Você está na página 1de 11

BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan di Indonesia sejauh ini masih didominasi oleh pandangan bahwa


pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Pembelajaran di
kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian
ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar (Depdiknas, 2002). Salah satu
tuntutan kurikulum dalam mata pelajaran biologi di tingkat sekolah adalah agar
siswa tidak hanya menganggap hafalan tetapi siswa dapat menguasai berbagai
konsep dan prinsip biologi untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap percaya diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan
sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
Pernyataan tersebut di atas mengandung makna bahwa selain untuk
kepentingan penerapan dalam kehidupan seharai-hari dan teknologi, penguasaan
konsep-konsep biologi akan mampu membentuk sikap positif terhadap biologi.
Sikap positif terhadap biologi ini merupakan prasarat keberhasilan belajar biologi
dan meningkatnya minat siswa terhadap mata pelajaran biologi.
Untuk mencapai tujuan agar siswa mempunyai minat dan kemampuan
yang baik terhadap biologi berimplikasi pada tugas dan tanggung jawab yang
sangat strategis pada guru-guru pengajar biologi di tingakat sekolah, para guru
dituntut membantu siswa untuk mendapatkan pemahaman yang baik terhadap
konsep-konsep dan prinsip-prinsip biologi untuk memudahkan mereka
mempelajari biologi di kelas yang lebih tinggi. Di samping itu pengajar di kelas-
kelas awal diharapkan dapat menumbuhkan sikap positif terhadap biologi serta
membangkitkan minat mereka terhadap biologi. Ini berarti proses pembelajaran
biologi yang dilakukan guru hendaknya memungkinkan terjadinya pengembangan
pemahaman konsep, sikap, dan meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran
biologi.

1
Proses pembelajaran selama ini masih terkesan hanya berpusat pada guru
(teacher oriented) yang menganggap bahwa guru adalah satu-satunya sumber
utama dan serba tahu, sedangkan siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh
guru, sehingga ceramah merupakan satu-satunya pilihan yang dianggap paling
cocok dalam strategi pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan hasil
pembelajaran tidak sesuai dengan harapan, karena siswa hanya memperoleh
pengetahuan secara teoritis dan bertindak pasif, sedangkan guru bertindak aktif
dalam memberikan informasi.
Berdasarkan sifat dari mata pelajaran biologi tersebut maka dalam
kegiatan belajar mengajar siswa hendaknya dilatih untuk menyatukan konsep-
konsep, siswa dapat melihat bahwa konsep tersebut tidak berdiri sendiri
melainkan mempunyai hubungan bermakna. Konsep merupakan suatu bentuk
belajar penemuan. Belajar konsep melibatkan perubahan-perubahan kualitatif,
perubahan itu terdiri atas penambahan lebih banyak stimulus pada suatu respon
materi yang dipelajari dan peningkatan jumlah berbagai hubungan stimulus
dengan respon. Konsep-konsep merupakan dasar untuk berpikir, untuk belajar,
aturan-aturan dan akhirnya memecahkan masalah.
Menurut Ausubel (1963) agar pemahaman materi pelajaran dapat lebih
mudah dipelajari hendaknya setiap orang belajar secara bermakna yaitu dengan
mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui
sebelumnya. Dengan adanya kemampuan guru mengaitkan pengetahuan awal
dengan pengetahuan yang akan dipelajari, dapat diharapkan bahwa siswa akan
terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Novak (1980) mengemukakan
belajar bermakna sebagaimana dikemukakan Ausubel di atas dapat dilakukan
dengan pertolongan peta konsep atau pemetaan konsep. Peta konsep adalah suatu
alat yang dapat membantu para siswa melihat dan memahami keterkaitan antar
konsep yang telah dikuasainya. Pemetaan konsep sangat efektif untuk membantu
siswa belajar bermakna, yaitu memahami hubungan logika antara konsep yang
satu dengan konsep yang lain (Mardiningsih, 2001).
Untuk meningkatkan pemahaman dan aktifitas siswa dalam proses belajar
mengajar biologi maka diusahakan peningkatan pembelajaran biologi dengan

2
menggunakan peta konsep secara bertahap, sehingga siswa bisa belajar lebih
bermakna. Mulai peta konsep yang disusun oleh guru dan siswa, dan akhirnya
siswa mampu menyusun peta konsep sendiri setelah guru memberikan beberapa
konsep.
Makin sering orang berhadapan dengan sesuatu yang menuntutnya untuk
berpikir makin berkembang dan makin meningkat kemampuan berpikirnya.
Seseorang yang tidak memiliki pendidikan formal sekalipun kemampuan
berpikirnya akan meningkat apabila dia sering berhadapan dengan berbagai
masalah yang harus dipikirkannya. Jika proses belajar hanya melatih siswa
menghafal atau memecahkan soal tertulis saja, maka kemampuan berpikir siswa
hanya akan meningkat dalam kemampuan menghafal atau mengerjakan soal
tertulis saja.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. METODE

