Você está na página 1de 10

AGAMA DAN CAKUPAN ILMU AGAMA

A. Latar Belakang

Agama sebagai suatu disiplin ilmu telah banyak dikaji oleh banyak
kalangan baik dari barat maupun dari timur, menjadikan agama menjadi satu hal
yang menarik banyak ilmuwan untuk mengkaji dan lebih mendalami agama dari
berbagai aspek yang melingkupinya. Banyak penelitian tentang agama yang telah
dilakukan oleh tokoh-tokoh dari barat diantaranya F. Max Muller, Cornelis P.
Tiele (1830-1902), G. Van Der Leeuw (1890-1950), E.B. Taylor (1830-1917),
James George Frazer (1854-1941), Bronislaw Malinowski (1884-1942), selain
tokoh-tokoh dari barat banyak juga penelitian agama yang dilakukan oleh tokoh-
tokoh dari Timur, tidak ketinggalan tokoh-tokoh dari indonesia.1
Dari pemaparan di atas menunjukkan bahwa ilmu agama bukan
merupakan ilmu yang hanya dikuasai oleh para sarjana ataupun tokoh-tokoh dari
barat saja yang dahulu disebut dengan orientalis akan tetapi juga tokoh-tokoh dari
berbagai belahan dunia, hal ini menjadikan ilmu agama sebagai suatu ilmu yang
bersifat universal. Artinya siapapun bisa mendalami dan meneliti agama yang
diyakini oleh manusia yang ada di dunia ini.
Agama sebagai sebuah bidang keilmuan bersifat netral dan tidak
berpihak, dalam melakukan penelitian agama para tokoh tidak hanya
menggunakan satu metodologi saja, ini berarti dalam melakukan penelitian agama
bisa menggunakan beberapa metodologi dalam satu penelitian.2 Metode yang
digunakan dalam penelitian lebih tegantung minat dari pribadi yang melakukan
penelitian agama, sehingga hal ini bisa memperbanyak hasanah agama dan
cakupan ilmu agama. Luasnya cakupan ilmu agama dipengaruhi oleh interpretasi
seseorang terhadap pengertian kata “Agama” .3
Agama dalam bahasa Indonesia pada umumnya dipahami berasal dari
bahasa Sansekerta. Akan tetapi dalam pemaknaan kata agama tersebut masih
1
W.B. Sidjabat, Penelitian Agama : Pendekatan dari Ilmu Agama dalam Mulyanto
Sumardi, Penelitian Agama : Maslah dan Pemikiran, (Jakarta : Sinar Harapan, 1982), hlm. 70-71
2
Ibid., hlm. 74
3
Ibid., hlm. 75

1
banyak perbedaan, menurut Zainal Arifin Abbas,4 agama adalah “tidak kacau” : a
berarti tidak dan gama berarti kacau. Menurut kamus Jawa kuno-indonesia5 arti
agama adalah : “Ilmu”; “Pengetahuan”; Pelajaran Agama. Sedangkan dalam
Kamus bahasa Indonesia agama adalah segenap kepercayaan (kepada Tuhan,
Dewa dan sebagainya) serta ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang
bertalian dengan kepercayaan itu.6 Dari tinjauan filologis yang ada belum
terdefinisikan arti dan fungsi agama yang lebih mendalam sehingga hal ini masih
perlu dikaji lagi.

B. Permasalahan
Dari uraian singkat di atas dapat diambil pokok masalah yang muncul
terkait dengan agama dan cakupan dari Ilmu agama antara lain :
1. Bagaimanakah pengertian rumusan agama?
2. Bagaimana Fungsi dan Tujuan dari penelitian Agama?

C. Pentingnya Penelitian
Penelitian Agama khususnya di Indonesia adalah penting karena
Indonesia adalah Bangsa yang religius. Lebih jauh lagi bukan saja penting bagi
kalangan ilmuwan dan dunia Ilmu pengetahuan, akan tetapi juga bagi para
perencana dan pelaksana pembangunan di Indonesia.7 Selain itu dengan
mengadakan penelitian tentang agama dan cakupan ilmu agama seseorang akan
lebih yakin terhadap agama yang dianutnya.
Dengan melakukan penelitian terhadap Agama dan cakupan ilmu agama
akan didapat suatu definisi yang bisa diterima secara universal oleh semua pihak,
karena selama ini pengertian tentang agama belum sepenuhnya diterima oleh
semua pihak baik dari para Ahli Ilmu Agama, Ahli Filsafat dan Teologi, maupun

