Você está na página 1de 7

GAMES SENI DAN KEBUDAYAAN

8 01 2010

Oleh : Heri Hidayat,S.Sen,.M.Pd. & Siti Aisah, S.Sen.

Lihat Modul 3 : BERKARYA SENI RUPA

A. KEGIATAN

Sebagai seorang guru, pemahaman terhadap esensi berkarya seni rupa sangat
tergantung dengan kondisi lingkungan tempat seniman berada, sehingga melalui
olahan atau buatan seni rupa siswa dapat memahami kekayaan alat dan bahan
alam lingkungannya.

B. ALAT DAN BAHAN

1. Bahan alam

C. LANGKAH KEGIATAN

1. Prinsip dasar seni rupa

Prinsip-prinsip seni rupa adalah kaidah atau aturan baku yang diyakini oleh
beberapa seniman secara konvensional dapat membentuk sebuah karya seni
yang baik dan indah.

Kaidah atau aturan baku ini disebut komposisi, berasal dari bahasa latin
compotio yan artinya menyusun atau menggabungkan menjadi satu.
Komposisi mencakup tiga bagian pokok yaitu : (1) Unity (kesatuan) (2)
balance (Keseimbangan) (3) rhythm (penekanan,proporsi dan keselarasan).

(1) Unity dalam karya seni rupa menunjukkan keterpaduan berbagai unsure
(fisik dan non fisik) dengan karakter yang berbeda dalam sebuah karya.
Unsure yang berpadu dan saling mengisi akan mendukung terwujudnya
karya seni yang indah.

(2) Balance, keseimbangan dalam penyusunan berbagai unsure ini ada yang
simetrsi, yaitu menunjukkan atau menggambarkan beberapa unsure yang
sama diletakkan dalam susunan yang sama (kiri-kanak, atas-
bawah,dll).dan ada pula yang asimetris yaitu penyusunan unsure atau
objeknya tidak ditempatkan secara sama namun tetap menunjukkan kesen
keseimbangan.

(3) Rhythm, tidak hanya dikenal dalam seni music. Dalam seni rupa, irama
merupakan kesan gerak yang timbul dari penyusunan atau perpaduan
unsure-unsur seni dalam sebuah komposisi. Kesan gerak dalam irama
tersebut dapat bersifat harmoni dan kontras, pengulangan (repetisi) atau
variasi.
2. Desain Flip Flop

Karya ini dibuat untuk latihan membuat ornament bidang yang dapat
diterapkan pada karya dua atau tiga dimensi. Keterampilan yang dilatih
meliputi keterampilan menggunting, membuat ornament bidang, dan latihan
menyusun komposisi. (Mahasiswa praktek)

Permainan :

Gambar ikan ditempel di dinding, kemudian secara berkelompok berlomba


member ornament pad gambar ikan.

3. Komposisi irama

Karya ini untuk latihan menyusun unsure-unsur seni rupa (garis,bidang atau
bentuk,ruang,tekstur,warna,gelap-terang) dalam sebuah komposisi kesan gerak
yang berupa harmoni dan kontras, pengulangan (repetisi), atau variasi.
(Mahasiswa praktek)

Permainan :

Kertas HVS tempel di dinding secara berjejer 5 buah, kemudian setiap


kelompok dibagi masing-masing membuat bentuk giometri ; kel.1 segi empat,
kel.2 segi tiga, dst. Masing-masing kelompok membuat 25 bentuk, kemudian
mereka harus membuat komposisi irama yang berbeda dari masing-masing
kertas HVS.

4. M3 (melipat, Menggunting, Menempel)

Kegiatan berkarya melipat,mengguntung,merobek,dan menempel adalah salah


satu kegiatan karya seni rupa yang menggunakan bahan dan alat yang
digunakan relatif sederhana dan mudah. Beberapa kegiatan berkarya M3 yang
lazim digunakan diantaranya ;

a. Mozaik, adalah kegiatan seni rupa membuat kreasi gambar atau hiasan yang
dilakukan dengan cara menempelkan potongan-potongan bahan
tertentu yang ukurannya kecil-kecil. Keindahan karya ini terletak pada
kreasi atau kreativitas penyusunan potongan-potongan bahan tersebut.
b. Kolase, adalah kegiatan berkarya seni rupa yang menggabungkan teknik melukis
dengan tangan menempelkan berbagai bahan secara bertumpuk pada
permukaan bidang dua dimensi atau tiga dimensi.

c. Montase, merupakan salah satu seni aplikasi yang dibuat dari penataan tempelan
guntungan/potongna gambar jadi atau foto atau majalah, dll. Gamabr
atau foto yang sudah digunting tersbut disusun kembali menjadi
susunan gambar yang unti.

5. Menganyam

Kegiatan berkarya membuat berbagai bentuk anyaman.

