara masuk.

Epitel respiratorius dilapisi oleh 5-10 μm lapisan mukus gelatinosa (fase gel) yang
mengambang pada suatu lapisan cair yang sedikit lebih tipis (fase sol). Lapisan gel/mukus
dan cair/sol mengandung mekanisme pertahanan imunitas humoral dan seluler.
• Lapisan gel: albumin, glikoprotein, IgG, IgM, dan faktor komplemen.
• Lapisan cair: sekresi serosa, laktoferin, lisozim, inhibitor sekresi leukoprotease, dan
sekretorik IgA.
Silia pada sel-sel epitel berdenyut secara sinkron, sehingga ujungnya dijumpai pada fase gel
dan menyebabkannya bergerak ke arah mulut, membawa partikel dan debris seluler
bersamanya (transpor mukosilier atau bersihan). Banyak faktor dapat mengganggu
mekanisme tersebut, termasuk peningkatan viskositas atau ketebalan mukus, membuatnya
lebih sulit untuk bergerak (misalnya peradangan, asma), perubahan pada fase sol yang
menghambat gerakan silia atau mencegah perlekatan pada fase gel dan gangguan aktivitas
silia (diskinesia silia). Transpor mukosilier menurun akibat merokok, polutan, anestetik,
dan infeksi serta pada fibrosis kistik dan sindrom silia imotil kongenital yang jarang terjadi.
Transpor mukosilier yang berkurang menyebabkan infeksi respirasi rekuren yang secara
progresif merusak paru, misalnya bronkiektasis. Pada keadaan tersebut dinding bronkus
menebal, melebar, dan meradang, secara permanen.
Mukus (sekret kelenjar) dihasilkan oleh sel-sel goblet pada epitel dan kelenjar submukosa.
Unsur utamanya adalah glikoprotein kaya karbohidrat yang disebut musin yang
memberikan sifat seperti gel pada mukus. Fluiditas dan komposisi ionik fase sol dikontrol
oleh sel-sel epitel. Mukus mengandung beberapa faktor yang dihasilkan oleh sel-sel epitel
dan sel lain atau yang berasal dari sel plasma: antiprotease seperti α1-antitripsin yang
menghambat aksi protease yang dilepaskan dari bakteri dan neutrofil yang mendegradasi
protein, defisiensi α1-antitripsin merupakan predisposisi terjadinya gangguan elastin dan
perkembangan emfisema. Protein surfaktan A, terlepas dari aksinya pada tegangan
permukaan, memperkuat fagositosis dengan menyelubungi atau mengopsonisasi bakteri
dan partikel-partikel lain. Lisozim disekresi dalam jumlah besar pada jalan napas dan
memiliki sifat antijamur dan bakterisidal; bersama dengan protein antimikroba, laktoferin,
peroksidase, dan defensin yang berasal dari neutrofil, enzim tersebut memberikan imunitas
non spesifik pada saluran napas. Imunoglobulin sekretori (IgA) adalah imunoglobulin
utama dalam sekresi jalan napas dan dengan IgM dan IgG mengaglutinasi dan
mengopsonisasi partikel antigenik; IgA juga menahan perlekatan mikroba ke mukosa. IgA
sekretori terdiri dari suatu dimer dua molekul IgA yang dihasilkan oleh sel-sel plasma
(limfosit B teraktivasi) dan suatu komponen sekretori glikoprotein. Komponen tersebut
dihasilkan pada permukaan basolateral sel-sel epitel, tempatnya mengikat dimer IgA.
Kompleks IgA sekretori kemudian dipindahkan ke permukaan luminal sel epitel dan
dilepaskan ke dalam cairan bronkial. Kompleks tersebut merupakan 10% protein total
dalam cairan lavase bronkoalveolar.
Jaringan Limfoid
Struktur jaringan limfoid membentuk sistem limfoid yang terdiri dari limfosit, sel epitelial,
dan sel stromal. Terdapat dua organ limfoid yaitu primer dan sekunder. Organ limfoid
primer merupakan tempat utama pembentukan limfosit (limfopoesis) yaitu timus dan
sumsum tulang. Limfosit dewasa yang diproduksi organ limfoid primer akan bermigrasi
menuju organ limfoid sekunder. Organ limfoid sekunder merupakan tempat terjadinya
interaksi antara limfosit dengan limfosit dan antara limfosit dengan antigen, dan diseminasi
respons imun. Organ limfoid sekunder yaitu limpa dan jaringan limfoid pada mukosa
seperti tonsil, BALT (bronchus-associated lymphoid tissue), GALT (gut-associated
lymphoid tissue)/Peyer’s patch. Sirkulasi limfe akan berlanjut menuju duktus torasikus
yang akan berhubungan dengan sistem pembuluh darah sehingga dapat mengirimkan
berbagai unsur sistem limfoid.
Di dalam jaringan limfoid mukosa (MALT) terdapat sel dendrit yang berasal dari sumsum
tulang. Sel dendrit berfungsi sebagai Antigen Presenting Cell (APC) dan mengirim sinyal
aktivasi kepada limfosit T naive atau virgin untuk memulai respon imun, karena itu sel
dendrit disebut juga imunostimulatory cells. Sel dendrit dapat mengekspresikan MHC-kelas
II sendiri pada level yang tinggi serta MHC-kelas I dan reseptor komplemen tipe 3. Sinyal
dari Th (CD4+) akan menginduksi limfosit untuk menghasilkan sitokin. Aktivasi limfosit B
dibantu oleh sel Th2 (IL-2, IL-4, IL-5) serta membentuk diferensiasi sel B menjadi klon
yang memproduksi antibodi berupa sekretorik IgA. MALT tidak ada di saluran napas
bawah.

