Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
(Keputusan Rektor Unimed Nomor: 042/J39.Kep/PP/2006)
I. KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Testing, Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi
Testing atau pengetesan, pengukuran, penilaian (asesmen),
dan evaluasi memiliki arti yang berbeda. Testing atau pengetesan
adalah prosedur atau kegiatan yang sistematis untuk mengetahui
atau mengukur keterampilan, pengetahuan dan bakat individu
dengan cara atau aturan yang telah ditentukan (contohnya
penggunaan tes hasil belajar, tes IQ, dsb). Berbicara tentang
pengujian atau tes sering diasosiasikan dengan sejumlah per‐
tanyaan atau soal‐soal yang harus dikerjakan atau diselesaikan
dalam waktu tertentu. Pandangan ini sempit dan cukup terbatas,
sebab pengujian atau tes mencakup prosedur untuk menjelaskan
sifat atau karakteristik sesuatu atau seseorang. Jadi pengertian
pengujian atau tes adalah suatu prosedur yang sistematis untuk
mengobservasi atau menjelaskan satu atau lebih sifat atau
karakteristik seseorang dengan bantuan skala nilai (Nitko, 1983).
Sedangkan dalam pengertian yang lebih terbatas atau sempit, tes
dapat diartikan sebagai sejumlah tugas atau soal yang harus
dikerjakan oleh orang yang dites (Joni, 1984). Dalam penilaian,
karakteristik yang dinilai dapat digambarkan atau dijelaskan
dengan angka (kuantitatif) tetapi tidak semuanya. Oleh karena
itu ada karakteristik yang dinilai tidak dapat dikemukan dengan
angka, melainkan harus digambarkan dengan kategori atau
kualitatif. Namun kedua sifat karakteristik tersebut diperoleh
melalui pengujian atau tes. Sehingga pengujian atau tes men‐
cakup karakteristik yang dapat dikuantitatifkan maupun yang
tidak dapat dikuantitatifkan (kualitatif).
Standar Evaluasi 1
Pengukuran didefenisikan sebagai kegiatan sistematik
menentukan angka/skor obyek atau gejala yang diukur dengan
ukuran tertentu. Ukuran yang digunakan dapat berupa ukuran
standar (m, kg, ton, rupiah, dsb) atau ukuran tidak standar (depa,
jengkal, langkah, dsb). Pengukuran tidak dapat dilepaskan dari
pengertian kuantitas atau jumlah. Jumlah akan menunjukkan
besarnya (magnitude) obyek, orang atau peristiwa yang
dilukiskan dalam bentuk unit‐unit ukuran tertentu seperti
misalnya; menit, drajad, meter, percentile, dsb, sehingga dengan
demikian hasil pengukuran itu selalu dinyatakan dalam bentuk
bilangan. Jadi pengukuran (measurement) adalah prosedur
pemberian angka (disebut skor) pada suatu sifat atau karak‐
teristik tertentu dari seseorang (Nitko, 1983 dan Jono, 1984).
Dalam kegiatan pengukuran ada prosedur atau aturan‐aturan
tertentu yang harus digunakan dalam penetapan angka atau skor
seseorang, seperti menjumlahkan berapa benar dari sejumlah
butir soal yang dikerjakan sebagai skornya dalam tes itu.
Evaluasi adalah kegiatan penentuan nilai/pencapaian tujuan
suatu program untuk pengambilan keputusan. Evaluasi
berkaitan dengan proses pengumpulan data untuk menentukan
sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana dari tujuan
pendidikan sudah tercapai. Evaluasi juga dimanfaatkan untuk
mengambil keputusan terhadap sebuah proses secara
menyeluruh (input, proses, output). Evaluasi dapat digambarkan
sebagai suatu proses untuk mempertimbangkan sesuatu barang
atau gejala dengan mempergunakan patokan‐patokan tertentu,
patokan‐patokan itu mengandung pengertian baik ‐ tidak baik,
memenuhi syarat – tidak memenuhi syarat, memadai ‐ tidak
memadai dsb, dengan dipengaruhi oleh value judgment (Joni, 1984
dan Nitko, 1983). Dalam evaluasi digunakan patokan‐patokan
untuk menetapkan sesuatu, patokan‐patokan ini boleh
bersumber dari hasil pengukuran atau pengujian atau tes atau
mungkin juga bersumber dari diri sendiri oleh sipenilai, sehingga
subjektivitasnya sangat tinggi. Untuk mengurangi atau
menghilangkan pengaruh subjektivitas dalam penilaian, maka
2 Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama
gunakanlah tes dan pengukuran, sehingga keputusan yang
diambil melalui kegiatan penilaian akurasinya atau objektivitas‐
nya dapat dipertanggung jawabkan.
Penilaian dilakukan untuk menafsirkan hasil pengukuran
dan menentukan pencapaian hasil belajar berdasarkan kriteria
tertentu. Umumnya digunakan kategorisasi sepert baik – buruk,
benar – salah, sangat setuju – sangat tidak setuju, dsb. Dalam
pelaksanaan penilaian dalam pendidikan, belakangan ini telah
dibedakan antara penilaian sebagai evaluasi dan sebagai asesmen.
Evaluasi merupakan tindakan untuk menetapkan keberhasilan
suatu program pendidikan, termasuk menetapkan keberhasilan
peserta didik dalam program pendidikan yang diikuti (Direktorat
P2TK dan Ketenagaan PT Dirjen Dikti. 1. 2005). Fokus evaluasi
adalah keberhasilan program atau kelompok peserta didik sesuai
dengan program yang diikuti. Sedangkan asesmen adalah
prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang
prestasi atau kinerja seseorang yang hasilnya akan digunakan
untuk evaluasi. Fokus asesmen adalah pencapaian hasil atau
prestasi belajar peserta didik. Informasi pencapaian hasil atau
prestasi belajar peserta didik diperoleh dengan menggunakan
berbagai bentuk dan alat pengukuran dan non pengukuran atau
tes dan non tes, formal ataupun non formal. Informasi ini
digunakan untuk menggambarkan bentuk profil peserta didik
guna menetapkan apakah peserta didik dapat dinyatakan sudah
menguasai kompetensi yang ditargetkan atau belum.
Asesmen sering juga dikaitkan dengan kata otentik
(authentic) sehingga disebut dengan otentik asesmen (authentic
assessment). Otentik asesmen dapat diartikan sebagai proses
observasi, mencatat dan mendokumentasikan pekerjaan peserta
didik dan bagaimana pekerjaan itu dilakukan yang digunakan
sebagai dasar dalam menetapkan kemajuan belajarnya (Puckett
dan Black. 1994). Otentik asesmen tidak hanya terpaut dengan
hasil akan tetapi mencakup bagaimana tercapainya hasil itu.
Otentik asesmen menyatu dengan pembelajaran, karena hasilnya
Standar Evaluasi 3
digunakan untuk mengembangkan pembelajaran secara
individu. Adapun karakteristik asesmen berbasis kompetensi
dirumuskan sebagai berikut:
1. Berfokus kepada hasil
2. Dilaksanakan untuk setiap individu
3. Mengacu pada kriteria atau standar
4. Memungkinkan peserta didik melakukan evaluasi diri
5. Bersifat otentik, terbuka, holistik, dan integrative
6. Kelulusan diperoleh jika standar kompetensi sudah dicapai
atau dikuasai
7. Hasil asesmen dinyatakan dalam bentuk lulus (komputer) dan
tidak lulus (tidak komputer)
B. Tujuan, Fungsi dan Jenis Penilaian (Asesmen)
1. Tujuan dan Fungsi Asesmen
Penilaian yang dilakukan dosen dimaksudkan untuk
menggambarkan bentuk profil peserta didik guna
menetapkan apakah peserta didik dapat dinyatakan sudah
menguasai kompetensi yang ditargetkan atau belum dengan
menggunakan berbagai bentuk dan alat pengukuran dan non
pengukuran atau tes dan non tes, formal ataupun non formal.