4
Zainal Arifin Abbas., Perkembangan Fikian Terhadap Agama, Cet. Ke-2 (Medan :
Firma Islamiah, 1957), hlm. 19
5
L. Mardiwarsito, Kamus Jawa Kuno-Indonesia, (Flores : Nusa Indah, 1978), hlm. 4
6
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet. Ke-5 (jakarta : Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1976)
7
Mukti Ali, Penelitian Agama : Pendekatan dari Ilmu Agama dalam Mulyanto
Sumardi, Penelitian Agama : Maslah dan Pemikiran, (Jakarta : Sinar Harapan, 1982), hlm. 70-71

2
dari penganut agama itu sendiri, hal ini penting karena pada dasarnya Agama
mengatur berbagai aspek kehidupan yang ada di masyarakat. Agama sebagai
suatu way of life hendaknya membawa manfaat bagi semua kalangan dan bukan
menjadi sebuah alat bagi suatu tujuan tertentu.

D. Telaah hasil Penelitian sebelumnya


Banyak penelitian tentang agama yang dilakukan oleh para ilmuwan
baik dari barat maupun timur yang menambah khasanah keilmuan tentang agama
hal ini bisa dilihat dari beberapa karya Clifford Geertz8 yang dalam hal ini
melakukan penelitian tentang agama orang jawa. Dalam penelitiannya clifford
melihat segala sesuatu yang besifat misterius dan mistis pada orang-orang jawa
sebagai agama atau bagian dari agama, asal masih ada fenomena ganjil yang
bersifat rohaniah dimasukkan dalam kategori agama. Penelitian J. Takakusu
dalam buku A. Record of Buddhist Religion as Practiced in India karya E.G. I.
Tsing yang mengenalkan ajaran budha yang ada di India, Dr. S.T. Samartha Ahli
Ilmu agama dari Kalangan Kristen di India yang mencoba melakukan dialog antar
agama.
Mukti Ali dalam Penelitian agama di Indonesia9 mengemukakan tentang
penelitian keagamaan di Indonesia yang tidaqk mengalami perkembangan yang
berarti dibandingkan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat, menurut Mukti Ali dengan penelitian agama diharapkan akan
diketahui perwujudan sosial dan kultural dalam masyarakat Indonesia, dan sejauh
mana kebudayaan tersebut mewarnai perwujudan sosial dan kultural di Indonesia.
H.A. Ludjito dalam Mengapa Penelitian Agama?10 Yang mengemukakan
bahwa penelitian terhadap seluruh isi alam ini akan membawa seseorang kepada
kesadaran tentang adanya Tuhan dan kekuasaanNya dan akan membantu
memperkuat kepercayaan terhadap Tuhan.

8
Clifford Geertz, The Religion of Java, (Glencoe : The Free Press, 1960)
9
Mukti Ali, Penelitian Agama : Pendekatan dari Ilmu….., hlm. 22
10
H.A. Ludjito, Mengapa Penelitian Agama dalam Mulyanto Sumardi, Penelitian
Agama : Maslah dan Pemikiran, (Jakarta : Sinar Harapan, 1982), hlm. 4

3
E. Metodologi
Motode memiliki peran yang signifkan dalam suatu penelitian.
Penelitian yang baik biasanya tidak hanya dilihat dari topiknya semata, tapi juga
metode yang digunakan, selain sejauhmana sang peneliti mampu menterjemahkan
metode itu secara baik di lapangan atau pun dalam proses penulisan. Secara
sederhana metode adalah cara atau jalan bagaimana kita mengungkapkan suatu
permasalahan melalui penelitian.
Dalam melakukan Penelitian tentang agama para ilmuwan menggunakan
berbagai metode antara lain pendekatan Teologi, Pendekatan Filologi, Pendekatan
Antropologi. Metode pendekatan Teologi merupakan studi tentang ketuhanan.
Sedangkan ciri studi agama teologi itu adalah dari orang yang mengimani serta
mentakwainya sebagaimana dikatakan oleh Steenbrink, seorang muslim yang
meneliti dan mempelajari Islam dengan sikap menyinari datanya dengan sinar
agama, atau meletakkan obyek penelitiannya sebagai sesuatu yang kudus, untuk
kemudian diimani dan diamalkan. Pendekatan Filologi merupakan studi
keagamaan dengan menelaah karya sastra atau sumber-sumber tertulis yang
biasanya berhubungan dengan aspek bahasa agama, dalam hal ini penelitian
agama dipelajari dari bahasa aslinya serta ungkapan-ungkapan filologis
keagamaan yang bersangkutan. Pendekatan antropologis dalam studi agama akan
membuahkan Antropologi budaya. Metode Pendekatan Antropologi agama
menganggap bahwa agama bukan wahyu tetapi sekedar produk kehidupan
manusia bermasyarakat. Aliran-aliran dalam antropologi agama, diantaranya
aliran fungsional, aliran histories dan aliran struktural

