Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1. Fase 1 (Inspirasi), paru2 memasukan kurang lebih 2,5 liter udara, oesofagus dan pita suara menutup,
sehingga udara terjerat dalam paru2
2. Fase 2 (Kompresi), otot perut berkontraksi, so diafragma naik dan mnekan paru2, diikuti pula dengan
kontraksiintercosta internus. yang pada akhirnya akan menyebabkan tekanan pada paru2 meningkat
hingga 100mm/hg.
3. Fase 3 (Ekspirasi), Spontan oesofagus dan pita suara terbuka dan udara meledak keluar dari paru2
* Batuk rejan. Batuk yang kerap diakhiri dengan suara seperti ingin muntah ketika kita mengambil nafas. Batuk
seperti ini disebabkan oleh bakteri pertussis, yang dapat menular melalui percikan cairan dari hidung atau mulut
orang yang terinfeksi, yang dapat keluar karena bersin, batuk, atau tertawa.
* Batuk sesak (croup). Batuk dengan suara nafas yang keras, seperti ada lendir di dalam dada. Suara yang timbul
adalah akibat dari pembengkakan di sekitar pita suara (pangkal tenggorokan) dan batang tenggorokan. Biasanya
disebabkan oleh virus.
* Batuk kering. Batuk dengan suara nyaring dan membuat perut ikut sakit, biasanya makin parah saat malam hari.
Bisa disebabkan karena masuk angin, bronchiolitis, atau asma.
* Batuk produktif/batuk basah. Batuk yang sering diiringi dengan riak atau lendir, yang biasanya disebabkan oleh
infeksi atau asma.
* Batuk bronchiolitis. Batuk yang diikuti suara nyaring seperti bersiul saat bernafas. Batuk seperti ini biasanya
disebabkan infeksi virus yang terjadi pada saluran udara kecil pada paru-paru yang disebut bronchioles. Penyebab
lainnya adalah asma.
Batuk
Batuk akut
adalah batuk yang berlangsung kurang dari 14 hari, serta dalam 1 episode. Bila batuk
sudah lebih dari 14 hari atau terjadi dalam 3 episode selama 3 bulan berturut-
turut, disebut batuk kronis atau batuk kronis berulang. Batuk kronis berulang yang
sering menyerang anak-anak adalah karena asma, tuberkolosis (TB), dan pertusis (batuk
rejan/batuk 100 hari).
Pertusis adalah batuk kronis yang disebabkan oleh kuman Bordetella pertussis. Pertussis
dapat dicegah dengan imunisasi DPT.
PENYEBAB BATUK
Tidak boleh digunakan jika ada penyakit darah tinggi atau untuk anak-anak di bawah usia 6
tahun kecuali atas resep dokter anda.
Epitel respiratorius dilapisi oleh 5-10 μm lapisan mukus gelatinosa (fase gel) yang
mengambang pada suatu lapisan cair yang sedikit lebih tipis (fase sol). Lapisan gel/mukus
dan cair/sol mengandung mekanisme pertahanan imunitas humoral dan seluler.
• Lapisan gel: albumin, glikoprotein, IgG, IgM, dan faktor komplemen.
• Lapisan cair: sekresi serosa, laktoferin, lisozim, inhibitor sekresi leukoprotease, dan
sekretorik IgA.
Silia pada sel-sel epitel berdenyut secara sinkron, sehingga ujungnya dijumpai pada fase gel
dan menyebabkannya bergerak ke arah mulut, membawa partikel dan debris seluler
bersamanya (transpor mukosilier atau bersihan). Banyak faktor dapat mengganggu
mekanisme tersebut, termasuk peningkatan viskositas atau ketebalan mukus, membuatnya
lebih sulit untuk bergerak (misalnya peradangan, asma), perubahan pada fase sol yang
menghambat gerakan silia atau mencegah perlekatan pada fase gel dan gangguan aktivitas
silia (diskinesia silia). Transpor mukosilier menurun akibat merokok, polutan, anestetik,
dan infeksi serta pada fibrosis kistik dan sindrom silia imotil kongenital yang jarang terjadi.
Transpor mukosilier yang berkurang menyebabkan infeksi respirasi rekuren yang secara
progresif merusak paru, misalnya bronkiektasis. Pada keadaan tersebut dinding bronkus
menebal, melebar, dan meradang, secara permanen.