Pada umumnya penilaian berfungsi untuk memotivasi
pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran agar peserta
didik dapat mencapai hasil atau prestasi belajar optimal,
sangat kompeten. Hasil penilaian sebagai balikan pada
pendidik dan peserta didik yang dapat digunakan sebagai
acuan untuk menata dan mengembangkan proses
pembelajaran dan kegiatan penilaian yang dilakukan.
4 Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama
2. Jenis Asesmen
a. Formatif, Sumatif, dan Diagnostik
Jenis penilaian berdasarkan atas tujuan penilaian terdiri
atas penilaian diagnostik, formatif dan sumatif. Penilaian
diagnostik digunakan untuk menentukan karakteristik
pembelajaran dari siswa secara individu, seperti
kepemilikan kemampuan prasyarat, penguasaan objek atau
konsep, dan sebab utama kesulitan belajar mahasiswa.
Penilaian formatif digunakan saat mahasiswa sedang belajar
atau mempelajari materi baru untuk menemukan pola
kesalahan mahasiswa, memberi informasi kemajuan
belajar, merencanakan program remidiasi, dsb yang
kesemuanya ini difokuskan untuk efektivitas pembelajaran
yang sedang berlangsung. Penilaian Sumatif digunakan
setelah mahasiswa menyelesaikan pembelajaran topik/unit
tertentu dan dimanfaatkan untuk menerangkan hasil
belajar mahasiswa, memutuskan tingkat efektivitas
pembelajaran, menilai metode/pendekatan pembelajaran
dan kurikulum yang dibelajarkan. Dalam panduan ini,
penjelasan tentang jenis penilaian ini diarahkan pada
penilaian formatif.
penilaian formatif digunakan untuk mengetahui sejauhmana
mahasiswa menguasai materi perkuliahan, baik dari sisi
konten (isi materi) maupun performans (unjuk kerja).
Penilaian yang dilakukan adalah penilaian formatif karena
dengan kurikulum berbasis kompetensi penguasaan hasil
belajar dan unjuk kerja peserta didik tidak hanya
ditunjukkan melalui penguasaan isi (konten), akan tetapi
harus juga performan. Karena itu, penilaian hasil atau
prestasi belajar peserta didik harus menyatu dengan
pembelajaran dan dilakukan setelah berlangsung
pembelajaran untuk menguasai kompetensi dasar tertentu.
Pelaksanaan penilaian hasil atau prestasi belajar peserta
didik tidak lagi terkait dengan waktu atau penjadwalan
Standar Evaluasi 5
secara bersama dan terjadwal seperti yang dilakukan
selama ini, dan dengan satu jenis tes dan berlangsung
hanya satu kali ujian tengah semester dan satu kali ujian
akhir semester. Selama ini, hasil penilaian hasil atau
prestasi belajar peserta didik pada umumnya tidak sampai
pada peserta didik, yang sampai hanyalah dalam bentuk
nilai akhir. Penilaian dengan KBK akan dilakukan dengan
menggunakan berbagai bentuk dan alat penilaian,
spesifikasi kompetensi, tidak terjadwal secara sama,
diadakan remedial dan penilaian kembali, mencakup
konten dan performan, balikan segera pada peserta didik,
dan semua data atau informasi tentang hasil dan kemajuan
belajar peserta didik direkam dan disimpan dalam bentuk
portofolio. Karena itu maka penilaian yang dilakukan
adalah penilaian formatif dan penilaian ini mengacu pada
penguasaan kompetensi atau standar kompetensi. Dengan
demikian penilaian yang dilakukan untuk mengetahui
hasil atau prestasi belajar peserta didik setelah menyelesai‐
kan program pembelajaran dalam satu satuan pembel‐
ajaran yang mencakup satu atau lebih kompetensi dasar.
Penilaian formatif ini bermanfaat bagi mahasiswa,
diataranya adalah:
a. Mengetahui penguasaan mereka sendiri secara
mendalam
b. Merupakan penguatan bagi mahasiswa untuk belajar
lebih baik
c. Merupakan umpan balik (feed back) kelemahan
mahasiswa untuk perbaikan cara belajarnya.
d. Merupakan diagnosa kesulitan siswa dalam menguasai
pengetahuan, keterampilan dan konsep materi yang
dibelajarkan.
6 Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama
Bagi dosen, penilaian formatif bermanfaat untuk:
a. mengetahui penguasaan bahan/materi yang dibelajar‐
kan
b. mengetahui materi yang belum dikuasai mahasiswa
c. umpan balik efektivitas penggunaan metode/pendekat‐
an mengajar
d. merencanakan program remedial bagi mahasiswa yang
mengalami kesulitan belajar
e. meramalkan tingkat kesuksesan keseluruhan proses
pembelajaran
3. Pendekatan Penilaian (PAP dan PAN)
Pendekatan dalam penilaian pembelajaran terdiri atas
Penilaian Acuan Norma (Norm‐Referenced‐PAN) dan Penilaian
Acuan Patokan (Criterion‐Referenced‐PAP). Penilaian Acuan
Norma (PAN) adalah penilaian yang membandingkan hasil
pengukuran kompetensi seseorang (atau hasil belajar)
dengan hasil pengukuran yang diperoleh orang lain dalam
kelompoknya. Popham (1981) menyatakan bahwa : “A norm‐
referenced test is used to ascertain an individual’s status with
respect to the performance of other individuals on that test”.
Penilaian berdasarkan acuan norma berangkat dari keinginan
untuk memilah atau membedakan individu dari
kelompoknya berdasarkan kepentingan yang akan diukur.
Dasar penilaian yang digunakan adalah kurva normal dan
besaran yang dipakai menafsirkan angka/skor mahasiswa
adalah angka rerata (Mean) seluruh mahasiswa dan
simpangan bakunya (Standar Deviasi atau SD). Distribusi
normal memberikan sebaran:
Sebanyak 7% mahasiswa memperoleh nilai baik sekali
Sebanyak 24% mahasiswa memperoleh nilai baik
Sebanyak 38% mahasiswa memperoleh nilai sedang
Standar Evaluasi 7
Sebanyak 24% mahasiswa memperoleh nilai tidak baik atau
kurang
Sebanyak 7% mahasiswa memperoleh nilai sangat tidak baik
atau kurang sekali
PAN bersifat relatif, bergantung pada tinggi rendahnya skor
mahasiswa. Cara ini digunakan untuk melihat ranking
individu mahasiswa dibanding kelompoknya. Namun bila
kualitas merupakan standar kompetensi minimal untuk
menilai mahasiswa maka penggunaan PAN tidak tepat.
Sesuai dengan jenis penilaian yang akan dilakukan yaitu
penilaian formatif, maka pendekatan yang digunakan dalam
penilaian adalah Pendekatan Acuan Patokan (PAP). Pada
PAP terlebih dahulu ditetapkan kriteria keberhasilan yaitu
kompetensi dasar yang dijabarkan dalam indikator‐indikator.
Pembanding yang digunakan yaitu tujuan yang akan dicapai
berupa standar kompetensi yang mencakup konten dan
performan. Dengan demikian, kualitas hasil atau prestasi
belajar dapat dikontrol dan daya saing dapat ditingkatkan.