F. Pembahasan
Bagian pembahasan dalam makalah ini berisi tentang pendalaman dari
beberapa permaslahan yang diungkapkan diatas, Agama secara filologis adalah
berasal dari bahasa Sansekerta11 “a” yang berarti tidak dan “gama” yang berati
kacau. Artinya adalah dengan beragama maka manusia tidak akan kacau dalam
kehidupannya, karena agama mengatur semua aspek kehidupan manusia. Selain

11
Zainal Arifin Abbas., Perkembangan Fikian Terhadap Agama, Cet. Ke-2 (Medan :
Firma Islamiah, 1957), hlm. 19

4
itu agama juga berarti “ilmu”, “pengetahuan”.12 Makna ini sedikit bergeser dari
agama sebagai suatu Ilmu, yaitu kata agama yang dimaksud di atas adalah suatu
way of life yang membuat hidup manusia tidak kacau (a gama). Fungsi agama
dalam pengertian ini ialah memelihara intregitas seseorang atau sekelompok
orang agar hubungannya dengan Tuhan tidak kacau, dengan sesama manusia dan
dengan alam yang mengitarinya.13 Dengan kata lain agama berfungsi sebagai alat
pengatur untuk terwujudnya intregasi hidup manusia dalam hubungannya dengan
Tuhan, Manusia dan Alam sekitar.
Menurut makna dan fungsi agama sebagai way of life inilah, pengertian
agama berasal dari bahasa latin religio, yang akar katanya religare yang berarti
mengikat. Fungsi agama (religio) menurut pengertian ini adalah untuk merekatkan
dan mengikat berbagai unsur dalam memelihara keutuhan diri manusia, maupun
kelompok dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan manusia yang lain maupun
dengan alam sekitar.
Dalam istilah Islam, Agama adalah Din. Arti din dalam bahasa Arab
dapat dipahami sebagai lembaga Ilahi yang memimpin manusia untuk
keselamatan dunia dan Akhirat. Sehingga Din mempunyai fungsi sebagai alat
yang mengatur, mengantar dan memelihara keutuhan diri manusia dalam
hubungannya dengan Tuhan Allah, dengan sesama manusia dan dengan alam
sekitar. Dalam penghayatannya agama sebagai way of life mengandung unsur
yaitu : ucapan syukur kepada Tuhan Allah; pemuliaan terhadap sang khalik
penguasa alam semesta; bentuk pelayanan, baik kepada sang Khalik maupun
kepada sesamanya. Dalam arti yang lebih dalam, agama adalah hubungan yang
intim antara manusia dengan sang khalik.
Dari beberapa pengertian agama di atas, berkaitan dengan pluralitas
agama-agama di Indonesia dan seluruh dunia perlu adanya sebuah definisi agama
yang bisa diterima oleh semua pihak dalam hal ini W.B. Sidjabat merumuskan
suatu definisi agama sebagai berikut14 :

12
L. Mardiwarsito, Kamus Jawa Kuno-Indonesia, (Flores : Nusa Indah, 1978), hlm. 4
13
W.B. Sidjabat, Peranan Agama Dalam Negara Pancasila, (Jakarta : STT, 1979), hlm.1
14
W.B. Sidjabat, Penelitian Agama : Pendekatan dari Ilmu Agama dalam Mulyanto
Sumardi…, hlm.78