Penelitian yang berbasis peta konsep ini menggunakan jenis penelitian


Tindakan Kelas (PTK). Dalam PTK ini terjadi kerjasama antara peneliti dengan
Guru Biologi. Desain penelitian yang digunakan mengacu pada model Kemmis
dan M.C Taggart (1988) yang terdiri dan 4 komponen yaitu :
1. Tahap Perencanaan Tindakan yaitu menyiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari Rencana Pembelajaran (RP), Lembaran Kerja Siswa (LKS), soal
post tes serta Ulangan Harian dan Peta Konsep.
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan terdiri dari Pendahuluan meliputi guru
menertibkan suasana kelas, prasyarat dan motivasi, guru menuliskan judul
pembelajaran yang akan dibahas dan menempelkan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai siswa sehingga siswa lebih terpusat pada hal-hal yang
dipentingkan dari materi pembelajaran. Kegiatan Inti yaitu pelaksanaan
pembelajaran melalui penggunaaan peta konsep. Penutup yaitu memberikan
kesimpulan dan evaluasi.
3. Tahap observasi yang dilaksanakan oleh observer dan sejalan dengan
pelaksanaan tindakan.
4. Tahap refleksi dilakukan setelah data pada siklus pertama dianalisis, maka
dijadikan acuan untuk melakukan tindakan pada siklus berikutnya. Data hasil
belajar dan ketuntasan belajar diperoleh dari hasil post tes.

Desai penelitian dilakukan pada setiap siklus pembelajaran. Adapun


pelaksanaan setiap tahap adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai
berikut:

4
a) Guru menganalisis kompetensi dasar dan indicator
b) Guru menyiapkan bahan dan alat laboratorium yang ada serta
merancang peralatan yang diperlukan untuk kegiatan demonstrasi atau
praktikum.
c) Guru merancang skenario Pengajaran yang berbasis peta konsep
d) Menyusun rubrik assessmen kegiatan diskusi dan Tanya jawab untuk
mengukur kualitas interkasi kelas.
e) Menyusun soal-soal akademik maupun realistik untuk digunakan dalam
test formatif untuk mengukur hasil belajar dalam aspek kognitif.
f) Menyusun rubrik untuk mengukur sikap siswa terhadap pelajaran
biologi.
g) Melatih guru mengimplementasikan pembelajaran berbasis Peta
Kopsep.

2. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh guru pada setiap sesi pembelajaran


tahapan-tahapan yang dilakukan meliputi :
a) Menentukan pokok bahasan yang akan dibahas yaitu keanekaragaman
makhluk hidup.
b) Menentukan konsep-konsep pokok yang harus dipahami sesuai dengan
pokok bahasan keanekaragaman makhluk hidup.
c) Membimbing siswa dalam mengurutkan konsep secara berurutan mulai
dari konsep yang paling inklusif sampai ke konsep yang tidak inklusif
d) Membimbing siswa dalam menyusun konsep (langkah nomor 3) di atas
kertas mulai dari konsep yang paling inklusif ke konsep yang tidak
inklusif.
e) Membimbing siswa menghubungkan konsep-konsep dengan kata atau
tanda penghubung.
f) Melakukan evaluasi hasil kegiatan siswa.

3. Observasi dilakukan terhadap kesesuaian antara skenario pembalajaran dan


implementasinya, perhatian dan kesungguhan siswa dalam pembelajaran.

5
Observasi dilakukan berbarengan dengan pelaksanaan tindakan, dan
dilakukan oleh dua orang anggota tim peneliti.
4. Aspek-aspek yang dievaluasi dalam penelitian ini adalah interaksi siswa
dalam pembelajaran yang meliputi diskusi dan bertanya; hasil belajar siswa
yang berupa aspek kognitif, psikomotor (keterampilan), dan aspek afektif.
Aspek kognitif meliputi penguasaan konsep-konsep dan prinsip-prinsip
kinerja. Aspek psikomotor berupa keterampilan fisik dalam melakukan
eksperimen/pengamatan. Sedangkan aspek afektif adalah sikap siswa
terhadap pelajaran biologi dan pembelajaran biologi.