Pembelajaran akan diarahkan secara terus menerus dan
secara langsung merangsang dan memeriksa kemajuan
belajar peserta didik serta membantunya melewati tahap‐
tahap pembelajaran dengan berhasil. Bentuk penguasaan
hasil atau prestasi belajar masing‐masing peserta didik tidak
ada kaitannya dengan penguasaan individu lainnya ataupun
kelompoknya. Kedudukan penguasaan hasil atau prestasi
masing‐masing peserta didik dibandingkan dengan kriteria
yang telah ditetapkan.
Penialaian Acuan Patokan (PAP) adalah penilaian berdasarkan
patokan atau kriteria tertentu yang sudah ditentukan terlebih
dahulu, seperti batas kelulusan mahasiswa atau standar
minimum kompetensi. Ini berarti mahasiswa akan ditentukan
kelulusannya atau tingkat kompetensinya berdasarkan
kriteria tersebut. Mahasiswa yang mencapai batas ini
dinyatakan lulus atau kompeten. Mahasiswa yang tidak
8 Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama
mencapai batas ini dinyatakan tidak lulus atau tidak
kompeten dan harus mendapat remedial (mengulang
kembali kegiatan belajarnya hingga mencapai batas minimal
tersebut). Kriteria ini bersifat tetap dan dapat digunakan
untuk kelompok mahasiswa manapun yang memperoleh
materi kuliah yang sama. Untuk PAP ini, Popham (1981)
menyatakan bahwa : “A criterion‐referenced test is used to
ascertain an individual’s status with respect to a defined behavioral
domain”. Ciri‐ciri PAP dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. digunakan untuk menilai kualitas kompetensi yang
dimiliki mahasiswa (hasil belajar). Hal ini berkaitan
dengan tingkat ketuntasan belajar mahasiswa.
b. Menekankan pada kejelasan kemampuan mahasiswa
menyelesaikan tugas yang diberikan
c. Kualitas kompetensi mahasiswa dibandingkan dengan
kriteria/patokan minimum kompetensi lulusan yang
sudah ditentukan terlebih dahulu. Penentuan kriteria
bersifat tetap dan dapat digunakan di kelompok
manapun yang mendapat materi perkuliahan yang sama.
Contohnya: mahasiswa dinyatakan lulus jika mendapat
skor 75 ke atas.
d. Umumnya kelulusan isi materi yang dinilai terfokus
pada penilaian untuk bahan yang terbatas
e. Rincian kemampuan/kompetensi yang diukur merupa‐
kan faktor utama untuk merencanakan jenis pengujian
yang digunakan.
f. Butir soal/tugas yang digunakan sangat bervariasi dan
tidak bergantung pada tingkat kesulitan atau daya beda
soal/tugas tersebut. Skor/nilai yang dihasilkan tidak
harus bervariasi (heterogen) tetapi bisa juga homogen.
Adapun rangkuman ciri‐ciri PAP dapat diperhatikan pada
tabel berikut ini
Standar Evaluasi 9
Tabel 1. Karakteristik PAP dibandingkan PAN
PAP PAN
KEGUNAAN Ketuntasan belajar Pengujian hasil belajar
PENEKANAN Menjelaskan Mengukur perbedaan
UTAMA kemampuan individu
menyelesaikan tugas
INTERPRETASI Membandingkan Membandingkan
HASIL kemampuan dengan antara prestasi siswa
kriteria penilaian
KELUASAN ISI Terfokus pada tugas Mencakup isi yang luas
terbatas
PERENCANAAN Rincian kemampuan Kisi‐kisi tes sangat
TES yang diukur dibutuhkan
PROSEDUR Mengikutkan semua Seleksi butir dengan
PEMILIHAN BUTIR butir yang diperlukan daya beda tinggi
Tidak ada pergantian Memperoleh variasi
tingkat kesulitan butir skor yang besar
atau membuang butir (Heterogen)
yang mudah Butir mudah
dihilangkan
STANDAR HASIL Penggunaan standar Penggunaan standar
mutlak (menguasai 75% norma (ranking 5 dari
istilah teknis 40 mahasiswa
C. Prinsip, Bentuk dan Alat Penilaian
1. Prinsip Penilaian
Penilaian PAP tidak menggunakan rerata mahasiswa
sebagai patokan atau kriteria melainkan dosen terlebih
dahulu menetapkan kriteria keberhasilan yaitu batas
minimal penguasaan materi perkuliahan. Mahasiswa yang
telah mencapai batas ini dinyatakan lulus (kompeten) dan
yang tidak harus mengikuti program remedial. Dengan
demikian diharapkan tidak ada mahasiswa yang tidak
lulus atau tidak kompeten dalam mata kuliah tersebut.
PAP bukan hanya menekankan pada mutu/kualitas hasil
belajar mahasiswa tetapi juga pada sisi jumlah mahasiswa
yang lulus/kompeten. Sebanyak mungkin mahasiswa
10 Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama
dirangsang dan dibantu untuk mencapai penguasaan
kompetensi lebih dari standar minimal kelulusan. Untuk
ini, PAP mempersyaratkan kepastian patokan yang
digunakan dan keterarahan pembelajaran. Hasil penilaian
PAP dapat berupa kurva normal tetapi pada umumnya
berbentuk juling positif atau juling negatif. Jika hasil belajar
siswa tinggi maka banyak siswa yang mendapatkan nilai
tinggi maka kurvanya juling negative. Sebaliknya jika
banyak siswa mendapat skor rendah maka kurvanya juling
positif. Perhatikan berikut ini.
f f
(A) Positif (B) Negatif
Instrumen PAP tidak berbeda dengan instrumen yang
digunakan dalam PAN, diantaranya ialah jenis tes (kuis
dan tes hasil belajar) dan jenis non‐tes (skala sikap
bertingkat, daftar cocok, jurnal, lembaran observasi,
wawancara, kuesioner dan un‐obstrusive teknik seperti
catatan sekolah, riwayat hidup, daftar hadir, dll).
Instrumen lainnya adalah penilaian alternatif, diantaranya
adalah tugas asesmen performan (unjuk kerja), presentasi
dan proyek, serta portofolio. Demikian pula dengan
karakteristik instrumen tersebut. Ciri‐ciri instrumen
penilaian yang baik adalah: 1) sahih (valid) artinya
instrumen mengukur apa yang seharusnya diukur dan 2)
konsisten (reliabel) artinya hasil pengukuran selalu
konsisten bila dilaksanakan penilaian pada siswa yang
sama dalam waktu dan kondisi yang berlainan, atau
dengan instrumen yang paralel pada subjek dan waktu
Standar Evaluasi 11
yang sama. Selain valid dan reliabel, ada juga yang
dilengkapi dengan analisis butir (untuk instrumen jenis tes)
yang menilai tingkat kesukaran butir dan daya beda,
pengecoh, dan ketidakdiisian (omit) oleh peserta. Beberapa
prinsip penilaian lainnya adalah:
a. Mendidik: Penilaian harus dapat dirasakan sebagai
penghargaan yang mendorong bagi peserta didik yang
berhasil dan sebagai pemicu semangat untuk
meningkatkan hasil belajar bagi yang kurang berhasil
b. Berorientasi pada kompetensi: Penilaian harus menilai
pencapaian kompetensi yang mencakup konten dan
performan sesuai yang dirumuskan dalam kurikulum
c. Adil dan objektif : Penilaian harus adil, tidak membeda‐
bedakan latar belakang peserta didik yang tidak
berkaitan dengan hasil penilaian harus objektif, dan
tugas serta soal harus bebas dari bias.
d. Terbuka: Kriteria penilaian hendaknya terbuka, dapat
diketahui berbagai kalangan, sehingga keputusan
tentang keberhasilan peserta didik jelas bagi pihak‐
pihak yang berkepentingan.
e. Berkesinambungan: Penilaian dilakukan secara
berencana, bertahap, teratur, terus menerus, dan
berkesinambungan untuk memperoleh gambaran
tentang perkembangan kemajuan belajar peserta didik.