6. Seni melipat kertas (origami)

Dengan teknik melipat kertas kita dapat membuat aneka macam karya tiga
dimensi yang berfungsi untuk mainan atau hiasan.

7. Kertas Kepingan raut / berbagai bentuk

Membuat karya komposisi balance dari lipatan kertas yang teratur kemudian
menggunting hingga menjadi sebuah karya dengan bentuk kepingan-kepingan
berbagai raut yang seimbang.

8. Selesai.

Komentar : Tinggalkan sebuah komentar »

Kategori : DUAL MODE SYISTEM UIN BANDUNG


Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Pengolahan Jagung Terpadu
Jagung mempunyai potensi sebagai bahan baku berbagai industri
makanan, minuman, kimia farmasi dan industri lainnya. Dari 100 kg
jagung dapat diperoleh 3,5-4 kg minyak jagung; 27-30 kg bungkil,
makanan ternak, gluten, serat dan sebagainya, serta 64-67 kg pati.

Penelitian pengolahan jagung terpadu bertujuan untuk scalling up teknologi


penepungan di tingkat pedesaan.serta diversifikasi produk seperti : mie, sup dan es
krim berbasis tepung jagung. Teknologi tepung merupakan salah satu proses alternatif
produk setengah jadi yang disarankan, karena lebih tahan disimpan, mudah dicampur
(dibuat komposit atau bahan makanan campuran), luwes dan mudah dibuat
diversifikasi produk, mudah ditambahkan zat gizi (fortifikasi) dan lebih cepat dimasak
sesuai keinginan konsumen dalam kehidupan modern dan praktis.

Keunggulan:

• Tepung jagung dapat disubstitusikan dengan tepung terigu pada nisbah


tertentu untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan beberapa produk
makanan seperti mie jagung, es krim, pengental makanan
• Produk-produk makanan tersebut memiliki karakteristik mutu dan cita rasa
yang sama dan bahkan lebih baik.

Manfaat/Aplikasi:

• Tepung jagung berbahan baku lokal dapat digunakan untuk mensubstitusi


tepung terigu pada nisbah tertentu, sehingga dapat mengurangi sebagian
penggunaan tepung terigu yang sebagian besar masih diimport.

Hasil Penelitian 2006:

Pada tahun 2006, penelitian mengenai pengolahan jagung dititik beratkan pada
pengolahan jagung manis khususnya pengeringan dan penepungan jagung manis.Â
Teknologi pengeringan jagung manis dengan teknologi FIR (Far Infrared)
menghasilkan rendemen biji jagung manis kering lebih tinggi (9,26%) dibanding
dengan oven (8,62%) dan penjemuran (8,12%). Pengeringan dengan FIR
menghasilkan produk dengan warna kuning mengkilap sedangkan pada pengeringan
oven maupun penjemuran berwarna kusam, hal ini karena proses pengeringan
menggunakan FIR berlangsung relatif singkat.

Pembuatan mie jagung dari bahan dengan komposisi subtitusi 5% terigu terhadap
tepung jagung manis sosoh menghasilkan produk yang memiliki rasa, warna, aroma
dan elastisitas yang paling disukai oleh panelis. Produk es krim menggunakan bahan
baku tepung brondong jagung dengan subtitusi tepung terigu 50% dan penambah cita
rasa jus alpokad dapat memperbaiki rasa, warna, aroma dan tekstur es krim.
Subtitusi terigu dengan tepung brondong jagung sebagai bahan pengental kuah sup
juga dapat memperbaiki cita rasa kuah sup jagung manis.
Inovasi Ekonomis, Kerupuk Dari Bonggol Jagung

BISNIS & PELUANG

Berbagai penelitian menunjukkan


bahwa bonggol jagung pipilan banyak mengandung serat.
Sayangnya, masyarakat belum memanfaatkannya dengan optimal.
Padahal limbah pertanian tersebut dapat dimanfaatkan sebagai
sumber serat pangan dalam makanan ringan seperti kerupuk. Hal ini
disampaikan dalam seminar bertajuk Pemanfaatan Limbah
Pertanian yang diadakan di ruang serbaguna Fakultas Farmasi (FF).

Salah satu mahasiswa FF yang melakukan penelitian ini, Yaqub


Alfin, mengatakan bahwa proses pembuatan kerupuk ini tidak
berbeda dengan pembuatan kerupuk biasa. Yaqub mengaku bahwa
mereka hanya menambahkan sisa jagung pipilan yang telah diolah
ke dalam adonan kerupuk tersebut.

Yaqub mengatakan bahwa produk ini mendapat respon yang baik


dari para juri dalam kompetisi Program Kreativitas Mahasiswa
Kewirausahaan. “Mereka mengatakan agar lebih dikembangkan lagi
dan segera dipatenkan agar tidak ada yang mencuri ide ini,”
jelasnya. Yaqub beserta dua orang rekannya, Mala Pebriani dan
Syukraini Irza merupakan perwakilan Sumatera Utara dan mendapat
50 besar dari 215 tim dari seluruh Indonesia. Kompetisi yang
mereka ikuti merupakan salah satu kegiatan dari rangkaian acara
Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) XXII di Universitas
Brawijaya, Malang, Juli lalu.