B. HASIL
Pembelajaran Biologi yang berbasis peta konsep menawarkan
pembelajaran sedemikian rupa sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna
bagi siswa. Selaian itu, strategi ini akan efektif dalam membantu siswa yang
termasuk dalam kelompok di bawah rata-rata. Anak-anak dari kelompok ini bukan
hanya terdiri dari mereka yang benar-benar tergolong lambat belajar, tetapi juga
anak-anak yang karena lingkungannya menjadi anak yang kurang kreatif.
Strategi tersebut dapat tercapai pada setiap siklus 2. Hal ditandai dengan
adanya peningkatan persentase aktifitas yaitu 72,40% (baik) siklus I menjadi
81,05% (baik sekali) pada siklus 2. Rata-rata hasil belajar siswa dari nilai post tes
pada siklus pertama yaitu 79,18% (tinggi) dan siklus kedua yaitu 84,04% (tinggi).
Rata-rata ketuntasan belajar siswa dari nilai ulangan harian mengalami
peningkatan, pada siklus pertama 82,05% (tidak tuntas) dan siklus kedua yaitu
92,31% (tuntas).
Peningkatan prestasi belajar ini juga disebabkan semakin membaiknya
kemampuan berpikir siswa untuk belajar mengaitkan antar konsep. Dengan
penggunaan peta konsep siswa tidak lagi banyak menghapal materi untuk belajar,
siswa cukup memahami konsep kemudian menghubungkannya dengan konsep
yang ada sebelumnya. Menurut Suryawati (2002) peta konsep dapat membantu
siswa untuk mengorganisasikan konsep ke dalam struktur yang berarti sehingga

6
bermanfaat untuk mengidentifikasikan konsep yagn sulit dimengerti,
memudahkan siswa untuk menyusun dan memahami isi pelajaran dan
meningkatkan memori atau ingatan.
Tabel 1. Hasil Belajar Siswa Pada Siklus Kedua Setelah Penggunaan Peta Konsep
Dari Nilai Post Test dan Ulangan Harian.
Pertemuan
UH
Skor Kategori 1 2 3 4 5
Jlh Jlh Jlh Jlh Jlh Jlh
siswa (%) siswa (%) siswa (%) siswa (%) siswa (%) siswa (%)
90- Sangat
11(28.9) 10(25.6) 10(25.6) 20(52.6) 29(82.9) 11(28.2)
100 tinggi
70-89 Tinggi 22(57.9) 27(69.2) 27(69.2) 15(69.2) 6(17.1) 18(46.2)
50-69 Sedang 4(10.5) 2(5.1) 2(5.1) 3(7.9) - 10(25.6)
30-49 Kurang 1(2.6) - - - - -
Kurang
0-29 - - - - - -
tinggi
Jumlah (%) 38(100) 39(100) 39(100) 38(100) 35(100) 39(100)
78.68 80.72 81.54 85.53 93.71 78.75
Rata-rata (Kategori) (
(tinggi) (tinggi) (tinggi) (tinggi) tinggi) (tinggi)

Meningkatnya prestasi belajar siswa jika dilihat dari nilai post tes yang
telah dilakukan menandakan bahwa di dalam diri siswa telah berlangsung belajar
secara bermakna, artinya siswa tidak sekedar mengingat atau hanya pada ranah
kognitif C1 tetapi siswa sudah mampu memahami materi yang diajarkan. Jika
siswa belajar secara bermakna maka konsep pelajaran yang didapatnya tidak
mudah lupa. Salah satu manfaat pembelajaran dengan penggunaan peta konsep
bagi diri siswa yaitu untuk meningkatkan memori atau ingatan.Hal ini sesuai
dengan pendapat Dahar (1991) yang menyatakan bahwa jika informasi yang
dipelajari secara bermakna maka lebih lama diingat daripada informasi yang
dipelajari secara hafalan.
Hal penting yang perlu mendapat perhatian adalah perlunya guru
membekali diri dengan sikap positif seperti keinginan untuk selalu memperbaiki
diri, selalu ingin tahu hal baru, dan bersedia menerima kegagalan dan atau
kritikan. Yang terakhir ini mendorong guru untuk mula-mula belajar melakukan
pengamatan serta mencatatnya, dan lama kelamaan belajar membuat penelitian

7
tindakan kelas, yang pada gilirannya akan sangat bermanfaat untuk
penyempurnaan pembelajaran.