Hasil penilaian perlu dianalisis dan ditindak lanjuti,
dan penilaian hendaknya merupakan bagian integral
dari proses pembelajaran.
f. Menyeluruh: Penilaian hasil atau prestasi belajar peserta
didik harus dilaksanakan menyeluruh, utuh, dan
tuntas yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor.
12 Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama
g. Bermakna: Penilaian hendaknya mudah dipahami dan
bisa ditindaklanjuti oleh pihak‐pihak yang
berpekentingan. Hasil penilaian mencerminkan
gambaran yang utuh tentang prestasi peserta didik
yang mengandung informasi keunggulan dan
kelemahan, minat dan tingkat penguasaan peserta
didik dalam pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
2. Bentuk Penilaian
Bentuk penilaian PAP terdiri atas Tes dan Nontes. Penilaian
tes terbagi atas 2 metode yaitu Tes Formal (tes tertulis, tes
lisan, dan tes kinerja) dan Tes non‐formal (Penugasan dan
Observasi) dan masing‐masing terdiri atas beberapa bentuk
instrumen. Sedangkan penilaian Nontes terdiri atas beberapa
metode yaitu observasi, wawancara, inventori, dan self
report. Adapun metode Asesmen dan bentuk instrumennya
dapat diperhatikan pada tabel berikut ini.
No. Metode Asesmen Bentuk Instrumen
1. Tes
a. Tes Formal
1. Tes Tertulis • Isian, uraian, pilihan
2. Tes Lisan ganda, dll
3. Tes Kinerja • Daftar Pertanyaan
• Item tes paper dan pencil
• Item tes identifikasi
• Item tes simulasi
• Item uji petik kerja
b. Tes non‐formal
1. Penugasan • Proyek, Portofolio, Tugas
2. Observasi Rumah
• Lembar Observasi
2. Nontes
Observasi, Wawancara, • Lembar observasi,
Inventori, Self Report Pedoman wawancara,
Skala inventori,
Kuesioner
Standar Evaluasi 13
Berikut ini deskripsi tentang beberapa metode asesmen dan
bentuk instrumennya masing‐masing.
a. Tes Formal
Tes merupakan salah satu bentuk instrumen yang terdiri
dari sejumlah pertanyaan atau butir‐butir soal yang
digunakan untuk memperoleh data melalui jawaban
peserta tes. Secara terperinci tes merupakan prosedur
yang sistematis dalam mengumpulkan data individu,
artinya butir disusun menurut cara dan aturan tertentu,
prosedur administrasi jelas, dan diberikan pada seluruh
peserta. Tes berisi sampel perilaku yang hendak diukur
sehingga hasilnya merupakan representasi perilaku
individu. Contohnya adalah tes hasil belajar mahasiswa
yang mengukur tingkat ketercapaian belajar siswa untuk
mata kuliah tertentu.
Prinsip‐prinsip tes hasil belajar dikemukakan sebagai
berikut :
- Mengukur secara jelas hasil belajar (kompetensi)
yang telah ditetapkan sesuai dengan indikatornya
(valid)
- Mengukur sampel representatif dari materi belajar
yang tercakup hasil belajar yang diinginkan
- Mencakup jenis pertanyaan yang paling sesuai untuk
mengukur hasil belajar yang diinginkan
- Direncanakan agar hasilnya sesuai dengan tujuan
dan fungsinya, misalnya tes formatif, sumatif atau
diagnostik
- Memiliki konsistensi (reliabilitas) yang tinggi baik
ditinjau dari aspek responden, waktu, kondisi,
penilai, dan jenis tes.
14 Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama
Terdapat dua tipe tes yaitu : tes objektif dan tes uraian
(essay). Tes objektif adalah tes yang telah disediakan
pilihan jawabannya. Tes uraian berupa soal yang masing‐
masing mengandung permasalahan dan menuntut
penguraian sebagai jawaban. Kebaikan dan kelemahan
kedua tes ini dapat diperhatikan pada tabel berikut ini
Tabel 2. Kebaikan dan Kelemahan tes objektif dan uraian
Tes Kebaikan Kelemahan
Objektif 1. Lebih representatif 1. Dibutuhkan persiapan
mewakili isi dan penyusunan tes yang relatif
banyaknya materi/bahan lebih sulit dibandingkan tes
2. Lebih objektif dalam uraian.
penilaian 2. Cenderung untuk
3. Lebih mudah dan cepat mengungkapkan ingatan,
memeriksanya kurang tepat untuk mengukur
4. Pemeriksaan hasil tes aspek yang dinilai
dapat dibantu oleh orang 3. Banyak kesempatan untuk
lain untung‐untungan.
4. Kerjasama siswa dalam
menjawab tes lebih terbuka
Uraian 1. Relatif lebih mudah 1. Kurang representatif dalam
(essay) penyusunannya mewakili materi pelajaran,
2. Tidak memberi karena hanya terdiri dari
kesempatan siswa untuk beberapa butir soal
berspekulasi 2. Validitas dan reliabilitas
3. Memberi motivasi siswa rendah, karena sukar
untuk mengemukakan diketahui aspek‐aspek mana
pendapatnya dengan yang dinilai
bahasanya sendiri 3. Dalam penilaian mudah
4. Dapat mengetahui sejauh dipengaruhi unsur
mana penguasaan siswa subjektivitas dari penilai
terhadap suatu materi 4. Memeriksa hasil tes relatif
sulit dan memerlukan waktu
lebih lama
Terdapat beberapa bentuk‐bentuk tes objektif, di antara‐
nya adalah tes benar salah, pilihan ganda, menjodohkan,
dan jawaban singkat.
Standar Evaluasi 15
Tes Benar Salah adalah tes yang butir pertanyaannya
dijawab dengan memilih salah satu pilihan jawaban yaitu
B (Benar) atau S (Salah). Beberapa saran dalam
menyusunnya diantaranya adalah : pernyataan harus
jelas benar atau salah, hindari penentu spesifik misalnya
semua dan tidak pernah, hindari pernyataan negatif, dan
gunakan kalimat sederhana. Secara teknis disarankan
untuk membuat jumlah butir yang cukup banyak, soal
benar dan salah seimbang, dan urutan soal tidak berpola.
Beberapa kelebihan dan kelemahannya dapat
diperhatikan pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Kelebihan dan Kelemahan Tes Benar Salah
Kelebihan Butir Tes Benar Salah Kelemahan Butir Tes Benar Salah
1. Soal ini baik untuk hasil‐hasil 1. Sulit menuliskan soal diluar
dimana hanya ada dua tingkat pengetahuan yang
alternatif jawaban bebas dari maksud ganda
2. Tuntutan kurang ditekankan 2. Jawaban soal tidak
pada kemampuan baca memberikan bukti bahwa
3. Sejumlah soal relatif dapat siswa mengetahui dengan baik
dijawab dalam tipe tes secara 3. Tidak ada informasi
berkala diagnostik dari jawaban yang
4. Penilaian mudah, objektif dan salah
dapat dipercaya 4. Memungkinkan dan
mendorong siswa untuk
menerka‐nerka
Tes Pilihan Ganda mengacu pada butir pernyataan yang
diujikan dimana mahasiswa harus memilih salah satu
pilihan jawaban yang tersedia. Beberapa ketentuan yang
harus diperhatikan dalam menyusunnya adalah :
gunakan kalimat positif, hindari kata kunci, hindari
hubungan antar butir, dan jawaban diacak. Kelebihan
dan kelemahan Tes Pilihan Ganda dijelaskan dalam tabel
berikut ini.