Mukus (sekret kelenjar) dihasilkan oleh sel-sel goblet pada epitel dan kelenjar submukosa.
Unsur utamanya adalah glikoprotein kaya karbohidrat yang disebut musin yang
memberikan sifat seperti gel pada mukus. Fluiditas dan komposisi ionik fase sol dikontrol
oleh sel-sel epitel. Mukus mengandung beberapa faktor yang dihasilkan oleh sel-sel epitel
dan sel lain atau yang berasal dari sel plasma: antiprotease seperti α1-antitripsin yang
menghambat aksi protease yang dilepaskan dari bakteri dan neutrofil yang mendegradasi
protein, defisiensi α1-antitripsin merupakan predisposisi terjadinya gangguan elastin dan
perkembangan emfisema. Protein surfaktan A, terlepas dari aksinya pada tegangan
permukaan, memperkuat fagositosis dengan menyelubungi atau mengopsonisasi bakteri
dan partikel-partikel lain. Lisozim disekresi dalam jumlah besar pada jalan napas dan
memiliki sifat antijamur dan bakterisidal; bersama dengan protein antimikroba, laktoferin,
peroksidase, dan defensin yang berasal dari neutrofil, enzim tersebut memberikan imunitas
non spesifik pada saluran napas. Imunoglobulin sekretori (IgA) adalah imunoglobulin
utama dalam sekresi jalan napas dan dengan IgM dan IgG mengaglutinasi dan
mengopsonisasi partikel antigenik; IgA juga menahan perlekatan mikroba ke mukosa. IgA
sekretori terdiri dari suatu dimer dua molekul IgA yang dihasilkan oleh sel-sel plasma
(limfosit B teraktivasi) dan suatu komponen sekretori glikoprotein. Komponen tersebut
dihasilkan pada permukaan basolateral sel-sel epitel, tempatnya mengikat dimer IgA.
Kompleks IgA sekretori kemudian dipindahkan ke permukaan luminal sel epitel dan
dilepaskan ke dalam cairan bronkial. Kompleks tersebut merupakan 10% protein total
dalam cairan lavase bronkoalveolar.
Jaringan Limfoid
Struktur jaringan limfoid membentuk sistem limfoid yang terdiri dari limfosit, sel epitelial,
dan sel stromal. Terdapat dua organ limfoid yaitu primer dan sekunder. Organ limfoid
primer merupakan tempat utama pembentukan limfosit (limfopoesis) yaitu timus dan
sumsum tulang. Limfosit dewasa yang diproduksi organ limfoid primer akan bermigrasi
menuju organ limfoid sekunder. Organ limfoid sekunder merupakan tempat terjadinya
interaksi antara limfosit dengan limfosit dan antara limfosit dengan antigen, dan diseminasi
respons imun. Organ limfoid sekunder yaitu limpa dan jaringan limfoid pada mukosa
seperti tonsil, BALT (bronchus-associated lymphoid tissue), GALT (gut-associated
lymphoid tissue)/Peyer’s patch. Sirkulasi limfe akan berlanjut menuju duktus torasikus
yang akan berhubungan dengan sistem pembuluh darah sehingga dapat mengirimkan
berbagai unsur sistem limfoid.
Di dalam jaringan limfoid mukosa (MALT) terdapat sel dendrit yang berasal dari sumsum
tulang. Sel dendrit berfungsi sebagai Antigen Presenting Cell (APC) dan mengirim sinyal
aktivasi kepada limfosit T naive atau virgin untuk memulai respon imun, karena itu sel
dendrit disebut juga imunostimulatory cells. Sel dendrit dapat mengekspresikan MHC-kelas
II sendiri pada level yang tinggi serta MHC-kelas I dan reseptor komplemen tipe 3. Sinyal
dari Th (CD4+) akan menginduksi limfosit untuk menghasilkan sitokin. Aktivasi limfosit B
dibantu oleh sel Th2 (IL-2, IL-4, IL-5) serta membentuk diferensiasi sel B menjadi klon
yang memproduksi antibodi berupa sekretorik IgA. MALT tidak ada di saluran napas
bawah.