C. PEMBAHASAN
Berdasarkan diskripsi proses dan hasil penelitian di atas dapat dikemukakan
bahwa pembelajaran berbasis masalah yang digunakan sebagai solusi untuk
meningkatkan penguasaan konsep telah menunjukkan hasilnya. Pembelajaran
yang diseting dalam kerja kelompok dalam karangka memecahkan masalah telah
mampu menunjukkan hasil yang sangat baik. Hal ini diakibatkan karena proses
pengkonstruksian pengetahuan dilakukan secara bersama-sama menggantikan
proses pembelajaran klasikal dengan sistem ceramah yang proses
pengkonstruksian pengetahuan dilakukan sendiri-sendiri sesuai dengan apa yang
ditangkap oleh siswa secara individu. Pengkonstruksian pengetahuan secara
bersama-sama melalui kerja kelompok memungkinkan siswa dapat meng
ungkapkan gagasan, mendengarkan pendapat orang lain dan secara bersama-sama
membangun pengertian.
Pilihan suatu pendekatan dan metode harus disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran, dan sifat materi pelajaran yang menjadi obyek pembelajaran.
Materi keanekaragaman makhluk hidup terdiri dari konsep-konsep, maka lebih
tepat untuk menghubungkan antara konsep-konsep dalam suatu materi dapat
diwujudkan dalam bentuk peta konsep, hal ini sebagaimana dikatakan dapat
memudahkan siswa menafsirkan hierarki konsep, persamaan dan perbedaan antar
konsep-konsep, atribut utama setiap konsep, klasifikasi konsep, contoh dan bukan
contoh dari konsepnya, bahkan siswa akan dapat mendefinisikan setiap konsep
yang dibuat dalam peta konsep. Agar peta konsep lebih lengkap maka perlu
disusun secara bersama antarsiswa dalam suatu kelompok. Di dalam kelas atau di
luar kelas siswa dapat diberi kesempatan kerja secara kooperatif untuk
memecahkan atau menyelesaikan masalah secara bersama. Para siswa juga diberi
kesempat-an untuk mendisikusikan masalah, menentukan strategi pemecahannya,
dan menghubungkan masalah tersebut dengan masalah-masalah lain yang telah
diselesaikan sebelumnya.

8
Pada penelitian pembelajaran yang menggunakan peta konsep mengalami
peningkatan kemmpuan siswa dalam memahami pelajaran Biologi. Namun
hambatan pada penggunaan peta konsep ini adalah bagaimana cara guru
menyampaikan prosedurnya. Pada siklus pertama kebanyakan siswa belum
mengalami peningkatan karena masih dalam pemahaman penggunaan peta
konsep. Peningkatan terjadi pada siklus berikutnya. Peta konsep dapat
digabungkan dengan metode-metode pembelajaran kooperatif, active learning
atau menggabungkan dengan tambahan gambar-gambar dan variasi-variasi
penulisan. Melihat hasil tiap siklus dengan penggunaan peta konsep dapat
disimpulkan bahwa penggunaan peta konsep dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan deskripsi proses, dan deskripsi produk, dan pembahasan yang
telah diuraikan sebelumnya, dapat ditarik simpulan-simpulan
1. terjadi peningkatan aktivital belajar siswa yang ditunjukkan oleh peningkatan
nilai hasil post tes dan tugas maupun ulangan harian dari siklus I dan siklus
III,
2. terjadi peningkatan penguasaan konsep-konsep biologi mulai dari siklus I dan
Siklus III, yang berarti bahwa terhadi peningkatan prestasi belajar siswa
dalam pembelajaran biologi.
3. Terjadi peningkatan pemahaman siswa terhadap materi keanekaragaman
makhluk hidup.
Kesimpulan lain yang sangat penting yang didapat adalah siswa yang
relatif mempunyai kreatifitas dalam peta konsep dapat meningkatkan kemampuan,
serta dapat mendorong siswa ini untuk lebih termotivasi dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran
yang dilakukan dengan menggunakan peta konsep dapat meningkatkan
pemahaman siswa terhadap konsep materi biolog dan dapat meningkatkan
kretifitas siswa.

10
Referensi

Anwar. (2006). Penggunaan Peta Konsep melalui Model Pembelajaran


Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Proses, Hasil Belajar dan
Respons pada Konsep Ekosistem

Ilhamdi, Mohammad L.(2007). Model Pembelajaran Berbasis Peta Konsep Dan


Handout Untuk meningkatkan prestasi belajar IPA Biologi Siawa Kelas I
SMPN 4 Linggar Sari Lombo Barat. Jurnal Pijar MIPA : Universitas
Mataram

Sumarno. (1995). Peranserta masyarakat dalam upaya mewujudkan pendidikan


untuk semua. Cakrawala Pendidikan. Edisi Khusus Dies, Mei (1995).
IKIP Yogyakarta.

Yusuf, Yustini dkk. (2006). Upaya peningkatan Aktifitas Dan Hasil Belajar
Biologi Melalui Penggunaan Peta Konsep Pada Siswa Kelas II SMP
Negeri Pekan Baru Tahun Ajaran 2004/2005. Laboratorium Pendidikan
Biologi Jurusan PMIPA FIKP. Universitas Riau: Pekan Baru.

11

Você também pode gostar