16 Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama
Tabel 4. Kelebihan dan Kelemahan Tes Pilihan Ganda
Kelebihan Butir Tes Kelemahan Butir Tes
Pilihan Ganda Pilihan Ganda
1. Hasil belajar dari yang 1. Menyusunnya membutuhkan
sederhana sampai yang waktu yang lama
komplek dapat diukur 2. Sulit menemukan pengacau
2. Terstruktur dan 3. Kurang efektif mengukur
petunjuknya jelas beberapa tipe pemecahan
3. Alternatif jawaban yang masalah, kemampuan untuk
salah dapat memberikan meorganisir dan
informasi diagnostik mengekspresikan ide
4. Tidak dimungkinkan untuk 4. Nilai dapat dipengaruhi
menerka jawaban dengan kemampuan baca yang
5. Penilaian mudah, objektif baik
dan dapat dipercaya
Standar Evaluasi 17
Tes Jawaban Singkat adalah jenis tes uraian dimana
jawaban hanya pendek saja yang ditempatkan diakhir
kalimat pernyataan atau ditengah kalimat. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam penyusunannya adalah :
jawaban harus dibatasi, hanya ada 1 jawaban benar, titik‐
titik diletakkan diujung kalimat atau ditengah kalimat,
nyatakanlah satuannya jika dibutuhkan. Beberapa
kelebihan dan kelemahan Tes Jawaban Singkat dapat
diperhatikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4. Kelebihan dan Kelemahan Tes Jawaban Singkat
Kelebihan Tes Jawaban Singkat Kelemahan Tes Jawaban Singkat
1. Mudah dalam perbuatan 1. Sulit menyusun kata‐kata yang
2. Kemungkinan menebak jawabannya hanya satu
jawaban sangat sulit 2. Tidak cocok untuk mengukur
3. Cocok untuk soal‐soal hasil‐hasil belajar yang
hitungan komplek
4. Hasil‐hasil pengetahuan dapat 3. Penilaian menjemukan dan
diukur secara luas memakan waktu banyak
Terdapat beberapa bentuk‐bentuk tes uraian, diantaranya
adalah tes uraian objektif (hanya 1 jawaban benar) dan
tes uraian bebas (lebih dari 1 jawaban benar). Butir tes
uraian ini menghendaki mahasiswa menyusun sendiri
jawabannya. Tes ini merupakan tes kemajuan belajar
mahasiswa yang memerlukan jawaban bersifat
pembahasan atau uraian kata‐kata. Butir tes ini juga
mengukur kemampuan menulis mahasiswa dan
mengukur sikap individu. Jenis tes ini menuntut
kemampuan mahasiswa mengorganisasikan jawaban,
melengkapi jawaban dengan contoh dan ilustrasi, serta
kemampuan mengekspresikan ide‐ide mahasiswa sendiri
ke dalam jawabannya. Ciri‐ciri pertanyaannya didahului
dengan kata‐kata seperti: uraikan, jelaskan, mengapa,
bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan sebagainya.
18 Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama
Butir tes uraian lebih mudah menyusunnya dibanding‐
kan tes objektif tetapi banyak menghabiskan waktu
ketika pemberian skor/nilai. Subjektivitas pemberian skor
merupakan kelemahan tes ini. Untuk itu beberapa saran
penyusunannya antara lain: pertanyaan ditulis jelas,
memberi contoh dan batas waktu pngerjaan, dan
memberi bobot setiap pertanyaan. Untuk mengurangi
subjektivitas penilaiannya disarankan untuk: menyedia‐
kan contoh jawaban atau pokok‐pokok inti jawaban dan
berikan bobot masing‐masing, membaca seluruh jawaban
siswa dari semua siswa untuk pertanyaan tertentu
sebelum melanjutkannya, berikanlah skor tanpa
mengingat siapa yang menjawab, dan menggunakan
minimal 2 orang untuk memberikan skor.
Prosedur dalam mengembangkan tes formal untuk
penilaian berbasis kompetensi meliputi langkah‐langkah
sebagai berikut:
1. Menjabarkan standar kompetensi menjadi sejumlah
kompetensi dasar
2. Menjabarkan kompetensi dasar menjadi sejumlah
indikator
3. Membuat spesifikasi konten dan indikator kompetensi
yang esensial
4. Menentukan bentuk penilaian tes formal yang sesuai
dengan indikator
5. Menyusun atau menulis instrumen atau butir soal
6. Telaah dan revisi instrumen atau butir soal
7. Menyusun profil hasil atau prestasi belajar peserta
didik
Prosedur pengembangan tes formal ini bukan merupakan
panduan yang sangat baku sehingga tidak dapat diubah
atau diganti. Prosedur ini hanya merupakan sebuah
langkah awal panduan pengembangan tes formal dimana
semua kita dapat menggunakannya dan/atau me‐
Standar Evaluasi 19
modifikasinya sesuai dengan karakteristik mata kuliah
yang diampu.
b. Tes Nonformal
Tes nonformal merupakan penilaian yang mengukur
kemampuan relatif mahasiswa dalam mencapai tujuan
proses pembelajaran. Pembelajaran materi perkuliahan
yang membutuhkan penilaian dalam memecahkan
masalah, menekankan pada komunikasi dan keterampil‐
an berfikir kritis maupun keterampilan mengekspresikan
diri dalam bentuk lukisan dan kata‐kata, mencari
hubungan antar konsep dari kehidupan nyata
merupakan tujuan/kompetensi perkuliahan yang tidak
dapat diukur dengan tes hasil belajar. Tujuan tersebut
merupakan tujuan proses pembelajaran dimana
mahasiswa harus bekerja untuk mencapainya secara
terus menerus dan kontiniu.
Ada beberapa jenis tes nonformal yang dibahas dalam
panduan ini, yaitu: Penilaian Unjuk Kerja (Performance
assessment), Proyek dan Investigasi (Projects and
Investigation), dan Portofolio (Portfolios).
Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian Unjuk Kerja diberikan dalam bentuk tugas
untuk mengetahui materi yang dikuasai mahasiswa dan
apa yang dapat dikerjakan. Tugas tersebut harus
bermakna, otentik, dan mengukur penguasaan materi
tersebut. Kriteria tugas tersebut adalah:
- mengarah pada tujuan dan indikator materi
perkuliahan
- tidak meminta jawaban tunggal
- memberi kesempatan mengembangkan dan
mengemukakan pikiran dan pemahaman
20 Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama
- realistis, menarik dan merangsang berpikir
- menekankan pada kedalaman materi
- lebih open ended daripada struktur yang ketat
- tidak algoritmis (tidak ada alur penyelesaian yang
jelas)
- menimbulkan pertanyaan baru
Penilaian unjuk kerja juga bergantung pada beberapa
aspek, yaitu conten (isi) materi perkuliahan dan tingkat
unjuk kerja (performans) yang diinginkan. Aspek isi terdiri
atas materi yang diajarkan dan karakteristiknya masing‐
masing yang terdiri atas: fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur. Fakta adalah objek, peristiwa, lambang atau
bagian dari suatu objek yang berurutan dimana
kesemuanya dapat diidentifikasi sebagai bentuk nyata
dari materi perkuliahan. Untuk memenuhi konsep,
mahasiswa harus mampu mengidentifikasi dan memberi
contoh atau bukan contoh dari konsep tersebut. Prinsip
adalah dalil, rumus, atau hubungan antar konsep yang
merupakan perwujudan keberadaan materi perkuliahan.