5
Agama adalah keprihatinan yang maha luhur dari manusia, yang terungkap
selaku jawabannya terhadap panggilan dari Yang Maha Kuasa dan Maha
Kekal. Keprihatinan yang maha luhur ini diungkapkan dalam hidup manusia
(pribadi dan kelompok) terhadap Tuhan, terhadap manusia dan terhadap
alam semesta raya serta isinya
Agama dapat dianggap sebagai agama yang lengkap (full fledged)
adalah agama yang mempunyai : Nabi dan Rasul; Kitab Suci: dan Umat.
Ketentuan ini hanya dapat diterapkan pada agama yang mengajarkan wahyu yakni
Judaisme, Agama Kristen dan Agama Islam. Hal ini sulit diterapkan pada agama-
agama yang tidak bersumber dari wahyu antara lain Hindu dan Budha serta aliran
kepercayaan dan kebatinan. Demikian diantaranya rumusan pengertian agama
yang bisa didefinisikan sebagai alat yang mengatur hubungan individu manusia
dengan Tuhan, dengan manusia yang lain, maupun dengan alam sekitar.
Selain pegertian tentang agama, sebuah penelitian agama pasti
mempunyai fungsi dan tujuan, dalam hal ini W.B. Sidjabat mengemukakan
beberapa fungsi dan tujuan dari penelitian agama yaitu15 :
1. Membina hubungan yang akarab secara pribadi.
Penelitian agama adalah bertujuan terbinanya hubungan pribadi yang baik
antara penganut berbagai agama, sehingga akan tercipta dialog antar umat
beragama
2. Memperdalam pengetahuan tentang agama yang dianut oleh umat
beragama yang lain
Dalam usaha memperdalam pengetahuan ini hendaknya kita selalu terbuka
terhadap hal-hal yang baru yang belum kita ketahui sebelumnya, dalam hal
ini dibutuhkan penegrtian yang mendalam mengenai agama yang lain, baik
dari sumber (Kitab Suci), Dasar pemikiran, Ketentuan-ketentuan maupun
tradisi yang ada dalam agama lain.
3. Membina etika religius antar umat beragama agar bisa saling
menghargai

15
Ibid., hlm.81-93

6
Dengan baiknya hubungan antar pemeluk agama dan pengertian
pengetahuan keagamaan lain akan menimbulkan suatu sikap menghormati
dan menghargai antar pemeluk agama lain
4. Merangsang kerjasama uamat beragama secara praktis
Dari ketiga hal diatas tujuan dari penelitian agama dalam tataran
praktisnya akan timbul kemungkinan untuk bekerjasama dalam bidang
sosial kemasyarakatan.
Selain mempunyai tujuan yang positif, dalam sejarahnya penelitian
agama ada juga yang bertujuan untuk hal-hal yang negatif antara lain :
1. Dominasi politik, ekonomi, sosio kultural dan militer
Dalam sejarahnya penelitian agama, hasil dari penelitian agama
dipergunakan bukan untuk tujuan ilmiah, melainkan untuk tujuan yang
lain. Dalam hal ini penelitian dilakukan dengan cara dan metode yang
ilmiah, akan tetapi hasil dari penelitian ini digunakan untuk kepentingan
politik, ekonomi guna melanggengkan penjajahan terhadap bangsa lain.
2. Untuk mendominasi agama yang lain
Penelitian agama pada masa lampau yang dilakukan oleh kalangan
misionaris mempunyai motivasi untuk memahami agama yang
dihadapinya secara mendalam agar dapat berkomunikasi dalam rangka
menyampaikan ajaran agama yang dianutnya kepada umat beragama yang
dipelajarinya.
3. Mencari kelemahan ajaran agama yang lain
Dengan mempelajari agama yang lain secara mendalam akan dapat
diketahui kelemahan-kelamahan terhdap agama yang diteliti tersebut
sehingga akan manjdikan sikap yang cenderung mencari kelemahan dan
kesalahan dari agama lain. Hal inilah yang harus dihindari dalam
penelitian agama, karena kebenaran yanng dikehendaki penganut agama
tidak akan bisa dicapai dengan mengisolasi dengan penganut yang lain
akan tetapi kebenaran itu akan dicapai dengan sikap saling asah, asih dan
asuh, kebenaran semacam inilah yang benar menurut Tuhan.

G. Kontribusi Keilmuan

7
Sedangkan fungsi dari penelitian ilmu agama dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Membina kesadaran beragama yang lebih mendalam
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, penelitian ilmu agama berfungsi
untuk membina kesadaran beragama yang lebih mendalam. Dengan kata
lain agama bukan hanya merupakan suatu pengetahuan akan tetapi agama
merupakan sebuah aturan yang hendaknya dikaji lebih dalam lagi,
sehingga keyakinan yang hakiki terhadap agama yang dianut akan dapat
dicapai

2. Mempelopori sikap terbuka terhadap kebenaran


Meskipun kebenaran yang kita warisi dari pendahulu perlu dipelihara,
akan tetapi dengan bertambahnya hasanah keilmuan tentang agama perlu
kita tanamkan dalam diri kita untuk menerima kebenaran yang
ilmiah,sehingga kita dapat mengadakan pembaharuan.