Dalam perlombaan yang diikutinya, Yaqub mengatakan bahwa juri


tidak hanya sekedar menilai kreativitas dari pembuatan produk.
Tetapi juga bagaimana membuat produk tersebut mempunyai daya
jual. “Kan dilihat dari segi wirausahanya juga,” ujar Yaqub.
Peluang untuk penjualan kerupuk ini sendiri dinilai Yaqub sangat
besar karena jarang ada kerupuk yang mengandung serat. “Tentu
saja akan dipasarkan. Saat ini USU juga dalam proses untuk
mematenkannya,” ujar Yaqub. (suarausu-online.com/suaramedia.com)

< Sebelumnya Berikutnya >

Tumpukan sampah kerap menjadi masalah. Di samping mengganggu


keindahan, sampah juga menjadi sarang penyakit, bahkan bisa
mengakibatkan banjir. Namun, warga Dusun Badekan, Trirenggo,
Bantul, Yogyakarta, punya cara kreatif untuk mengatasinya.

Hati Bambang Suwerda tak nyaman melihat penanganan sampah di


daerahnya. Sampah-sampah di Dusun Badegan, Bantul, itu
umumnya dibakar dan dibuang sembarangan. Cara penanganan
sampah seperti ini memunculkan TPA-TPA (tempat pembuangan
akhir) liar. Yang lebih buruk lagi, pengguna TPA liar itu banyak juga
berasal dari luar Badegan. Apalagi, yang tertimbun lebih banyak
sampah anorganik yang membahayakan lingkungan.

Apa yang bisa dilakukan? 'Karena saya sering pergi ke bank dan
melihat sistemnya sederhana, ada direktur, teller, buku tabungan,
dan lain-lain, lalu saya berpikir kenapa sampah tidak dikelola
seperti bank?" kata Bambang Suwerda SST MSi. Ia berbagi gagasan
kepada warga. Hikmah gempa bumi di Bantul pada Mei 2006,
masyarakat setengah perkotaan yang semula individual itu menjadi
lebih akrab. Setiap ada konsep yang disampaikan kepada warga
mudah diterima. Begitu pula, gagasan bank sampah yang
dilontarkan Bambang.

Berawal dari kesadaran individu, warga mulai mengumpulkan


sampah di rumahnya. Sampah tersebut lalu disetorkan ke Bengkel
Kerja Kesehatan Lingkungan atau yang lebih dikenal dengan nama
bank sampah.

Mereka kemudian membentuk pengelola sampah yang mirip dengan


pengelola bank, ada direktur, teller, bendahara, dan sekretaris.
Seluruhnya yang terlibat di bank sampah ini ada sekitar 10 orang.
Yang terbanyak adalah teller sebanyak tujuh orang. Ada nomor
rekening "Sistem yang ada di bank, kami adopsi," kata Dosen
Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Depkes Yogyakarta ini.
Mereka pun langsung ‘berkolaborasi’ dengan sampah yang selama
ini berkonotasi negatif.
"Di bank sampah ini, juga ada buku tabungan dan nomor rekening
yang mirip dengan di bank". Mereka yang terlibat di bank sampah
bekerja secara sukarela. Selain mereka, ada pula pengepul sampah
yang akan menaksir harga sampah setiap penabung. "Jadi, yang
menaksir harga sampah bukan teller, melainkan pengepul sampah,"
ujar Bambang.

Di tempat ini sampah ditimbang, dicatat dan kemudian ditentukan


harga dari sampah tersebut sesuai beratnya. Disinilah letak fungsi
bank karena pencairannya dilakukan setiap tiga bulan sekali. Hasil
penjualan sampah ini pun cukup lumayan. Bank bisa mendapatkan
penghasilan sekitar Rp 500 ribu per bulan. Menurut Bambang
Suwerda yang menjadi penggagas bank sampah, masyarakat desa
sangat merasakan manfaat bank sampah.

Setelah tiga tahun berjalan, warga yang menjadi petugas bank


sampah pun cukup kreatif. Tidak semua sampah dijual ke pihak
ketiga. Mereka mulai memisahkan sampah yang bisa diproduksi
kembali seperti sampah sterofom yang diolah menjadi hiasan kotak
penyangga bendera atau bekas bungkus makanan dan minuman
yang disulap menjadi barang kerajinan. Ternyata, jika sampah
dikelola dengan baik bisa mendatangkan manfaat. (fn/rp/lp/ klik
video dari Kantor Berita Liputan 6/suaramedia.com)

Você também pode gostar