Prosedur adalah langkah‐langkah secara sistematis dari
fakta, konsep dan prinsip dari suatu materi perkuliahan
yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Di
dalam sebuah materi mata kuliah dapat saja berkarakter
lebih banyak fakta, konsep dan prinsip dibandingkan
prosedur yang digunakan untuk memecahkan masalah
atau juga sebaliknya.
Performance atau unjuk kerja yang diinginkan dapat
berbentuk kemampuan kognitif dalam penguasaan materi
perkuliahan dan keterampilan manual (motorik) yang
berhubungan dengan kerja otot sehingga menyebabkan
bergeraknya tubuh dan anggota badan lainnya. Aspek ini
berkaitan erat dengan keterampilan (skills) dan
kemampuan (abilities) seseorang mengerjakan tugas yang
menggunakan tenaga, kerja otot dan anggota badan
Standar Evaluasi 21
lainnya. Sebagai contoh: dalam materi kuliah keolah‐
ragaan yaitu keterampilan jasmani terdapat aspek
Kecepatan, Daya/kekuatan, Keseimbangan, Kelincahan,
Koordinasi, dan Kecepatan reaksi. Kemampuan kognitif
berkaitan dengan kemampuan mahasiswa menguasai
materi perkuliahan. Sebagai salah satu aspek dalam
Taksonomi Bloom, kemampuan kognitif terdiri atas
kemampuan mengingat fakta (pengetahuan), pe‐
mahaman, aplikasi (penerapan), analisa, sintesa dan
evaluasi. Dalam panduan ini kemampuan kognitif yang
dimaksud adalah kemampuan mengingat, kemampuan
penalaran dan komunikasi, serta kemampuan pemecahan
masalah. Kemampuan mengingat merupakan kompetensi
tingkatan rendah yang berkaitan dengan hafalan akan
karakteristik (fakta, konsep, prinsip, dan prosedur) materi
perkuliahan semata. Kemampuan penalaran dan komunikasi
berkaitan dengan kemampuan memberikan alasan
induktif maupun deduktif yang rasional akan sebuah
situasi/keadaan dan kemampuan menyatakan dan
menafsirkan gagasan materi kuliah secara lisan, tertulis
atau mendemonstrasikannya. Kemampuan pemecahan
masalah merupakan kemampuan tingkat tinggi yang
berarti mahasiswa dapat memahami fakta, konsep,
prinsip, dan prosedur dari ilmu pengetahuan yang
dikuliahkan dan menggunakannya secara efektif dan
efesien untuk mendapatkan jawaban atau alternatifnya
yang benar. Kemampuan pemecahan masalah ini secara
intuitif tersusun menjadi beberapa langkah pemecahan
masalah (Polya) yaitu memahami masalah, memilih strategi
pemecahan masalah, menyelesaikan masalah dengan strategi
yang dipilih, dan menafsirkan hasil jawabannya.
Penentuan karakteristik mata kuliah berdasarkan konten
(isi) dan unjuk kerja (performans) yang tersebut di atas
dapat disajikan dalam tabel berikut ini.
22 Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama
Tabel 7. Penentuan Karakteristik Mata Kuliah Berdasarkan
Konten dan Performans
Konten (Isi) Unjuk Kerja (Performans)
Materi Karakteristik Kognitif Manual
Mengingat Penalaran Pemecahan (Motorik)
dan Masalah
Komunikasi
A Fakta
Konsep
Prinsip
Prosedur
B Fakta
Konsep
Prinsip
Prosedur
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan berupa pemberian
skor/nilai untuk setiap tugas yang diberikan, tetapi
penilaian akan lebih baik jika juga menggunakan
komentar terhadap hasil kerja mahasiswa. Nilai memberi
kesan mahasiswa telah mengerjakan tugas dengan
berhasil atau tidak sama sekali. Komentar memberikan
mahasiswa pandangan akan pemahamannya dan
merupakan dasar pekerjaan berikutnya. Dalam
memberikan skor dan komentar, tabel kriteria (rubrik)
berikut ini dapat digunakan.
Tabel 8. Rubrik Penskoran Penilaian Unjuk Kerja
Rubrik Penskoran Umum
Tingkatan Kriteria Umum Kriteria
(Level) Khusus
3 super • Menunjukkan pemahaman yang
lebih terhadap konsep‐konsep
• Menggunakan strategi‐strategi yang
sesuai
• Komputasinya benar
• Tulisan penjelasannya patut
dicontoh
Standar Evaluasi 23
Tingkatan Kriteria Umum Kriteria
(Level) Khusus
• Diagram/tabel/grafik tepat (sesuai
dengan penerapannya)
• Melebihi permintaan masalah yang
diinginkan
2 Memuaskan • Menunjukkan pemahaman
dengan terhadap konsep‐konsep
sedikit • Menggunakan strategi yang sesuai
kekurangan • Komputasi sebagian besar benar
• Tulisan penjelasannya efektif
• Diagram/tabel/grafik sebagian besar
tepat
• Memenuhi semua permintaan
masalah yang diinginkan
1 Cukup • Menunjukkan pemahaman
memuaskan terhadap sebagian besar konsep‐
dengan konsep
banyak • Tidak menggunakan strategi yang
kekurangan sesuai
• Komputasi sebagian besar benar
• Tulisan penjelasannya memuaskan
• Diagram/tabel/grafik sebagian besar
tepat
• Memenuhi sebagian besar
permintaan masalah yang
diinginkan
0 Tidak • Menunjukkan sedikit atau tidak ada
memuaskan pemahaman terhadap konsep‐
konsep
• Tidak menggunakan strategi yang
sesuai
• Komputasi tidak benar
• Tulisan penjelasannya tidak
memuaskan
• Diagram/tabel/grafik tidak tepat
(tidak sesuai)
• Tidak memenuhi permintaan
masalah yang diinginkan
24 Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama
Proyek dan Investigasi
Proyek dan Investigasi merupakan salah satu jenis tugas
unjuk kerja. Umumnya tugas pembelajaran untuk proyek
dan investigasi ini terbatas bentuknya. Tugas ini
diberikan untuk memperkaya pengetahuan mahasiswa
dan menguji kemampuannya dalam mengerjakan tugas
yang kompleks dan rumit. Beberapa ide untuk
menyusun tugas untuk proyek dan investigasi ini
disarankan sebagai berikut:
- Melibatkan siswa memecahkan masalah kompleks
- Membantu melihat hubungan materi dengan
kehidupan sehari‐hari
- Dikerjakan dalam kelompok kecil
- Sederhana dan langsung
- Kerja lebih bebas
- Penilaian berdasarkan laporan
Hasil yang diinginkan dari tugas unjuk kerja dengan
metode proyek dan investigasi ini diantaranya adalah:
- Belajar mendefenisikan masalah dan meneliti
- Belajar masalah dunia
- Belajar matematika sebagai sains eksperimen
- Belajar mengorganisasi, merancang, mencapai tujuan
jangka panjang
- Belajar menulis laporan penelitian
Dalam menilai hasil kerja proyek dan investigasi ini
dosen sebaiknya mengarahkan kerja siswa pada aspek
berikut ini:
a. Deskripsi dari proyek
b. Identifikasi prosedur kerja yang dilakukan
c. Catatan kerja mahasiswa
d. Hasil kerja mahasiswa
Standar Evaluasi 25
Untuk ini contoh catatan proyek berikut ini dapat
membantu dosen menilai kerja proyek dan investigasi
mahasiswa
Tabel 9. Catatan Proyek dan Investigasi
Catatan Proyek
Nama Siswa:
……………………………………………………………….