3. Memupuk etika kerja, penghargaan waktu yang menunjang


lancarnya pembangunan
Dalam mengadakan studi yang mendalam dan luas tersebut pasti kita akan
berkenalan dengan berbagai sikap terhadap kerja dan waktu. Secara praktis
sikap mental yang sehat terhadap kerja dan waktu akan sangat
berpengaruh terhadap lancarnya pembangunan, bagi penganut agama
waktu adalah pemberian Tuhan yang harus dimanfaatkan secara bijak dan
bertanggungjawab.

4. Menjaga keseimbangan rohani dan jasmani


Dari ilmu agama dapat kita petik pelajaran bahwa agama yang lebih
mementingkan salah satu aspek rohani ataupun jasmani tidak akan
menguntungkan umat beragama.

5. Membantu pemerintah dalam mengadakan gambaran mengenai


konstalasi agama-agama di masyarakat.

8
Tujuan dan fungsi ilmu agama memanglah untuk hal-hal Ilmiah, akan
tetapi pada praktisnya di masa lalu disalah gunakan untuk tujuan
imperialisme. Akan tetapi data data yang didapat secara lengkap dan
mendalam, sehingga mempermudah pemerintah dalam penyusunan
gambaran konstelasi keagamaan khusunya di Indonesia

H. Kesimpulan
Dari penjelasan-pejelasan di atas dapat diambil kesimpulan yaitu :
1. Bahwa ilmu agama akan senantiasa berkembang seiring dengan
berkembangan peradaban manusia
2. Pengertian agama dari aspek filologis dapat diartikan sebagai suatu aturan
dan tatanan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, dengan
manusia yang lain dan dengan alam sekitar
3. Penelitian Agama secara mendalam menjadikan agama sebagai suatu
panutan yang diyakini oleh masyarakat berfungsi sebagai perekat antar
umat beragama sehingga timbul sikap saling menghargai anatar umat
beragama
4. Agama dapat dianggap sebagai agama yang lengkap (full fledged) adalah
agama yang mempunyai : Nabi dan Rasul; Kitab Suci: dan Umat.
Ketentuan ini hanya dapat diterapkan pada agama yang mengajarkan
wahyu yakni Judaisme, Agama Kristen dan Agama Islam.
5. Tujuan positif dari penelitian agama yaitu : Membina hubungan yang
akarab secara pribadi; Memperdalam pengetahuan tentang agama yang
dianut oleh umat beragama yang lain; Membina etika religius antar umat
beragama agar bisa saling menghargai; Merangsang kerjasama uamat
beragama secara praktis
6. sejarahnya penelitian agama ada juga yang bertujuan untuk hal-hal yang
negatif antara lain : Dominasi politik, ekonomi, sosio kultural dan militer;
Untuk mendominasi agama yang lain; Mencari kelemahan ajaran agama
yang lain

9
DAFTAR PUSTAKA

Abbas., Zainal Arifin , Perkembangan Fikian Terhadap Agama, Cet. Ke-2 Medan
: Firma Islamiah, 1957

Ali, Mukti Penelitian Agama : Pendekatan dari Ilmu Agama dalam Mulyanto
Sumardi, Penelitian Agama : Maslah dan Pemikiran, Jakarta : Sinar
Harapan, 1982

Geertz, Clifford, The Religion of Java, Glencoe : The Free Press, 1960

Ludjito, H.A. Mengapa Penelitian Agama dalam Mulyanto Sumardi, Penelitian


Agama : Maslah dan Pemikiran, Jakarta : Sinar Harapan, 1982

Mardiwarsito, L., Kamus Jawa Kuno-Indonesia, Flores : Nusa Indah, 1978

Poerwadarminta,W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cet. Ke-5 Jakarta :


Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1976

Sidjabat, W.B., Penelitian Agama : Pendekatan dari Ilmu Agama dalam Mulyanto
Sumardi, Penelitian Agama : Maslah dan Pemikiran, Jakarta : Sinar
Harapan, 1982

Sidjabat, W.B., Peranan Agama Dalam Negara Pancasila, Jakarta : STT, 1979

Sumardi, Mulyanto, Penelitian Agama : Maslah dan Pemikiran, Jakarta : Sinar


Harapan, 1982

10

Você também pode gostar