Sistem Khusus Traktus Respiratorius Atas


1. Refleks nasofaringo-bronkial: refleks ini mengurangi puncak aliran ekspirasi akibat
alergen yang memasuki hidung. Dan baru-baru ini dilaporkan, sekitar 6 jam setelah refleks
ini menyebabkan penurunan FEV1 dan forced vital capacity yang signifikan. Refleks ini
biasa dikenal dengan refleks bersin. Mekanisme refleks bersin sama halnya dengan refleks
batuk. Hanya saja, refleks ini terjadi pada kavitas nasal bukan pada saluran napas bawah.
Mekanisme refleks sebagai berikut: bronkus dan trakea sedemikian sensitifnya terhadap
sentuhan halus, sehingga benda asing dalam jumlah berapa pun atau penyebab iritasi
lainnya akan menimbulkan refleks batuk. Laring dan karina (tempat di mana trakea
bercabang menjadi bronkus) adalah yang paling sensitif, dan bronkiolus terminalis dan
bahkan alveoli bersifat sensitif terhadap rangsangan bahan kimia yang korosif seperti sulfur
dioksida dan klorin. Impuls aferen yang berasal dari saluran napas terutama berjalan
melalui nervus vagus ke medula. Di sana, suatu rangkaian peristiwa otomatis digerakkan
oleh lintasan neuronal medula, menyebabkan efek sebagai berikut: pertama, kira-kira 2,5
liter udara diinspirasi. Kedua, epiglotis menutup; dan pita suara menutup erat-erat dan
menjerat udara dalam paru. Ketiga, otot-otot perut berkontraksi dengan kuat mendorong
diafragma, sedangkan otot-otot ekspirasi lainnya, seperti interkostalis internus, juga
berkontraksi dengan kuat. Keempat, pita suara dengan epiglotis terbuka lebar, sehingga
udara bertekanan tinggi dalam paru meledak keluar. Kemudian, penekanan kuat pada paru
yang menyebabkan bronkus dan trakea menjadi kolaps sehingga bagian yang tidak
berkartilago ini berinvaginasi ke dalam, akibatnya udara yang meledak tersebut benar-
benar mengalir melalui celah-celah bronkus dan trakea bersama partikel asing. Peristiwa ini
terjadi sama persis dengan refleks batuk, namun ketika refleks bersin terjadi penekanan
uvula, sehingga sejumlah besar udara dengan cepat melalui hidung, dengan demikian
membantu membersihkan saluran hidung dari benda asing. 
2. Fungsi protektif hidung: menghangatkan dan melembabkan udara, menyaring partikel
atau iritan, dan produksi nitrit oksida (NO). Hal ini ditujukan agar udara yang diinhalasi
bisa mencapai saluran napas bawah dalam keadaan yang tidak membahayakan
homeostasis. Panas dihasilkan dari banyak kapiler yang berada di subepitelial yang
berpenestrasi menuju permukaan lumen serta membantu tranportasi air menuju
interstisium. Melembabkan udara dimediasi oleh aktivasi sekitar 45.000 kelenjar
seromukosa pada kavitas nasal dan sel goblet yang menghasilkan sejumlah air yang
signifikan. Adanya “kolam” yang terisi oleh sejumlah besar volume darah yang berasal dari
sinusoid vena yang terletak di subepitelial bisa membuat jaringan submukosa untuk
menyerap udara dan menambah perluasan kontak dengan aliran udara. Mukus hidung dan
mukosiliar merupakan komponen penting dalam pembersihan. Partikel dengan diameter
aerodinamik 5-10 μm ditangkap dalam mukosa nasal. Gas yang larut dalam air akan
dihilangkan total dari udara yang diinhalasi di saluran masuk hidung. Gas yang bersifat
iritan dapat menstimulasi saraf sensorik hidung dan menginduksi sekresi yang membuat
deposit yang lebih besar. NO dihasilkan dari saluran napas atas (terutama sinus paranasal)
yang berperan protektif untuk cabang respiratorius. NO memiliki aktivitas antiviral dan
bakteriostatik yang kuat, meningkatkan oksigenasi, menghasilkan efek bronkodilator, dan
menjaga masuknya udara melalu saluran napas bawah.
3. Peran inflamasi pada nasal: sejumlah eosinofil di mukosa saluran napas bawah akan
meningkat yang mengekspresikan molekul adesi setelah diinduksi oleh alergen hidung.
Peran inflamasi ini antara lain: (a) the manifestations of disruption of the protective role
that the nasal passages play in the function of the respiratory system dan (b) the
interactions might stem from the nature of allergic reactions, which involves systemic
propagation and immunologic feedback between various systems or between various parts
of the same organ system. 
4. Drainase material inflamatori. 
Saluran napas atas terdiri dari hidung, telinga, dan tenggorok. Salah satu struktur
penunjang yang terletak di sistem ini adalah tuba eustachius yang menghubungkan
nasofaring dengan telinga tengah. Struktur ini berfungsi dalam menjaga tekanan atmosfer
tetap seimbang. Kompleks osteomeatal (OMC) adalah daerah kavum nasalis antara meatus
media dan inferior, tempat pertemuan drainase dari sinus frontal, etmoidalis (etmoidalis
anterior), dan maksilaris. Terjadinya penurunan tekanan oksigen dalam kompleks ini juga
bisa memicu rasa pusing. Seperti halnya saluran napas atas, OMC juga memiliki transpor
silia.

Você também pode gostar