Judul Proyek:
……………………………………………………………….
Deskripsi
……………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………..
……………………………………………………………………………..
Prosedur:
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….
…………….........
Ringkasan
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….
…………............
Hasil:
…………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………….
………...............
Selanjutnya untuk menilai hasil kerja mahasiswa dosen
dapat menggunakan rubrik penskoran berikut ini.
Tingkatan
Deskripsi
(Level)
3 super • Menunjukkan pemahaman yang tinggi
tentang permasalahan dan konsep yang
dipelajari
• Menggunakan strategi investigasi yang patut
dicontoh
• Kesimpulan yang disajikan benar dan
didukung oleh studinya
• Laporan tertulis patut dicontoh
26 Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama
Tingkatan
Deskripsi
(Level)
• Diagram/tabel/grafik akurat dan cocok
• Melebihi persyaratan studi yang efektif
2 Memuaskan • Menunjukkan pemahaman terhadap
permasalahan dan konsep yang dipelajari
• Menggunakan strategi investigasi yang cocok
• Kesimpulan yang disajikan benar dan
sebagian besar didukung oleh studinya
• Laporan tertulis efektif
• Diagram/tabel/grafik akurat dan cocok
• Memenuhi semua persyaratan dari suatu
studi yang efektif
1 Agak • Menunjukkan pemahaman dari sebagian besar
memuaskan permasalahn konsep yang dipelajari
• Sebagian besar strategi investigasi yang
digunakan cocok
• Kesimpulan yang disajikan sebagian besar
benar tetapi tidak didukung oleh studinya
• Laporan tertulis sebagian besar efektif
• Diagram/tabel/grafik sebagian besar akurat
tetapi mungkin tidak cocok
• Memenuhi sebagian besar persyaratan dari
studi yang efektif
0 Tidak • Menunjukkan pemahaman yang rendah atau
memuaskan tidak sama sekali dari pernyataan‐pernyataan
dan konsep‐konsep yang dipelajari
• Sering menggunakan strategi investigasi tidak
cocok
• Kesimpulan yang disajikan sebagian besar
keliru
• Laporan tertulis hampir semua tidak efektif
• Diagram/tabel/grafik hampir semua tidak
akurat dan tidak cocok
• Tidak memenuhi semua persyaratan dari
suatu studi yang efektif
Portofolio adalah kumpulan pekerjaan (tugas‐tugas)
mahasiswa yang representatif dan dikumpulkan dalam
periode waktu tertentu. Portofolio menceritakan tentang
kegiatan siswa dalam belajar mata kuliah yang disajikan.
Standar Evaluasi 27
Fokus fortofolio pada pemecahan masalah, berpikir kritis
dan pemahaman, komunikasi dan hubungan antar
konsep dan pandangan mahasiswa sendiri terhadap
dirinya sebagai mahasiswa. Beberapa keuntungan
penggunaan portofolio sebagai alat penilaian adalah:
- Memberikan gambaran lengkap pencapaian materi
perkuliahan dan perkembangannya
- Menekankan pada tugas komplek dan realistis
daripada kecepatan dan ketelitian kerja dalam kurun
waktu tertentu
- Melibatkan mahasiswa dalam proses penilaian dan
mendorong menilai diri sendiri
- Melibatkan siswa dalam tugas otentik yang akan
dijumpai di luar perkuliahan
- Memotivasi partisipasi perkuliahan
- Merupakan cara efektif dosen untuk
mengkomunikasikan pekerjaan mahasiswa
- Mendorong perkembangan keterampilan menulis
mahasiswa
Beberapa contoh topik portofolio diantaranya adalah:
- Pemecahan masalah
- Laporan tertulis individu
- Contoh masalah/soal yang dikerjakan
- Petikan jurnal
- Karya seni
- Foto dan sketsa ide
- Perkembangan ide
- Autobiografi
- Aplikasi penggunaan teori
Dalam menggunakan portofolio, beberapa saran yang
perlu diperhatikan diantaranya: gunakan folder untuk
mengumpulkan pekerjaan mahasiswa, diskusikan
pekerjaan yang akan dikumpulkan, diskusikan format
28 Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama
portofolio yang baik, variasikan tugas dan pekerjaan,
mintalah mahasiswa dengan temannya untuk menilai
portofolionya sendiri, dan diskusikan cara mengevaluasi
portofolio. Rubrik penilaian berikut ini dapat menjadi
panduan pemberian komentar dalam menilai portofolio.
Penilaian Portofolio
Nama Mahasiswa : …………………………..
Tanggal : …………………………..
1. Konsep, prosedur, hubungan yang dieksplorasi : …………
2. Kemampuan yang perlu diperhatikan : ………………….......
3. Pekerjaan yang belum selesai/perlu direvisi : ...........................
4. Perkembangan dalam:
Pemahaman Konsep: ……………………………………….
Penalaran dan Komunikasi: ………………………………
Pemecahan masalah: ……………………………………….
Penggunaan bahasa: ………………………………….........
Lain‐lain: ……………………………………….
Rubrik pemberian skor portofolio dapat diperhatikan
pada tabel berikut ini:
Tabel 10. Rubrik Penskoran Portofolio
Rubrik Penskoran Portofolio
Tingkatan
Deskripsi
(level)
3 Super Menunjukkan keterampilan pemecahan
masalah yang menonjol
Menunjukkan keterampilan berbahasa yang
menonjol
Menunjukkan kemampuan berargumentasi
yang menonjol
Menunjukkan kemampuan membuat
hubungan yang menonjol
Perorganisasian yang sangat baik dan bersih
Melebihi permintaan
2 Memuaskan Menunjukkan keterampilan pemecahan
masalah yang baik
Standar Evaluasi 29
Tingkatan
Deskripsi
(level)
Menunjukkan keterampilan berbahasa yang
baik
Menunjukkan kemampuan berargumentasi
yang baik
Menunjukkan kemampuan membuat
hubungan yang baik
Perorganisasian yang baik dan bersih
Memenuhi semua permintaan
1 Agak Kadang‐kadang menunjukkan keterampilan
memuaskan pemecahan masalah yang baik
Kadang‐kadang menunjukkan keterampilan
berbahasa yang baik
Kadang‐kadang berargumentasi dengan baik
Perorganisasian dapat diterima dan bersih
Memenuhi sebagian besar permintaan
0 Tidak Menunjukkan keterampilan pemecahan
memuaskan masalah yang sangat rendah
Menunjukkan keterampilan berbahasa yang
sangat rendah
Menunjukkan kemampuan berargumentasi
yang sangat rendah
Perorganisasian dan kebersihan kurang
Tidak memenuhi permintaan
Prosedur dalam mengembangkan alat penilaian tes
nonformal berbasis kompetensi meliputi langkah‐
langkah sebagai berikut:
1. Menjabarkan standar kompetensi menjadi sejumlah
kompetensi dasar
2. Menjabarkan kompetensi dasar menjadi sejumlah
indikator
3. Membuat spesifikasi konten dan indikator kompetensi
yang esensial
4. Menentukan bentuk penilaian tes nonformal yang
sesuai dengan indikator
5. Menyusun atau menulis instrumen atau butir soal
6. Telaah dan revisi instrumen atau butir soal
30 Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama
7. Menyusun profil hasil atau prestasi belajar peserta
didik
c. Nontes
Ada sejumlah tipe hasil belajar yang tidak dapat diukur
dengan tes. Hasil belajar yang menekankan perubahan
tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang dibuat
atau dikerjakan (performans) menghendaki dosen menilai
keefektivan prosedur yang digunakan mahasiswa atau
menilai hasil produk dari penampilan tersebut. Instrumen
yang digunakan untuk mengukur hasil belajar yang
berkenaan dengan perubahan tingkah laku baik berkaitan
dengan ranah afektif maupun ranah psikomotor.
Beberapa instrumen nontes yang dapat digunakan dalam
pembelajaran diantaranya:
1. Skala Bertingkat (Rating Scale)
Skala bertingkat menggambarkan suatu nilai yang
berbentuk angka untuk menggambarkan keberadaan
atau karakteristik suatu pernyataan. Misalnya: untu
pernyataan positif:
5 : Sangat Setuju (SS)
4 : Setuju (S)
3 : Ragu‐ragu (R)
2 : Tidak Setuju (TS)
1 : Sangat Tidak Setuju (STS)
Standar Evaluasi 31
Untuk pernyataan bersifat negatif maka skornya
adalah kebalikannya.
Contoh:
Kecenderungan seseorang terhadap musik klasik
1 2 3 4 5
Sangat Tidak Ragu‐ Setuju Sangat
Tidak Setuju ragu Setuju
Setuju
2. Daftar Cocok (Checklist)
Daftar cocok adalah sederatan pernyataan singkat
dimana responden yang dievaluasi membubuhkan
tanda cocok (√) di tempat yang sudah disediakan.
Perhatikanlah contoh berikut ini.
Berilah tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan
pendapat saudara
Pendapat Sangat Tidak Ragu Setuju Sangat
Tidak Setuju Setuju
Pernyataan Setuju
Gembira belajar √
bernyanyi
Senang belajar
matematika
Partisipasi aktif
kegiatan pramuka
Mengerjakan tugas
dengan senyum
Bahagia berdiskusi
3. Kuesioner (Questionnaire)
Kuesioner, dikenal juga sebagai angket, adalah sebuah
daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden
untuk mengukur sikap dan pendapatnya tentang
32 Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama
sesuatu. Ditinjau dari aspek orang yang menjawab
kuesioner, terdapat dua jenis kuesioner yaitu kuesioner
langsung (diisi langsung oleh responden), dan tidak
langsung (diisi oleh orang lain yang bukan responden).
Ditinjau dari aspek cara menjawab, terdapat dua
bentuk kuesioner yaitu Kuesioner tertutup (kuesioner
dengan pilihan jawaban lengkap) dan kuesioner
terbuka (responden bebas mengemukakan pendapat).
Contoh berikut adalah kuesioner tertutup.
Tingkat pendidikan yang sekarang anda ikuti:
SD sederajat SLTP sederajat SLTA sederajat PT
√
4. Wawancara (Interview)
Wawancara adalah suatu metode untuk mendapatkan
jawaban dari responden melalui tanya jawab sepihak.
Wawancara dilakukan dengan dua cara: wawancara
bebas (responden bebas mengemukakan jawabannya)
dan wawancara terpimpin (responden menjawab
dengan memilih pilihan jawaban yang tersedia). Butir
soal wawancara pada umumnya disusun dalam bentuk
pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis dan
berurutan sehingga pewawancara dapat mengambil
kesimpulan yang benar berdasarkan hasil wawancara
tersebut. Pedoman wawancara merupakan panduan
yang tidak mengikat dimana pewawancara dapat juga
mengatur sendiri urutan pertanyaan yang diajukannya
atau tidak menggunakan atau menanyakan satu butir
yang ternyata sudah dijawab secara tidak langsung
oleh responden.
Standar Evaluasi 33
5. Pengamatan (Observation)
Pengamatan adalah suatu teknik penggalian informasi
dengan mengamati responden secara teliti dan
melakukan pencatatan secara sistematis. Terdapat 3
macam observasi yaitu: observasi partisipan (pengamat
melakukan observasi dengan mengikuti kegiatan
responden), observasi sistematik (faktor‐faktor yang
diamati telah terdaftar sebelumnya dan pengamat
berada diluar kegiatan responden), dan observasi
eksperimen (pengamat tidak berpartisipasi dalam
kegiatan responden tetapi mengendalikan situasi agar
sesuai dengan tujuan penilaian). Butir pernyataan
untuk pengamatan disusun dalam bentuk Lembaran
Pengamatan yang tersusun secara sistematis dan
berurutan sehingga hasil pengamatan merupakan
kesimpulan yang benar. Lembaran pengamatan
merupakan panduan yang mengikat dimana butir
pernyataan yang disusun merupakan hasil ramuan
indikator dari teori variabel yang diamati.
Prosedur dalam mengembangkan alat penilaian nontes
yang berbasis kompetensi meliputi langkah‐langkah
sebagai berikut:
1. Menjabarkan standar kompetensi menjadi sejumlah
kompetensi dasar
2. Menjabarkan kompetensi dasar menjadi sejumlah
indikator
3. Membuat spesifikasi konten dan indikator kompetensi
yang esensial
4. Menentukan bentuk penilaian nontes yang sesuai dengan
indikator
5. Menyusun atau menulis instrumen atau butir soal
6. Telaah dan revisi instrumen atau butir soal
7. Menyusun profil hasil penilaian nontes peserta didik
34 Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama
D. Pengolahan Skor dan Nilai
Skor dan nilai memiliki arti yang berbeda. Skor adalah hasil
dari menjumlahkan angka butir soal yang dijawab benar.
Sedangkan nilai merupakan angka ubahan dari skor dengan
menggunakan acuan standar tertentu. Contoh berikut akan
membantu memahami makna keduanya.
Jumlah butir tes = 20 soal Skor untuk per butir soal yang benar = 4
Skor maksimum = 80
Mahasiswa A memperoleh skor 24 → Nilai A = 24/80 x 100 = 30
Mahasiswa B memperoleh skor 36 → Nilai B = 36/80 x 100 = 45
Mahasiswa C memperoleh skor 70 → Nilai C = 70/80 x 100 = 87,5
1. Pengolahan Nilai dengan PAP
Pengolahan nilai berdasarkan PAP bergantung pada 2 hal
yaitu berdasarkan pencapaian tujuan dan berdasarkan bobot
penilaian. Pengolahan nilai berdasarkan pencapaian tujuan
dapat dilakukan dengan menghitung nilai rerata dari setiap
skor yang diperoleh mahasiswa untuk setiap ujian/ulangan
yang diberikan. Contoh berikut akan membantu
memahami hal ini.
Contoh pemberian nilai mahasiswa Andi berdasarkan
tujuan:
Skor Formatif 1 = 60 (Content = 70 dan Performans = 50)
Skor Formatif 2 = 60 (Montent = 80 dan Unjuk Kerja = 80)
Skor Formatif 3 = 60 (Kognitif = 65 dan Portofolio = 55)
Nilai Andi = (60 + 80 + 60)/3 = 66,7
Skor Formatif 2 = 80 Bobot = 30
Skor Formatif 3 = 60 Bobot = 40
Nilai Budi = {(60 x 30) + (80 x 30) + (60 x 40)}/100 = 66
2. Penjejangan Nilai dengan PAP
Penjenjangan nilai dengan PAP harus disesuaikan dengan
kategori berikut:
Interval Nilai Huruf Angka Keterangan
91 – 100 4 A Sangat Kompeten
80 – 90 3 B Kompeten
70 – 79 2 C Cukup Kompeten
55 – 69 1 D Tidak Kompeten
00 – 54 0 E Tidak Kompeten
36 Program S1 PGSD Ikatan Dinas Berasrama